Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Urgensi Memahami Ilmu Tasawuf dan Tasawuf ”


(Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yang diampu
oleh Bapak Dr., Robingun Suyud El Syam., M.Pd.)

Disusun oleh:

1. Dwi Riki Suandi ( 2021010010 )

2. Nita Indriyani (2021010058)

3. Siti Analia Cahyaning Has ( 2021010060 )

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul “ Urgensi Memahami
Ilmu Tasawuf dan Tasawuf ”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun slalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaian terima kasih kepada semua pihakyang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhahi segla usaha kita. Amiin
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................

Kata
Pengantar ...........................................................................................................

Daftar
Isi ....................................................................................................................

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

B. Asal Usul dan Sejarah Tasawuf

C. Istilah - istilah dalam tasawuf

D. Fungsi Dan Peranan tasawuf dalam kehidupan modern

E. Perkembangan tasawuf
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang didirikan diatas tiga pilar utama, yaitu: Islam jika
memandang pada amal perbuatan, iman jika memandang pada aqidah yang mengerakkan,
dan Ihsan jika memandang pada kesempurnaan realisasi dan tujuan dari perpaduan iman
dan amal perbuatan. Ketida pilar ini dalam terminologinya bisa jadi mengalami perubahan,
termasuk yang paling terkenal yaitu terminology fiqh, Tauhied dan Tasawuf. Akan tetapi
sepanjang sejarahnya umat Islam senantiasa berusaha menerapkan ketiga pilar tersebut.
Generasi awal Islam adalah mereka yang menyatukan antara keluasan ilmu pengetahuan
dan kedekatan diri dengan Allah SWT. Kemudian dari mereka, lahirlah generasi-generasi
yang mempunyai kecintaan hati kepada Allah sekaligus ilmu yang dapat menerangi jalan
mereka menuju Allah. Mereka adalah ilmuwan (Ulama/Alim) sekaligus pendidik
(Murabbun/murabby) dalam waktu yang bersamaan.

Dari sana, terjadi perkembangan yang besar dalam ilmu-ilmu keislaman secara
umum, dimulai dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan diantaranya dalam bentuk
madrasah-madrasah, pesantren-pesantren dan universitas-universitas yang memperhatikan
ilmu-ilmu keislaman. Akan tetapi, sekarang lembaga-lembaga pendidikan tersebut
mengalami kemunduran karena mengesampingkan pilar Ihsan atau yang disebut sebagai
tasawwuf. Penyebabnya adalah pemisahan antara pengajaran praktis dengan (fungsi) guru
dan pendidik, yaitu dengan semakin sulitnya ditemukan guru pendidik sekaligus bisa
menjadi teladan moral sebagaimana ulama salaf dahulu.

B. Rumusan Masalah

1.Apa pengertian Tasawuf  ?

2. Apakah Asal Usul dan Sejarah Tasawuf?

3.jelaskan Istilah - istilah dalam tasawuf?

4. Perbedaan Fungsi Dan Peranan tasawuf dalam kehidupan modern?

5.Bagaimana Perkembangan tasawuf

C. Tujuan
1.mengetahui pengertian tasawuf

2.mengetahui asal usul dan sejarah tasawuf

3.mengetahui istilah istilah dalam tasawuf

4.mengetahui fungsi dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern

5.mengetahui perkembangan tasawuf


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASAL USUL DAN ISTILAH-ISTILAH DALAM TASAWUF


1. Pengertian Tasawuf

Dalam penjelasannya, Dr. Harun Nasution menerangkan bahwa: Tidak


mengherankan kalau kata sufi dan tasawuf dikaitkan dengan kata-kata Arab yang
mengandung arti suci. Penulis-penulis banyak mengaitkannya dengan kata:

1. Safa dalam arti suci dan sufi adalah orang yang disucikan. Dan memang, kaum
sufi banyak berusaha menyucikan diri mereka melalui banyak melaksanakan
ibadat, terutama salat dan puasa.

2. Saf (baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris pertama dalam salat di mesjid.
Saf pertama ditempati oleh orang-orang yang cepat datang ke mesjid dan banyak
membaca ayat-ayat al-Qur'an dan berdzikir sebelum waktu salat datang. Orang-
orang seperti ini adalah yang berusaha membersihkan diri dan dekat dengan
Tuhan.

3. Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah dengan
meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai
orang miskin, tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan
memakai suffah, (pelana) sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak
mempunyai apa-apa, berhati baik serta mulia dan tidak mementingkan dunia.
Inilah pula sifat-sifat kaum sufi.

