Sebuah bandara bisa memiliki satu atau lebih runway tergantung pada
kebutuhan dan kondisi. Jumlah runway sangat tergantung pada volume lalu
lintas dan orientasi runway yang tergantung pada arah angin dominan serta
topografi lingkungan sekitar. Runway juga sangat dipengaruhi oleh
penghubungnya, yaitu exit taxiway dan taxiway. Oleh karena itu, dalam
bukunya, Horonjeff dan McKelvey (2010) menyatakan sistem yang terbentuk
dari runway dan exit taxiway diatur sedemikian rupa sehingga:
2. Kriteria Desain
Panjang Runway
Panjang suatu runway dipengaruhi faktor-faktor berikut ini:
Panjang runway dasar (basic runway length) yang akan didesain harus memenuhi
asumsi dan kondisi standar berikut:
- Elevasi runway berada pada permukaan rata-rata air laut (sea level)
- Temperatur standar (standard atmospheric conditions) : ISA
- Kemiringan (slope) runway nol
- Tidak ada angin yang berhembus di atas runway (no wind)
ARFL adalah panjang landasan minimum bagi pesawat untuk take off pada
keadaan standar yaitu pada kondisi MTOW, ketinggian nol terhadap permukaan air
laut, kondisi atmosfer standar, keadaan tanpa angin, dan kemiringan runway nol.
Namun dalam kenyataannya hampir tidak pernah hal tersebut tercapai. Untuk itu, ICAO
telah menetapkan suatu persyaratan koreksi terhadap runway sebagai berikut.
h
Fe=1+ 0,07
300
Dimana : h = elevasi diatas permukaan laut (m)
Ft = 1 + 0,01(T-( 15 – 0,0065h))
Lebar Runway
Lebar runway harus tidak kurang dari yang telah ditentukan pada table dibawah ini .
Dimana :
1) Lebar runway untuk Code Number 1 non instrument
dapat dikurangi sampai 15 m atau 10 m bergantung
pada batas-batas yang ditempatkan pada operasi pesawat udara kecil.
2) Operasi pendaratan atau lepas landas pesawat udara
dapat diizinkan untuk dilaksanakan pada runway
yang lebarnya kurang dari atau lebih besar dari lebar
minimum yang berlaku pada Code Letter pesawat
udara. Hal tersebut akan ditentukan oleh Ditjen
Hubud berdasarkan suatu kajian aeronautika.
Kemiringan Memanjang Runway (Runway Longitudinal Slope)
Kemiringan runway secara keseluruhan, ditentukan dengan cara membagi selisih antara
elevasi maksimum dan minimum di sepanjang garis tengah runway dengan panjang
runway, hasilnya harus tidak lebih dari :
a. 1% jika Code Number runway adalah 3 atau 4; atau
b. 2% jika Code Number runway adalah 1 atau 2.
Code letter
A atau B C, D, E atau F
Kemiringan (slope) maksimum 2.5 % 2.0 %
Kemiringan (slope) yang lebih disukai 2.0 % 1.5 %
Kemiringan (slope) minimum 1.5 % 1.0 %
Catatan: Standar ini mungkin saja tidak dapat diterapkan pada
persimpangan-persimpangan dimana standar mengalami variasi karena
tuntutan desain
Runway Shoulder
Karekteristik perencanaan Bahu runway (runway shoulder) harus:
a) Memiliki lebar yang sama pada kedua sisi;
b) Miring ke bawah dan menjauh dari permukaan runway;
c) Tahan terhadap erosi akibat dorongan mesin pesawat terbang;
d) Dikonstruksi dengan baik sehingga mampu menumpu sebuah pesawat terbang yang
meluncur di sepanjang runway, tanpa mengakibatkan kerusakan struktural pada
pesawat terbang; dan
e) sama rata dengan permukaan runway terkecuali pada saat pekerjaan pelapisan
dimana perbedaan tidak lebih dari 25 mm masih diijinkan
- Jika runway memiliki Code Letter F, maka bahu harus disediakan, dan jumlah
lebar runway dan bahu tersebut tidak kurang dari 75 m. Jika runway memiliki
Code Letter F, maka bahu harus disediakan, dan jumlah lebar runway dan bahu
tersebut tidak kurang dari 75 m.Jika sebuah runway memiliki lebar 30 m dan
digunakan untuk pesawat udara bertempat duduk penumpang 100 orang atau
lebih, bahu harus disediakan dan jumlah lebar runway dan bahu tersebut tidak
boleh kurang dari 36 m
- Lebar runway shoulder harus dibuat simetris pada tiap sisi runway sehingga
lebar keseluruhan runway width + runway shoulders adalah 60 m. Dari
perhitungan sebelumnya kita tahu bahwa lebar runway yang digunakan adalah
45 m, sehingga lebar runway shoulder yang digunakan adalah 7,5 m pada tiap
sisi runway, sehingga lebar runway width + runway shoulders = 45 + (2 x 7,5) =
60 m.
