Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DARI


MASA KE MASA
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Disusun oleh :

Achmad Galih Pratama NIM : 21.3241


Muhammad Raihan Ramadhan NIM : 21.3213

Dosen Pengampu:
Hendrisab, S.Pd.I, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AHLUSUNNAH
BUKITTINGGI
TP. 1443/2022
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur kita kepada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kepada kita rahmat serta hidayahnya,sehingga makalah Akhlak Tasawuf

tentang Akhlak Sejarah Perkembangan Taswuf Dari Masa Ke Masa dapat kami

selesaikan.

Sholawat dan salam tidak lupa kami ucapkan kepada baginda kita dialah nabi

Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah SWT untuk memberikan petunjuk

kejalan yang benar kepada seluruh manusia di dunia ini.

Penulis menyadari bahwasannya makalah yang dibuat ini masih terdapat

kekurangan dan kesalahan,sehingga memerlukan perbaikan.Oleh karena itu,penulis

menerima kritik dan saran yang dapat menjadikan makalah ini lebih baik lagi.Atas

kritik dan saran yang diberikan,penulis mengucapkan segenap terimakasih sebesar

besarnya,dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
Daftar Isi
BAB I.............................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Sejarah Munculnya Tasawuf...........................................................................
B. Perkembangan Tasawuf dari Masa Ke Masa..................................................
BAB III.......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehidupan sufi sudah terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW bahkan
sebelum diangkat menjadi rasul pun beliau sudah sering melakukan kegiatan sufi
dengan melakukan uzlah di gua Hiro’ sampai beliau menerima wali pertama.

Perkataan tasawuf atau sufi belum dikenal pada zaman nabi ataupun zaman
sahabat-sahabatnya. Tetapi perkataan dan perbuatan yang dikerjakannya sudah
mencerminkan kehidupan sufi.

Menurut catatan sejarah, sahabat yang pertama kali memfilsafatkan ibadah


dan menjadikan ibadah secara satu “thariqah” yang khusus adalah khudzaifah bin
Al-Yamani dan dialah yang pertama kali mendirikan madrasah tasawuf tetapi
belum terkenal dengan nama “tasawuf”.

Imam sufi yang pertama dalam sejarah islam adalah Al-Hasan Al-Basry. Dia
adalah seorang murid pertama dari Hudzaifah bin Yamani. Sedangkan, tokoh sufi
dari kalangan ahlul bait adalah Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi tholib,
dan Ja’far As-Shodiq.

Dapat ditegaskan bahwa sumber dan landasan tasawuf islam itu sendiri, tetapi
dalam perkembangan selanjutnya mendapat pengaruh dari luar islam. Tasawuf
Islam itu dalam perkembangannya mempunyai unsur-unsur yang jauh. Unsur
yang dekat dan unsur-unsur yang jauh. Unsur yang dekat ialah Al-Quran, Hadist,
Sirah Nabi, Sirah Khulafaurrasyidin, Struktur 3 Sosial dan Firqah-firqah
sedangkan unsur jauh ialah pengaruh agama Nasrani, yahudi, budha dan Persia.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka kita dapat menyimpulan beberapa

rumusan masalah yaitu :

1. Sejarah Munculnya Tasawuf?

2. Perkembangan Tasawuf Dari Masa Ke Masa?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Agar mengetahui Asal Munculnya Tasawuf.

2. Agar mengetahui perkembagan Tasawuf Dari Masa Ke Masa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. SEJARAH MUNCULNYA TASAWUF

Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase, yaitu:


Pada abad pertama dan kedua hijriah, yaitu fase asketisme (zuhud). Sikap ini
banyak dipandang sebagai pengantar kemunculan tasawuf. Pada fase ini terdapat
individu-individu dari kalangan muslim yang lebih memusatkan dirinya pada
ibadah dan tidak mementingkan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal.1

