PENGERTIAN
RUANG UDARA ( AIR FIELD ) : Area yang dapat dipergunakan untuk kegiatan take-off dan landing pesawat. Seluruh fasilitas pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat dan terminal building untuk mengakomodasi operasi pesawat KAPASITAS ( CAPACITY ) : Jumlah maksimum pengoperasian sebuah sistem yang dapat melayani dalam periode waktu tertentu. Kapasitas ruang udara adalahjumlah operasi pesawat terbang maksimum yang dapat dilakukan pada suatu lapangan udara selama jangka waktu tertentu.
PENGERTIAN
Kapasitas kejenuhan maksimum ( maximum throughput capacity / saturation capacity) Jumlah pergerakan ( take off dan landing ) yang dapat dilakukan dalam satu jam pada runway tanpa melanggar regulasi ATM ( Air Traffic Management ), dengan asumsi adanya permintaan secara kontinyu. Kapasitas Praktis per jam ( practical hourly capacity ) Jumlah pergerakan yang dapat dilakukan dalam satu jam pada runway dengan waktu delay rata rata tiap pergerakan sebesar 4 menit. ( 80-90 % dari kapasitas jenuh, tergantung kondisi tertentu )
Design geometrik dan lokasi nya yang tepat dapat meningkatkan kapasitas runway. Perlu diperhatikan juga tingkat kebisingan ( noise ) yang dihasilkan karena akan menjadi tidak efektif jika kita mendesign lebih dari satu runway untuk meningkatkan kapasitas tapi berdampak meningkatnya dampak kebisingan sehingga melebihi dari batas yang diijinkan. Jika hal ini terjadi maka runway runway yang didesign tidak
- Pesawat yang masih diudara tidak dapat landing sebelum pesawat yang di depannya belum selesai di runway
Table 10-2 Runway tunggal berdasarkan pemisahan oleh IFR, Roma dan Milan tahun 1998
- Pesawat yang masih diudara tidak dapat landing sebelum pesawat yang di depannya belum selesai di runway
KOMBINASI D-D ( departure followed by departure ) Jarak antar kedatangan dipisahkan setidaknya dalam 120 ( detik )
KOMBINASI D-A ( departure followed by arrival) Dalam kisaran waktu 2-2.5 menit antara permulaan pesawat takeoff dengan pesawat yang akan landing. Dalam jarak 5 Nmi dari akhir runway
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS RUNWAY Pemisahan Diagonal antara dua pesawat pada runway parallel
Ketika kedua landasan pacu yang digunakan untuk kedatangan, maka pesawat yang beriringan harus berjarak setidaknya 1,5 nmi di belakang ketika dua centerlines runway berjarak antara 2500 ft (762 m) sampai dengan 4300 ft (1310 m). Jarak 1.5-nmi diukur secara diagonal, yaitu, merupakan jarak langsung antara dua pesawat (Gbr. 10-1). Jika centerlines runway berjarak lebih dari 4300 kaki (1310 m), dua landasan pacu paralel dapat dioperasikan secara independen, bahkan jika keduanya digunakan untuk kedatangan.
Fig. 10-3. A typical classification of weather conditions (ceiling and visibility) at an airport in the United States. For CAT II operations the minimum visibility should be 1200 ft runway visual range (RVR), approximately equal to 0.223 statute miles.
Daerah dilambangkan sebagai VFR, dengan batas ketinggian 2500 ft (762 m) atau lebih tinggi dan jarak pandang 5 mil atau lebih, dan MVFR berhubungan dengan kondisi visual meteorologi condition (VMC).
Perhatikan bahwa Kategori I, II, III adalah bagian dari LIFR. Tergantung pada instrumentasi landasan pacu dan topografi lokal, pendekatan yang berbeda, jarak antara, dan prosedur urutan dapat digunakan di bawah batas ketinggian / kombinasi jarak pandang yangterkait dengan MVFR, IFR, dan LIFR. Ini berarti bahwa kapasitas bandara juga bisa berubah jauh.
r = panjang jalur di final approach (5-8 nmi) sij = syarat pemisahan minimum oleh ATC antara dua pesawat saat keduanya terbang vi = asumsi kecepatan pada final approach, sebagaiperkiraan yang masuk akal, bahwa pesawat terbang i menjaga kecepatan konstan disepanjang final approach oi = waktu runway, seperti waktu yang berlalu sejenak saat pesawat terbang mendarat di atas runway ke saat pesawat meninggalkan runway pada salah satu pintu keluar runway Tij = interval waktu minimum antara kedatangan berturut-turut di runway pesawat tipe i dan j.
