Kegiatan aeromodeling yang semula (Ladson et al. 1996). UAV Mohapotongo yang
dilakukan sebagai hobi, kini berkembang memiliki misi menjangkau wilayah terisolir
menjadi olahraga dirgantara yang semakin telah dirancang dan dianalisis menggunakan
maju dan banyak diminati masyarakat baik perangkat lunak XFLR dan ANSYS (Ur Rahman
sipil maupun militer. Pesawat terbang model et al. 2017). Pesawat tanpa awak untuk misi
yang menjadi sarana kegiatan aeromodeling surveillance telah dirancang dengan memiliki
diketahui mengadopsi prinsip desain dan endurance tinggi dan menerapkan konsep
prinsip aerodinamika pesawat terbang. renewable energy (Ahsan Iqbal, Abdullah, and
Pesawat terbang model tersebut dibuat Sham Dol, 2013). Penelitian numerik pada
melalui beberapa tahapan rancang bangun airfoil simetris NACA0018 juga telah dilakukan
antara lain perencanaan, perancangan, dan disimpulkan bahwa aliran fluida akan
pembuatan, sampai dengan penerbangan cenderung bergerak dan menghasilkan
pesawat model. Tahap rancang bangun distribusi tekanan yang seimbang pada
pesawat model ini sejalan dengan ilmu kedua sisi kurvatur airfoil simetris hingga
pengetahuan dasar perancangan pesawat terbentuk vortex di sekitar trailing edge (Pawar
terbang yang diterapkan pada proses et al. 2017). Pengaruh bentuk airfoil NACA4412
perancangan dan produksi pesawat terbang. dan MH-60 dengan nilai taper ratio sayap
Namun, dalam tahap-tahap rancang bangun 0,5, 0,75, dan 1 telah diteliti secara numerik
pada umumnya belum menerapkan analisis menggunakan perangkat lunak ANSYS
aerodinamika untuk menentukan performa (Nugroho, Bramantya, and Setiawan, 2019).
aerodinamika sayap pesawat model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain
terbaik untuk misi surveillance adalah desain
Insan-insan dirgantara termasuk di dalamnya
yang memiliki lift to drag ratio besar sehingga
Taruna AAU dipandang perlu untuk mengenal
dipilih airfoil NACA 4415 dengan taper ratio
kegiatan aeromodeling mulai dari tahap
0,5 untuk desain sayap pesawat tanpa awak.
perencanaan, perancangan, pembuatan,
Pendekatan rancang bangun, analisis, dan uji
sampai dengan penerbangan pesawat model.
terbang sebuah pesawat terbang model telah
Selain menumbuhkan bibit-bibit air-minded
dilakukan secara sistematis menggunakan
atau wawasan dirgantara dalam diri Taruna
perangkat lunak CATIA V5R18 dan XFLR-5
AAU, kegiatan aeromodeling dapat menjadi
selanjutnya divalidasi menggunakan ANSYS
wadah untuk berkreasi sekaligus menerapkan
Fluent 15 (Hegde, Nayak, and Chavan, 2014)
teori perancangan pesawat terbang yang
telah dipelajari di kelas. Di sisi lain, Taruna Mengacu latar belakang tersebut, penulis
AAU juga dapat menerapkan prinsip-prinsip akan menerapkan dua dari empat bidang
aerodinamika dalam menentukan performa aeronautika yang mendasari perancangan
pesawat model yang akan dibuat. pesawat terbang antara lain aerodinamika
dan propulsi pada penelitian yang berjudul
Beberapa eksperimen dan studi numerik
Desain dan Analisis Numerik Performa
tentang perancangan pesawat tanpa awak
Aerodinamika Pesawat Terbang Radio
dan performa aerodinamika sayap telah
Controlled Untuk Aeromodeling Taruna AAU.
