Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

Alat Pemotong Stik Kentang Dengan Menggunakan Sistem Pneumatik

BIDANG KEGIATAN
PKM – KARSA CIPTA

Diusulakn oleh
Aditya Nur Ilyasa ; 1905231 ; 2019
Idham Nurhadi ; 1907923 ; 2019
Pratidina Evadianty ; 1904913 ; 2019

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG
2020
PENGESAHAN PROPOSAL PKM – PENERAPAN TEKNOLOGI
1. Judul Kegiatan : Alat Pemotong Stik Kentang
Dengan Menggunakan Sistem
Pneumatik
2. Bidang Kegiatan : PKM-KC
3. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Aditya Nur Ilyasa
b. NIM : 1905231
c. Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif
d. Institusi : Universitas Pendidikan
Indonesia
e. Alamat Rumah dan No HP : Kp. Griya Sukasari, RT 02
RW 18, Kec. Ciwidey,
0895703145280
f. Email : adit@upi.edu
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No HP : -
6. Biaya Kegiatan Total :
a. Kemenristekdikti :
b. Sumber Lain ( Sebutkan… ) : -
7. Jangka Waktu Pelaksanaan :-
Bandung, 28 Desember 2020
Menyetujui
Ketua Program Studi Ketua Pelaksana

(………………………) ( Aditya Nur Ilyasa )


NIK. ………………… NIM. 1905231

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

( Dr. Bambang Hariadi, M.Pd ) (…………………...)


NIK. 900034 NIK.
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PROPOSAL PKM – KC


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1.4. Luaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
2.2. Alat Pembakar Sampah
2.3. Daur Ulang Sampah
2.4. Desain Mesin
BAB III TAHAP PELAKSANAAN
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
4.2. Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembakaran merupakan proses penanganan sampah yang
mudah dilakukan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan banyak
yang memilih menggunakan proses pembakaran untuk mengatasi
masalah sampah . Pembakaran adalah proses bereaksinya bahan
bakar (biomassa, minyak, dll) dengan oksigen atau dengan istilah
lain disebut oksidasi (Adia Nuraga G.P, 2011). Untuk melakukan
proses pembakaran dibutuhkan tungku ruang pembakaran yang
dapat mengurangi volume padatan sehingga tidak menimbulkan
timbunan sampah.
Namun demikian, menurut Maduratna (2004) dibeberapa
tempat yang telah melaksanakan pengolahan sampah padat dengan
sistem pembakaran dilaporkan oleh berbagai pihak telah banyak
pula menghadapi masalah, terutama masalah teknologi, ekonomi,
dan kesehatan masyarakat. Selain itu, proses pembakaran sampah
pada ruang terbuka (pekarangan rumah atau kebun) dapat
menyebabkan pembakaran tidak terkontrol dan gangguan
lingkungan sekitar (Adia Nuraga G.P, 2011). Maka, untuk
mengatasi masalah tersebut dibutuhkan teknologi pengolahan
sampah padat dengan menggunakan sistem pembakaran yang ramah
lingkungan dan mempunyai keefektifan yang cukup tinggi.
Seiring dengan tingginya pertumbuhan penduduk, maka akan
semakin banyak sampah yang dihasilkan. Volume timbunan sampah
baik jenis organik maupun anorganik akan terus meningkat tiap
harinya. Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi, sampah
industri, pertanian, rumah sakit dan domestik. Sampah domestik
atau sampah yang berasal dari rumah tangga merupakan sampah
yang paling banyak dihasilkan di kehidupan sehari-hari. Walaupun
dianggap sepele, ternyata sampah domestik merupakan sampah
yang paling tidak terkendali dalam pembuangannya.
Orang yang membakar sampah secara individual termasuk
kedalam pembakaran sampah terbuka (burning open landfill)
dimana timbunan sampah organik maupun anorganik disatukan dan
dibakar di udara terbuka. Tanpa disadari polusi dari asap
pembakaran tersebut dapat beresiko pada kesehatan manusia.
Sesungguhnya pembakaran sampah terbuka merupakan pembakaran
sampah dengan Universitas Kristen Maranatha 2 proses reaksi
kimia tidak sempurna, dimana akan menghasilkan asap coklat yang
melepaskan karbonmonoksida akibat kekurangan suplai oksigen.
Sebagian pemikiran masyarakat terhadap solusi pengelolaan
sampah memang masih terjebak pada jangka pendek. Mereka masih
berpikir bahwa dengan cara membakar, timbunan sampah mereka
akan habis. Tetapi jika dipikirkan efek jangka panjang, sebenarnya
membakar sampah akan merugikan individu maupun masyarakat
disekitarnya, yaitu dampak buruk bagi kesehatan. Asap pembakaran
sampah tersebut menambah polusi udara yang mendorong manusia
terjangkit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu pola
penyakit yang mengganggu sistem pernapasan.
Maka dari itu kami melakukan terobosan baru untuk
menciptakan suatu Alat Pembakar Sampah yang tidak
mengeluarkan asap dan juga tidak menjadi polusi udara. Selain
menjadi solusi dalam mengatasi asap hasil pembakaran, alat ini
untuk menghasilkan pupuk untuk tanaman dan juga pestisida untuk
membunuh hama.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas
maka rumusan masalah yang didapat adalah bagaimanakah prinsip
kerja Alat Pembakar Sampah tanpa polusi udara sehingga dapat
bermnafaat bagi masyarakat dan tidak membahayakan kesehatan ?
1.2. Tujuan
Tujuan utama gagasan ini diajukan adalah sebagai berikut :
a. Menghasilkan Alat Pembakar Sampah yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat.
b. Menghasilkan prototype Alat Pembakar Sampah tanpa polusi
udara.
c. Mendapatkan data kinerja dari alat yang dikembangkan.

