Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERKEMBANGAN

TASAWUF

DISUSUN OLEH :

DINDA JELITA 1012017075

UNIT/SEM : 3/VI
DOSEN PEMBIMBING : Dr. H. MARHABAN, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Sejarah Perkembangan Tasawuf”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Sejarah Perkembangan Tasawuf Salafi (Akhlaqi)...........................3
B. Sejarah Perkembangan Tasawuf Falsafi..........................................6
C. Sejarah Perkembangan Tasawuf Syi’i.............................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu tasawuf yang merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat
kontroversi dikalangan para ahli sufi, dikarenakan di dalamnya mengandung
berbagai permasalahan yang menyangkut dengan aqidah dan keimanan seseorang.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua,
yaitu tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku dan tasawuf yang
mengarah pada teori-teori yang rumit dan memerlukan pemahaman mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut
sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasi ke arah kedua
disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini banyak dikembangkan para sufi yang
berlatar belakang sebagai filosof di samping sebagai sufi.
Perkembangan Tasawuf dan Islam telah mengalami beberapa fase.
Pertama, yaitu fase asketis (zuhud) yang tumbuh pada akad pertama dan kedua
Hijriyah sikap asketis ini dipandang sebagai pengantar tumbuhnya tasawuf.
Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya. Tasawuf berasal
dari gerakan zuhud yang selanjutnya berkembang menjadi tasawuf. Meskipun
tidak persis dan pasti, corak tasawuf dapat dilihat dengan batasan- batasan waktu
dalam rentang sejarah.
Corak-corak ilmu tasawuf yang berkembang menurut rentang waktu yang
sangat panjang, dengan berbagai motif dan konsep-konsep yang berbagai macam
tetapi dengan satu tujuan jua, yakni tentang keimanan dan tujuan hidup
seseorang.Tasawuf sebagai ajaran pembersihan hati dan jiwa memiliki sejarah
perkembangannya dari masa ke masa.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf salafi (akhlaqi)?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf falsafi?
3. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf syi’i?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Tasawuf Salafi (Akhlaqi)


Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman dari
intuisi-intuisi Islam. Sejak zaman sahabat dan tabi’in, kecendrungan pandangan
orang terhadap ajaran Islam secara lebih analitis sudah muncul.
1. Abad Kesatu dan Kedua Hijriah
Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase: pada
abad pertama dan kedua hijriah dikenal sebagai fase asketisme (zuhud). Sikap
asketisme (zuhud)ini banyak dipandang sebagai pengantar kemunculan tasawuf.
Pada fase ini, terdapat individu-individu dari kalangan muslim yang lebih
memusatkan diri pada ibadah. Mereka menjalankan konsepsi asketis dalam
kehidupan, yaitu tidak mementingkan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal.
Mereka lebih banyak beramal untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
akhirat, yang menyebabkan mereka lebih memusatkan diri pada jalur kehidupan
dan tingkah laku yang asketis. Tokoh yang sangat popular dari kalangan mereka
adalah Hasah Al-Bashri (wafat pada 110 H) dan Rabi’ah Al-Adawiyah (185 H).
kedua tokoh ini dijuluki sebagai zahid.
2. Abad Ketiga Hijriah
Pada abad ketiga hijriyah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku.perkembangan doktrin-doktrin
dan tingkah laku sufi ditandai dengan upaya menegakkan moral di tengah
terjadinya dekadensi moral yang berkembang saat itu sehingga di angan mereka,
tasawuf pun berkembang menjadi ilmu moral keagamaan. Kajian yang berkenaan
dengan akhlak ini menjadikan tasawuf terlihat  sebagai amalan yang sangat
sederhana dan mudah dipraktekan oleh semua orang terlebih oleh kaum salaf.
Kaum salaf tersebut melaksanakan amalan-amalan tasawuf dengan menampilkan
akhlak yang terpuji, dengan maksud memahami kandungan batiniah ajaran Islam
yang mereka nilai banyak mengandung muatan anjuran untuk berakhlak yang
terpuji.

