Anda di halaman 1dari 10

Dasar- dasar Ajaran Tasawuf dan Karakteristik Ajaran Tasawuf

Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu: Hj. Syarifah, S.Kom.I, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Rini Diniyati (193106700012)

Abdah Munibah (193106700016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBNU CHALDUN

JAKARTA – 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur, Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena
telah terselesaikannya makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad Sallallahu alaihi wasallam beserta seluruh keluarga, para
sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah wa syukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah Subhanahu Wata’ala kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Dasar-dasar Ajaran Tasawuf dan Karakteristik
Ajaran Tasawuf”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Syarifah, S.Kom.I, M.Pd.I. yang telah
membimbing kami, dan rekan terkait yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami berharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan
dalam makalah selanjutnya.
Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada, kami berharap agar isi dari makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tangerang, 6 Juni 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

A. Pengertian Tasawuf.........................................................................................................2

B. Dasar – dasar Ajaran Tasawuf........................................................................................5

C. Karakteristik Ajaran Tasawuf

BAB III.......................................................................................................................................6

PENUTUP..................................................................................................................................6

A. Kesimpulan.....................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan pada
dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah ilmu yang mulia karena berkaitan
dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu
yang paling utama secara mutlak. Lahirnya tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam
itu sendiri, maka dar itu ilmu tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti
untuk mencapai tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya,
mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan
Allah.
Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia.
Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan
keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti
dengan semakin meraknya kajian Islam dan juga melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang
masih berpengaruh dimasyarakat. Oleh sebab itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika
hingga sekarang, warna dan nuansa tasawuf masih tetap merupakan warna yang dominan di
dalam corak Islam Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tasawwuf?
2. Bagaiman Ajaran Tasawwuf?
3. Karakteristik Apa yang Ada Pada Ajaran Tasawwuf?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Makna Atau Arti dari Tasawwuf
2. Menjelaskan Ajaran-Ajaran Tasawwuf
3. Dapat Mengetahui Karakteristik dari Ajaran Tasawwuf

