1.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan Tugas Besar Perencanaan Terbang adalah:
1. Agar mahasiswa dapat menganalisa dan menentukan arah angin dominan dalam
penetapan arah landasan pacu (runway)
2. Agar mahasiswa dapat mendesain komponen geometrik Bandar udara (runway,
taxiway, apron, terminal dan bangunan pelengkapnya)
3. Agar mahasiswa dapat mendesain tebal perkerasan runway, taxiway, apron.
4. Agar mahasiswa dapat merencanakan kebutuhan marka di runway, taxiway, apron.
Arah landasan pacu optimum dapat ditentukan dari mawar angin dengan
menggunakan suatu lembar bahan yang tembus pandang yang padanya telah
dilukiskan 3 garis sejajar dan berjarak sama. Garis tengah menyatakan garis tengah
landasan pacu dan jarak antara kedua garis yang di tepi, dengan skala adalah 2 kali
komponen angin sisi yang diizinkan. Lembaran tembus pandang itu diletakkan di
atas mawar angin sedemkian rupa, sehingga garis tengah pada lembaran melalui
pusat mawar angin.
Dengan pusat mawar angin sebagai titik pusat, lembaran itu diputar di atas
mawar angin sampai jumlah dari persentase yang tercakup di antara garis tepi
maksimum, apabila salah satu garis tepi pada lembaran itu membagi suatu segmen
arah angin, bagian yang terbagi itu dihitung secara visual dengan pembulatan 0,1%.
Langkah berikutnya adalah membaca arah landasan pacu skala sebelah luar mawar
angin, dimana garis tengah pada
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
lembaran itu memotong skala arah. Sebagai langkah pertama dalam hal ini adalah
memplot data kecepatan dan arah angin ke dalam mawar angin yaitu lingkaran
yang terdiri dari berbagai sektor arah angin dan kecepatan angin.
Kemudian masing-masing arah yang ditinjau dijumlahkan, maka jumlah
yang terbesar dijadikan standar untuk menghitung dan menentukan arah landasan
pacu (runway). Dengan demikian maka diperoleh wind rose untuk masing-masing
arah. Peninjauan arah angin dilakukan pada 4 (empat) arah yaitu:
a) Arah N – S.
b) Arah NE – SW.
c) Arah W – E.
d) Arah NW – SE.
Persyaratan ICAO Pesawat Landas Pacu Rencana, diambil Panjang Landas Pacu
Pesawat dengan Komponen Cross Wind tidak melebihi :
■ 20 Knots dengan ARFL 1500 m
■ 13 Knots dengan ARFL diantara 1200 m – 1499 m
■ 10 Knots dengan ARFL ≤ 1200 m
Runway
Aircraft Wingspan Length MSTOW (lb) # Engines Avg. # Seats
required (ft)
Beech 1900c 54'06" 57'10" 16600 2 19 3300
Shorts 360 74'10'' 70'10" 27100 2 35 4300
Dornier 328-100 68'10'' 68'08" 27557 2 30 3300
SAAB 340 B 70'04" 64'09" 28500 2 37 4200
AT-42-300 80'06" 74'05" 36815 2 45 3600
EMB 120 64'11" 65'7" 26433 2 30 5200
Jet Aircraft Less than 100,000 lb MSTOW (Regional Jets)
Runway
Aircraft Manufacturer Wingspan Length MSTOW (lb) # Engines Avg. # Seats
required (ft)
ERJ 135 Embrear 65'9" 86'5" 41887 2 35 5800
ERJ 140 Embrear 65'9" 93'4" 44313 2 40 6100
ERJ 145 Embrear 65'9" 98'0" 46275 2 50 7500