4. Sophos (bahasa Yunani yang masuk kedalam filsafat Islam) yang berarti
hikmat, dan kaum sufi pula yang tahu hikmat. Pendapat ini memang banyak yang
menolak, karena kata sophos telah masuk kedalam kata falsafat dalam bahasa
Arab, dan ditulis dengan sin dan bukan dengan shad seperti yang terdapat dalam
kata tasawuf.

5. Suf (kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan
tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti
dengan kain wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian
ini melambangkan kesederhanaan serta kemiskinan dan kejauhan dari dunia.

Diantara semua pendapat itu, pendapat terakhir inilah yang banyak


diterima sebagai asal kata sufi. Jadi, sufi adalah orang yang memakai wol kasar
untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada alam
rohani. Orang yang pertama memakai kata sufi kelihatannya Abu Hasyim al-Kufi
di Irak (w.150 H).
B. Asal Usul dan Sejarah Tasawuf

Hakikat Tasawuf Seringkali tasawuf dituduh sebagai ajaran sesat. Tasawuf


dipersepsikan sebagai ajaran yang lahir dari rahim non Islam. Ia adalah ritual
keagamaan yang diambil dari tradisi Kristen, Hindu dan Brahmana. Bahkan
gerakan sufi, diidentikan dengan kemalasan bekerja dan berfikir. Betulkah?

Untuk menilai apakah satu ajaran tidak Islami dan dianggap sebagai
terkena infiltrasi budaya asing tidak cukup hanya karena ada kesamaan istilah atau
ditemukannya beberapa kemiripan dalam laku ritual dengan tradisi agama lain
atau karena ajaran itu muncul belakangan, paska Nabi dan para shahabat. Perlu
analisis yang lebih sabar, mendalam, dan objektif. Tidak bisa hanya dinilai dari
kulitnya saja, tapi harus masuk ke substansi materi dan motif awalnya.

Tasawuf pada mulanya dimaksudkan sebagai tarbiyah akhlak-ruhani:


mengamalkan akhlak mulia, dan meninggalkan setiap perilaku tercela. Atau
sederhananya, ilmu untuk membersihkan jiwa dan menghaluskan budi pekerti.
Demikian Imam Junaid, Syeikh Zakaria al-Anshari mendefiniskan.

Asal kata sufi sendiri ulama berbeda pendapat. Tapi perdebatan asal-usul
kata itu tak terlalu penting. Adapun penolakan sebagian orang atas tasawuf karena
menganggap kata sufi tidak ada dalam al-Qur\'an, dan tidak dikenal pada zaman
Nabi, Shahabat dan tabi\'in tidak otomatis menjadikan tasawuf sebagai ajaran
terlarang! Artinya, kalau mau jujur sebetulnya banyak sekali istilah-istilah (seperti
nahwu, fikih, dan ushul fikih) yang lahir setelah periode Shahabat, tapi ulama kita
tidak alergi, bahkan menggunakannya dengan penuh kesadaran.

· Sejarah Tasawuf

Kenapa gerakan tasawuf baru muncul paska era Shahabat dan Tabi\'in?
Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya, saat itu kondisinya tidak
membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan
ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara
pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme.

Tasawuf sebagai nomenklatur sebuah perlawanan terhadap budaya


materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat
dan para Tabi\'in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah perilaku yang tidak pernah
mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat
pada Allah Swt sebagai sang Khaliq

Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan


sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya
hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf
(sekitar abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang
hakikat hidup. Konon, menurut pengarang Kasf adh-Dhunun, orang yang pertama
kali dijuluki as-shufi adalah Abu Hasyim as-Shufi (w. 150 H).

C. Istilah-Istilah dalam Tasawuf

Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang istilah-istilah dalam Tasawuf, ada


baiknya mengikuti uraian berikut ini:

Jalan yang ditempuh seseorang untuk sampai ke tingkat melihat Tuhan


dengan mata hati dan akhirnya bersatu dengan Tuhan demikian panjang dan penuh
duri. Bertahun-tahun orang harus menempuh jalan yang sulit itu. Karena itu hanya
sedikit sekali orang yang bisa sampai puncak tujuan tasawuf. Jalan itu disebut tariqah
(bahasa Arab), dan dari sinilah berasal kata tarekat dalam bahasa Indonesia. Jalan itu,
yang intinya adalah penyucian diri, dibagi kaum sufi ke dalam stasion-stasion yang
dalam bahasa Arab disebut maqamat -tempat seorang calon sufi menunggu sambil
berusaha keras untuk membersihkan diri agar dapat melanjutkan perjalanan ke
stasion berikutnya. Sebagaimana telah di sebut diatas penyucian diri diusahakan
melalui ibadat, terutama puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir. Maka, seorang
calon sufi banyak melaksanakan ibadat. Tujuan semua ibadat dalam Islam ialah
mendekatkan diri itu, terjadilah penyucian diri calon sufi secara berangsur.