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf berarti usaha melatih diri dan berjuang melawan hawa nafsu dengan membuangkan
segala sifat-sifat yang keji dan membawa kepada akhlak yang indah seperti zuhud, penyantun,
sabar, ikhlas, benar dan sebagainya.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha tujuan Tasawuf adalah untuk memperoleh hubungan
langsung dan disadari dengan Tuhan sehingga disadari benar-benar bahwa seseorang berada
dihadirat Tuhan. Tasawuf ini hanya terdapat dalam agama Islam saja.
Berbeda dengan Fiqih, tasawuf prinsip asasinya adalah bahwa tidak ada wujud hakiki
kecuali Allah. Dengan demikian kalimat syahadat pertama Ashadu an la ilaha illa Allah ( aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah ), berarti Ia maujud illa Allah ( tidak ada wujud
Tuhan selain Allah ). Sedangkan roh manusia, menurut tasawuf adalah anugerah Tuhan dan berasal
dari roh-Nya. Karena itu, ia ingin berhubungan dengan sumber aslinya. Perhubungan itu dapat
mengambil bentuk al-ittihad ( bersatu dengan Allah ). Tasawuf atau sufisme adalah kegiatan yang
lebih menitik beratkan pada aspek esoteric Islam. Ia berbeda sama sekali dengan orientasi fiqh dan
syari’ah yang lebih mengarah kepada eksoteris.
Tasawuf berdasarkan asal usul katanya memiliki beberapa arti diantaranya :
1. Kata tasawwuf ( ‫ )التصوف‬adalah bahasa Arab dari kata suf yang artinya bulu
domba. Orang sufi biasanya memakai pakaian dari bulu domba yang kasar sebagai lambang
kesederhanaan dan kesucian. Dalam sejarah disebutkan, bahwa orang yang pertama kali
menggunakan kata sufi adalah seorang zahid yang bernama Abu Hasyim Al Kufi di Irak (wafat 150
H).
2. Ahl Al – Suffah (‫ )اهل الصفة‬yaitu orang – orang yang ikut hijrah dengan
Nabi, dari Mekah ke Madinah karena kehilangan harta, mereka berada dalam keadaan miskin dan
tak memiliki apa – apa. Mereka tinggal di serambi Masjid Nabi dan tidur diatas batu dengan
memakai pelana sebagai bantal.
3. Shafi ( ‫ )صافي‬yaitu suci. Orang – orang sufi adalah orang – orang yang
menyucikan dirinya dari hal – hal yang bersifat keduniawian dan mereka lakukan melalui latihan
yang berat dan lama. Dengan demikian, mereka adalah orang – orang yang disucikan.
4. Sophia( ‫)صوفى‬, berasal dari bahasa Yunan, yang artinya hikmah atau
filsafat. Jalan yang ditempuh oleh orang – orang sufi memiliki kesamaan dengan cara yang
dtempuh oleh para filosof. Mereka sama – sama mencari kebenaran yang berawal dari keraguan
dan ketidakpuasan.
2
5. Saf (‫ )صوف‬pertama. Sebagaimana halnya orang yang sholat pada saf
pertama mendapat kemuliaan dan pahala yang utama, demikian pula orang – orang sufi dimuliakan
Allah dan mendapat pahala, karena dalam sholat jamaah mereka mengambil saf yang pertama.[1]
Pengertian tasawuf berdasarkan istilah, telah banyak dirumuskan oleh ahli, yang satu sama lain
berbeda sesuai dengan seleranya masing – masing, diantaranya :
1. Menurut Al Jurairi , tasawuf adalah memasuki segala budi (akhlak) yang
bersifat sunni dan keluar dari budi pekerti yang rendah.
2. Menurut Al Junaidi, tasawuf adalah bahwa yang Hak adalah yang
mematikanmu dan Hak – lah yang menghidupkanmu, dalam ungkapan lain, Al Junaidi mengatakan
bawha tasawuf adalah beserta Allah tanpa adanya penghubung.
3. Menurut Abu Hamzah, tanda sufi yang benar adalah berfakir setelah dia
kaya, merendahkan diri setelah dia bermegah – megah, menyembunyikan diri setelah dia terkenal,
dan tanda sufi palsu adalah kaya setelah dia fakir, bermegah – megah setelah dia hina dan tersohor
setelah dia bersembunyi.
4. Amir bin Usman Al Makki, tasawuf adalah seorang hamba yang setiap
waktunya mengambil waktu yang utama.
5. Muhammad Ali Al Qassab, tasawuf adalah akhlak yang mulia yang timbul
pada masa yang mulia dari seorang yang mulia yang ditengah – tengah kaumnya yang mulia.
6. Menurut Syamnun, tasawuf adalah engkau memiliki sesuatu dan tidak di
miliki sesuatu.
7. Ma’ruf Al Karakhi, tasawuf adalah mengambil hakikat dan berputus asa
pada apa yang ada di tangan makhluk.
8. Al Junaedi, tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan
diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian,
saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syari’at
Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan – Nya.
Di Barat, tasawuf lebih dikenal dengan nama Islamic Mysticism (mistisme Islam). Sebutan
ini, yang juga diterima oleh kalangan sarjana muslim, sering menyesatkan, sebab perkataan mystic
(mistik) selalu dihubungkan dengan amalan – amalan ilmu hitam seperti ilmu Sihir dan Nujum.
Padahal tasawuf yang sejati tidak ada hubungannya dengan hal – hal seperti itu. penamaan
‘mistisme Islam’ kepada tasawuf dapat diterima kalau perkataan itu dipahami sesuatu dengan
pengertiannya yang benar.
Secara etimologi, kata ‘mistik’ atau ‘mystic’ berasal dari bahasa Yunani myein, dan ada kaitannya
dengan ‘mysteri’, bermakna ‘menutup mata’ atau ‘terlindung di dalam rahasia’. Dalam pengertian

3
yang benar tersirat adanya suasana kekudusan dan kekhusukan dalam upaya menangkap rahasia
Yang Maha Agung melalui disiplin spiritual yang keras dan sungguh – sungguh. Apabila tasawuf
dapat disebut ‘mistisisme Islam’ tentulah ia boleh diberi makna sebagai ajaran kerohanian penuh
suasana kekudusan dan kekhusukan berkenaan ‘menutup mata’ atau ‘sesuatu yang terlindung dalam
rahasia’.
B. Dasar-Dasar Ajaran Tasawuf

Menurut Hamka bahwa Tasawuf itu timbul dan bersebar dari ajaran Islam itu sendiri ( Al-
Qur’an , Hadits, perjalan hidup Rasulullah dan para sahabat ), tetapi sesudah itu ada saling
pengaruh mempengaruhi dengan kebudayaan dan Agama di luar Islam.
Kalau ditelusuri ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah S.A.W yang dapat dijadikan
pegangan oleh ahli Sufi, maka tanpa adanya pengaruh dari luar, tasawuf bisa tumbuh dengan
sendirinya karena dasarnya sudah ada dalam al-Qur’an dan Hadits Rasulullah S.A.W.
Diantara ayat-ayat dan Hadits Rasulullah itu adalah sebagai berikut :
1. Firman Allah SWT
Artinya : Jika hambaku bertanya kepadamu tentang diriku, aku dekat, aku
mengabulkan seruan orang yang memanggil jika aku dipanggil. ( Q.S Al-Baqarah :
186).

2. Firman Allah SWT


Artinya : Timur dan Barat adalah kepunyaan Allah Kemana saja berpaling di situ
ada wajah Allah. ( Q.S. al-Baqarah : 115 )

3. Firman Allah SWT


Artinya : Maka apabila aku ( Allah telah menyempurnakan kejadiannya ( manusia )
dan telah meniupkan kedalamnya roh-Ku, Maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan
bersujud.
( Q.S al-Hijr : 26 ).

4. Sabda Nabi S.A.W


Artinya : Orang yang mengetahui dirinya itulah orang yang mengetahui Tuhannya.

Ayat- ayat dan Hadits tersebut yang membawa timbulnya ajaran tasawuf di dalam Islam.

4
C. Karakteristik Ajaran Tasawuf
Menurut HAMKA karakteristik ajaran tasawuf sebagai berikut :
Pertama, peningkatan moral. Setiap tasawuf atau, mistisme memiliki nilai-nilai moral
tertentu tujuannya untuk membersihkan jiwa, untuk perealisasian nilai-nilai itu. Dengan sendirinya,
hal ini memerlukan latihan-latiha pisik-psikis tersendiri, serta penegakan diri dari materialism
duniawi, dan lain – lain.
Kedua, pemenuhan ( sirna ) dalam realitas mutlak. Inilah ciri-ciri khas tasawuf atau
mistisme dalam pengertiannya yang sungguh terkaji. Yang dimaksud fana ialah, bahwa dengan
latihan-latihan fisik dan psikis yang ditempuhnya, akhirnya seorang sufi atau mistikus sampai pada
kondisi psikis tertentu, dimana dia tidak lagi merasakan adanya diri ataupun keakuannya. Bahkan
dia merasa kekal abadi dalam realitas yang tinggi. Lebih jauh lagi, dia telah meleburkan
kehendaknya ke dalam kehendak Yang Mutlak.
Ketiga,pengetahuan intuitif langsung. Ini adalah norma terkaji epistemologis, yang
membedakan tasawuf atau mistisme dari pada filsafat. Apabila dengan falsafah, yang dalam
memahami realitas seseorang menggunakan metode-metode intelektual, maka dia disebut filosof.
Sementara, kalau dia berkeyakinan atau terdapatnya metode yang lain bagi memahami hakikat
realitas di sebalik persepsi inderawi dan penalaran intelektual, yang disebut dengan kasyaf atau
intuisi… maka dalam kondisi begini dia disebut sufi.
Keempat ,ketentraman atau kebahagiaan. Ini merupakan karakteristik khusus pada semua
bentuk tasawuf. Sebab tasawuf diniatkan sebagai penunjuk atau sebagai pengendali berbagai
dorongan hawa-nafsu, serta pembangkit keseimbangan psikis pada diri seorang sufi. Dengan
sendirinya maksud membuat sang sufi terbebas dari semua rasa takut dan merasa intens dalam
ketentraman jiwa, serta kebahagiaan dirinya pun terwujudkan.
Kelima, penggunaan symbol dalam ungkapan-ungkapan. Yang dimaksudkan dengan
penggunaan simbol ialah ungkapan-ungkapan yang digunakan para sufi itu biasanya mengandung
dua pengertian. Pertama, pengertian yang ditimba dari harfiah kata-kata. Kedua, Pengertian yang
ditimba dari analisa.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tasawuf berarti usaha melatih diri dan berjuang melawan hawa nafsu dengan membuangkan
segala sifat-sifat yang keji dan membawa kepada akhlak yang indah. ). Tasawuf atau sufisme
adalah kegiatan yang lebih menitik beratkan pada aspek esoteric Islam. Ia berbeda sama sekali
dengan orientasi fiqh dan syari’ah yang lebih mengarah kepada eksoteris.
Dasar-dasr ajaran Tasawuf yaitu ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah S.A.W yang dapat
dijadikan pegangan oleh ahli Sufi.
Karakteristik ajaran Tasawuf menurut HAMKA ada lima, yaitu;
- Peningkatan Moral, yaitu mengutakan pada nilai-nilai atau etika ke sufian dan
membersihkan jiwa
- Pemenuhan ( sirna ) dalam realitas mutlak.
- Pengetahuan intuitif langsung. Ini adalah norma terkaji epistemologis, yang membedakan
tasawuf atau mistisme dari pada filsafat
- Ketentraman atau kebahagiaan, diniatkan sebagai penunjuk atau sebagai pengendali
berbagai dorongan hawa-nafsu, serta pembangkit keseimbangan psikis
- Penggunaan symbol dalam ungkapan-ungkapan, ialah ungkapan-ungkapan yang digunakan
para sufi itu biasanya mengandung dua pengertian yaitu pengertian harfiah dan pengertian
yang dianalisa

6
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Psikologi Agama.-Jakarta; Kalam Mulia, 2002

Anda mungkin juga menyukai