- Untuk mencegah salah pendaratan di bahu karena kondisi visual yang hampir
sama dengan runway, dibutuhkan visual yang kontras antara keduanya baik
dengan pemberian warna yang berbeda ataupun garis penanda runway.
- Kemiringan melintang (transverse slope) pada bahu runway tidak boleh lebih
dari 2,5%. Dimana Bahu runway yang digunakan untuk melayani pesawat udara
jet (jet-propelled aeroplanes) dengan mesin yang mungkin menggantung di sisi
runway maka permukaannya harus dilapisi pelindung bitumen, aspal atau beton.
Bahu runway yang digunakan untuk melayani pesawat udara jet (jet-propelled
aeroplanes) dengan mesin yang mungkin menggantung di sisi runway maka
permukaannya harus dilapisi pelindung bitumen, aspal atau beton.
Runway Strip
Runway strip ialah daerah yang meliputi struktur perkerasan, bahu, dan daerah yang
dibersihkan, dikeringkan, dan dipadatkan, termasuk di dalamnya runway dan stopway,
yang ditujukan untuk mengurangi resiko pesawat tergelincir dari runway dan untuk
melindungi pesawat yang terbang di atasnya selama proses take-off dan landing. Daerah
ini juga harus mampu menahan peralatan pemadam kebakaran, tabrakan, penyelamatan,
dan pembersih salju yang beroperasi pada kondisi normal.
Runway strip adalah suatu daerah yang disediakan untuk mengurangi resiko kerusakan
pesawat saat run off apabila pesawat melenceng dari landasan pacu dan mencegah pesawat
flying over selama take off atau landing serta untuk melindungi pesawat yang terpaksa
meluncur di atasnya pada saat landing atau take off.
1) Panjang runway strip
Graded area dari sebuah runway strip harus diperpanjang sampai jauh keluar ujung
runway, atau stopway lain yang berkaitan, paling sedikit:
a. 30 m - jika Code Number runway adalah 1 dan merupakan runway non instrumen; atau
b. 60 m - dalam kasus lain.
2) Lebar runway strip
Graded area dari sebuah runway tidak boleh kurang dari nilai yang tercantum dalam
Tabel dibawah ini:
Dalam kasus runway presisi (precision approach runway), lebar dari runway strip, termasuk
daerah flyover, tidak boleh kurang dari nilai yang tercantum pada Tabel 6.3-3.
RESA ialah area simetris yang berada di sekitar perpanjangan garis tengah runway
dan ditambahkan pada akhir runway strip. Area ini ditujukan untuk mengurangi resiko
kecelakaan pesawat yang bergerak di sekitar runway, baik pada saat mengudara maupun pada
saat akan mendarat. RESA harus disediakan pada setiap ujung runway strip jika code number
pesawat yang beroperasi 3 dan 4 atau jika code number-nya 1 atau 2 dengan runway yang
dilengkapi instrumen (Instrumen runway). Karena RESA disediakan untuk mengurangi
hazard terhadap sebuah pesawat udara yang melaju pada runway, RESA harus ditingkatkan
sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kerusakan gigi roda pendaratan depan sebuah
pesawat udara. Permukaan harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk menyediakan gaya
seret terhadap sebuah pesawat udara dan di bawah permukaan; ia harus memiliki daya
dukung yang cukup untuk menghindari kerusakan pada pesawat udara. Untuk memenuhi
kebutuhan yang beragam, pedoman ini disediakan untuk mempersiapkan strip. Produsen
pesawat udara telah mempertimbangkan sebuah kedalaman 15 cm adalah kedalaman
maksimum agar gigi roda depan dapat turun tanpa harus mengalami kerusakan dengan nilai
California Bearing Ratio (CBR) 15 - 20 %.
b. 120 m jika Code Number adalah 1 atau 2 dan runway adalah runway instrumen; dan
c. 30 m jika Code Number adalah 1 atau 2 dan runway adalah jenis non-instrumen.