Pij = probabilitas kejadian pesawat tipe i diikuti oleh pesawat tipe j K = jumlah kelas-kelas pesawat yang berbeda
tij = interval waktu rata-rata semua kemungkinan pesawat i, j b = Buffer time waktu tenggat antar kedua pesawat (10 s atau 1/3 nmi) Pij = Probabilitas kejadian pesawat tipe i diikuti oleh pesawat tipe j K = Jumlah kelas-kelas pesawat yang berbeda
Contoh Perhitungan
I (tipe pesawat) 1 (H) pi (probabilitas) 0,2 vi (knots) 150 oi (second) 70
2 (L)
3 (S1) 4 (S1)
0,35
0,35 0,1
130
110 90
60
55 50
Tabel Data untuk Contoh (1 knot = 1 nmi/h = 1.15 statute miles/h = 1.852 km/h)
L S1 atau S2
2,5 2,5
2,5 2,5
4 2,5
Contoh Perhitungan
Contoh Perhitungan
Contoh Perhitungan
(bag 4)
Wa = Penundaan purata (mean) terhadap pesawat yang datang, satuan waktu a = Tingkat kedatangan purata, pesawat terbang per satuan waktu a = Tingkat pelayanan purata untuk kedatangan, pesawat terbang per satuan waktu, atau kebalikan dari waktu pelayanan purata a = Simpangan baku waktu pelayanan purata dari pesawat terbang yang datang
Wd = Penundaan purata (mean) terhadap pesawat yang berangkat, satuan waktu d = Tingkat keberangkatan purata, pesawat terbang per satuan waktu d = Tingkat pelayanan purata untuk keberangkatan, pesawat terbang per satuan waktu, atau kebalikan dari waktu pelayanan purata a = Simpangan baku waktu pelayanan purata dari pesawat terbang yang berangkat
Wd = Penundaan purata (mean) terhadap pesawat yang berangkat, satuan waktu a= Tingkat kedatangan purata, pesawat terbang per satuan waktu d = Tingkat keberangkatan purata, pesawat terbang per satuan waktu j = Selang waktu purata di antara dua keberangkatan yang berurutan j = Simpangan baku dari selang waktu purata diantara dua keberangkatan yang berurutan g = Laju purawat di mana terjadi kekosongan di antara kedatangan yang berurutan f = selang waktu purata di mana keberangkatan pesawat tidak dapat dilakukan f = Simpangan baku dari selang waktu purata di mana keberangkatan pesawat tidak dapat dilakukan
Contoh soal: hitunglah penundaan rata-rata terhadap pesawat terbang yang datang pada suatu sistem landasan pacu yang hanya melayani kedatangan, apabila waktu pelayanan purata adalah 60 detik per operasi dengan simpangan baku 12 detik dan laju kedatangan ratarata adalah 45 pesawat terbang per jam? Diketahui : a = 60 detik/operasi a = 12 detik a = 45 pesawat/jam Ditanyakan : Wa = ? Jawab : a = 45 pesawat/jam = 0,75 pesawat per menit. a adalah 1 pesawat per menit. a = 12 detik = 0,2 menit
Contoh soal: hitunglah penundaan rata-rata terhadap pesawat terbang yang datang pada suatu sistem landasan pacu yang hanya melayani kedatangan, apabila waktu pelayanan purata adalah 60 detik per operasi dengan simpangan baku 15 detik dan laju kedatangan ratarata adalah 50 pesawat terbang per jam? Diketahui : d = 60 detik/operasi d = 12 detik d = 45 pesawat/jam Ditanyakan : Wd = ? Jawab : d = 50 pesawat/jam = 0,83 pesawat per menit. d adalah 1 pesawat per menit. d = 15 detik = 0,25 menit
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
MI = C + 3D
Keterangan : MI = Indeks campuran C = Persentase pesawat terbang tipe C dalam campuran pesawat yang menggunakan landasan pacu D = Persentase pesawat terbang tipe D dalam campuran pesawat yang menggunakan landasan pacu
Bobot Lepas Landas yang Diperbolehkan < 12.500 pon < 12.500 pon 12.500-300.000 > 300.000 pon
Dari data diatas, dapat dihitung: 1. Kondisi VFR: MI = C + 3D = 50,0 + 3 (4,0) = 62,0 2. Kondisi IFR : MI = C + 3D = 73,5 + 3(5,9) = 91,2
C = Kapasitas per jam konfigurasi pemakaian landasan pacu dalam operasi-operasi per jam Cb = Kapasitas ideal atau dasar konfigurasi pemakaian landasan pacu E = Faktor penyesuaian jalan keluar untuk jumlah dan lokasi dari jalan keluar landasan pacu T = Faktor penyesuaian tak menentu (touch and go)
Perhitungan :
MI = Cb+3D = 50+ 3*4 = 62 Dari grafik didapat nilai Cb = 95 Dari tabel didapat nilai T = 1,03 Dari tabel didapat nilai E = 0,97 Maka C = Cb.T.E = 95(1,03)(0,97) = 95 operasi/jam
Kapasitas Taxiway
Taxiway merupakan bagian dari fasilitas sisi udara bandara yang dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat dari runway maupun sebagai saran penghubung antara beberapa fasilitas seperti aircraft parking, position taxiline, apron taxiway dan exit taxiway. Kapasitas keseluruhan sistem taxiway dapat ditentukan, dengan jumlah pesawat per jam yang melewati sistem taxiway dari apron ke runway ataupun sebaliknya. Kapasitas taxiway secara umum tidak akan menjadi faktor pembatas kapasitas bandara.
