Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU TASAWUF DAN SEJARAHNYA

Dosen pengampu : Dr. Erma Suriani, M.S.I

Disusun oleh :

Muhammad fahrurrozi ( 210102126)

Rinald Farobi (210102136)

Muhamad Rizki Alpiansyah (210102120)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya, kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ILMU TASAWUF DAN
SEJARAHNYA”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Erma
Suriani, M.S.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Pembelajaran
Bahasa Arab, yang telah membantu dan memberikan bimbingan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Sehingga perlu adanya penyempurnaan
yang lebih baik dan optimal.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa/i dalam proses pembelajaran. Terlepas dari hal ini kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diperlukan demi sempurnanya makalah ini. Dan
semoga dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Definisi Ilmu Tasawuf............................................................................................3


B. Pengertian Ilmu Tasawuf........................................................................................3
C. Ajaran-ajaran Dalam Ilmu Tasawuf.......................................................................5
D. Sejarah Ilmu Tasawuf.............................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu tasawuf dapat ditelusuri kembali ke awal munculnya agama Islam
pada abad ke-7 Masehi. Islam sebagai agama yang mengajarkan ibadah,
akhlak, dan kepatuhan kepada Allah, juga menekankan pentingnya
pengembangan spiritualitas dan hubungan yang mendalam antara manusia
dengan Tuhannya.

Pada masa itu, sejumlah individu mulai menunjukkan ketertarikan dan


semangat yang mendalam untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam
tentang keberadaan Allah, spiritualitas, dan makna sejati kehidupan. Mereka
merenungkan ajaran Islam secara mendalam, berusaha mengamalkannya
dengan sungguh-sungguh, dan melampaui batas-batas formalitas keagamaan.
Kelompok-kelompok inilah yang dianggap sebagai pendahulu tasawuf.

Dalam pengembangannya, ilmu tasawuf dipengaruhi oleh berbagai


faktor, seperti perpaduan budaya dan pemikiran dari berbagai wilayah yang
dijelajahi oleh para sufi, seperti Timur Tengah, Persia, dan India. Pemikiran
dan praktik spiritual sufistik juga dipengaruhi oleh tradisi-tradisi spiritual non-
Islam, seperti Neoplatonisme, Gnostisisme, dan tradisi mistis Yahudi dan
Kristen.

Pada abad ke-9 Masehi, muncul tokoh-tokoh sufistik yang terkenal,


seperti Junaid al-Baghdadi, Abu Yazid al-Bisthami, dan Al-Hallaj. Mereka
memberikan kontribusi besar dalam pengembangan konsep-konsep tasawuf,
seperti konsep fanaa (penyerapan diri dalam keberadaan Allah) dan baqaa
(keabadian). Selain itu, pada masa ini, konsep tarekat atau jalan spiritual juga
mulai terbentuk, yang bertujuan untuk membimbing individu dalam mencapai
kesempurnaan spiritual.

Pengaruh ilmu tasawuf semakin meluas pada masa kekuasaan Dinasti


Abbasiyah di Timur Tengah. Pada masa ini, ilmu tasawuf memiliki pengaruh

1
yang kuat dalam kehidupan sosial dan kebudayaan Islam. Banyak karya sastra,
puisi, seni kaligrafi, dan arsitektur masjid yang terinspirasi oleh pemikiran
sufistik.

Dari masa ke masa, ilmu tasawuf terus berkembang dan memiliki


peran penting dalam kehidupan spiritual umat Islam. Para sufi dan mursyid
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu tasawuf menjadi
pembimbing bagi individu-individu yang ingin menempuh jalan tasawuf
dalam mencapai kedekatan dengan Allah dan kebahagiaan batin.

Sebagai cabang ilmu dalam agama Islam, ilmu tasawuf terus


memperkaya pemahaman tentang dimensi spiritual dalam kehidupan manusia
dan memberikan panduan untuk mencapai kebaikan dan kedekatan dengan
Allah melalui pengembangan diri dan praktik-praktik spiritual yang
mendalam.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana awal mula munculnya ilmu tasawuf
2. Apa definisi ilmu tasawuf?
3. Apa pengertian ilmu tasawuf?
4. Apa saja ajaran ajaran dalam ilmu tasawuf?
5. Bagaimana sejarah ilmu tasawuf?