Jelas kiranya bahwa usaha penyucian diri, langkah pertama yang harus
dilakukan seseorang adalah tobat dari dosa-dosanya. Karena itu, stasion pertama
dalam tasawuf adalah tobat. Pada mulanya seorang calon sufi harus tobat dari dosa-
dosa besar yang dilakukannya Kalau ia telah berhasil dalam hal ini, ia akan tobat dari
dosa-dosa kecil, kemudian dari perbuatan makruh dan selanjutnya dari perbuatan
syubhat. Tobat yang dimaksud adalah taubah nasuha, yaitu tobat yang membuat
orangnya menyesal atas dosa-dosanya yang lampau dan betul-betul tidak berbuat
dosa lagi walau sekecil apapun. Jelaslah bahwa usaha ini memakan waktu panjang.
Untuk memantapkan tobatnya ia pindah ke stasion kedua, yaitu zuhud. Di stasion ini
ia menjauhkan diri dari dunia materi dan dunia ramai. Ia mengasingkan diri ke
tempat terpencil untuk beribadat, puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir.
Puasanya yang banyak membuat hawa nafsunya lemah, dan membuat ia tahan lapar
dan dahaga. Ia makan dan minum hanya untuk mempertahankan kelanjutan hidup. Ia
sedikit tidur dan banyak beribadat. Pakaiannyapun sederhana. Ia menjadi orang zahid
dari dunia, orang yang tidak bisa lagi digoda oleh kesenangan dunia dan kelezatan
materi. Yang dicarinya ialah kebahagiaan rohani, dan itu diperolehnya dalam
berpuasa, melakukan shalat, membaca al-Qur'an dan berdzikir.

Kalau kesenangan dunia dan kelezatan materi tak bisa menggodanya lagi,
ia keluar dari pengasingannya masuk kembali ke dunianya semula. Ia terus banyak
berpuasa, melakukan shalat, membaca al-Qur'an dan berdzikir. Ia juga akan selalu
naik haji. Sampailah ia ke stasion wara'. Di stasion ini ia dijauhkan Tuhan dari
perbuatan-perbuatan syubhat. Dalam literatur tasawuf disebut bahwa al-Muhasibi
menolak makanan, karena di dalamnya terdapat syubhat. Bisyr al-Hafi tidak bisa
mengulurkan tangan ke arah makanan yang berisi syubhat.

Dari stasion wara', ia pindah ke stasion faqr. Di stasion ini ia menjalani


hidup kefakiran. Kebutuhan hidupnya hanya sedikit dan ia tidak meminta kecuali
hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya. Bahkan ia tidak
meminta sungguhpun ia tidak punya. Ia tidak meminta tapi tidak menolak pemberian
Tuhan.

Setelah menjalani hidup kefakiran ia sampai ke stasion sabar. Ia sabar bukan


hanya dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan yang berat dan menjauhi
larangan-larangan Tuhan yang penuh godaan, tetapi juga sabar dalam menerima
percobaan-percobaan berat yang ditimpakan Tuhan kepadanya. Ia bukan hanya tidak
meminta pertolongan dari Tuhan, bahkan ia tidak menunggu-nunggu datangnya
pertolongan. Ia sabar menderita.

Selanjutnya ia pindah ke stasion tawakkal. Ia menyerahkan diri sebulat-bulatnya


kepada kehendak Tuhan. Ia tidak memikirkan hari esok; baginya cukup apa yang ada
untuk hari ini. Bahkan, sungguhpun tak ada padanya, ia selamanya merasa tenteram.
Kendatipun ada padanya, ia tidak mau makan, karena ada orang yang lebih berhajat
pada makanan dari padanya. Ia bersikap seperti telah mati.

Dari stasion tawakkal, ia meningkat ke stasion ridla. Dari stasion ini ia tidak
menentang percobaan dari Tuhan bahkan ia menerima dengan senang hati. Ia tidak
minta masuk surga dan dijauhkan dari neraka. Di dalam hatinya tidak ada perasaan
benci, yang ada hanyalah perasaan senang. Ketika malapetaka turun, hatinya merasa
senang dan di dalamnya bergelora rasa cinta kepada Tuhan. Di sini ia telah dekat
sekali dengan Tuhan dan iapun sampai ke ambang pintu melihat Tuhan dengan hati
nurani untuk selanjutnya bersatu dengan Tuhan.

Karena stasion-stasion tersebut di atas baru merupakan tempat penyucian diri bagi
orang yang memasuki jalan tasawuf, ia sebenarnya belumlah menjadi sufi, tapi baru
menjadi zahid atau calon sufi. Ia menjadi sufi setelah sampai ke stasion berikutnya dan
memperoleh pengalaman-pengalaman tasawuf.