3
Pada abad ketiga ini mulai ada segolongan ahli tasawuf yang mencoba
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang masa itu, mereka membaginya
menjadi tiga macam, yaitu:
 Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, yaitu tasawuf yang berisi suatu
metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa, yang
mengkonsentrasikan-kejiwaan manusia kepada Khaliqnya,
sehingga ketegangan kejiwaan akibat pengaruh keduniaan dapat
teratasi dengan baik.
 Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak; yaitu didalamnya
terkandung petunjuk-petunjuk tentang tata cara berbuat baik serta
cara menghindari keburukan; yang dilengkapi dengan riwayat dari
kasus yang pernah di alami oleh para sahabat Nabi.
 Tasawuf yang berintikan metafisika; yaitu didalamnya terkandung
ajaran yang melukiskan hakikat Ilahi, yang merupakan satu-
satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak, serta melukiskan
sifat-sifat Tuhan, yang menjadi alamat bagi orang-orang yang
akantajalli kepada-Nya.
3. Abad Keempat Hijriah
Pada abad keempat hijriah ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang
lebih pesat dibandingkan dengan abad ketiga hijriah, karena usaha maksimal para
ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Akibatnya, kota Baghdad satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan
tasawuf paling besar sebelum masa itu tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangankan tasawuf diluar kota Baghdad pada abad
keempat ini dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kealimannya,
antara lain:
 Musa Al-Anshary; mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan (Persia
atau Iran), dan wafat disana tahun 320 H.
 Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy; mengajarkannya disalah
satu kota di Mesir, dan wafat disana tahun 322 H.

4
 Abu Zaid Al-Adamy; mengajarkannya di Semenanjung Arabiyah,
dan wafat disana tahun 314 H.
 Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy; mengajarkannya
di Naisabur dan kota Syaraz, hingga ia wafat tahun 328 H.
Perkembangan tasawuf diberbagai negeri dan kota tidak mengurangi
perkembangan tasawuf kota Baghdad bahkan,penulisan kitab-kitab tasawuf disana
mulai bermunculan, misalnya kitab Qutubul Qultib Fi Mu’amalatil Mahbub, yang
dikarang oleh Abu Thalib Al-Makky (meninggal di Baghdad tahun 386 H).
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad keempat ini adalah semakin kuatnya
unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf, karena banyaknya buku filsafat
yang tersebar dikalangan umat Islam hasil dari terjemahan orang-orang musliam
sejak permulaan Daulah Abbasiyah. Pada abad ini pula mulai dijelaskan
perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat
macam: 
 Ilmu Syariah
 Ilmu Thariqah
  Ilmu Haqiqah
 Ilmu Ma’rifah
4. Abad Kelima Hijriah
Pada abad kelima hijriah muncullah Imam Al-Ghazali, yang sepenuhnya
hanya menerima tasawuf berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta bertujuan
asketisme, kehidupan sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral.
Pengetahuan tentang tasawuf berdasarkan tasawuf dikajinya dengan begitu
mendalam. Di sisi lain, ia melancarkan kritikan tajam terhadap para filosof,
kaum Mu’tazilah dan Batiniyah. Al-Ghazali berhasil mengenalkan prinsip-prinsip
tasawuf yang moderat, yang seiring dengan aliran ahlu sunnah waljama’ah, dan
bertentangan dengan tasawuf Al-Hajjaj dan Abu Yazid Al-Busthami, terutama
mengenai soal karakter manusia.
5. Abad Keenam Hijriah
Pada abad keenam hijriah, sebagai akibat pengaruh keperibadian Al-
Ghazali yang begitu besar, pengaruh tasawuf Sunni semakin meluas ke seluruh

5
pelosok dunia Islam. Keadaan ini memberi peluang bagi munculnya para tokuoh
sufi yang mengembangkantarikat-tarikat untuk mendidik para murid mereka,
seperti Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i (wafat pada tahun 570 H) dan Sayyid Abdul
Qadir Al-Jailani (wafat pada tahun 651 H).