- Lebar dari RESA harus tidak kurang dari dua kali Lebar dari runway
yang berhubungan
- Kemiringan memanjang yang mengarah ke bawah (downward
longitudinal slope) pada sebuah RESA tidak boleh lebih dari 5%
- Kemiringan melintang (transverse slope) dari sebuah RESA tidak
boleh lebih dari 5% baik mengarah ke atas atau ke bawah.
Stopway
Stopway dapat disediakan di ujung runway di mana pesawat udara
dapat dihentikan jika terjadi take-off yang dibatalkan (aborted take-off).
- Lebar dari stopway harus sama lebar dengan runway yang berdekatan
dengannya.
- Kemiringan Stopway dan Perubahan Kemiringan Jika memungkinkan,
kemiringan dan perubahan kemiringan pada stopway harus sama dengan yang berlaku
pada runway yang berkaitan dengannya, kecuali bahwa:
a. Batasan kemiringan 0,8% untuk seperempat bagian pertama dan yang terakhir dari
panjang sebuah runway tidak perlu diterapkan pada stopway; dan
b. Pada persimpangan antara stopway dan runway dan di sepanjang stopway tingkat
perubahan kemiringan maksimal dapat dinaikkan sampai 0,3% per 30 m
(lengkungan dengan radius minimum 10.000 m).
Clearway
Sebuah clearway, terdiri dari area datar berbentuk persegi panjang yang bersih dari
obstacle, yang harus disediakan di bagian akhir dari sebuah runway sehingga sebuah
pesawat
udara yang lepas landas dapat melakukan climbing tahap awal setinggi (10,7 m) diatas
tanah pada bagian akhir dari clearway.
Catatan:
Di Indonesia bagian yang terletak diantara akhir runway dan runway strip diperlakukan
sebagai sebuah clearway
Catatan: Untuk runway kode 3 atau 4 yang digunakan oleh pesawat udara dengan
bobot lepas landas maksimal kurang dari 22.700 kg dan dioperasikan dalam VMC di
siang hari, maka lebar dari clearway dapat dikurangi sampai ke 90 m.
DECLARED DISTANCE
Taxiway
1. Pengertian
Taxiway adalah bagian dari lapangan terbang yang disediakan untuk jalur pergerakan pesawat
dari dan ke runway. Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk bagi pesawat
dari runway menuju ke apron atau bangunan terminal dan sebaliknya, atau dari runway
menuju ke bagian-bagian yang lain dari lapangan terbang (misalnya hanggar pesawat).
Taxiway diatur sedemikian rupa sehingga pesawat-pesawat tidak saling mengganggu, baik
yang akan menuju ke runway maupun yang berasal dari runway. Rutenya dipilih sebagai
jarak terpendek dari bangunan terminal menuju ke ujung landasan yang dipakai untuk awal
take-off.
Kapasitas maksimum dan efisiensi dari sebuah lapangan terbang diwujudkan dengan
menentukan keseimbangan antara kebutuhan runway, terminal penumpang dan kargo,
aircraft storage, dan service area. Elemen-elemen fungsional yang terpisah dan berbeda itu
dihubungkan dengan sistem taxiway.
Dalam perencanaan taxiway secara umum ada beberapa prinsip yang harus
dipertimbangkan, yakni rute taxiway antar bagian aerodrome harus diusahakan sependek dan
sesederhana mungkin dengan seminim mungkin persimpangan, kelokan, dan bottle neck
(penyempitan) dan sebanyak mungkin jalan satu arah. Selain itu ada pula pertimbangan lain
yang cukup penting, yakni rute taxiway harus didesain dengan menghindari area yang
menyediakan akses penumpang ke pesawat. Selain itu, semua bagian taxiway harus dapat
terlihat dari menara kontrol dan efek semburan jet pada area yang berhubungan dengan
taxiway harus diminimalisasi.