· Adapun istilah-isilah yang berkaitan dengan tasawuf

1. maqam / maqamat
2. fana' dan baqa
3. ittihad
4. hulul
5. wihdatul wujud
6. zuhud
7. Mahabbah

D. Fungsi dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern


· Karakteristik tasawuf :
Berdasarkan objek dan sasarannya tasawuf dikasifikasikan menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Tasawuf Akhlaqi, yaitu Tasawuf yang sangat menekankan pada nilai-nilai etis
(moral)
2. Tasawuf Amali, yaitu Tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah,
tujuannya agar diperoleh pengahayatan spiritual dalam setiap melakukan ibadah.
3. Tasawuf Falsafi, yaitu Tasawuf yang lebih menekankan pada masalah-masalah
metafisik (sesuatu yang diluar nalar dan rasio manusia).
E. Perkembangan Tasawuf
Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf di dunia Islam dapat dikelompokan ke dalam
beberapa tahap :
1. Tahap Zuhud (Asketisme)
Tahap awal perkembangan tasawuf dimulai pada akhir abad ke-1H sampai kurang
lebih abad ke-2H.
Gerakan zuhud pertama kali muncul di Madinah, Kufah dan Basrah kemudian
menyebar ke Khurasan dan Mesir. Awalnya merupakan respon terhadap gaya
hidup mewah para pembesar negara akibat dari perolehan kekayaan melimpah
setelah Islam mengalami perluasan wilayah ke Suriah, Mesir, Mesopotamia dan
Persia.
2. Tahap Tasawuf Falsafi (Abad ke 6 H)
Pada tahap ini, tasawuf falsafi merupakan perpaduan antara pencapaian
pencerahan mistikal dan pemaparan secara rasional-filosofis. Ibn Arabi
merupakan tokoh utama aliran ini, disamping juga Al Qunawi, muridnya.
Sebagian ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu (Ba) Yazid Al Busthami dalam
aliran ini.
Aliran ini kadang disebut juga dengan Irfân (Gnostisisme) karena orientasinya
pada pengetahuan (ma'rifah atau gnosis) tentang Tuhan dan hakikat segala
sesuatu.
3. Tahap Tarekat ( Abad ke-7 H dan seterusnya )
Meskipun tarekat telah dikenal sejak jauh sebelumnya, seperti tarekat
Junaidiyyah yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al Baghdadi (w. 297
H) atau Nuriyyah yang didirikan oleh Abu Hasan Ibn Muhammad Nuri (w. 295
H), baru pada masa-masa ini tarekat berkembang dengan pesat.
Seperti tarekat Qadiriyyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561
H) dari Jilan (Wilayah Iran sekarang); Tarekat Rifa'iyyah didirikan oleh Ahmad
Rifai (w. 578 H) dan tarekat Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al
Suhrawardi (w. 563 H). Tarekat Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling
luas, tarekat ini sekarang telah memiliki banyak variasi , pada mulanya didirikan
di Bukhara oleh Muhammad Bahauddin Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi.
Dengan demikian, maka ilmu tasawwuf yang pada intinya adalah sebagai usaha
untuk menyingkap hijab yang membatasi antara manusia dengan Allah swt.
Dengan sistem yang tersusun melalui latihan ruhaniyah dan riyadhah an-nafs
yang mengandung empat unsur pokok :
1. Metafisika, yakni hal-hal yang berkenaan dengan luar alam dunia atau bisa juga
dikatakan sebagai ilmu ghaib.
2. Etika, yakni ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan yang buruk dengan
melihat pada amal manusia sejauh yang dapat dicari oleh akal dan pikiran
manusia.
3. Psikologia, yakni masalah yang berhubungan dengan jiwa. Psikologi dalam
tasawwuf tentu sangat berbeda dengan psikologi modern. Dalam tasawwuf yang
menjadi objek psikologi adalah diri sendiri.
4. Estetika, yakni ilmu keindahan yang melahirkan seni. Untuk meresapkan seni,
harus ada keindahan dalam diri. Puncak keindahan itu adalah cinta.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengertian tasawuf diambil dari beberapa kata yaitu Safa,Saf (baris)Ahl al-
Suffah,Sophos,Suf (kain wol)

2. Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
3. Berdasarkan objek dan sasarannya tasawuf dikasifikasikan menjadi tiga macam,
yaitu:

· Tasawuf Akhlaqi
· Tasawuf Amali,
· Tasawuf Falsafi

4. Perkembangan tasawuf
· Tahap zuhud
· Tahap tasawuf falsafi
· Tahap tarekat

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai