Anda di halaman 1dari 37

Perbedaan Bandara Komersil dengan Pangkalan Udara

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Semakin dewasa, tingkat mobilitas masyarakat semakin meningkat, banyak dari mereka
menginginkan bepergian dari suatu tempat ke tempat lain dengan mudah, murah, nyaman,
aman, dan tentunya cepat, ini melahirkan satu moda transportasi yang mampu menjawab
keinginan dari masyarakat, yaitu moda transportasi udara, dengan memanfaatkan ruang udara
sebagai jalur perlintasannya, moda transportasi ini cukup relatif lebih cepat dibandingkan
dengan moda transportasi lainnya. Ditambah bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan,
maka moda transportasi udara sangat dipilih oleh masyarakat Indonesia untuk mengantarkan
mereka bepergian ke berbagai pulau di Indonesia.
Tentu perkembangan moda transportasi udara harus didukung oleh infrastruktur
pendukungnya seperti halnya bandara, mengingat bahwa bandara memiliki peranan utama
yang penting sebagai tempat pendaratan maupun lepas landas bagi pesawat udara, selain itu
badara juga memiliki peranan sebagai tempat peralihan moda transportasi dari darat ke udara.
Saat ini jumlah bandara di Indonesia sangat banyak, hampir di setiap provinsi sudah
didukung dengan oleh adanya fasilitas bandara, ini tentu memudahkan bagi masyarakat
dalam bepergian. Selain itu, pembangunan perekonomian daerah juga dapat meningkat.
Namun tidak semua bandara yang tersebar di wilayah NKRI dikelola oleh 1 pengelola,
namun terdapat beberapa pengelola yang mengelola sesuai kebutuhan dan kapasitas,
contohnya saja bandara yang dikelola Angkasa Pura dengan bandara yang dikelola TNI AU
atau yang lebih sering disebut dengan LANUD, kedua bandara itu memiliki perbedaan dalam
beberapa hal, contoh kecilnya saja dalam hal peruntukkannya, yang satu diperuntukkan untuk
penerbangan sipil, sedangkan yang satunya lagi diperuntukkan oleh penerbangan militer.
2.1 Maksud dan tujuan penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini ialah;
- Sebagai syarat penilaian dalam tugas mata kuliah Manajemen Bandar Udara
- Memperkenalkan bandara komersil beserta fungsi dan fasilitasnya
- Memperkenalka bandara militer / LANUD beserta fungsi dan fasilitasnya
- Mengetahui peranan masing-masing apabila keduanya bergabung dalam 1 bandara

3.1 Metode penulisan


Pada penulisan makalah ini, metode penulisan yang diambil penulis ialah study literature.
Penulis membaca bahan-bahan materi yang diperoleh dari internet maupun bahan bacaan
yang terkait dengan judul makalah ini.
Bab II
Pembahasan

2.1 Bandara secara umum

Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport merupakan
sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti pesawat udara dan helikopter dapat lepas
landas dan mendarat. Suatu bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah
landasan pacu atau helipad ( untuk pendaratan helikopter), sedangkan untuk bandara-bandara
besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan
maupun bagi penggunanya seperti bangunan terminal dan hanggar.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) : Bandar udara
adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan)
yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan
dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (Persero) Angkasa Pura adalah lapangan udara,
termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.
2.2 Sejarah Bandara
Secara historis bandar udara (lapangan terbang) diselenggarakan oleh pemerintah Belanda.
Sejak kemerdekaan 1945 semua lapangan terbang diambil alih oleh APRI yang digunakan
untuk pangkalan udara dan bandar udara. Pangkalan udara diselenggarakan oleh AURI,
sedangkan bandar udara diselenggarkan oleh Jawatan Penerbangan Sipil, di bawah
Departemen Pekerjaan Umum, di samping itu bandar udara atau pangkalan udara juga
digunakan bersama seperti Juanda, Adi Sucipto, Halimperdanakusuma, A.Yani, yang diatur
dengan SKB 3 Menteri Keuangan, Pertahanan & Keamanan dan Perhubungan.

2.3 Perkembangan Bandara


Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang
bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin. Di masa Perang Dunia I,
bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat
terbang dan landas pacumulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai
ditambahkan fasilitas komersialuntuk melayani penumpang.
Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam
perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat
kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai
terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara
internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia bandar udara yang berstatus
bandar udara internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng),
Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi.
2.4 Fasilitas bandar udara
Fasilitas bandar udara yang terpenting adalah:
Sisi Udara (Air Side)
Runway atau landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya
tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani
pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang
landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal melayani Twin Otter,
Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja).
Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang
1.800 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil
seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya
dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang
dilayani adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara
international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
Apron atau tempat parkir pesawat yang dekat dengan terminal building,
sedangkan taxiwaymenghubungkan apron dan runway. Konstruksi apron umumnya beton
bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari pesawat.
Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller, berupa menara khusus
pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka disediakan unit penanggulangan
kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadam kebakaran, mobil
pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulans, dan peralatan penolong lainnya.
Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.

Sisi Darat (Land Side)


Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau
pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom -
Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding
lounge) serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar,
penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil,
penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah.
Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal
Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi

2.5 Bandara komersil


Menurut UU no 1 Tahun 2009 tentang penerbangan, Bandar Udara adalah kawasan di daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Sedangkan pengertian komersil dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung
arti sebagai berikut : berrhubungan dengan niaga atau perdagangan atau dimaksudkan untuk
diperdagangkan dengan bernilai niaga tinggi, kadang-kadang mengorbankan nilai-nilai lain
(sosial, budaya, dsb). Kemudian mengomersilkan berarti menjadikan sesuatu sbg barang
dagangan atau menggunakan sesuatu untuk berdagang (mencari keuntungan sendiri).
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bandara komersil ialah kawasan
di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang mana ke semua kegiatan tersebut
terkena fee atau biaya dari usaha menkomersilkan jasa bandara, artinya setiap kegiatan untuk
menunjang operasi pergerakan pesawat dan penumpang dikenakan fee atau biaya oleh pihak
bandara, seperti halnya PJP2U (Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara) dan PJP4U
(Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, Penyimpanan Pesawat Udara), karena fokus utama
dari bandara komersil ialah memanfaat ruang dan fasilitas yang tersedia untuk mendapatkan
keuntungan bagi bandara, misalkan dalam pemanfaatan ruang, yaitu dengan menyewakan
ruang-ruang kios yang terdapat di dalam lingkup bandara kepada pihak konsesioner, lalu
pemanfaatan fasilitas untuk mendapatkan keuntungan, seperti memberikan fasilitas
pendaratan bagi pesawat kepada pihak Airlines.
Saat ini di Indonesia, bandara milik Indonesia yang sepenuhnya bersifat komersil dikelola
oleh BUMN dalam hal ini PT. Angkas Pura 1 (untuk wilayah Timur Indonesia) dan PT
Angkasa Pura 2 (untuk wilayah Barat Indonesia), namun terdapat 1 bandara komersil di
Indonesia yaitu Bandara Hang Nadim Batam yang dikelola langsung oleh Badan
Pengusahaan (BP) Batam selaku pemegang otoritas atas beberapa fasilitas umum seperti
pelabuhan dan bandara bukan PT Angkasa Pura. Berikut adalah daftar nama bandara yang
dikelola Angkasa Pura 1 dan Angkasa Pura 2 adalah sebagai berikut;

Angkasa Pura 1
1. Bandara Achmad Yani (Semarang)
2. Bandara Adi Sutjipto (Yogyakarta)
3. Bandari Adi Soemarmo (Solo)
4. Bandara El Tari (Kupang)
5. Bandara Frans Kaiseipo (Biak)
6. Bandara Juanda (Surabaya)
7. Bandara Ngurah Rai (Bali)
8. Bandara Pattimura (Ambon)
9. Bandara Sam Ratulangi (Manado)
10. Bandara Selaparang (Mataram, NTB)
11. Bandara Sepinggan (Balikpapan)
12. Bandara Sultan Hasanuddin (Makasar)
13. Bandara Syamsudin Noor (Banjarmasin)

Bandara dikelola Angkasa Pura 2


1. Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta)
2. Bandara Supadio (Pontianak)
3. Bandara Husein Sastranegara (Bandung)
4. Bandara Depati Amir (Pangkal Pinang)
5. Bandara Polonia (Medan)
6. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang)
7. Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta)
8. Bandara Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh)
9. Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru)
10. Bandara Minangkabau (Padang)
11. Bandara Sultan Thaha (Jambi)
12. Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang)

2.6 Pangkalan udara

Pada dasarnya bandara yang dikelola TNI merupakan sebutan dari Pangkalan Udara,
pangkalan udara sendiri menurut UU No 1 tahun 2009 tentang penerbangan ialah kawasan di
daratan dan/atau di perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia
yang digunakan untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan
pertahanan negara oleh Tentara Nasional Indonesia. Secara umum, Pangkalan udara
sepenuhnya memiliki fungsi sebagai berikut;

a. Melaksanakan pendidikan elektronika dasar Listrik, avionik elektronika, komunikasi


navigasi, radar, avionik, separadas, dan kecabangan perwira.
b. Melaksanakan kegiatan intelijen pengamanan, oprasi udara, keamanan dan pertahanan
Pangkalan serta pembinaan sumber daya.
c. Melaksanakan pembinaan kemampuan pelaksanaan tugas-tugas oprasi udara dan
pembinaan potensi kedirgantaraan.

Dengan kesimpulan ialah bahwa pangkalan udara diperuntukkan khusus bagi kegiatan
kemiliteran dan pertahanan serta keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berikut adalah daftar pangkalan udara di Indonesia


Koopsau I
Tipe A
1. Lanud Halim Perdanakusuma (HLP), Jakarta
2. Lanud Atang Sendjaja (ATS), Bogor
Tipe B
1. Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh
2. Lanud Medan (MDN), Medan
3. Lanud Pekanbaru (PBR), Pekanbaru
4. Lanud Husein Sastranegara (HSN), Bandung
5. Lanud Suryadarma (SDM), Subang
6. Lanud Supadio (SPO), Pontianak
Tipe C
1. Lanud Maimun Saleh (MUS), Sabang
2. Lanud Tanjung Pinang (TPI), Tanjung Pinang
3. Lanud Hang Nadim, Batam
4. Lanud Ranai (RNI), Natuna
5. Lanud Padang (PDA), Padang
6. Lanud Palembang (PLG), Palembang
7. Lanud Tanjung Pandan (TDN), Belitung
8. Lanud Wiriadinata (TSM), Tasikmalaya
Tipe D
1. Lanud Astra Kestra (ATK), Lampung
2. Lanud Sugiri Sukani (SKI), Cirebon
3. Lanud Wirasaba (WSA), Purwokerto
4. Lanud Singkawang II (SWII), Singkawang

Koopsau II
Tipe A
1. Lanud Hasanuddin (HND), Makassar
2. Lanud Iswahyudi (IWJ), Madiun
3. Lanud Abdul Rachman Saleh (ABD), Malang
Tipe B
1. Lanud Surabaya (SBY), Surabaya
2. Lanud Pattimura (PTM), Ambon
3. Lanud Jayapura (JAP), Jayapura
Tipe C
1. Lanud Iskandar (IKR), Pangkalan Bun
2. Lanud Syamsuddin Noor (SAM), Banjarmasin
3. Lanud Balikpapan (BPP), Balikpapan
4. Lanud Ngurah Rai (RAI), Denpasar
5. Lanud Rembiga (RBA), Mataram
6. Lanud Eltari (ELI), Kupang
7. Lanud Wolter Monginsidi (WMI), Kendari
8. Lanud Sam Ratulangi (SRI), Manado
9. Lanud Manuhua (MNA), Biak
10. Lanud Timika (TMK), Timika
11. Lanud Merauke (MRE), Merauke
12. Lanud Tarakan (TAK), Tarakan (Dalam tahap pembangunan)

Tipe D
1. Lanud Morotai (MRT), Halmahera Utara
2. Lanud Dumatubun (DMN), Tual

Kodikau
1. Lanud Adi Sutjipto (ADI), Jogjakarta
2. Lanud Adisumarmo (SMO), Solo
3. Lanud Sulaiman, Bandung

2.6 Perbedaan Bandara Komersil dengan Bandara di bawah Pengelolaan TNI

Dilihat dari pendeskripsian secara umum di atas, jelas memang berbeda antara bandara
komersil dikelola AP 1 & 2 dengan Bandara dikelola TNI (pangkalan udara), berikut akan
saya tampilkan table yang menunjuk perbedaan antar keduanya;

Bandara Komersil Pangkalan Udara


Dibangun untuk menunjang kegiatan moda Dibangun untuk menunjang pertahanan Negara
transportasi udara.
Keuntungan menjadi tujuan bersama Keamanan wilayah NKRI menjadi tujuan
bersama.
Memiliki fasilitas pelayanan penumpang dan Tidak memiliki fasilitas pelayanan penumpang
cargo dan cargo.
Semua orang dapat masuk ke dalam wilayah Hanya orang yang berkepentingan yang dapat
bandara. (syarat dan ketentuan berlaku) memasuki wilayahnya
Kegiatan operasionalnya dibiayai oleh Kegiatan operasionalnya mendapat bantuan dari
dirinya sendiri melalui penganggaran Negara.
internalnya.
Berada di bawah pengawasan kementerian Berada di bawah kementerian pertahanan
transportas
Namun dibalik perbedaan di atas, keduanya memiliki beberapa persamaan antara lain;

Bandara Komersil Pangkalan Udara


Memiliki Fasilitas pelayanan Pesawat udara Memiliki Fasilitas pelayanan Pesawat udara
Memiliki fungsi dan infrastruktur sama Memiliki fungsi dan infrastruktur sama sebagai
sebagai pendaratan, penempatan dan pendaratan, penempatan dan penyimpanan
penyimpanan pesawat udara pesawat udara
Memiliki organisasi pegawai bandara Memiliki organisasi pegawai bandara
Memiliki petugas pelaksana kegiatan Memiliki petugas pelaksana kegiatan
operasional bandara (ATC, Marshalling, operasional bandara (ATC, Marshalling,
Ground, dll) Ground, dll)

2.7 Penggunaan bersama Bandara dan Pangkalan Udara

Disamping perbedaan yang mencolok terhadap keduanya, ternyata keduanya dapat bersama-
sama dalam hal penggunaan bandara maupun pangkalan udara, seperti halnya yang diatur
dalam UU No 1 Tahun 2009;

Penggunaan Bersama Bandar Udara dan Pangkalan Udara


Pasal 257
1) Dalam keadaan tertentu bandar udara dapat digunakan sebagai pangkalan udara.
2) Dalam keadaan tertentu pangkalan udara dapat digunakan bersama sebagai bandar
udara.
3) Penggunaan bersama suatu bandar udara atau pangkalan udara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan:
a. kebutuhan pelayanan jasa transportasi udara;
b. keselamatan, keamanan, dan kelancaran penerbangan;
c. keamanan dan pertahanan negara; serta
d. peraturan perundang-undangan

Pasal 258

1) Dalam keadaan damai, pangkalan udara yang digunakan bersama sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 257 ayat (2) berlaku ketentuan penerbangan sipil.
2) Pengawasan dan pengendalian penggunaan kawasan keselamatan operasi penerbangan
pada pangkalan udara yang digunakan bersama dilaksanakan oleh otoritas bandar udara
setelah mendapat persetujuan dari instansi terkait.

Pasal 259
Bandar udara dan pangkalan udara yang digunakan secara bersama ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.

Kemudian diatur juga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2001 sebagai berikut;
Pasal 51
1) Bandar udara atau pangkalan udara dapat digunakan secara bersama untuk
penerbangan sipil dan penerbangan militer.
2) Penggunaan bersama suatu bandar udara atau pangkalan udara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan:
a. Keamanan dan keselamatan penerbangan;
b. kelancaran operasi penerbangan;
c. keamanan dan pertahanan pangkalan udara; dan
d. kepentingan penerbangan sipil dan militer.

Pasal 52
1) Penggunaan bersama bandar udara atau pangkalan udara untuk penerbangan sipil dan
penerbangan militer ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
2) Dalam penetapan penggunaan bersama bandar udara atau pangkalan udara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. hak, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing pihak;
b. status kepemilikan/penguasaan aset pada bandar udara atau pangkalan udara yang
digunakan bersama;
c. sistim dan prosedur penggunaan bersama bandar udara atau pangkalan udara;
d. jenis kegiatan yang dominan dalam penerbangan.