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
Tahap perancangan yang dilakukan antara lain
Program komputer untuk menentukan
Design Requirement and Objective, Conceptual
titik ordinat airfoil NACA telah dibuat
Design, dan Preliminary Design. Penampang
menggunakan bahasa program ANSI
sayap pesawat model berbentuk airfoil
FORTRAN 77 dengan kode NACA 4 digit pmxx
simetris NACA0012. Performa aerodinamika
(p, camber maksimum; m, lokasi camber
sayap berupa koefisien lift, koefisien drag dan
maksimum; xx, prosentase ketebalan airfoil)
lift to drag ratio akan dianalisis menggunakan
2. METODE PENELITIAN
DE PENELITIAN
enelitianTahap ringkas ditunjukkan dalam diagram alir penelitian pada Gambar 1.
penelitian secara ringkas ditunjukkan dalam diagram alir penelitian pada Gambar 1.
secara
Mesh dapat
72
diamati pada Gambar 3. Boundary condition diatur dengan mendefinisikan inlet, outlet, symmetry d
Desain dan Analisis Numerik Performa Aerodinamika
pada domain komputasi atau enclosure. Pengaturan solver dapat dilihat pada Tabel 1.
Mesh dapat diamati pada
Gambar Gambarkomputasi.
2. Domain 3. Boundary
Image used courtesy of ANSYS,
komputasi Inc
atau enclosure. Pengaturan solver
condition diatur dengan mendefinisikan dapat dilihat pada Tabel 1.
inlet, outlet, symmetry dan wall pada domain
Mesh dapat diamati pada Gambar 3. Boundary condition diatur dengan mendefinisikan inlet, outlet, symmetry dan
ll pada domain komputasi atau enclosure. Pengaturan solver dapat dilihat pada Tabel 1.
Simulasi dilakukan dengan memeriksa grafik residual dan plot iterasi koefisien lift. Setelah iterasi selesai,
dilakukan pemeriksaan konservasi massa pada hasil simulasi Fluent untuk memastikan sistem bekerja secara
konservatif.
Analisis data dititikberatkan pada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara kualitatif dan
kuantitatif. Adapun analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan secara simultan dengan menganalisis tahap
perancangan dan karakteristik aerodinamika sayap pesawat model melalui pengamatan terhadap grafik dan gambar 73
Desain dan Analisis Numerik Performa Aerodinamika
yang diperoleh pada tahap postprocessing. Performa aerodinamika yang dianalisis antara lain koefisien lift, koefisien
drag dan lift to drag ratio. Nilai gaya lift dan gaya drag menjadi acuan menghitung koefisien lift, koefisien drag dan lift
kuantitatif. Adapun analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan secara simultan dengan men
perancangan dan karakteristik aerodinamika sayap pesawat model melalui pengamatan terhadap gra
yang diperoleh pada tahap postprocessing. Performa aerodinamika yang dianalisis antara lain koefisie
drag dan lift to drag ratio. Nilai gaya lift dan gaya drag menjadi acuan menghitung koefisien lift, koefis
to drag ratio. memeriksa
Simulasi dilakukan dengan Pengolahan data menggunakan
terhadap grafikperangkat
danlunak Microsoft
gambar yang Office. Adapun analisis kuali
diperoleh
terhadap karakter aliran
grafik residual dan plot iterasi koefisien lift. fluida di sekitar permukaan sayap melalui
pada tahap postprocessing. Performa pengamatan pada kontur tekanan
Setelah iterasi selesai, dilakukan pemeriksaan aerodinamika yang dianalisis antara lain
konservasi massa pada 3.hasil HASILsimulasiDAN Fluent koefisien lift, koefisien drag dan lift to drag
PEMBAHASAN
untuk memastikan sistem bekerja secara ratio. Nilai gaya lift dan gaya drag menjadi
3.1 Design Requirement and O bjective (DRO )
konservatif. acuan menghitung koefisien lift, koefisien
Pada tahap DRO diperoleh data tentang fungsi dan misi pesawat, serta studi banding dengan p
drag dan lift to drag ratio. Pengolahan data
Analisis data dititikberatkan
sebagaipada pengaruh
berikut:
menggunakan perangkat lunak Microsoft
variabel bebas terhadap variabel terikat Office. Adapun analisis kualitatif dilakukan
secara kualitatif dan 3.1.1 Fungsi dan
kuantitatif. Misi Pesawat
Adapun terhadap karakter aliran fluida di sekitar
analisis kualitatif dan kuantitatif
Pesawatdilakukan
terbang radio controlled yang dirancang merupakan small UAV untuk kegiatan ho
permukaan sayap melalui pengamatan pada
secara simultan denganbagi menganalisis
pemula sehingga tahap
harus memiliki berat total kurang dari 7 kg (CASR part 107.2). Diperlukan k
kontur tekanan dan kecepatan.