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Bagaimana awal mula munculnya ilmu tasawuf
Selama abad pertama hijriah tasawuf belum dikenal sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mandiri. Abad ketiga hijriah dapat diklaim sebagai awal
dari adanya kesadaran untuk merumuskan epistema tasawuf Islam sebagai
bagian dari upaya identifikasi tasawuf Islam dengan perilaku keagamaan
yang senada. Klaim ini dikuatkan oleh fakta sejarah yang menyatakan
bahwa dalam masa ini muncul nama-nama besar yang mulai tergerak
untuk menulis tentang tasawuf semisal al-Muhasibi (w. 243 H), al-Kharraz
(w. 277 H), al-Hakim al-Tirmidzi (w. 285 H) dan al-Junayd (w. 297 H).
(al-Taftâzânî, 1991, hal. 95). Upaya perumusan epistema ini menjadikan
tasawuf tidak lagi identik sebagai pengejawantahan sikap keberagamaan,
namun beralih menjadi sebuah disiplin ilmu yang memuat sejumlah teori
dan banyaknya terma-terma sufistik yang tersebar. Tasawuf yang
sebelumnya punya kecenderungan elastis, tidak berbenturan dengan nilai-
nilai normatif, selaras dengan diskursus keagamaan lainnya seperti tafsir,
tetapi dalam abad 3 H. (masa kematangan tasawuf) justru terkesan kaku
dan mengambil jarak yang ironisnya diakibatkan oleh kemandirian
tasawuf itu sendiri. 1
Perkembangan yang sangat jelas dari kekakuan tasawuf dalam masa ini
adalah terjadinya perbedaan yang realatif signifikan dengan fikih. Objek
kajian tasawuf, metode dan sistematika, serta tujuannya yang semula
terkait erat dengan fikih mulai terpisahpisah. Fikih oleh kalangan tasawuf
hanya dilokalisir dalam ruang sempit dengan adanya labelisasiterhadapnya
sebagai `ilm al-Dzahir. Sementara tasawuf dipersepsikan sebagai `ilm al-
Bathin yang merepresentasikan pengalaman intuisi. Pengorbanan besar
yang harus dibayar akibat kemandirian tasawuf bukan hanya sekedar
keengganannya dipasung oleh kaidah-kaidah fikih. Tasawuf seolah-olah
mengesankan dirinya sebagai satu kajian yang kebal hukum. Akibat dari
1
Tokoh-tokoh Tasawuf dan Ajarannya

4
fenomena ini, paradigma tasawuf yang berkembang tidak lagi tunggal.
Muncul satu paradigma yang moderat dengan mencoba melakukan
kompromi antara dimensi esoteris dengan eksoteris, mempertemukan
ranah metafisika dengan ranah rasional atau fisika. Sementara di kalangan
lain, berkembang paradigma syadz yang mencoba menggambarkan relasi
Tuhan dengan manusia sehingga memunculkan ungkapan-ungkapan
syathahat dan konsepsi-konsepsi aneh semodel al-Ittihad dan alHulul.
Dalam kelompok teolog yang meyakini idealitas paradigma pertama
terdapat nama-nama besar seperti Ma`ruf al-Karkhi (w. 200 H), Abu
Sulayman al-Darani (w. 215 H) dan Dzu al-Nun alMishriy (w. 245 H).
Dari nama-nama tenar inilah terlahir sebuah rumusan ideal tentang tasawuf
Islam. Rumusan yang juga didengungkan oleh al-Harits ibn Asad al-
Muhasibi (w. 243 H). Bagi mereka, tasawuf haruslah terbangun atas nilai-
nilai normatif (syari`ah). Pemahaman yang demikian membuat entitas
tasawuf dalam benak mereka adalah ma`rifah, zuhd dan perhatian yang 3
mendalam terhadap akhlak manusia (metode introspeksi, manhaj al-
Istibthan) sebagai cermin dari kepribadiannya. Karena enggan terlepas
jangkauan dimensi normatif, pemaknaan terhadap terma alFana‖ menurut
kalangan ini juga harus tunduk kepada otoritas syari`ah. Asumsi ini
mengandaikan bahwa al-Fana‖ merupakan satu fase di mana manusia
mampu terlepas otoritas manapun dan hanya menyisakan indoktrinasi
Allah semata. Definisi terma al-Fana‖ beserta konsepsi-konsepsi tasawuf
menjadi demikian matang dan bahkan terkesan semakin kompleks saat
berada dalam sentuhan alJunayd (w. 297 H), sekalipun merupakan
penganut taat madzhab fiqh Abu Tsawr