Pasal 53
Dalam hal suatu bandar udara atau pangkalan udara tidak lagi digunakan bersama untuk
penerbangan sipil dan penerbangan militer, maka status bandar udara atau pangkalan
udara yang digunakan bersama kembali kepada status sebelum digunakan secara bersama
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Berikut adalah daftar nama bandara yang dalam hal penggunaannya secara bersama dengan
pihak Angkasa Pura dan TNI
1. Lanud Halim Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan sebagai bandar
udara untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
2. Lanud Adisutjipto Yogyakarta merupakan pangkalan udara untuk penerbangan militer
TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil sehingga juga
disebut Bandara Adisutjipto PT Angkasa Pura I (Persero).
3. Lanud Adi Soemarmo Yogyakarta merupakan pangkalan udara untuk penerbangan
militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil
sehingga juga disebut Bandara Adi Soemarmo PT Angkasa Pura I (Persero).
4. Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan pangkalan militer untuk penerbangan TNI
AD, dan di dalamnya juga dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil yang dioperasikan
oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
5. Lanud Juanda Surabaya sejatinya merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas
terbangun di sebelah utara runway merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan
sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
6. Lanud Sultan Iskandar Muda dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil
yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II
7. Lanud Husein Sastranegara dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II
8. Lanud Supadio dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang dioperasikan
oleh PT Angkasa Pura II
9. Lanud Syamsudin Noor dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I
10. Lanud El Tari dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang dioperasikan
oleh PT Angkasa Pura I
11. Lanud Pattimura dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I
12. Bandara Sepinggan Balikpapan merupakan bandara yang ditumpangi oleh TNI, karena
terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan militer
13. Bandara Juwata Tarakan merupakan bandara yang ditumpangi oleh TNI, karena
terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan militer.
14. Lanud Hang Nadim dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh Otorita Batam
15. Lanud Hasanudin dipergunakan juga untuk melayani penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I

Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulannya ialah walaupun secara umum antara bandara komersil dengan pangkalan
udara memiliki cukup banyak perbedaan yang mendasar, namun kenyataannya keduanya
dapat dipersatukan dalam satu wadah bandara/pangkalan udara secara bersama-sama,
keduanya dapat menggunakan serta memanfaatkan wadah tersebut dengan harmonis.
Sebagai contoh bandara adi soemarmo, di mana dahulu ini adalah sebuah pangkalan udara adi
soemarmo, namun saat ini juga digunakan juga sebagai bandara komersil yang dikelola oleh
Angkasa Pura 1, untuk bandaranya sendiri saat ini sudah tidak bersebelahan lagi dengan
pangkalan udara, angkasa pura sudah membangun terminal baru di sisi utara yang digunakan
sebagai bandara, namun masih tetap menggunakan 1 runway, personil ATCnya pun masih
mayoritas anggota TNI AU sampai saat ini.

3.2 Saran
Saran saya sebagai penulis agar keharmonisan kedua pengelola ini dalam satu wadah tetap
terjaga agar tercipta kelancaran operasional penerbangan di wilayahnya, selain itu saya selaku
penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian guna terciptanya makalah
yang sempurna, penulis sangat menyadari apabila dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan baik itu informasi yang disajikan maupun penggunaan tata bahasa
penulisan.

Daftar pustaka
http://www.elbirtus.info/2012/08/pengertian-komersial.html#ixzz282K4XU3i
http://jjwidiasta.wordpress.com/2011/07/27/apa-itu-bandara-lapangan-terbang-dan-
pangkalan-udara/
http://www.indoflyer.net/forum/printable.asp?m=100419
http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/peraturan-penerbangan-mainmenu-81/19-
peraturan-penerbangan/172--undang-undang-nomor-1-tahun-tentang-penerbangan-dari-sisi-
bandar-udara-?showall=1
http://bandaraonline.com/airport/pengertian-bandar-udara-airport
http://tabloidaviasi.com/hukum-regulasi/penyelenggaraan-dan-pengusahaan-bandar-udara/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_udara
http://id.wikisource.org/wiki/Peraturan_Pemerintah_Republik_Indonesia_Nomor_70_Tahun_
2001
http://www.angkasapura1.co.id/index.php/home/spekBandara?bandara=13
http://www.angkasapura2.co.id/?app=OUR_AIRPORTS
http://www.lanud-sulaiman.mil.id/profile/sejarah/
http://tyas-sandhika.blogspot.com/2012/10/perbedaan-bandara-komersil-dengan_9783.html

Perbedaan Bandar Udara Yang Dikelola Komersial dan


Bandar Udara Yang Dikelola oleh TNI AU

Perbedaan Bandar udara yang dikelola komersial dan Bandar udara yang
dikelola oleh TNI AU

PENGERTIAN BANDAR UDARA

Bandar udara lebih sering dipahami sebagai tempat


pemberangkatan dan ke datangan pesawat udara, dengan membawa
penumpang dari bandar udara satu ke bandar udara lainnya.

Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport merupakan sebuah fasilitas di mana
pesawat terbang seperti pesawat udara dan helikopter dapat lepas landas dan mendarat. Suatu bandar udara yang
paling sederhana minimal memiliki sebuah landasan pacu atau helipad ( untuk pendaratan helikopter), sedangkan
untuk bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan
maupun bagi penggunanya seperti bangunan terminal dan hanggar.

