Anda di halaman 1dari 13

TASAWUF DAN MASALAH KONTEMPORER

Makalah ini Diajukan sebagai


Tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Oleh
Dewi Febrianti NIM: 1920210010
Hadi Muhaemin NIM: 1920210015

Dosen Pengampu :
Yustina Yuliasari ,S.Pd.I, M.Ag

SEMESTER 2A TARBIYAH

STAI Yamisa Soreang


Jln Raya Soreang No. 134 Tlp. 022-589174
2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang


senantiasa mencurahkan bimbingan, ilmu, rahmat dan hidayahnya kepada
hambanya yang tidak pernah putus, senantiasa memberkahi segala aktifitas dalam
keseharian kita, tanpa semua itu segalanya tidak pernah terlaksana.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Akhlak
Tasawuf dan dengan diadakannya makalah ini gunakan sebagai pengasah otak
dan penambah pengalaman.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan didalamnya untuk itu saya mohon saran
dan segala bentuk kritikan lainya yang mengarah kepada kelengkapan.
Terakhir kalinya saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
pihak yang member sumbangan fikirannya untuk kesempurnaan makalah ini
semoga bermanfaat bagi kita semua amin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf Secara Lughawi ................................................. 3
B. Fungsi Tasawuf dalam Kehidupan Manusia ...................................... 5
C. Masalah Tasawuf Kontemporer.......................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 9

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kajian tentang tasawuf semakin banyak diminati orang
sebagai buktinya adalah misalnya, semakin banyaknya buku yang membahas
tasawuf disejumlah perpustakaan, dinegara-negara yang berpenduduk muslim,
juga Negara – Negara barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya non
muslim, ini dapat menjadi salah satu alasan betapa tingginya ketertarikannya
mereka terhadap tasawuf.
Hanya saja, tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai
sebuah penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf, jika diteliti lebih mendalam,
ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua kecenderungan
terhadap kebutuhan fitrah atau naluriah dan kedua karena kecenderungan pada
persoalan akademis.
Kecenderungan pertama mengisyaratkan bahwa manusia
sesungguhnya membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani,
kesejukan dan kedamaian hati merupakan salah satu kebutuhan yang ingin
mereka penuhi melalui sentuhan spiritual ini. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Barmawie Umarie bahwa setiap rohani manusia senantiasa
rindu untuk kembali ketempat asal, selalu rindu kepada kekasihnya yang
tunggal.
Adapun kecenderungan yang kedua mengisyaratkan bahwa tasawuf
memang menarik untuk dikaji secara akademis-keilmuan. Boleh jadi, dengan
kecenderungan yang kedua ini, kajian tasawuf hanya berfungsi sebagai
pengayaan keilmuan ditengah keilmuan-keilmuan lain yang berkembang di
dunia.
Kedua kecenderungan diatas menuntut keharusan adanya pengkajian
tasawuf dalam kemasan yang proposional dan fundamental. Hal ini
dimaksudkan agar tasawuf yang kian banyak menarik peminat itu dapat
dipahami dalam kerangka ideologis yang kuat, disamping untuk memagari
tasawuf dalam jalur yang benar. Jika tulisa ini dapat diterima jelas dipandang

1
perlu untuk merumuskan tasawuf dalam islam dalam kemasan yang
dilengkapi dengan dasar-dasar atau landasan yang kuat tentang keberadaan
tasawuf itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf secara Lighawi dan berdasarkan istilah ?
2. Apa fungsi tasawuf dalam kehidupan manusia ?
3. Bagaimanakah masalah tasawuf kontemporer dalam islam ?

C. Tujuan
- Mewujudkan kepribadian manusia yang makriyah, Mahabbah (cinta)
kepada Allah, Tawakkal, Tawadhu, kasih saying terhadap sesama makhluk
dan akhlak-akhlak mulia para sufi.
- Untuk membimbing mental spiritual manusia dalam rangka mencapai
derajat insane kamil.
- Menjadikan manusia lebih dekat dengan Allah dan berhati-hati dalam
menjalani kehidupan di dunia ini
- Agar masyarakat islam mengetahui dan memahami sejarah dan kedudukan
tasawuf kontemporer dalam islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Secara Lughawi