Tahap pertama, tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih
sangat sederhana. Yaitu, ketika pada abad ke-1 dan ke-2 H, sekelompok kaum
Muslim memusnahkan perhatian memprioritaskan hidupnya hanya pada
pelaksanaan ibadah untuk mengejar keuntungan akhirat Mereka adalah, antara
lain: Al-hasan Al-Basri (w. 110 H) dan Rabi`ah Al-Adawwiyah (w.185 H)
kehidupan “model” zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3 H ketika kaum
sufi mulai memperhatikan aspek-aspek teoritis psikologis dalam rangka
pembentukan prilaku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan.
Pembahasan luas dalam bidang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi
psikologis dan gejala-gejala kejiwaan yang lahir selanjutnya terlibat dalam
masalah-masalah ini berkaitan langsung dengan pembahasan mengenai hubungan
manusia dengan Allah SWT. Sehingga lahir konsepsi-konsepsi seperti Fana`,
terutama Abu Yazid Al-Busthami (w. 261 H)

Dengan demikian, suatu ilmu khusus telah berkembang dikalangan kaum


sufi, yang berbeda dengan ilmu fiqh, baik dari segi objek, metodologi, tujuan,
maupun istilah-istilah keilmuan yang digunakan. Lahir pula tulisan-tulisan antara
lain : Al-Risalah Al-Qusyairiyyah karya Khusairi dan `Awarif Al-Ma`arif karya
AlSuhrawardi Al-baghdadi. Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu setelah
sebelumnya hanya merupakan ibadah-ibadah praktis.

1 (Muhammad Fauqi H , 2013: 17).

3
Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku tasawuf pun berkembang
menjadi ilmu moral keagamaan atau ilmu akhlak keagamaan. Pada masa ini
tasawuf identik dengan akhlak (berkembang ± satu abad). Pada abada ketiga
hijriah, muncul jenis – jenis tasawuf lain yang lebih menonjolkan pemikiran yang
eksekutif yang diwakili oleh AL-Hallaj yang kemudian dihukum mati karena
menyatakan pendapatnya mengenai hulul (pada 309 H). Boleh jadi Al-Hallaj
mengalami peristiwa naas seperti ini karena paham hululnya ketika itu sangat
kontraversional dengan kenyataan di masyarakat yang tengah mengandrungi
tasawuf akhlaqi.2

Dari sisi lain, pada abad ke-3 dan ke-4 muncul tokoh-tokoh tasawuf
seperti Al-Juanid dan Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan
pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah.
Untuk pertama kali dalam islam terbentuk tarekat yang kala itu merupakan
semacam lembaga pendidikan yang memberikan berbagai pengajaran teori dan
praktik kehidupan sufisfik, kepada para murid dan orang- 4 orang yang berhasrat
memasuki dunia tasawuf. Demikian juga ajaran tasawuf al-Suhrawardi, pendiri
mazhab isyraqiyyah yang memaklumkan dirinya sebagai seorang nabi yang
menerima limpahan nur Illahi dan berakhir dengan fatwa ulama bahwa dia adalah
seorang kafir yang halal darahnya. Lalu dia digantung di Aleppo pada tahun 587
H dalam usia 38 Tahun. Demikian pula halnya dengan Ibn Sab`in yang telah
mengambil jalan pintas dengan membunuh diri karena serangan para ulama yang
sangat gencar terhadap ajaran tasawuf yang diajarinya. Tidak sedikit pila para
ulama yang membantah ajaran tasawuf Ibn Arabi yang mengajar paham
pantheisme bahwa Tuhan dan alam merupakan suatu kesatuan yang dipisahkan.
Perbedaannya hanya pada nama, sedangkan pada hakikat adalah satu.

Dengan banyaknya ajaran yang menyimpang dari syari`at, maka ilmu


tasawuf pada akhirnya mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga berakhir
dengan kehilangan peranannya dalam ilmu-ilmu Islam dan telah berubah

2 (Samsul Munir Amin, 2015: 209).

4
wujudnya dalam bentuk pengalaman tarikat yang tidak membawa sesuatu yang
baru dalam ajaran kerohanian Islam selain dari pengagungan para guru atau
mursyid serta warisan ajaran yang mereka terima.