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) : Bandar udara adalah area tertentu di
daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan
atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (Persero) Angkasa Pura I adalah lapangan udara, termasuk segala
bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan
udara untuk masyarakat.
Perkembangan Bandara

Pada masa awal penerbangan, bandara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari
arah mana saja tergantung arah angin. Di masa Perang Dunia I, bandara mulai dibangun permanen seiring
meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang,
bandara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang.

Sekarang, bandara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas
ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-
bandara baru.Penamaan dan Kode Bandara

Setiap bandara memiliki kode IATA dan ICAO yang berbeda satu sama lain. Kode bisa diambil dari berbagai hal seperti
nama bandara, daerah tempat bandara terletak, atau nama kota yang dilayani. Kode yang diambil dari nama bandara
mungkin akan berbeda dengan namanya yang sekarang karena sebelumnya bandara tersebut memiliki nama yang
berbeda.

BANDAR UDARA SEBAGAI TERMINAL ANGKUATAN UDARA

Terminal adalah empat berlangsungnya pertukaran atau pergantian


antar kendaraan yang berbeda dalam moda angkutan yang berbeda.
Termianal berfungsi sebagai berikut :

1. Memberi jalan atau cara kepada kendaraan untuk beroperasi menurut


cahaya sendiri yang khas

2. Menyediakan sarana yang memudahkan pergantian antar kendaraan dari


moda angkutan yang sama atau moda angkutan yang berbeda

3. Memberi kemudahan konsolidasi muatan yaitu penumpang dan barang


(Don Benson & Geoffrey Whitehead, 1957:27). Dalam hal ini, umumnya
penumpang sendiri dapat naik dan turun kendaraan serta bergerak sendiri
dari moda angkutan satu ke moda lainnya.

Layanan terhadap penumpang diperlukan jika terjadi waktu menunggu


angkutan, atau proses administrasi, berupa penyediaan tempat dan
fasilitas umum. Sebaliknya, muatan berupa barang tidak memerlukan
layanan pada waktu menunggu angkutan atau proses administrasi, tetapi
dalam bongkar muat atau berpindah dari satu moda ke moda lainnya,
diperlukan penanganan secara mekanikal atau alat angkat, angkut dan
geser;sedang penumpang tidak memerlukan
2

ANALISIS OPERASI

A. Sistem Bandar Udara Bandar udara

merupakan satu sistem karena terdiri atas komponen-komponen


yang berinteraksi satu dengan lainnya dan menghasilkan suatu keluaran
(output). Komponen-komponen bandar udara terdiri atas pengelolaan
bandar udara, pengelolaan perusahaan angkutan udara, dan kebutuhan
pengguna jasa angkutan udara Keluarannya berupa parameter utama
untuk skala operasional yang mencakup kesesuaian antara pemenuhan
permintaan angkutan penumpang dan barang, kapasitas angkutan udara,
serta kapasitas bandar udara Sistem bandar udara akan berhasil baik jika
setiap komponen dapat mencapai suatu keseimbangan dengan dua
komponen yang lain (Norman Ashford et all, 1984:1). Kegagalan mencapai
kondisi tersebut akan berakibat pada kekurangoptimalan skala operasi
fasilitas dan layanan udara, seperti kelambatan pemberangkatan, tingkat
layanan berkurang, fasilitas kurang mendukung operasi, tingkat
keselamatan atau keamanan kurang terjamin, atau penambahan
pengeluaran biaya Penyelenggaraan bandar udara memiliki keterkaitan
dengan beberapa bidang antara lain pemerintahan pusat dan daerah, para
pemegang konsesi, pemasok, polisi, pemadam api, ambulan dan layanan
kesehatan, pengatur lalu-lintas udara, dan meteorologi Angkutan udara
juga memiliki (dalam sistem bandar udara) keterkaitan dengan berbagai
bidang selain bandar udara antara lain pemasok bahan bakar,
pemeliharaan pesawat udara, jasa boga udara, layanan sanitasi atau
kebersihan, perusahaan angkutan udara atau penyedia jasa di darat
lainnya Pengguna jasa angkutan udara memiliki hubungan dengan pihak
lain selain bandar udara dan perusahaan angkutan udara seperti
pengantar dan penjemput penumpang serta perusahaan ekspedisi muatan
udara dengan angkutan darat

B. Fungsi Bandar Udara

Penggantian Moda Bandar udara berfungsi sebagai penghubung fisik


antara alat angkut udara dan alat angkut permukaan Hubungan dirancang
agar dapat mengakomodasikan karakteristik operasional alat angkut pada
sisi udara dengan alat angkut pada sisi darat, baik pada bagian
keberangkatan maupun pada bagian kedatangan. Batas sisi udara dan sisi
darat ialah tempat parkir pesawat udara (gate), untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang atau barang, dengan ruang tunggu penumpang
(boarding gate) atau tempat penimbunan barang muatan pada gedung
terminal Penghubung fisik antara alat angkut udara dan alat angkut
permukaan ialah gedung terminal (penumpang atau
kargo)Pemrosesan Bandar udara berfungsi sebagai tempat penyiapan
pemberangkatan dan penerimaan kedatangan pesawat udara. Penyiapan
pemberangkatan mencakup antara lain penyediaan fasilitas pengurusan
karcis, pengurusan dokumen, serta pelayanan penumpang dan
penanganan barang/kargo
Perubahan Tipe Gerakan Bandar udara berfungsi sebagai pengubah aliran
muatan yang berkelanjutan menjadi bergelombang, menurut ukuran
pesawat udara yang diberangkatkan. Muatan yang dikirim diangkut truk
dan para calon penumpang dengan angkutan jalan raya atau kereta api,
tiba di bandar udara secara berkelanjutan (continuous), berdasarkan atas
jadwal yang telah ditetapkan, kemudian diubah dalam kelompok-kelompok
atau himpunan (batches) muatan pesawat udara Kapasitas Bandar
Udara Kapasitas bandar udara ditentukan baik oleh sisi udara maupun sisi
darat, tetapi dalam bahasan ini diutamakan pada kapasitas fasilitas sisi
udara terutama komponen landas pacu, landas hubung, dan tempat parkir
(gate); dari sistem bandar udara
Kapasitas landas pacu mengacu pada kemampuan suatu sistem landas
pacu mengakomoadasikan atau menampung pendaratan dan tinggal
landas pesawat udara, yang dinyatakan dalam pengoperasian setiap
satuan waktu, biasanya setiap jam atau setiap tahun (Norman Ashford, et
all, 1984: 149)