Kapasitas Taxiway
Kapasitas taxiway dipengaruhi oleh: 1. Lokasi persimpangan dengan landasan hubung. 2. Intensitas penggunaan runway. 3. Variasi pesawat pada landas pacu yang bersilangan.
Kapasitas Taxiway
Sebagai contoh, jika pesawat melakukan perjalanan pada taxiway dengan kecepatan 36 km / jam (sekitar 22 mil / jam) dan jarak antara pesawat secara berurut pada taxiway secara konservatif adalah 400 m, kapasitas aliran taxiway adalah 90 pesawat per jam, jauh lebih dari runway biasanya dapat menangani.
Kapasitas Apron
Apron merupakan area parkir pesawat terbang dengan struktur perkerasan kaku (rigid pavement) pada masing-masing jalur terminal yakni terminal kedatangan maupun terminal keberangkatan. Berbeda dengan sistem taxiway, kapasitas apron kadang-kadang dapat menjadi faktor penghambat pada kapasitas ruang udara secara keseluruhan pada bandara dengan luas lahan yang kecil. Kapasitas dinamis didefinisikan sebagai jumlah pesawat per jam yang dapat ditampung di stands.
Kapasitas Apron
Kapasitas apron dipengaruhi oleh: 1. Jumlah dan tipe gate (tempat dimana pesawat parkir) pada tiap grup. 2. Ukuran gate. 3. Gate occupancy time. 4. Layout parkir pesawat di setiap gate.
Kapasitas Apron
Kapasitas Apron
Tipe parkir pesawat:
NOSE IN PARKING
Pesawat parkir dengan tipe angled nose in parking akan memakan lebih banyak tempat daripada nose in parking sehingga kapasitas apron untuk angled nose in parkinglebih sedikit daripada tipe nose in parking.
Kapasitas Apron
Untuk menghitung kapasitas dinamis, maka perlu mempertimbangkan interval waktu antara peggunaan berurutan stand dua pesawat yang berbeda. Dengan analogi pendekatan yang digunakan untuk menghitung kapasitas runway, interval minimum dan interval rata-rata harus ditentukan. Interval minimal terdiri dari dua komponen: 1. Jumlah waktu sebuah pesawat yang dijadwalkan untuk menghabiskan pada stand, ini akan disebut sebagai Scheduled Occupancy Time (SOT) dan juga dikenal sebagai waktu yang dijadwalkan "perputaran" dari pesawat terbang. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk posisi pesawat masuk dan keluar dari stand, selama positioning time (PT) stand tidak tersedia untuk pesawat lainnya.
Kapasitas Apron
Contoh: Pada suatu Bandara diasumsikan terdapat 60 stand dan rata-rata SOT untuk semua pesawat adalah 50 menit. Pendekatan dalam hal ini adalah untuk memperkirakan bahwa setiap stand dapat melayani rata-rata 1,2 pesawat per jam. 1. Kapasitas dinamis apron = 60 / (50/60) = 72 pesawat per jam. 2. Jika waktu posisi, PT, juga diperhitungkan-dengan menambahkan, misalnya, 8 menit ke menit 50 dari SOT. Kapasitas apron = 60/[(50+8)/60] = 62 pesawat per jam 3. Waktu buffer, BT, dari 30 menit kini ditambahkan ke min 58 sebelumnya diperbolehkan untuk SOT dan PT, untuk total 88 menit di mana sebuah stand "diblokir" dari akses oleh pesawat lain. Kapasitas apron = 60/[(50+8+30)/60] = 41 pesawat per jam. 43 persen lebih kecil dari perkiraan 72 pesawat.
TERIMAKASIH