CRJ 200 Bombardier 69'7" 87'10" 51000 2 50 5800
CRJ 700 Bombardier 76'3" 106'8'' 72750 2 70 5500
CRJ 900 Bombardier 81'6" 119'4" 80500 2 90 5800
Jet Aircraft Less than 100,000 lb MSTOW (Regional Jets)
Runway
Aircraft Manufacturer Wingspan Length MSTOW (lb) # Engines Avg. # Seats
required (ft)
British
BAe-RJ70 86'00" 78'9" 89999 2 95 4700
Aerospace
British
BAe-RJ85 86'00" 86'11" 92999 2 110 5400
Aerospace
British
BAe-RJ100 86'00" 94'10" 97449 2 110 6000
Aerospace
Jet Aircraft Between 100,00 and 250,000 lb MSTOW (Narrow Body Jets)
Runway
Aircraft Manufacturer Wingspan Length Wheel Base Wheel Track MSTOW (lb) # Engines Avg. # Seats
required (ft)
Airbus
A-319 111'25'' 111'02'' 41'33'' 24'93'' 141095 2 140 5800
Industrie
McDonnell-
MD-87 107'10'' 130'05'' 62'11'' 16'08'' 149500 2 135 7600
Douglas
McDonnell-
MD-90-30 107'10'' 152'07'' 77'02'' 16'08'' 156000 2 165 6800
Douglas
Airbus
A-320-200 111'03" 123'03'' 41'05'' 24'11'' 158730 2 160 5700
Industrie
B-737-800 Boeing 112'06'' 124'11'' 50'09'' 18'8'' 172445 2 175
B-727-200 Boeing 108'00'' 153'03'' 63'03'' 18'09'' 184800 3 165 8600
B-757-200 Boeing 124'10'' 155'03'' 60'00'' 24'00'' 220000 2 210 5800
Jet Aircraft Greater than 250,000 lb MSTOW (Wide Body Jets)
Airbus
A310-300 144'00'' 153'01'' 49'11'' 31'06'' 330690 2 240 7500
Industrie
B-767-300 Boeing 156'01'' 180'03'' 74'08'' 30'06'' 345000 2 275 8000
Airbus
A-300-600 147'01'' 175'06'' 61'01'' 31'06'' 363765 2 310 7600
Industrie
L-1011-500 Lockheed 164'04'' 164'03'' 61'08'' 36'00'' 510000 3 290 9200
B-777-200 Boeing 199'11'' 209'01'' 84'11'' 36'00'' 535000 2 375 8700
McDonnell-
DC-10-40 165'04'' 182'03'' 72'05'' 35'00'' 555000 3 325 9500
Douglas
Airbus
A-340-200 197'10'' 195'00'' 62'11'' 16'09'' 558900 4 320 7600
Industrie
McDonnell-
DC-10-30 165'04'' 182'03'' 72'05'' 35'00'' 572000 3 320 9290
Douglas
McDonnell-
MD-11 170'06'' 201'04'' 80'09'' 35'00'' 602500 3 365 9800
Douglas
B-747-SP Boeing 195'08'' 184'09'' 67'04'' 36'01'' 630000 4 315 7000
B-747-400 Boeing 213'00'' 231'10'' 84'00'' 36'01'' 800000 4 535 8800
Sumber: Planning & Design of Airports (Robert Horonjeff & Francis .S Mckelvey) 1994
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
Sumber: Planning & Design of Airports (Robert Horonjeff & Francis .S Mckelvey) 1994
a) Koreksi elevasi
Menurut ICAO bahwa panjang runway bertambah sebesar 7% setiap kenaikan
300 m (1000 ft) dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut. Maka
rumusnya adalah:
b) Koreksi temperatur
Pada temperatur yang tinggi dibutuhkan runway yang lebih panjang sebab
temperatur tinggi akan menyebabkan density udara yang rendah. Sebagai
temperatur standar adalah 15˚C. Menurut ICAO panjang runway harus dikoreksi
terhadap temperatur sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1˚C. Sedangkan untuk
setiap kenaikan 1000 m dari permukaaan laut rata-rata temperatur turun 6.5˚C.