Secara etimologi kata tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan
dengan “ahlu Siffah”, yang berarti sekelompok orang dimasa Rasulullah yang
hidupnya banyak berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.” 1
Ada yang mengatakan tasawuf itu berasal dari “Shafa” kata ini
berbentuk Fi’il Mabni Majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf
Ya’ Nisbah, yang berarti sebagai nama bagi orang – orang yang “bersih” atau
“suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya dihadapan
Tuhan-Nya”
- Pengertian tasawuf berdasarkan istilah
Pengertian tasawuf berdasarkan istilah, telah banyak dirumuskan oleh ahli,
yang satu sama lain berbeda sesuai dengan selera masing-masing :
1. Menurut Asy-Syaikh Abu Al-Qosim Al Junaidi Al –bagh dadi;-
tasawuf adalah kejernihan hubungan bersama Allah SWT. Yang
pangkalnya adalah menjauhkan diri dari dunia 2
 Tasawuf adalah ketika engkau bersama Allah, tanpa ada kaitan
apa-apa.3
 Tasawuf islaa bahwa yang hak adalah yang mematikanmu, dan
haklah yang menghidupkanmu.4
2. Menurut Al-Jurairi, Tasawuf adalah memasuki segala budi (akhlak)
yang bersifat Sunni dan keluar dari budi pekerti yang rendah.
3. Menurut Amir bin Utsman Al-Makki pernah mengatakan bahwa
tasawuf adalah seorang hamba yang setiap waktunya mengambil
waktu yang utama.

3
4. Menurut Muhammad Ali Al-Qassab, tasawuf adalah akhlak yang
mulia yang timbul pada masa yang mulia dari seorang yang mulia
ditengah-tengah kaum yang mulia.5
5. Menurun Syamnun, tasawuf adalah bahwa engkau memiliki sesuatu
yang tidak dimiliki sesuatu.
6. Menurut Al-Karakhi, tasawuf adalah mengambil hakikat, dan berputus
asa pada apa yang ada di tangan makhluk.
Dari ungkapan-ungkapan diatas, lebih utama bila kita
memperhatikan kesimpulan yang dibuat oleh Al-Junaedi sebagai berikut :
Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu
perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi
yang asal (instrinsik) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai
manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat
suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang
yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua umat
manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat dan
mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari’at. 6
Definisi lain mengatakan, bahwa tasawuf adalah usaha mengisi
hati dengan hanya ingat kepada Allah, yang merupakan landasan lahirnya
ajaran Al-hubb atau cintah Illahi.7
Tasawuf dipahami sebagai Al-Ma’rifatul Haqq, yakni ilmu
tentang hakikat realitas – realitas intuitif yang terbuka bagi seorang sufi.8
Jadi kalau kita simpulkan dari berbagai pengertian dapat kita
ringkas sebagai berikut, tasawuf adalah usaha membersihkan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju
keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh
pada janji Allah dan mengikuti syari’at Rasulullah dalam mendekatkan
diri dan mencapai keridla’an-Nya.

B. Fungsi Tasawuf Dalam Kehidupan Manusia


5

4
Tasawuf dari semua aurannya memiliki obsesi kedamaian dan
kebahagiaan spiritual yang abadi oleh karena itu, tasawuf berfungsi sebagai
pengendali berbagai kekuatan yang bersifat merusak keseimbangan daya dan
getaran jiwa sehingga ia bebas dari pengaruh yang datang dariluar hakikat
dirinya.
Dalam kehidupan manusia tasawuf berfungsi menjadikan manusia
berkepribadian yang shahih dan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya
berkualitas, mereka yang masuk dalam sebauh tarekat / aliran tasawuf dalam
mengisi kesehariannya diharuskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqhomah,
dan tawadhu. Semua itu bisa dilihat diri Rasulullah SAW, yang pada dasarnya
sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya, apalagi dimasa remaja Nabi
dikenal sebagai Al-Amin, Shiddiq, Fathannah, Tablight, Sabar, Tawakal,
Zuhud, dan dan termasuk berbuat baik terhadap musuh dan lawan yang tak
berbahaya atau yang bias diajak kembali pada jalan yang benar.
Dalam menanamkan nilai-nilai dan konsep pembinaa, khususnya
dalam hal pembinaan akhlak melalui ajaran tasawuf dalam merubah perilaku
generasi muda dalam kehidupan sehari-hari diperlukan kehati-hatian yang
ketat, sebab tujuan utamanya adalah menghasilkan generasi islam yang
berakhlaqul karimah.
Secara umum fungsi terpenting tasawuf adalah menjadikan mansia
betada sedekat mungkin dengan Allah. Akan tetapi apabila tiga sasaran yang
menjadi fungsi dari tasawuf yaitu : pertama, tasawuf berfungsi sebagai
pembinaan aspek moral, aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang
berkeseimbangan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga
menusia konsisten, dan komitmen hanya kepada keluruhan moral. Kedua,
tasawuf yang berfungsi sebagai ma’rifatullah. Ketiga, tasawuf, pengkajian
garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk itu. Terdapat tiga simbolisme
yaitul; dekat dalam arti melihat dan merasakan Tuhan sehingga dekat yang
ketiga adalah penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga yang terjadi adalah
monolog antara manusia yang telah menyatu dalam iradat Tuhan.

