TASAWUF
DISUSUN OLEH :
UNIT/SEM : 3/VI
DOSEN PEMBIMBING : Dr. H. MARHABAN, MA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Sejarah Perkembangan Tasawuf”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Sejarah Perkembangan Tasawuf Salafi (Akhlaqi)...........................3
B. Sejarah Perkembangan Tasawuf Falsafi..........................................6
C. Sejarah Perkembangan Tasawuf Syi’i.............................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf salafi (akhlaqi)?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf falsafi?
3. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf syi’i?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada abad ketiga ini mulai ada segolongan ahli tasawuf yang mencoba
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang masa itu, mereka membaginya
menjadi tiga macam, yaitu:
Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, yaitu tasawuf yang berisi suatu
metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa, yang
mengkonsentrasikan-kejiwaan manusia kepada Khaliqnya,
sehingga ketegangan kejiwaan akibat pengaruh keduniaan dapat
teratasi dengan baik.
Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak; yaitu didalamnya
terkandung petunjuk-petunjuk tentang tata cara berbuat baik serta
cara menghindari keburukan; yang dilengkapi dengan riwayat dari
kasus yang pernah di alami oleh para sahabat Nabi.
Tasawuf yang berintikan metafisika; yaitu didalamnya terkandung
ajaran yang melukiskan hakikat Ilahi, yang merupakan satu-
satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak, serta melukiskan
sifat-sifat Tuhan, yang menjadi alamat bagi orang-orang yang
akantajalli kepada-Nya.
3. Abad Keempat Hijriah
Pada abad keempat hijriah ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang
lebih pesat dibandingkan dengan abad ketiga hijriah, karena usaha maksimal para
ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Akibatnya, kota Baghdad satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan
tasawuf paling besar sebelum masa itu tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangankan tasawuf diluar kota Baghdad pada abad
keempat ini dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kealimannya,
antara lain:
Musa Al-Anshary; mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan (Persia
atau Iran), dan wafat disana tahun 320 H.
Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy; mengajarkannya disalah
satu kota di Mesir, dan wafat disana tahun 322 H.
4
Abu Zaid Al-Adamy; mengajarkannya di Semenanjung Arabiyah,
dan wafat disana tahun 314 H.
Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy; mengajarkannya
di Naisabur dan kota Syaraz, hingga ia wafat tahun 328 H.
Perkembangan tasawuf diberbagai negeri dan kota tidak mengurangi
perkembangan tasawuf kota Baghdad bahkan,penulisan kitab-kitab tasawuf disana
mulai bermunculan, misalnya kitab Qutubul Qultib Fi Mu’amalatil Mahbub, yang
dikarang oleh Abu Thalib Al-Makky (meninggal di Baghdad tahun 386 H).
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad keempat ini adalah semakin kuatnya
unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf, karena banyaknya buku filsafat
yang tersebar dikalangan umat Islam hasil dari terjemahan orang-orang musliam
sejak permulaan Daulah Abbasiyah. Pada abad ini pula mulai dijelaskan
perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat
macam:
Ilmu Syariah
Ilmu Thariqah
Ilmu Haqiqah
Ilmu Ma’rifah
4. Abad Kelima Hijriah
Pada abad kelima hijriah muncullah Imam Al-Ghazali, yang sepenuhnya
hanya menerima tasawuf berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta bertujuan
asketisme, kehidupan sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral.
Pengetahuan tentang tasawuf berdasarkan tasawuf dikajinya dengan begitu
mendalam. Di sisi lain, ia melancarkan kritikan tajam terhadap para filosof,
kaum Mu’tazilah dan Batiniyah. Al-Ghazali berhasil mengenalkan prinsip-prinsip
tasawuf yang moderat, yang seiring dengan aliran ahlu sunnah waljama’ah, dan
bertentangan dengan tasawuf Al-Hajjaj dan Abu Yazid Al-Busthami, terutama
mengenai soal karakter manusia.