Pada abad ke-5 H Imam Al-Ghazali tampil menentang jenis-jenis tasawuf


yang dianggapnya tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam sebuah upaya
mengembalikan tasawuf kepada status semula sebagai jalan hidup zuhud,
pendidikan jiwa pembentukan moral. Pemikiran-pemikiran yang diperkenalkan
Al-Ghazali dalam bidang tasawuf dan makrifat sedemikian mendalam dan belum
pernah dikenal sebelumya. Dia mengajukan kritik-kritik tajam terhadap berbagai
aliran filsafat, pemikiran-pemikiran Mu`tazilah dan kepercayaan bathiniyah untuk
menancapkan dasar-dasar yang kukuh bagi tasawuf yang lebih Moderat dan sesuai
dengan garis pemikiran teologis Ahl Al-Sunnah wal Jama`ah.

Dalam orientasi umum dan rincian-rinciannya yang dikembangkannya


berbeda dengan konsepsi disebut tasawuf Sunni. Al-Ghazali menegaskan dalam
Al-Munqidz min Al-Dhalal, sebagai berikut: pertama, Sejak tampilnya Al-Ghazali
,pengaruh tasawuf Sunni mulai menyebar di Dunia Islam. Bahkan muncul tokoh-
tokoh Sufi terkemuka yang membentuk tarekat untuk mendidik para murid,
seperti Syaikh Akhmad Al-Rifa`I (w.570 H) dan Syaikh Abd. Al-Qadir Al-jailani
(w. 651 H) yang sangat terpengaruh oleh garis tasawuf Al-Ghazali pilihan yang
sama dilakukan generasi berikut, antara lain yang paling menonjol adalah, Syaikh
Abu Al-Hasan Al-Syadzili (w.650 H) dan muridnya, Abu Al-Abbas Al-Mursi
(w.686 H), serta Ibn Atha`illah Al-sakandari (w. 709 H). model tasawuf yang
mereka kembangkan ini adalah kesinambungan tasawuf Al-Ghazali; Kedua, Pada
abad ke enam hijriah , sebagai akibat pengaruh kepribadian Al-Ghazali yang
begitu besar, pengaruh tasawuf sunni semakin meluas ke seluruh pelosok dunia.

Pada abad ke enam Hijriah,muncul sekelompok tokoh tasawuf yang


memadukan tasawuf mereka dengan filsafat, dengan teori mereka yang bersifat
setengah-setengah . diantara mereka terdapat Syukhrawardi AL-Maqtul (w.549 h),
syeikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi (w.635 h) dan sebagainya.

5
2. PERKEMBANGAN TASAWUF DARI MASA KE MASA

Jenis tasawuf menurut perkembangannya zaman ke zaman terbagi menjadi tiga,


yakni:

a. Tasawuf sunni

Tasawuf Akhlaqi disebut juga Tasawuf Sunni. Tasawuf ini menitik


beratkan pada perbaikan akhlak atau moral pada diri seseorang. Orientasinya
adalah untuk mencari hakikat kebenaran yang dapat mengantarkan manusia
untuk mencapai tingkatan ma’rifat. Ma’rifat adalah bersatunya manusia
dengan Allah dengan metode tertentu yang telah ditetapkan. Tasawuf akhlaqi
ini juga banyak dikembangkan oleh para Ulama Salafussalih.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah


mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS Asy
Syams : 7-8)3

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat
baik dan potensi berbuat buruk. Potensi untuk berbuat baik adalah Al Aql dan
Al Qalb. Potensi untuk berbuat baik disebut dengan Nafsu yang dibantu
dibisikkan keburukannya oleh Setan yang tiada henti menggoda manusia.

Menurut para sufi, untuk masuk kepada tasawuf tentu membutukan


mental dan juga aspek lahiriah yang siap. Pada awal memasuki tasawuf, maka
seseorang harus berkonsentrasi agar dapat menghindarkan diri dari akhlak
buruk atau tercela (mazmumah) dan terus konsisten mewujudkan akhlak yang
baik yaitu mahmudah.