Dengan dasar ini ICAO menetapkan hitungan koreksi temperatur dengan rumus:
T : Temperatur dibandara, ˚C
Fs = 1 + 0.1 S ( Pers.2.3)
S : Kemiringan runway, %
Persentase Pertambahan
Kekuatan angin
Pengurangan Runway
+5 -3
Catatan:
Jarak Standar runway centerline ke parallel taxiway centerline jarak batasnya adalah
400 feet (122 m) untuk bandara di bawah elevasi 1345 feet (410,2 m), 450 feet
(137,3 m) ,
Dimana :
D = jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway dan taxiway
S1 = kecepatan touchdown (m/s)
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
S2 = kecepatan awal ketika meninggalkan landasan (m/s)
a = perlambatan
2.5 HOLDING BAY
Pada lapangan terbang yang mempunyai lalu lintas pesawat padat, sudah perlu
dibangun Holding Bay. Dengan disediakannya holding bay, maka pesawat dari apron
dapat menuju ke ujung landasan dengan cepat, dan memungkinkan sebuah pesawat lain
untuk menyalip masuk ujung landasan tanpa harus menunggu pesawat di depannya yang
sedang, menyelesaikan persiapan teknis, macam-macam tipe holding bay seperti yang
terlihat pada gambar 2.6. Keuntungan dari holding bay antara lain:
Keberangkatan sebuah pesawat tertentu yang harus ditunda karena suatu hal padahal
sudah masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan, tidak menyebabkan
tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya.
Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum terbang, memprogram alat
bantu Navigasi Udara, apabila tidak bisa dilaksanakan di apron.
Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas. Sebagai titik pemeriksaan aerodrome
untuk VOR (Very High Omny Range), karena untuk pemeriksaan itu pesawat harus
berhenti untuk menerima sinyal yang benar.
a. Bentuk Holding Bay
Apron tunggu (holding apron), lantai pemanasan (run-up pad) atau kadang-kadang
disebut holding bay, ditempatkan di ujung landasan pacu.Apron-apron tersebut
digunakan sebagai tempat pesawat sebelum lepas landas, apron-apron tersebut harus
cukup luas sehingga apabila sebuah pesawat tidak dapat lepas landas karena ada
kerusakan mesin, pesawat lainnya yang siap untuk lepas landas dapat melewatinya
(Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Holding Bay untuk landasan approach presisi kode angka No.4
Sumber :Merancang, merencana lapangan terbang (Basuki, Heru 2014)
b. Ukuran Holding Bay
Ukuran yang diperlukan untuk sebuah holding bay tergantung kepada:
Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekwensi
pemakaiannya.
Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani.
Cara-cara/kelakuan pesawat masuk dan meninggalkan holding bay.
Pada umumnya, kebebasan ujung sayap pesawat (Wing Tip Clerance) antara
pesawat yang sedang parkir, dan pesawat yang berjalan melewatinya tak boleh kurang
dari 15 m (50 feet) apabila pesawat yang bergerak adalah tipe Turbo Jet, dan 10 m (33
feet) bila pesawat yang bergerak adalah tipe Propeler.
TERMINAL
TERMINAL
BAGIAN DEPAN
1 1
W2 = P x MSTOW x x (Pers 2.10)
A B
Dimana:
W2 = Beban roda pendaratan dari masing-masing jenis pesawat
MSTOW = Berat kotor pesawat saat lepas landas
A = Jumlah konfigurasi roda
B = Jumlah roda per satu konfigurasi
P = Persentase beban yang diterima roda pendaratan utama
Tipe roda pendaratan utama sangatlah menentukan dalam perhitungan
tebal perkerasan.Hal ini dikarenakan penyaluran beban pesawat melalui roda-
roda ke perkerasan.