B. Definisi Ilmu Tasawuf


Ilmu tasawuf adalah sebuah cabang ilmu dalam agama Islam yang
mempelajari aspek-aspek spiritual dan mistis dalam kehidupan
manusia, serta cara-cara untuk mencapai kesempurnaan dan
kedekatan dengan Allah. Ilmu tasawuf meliputi pemahaman
tentang akhlak, zikir, tafakkur, dan muhasabah diri, serta praktik-
praktik keagamaan seperti sholat, puasa, dan sedekah.

5
Ilmu tasawuf juga mempelajari tentang hakikat keberadaan,
hubungan antara manusia dengan Allah, dan tentang jalan menuju
kebahagiaan dan kepuasan batin. Para sufi atau mursyid yang ahli
dalam ilmu tasawuf biasanya menjadi pembimbing atau guru bagi
orang-orang yang ingin menempuh jalan tasawuf dalam kehidupan
mereka.

Dalam pengajaran ilmu tasawuf, terdapat penekanan pada


pentingnya menjaga hati, merawat kebersihan jiwa, serta
meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap kehadiran Allah
dalam setiap tindakan dan perbuatan. Oleh karena itu, ilmu tasawuf
sering dianggap sebagai jalan menuju kebahagiaan dan kedamaian
batin dalam agama Islam.

C. Pengertian Ilmu Tasawuf


Ilmu tasawuf adalah cabang ilmu dalam agama Islam yang mempelajari
aspek-aspek spiritual dan mistis dalam kehidupan manusia, serta cara-cara
untuk mencapai kesempurnaan dan kedekatan dengan Allah. Ilmu tasawuf
meliputi pemahaman tentang akhlak, zikir, tafakkur, dan muhasabah diri,
serta praktik-praktik keagamaan seperti sholat, puasa, dan sedekah.
Ilmu tasawuf juga mempelajari tentang hakikat keberadaan, hubungan
antara manusia dengan Allah, dan tentang jalan menuju kebahagiaan dan
kepuasan batin. Para sufi atau mursyid yang ahli dalam ilmu tasawuf
biasanya menjadi pembimbing atau guru bagi orang-orang yang ingin
menempuh jalan tasawuf dalam kehidupan mereka.
Pengajaran ilmu tasawuf mengajarkan pentingnya menjaga hati, merawat
kebersihan jiwa, serta meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap
kehadiran Allah dalam setiap tindakan dan perbuatan. Oleh karena itu,
ilmu tasawuf sering dianggap sebagai jalan menuju kebahagiaan dan
kedamaian batin dalam agama Islam.
D. Ajaran-ajaran dalam ilmu tasawuf
Ajaran-ajaran dalam ilmu tasawuf meliputi berbagai konsep dan praktik
spiritual yang ditujukan untuk mencapai kedekatan dengan Allah,
memperbaiki akhlak, dan mencapai kesempurnaan spiritual. Berikut
adalah beberapa ajaran utama dalam ilmu tasawuf:

6
1. Tawhid: Tawhid adalah keyakinan dalam kesatuan dan keesaan Allah.
Sufi meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak
disembah dan bahwa seluruh alam semesta adalah manifestasi dari
kehadiran-Nya.

2. Ihsan: Ihsan merujuk pada konsep berbuat baik secara sempurna. Sufi
berusaha untuk mencapai ihsan dengan melaksanakan segala perbuatan
dengan kebaikan dan kesempurnaan, baik dalam hubungan dengan Allah
maupun dengan sesama manusia.