Ajaran ini, menurut para sufi, melatih manusia untuk dapat menguasai
hawa nafsu, menekan hawa nafsu bagkan sampai pada mematikan hawa nafsu
jika memungkinkan. Tentu saja membutuhkan pelatihan dan pembiasaan yang
ketat. Para Sufi yang mengembangkan ajaran tasawuf ini diantaranya adalah
Hasan al-Basri (21 H – 110 H), Al-Muhasibi (165 H – 243 H), AlQusyairi
3 (QS Asy Syams : 7-8)

6
(376 H – 465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir alJilani (470 –
561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah
As-Sakandari.

Pelaksanaan ajaran tasawuf tentu saja tidak bisa dilakukan hanya satu atau
dua kali untuk mencapai proses tertinggi, yaitu tujuan mendapatkan ma’rifat.
Proses ini dilakukan agar akhlak baik atau mahmudah selalu melekat kepada
manusia. Akhlak tercela dan buruk lainnya akan hilang dan tidak mengusik
atau mengganggu jiwa manusia yang suci.

Jiwa yang buruk atau dipenuhi akhlak tercela tentu akan memudahkan
nafsu manusia semakin banyak mendorong untuk melakukan hal hal yang
buruk. Untuk itu, kesucian jiwa harus dipenuhi dan terus dipupuk. Berikut
adalah proses atau langkah untuk mendapatkan tujuan dari tasawuf akhlaqi.

Takhali adalah proses awal yang dilakukan oleh sufi. Aktivitas Takhali ini
adalah usaha untuk mengosongkan diri manusia dari perilaku yang tercela.
Salah satu akhlak tercela yang disoroti oleh tasawuf adalah 6 kecintaan
manusia yang berlebihan terhadap urusan duniawi, hingga melalaikan pada
kesucian jiwa dan kesiapan untuk kembali kepada Allah. Takhalli berbeda
dengan Tahalli.4

Tahalli adalah proses untuk mengisi dan menghiasi diri manusia dengan
pembiasaan perilaku dan akhlak yang baik. Proses ini dilakukan oleh para sufi
dengan mengosongkan jiwanya dari segala akhlak yang buruk. Mereka
menjalankan ketentuan agama dengan mengintegrasikan ke dalam dan keluar
dirinya. Aspek luar adalah kewajiban seperti shalat, puasa, haji, dan
sebagainya. Sedangkan, untuk yang bersifat ke dalam adalah keimanan,
keaatan, dan kecintaan kepada Allah.5

Tajalli adalah proses pemantaapan dan pendalaman materi yang sudah


dilalui pada proses tahalli. Tajalli berarti terungkapnya nur ghaib. Proses ini

4 (M. Hamdani Bakran adz-Dzaky, 2002: 259).


5 (Mustafa Zahri, 1998: 82).

7
adalah memantapkan dan membuat akhlak-akhlak baik tersebut tetap ada
dalam jiwa. Untuk itu, pada proses ini benar-benar menumbuhkan kecintaan
dan kerinduan yang mendalam pada Allah SWT. Praktis tasawuf ini tentu saja
perlu diperhatikan agar tetap mampu menjawab masalah utama manusia yaitu
yang berkenaan dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan
Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan
Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama yang terdapat
dalam Al-Quran.

b. Tasawuf irfani

Secara etimologis, kata Irfan merupakan kata jadian (mashdar) dari kata
‘arafa’ (mengenal/pengenalan). Secara terminologis, ‘irfan diindentikkan
dengan ma’rifat sufistik. Ahli irfan adalah orang yang berma’rifat kepada
Allah. Irfan diperoleh seseorang melalui jalan al-idrak al- mubasyir al
wujudani (penagkapan langsung secara emosional), bukan penangkapan
secara rasional.