KONFIGURASI DASAR LANDAS PACU

(diringkas dari Robert Horonjeff, 1975: 194, 195, 196, 197)

a. Landas Pacu Tunggal (Single Runway) Konfigurasi landas pacu ini


merupakan jenis paling sederhana
b. Landas Pacu Parallel (Parallel Runways) Konfigurasi landas pacu ini
memungkinkan peningkatan kapasitas; semakin banyak jumlah landas
pacu semakin besar kapasitas bandar udara yang bersangkutan.

c. Landas Pacu Jalur Garda (Dual Lane Runway) Konfigurasi landas pacu ini
merupakan dua landas pacu parallel yang saling berdekatan dengan
landas hubung keluar masing-masing. Meskipun, kedua landas pacu dapat
sama-sama dapat digunakan untuk tinggal landas dan pendaratan, namun
biasanya satu landas pacu untuk kedatangan yaitu yang terjauh dari
bangunan terminal dan yang terdekat dengan bangunan terminal untuk
pemberangkatan.

d. Landas Pacu Silang (Intersecting Runways) Konfigurasi landas pacu ini


terdiri dari dua atau lebih landas pacu yang berbeda arah satu dari yang
lainnya. Hal ini didasarkan atas kebutuhan untuk mengatasi arah angin
yang bertiup lebih dari satu arah dan berdampak pada angin samping
(cross winds) yang kuat jika menghandalkan satu

e. unways) Konfigurasi landas pacu memberi manfaat hampir sama dengan


jenis intersecting runways (jika angin bertiup kuat dari satu arah) hanya
saja jika tiupan angin tidak terlalu kuat, kedua landas pacu dapat
digunakan bersama-sama.

f.

g. Perbandingan Antarkonfigurasi Ditinjau dari kepentingan tingkat kapsitas


dan kemudahan pengawasan lalu-lintas udara, konfigurasi landas pacu
satu arah merupakan model yang paling diinginkan. Dalam pengawasan
lalu-lintas udara, pengaturan pesawat udara untuk satu arah tidak rumit
seperti pada arah lebih dari pada satu. Tingkat kapasitas dapat
dimaksimalkan dengan konfigurasi landas pacu sejajar (satu
arah). Soekarno-Hatta memiliki luas 18 km², memiliki dua landasan paralel
yang dipisahkan oleh dua taxiway sepanjang 2,400 m. Terdapat dua
bangunan terminal utama: Terminal 1 untuk semua penerbangan domestik
kecuali penerbangan yang dioperasikan oleh Garuda Indonesi

5
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kapasitas Sistem Landas Pacu

1. Pengawasan Lalu-lintas Udara Aturan lalu-lintas udara tentang jarak


minimum antarpesawat udara secara vertikal, horizontal, dan lateral; demi
keselamatan penerbangan, membatasi jumlah pesawat udara menuju
suatu bandar udara pada suatu waktu.Jarak minimum ini bergantung pada
ukuran pesawat udara, kesediaan radar, dan urut-urutan dalam lintasan.
Tambahan pula, terdapat aturan yang melarang dua pesawat udara berada
pada landas pacu saat bersamaan sehingga hal itu dapat membatasi
penggunaan landas pacu atau mengurangi kapasitas operasionalnya

2. Karakteristik Permintaan Kapasitas suatu landas pacu bergantung pula


pada ukuran pesawat udara, kecepatan pendaratan (touch-down speed),
kemampuan bergerak di darat (ground maneuverability), dan kemampuan
pengereman (braking)Kapasitas landas pacu ialah proporsi jumlah semua
pesawat udara yang datang pada suatu kurun waktu

3. Lingkungan Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh pada kapasitas


landas pacu ialah batas penglihatan (visibility), kondisi permukaan landas
pacu, arah dan kecepatan angin, dan ketentuan tentang pembatasan
kebisingan

4. Rancang Bangun Denah (layout) dan keistimewaan rancang bangun


(design) suatu bandar udara mengandung banyak faktor yang
memengaruhi kapasitas landas pacu

Faktot-faktor yang dimaksud terutama yang menyangkut hal-hal sebagai


berikut :

a.Jumlah, jarak, panjang, dan arah landas pacu


b.Jumlah, lokasi, dan rancang bangun landas hubung keluar
c.Rancang bangun jalan menuju apron (ramp entrances)
Kapasitas Landas Hubung (Taxiway) Kapasitas landas hubung bergantung
pada tingkat kesibukan di landas pacu, pesawat-pesawat udara yang
sedang menggunakan (aircraft mix), dan lokasi landas hubung relatif
terhadap ujung pemberangkatan (departure end) landas pacu tersebut

Kapasitas Tempat Parkir (Gate) Tempat parkir menampung satu pesawat


udara untuk muat-bongkar muatan yang terdiri atas penumpang, bagasi,
kargo dan pos. Adapun, kapasitas tempat parkir mengacu pada
kemampuan sejumlah tempat parkir mengakomodasi kegiatan muat-
bongkar pesawat udara dalam kondisi permintaan yang berlanjut Tingkat
keterisian tempat parkir bergantung pada hal-hal berikut.