perancangan dan karakteristik aerodinamika
aman, mudah dibuat, mudah dikendalikan, mampu terbang dengan kecepatan rendah, memil
sayap pesawat model melalui pengamatan
tenaga dorong dan bidang kemudi utama antara lain kemudi guling, kemudi arah, dan kemudi tingg
sebagai pemutar propeler dipasang pada bagian belakang sayap sebagai pusher agar tidak muda
pesawat terbang terjatuh. Metode take off menggunakan hand launch, sedangkan metode landin
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pesawat terbang radio controlled yang dibuat memiliki misi dan profil terbang sebagai berikut:
Pada tahap conceptual design dibuat konsep akan memudahkan pada saat landing dengan
tentang konfigurasi dan lay out awal pesawat metode belly. Fuselage berbentuk kotak akan
terbang sebagai berikut: lebih stabil dan kuat.
Sayap ditempatkan pada posisi high wing Motor direncanakan akan ditempatkan pada
karena posisi ini dapat menghasilkan bagian belakang sayap di bagian atas fuselage
kestabilan longitudinal dan menghasilkan sehingga poros output propeler menghadap
lift yang lebih tinggi daripada posisi sayap ke belakang yang biasa disebut pusher. Motor
lainnya. Sayap pada posisi ini relatif aman pada akan lebih terlindungi sehingga lebih aman
saat take off dengan metode hand launch dan bagi operator dan tidak mudah rusak pada
landing dengan metode belly karena terdapat saat pesawat terjatuh atau landing dengan
jarak yang cukup jauh antara sayap dengan kasar.
permukaan bawah fuselage.
3.2.4 Perencanaan Empennage
Bentuk sayap adalah segiempat lurus
(rectangular straight wing) dengan nilai Konfigurasi empennage dirancang
taper ratio = 1 untuk mengoptimalkan gaya menggunakan model konvensional yang
angkat yang dihasilkan dan mengurangi terdiri dari elevator dan 1 bilah rudder untuk
terbentuknya vortex pada wing tips. mempermudah pembuatan dan edukasi
Penampang sayap menggunakan airfoil tentang bidang kemudi utama pesawat.
NACA0012 yang memiliki permukaan simetris Elevator dirancang memiliki penampang
pada bagian atas dan bawah sayap sehingga airfoil NACA0012 untuk mendukung
mudah dibentuk. Airfoil simetris cocok untuk aerodinamika pesawat. Elevator ditempatkan
terbang pelan, aerobatik, maupun terbalik. pada bagian empennage di bawah chord line
airfoil sayap.
3.2.2 Perencanaan Fuselage
3.2.5 Lay Out Awal Pesawat
Fuselage dirancang berbentuk kotak sehingga
mudah dibuat. Komponen elektronika Berdasarkan DRO dan Conceptual Design,
dapat ditempatkan sedemikian rupa pada diperoleh gambaran kasar bentuk pesawat
ruangan di dalam fuselage. Bentuk kotak yang dirancang seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.
Data koefisien lift terhadap variasi sudut serang ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan perubahan nilai koefisien lift terjadi secara proporsional terhadap variasi sudu
serang. Koefisien lift tertinggi dicapai pada saat sudutDesain
serang +10° dan
dan Analisis nilai
Numerik terendah
Performa pada sudut77serang - 10°
Aerodinamika
Negative lift telah terjadi pada sudut serang - 0°, menunjukkan tidak ada gaya lift bekerja pada sayap karena gaya
Gambar 6 menunjukkan perubahan nilai Pada sudut serang positif, komponen gaya
koefisien lift terjadi secara proporsional normal pada bagian lower surface akan
terhadap variasi sudut serang. Koefisien lift bertambah sehingga menjadi lebih besar
tertinggi dicapai pada saat Gambarsudut serang +10°
6 Performa koefisien liftdaripada
pada kecepatankomponen
8,33 m/s gaya normal pada
dan nilai terendah pada sudut serang -10°. upper surface. Kondisi ini disebabkan oleh
Negative lift telah
Gambar terjadi pada
6 menunjukkan sudut serang
perubahan nilai koefisien aliran fluida
lift terjadi freestream
secara proporsionalmenabrak stagnation
terhadap variasi sudut
-0°, menunjukkan tidak ada gaya lift bekerja point pada area lower surface.