C. Masalah Tasawuf Kontemporer dalam Islam

5
1. Peranan Tasawuf Dalam Kehidupan Modern.
Di era globalisasi (zaman modern) ini adalah beberapa masalah
yang muncul dalam masyarakatnya, yaitu:
a. Desintegrasi ilmu pengetahuan
Kehidupan modern, antara lain ditandai oleh adanya
spesialisasi dibidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu
pengetahuan mempunyai cara pandang sendiri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah, lalu ia
pergi kepada kaum teolog, ilmuwan, politisi, sosiologi, ahli biologi,
psikolog, etnologi, dan ekonom. Mereka akan memberikan jawaban
yang berbeda-beda dan terkadang saling bertolak belakang, hal ini
pada akhirnya dapat membingungkan manusia.
b. Kepribadian yang terpecah
Karena kehidupan manusia modern jauh dari nilai-nilai
spiritual dan terkotak-kotak maka kepribadian manusia akan terpecah.
c. Penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan
teknologi dari ikatan spiritual maka iptek telah disalahgunakan dengan
segala implikasi negatifnya. Misalnya kemampuan membuat senjata
yang diarahkan untuk tujuan penjajahan bangsa lain.
d. Pendangkalan iman
Sebagai akibat lain dari pola piker keilmuwan tersebut,
khususnya ilmu- ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat
empiris, dapat menyebabkan iman manusia menjadi dangkal.
e. Pola hubungan materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong menolong yang
didasarkan atas panggilan iman sudah tidak tampak lagi.
f. Menghalalkan segala cara
Sebagai akibat dari dangkalnya iman dan pola hidup
materialistik, manusia dengan mudah dapat menggunakan prinsip
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
g. Stress dan frustasi

6
Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan
manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga, dan
kemampuannya. Mereka terus bekerja tanpa mengenal batas dan
kepuasan. Akibatnya jika terkena problem yang tidak dapat dipecahkan
dirinya, ia akan stress dan frustasi.
h. Kehilangan harga diri dan masa depan
Terdapat sejumlah orang salah memilih jalan kehidupan. Masa
mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala
cara telah ditempuhnya.

Pada abad XXI ini, penghayatan orang terhadap tasawuf dituntut lebih
humanistik, empirik, dan fungsional dari yang sebelumnya. Penghayatan terhadap
ajaran islam, bukan hanya reaktif, tetapi aktif serta memberikan arah kepada sikap
hidup manusia didunia ini baik berupa moral, spiritual, ekonomi, sosial dan
sebagainya. Dan ketika tasawuf menjadi ‘pelarian’ dari dunia yang ‘kasat mata’
menuju dunia yang spiritual, bisa dikatakan sebagai reaksi dan tanggung jawab
sosial, yakni kewajiban dalam melaksanakan tugas dan merespons terhadap
masalah-masalah sosial.

Kehadiran tasawuf dapat melatih manusia agar memiliki ketajaman batin


dan kehalusan budi pekerti. Tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa
istiqomah yaitu jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ilahiah. Ia selalu
mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia tetap
tabah dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang akan membelokkannya
kejurang kehancuran. Dengan demikian, stress, putus asa dan lainnya akan dapat
dihindari.

Itulah sumbangan positif yang dapat digali dan dikembangkan dari ajaran
tasawuf. Untuk itu, dalam mengatasi problematika kehidupan masyarakat modern
saat ini, akhlak tasawuf harus dijadikan salah satu alternatif terpenting. Ajaran
tasawuf perlu disuntikkan kedalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan,
teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan perlu dilandasi dengan ajaran
tasawuf

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian tasawuf secara lughawi adalah Ahlu Suffah yang
berarti sekelompok orang imasa Rasulullah yang hidupnya hanya
berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Sedangkan pengertian
tasawuf berdasarkan istilah adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan
kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan
antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti
syari’at Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan-
Nya.
Fungsi tasawuf dalam kehidupan manusia adalah menjadikan
manusia berada sedekat mungkin dengan Allah dan menjauhkan diri
dari kehidupan duniawi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan dan Mukhtar Slihin, 2004. Ilmu Tasawuf. Bandung : “Pustaka
Setia”
Siregar, A. Rivay. 2002. Tasawuf dari Sufisme Klasik ke NCO. Sufisme. Jakarta :
Rajawali Pers
Djamaluddin Ahmad, Moch. 2013. Dua figur tokoh agung, Jombang : Pustaka Al-
Muhibbin
Zaki Ibrahim, Muhammad. 2004. Tasawuf Hitam Putih. Solo : Tiga Serangkai
Qoyyinm Al Jauziyah, Ibn dan Haris bin Asad Al-Muhasibi. 1990. Tasawuf
Murni. Surabaya : Al-Ihsan

Anda mungkin juga menyukai