I) Jenis pesawat udara (ukuran, bobot, fungsi/peran)

II) Penerbangan dari awal (originating), persinggahan (turnaround), atau


hanya lewat (through flight)

III) Jumlah penumpang naik dan turun

IV) Jumlah bagasi, kargo dan pos

V) Efisiensi petugas di apron

VI) Jenis penggunaan tempat parkir (khusus atau umum) Kesiapan Operasi
Bandar Udara Penyertifikatan (Licensing) Pemerintah mengeluarkan
sertifikat kepada bandar udara yang memenuhi persyaratan sbb :

1. Bagian-bagian yang diperkeras atau pavement (seperti landas pacu,


landas penghubung, dan apron)

2. Area penyelamatan (pada ujung landasan)

3. Rambu-rambu dan lampu-lampu landasan

4. Ambang (threshold) landas pacu dan landas hubung

5. Layanan pemadam api dan penyelamatan

6. Penanganan dan penyimpanan benda-benda dan material berbahaya


7. Rencana darurat, program pemeriksaan sendiri

8. Kendaraan darat, halangan-halangan (obstacles)

9. Perlindungan terhadap alat-alat bantu navigasi


10. Perlindungan umum

11. Pengurangan bahaya burung, serta pendugaan (assessment) dan


pelaporan kondisi bandar udara Pemegang sertifikat harus memenuhi hal-
hal di bawah ini (Norman Ashford et all, 1984: 111)

1. Kawasan operasi bandar udara (dalam bandar udara) dan daerah


sekitarnya dalam keadaan aman (safe)

2. Fasilitas bandar udara berkesuaian dengan jenis operasi yang sedang


berlangsung

3. Para manajemen dan staf kunci bandar udara sangat berkompeten dan
berkualifikasi tinggi dalam aspek keselamatan penerbangan pesawat
udara

Pembatasan Operasi

1. Batas Pengelihatan Batas pengelihatan ditentukan oleh kondisi cuaca


dan pengaruh kepadatan lalu-lintas Landas pacu digolongkan menurut
kemampuannya menangani pesawat udara dalam batas penglihatan

a. Kategori I atau landas pacu dengan pendekatan presisi (precision


approach), suatu landasan pacu dengan instrumen yang didukung dengan
ILS (Instrumen Landing System) dan alat bantu pandang (visual aids),
dimaksudkan untuk melayani sampai Decision Height 200 ft (60m) dan
RVR (Runway Visual Range) 2.600 ft (800 m)

b. Kategori II atau landas pacu dengan pendekatan presisi, suatu landas


pacu dengan instrumen yang didukung ILS dan alat bantu pandang,
dimaksudkan untuk melayani sampai Decision Height 100 ft (30m) dan
RVR 1.200 ft (400m)
c. Kategori III atau landas pacu dengan pendekatan presisi, yaitu landas
pacu dengan instrumen yang didukung ILS dalam berbagai sub-kategori
1) Kategori III A

2) Kategori III B

3) Kategori III C

2. Dampak Angin dari Samping Menurut ICAO pada Annex 14, arah landas
pacu dirancang agar paling sedikit dapat beroperasi pada tingkat 95
persen pada saat angin dari samping berkecepatan 20 knots (37 km/jam)
untuk landasan berkategori A dan B, 15 knots (27 km/jam) untuk landasan
berkategori C, dan 10 knots (18.5 km/jam) untuk landasan berkategori D
dan E

3. Pengawasan Gangguan Burung Tindakan strategis perlu diambil untuk


mengusir burung yang dapat membahayakan penerbangan antara lain
sebagai berikut :

1. Mengenali jenis burung pengganggu yang dihadapi

2. Mengetahui pola perilaku burung yang bersangkutan

3. Mengenali lingkungan hidup sekitar bandar udara

4. Mengetahui faktor-faktor yang menarik bagi burung pengganggu ke


kawasan bandar udara

Kawasan operasional Mencakup permukaan yang diperkeras di bandar


udara yang dilalui pesawat udara yaitu landas pacu, landas penghubung,
landas parkir; namun dalam hal ini hanya landas pacu sebagai fasilitas
utama yang menentukan batas operasi bandar udara
1. Bebas Zat Pencemar (Countaminants) Mutu permukaan landas pacu
terancam oleh keausan landasan (normal wear), uap air, serta zat
pencemar seperti salju, es, genangan air, lumpur, debu, minyak, dan
potongan-potongan karet

2. Bebas Kotoran (Debris) Kotoran di atas permukaan landas pacu yang


terdiri atas material lepas seperti pasir, batu-batu, kertas, potongan kayu,
logam, dan serpihan (bongkahan pengeras landas pacu); dapat merusak
struktur pesawat udara, mesin, atau menjadi gangguan sistem pesawat
udara.
Alat Bantu Pendekatan/Pendaratan (Approach/Landing)

a. Instrumen Landing System (ILS) ILS terdiri atas seperangkat peralatan


bantu nagvigasi yang terdapat di darat dan di pesawat udara untuk
pendaratan dalam kondisi pengendalian dengan instrumen

b. Microwave Landing System (MLS)Bergantung pada pesawat udara yang


dilayani, karena peralihan tersebut belum tentu diikuti oleh semua
pesawat udara

c. Radar Radar merupakan alat bantu navigasi yang berpusat di darat,


stasion radar mengetahui posisi dan arah terbang pesawat udara,
sehingga dapat memberikan nasehat atau instruksi kepada penerbang
dalam mengarahkan pesawat udara Pencahayaan untuk
Pendekatan/Landas Pacu Sederet lampu dapat menuntun penerbang
secara visual tentang jarak aman minimum roda pesawat udara di atas
ambang landas pacu atau rentangan yang terdapat pada pendekatan
terakhir (final approach) Keselamatan dan Keamanan Bandar Udara