3. Akhlak Mulia: Ilmu tasawuf mendorong pengembangan akhlak yang


mulia, seperti kesabaran, kejujuran, keadilan, rendah hati, dan kasih
sayang. Para sufi berupaya untuk meneladani sifat-sifat Allah yang mulia
dalam perilaku mereka.

4. Zikir: Zikir adalah praktik mengingat Allah dengan mengulang dan


menyebut nama-Nya. Zikir dapat dilakukan secara lisan, hati, atau
perbuatan. Tujuan dari zikir adalah untuk meningkatkan kesadaran akan
kehadiran Allah, memperkuat hubungan dengan-Nya, dan mencapai
penenangan jiwa.

5. Tafakkur: Tafakkur adalah meditasi dan refleksi mendalam terhadap


kebesaran Allah dan tanda-tanda-Nya dalam alam semesta. Melalui
tafakkur, para sufi berusaha memperdalam pemahaman tentang Allah dan
meningkatkan rasa takjub terhadap-Nya.

6. Muhasabah: Muhasabah adalah introspeksi diri dan evaluasi spiritual.


Para sufi secara teratur mengevaluasi perbuatan dan pikiran mereka,
memperbaiki kekurangan, dan berupaya untuk mendekatkan diri kepada
Allah dengan sungguh-sungguh.

7
7. Ma'rifa: Ma'rifa merujuk pada pengetahuan dan pengalaman langsung
tentang Allah. Para sufi berusaha untuk mencapai ma'rifa melalui
pengalaman spiritual yang intens dan pemahaman yang mendalam tentang
hakikat eksistensi dan keberadaan Allah.

Selain ajaran-ajaran tersebut, ilmu tasawuf juga mengajarkan konsep-


konsep seperti fanaa (penyerapan diri dalam keberadaan Allah), baqaa
(keabadian), tawakkul (percaya sepenuhnya pada Allah), dan hubungan
antara guru spiritual (mursyid) dan murid dalam perjalanan spiritual.

Penting untuk dicatat bahwa ajaran-ajaran dalam ilmu tasawuf bervariasi


tergantung pada tradisi, tarekat, dan pemahaman individu. Ajaran-ajaran
tersebut bertujuan untuk membimbing individu dalam mencapai kedekatan
dengan Allah dan meningkatkan kesalehan spiritual mereka.

Maqamat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk berada
dekat dengan Allah. Dalam pandangan Ath-Thusi sebagaimana dikutip
oleh Rosihon Anwar dan M. Alfatih bahwa maqamat adalah kedudukan
hamba (salik) dalam perjalanannya menuju Allah SWT melalui ibadah,
kesungguhan melawan rintangan (mujahadah), dan latihanlatihan rohani
(Riyadhah). Di antara tingkatan maqamat adalah: taubat, zuhud, wara’,
faqir, sabar, tawakkal, dan ridho
Ahwal yang dinamakan hal adalah apa yang didapatkan orang tanpa dicari
(hibah dari Allah SWT). Sedangkan dalam maqamat didapatkan dengan
dicari (diusahakan). Dengan kata lain hal itu bukan usaha manusia, tetapi
anugerah Allah setelah seorang berjuang dan berusaha melewati maqam
tasawuf. Yang termasuk ahwal antara lain : perasaan dekat, cinta, takut,
harap, rindu, yakin, dan puas terhadap Tuhan, serta tentram dan
musyahadah (perasaan menyaksikan kehadiran Tuhan).
E. Sejarah Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf berasal dari kata "sufi" yang mengacu pada sekelompok
orang yang berjuang untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan

8
kedekatan dengan Allah. Para sufis ini kemudian mengembangkan
pemikiran dan praktek-praktek spiritual yang menjadi dasar ilmu tasawuf.

Sejarah ilmu tasawuf dimulai pada zaman Nabi Muhammad saw. dengan
ajaran-ajarannya tentang akhlak dan kesalehan, yang kemudian menjadi
dasar pemikiran sufisme. Pada masa awal Islam, banyak tokoh sufistik
yang terkenal, seperti Hasan al-Basri, Rabiah al-Adawiyah, dan Dzun Nun
al-Misri.