B. Sejarah Perkembangan Tasawuf Falsafi


Tasawuf falsafi, disebut juga denga tasawuf nazhari, merupakan tasawuf
yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai
penggagasnya. Berbeda dengan tasawuf salafi (akhlaqi), tasawuf filodofi
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya.
Selama abad kelima hijriah, aliran tasawuf salafi (akhlaqi) terus tumbuh
dan berkembang. Sebaliknya, aliran tasawuf falsafi ini mulai tenggelam dan
muncul kembali dalam bentuk lain pada pribadi-pribadi sufi yang juga filosof.
Tenggelamnya aliran ini adalah imbas dari kejayaan teologiAhlussunnah Wal
Jama’ah di atas aliran-aliran lain.
Sejak abad keenam hijriah muncul sekelompok tokoh tasawuf yang
memadukan tasawuf mereka dengan filsafat, dengan teori mereka yang bersifat
setengah-setengah. Artinya, disebut murn tasawuf bukan, disebut murni filsafat
juga bukan. Di antara mereka yaitu Syukhrawardi Al-Maqtul (meninggal tahun
549 H), penyusun kitab Hikmah Al-Insyraqiyah, Syekh Akbar Muhyidin Ibnu
Arabi (meninggal pada Tahun 638 H), dan lain-lain. Mereka banyak menimba
berbagai sumber dan pendapat asing, seperti filsafat Yunani dan khususnya Neo-
Platonisme. Mereka pun banyak mempunyai teori mendalam mengenai jiwa,
moral, pengetahuan, wujud dan sangat bernilai baik ditinjau dari segi tasawuf
maupun filsafat, dan berdampak besar bagi para sufi mutakhir.
Dengan munculnya para sufi yang juga filosof, orang mulai
membedakannya dengan tasawuf yang mula-mula berkembang , yakni tasawuf
akhlaqi. Kemudian, tasawuf akhlaqi ini didentik dengan tasawuf sunni. Hanya
saja, titik tekan penyebutan tasawuf sunni dilihat pada upaya yang dilakukan oleh
sufi-sufi yang memegari tasawufnya dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan
demikian terbagi menjadi dua, yaitu sunni yang lebih berorientasi pada

6
pengokohan akhlak , dan tasawuf falsafi, yakni aliran yang menonjolkan
pemikiran-pemikiran filosofis dengan ungkapan-ungkapan ganjilnya (syathahiyat)
dalam ajaran-ajaran yang dikembangkannya. Ungkapan-ungkapan syathahiyat itu
bertolak dari keadaan yang fana menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan
ataupun hulul.
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam tasawuf falsafi antara lain, yaitu Ibn
Masarrah (dari Cordova, Andalusia, wafat tahun391 H), Syukhrawardi (dari
Persia, wafat dibunuh di Aleppo tahun 587 H), dan Ibn Arabi (sufi Andalusia,
wafat di Damaskus tahun 638 H). bila tasawuf sunni memperoleh bentuk final
pada pengajaran Al-Ghazali, maka tasawuf falsafi mencapai puncak
kesempurnaannya pada pengajaran Ibn Arabi. Dengan pengetahuannya yang amat
kaya, baik dalam lapangan keislaman mapun dalam lapangan filsafat, ia berhasil
membuat karya tulis yang luar biasa banyaknya (di antaranya, Futuhat Al-
Makkiyah dan Fushush Al-Hikam). Hampir semua praktik, pengajaran, dan ide-
ide yang berkembang dikalangan sufi diliputinya dengan penjelasan-penjelasan
memadai. Ajaran sentral Ibn Arabi adalah tentang kesatuan wujud (Wahdah Al-
Wujud).

C. Sejarah Perkembangan Tasawuf Syi’i


Diluar dua aliran tasawuf di atas, ada juga yang memasukkan tasawuf
aliran ketiga, yaitu tasawufSyi’I atau Syi’ah. Pembagian tasawuf aliran ketiga ini
didasarkan atas ketajaman pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan
manusia dengan Tuhan. Kaum Syi’ah dinisbatkan kepada pangikut Ali bin Abi
Thalib. Dalam sejarahnya, setelah perang Shiffin (yakni perang antara pendukung
Khalifah Ali dengan pendukung Muawiyah bin Abu Sufyan), para pendukung
fanatik Ali memisahkan diri, dan banyak berdiam didaratan Persia. Daratan Persia
terkenal sebagai daerah yang telah banyak mewarisi tradisi pemikiran semenjak
Imperium Persia Berjaya, dan disinilah kontak budaya antara Islam dan Yunani
telah berjalan sebelum dinasti Islam berkuasa di Persia.
Perkembangan tasawuf Syi’i dapat ditinjau melalui kaca mata
keterpengaruhan Persia oleh pemikiran-pemikiran filsafat Yunani. Ibnu Khaldun

7
dalm Al-Muqaddimah telah menyinggung soal kedekatan kaum Syi’ah dengan
paham tasawuf. Ibnu Khaldun melihat kedekatan tasawuf falosofis dengan sekte
ismailiyah dan Syi’ah. Sekte ismailiyah menyatakan terjadinya hulul atau
ketuhanan para imam mereka. Menurutnya, kedua kelompok ini memiliki
kesamaan, khususanya dalam persoaalan “quthb” dan “abdal”. Bagi para sufi
filosof, quthb adalah puncak kaum arifin, sedangkan abdal merupakan perwakilan.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa doktrin yang seperti ini mirip dengan doktrin
aliran Ismailiyah tentang imam dan para wakilnya begitu juga tentang pakaian
compang-camping yang disebut-sebut berasal dari imam Ali. Jika berbicara
tentang tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf sunni. Dimana dua macam
tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan” atau “jarak” ini memiliki
perbedaan. Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa manusia dapat meninggal
dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan tasawuf terbagi kepada tiga aliran Tasawuf, aliran
pertama adalah aliran Tasawuf Salafi [Akhlaqi], aliran kedua adalah aliran
tasawuf Falsafi, dan aliran ketiga adalah aliran Tasawuf Syi’i. Tasawuf aliran
pertama mengalami Bereberapa fase yakni Pada abad kesatu dan kedua hijriyah
disebut dengan fase asketisme [Zuhud], Abad ketiga hijriyah fase terlihatnya
perkembangan tasawuf yang pesat, Abad keempat hijriyah fase kemajuan ilmu
tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan abad ketiga hijriyah, Abad kelima
hijriyah fase kemunculan imam Al-Ghazali, fase yang cenderung mengadakan
pembaharuan, yakni dengan mengembalikan ke landasan Al-Qur’an dan As-
Sunnah, dan Abad keenam hijriyah fase pengaruh tasawuf Sunni semakin luas ke
seluruh pelosok dunia Islam. Aliran kedua yakni aliran Tasawuf Falsafi disebut
pula dengan Tasawuf nazhari, yakni tasawuf yang ajaran-ajarannya memedukan
antara visi mistis dan visi rasional sedbagai pengasasnya. Dan Aliran ketiga yakni
aliran Tasawuf Syi’iatau Syi’ah didasarkan atas ketajaman pemahaman kaum sufi
dalam menganalisis kedekatan manusia dengan Tuhan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anwar ,Rosihan.Solihin, Mukhtar. 2006.Ilmu Tasawuf.Bandung:CV PUSTAKA


SETIA

Sireger,Rivay.2002.Tasawuf. Jakarta:Rajawali après

Hamka.1986.Tasawuf Perkembangan dan pemurniaanya.Jakarta:


PT.CITRA SERUMPUN PADI

Nata,Abudin. 2003.Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

10

Anda mungkin juga menyukai