1.3. Manfaat
a. Menjaga kesehatan masyarakat dari polusi pembakaran sampah
b. Meminimalisir sampah yang ada di rumah tangga
c. Sampah tidak akan menyebabkan banjir
d. Sampah bisa menjadi produk yang bermanfaat

1.4. Luaran
Output yang dihasilkan dalam penulisan PKM ini antara lain :
a. Menghasilkan laporan kemajuan dan laporan akhir PKM Karsa
Cipta.
b. Menghasilkan artikel dan jurnal ilmiha yang diberi judul,
komponen-komponen dasar penyusunan Alat Pembakar Sampah
Tanpa Polusi Udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia, sampah adalah suatu barang yang terbuang atau
dibuang, dan sering dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak
berguna. Sampah juga merupakan salah satu masalah utama
khususnya di kota-kota besar. Sampah berdampak negatif terhadap
lingkungan, karena sampah dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan, gangguan kebersihan, keamanan dan kesehatan.
Sampah organik adalah suatu sampah yang dapat mengalami
pelapukan (dekomposisi) serta dapat terurai menjadi bahan yang
lebih kecil dan tidak berbau (kompos). Kompos sendiri merupakan
hasil pelapukan dari bahan-bahan organik seperti: daun-daunan,
jerami, alang-alang, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang
proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Untuk
Sampah pasar khususnya pasar tradisional seperti pasar sayur
mayur, pasar buah, atau pasar ikan, dan jenisnya relatif seragam.
Sekitar 95% sampah yang berasal dari pasar–pasar tersebut berupa
sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sedangkan
sampah yang berasal dari pemukiman atau rumah tangga sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% merupakan sampah
organik dan sisanya anorganik.
Sampah Organik yang berasal dari rumah tangga yaitu
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara
disesuaikan dengan jenis sampah yang ada. Pemusnahan sampah
tersebut dapat dilakukan dengan suatu proses pembakaran.
Pembakaran merupakan penanganan sampah yang dapat dilakukan,
dalam proses pembakaran diperlukan alat untuk mengontrol
pembakaran sehingga tidak terjadi polusi terhadap lingkungan
sekitar. Alat yang digunakan untuk proses pembakaran tersebut
adalah insenerator. Alat ini dapat berfungsi untuk mengontrol panas
pembakaran sampah dan juga sebagai alat konversi energi panas
hasil pembakaran yang dapat digunakan sebagai energi alternatif
bagi proses lain. Proses pembakaran sampah pada ruang terbuka
(perkarangan rumah atau kebun) dapat menyebabkan pembakaran
tidak terkontrol dan gangguan lingkungan sekitar. Kegiatan
pembakaran sampah tersebut seringkali dilakukan oleh masyarakat
karena pada umumnya merasa terganggu dengan timbulan sampah
yang dihasilkan. Salah satu solusi dalam penanganan sampah adalah
dengan proses pembakaran menggunakan alat atau instalasi
pembakar sampah (incinerator). Penggunaan alat pembakar sampah
selain dapat mengurangi dampak negatif proses pembakaran (asap,
bau, radiasi panas), juga sebagai upaya pemanfaatan energi panas
hasil pembakaran sampah.

2.2. Alat Pembakar Sampah


Incinerator adalah alat yang digunakan untuk proses
pembakaran sampah baik dalam bentuk padatan, cairan atau gas.
Alat ini berfungsi untuk merubah bentuk sampah menjadi ukuran
yang lebih kecil. Perubahan ukuran tersebut dapat mencapai 50-
90% dari volume sebelumnya. Selain itu alat pembakar sampah di
beberapa Negara juga dijadikan sebagai pembangkit listrik dengan
memanfaatkan energi yang berasal dari pembakaran sampah
tersebut yang dikonversikan menjadi energi listrik.
Alat pembakar sampah (incinerator) terdiri atas 2 (dua) tipe
berdasarkan metode pembakarannya, yaitu tipe kontinyu dan tipe
batch. Pada alat pembakar sampah tipe kontinyu, sampah
dimasukkan terus menerus dan bergerak secara kontinyu dengan
melewati proses pembakaran dan pembuangan sisa pembakaran.
Sedangkan tipe bacth, sampah dimasukkan hingga mencapai
kapasitas dari alat pembakar terpenuhi dan mengalami proses
pembakaran hingga didapat sisa pembakaran dalam satu waktu
tertentu.
Pemanfaatan panas alat pembakar sampah sebagai pemanas
air sebelumnya telah dilakukan oleh Budiman (2001), dengan
menggunakan pipa penukar panas sepanjang 3 m. Alat pembakar
sampah tersebut menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk
keperluan rumaah tangga. Alat pembakar sampah yang dirancang
Budiman (2001) juga dilengkapi dengan ruang pengendapan zat
padat. Namun ruangan tersebut belum dimanfaatkan untuk efisiensi
thermal sistem insenerator. Memiliki fungsi untuk membakar
sampah sehingga syarat-syarat insenerator mampu membakar
sampah secara sempurna dan habis serta dapat meminimalisir
dampak negatif terhadap lingkungan. Alat pembakar sampah dalam
pengoperasiannya dapat menghasilkan temperature sebesar 815o C
hingga 1.095o C (Pichtel, 2005). Pada perancangan insenerator perlu
dipertimbangkan jumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran,
system pembakaran awal, jumlah sampah yang dibakar, serta
bagaimana pengelolaan asap yang dihasilkan oleh pembakaran
sehingga tidak mencemari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai