Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Akhlak dan Tasawuf

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF (AKHLAKI DAN FALSAFI)

Dosen Pengampu: Nilyati, S. Ag. M. Fil.I

Disusun oleh:

Kelompok 5

Muhammad mafad (301220010)

Pajar Rizki Baroka (301220001)

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah Ini dapat
tersusun sampai dengan selesai guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akhlak dan
Tasawuf dengan judul (Sejarah perkembangan Tasawuf AKHLAKI Dan FALSAFI) dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam Semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, semoga kita Mendapat
syafaatnya kelak di akhirat. Amin ya rabbal alamin.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu, Ibu Nilyati, S. Ag. M. Fil.I yang
membantu kami secara moral dan materil. Terima kasih juga kepada teman-teman Yang mendukung
kami. Pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini memang masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan di
Dalamnya. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah Ini
bermanfaat bagi kita semua.
Ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
A.Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Tasawuf........................................................4
B.Hubungan Antara ilmu akhlak dan ilmu Tasawuf.............................................................5
C.Pengertian Tasawuf menurut Para Sufi .......................................................................... 6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9
iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam semenjak dipimpin oleh Rasulullah SAW. selalu mengedepankan


akhlak yang baik, hidup dalam kesederhanaan di samping mengedepankan Ibadah. Islam
sendiri terdiri dari beberapa aspek yaitu Aqidah, syariat, dan akhlak. Aspek ketiga ini menjadi
hal yang penting dimana, akhlak merupakan implementasi dari usaha manusia mengenal
Tuhannya atau yang disebut sebagai tasawuf.

Tasawuf merupakan suatu metode untuk mengobati hati manusia dari nafsu
duniawi dalam rangka mengenal Allah SWT. Tasawuf menjadi suatu yang penting bagi
manusia yang ingin menggapai tingkatan makrifatullah, di mana hanya manusia pilihan
seperti Rasulullah yang terjaga dari perbuatan dosa serta cinta dunia sehingga mampu
melihat Tuhan dengan hatinya. Sesuatu yang tampak pada seseorang yang bertasawuf yaitu
akhlak yang mulia.

Sejak zaman Rasulullah sudah ada golongan orang yang telah bersungguh-sungguh
mengorbankan seluruh waktu dan hartanya serta meninggalkan hal yang bersifat duniawi
untuk berjuang bersama Rasulullah. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang-
orang yang mulai gemar bertasawuf di samping melakukan ritual ibadah. Akhirnya banyak
bermunculan aliran-aliran tasawuf yang berbeda-beda coraknya yang disebabkan oleh faktor
yang mempengaruhinya serta pengalaman spiritual yang berbeda tiap individu

B. Rumusan Masalah
1.Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Tasawuf
2. Hubungan Antara Tasawuf Dan ilmu lain
3. Pengertian Tasawuf menurut Para ahli

C. Tujuan
1.Untuk Menjelaskan perkembangan ilmu tasawuf pada zaman dahulu
2. Untuk Menjelaskan apa saja Hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Tasawuf
3.Untuk Memaparkan Ilmu Tasawuf menurut Para ahli
1.
BAB II
PEMBAHASAN

1.SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF


A. PERTUMBUHAN TASAWUF

Tasawuf adalah bagian dari syariat Islam, yaitu perwujudan dari ihsan. Salah satu
dari tiga kerangka ajaran Islam yang lain, yaitu iman dan Islam. Oleh karena itu,
bagaimanapun perilaku tasawuf harus tetap berada dalam kerangka syariat. Abu Yazid Al-
Busthami mengatakan, "Kita tidak boleh tergiur terhadap orang yang diberi kekeramatan,
sehingga tahu betul konsistensinya terhadap syariat Islam."

Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari ketidakpuasan


terhadap praktik ajaran Islam yang cenderung formalisme dan legalisme. Selain itu, tasawuf
juga sebagai gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial, politik, moral, dan ekonomi
yang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pada saat yang demikian itu, tampillah beberapa
tokoh Yang memberikan solusi dengan ajaran tasawufnya. Solusi tasawuf terhadap
formalisme dan legalisme dengan spiritualisasi ritual merupakan pembenahan dan
transformasi tindakan fisik ke dalam tindakan batin. 1

Dalam sejarah perkembangan ilmu Tasawuf, para ahli membagi tasawuf menjadi
dua. Pertama, tasawuf Akhlaki, ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf, karena mengarah pada teori-teori perilaku. Kedua, tasawuf
Falsafi, yaitu tasawuf yang mengarah pada teori- teori yang rumit dan memerlukan
pemahaman mendalam. Tasawuf Falsafi ini banyak dikembangkan para sufi yang berlatar
belakang sebagai filsuf.

Pada awalnya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman tentang makna


institusi-institusi Islam. Sejak zaman sahabat dan tabi'in, kecenderungan pandangan orang
terhadap ajaran Islam secara lebih analisis sudah muncul. Ajaran Islam dipandang dari dua
aspek, yaitu aspek lahiriah dan aspek batiniah, atau aspek "luar" dan aspek "dalam".
Pendalaman dan pengamalan aspek "dalam" mulai terlihat sebagai hal yang paling utama,
namun tanpa mengabaikan aspek "luar" yang dimotivasi untuk membersihkan jiwa.
Tanggapan perenungan mereka lebih berorientasi pada aspek “dalam”, yaitu cara hidup
yang lebih mengutamakan rasa, keagungan Tuhan, dan kebebasan dari egoisme.

Tasawuf Akhlaki identik dengan tasawuf Sunni. Hanya saja, titik berat penyebutan
tasawuf Sunni dilihat pada upaya yang dilakukan oleh sufi-sufi yang me magari tasawufnya
dengan Alquran dan sunnah. Dengan demikian aliran tasawuf terbagi menjadi dua, yaitu
tasawuf Sunni yang lebih berorientasi pada pengokohan akhlak dan tasawuf Falsafi yang
menonjolkan pemikiran- pemikiran filosofis.

1
Drs. Amin, Samsul munir, M.A, Ilmu Tasawuf (Jakarta: AMZAH JI. Sawo raya imprint Bumi aksara, 2022) hlm.
122 .
2.

B. PERKEMBANGAN TASAWUF

Masa perkembangan tasawuf ditandai dengan banyaknya para sahabat yang


menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Mereka berpuasa di siang hari, melaksanakan
shalat dan membaca qur'an di malam hari. Seperti halnya Abdullah bin Umar, Abu Dzar al-
Ghiffari, Bahlul bin Zuaib, dan Kahmas al-Hilali.

Abad pertama Hijriyah bagian kedua, lahir Hasan al- Bashri, seorang zahid pertama
dan termasyhur dalam sejarah tasawuf. la Lahir di madinah 642-728 M. Hasan Bashri dikenal
sebagai pengusung khauf dan raja. Pada akhir abad II H, muncul Rabi'ah al-Adawiyah (w.
185), seorang sufi wanita yang terkenal dengan ajaran cintanya (hub al-ilah).

Pada prinsipnya perkembangan tasawuf itu ada tiga tahapan, pertama periode
pembentukan dengan menonjolkan gerakan-gerakan zuhud sebagai fenomena sosial.
Periode ini berlangsung selama abad pertama dan kedua hijriyah yang dipelopori oleh para
sahabat, tabi'in, dan tabi'i tabi'in. Pada masa ini fenomena yang terjadi adalah semangat
untuk beribadah dengan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Nabi SAW, untuk
kemudian mereka mencoba menjalani hidup zuhud. Tokoh-tokoh sufi pada periode ini
adalah Hasan Bashri (110 H.) dengan konsep khouf dan Rabi'ah 701 Al-Adawiyah (185 H.)
dengan konsep cinta (Al-Hubb)."

Kedua, memasuki abad ketiga dan ke-empat hijriyah tasawuf kembali menjalani
babak baru. Pada abad ini tema-tema yang diangkat para sufi lebih mendalam. Berawal dari
perbincangan seputar akhlak dan budi pekerti, mereka mulai ramai membahas tentang
hakikat Tuhan, esensi manusia serta hubungan antar keduanya. Dalam hal ini kemudian
muncul tema-tema seperti ma'rifat, fana', dzauk, dan lain sebagainya." Para tokoh pada
masa ini diantaranya Imam Al-Qusyairi, Suhrawardi Al-Baghdadi, Al-Hallaj, dan Imam
Ghazali.

Ketiga, abad ke-enam dan ketujuh tasawuf kembali menemukan suatu bentuk
pengalaman baru. Persentuhan tasawuf dengan filsafat berhasil mencetak tasawuf menjadi
lebih filosofis yang kemudian dikenal dengan istilah teosofi. Dari sinilah kemudian muncul
dua varian tasawuf, Sunni dengan coraknya amali dan Falsafi dengan corak iluminatifnya.
Adapun tokoh-tokoh teosofi abad ini adalah Surahwardi Al-Maqtül (549 H.), Ibnu Arabi (638
H.), dan Ibnu Faridh (632 H.)2

Jika dilacak secara cermat maka praktek-praktek zuhud yang berkembang di dua
abad pertama tersebut adalah hal yang lumrah dan dapat ditemukan pembenarnya." Dalam
pandanga Islam, zuhud bukanlah upaya untuk memusuhi dunia materi dan harta. Zuhud
dalam Islam tidak seperti istilah kependetaan dalam Yahudi dan Nasrani. Zuhud bukanlah
uzlah yang dalam artian menjauh dari hiruk pikuk bumi dan berada dalam kesendirian serta
tidak menghiraukan kehidupan sosial.

2
Dr. H. Badrudin , M. Ag. Pengantar Ilmu Tasawuf (Serang: A-empat, Puri Kartika Banjarsari, 2015) hlm.21.
3.

2. HUBUNGAN TASAWUF DAN ILMU LAIN

Memadukan antara tasawuf, Ilmu Kalam, filsafat, fiqih, dan Ilmu Kalam sebagai satu
kesatuan yang tidak boleh dipisahkan merupakan dengan tujuan pemahaman terhadap
masalah keagamaan dapat dipahami dan dimengerti secara utuh. Sehingga hal itu bisa
mengimplementasikan makna-makna yang terkandung dalam ajaran tasawuf dan
memberikan penjelasan secara tepat terhadap istilah-istilah yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman seperti zuhud, hubbuddun-ya (cinta dunia) dan lain- lainnya serta
memberikan interpretasi baru yang sesuai dengan prinsip- prinsip nilai Ilahiyah yang lurus.!

A. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam

Nama lain dari Ilmu Kalam adalah Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid, dan Ilmu Aqidah; di
dalamnya dibicarakan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan, dengan diiringi dasar-dasar
argumentasi aqliyah dan naqliyah.

Dalam kaitan antara Ilmu Kalam dan Ilmu Tasawuf keduanya mempunyai fungsi
sebagai berikut:

Pertama, sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.


Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzaug dan wijdan) terhadap Ilmu Tauhid atau Ilmu
Kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati dan teraplikasikan dalam prilaku. Dengan
demikian, Ilmu Tasawuf merupakan penyempurna Ilmu Tauhid jika dilihat dari sudut
pandang bahwa Ilmu Tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari Ilmu Tauhid.

Kedua, berfungsi sebagai pengendali Ilmu Tasawuf. Jika timbul suatu aliran yang
bertentangan dengan akidah yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah maka itu
merupakan penyimpangan dan harus ditolak.

Ketiga, berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-


perdebatan kalam. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran rohaniah, Ilmu Kalam dapat
bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Di sinilah Ilmu Tasawuf berfungsi memberi
muatan rohaniah sehingga Ilmu Kalam tidak dikesani sebagai dialektika ke-Islam-an belaka,
yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qalbiyah (hati)." 3

B. Hubungan Tasawuf dengan Filsafat

Filsafat landasan pemikirannya dengan logika, sedangkan tasawuf landasannya


dengan hati sanubari. Dalam filsafat penuh dengan tanda tanya. Apa, bagaimana, dari mana,
dan apa sebab? Sedangkan dalam tasawuf tidak mempertanyakan. Sehingga orang yang
tidak memasuki alam tasawuf dengan sendirinya tidaklah akan turut merasa apa yang
mereka rasai (dalam keyakinan pemikirannya). Bahkan bagi kaum sufi, kuasa perasaan itu
lebih tinggi dari kuasa kata-kata. Mereka tidak tunduk kepada susuman huruf dan bunyi
suara. Bukankah kata-kata itu hanya dapat menunjukkan sebagian saja dari makna yang
dimaksud? Dengan filsafat orang mengetahui makna pemahamannya."

3
Dr. H. Badrudin , M. Ag. Pengantar ilmu Tasawuf (Serang: A-empat, Puri Kartika Banjarsari, 2015) hlm. 26
4.

Oleh karena itu, menjadi tinggi martabat tasawuf kalau diiringi dengan pengetahuan
dan mempunyai keahlian berfilsafat. Dalam hal ini sebagai figurya adalah Imam Ghazali,
Suhrawardi, Ibnu Arabi. Sehingga menjadi kacau dan rancu kalau tasawuf dimiliki oleh orang
yang tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan. Dengan demikian jelas hubungan tasawuf
dan filsafat sangat berkaitan.

3. PENGERTIAN TASAWUF MENURUT PARA SUFI

Menurut Para Sufi tasawuf Ialah hal yang harus lebih menekankan spiritualitas
dalam berbagai aspeknya? Ini karena para ahli tasawuf, memercayai keutamaan “spirit”
ketimbang “jasad,” memercayai dunia spiritual ketimbang dunia material. Secara ontologis
mereka percaya bahwa dunia spiritual lebih hakiki dan real dibanding dengan dunia jasmani.
Bahkan sebab terakhir dari segala yang ada ini, yang kita sebut Tuhan, juga bersifat spiritual.

Karena itu, realitas sejati bersifat spiritual, bukan seperti yang disangkakan kaum
materialis bahwa yang real adalah yang bersifat mate- rial. Begitu nyata status ontologis
“Tuhan” yang spiritual tersebut, sehingga para sufi berkeyakinan bahwa Dialah satu-satunya
Realitas Sejati; Dialah “asal” dan sekaligus “tempat kembali,” alfa dan omega. Hanya kepada-
Nyalah para sufi mengorientasikan jiwa mereka, karena Dialah buah kerinduan mereka, dan
kepada-Nya mereka akan berpulang untuk selama- lamanya. 4

Manusia memiliki dua rumah, satu rumah jasadnya, yaitu dunia rendah ini, yang lain
rumah rohnya, yaitu alam yang tinggi. Tetapi karena hakikat manusia terletak pada rohnya,
maka manusia merasa terasing di dunia ini, karena alam rohanilah tempat roh atau jiwa
manusia yang sesungguhnya.

BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa tasawuf adalah upaya melatih
diri dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat mengantarkan dirinya lebih dekat dengan
Tuhannya sehingga memancarkan akhlak yang mulia.

4
Kartanegara, Mulyadhi Menyelami lubuk Tasawuf (Penerbit Erlangga , 2006) Hlm.3
5.

Anda mungkin juga menyukai