serang. Koefisien lift tertinggi dicapai pada saat sudut serang +10° dan nilai terendah pada sudut serang Selain itu, area
- 10°.
pada sayap karena gaya lift telah bernilai yang ditabrak aliran fluida freestream
Negative lift telah terjadi pada sudut serang - 0°, menunjukkan tidak ada gaya lift bekerja pada sayap karena gaya pada
negatif dan berubah
lift telah bernilai negatif danmenjadi down down
berubah menjadi force.force. Pada
lowersudutsurface lebih
serang yang luassemakin
sama, daripada area
tinggi pada
kecepatan
Pada sudut serang
akan menghasilkan yang sama,
koefisien lift yang semakin
semakin tinggi
tinggi. upper surface. Pada kondisi ini, sayap akan
kecepatan Pada sudut serang positif, komponen gaya normalcenderung
akan menghasilkan koefisien lift pada bagianbergerak
lower surfaceke arah
akan upper sehingga
bertambah surface
yang
menjadi semakin tinggi.
lebih besar daripada komponen gaya normal pada upper atausurface.
terangkat daninikoefisien
Kondisi disebabkanliftoleh
meningkat.
aliran fluida
freestream menabrak stagnation point pada area lower surface. Selain itu, area yang ditabrak aliran fluida freestream
pada lower surface lebih luas daripada area pada upper surface. Pada kondisi ini, sayap akan cenderung bergerak ke
3.5. Karakteristik
arah upper surface atauKoefisien Drag
terangkat dan (CD) terhadap
koefisien Sudut Serang (AoA)
lift meningkat.
Data
3.5. koefisien lift terhadap
Karakteristik Koefisienvariasi
Drag (Csudut serang Sudut
D) terhadap ditunjukkan
Serangpada Gambar 7.
(AoA)
Data koefisien lift terhadap variasi sudut serang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 menunjukkan grafik perubahan nilai koefisien drag terhadap sudut serang yang menyerupai huruf
Gambar 7 menunjukkan
U. Sudut serang grafik
semakin mendekati perubahan
0°, maka Padasemakin
nilai koefisien drag sudutrendah.
serang 0°,serang
Sudut terjadi gaya
semakin drag
menjauhi
nilai koefisien drag terhadap sudut serang minimum disebabkan oleh pressure drag
0°, maka nilai koefisien drag semakin tinggi. Koefisien drag terendah dicapai pada sudut serang 0°. Pada penelitian
yang menyerupai
ini koefisien huruf
drag tertinggi U.pada
dicapai Sudut serang10°. Komponen
sudut serang minimum gayadan skin
normal friction
terhadap drag
aliran maksimum
fluida berpotensi
semakin
menambah induced drag karena adanya gaya lift yang terbentuk. Selain itu, komponen gaya normalsayap
mendekati 0°, maka nilai koefisien sebab hampir seluruh permukaan dapat
drag semakin rendah. Sudut serang semakin
mempengaruhi nilai static pressure pada permukaan sayap. terpapar oleh komponen gaya searah
menjauhi 0°, maka nilai koefisien drag fluida. Pada sudut serang positif maupun
10
semakin tinggi. Koefisien drag terendah negatif menjauhi sudut serang 0°, gaya
dicapai pada sudut serang 0°. Pada penelitian drag mengalami peningkatan akibat terjadi
ini koefisien drag tertinggi dicapai pada sudut peningkatan pressure drag. Namun, skin
serang 10°. Komponen gaya normal terhadap friction drag akan mengalami penurunan
aliran fluida berpotensi menambah induced karena berkurangnya gesekan antara fluida
drag karena adanya gaya lift yang terbentuk. dan permukaan sayap.