Sebagai sebuah ilmu, irfan memiliki dua aspek, yakni aspek praktis dan
aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian yang menjelaskan hubungan
dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia, dan Tuhan.
Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian praktis ini disebut
sayr wa suluk (perjalanan rohani). Bagian ini menjelaskan bagaimana
seseorang penempuh rohani (salik) yang ingin mencapai tujan puncak
kemanusiaan, yakni tauhid, harus mengawali perjalanan, menempuh tahapan-
tahapan (maqam) perjalanannya secara berurutan, dan keadaan jiwa (hal) yang
bakal dialaminya sepanjang perjalanannya tersebut.

c. Tasawuf falsafi

8
Tasawuf Falsafi secara bahasa bisa kita bagi menjadi dua, yaitu antasa
Tasawuf dan Filsafat. Tasawuf artinya kecintaan terhadap tuhan, sedangkan
ilmu Filsafat Islamadalah yang berkenaan dengan akal atau fikiran. Falsafi
disini adalah cara yang digunakan dalam bertasawuf.

Tasawuf Falsafi adalah sebuah aliran dalam bertasawuf yang


menggabungkan antara visi mistik dan visi yang rasional. Tasawuf ini
merupakan hasil dari pemikiran-peminkiran para tokoh-tokoh yang
diungkapkan dengan bahasa filosofis.Tasawuf ini tidak bisa dikatakan sebagai
Tasawuf yang murni karena telah menggunakan pendekatan fikiran dan rasio,
namun juga tidak bisa dikatakan filsafat seutuhnya karena didasarkan pada
rasa. Dengan kata lain Tasawuf Falsafi merupakan penggabungan antara rasa
dan rasio.

Secara istilah dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari Tasawuf Falsafi
adalah, kajian terhadap tuhan, manusia dan sebagainya yang menggunakan
motode rasio atau akal. Aliran dalam Tasawuf Falsafi terkesan tidak jelas,
karena banyaknya istilah-istilah yang diungkapkan oleh tokohtokkohnya
dalam aliran ini yang tidak bisa dimengerti, lantaran menggunakan istilah
Filsafat.

Tokoh-tokoh dalam Tasawuf Falsafi pada umumnya mengerti dan akrab


dengan ilmu Filsafat. Mereka mempelajari Filsafat Barat, Yunani Kuno,dan
Filsafat Islam, serta mengenal para filosof barat seperti, Socrates, Aristoteles
serta pemikiran-pemikiran filosof Islam seperti Al Farabi dan Ibnu Sina.6

6 (Abdul Kadir Riyadi, 2014: 199).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Kehidupan sufi sudah terdapat pada diri nabi dan kehidupan sehari-hari beliau.
Tetapi kata tasawuf belum muncul pada saat itu. Sahabat nabi yang pertama kali
mempelajari tentang filsafat ibadah dan menjadikan ibadah secara satu tariqah
yang khusus adalah Hudzaifah bin Al-Yamani. Hudzaifah pula yang pertama kali
mendirikan madrasah tasawuf.

Dari madarsah tasawuf tersebut, lahir lah imam sufi yang pertama yang
bernama Al-Hasan Al-Basri. Dan dari Hasan Al-Basri muncullah ilmu tasawuf
yang diajarkan di madrasah yang ia pelopori.disusul dengan berdirinya madrasah
Sa’id bin Musayyab di Irak dan diteruskan dikurasan Persia.

Dengan meluasnya ilmu tasawuf maka hancurlah gerakan ilhad atau ateis.
Dalam perluasan ilmu tasawuf terdapat beberapa aliran. Dan dari aliran-aliran
tersebut, tasawuf tersebar diseluruh dunia.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun,masih banyak hal yang harus
diperbaiki dan dikoreksi,pembahasan yang disajikan pun masih belum
lengkap.Untuk itu kami mengharapkan kontribusi positif untuk kemajuan kita
Bersama,karena kami tidak menunggu sempurna untuk melakukan sesuatu tapi
kami melakukan sesuatu untuk menuju kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

10
(Muhammad Fauqi H , 2013: 17)

(Samsul Munir Amin, 2015: 209).

(QS Asy Syams : 7-8)

(M. Hamdani Bakran adz-Dzaky, 2002: 259).

(Mustafa Zahri, 1998: 82).

(Abdul Kadir Riyadi, 2014: 199).

11

Anda mungkin juga menyukai