5. Abad Keenam Hijriah
Pada abad keenam hijriah, sebagai akibat pengaruh keperibadian Al-
Ghazali yang begitu besar, pengaruh tasawuf Sunni semakin meluas ke seluruh
5
pelosok dunia Islam. Keadaan ini memberi peluang bagi munculnya para tokuoh
sufi yang mengembangkantarikat-tarikat untuk mendidik para murid mereka,
seperti Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i (wafat pada tahun 570 H) dan Sayyid Abdul
Qadir Al-Jailani (wafat pada tahun 651 H).
6
pengokohan akhlak , dan tasawuf falsafi, yakni aliran yang menonjolkan
pemikiran-pemikiran filosofis dengan ungkapan-ungkapan ganjilnya (syathahiyat)
dalam ajaran-ajaran yang dikembangkannya. Ungkapan-ungkapan syathahiyat itu
bertolak dari keadaan yang fana menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan
ataupun hulul.
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam tasawuf falsafi antara lain, yaitu Ibn
Masarrah (dari Cordova, Andalusia, wafat tahun391 H), Syukhrawardi (dari
Persia, wafat dibunuh di Aleppo tahun 587 H), dan Ibn Arabi (sufi Andalusia,
wafat di Damaskus tahun 638 H). bila tasawuf sunni memperoleh bentuk final
pada pengajaran Al-Ghazali, maka tasawuf falsafi mencapai puncak
kesempurnaannya pada pengajaran Ibn Arabi. Dengan pengetahuannya yang amat
kaya, baik dalam lapangan keislaman mapun dalam lapangan filsafat, ia berhasil
membuat karya tulis yang luar biasa banyaknya (di antaranya, Futuhat Al-
Makkiyah dan Fushush Al-Hikam). Hampir semua praktik, pengajaran, dan ide-
ide yang berkembang dikalangan sufi diliputinya dengan penjelasan-penjelasan
memadai. Ajaran sentral Ibn Arabi adalah tentang kesatuan wujud (Wahdah Al-
Wujud).
7
dalm Al-Muqaddimah telah menyinggung soal kedekatan kaum Syi’ah dengan
paham tasawuf. Ibnu Khaldun melihat kedekatan tasawuf falosofis dengan sekte
ismailiyah dan Syi’ah. Sekte ismailiyah menyatakan terjadinya hulul atau
ketuhanan para imam mereka. Menurutnya, kedua kelompok ini memiliki
kesamaan, khususanya dalam persoaalan “quthb” dan “abdal”. Bagi para sufi
filosof, quthb adalah puncak kaum arifin, sedangkan abdal merupakan perwakilan.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa doktrin yang seperti ini mirip dengan doktrin
aliran Ismailiyah tentang imam dan para wakilnya begitu juga tentang pakaian
compang-camping yang disebut-sebut berasal dari imam Ali. Jika berbicara
tentang tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf sunni. Dimana dua macam
tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan” atau “jarak” ini memiliki
perbedaan. Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa manusia dapat meninggal
dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan tasawuf terbagi kepada tiga aliran Tasawuf, aliran
pertama adalah aliran Tasawuf Salafi [Akhlaqi], aliran kedua adalah aliran
tasawuf Falsafi, dan aliran ketiga adalah aliran Tasawuf Syi’i. Tasawuf aliran
pertama mengalami Bereberapa fase yakni Pada abad kesatu dan kedua hijriyah
disebut dengan fase asketisme [Zuhud], Abad ketiga hijriyah fase terlihatnya
perkembangan tasawuf yang pesat, Abad keempat hijriyah fase kemajuan ilmu
tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan abad ketiga hijriyah, Abad kelima
hijriyah fase kemunculan imam Al-Ghazali, fase yang cenderung mengadakan
pembaharuan, yakni dengan mengembalikan ke landasan Al-Qur’an dan As-
Sunnah, dan Abad keenam hijriyah fase pengaruh tasawuf Sunni semakin luas ke
seluruh pelosok dunia Islam. Aliran kedua yakni aliran Tasawuf Falsafi disebut
pula dengan Tasawuf nazhari, yakni tasawuf yang ajaran-ajarannya memedukan
antara visi mistis dan visi rasional sedbagai pengasasnya. Dan Aliran ketiga yakni
aliran Tasawuf Syi’iatau Syi’ah didasarkan atas ketajaman pemahaman kaum sufi
dalam menganalisis kedekatan manusia dengan Tuhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10