Selain itu, komponen gaya normal dapat
mempengaruhi nilai static pressure pada
permukaan sayap.
Gambar 8 menunjukkan perubahan nilai lift to drag ratio terhadap sudut serang. Nilai lift to drag ratio
Gambar 8 oleh
menunjukkankoefisienperubahan
dan nilai nilai lift totodrag
lift drag. Lift dragratioratio bernilai positif pada sudut
dipengaruhi nilaiGambar 8 Performa
lift lift to drag
koefisien ratio pada kecepatan 8,33
bernilai m/spada sudut serang - 10°,
negatif
to
- 5°,drag ratio
dan 0° terhadap
karena sudut serang.
terjadi negative lift. Namun,Nilailiftlift serang
to drag ratio bernilai5°positif
danpada10°.sudut
Nilaiserang
lift 5°
todan
drag
10°.ratio
Nilai
to drag ratio dipengaruhi oleh nilai koefisien merupakan efisiensi aerodinamika
lift to drag ratio merupakan efisiensi aerodinamika sayap yang dipengaruhi oleh nilai koefisien lift dan drag pada sayap sayap
Gambar
lift dan nilai8 menunjukkan
koefisien drag.perubahan
Lift to drag nilai
ratio lift to drag
yang ratio terhadap sudut
dipengaruhi serang.
oleh nilai Nilai lift
koefisien to drag ratio
lift dan
tersebut.
dipengaruhi
bernilai olehnegatif
nilai koefisien
pada sudutlift dan -10°, -5°, drag. Lift
nilai koefisien
serang dragtopadadrag ratio
sayap bernilai negatif pada sudut serang - 10°,
tersebut.
- 5°, dandan0° karena
3.7. terjadi
0°Distribusi
karena negative
terjadi
Tekanan lift. Namun,
negative lift to drag ratio bernilai positif pada sudut serang 5° dan 10°. Nilai
lift. Namun,
lift to drag ratio Distribusi
merupakan efisiensi
tekanan aliranaerodinamika
fluida di sekitarsayap
sayapyang dipengaruhi
ditunjukkan oleh tekanan
oleh kontur nilai koefisien lift dan9.drag pada sayap
pada Gambar
tersebut.
3.7. Distribusi Tekanan
3.7. Distribusi Tekanan
Distribusi tekanan aliran fluida di sekitar sayap ditunjukkan oleh kontur tekanan pada Gambar 9.
Distribusi tekanan aliran fluida di sekitar sayap ditunjukkan oleh kontur tekanan pada Gambar 9.
Gambar 9 menunjukkan distribusi tekanan aliran fluida di sekitar sayap. Pada stagnation point didominasi
warna jingga karena nilai tekanan yang tinggi (pressure surface) akibat aliran fluida menabrak permukaan sayap.
Namun, suction surface didominasi warna biru karena memiliki nilai tekanan yang rendah. Suction surface berada pada
11
Gambar 9 Kontur tekanan aliran fluida pada kecepatan 8,33 m/s
Gambar 9 menunjukkan distribusi tekanan aliran fluida di sekitar sayap. Pada stagnation point didominasi
warna jingga karena nilai tekanan yang tinggi (pressure surface) akibat aliran fluida menabrak permukaan sayap.
Namun, suction surface didominasi warna biru karena memiliki nilai tekanan yang rendah. Suction surface berada pada
Desain dan Analisis Numerik Performa Aerodinamika 79 11
Gambar 9 menunjukkan distribusi tekanan pada stagnation point menuju upper surface.
aliran fluida di sekitar sayap. Pada stagnation
Pada airfoil simetris belum terbentuk gaya
point didominasi warna jingga karena nilai
lift karena terjadi distribusi tekanan yang
tekanan yang tinggi (pressure surface) akibat
simetris pada kedua kurvatur permukaan.
aliran fluida menabrak permukaan sayap.
Apabila tekanan lower surface lebih tinggi
Namun, suction surface didominasi warna
(pressure surface) daripada upper surface
biru karena memiliki nilai tekanan yang
(suction surface) maka akan terbentuk gaya
rendah. Suction surface berada pada sisi
lift dan timbul kecenderungan suction surface
yang berlawanan dengan pressure surface.
akan menghisap sayap atau airfoil ke arahnya.