2.7.5. Menentukan Nilai Ekivalen Keberangkatan Tahunan Pesawat Rencana
Pada lalu-lintas pesawat, struktur perkerasan harus mampu melayani
berbagai macam jenis pesawat, yang mempunyai tipe roda pendaratan yang
berbeda-beda dan berfariasi beratnya. Pengaruh dari beban yang diakibatkan
oleh semua jenis model lalu-lintas itu harus dikonversikan ke dalam pesawat
rencana dengan equivalent annual departure dari pesawat-pesawat campuran
tadi, sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan ini berguna untuk
mengetahui total keberangkatan keseluruhan dari bermacam pesawat yang telah
dikonversikan ke dalam pesawat rencana. Untuk menentukan R1 dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Log R1 = Log R2 [ ] W2
W1
1/2
(Pers 2.11)
Dimana:
R1 = Keberangkatan tahunan ekivalen oleh pesawat rencana (pound)
R2 = Jumlah keberangkatan tahunan oleh pesawat berkenaan dengan
konfigurasi roda pendaratan rencana
W1 = Beban roda pesawat rencana (pound)
W2 = W2 = Beban roda pesawat yang harus diubah
Gambar 4.1 Kurva Perencanaa Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Dual Tandem
Sumber: Merancang, merencanakan lapangan terbang
757 200.000 –
(90.700 – 181.000) 6 (150)
767 400.000
Sumber: AC 150/5320-6E
2.7.8. Perkerasan Apron
Rigid pavement (perkerasan kaku) terdiri dari slab-slab beton yang digelar di
atas tanah granular atau sub base course yang telah dipadatkan, ditunjang oleh
lapisan tanah asli dipadatkan yang disebut dengan subgrade. Pada kondisi tertentu
kadang-kadang sub base tidak diperlukan.
Rigid pavement biasanya dipilih untuk ujung landasan.Pertemuan antara
landasan pacu dengan taxiway, apron, dan daerah-daerah lain yang dipakai untuk
parkir pesawat atau daerah-daerah yang mendapat pengaruh panas blass jet dan
limpasan minyak. Dalam merencanakan tebal slab beton digunakan metode PCA
(Portland Cement Asphalt) yang didasarkan pada faktor keamanan.
No Jenis Fasilitas
1 Terminal Penumpang
2 Terminal Kargo
3 Pelataran Parkir
4 Bangunan Administrasi B.U
5 Pelataran Parkir
6 Sentra Medika
7 Pelataran Parkir
8 Stasiun Tenaga Parkir
9 Pelataran Parkir
10 Dapur Katering Penerbangan
11 Pelataran Parkir
12 Stasiun PP - PPK
13 Pelataran Parkir
14 Fasilitas Pangisian Bahan Bakar Pesawat
15 Pelataran Parkir
16 Pelataran Parkir
17 Kantin Pegawai
Keterangan :
= HUBUNGAN FUNGSIONAL LEMAH
= HUBUNGAN FUNGSIONAL ERAT
No Jenis Fasilitas
1 Runway
2 Taxiway
3 Apron
Keterangan :
= HUBUNGAN FUNGSIONAL LEMAH
= HUBUNGAN FUNGSIONAL ERAT
a. Marking landasan.
b. Marking taxiway.
c. Marking untuk area yang dibatasi.
d. Marking untuk objek tetap.
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
18 m 4
23 m 6
30 m 8
45 m 12
60 m 16
e. Markingtouchdown zone.
Dipasang pada landasan dengan approach presisi, tapi bisa juga
dipasang pada landasan non presisi atau landasan non instrument,
yang lebar landasannya lebih dari 23 m. Terdiri dari pasangan-
pasangan berbentuk segi empat di kanan kiri sumbu landasan lebar 3
m dan panjang 22,5 m untuk strip-strip tunggal. Untuk strip ganda
ukuran 22,5 x 1,8 dengan jarak 1,5 m (Lihat gambar 5.2). Jarak satu
sama lain 150 m diawali dari threshold, banyaknya pasangan
tergantung panjang landasan.
Tabel 2.25.Marking Touchdown
Panjang Landasan Banyaknya Pasangan
< 90 m 1
900 – 1200 m 2
1200 – 1500 m 3
1500 – 2100 m 4
> 2100 m 6
g. Marking Taxiway
Marking sumbu taxiway adalah sebagai garis pedoman dari sumbu
landasan untuk masuk ke taxiway, berbentuk garis selebar 15 cm
berwarna kuning, Untuk lebih mendetail lihat gambar 2.23 Berikut.
3.2.2. Fasilitas
Berdasarkan analisis terhadap fasilitas hanggar maintenance (jenis
fasilitas, aktivitas dan komponen penunjang terdapat pada tinjauan
pustaka), fasilitas MRO terbagi atas tiga fasilitas pokok yaitu, Engine
Maintenance, Base Maintenance, dan Component Maintenance. A.
Engine Maintenance Pengerjaan aktivitas MRO ini melibatkan semua
yang berkaitan mesin pesawat terbang. Terdapat dua jenis aktivitas pada
fasilitas ini yaitu A,B,C – Check atau dapat disebut juga dengan Line
Maintenance dan D – Check atau Overhaul. Kedua aktivitas tersebut
memiliki jadwal yang berbeda.
3.2.3. Ruang
Dalam menentukan dimensi besaran fungsi dan ruang di dalam
perancangan ulang bangunan hanggar maintenance, maka cara yang
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
paling efisien adalah menggunakan sistem modular. Sistem modular yang
akan digunakan melalui pengukuran standar dimensi pesawat maksimal
yang mampu ditampung didalam lapangan terbang Pondok Cabe yaitu
pesawat dengan jenis narrow body Boeing 737-300 Classic.
4) Fasilitas Drainase
Sistem drainase yang baik akan menghindarkan kawasan Bandar udara
tergenang air, juga menjaga stabilitas tanah tidak terganggu, terutama
pada fasilitas pojok Bandar udara seperti landasan pacu dan sebagainya.
Konstruksi drainase pada umumnya di bandar udara adalah bentuk
saluran terbuka baik karena biaya pembuatan dan pemeliharaannya yang
relatif murah jika dibandingkan dengan konstruksi bawah permukaan
tanah.
5) Fuel Deput
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
Fasilitas DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) merupakan fasiltas
vital dalam pelayanan di Bandar Udara, untuk menunjang operasi
pelayanan pengisian bahan bakar pesawat, seiring dengan kemajuan
dunia penerbangan dan padatnya rute penerbangan dalam pelayanan
maka di Bandar Udara terutama pada Bandar Udara sedang dan besar
terpasang fasiltas untuk pengisian bahan bakar pesawat. Fasilitas
pengisian bahan bakar pesawat menurut tipenya sekarang terdapat 2 (dua)
tipe pengisian yaitu pengisian menggunakan jalur pipa (pipeline) dibawah
apron atau menggunakan mobil truck bridger dari fuel farm menuju
apron. Penggunaan jalur pipa (pipeline) dibawah apron banyak digunakan
pada Bandar Udara Besar yang mempunyai tingkat kesibukan
penerbangan yang cukup tinggi sedangkan untuk penggunaan mobil
bridger biasanya digunakan pada bandar udara kecil yang mempunyai
tingkat kesibukan penerbangan yang tidak terlalu tinggi. Transfer bahan
bakar biasanya menggunakan mobil bridger (tank), pipeline / fixed
hydrant system, umumnya tipe fixed hydrant system ditemukan pada
bandara besar dimana volume bahan bakar yang di isi ke pesawat sangat
efektif dari segi waktu pengisian ataupun keamanan keselamatan pesawat
di apron dimana pipeline/ fixed hydrant system lebih baik dibandingkan
penggunaan mobil bridger. Secara tipikal pengisian bahan bakar
dengan Airport Hydrant System dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama
yaitu 1) system penerimaan bahan bakar (receiving system), 2) Sistem
Penyimpanan Bahan Bakar (storage system) dan 3) Sistem penyaluran
dan pengisian (dispensing or delivery system)
SATUAN RUANG
7) Parkir PARKIR
Kendaraan
Satuan RuangPedoman
Menurut Parkir ( SRT
Teknis) Penyelenggaraan Fasilitas Parkir (Direktorat Jenderal
Menurut pedoman
Perhubungan teknis
Darat, 1996) penyelenggaraan
satuan Ruang Parkirfasilitas parkir (Direktorat
(SRP) adalah luas efektif Jenderal
untuk
Perhubungan Darat,
memarkir satu 1996) satuan
kendaraan ruang
(mobil parkir (SRP)
penumpang, truk,adalah
motor)luas efektifruang
termasuk untukbebas
dan lebar
memarkir bukaan
satu pintu.(mobil penumpang, truk, motor) termasuk ruang bebas dan
kendaraan
lebar bukaan pintu.