Dalam penentuan tata letak sistem taxiway, harus diperhatikan hal-hal berikut:
Rute taxiway ke bagian lain terutama apron harus dibuat sependek mungkin agar waktu
dan biaya dapat dihemat
Rute taxiway juga harus dibuat sesederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pilot
dalam mengikuti dan memahami instruksi
Kalau memungkinkan, selalu digunakan taxiway yang lurus. Kalau terjadi perubahan
arah, gunakan radius yang mencukupi dan tambahkan lebar extra taxiway
Pesawat yang baru saja mendarat dan menggunakan taxiway untuk menuju ke apron tidak
boleh mengganggu pesawat yang menuju ke runway untuk take-off, dan sebaliknya
Hindari perpotongan antara taxiway dengan runway atau taxiway lain. Hal ini perlu
dilakukan untuk keamanan dan untuk menurunkan potensi terjadinya penundaan taxiing
(taxiing delays) yang dilakukan oleh pesawat
Usahakan penyediaan beberapa exit taxiway di sepanjang runway pada lapangan terbang
yang sibuk. Jika lapangan terbang sangat sibuk di mana lalu-lintas penerbangan sangat
padat, dapat digunakan suatu rapid exit taxiway agar pesawat dapat secepatnya keluar
dari jalur runway.
2. Kriteria Desain
Lebar taxiway
Lebar dari bagian yang lurus dari sebuah taxiway tidak boleh kurang dari lebar yang
telah ditentukan menggunakan Tabel 6.7-1.
Radius
Radius Fillet Radius
Fillet
untuk Fillet
Panjang untuk
Radius menilai untuk
Code transisi menilai
Taxiway (R) pelebaran melacak
letter sampai ke pelebaran
(m) oversteer garis
fillet (L) (m) oversteer
simetris (F) tengah (F)
satu sisi
(m) (m)
(F) (m)
A 22,5 15 18,75 18,75 18
B 22,5 15 17,75 17,75 16,5
C 30 45 20,4 18 16,5
D 45 75 31,5 – 33 29 – 30 25
E 45 75 31,5 – 33 29 – 30 25
F 45 75 31,5 – 33 29 - 30 25
Tabel 6.7-4: Dimensi Fillet Taxiway
Lebar
Lebar Taxiway
Lebar Taxiway ke dalam
R1 R2 R0 R1 R2
Code Letter Runway Parallel dan
(m) (m) (m) (m) (m)
(Wr) (m) (WT2) keluar
(m) (WT1)
(m)
A 18 15 30 30 30 39 25 25
B 23 18 26.5 41.5 30 41.5 25 30
C 30 23 26.5 41.5 41.5 53 25 35
D 45 30 26.5 30 60 71.5 35 55
E 45 30 23 60 60 71.5 35 55
F 60 45 18 60 60 75 45 50
Tabel 6.7-5: Radius Fillet
Gambar 6.7-3: Radius Fillet
Radius dari potongan/fillet di bagian dalam kurva pada rapid exit taxiway harus memadai
untuk memberikan jalur masuk (throat) guna memfasilitasi radius putaran awal saat
masuk ke taxiway. 6.7.9.3. Rapid exit taxiway agar mencakup jalur lurus dengan jarak
tertentu setelah radius putaran yang memadai untuk pesawat udara berhenti dengan
sempurna pada perpotongan taxiway.
Besar sudut perpotongan rapid exit taxiway dengan runway agar tidak lebih besar dari
45° atau tidak kurang dari 25° dan sebaiknya sebesar 30°
Jarak Pemisahan Minimum Taxiway
Jarak pemisahan antara garis tengah taxiway, meliputi apron taxiway, dan:
a. Garis tengah runway paralel; atau
b. Garis tengah taxiway paralel;
c. Struktur bangunan, kendaraan, dinding, tanaman, peralatan, pesawat yang parikir
atau jalan, tidak boleh kurang dari jarak yang ditentukan dalam Tabel 6.7-7.
Garis tengah
precision Code letter
approach
runway
Runway code
A B C D E F
number
1 82,5 m 87 m 93 m - - -
2 82,5 m 87 m 93 m - - -
162 168
3 157,5 m 176 m - -
m m
168 182,5 190
4 - - 176 m
m m m
Garis tengah
non
precision Code letter
approach
runway
Runway code
number
A B C D E F
Code Letter
runway
1 52,5 m 57 m 63 m - - -
2 52,5 m 57 m 63 m - - -
3 82,5 m 87 m 93 m 176 m - -
182,5 190
4 - - 93 m 176 m
m m
Garis tengah
non
Code letter
instrument
runway
Runway code
A B C D E F
number
1 37,5 m 42 m 48 m - - -
2 47,5 m 52 m 58 m - - -
3 52,5 m 57 m 63 m 101 m - -
107,5 115
4 - - 93 m 101 m
m m
Garis tengah
Code letter
taxiway
A B C D E F
66,5
23,75 m 33,5 m 44 m 80 m 97,5 m
m
Taxiway,
selain
aircraft stand
Code letter
taxilane, centre
line
ke objek
A B C D E F
40,5 47,5
16,25 m 21,5 m 26 m 57,5 m
m m
Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway
Catatan:
Jarak pemisah didasari oleh konsep bahwa sayap pesawat udara, berpusat
pada taxiway paralel, tetap pada posisi bebas terhadap lebar runway strip
Jarak pemisah garis tengah taxiway ke garis tengah runway telah ditentukan
dengan menggunakan lebar maksimum runway strip yang disyaratkan untuk
kategori dan Code Number tertentu.
Apron
1. Pengertian
Apron adalah suatu daerah yang ditentukan di dalam aerodrome, dimaksudkan untuk
mengakomodasi pesawat untuk keperluan menaikkan/menurunkan penumpang atau kargo,
pengisian bahan bakar, parkir, atau perawatan. Luas daerah apron harus didesain sedemikian
rupa sehingga mencukupi kebutuhan aerodrome pada kepadatan maksimumnya.
Apron harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga pesawat terbang yang diparkir di tempat
tersebut tidak akan menabrak obstacle limitation surface, dan khususnya, permukaan transisi
(transitional surface).
Terminal apron adalah sebuah daerah yang dirancang untuk manuver dan parkir pesawat
yang bersebelahan atau mudah dihubungkan dengan fasilitas terminal penumpang.
Tempat ini digunakan oleh penumpang untuk naik ke pesawat dari terminal. Sebagai
tambahan, dalam fasilitas pergerakan penumpang, terminal apron digunakan untuk
mengisi bahan bakar dan pemeliharaan pesawat dan untuk menaik-turunkan barang-
barang serta kargo.
Cargo apron, adalah apron yang digunakan untuk tempat berhenti dan menaik-turunkan
muatan pesawat yang hanya mengangkut barang-barang, kargo, surat, dan sejenisnya
tanpa penumpang. Pemisahan dengan terminal apron disebabkan oleh perbedaan fasilitas
yang harus disediakan di kedua apron tersebut.
Parking apron. Sebuah lapangan terbang dapat memiliki sebuah tempat parkir khusus
(Parking Apron) untuk pesawat sekiranya pesawat tersebut harus berada di lapangan
terbang tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Apron ini bisa digunakan untuk
melakukan perawatan ringan pesawat. Penempatan parking apron haruslah sedekat
mungkin dengan terminal apron, karena pergerakan pesawat yang paling besar
intensitasnya akan terjadi antara kedua apron ini, agar pergerakan pesawat yang akan
keluar masuk kedua apron menjadi mudah.
Service and Hangar Apron. Service apron adalah suatu tempat terbuka untuk melakukan
perawatan serta perbaikan terhadap pesawat dan lokasinya berdekatan dengan hangar
pemeliharaan. Sedangkan hangar apron adalah sebuah lokasi pemindahan pesawat dari
dan menuju hangar.
2. Kriteria desain
Dimensi Apron
Dari ujung
Dari garis
sayap
Code tengah
Dari Garis pesawat
Letter aircraft
tengah udara pada
untuk parking
apron aircraft
pesawat position
ke Objek parking
udara taxilane ke
position ke
objek
objek
A 12,0 m 16,25 m 3,0 m
B 16,5 m 21,5 m 3,0 m
C 24,5 m 26,0 m 4,5 m
D 36,0 m 40,5 m 7,5 m
E 42,5 m 47,5 m 7,5 m *
F 50,5 m 57,5 m 7,5 m *
* Jarak pemisah minimum adalah 10 meter jika menggunakan
parkir bebas (free moving)
Tabel 6.9-2: Posisi parkir pesawat—Jarak pemisahan minimum
Kemiringan Apron (Slopes on Aprons).
Kemiringan posisi parkir pesawat tidak boleh lebih dari 1%. 6.9.4.2. Kemiringan bagian
apron lain yang manapun harus sesuai agar bisa digunakan dengan baik tanpa
mengakibatkan genangan air pada permukaan apron, tetapi tidak boleh lebih dari 2%.
6.9.4.3. Kelandaian apron harus dalam posisi sedemikian sehingga kemiringan tidak turun
menuju Gedung terminal.
Untuk menghitung dan merrencanakan luas apron, terlebih dahulu dihitung luas satu pesawat
(aircraft size) dengan rumus sebagai berikut:
L AZ=L∗D ,
Dimana :
D = wingspan + 2clearance