Pada kasus sudut serang 0° dan sudut serang
Pada sudut serang positif dan 0°, semakin
positif, gradasi warna kontur yang signifikan
tinggi sudut serang dan kecepatan maka gaya
dari jingga, kuning, hijau, biru kemudian
lift akan semakin besar sampai dengan nilai
berubah kembali menjadi hijau, kuning dan
maksimumnya.
jingga sampai ke daerah trailing edge terjadi
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Ahsan Iqbal, M., Abdullah, A. Q., & Sham Dol, S. (n.d.). Design of self-powered surveillance RC aircraft.
Anderson, J. (1995). Computational Fluid Dynamics The Basic with Applications. In McGraw Hill (Vol. 332,
Issue 7555, p. 1456.2). McGraw Hill.
Anderson, J. D. (2017). Fundamentals of Aerodynamics, Sixth Edition. In Fundamentals of Aerodynamics.
Bangash, Z. A., Sanchez, R. P., Ahmed, A., & Khan, M. J. (2006). Aerodynamics of formation flight. Journal of
Aircraft, 43(4), 907–912. https://doi.org/10.2514/1.13872
Bramantya, A., & Ginting, R. (n.d.). Study of Effect of 4-Digit NACA Variation on Airfoil Performance using
Computation Fluid Dynamic.
Çengel, Y. A., & Cimbala, J. M. (2018). Fluid Mechanics A Fundamental Approach. In Fluid Dyanmics.
Eid, S. E., & Dol, S. S. (n.d.). Design and Development of Lightweight-High Endurance Unmanned Aerial
Vehicle for Offshore Search and Rescue Operation.
Ferziger, J. H., & Peric, M. (2002). Computational Methods for Fluid Dynamics, Third Edition. Springer.
Hegde, S. S., Nayak, S., & Chavan, N. (n.d.). A Systematic Approach for Designing, Analyzing and Building a
Model RC Plane. www.ijert.org
Hoffmann, K. A., & Chiang, S. T. (2000). Computational Fluid Dynamics, Volume I, Fourth Edition: Vol. I
(Fourth). Engineering Education System. https://doi.org/10.4324/9781315608259-2
Institute of Electrical and Electronics Engineers. (n.d.). 2019 8th International Conference on Modeling
Simulation and Applied Optimization (ICMSAO).
Kundu, A. K. (2010). Aircraft Design. In Cambridge.
Lee, S. H., & Han, Y. O. (2020). Experimental Investigation of High-Angle-of-Attack Aerodynamics of Low-
Aspect-Ratio Rectangular Wings Configured with NACA0012 Airfoil Section. International Journal of
Aeronautical and Space Sciences, 21(2), 303–314. https://doi.org/10.1007/s42405-019-00215-z
Nugroho, G., Bramantya, A., & Setiawan, B. (n.d.). Simulasi Pengaruh Airfoil NACA 4412 dan MH60 Dengan
Variasi Taper Ratio Terhadap CL dan CD Pesawat Tanpa Awak Untuk Misi Surveillance.
Nugroho, G., Bramantya, A., Setiawan, B., & Wiratama, C. (n.d.). CFD Simulation of the End-plate Effect on the
Elang Caraka Unmanned Aerial Vehicle (UAV).
Pawar, M., Sonara, Z., & Patel, C. S. (2017). EXPERIMENTAL ANALYSIS OF FLOW OVER SYMMETRICAL AEROFOIL
(Issue 3).
Raymer, D. (2018). Aircraft Design: A Conceptual Approach, Sixth Edition. Aircraft Design: A Conceptual
Approach, Sixth Edition. https://doi.org/10.2514/4.104909
Ur Rahman, R., Hasnain, M., Nayeem, K., Hossain, M., Hossain, R., & Rabby, F. (2017). Design and performance
analysis of unmanned aerial vehicle (UAV) to deliver aid to the remote area. In International Conference
on Mechanical, Industrial and Materials Engineering (Vol. 2017).