Selanjutnya, pada abad ke-9 Masehi, banyak tokoh sufistik yang


bermunculan, seperti Junaid al-Baghdadi, Abu Yazid al-Bisthami, dan Al-
Hallaj, yang memberikan kontribusi besar pada pengembangan ilmu
tasawuf. Mereka mengembangkan konsep-konsep seperti fanaa
(penyerapan diri dalam keberadaan Allah), baqaa (keabadian), tawakkul
(percaya sepenuhnya pada Allah), dan tawhid (keyakinan dalam kesatuan
Allah).

Pada abad ke-11 Masehi, ilmu tasawuf mulai diorganisir secara formal,
dan para mursyid atau guru-guru sufistik mendirikan tarekat atau jalan
spiritual yang terstruktur untuk mengajarkan ajaran-ajaran sufistik kepada
para pengikutnya. Salah satu tarekat tertua yang masih ada hingga kini
adalah tarekat Naqsyabandiyah.

Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Timur Tengah, ilmu tasawuf


semakin berkembang dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial
dan kebudayaan Islam. Hal ini terlihat dari banyaknya karya sastra dan
seni yang terinspirasi oleh pemikiran sufistik, seperti puisi-puisi Rumi dan
Sa'di, serta seni kaligrafi dan arsitektur masjid-masjid yang dibangun
dengan filosofi tasawuf.

9
Pengaruh ilmu tasawuf terus bertahan hingga kini, dan masih menjadi
salah satu cabang ilmu penting dalam Islam yang dipelajari oleh banyak
orang.
F. Tokoh-Tokoh Ilmu tasawuf
Dan ini adalah beberapa nama-nama tokoh ilmu tasawuf:
a. Dzu Al-Nun Al-Misri
b. Abu Yazid Al-Busthami
c. Al-Junaid Al-Baghdadi
d. Al-Hallaj
e. Al-Ghazali
f. Ibn 'Arabi
g. Al-Jilli
h. Abd.Al-Qodir Jaylani
i. Ibn Athâ‖ Allâh
j. Ibn Al-Qayyim Al-Jawziyah

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu tasawuf adalah cabang ilmu dalam agama Islam yang mempelajari
dimensi spiritual dan mistis dalam kehidupan manusia. Dalam ilmu tasawuf,
terdapat ajaran-ajaran dan praktik-praktik spiritual yang bertujuan untuk
mencapai kedekatan dengan Allah, memperbaiki akhlak, dan mencapai
kesempurnaan spiritual.

Ajaran-ajaran dalam ilmu tasawuf meliputi keyakinan dalam kesatuan dan


keesaan Allah (tawhid), usaha untuk berbuat baik secara sempurna (ihsan),
pengembangan akhlak yang mulia, praktik zikir untuk mengingat Allah,
refleksi mendalam terhadap kebesaran-Nya (tafakkur), introspeksi diri
(muhasabah), dan pengetahuan serta pengalaman langsung tentang Allah
(ma'rifa).

Ilmu tasawuf juga mengajarkan konsep-konsep seperti fanaa (penyerapan diri


dalam keberadaan Allah), baqaa (keabadian), tawakkul (percaya sepenuhnya
pada Allah), dan hubungan antara guru spiritual (mursyid) dan murid dalam
perjalanan spiritual.

Tujuan dari ilmu tasawuf adalah untuk memperdalam hubungan manusia


dengan Allah, meningkatkan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap
aspek kehidupan, dan mencapai kedamaian batin serta kesempurnaan spiritual.
Praktik-praktik spiritual dan ajaran-ajaran dalam ilmu tasawuf berfungsi
sebagai panduan bagi individu untuk memperbaiki diri, meningkatkan
kesalehan, dan mencapai tujuan spiritual dalam agama Islam.

Penting untuk dicatat bahwa ajaran-ajaran dalam ilmu tasawuf dapat berbeda-
beda tergantung pada tradisi, tarekat, dan pemahaman individu. Namun, inti
dari ilmu tasawuf adalah mencapai kedekatan dengan Allah dan meningkatkan
kesalehan spiritual melalui praktik-praktik yang mendalam dan refleksi diri.

11

Anda mungkin juga menyukai