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang, seperti
a). Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang seperti
Dimensi
Dimensi kendaraan Kendaraan
standar untukStandar untuk Mobil Penumpang
mobil penumpang
h
a
L
b c
d
B
Keterangan :
B = lebar total kendaraan L = panjang total kendaraan
O = lebar bukaan pintu a1,a2 = jarak bebas arah longitudinal
R = jarak bebas arah lateral
30 30
1200
12
00 IS 12
BUS BUSIS SRP 50
20
20
250 8 10
340
Satuan
3. Satuan Ruang Ruang
Parkir Parkir
untuk (SRP) (dalam
Bus/Truk untuk Sepeda
cm) Motor (dalam cm)
2
0
5
5
70 70. 70
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
Gambar II.9
A B C D E
Golongan I 2 ,3 4 ,6 3,45 4 ,7 0 7 ,6
Golongan II 2 ,5 5 ,0 4,30 4 ,8 5 7 ,7 5
Golongan III 3 ,0 6 ,0 5,35 5 ,0 7 ,9
E
C
G a m b a r II .1 0
c ). S u d u t = 6 0 0
9
12m B m
60°
D
A
E
C
12 m
D 90°
E A
A B C D E
Golongan I 2 ,3 2 ,9 1 ,4 5 5 ,9 5 1 0 ,5 5
Golongan II 2 ,5 3 ,0 1 ,5 5 ,9 5 1 0 ,5 5
Golongan III 3 ,0 3 ,7 1 ,8 5 6 ,0 1 0 ,6
12 m 9
D 90° B m
E A
o B-737-400
246 Orang (Kelas Campuran)
o F-100
400 orang ( Kelas Campuran )
o L-1011-500
85 sampai 122 orang, umumnya 107 orang ( Kelas Campuran )
- Pengunjung yang hanya melihat – lihat
Diperkirakan 150 orang
- Karyawan
Diperkirakan 150 orang
- Bus
jumlah pengunjung rombongan
standar 1 bus = 20 orang
kebutuhan luas parkir 45 M² / bus
total kebutuhan luas parkir bus = (Jumlah 40% : 20) x 45 = M²
Mulai
Pengumpulan Data
Lebar Runway
Konfigurasi Runway
Selesai
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang Hitung W1
W1 =
Hitung R1
Log R1 = Log R2
Hitung
A
Aaa
AA
Tetapkan Tebal Lapis Permukaan
Hitung Tebal Lapis Base Course Untuk Daerah Ktiris dan Non Kritis
(Tbc)
Kontrol
Tbc min < Tbc
Ya
Tidak
Perencanaan Geometrik
Taxiway
Koreksi Elevasi
Dimensi Taxiway
Ri = 0,5 x (w+z+d)
W = Jenis Clear Untuk Setiap Kelas
Pesawat
d = Wheel Track Hitung jumlah gate (G)
z = Wirstips Clear
Dimensi Apron
Heru, Basuki. 1986. Merancang dan Merencana Lapangan Terbang. Bandung : Penerbit
Alumni.
ICAO (International Civil Aviation Organization) Annex 11 ; 14 Fourth Edition Aerodrome
Design and Operations juli 2004.
FAA (Federal Aviation Administration) AC 150/5300-13 FAA; AC 150/5320-6D FAA Tahun
2009
SKEP/347/XII/1999 tentang Standar Rancang Bangun dan/atau Rekayasa Fasilitas dan
Peralatan Bandar Udara