1. Keselamatan Bandar Udara

a. Hanggar dan Bengkel Pemeliharaan Pertama, perancangan bangunan,


instalasi, dan tata letak alat-peralatan yang telah mempertimbangkan
kelancaran aktivitas, mutu konstruksi, perlindungan terhadap peralatan
yang membahayakan, dan ketersediaan alat-alat pencegahan
Kedua, menetapkan cara bekerja tertentu yang dapat meminimumkan
kecelakaan kerja serta menegakkan disiplin kerja agar terhindar dari
kelalaian dan tindak kejahatan

b. Pekerjaan di ”Ramps” Kegiatan di tempat parkir pesawat untuk muat-


bongkar (ramp) tergolong berkecepatan tinggi yang menyangkut berbagai
pihak dan kepentingan seperti pesawat udara, kendaraan (ground support
equipment), dan orang-orang bekerja saling berdekatan

c. Layanan Khusus

1. Penanganan bahan bakar pesawat udara tergolong kegiatan berbahaya


bagi keselamatan penerbangan

2. Penyelamatan pesawat udara dalam kecelakaan penerbangan dan


pemadaman api dalam kebakaran, juga menghadapi risiko yang
memerlukan upaya untuk menghindari bahayanya

3. Bagi kawasan penerbangan yang memiliki musim dingin, bandar udara


dilengkapi peralatan deicing menggunakan cairan yang berbahaya (deicing
fluid)
10

2. Keamanan Bandar Udara

a. Pemeriksaan Penumpang Pemeriksaan secara otomatik dengan


magnetometer dan pemeriksaan fisik atau badan bila diperlukan,
Pemanfaatan teknologi untuk pemeriksaan penumpang digunakan pula
cara biometrics seperti sidik jari, retina dan pupil mata, pola suara, bentuk
wajah, atau ukuran tangan; untuk autentifikasi identitas seseorang

b. Pemeriksaan Bagasi (Checked Baggage) Untuk menghindarkan


terbawanya ke pesawat barang-barang yang dapat membahayakan
penerbangan, pemeriksaan bagasi perlu dilakukan

c. Tanda Pengenal Karyawan Untuk memudahkan pengawasan terhadap


orang-orang yang bekerja di bandar udara, diberlakukan kartu pengenal
bagi pegawai bandar udara

d. Pengawasan Tempat Masuk (Controlled Access) Kawasan sensitif bagi


keamanan pada bangunan dan instalasi bandar udara perlu diatur
pengawasan terhadap orang dan kendaraan yang masuk dan keluar
kawasan

e. Pengaman Luar melindungi kawasan yang berfungsi sebagai perbatasan


antara daerah aman dan yang tidak aman di bandar udara disebut (airport
perimeter), dilakukan dengan pagar, gerbang yang diawasi, berlampu
(daerah yang terang), atau dipatroli (diawasi secara fisik sewaktu-waktu)
11

Bandara, Lapter, Lanud

Dalam percakapan umum sering terdengar istilah bandara, lapter, dan


lanud. Ketiga istilah itu memang menunjuk pada sebuah fasilitas atau
instalasi yang berkaitan dengan dunia penerbangan. Lalu, apa sih
sebenarnya perbedaannya?

Mari kita simak apa itu beda tiga istilah tersebut. Secara praktis, kita
coba merujuk saja pada Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan. Oh ya, sekadar pengingat Undang-Undang ini merupakan
revisi dari UU Penerbangan sebelumnya (UU Nomor 15 Tahun 1992). Jika
dirunut lebih jauh, UU Penerbangan ini juga merupakan turunan dari dari
Ordonansi Pengangkutan Udara (Luchtvervoer-Ordonnantie) di jaman
Pemerintahan Hindia Belanda dulu kala, yaitu Staadsblaad 1939 100 jo.
101. Kalau gak percaya, lihatlah tiket penerbangan, masih ada lho airline
yang mencantumkan UU No.15/1992 atau pun Ordonantie S. 1939-100 jo
101 tersebut.

Menurut UU Penerbangan yang baru tersebut, definisi bandar udara dan


pangkalan udara adalah sebagai berikut:

 Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di


daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
 Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di
daratan dan/atau di perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah
Republik Indonesia yang digunakan untuk kegiatan lepas landas dan
pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan negara oleh
Tentara Nasional Indonesia.
Nah, jelas, istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk
pada area atau fasilitas yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya
apakah untuk kepentingan penerbangan sipil atau penerbangan militer.
Bandar Udara adalah istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan
penerbangan sipil (civil aviation), sedangkan pangkalan udara adalah
istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer
(pertahanan negara).

12

Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara


dan lanud itu sebenarnya merupakan satu obyek atau area yang sama.
Bedanya hanyalah pada kepentingan untuk kepentingan penerbangan
militer dan penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada lokasi parkir
pesawat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal
penumpangnya berikut aksesnya ke moda transportasi lainnya. Contohnya
adalah Lanud Halim Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan
sebagai bandar udara untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT
Angkasa Pura II (Persero). Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud
Adisumarmo Surakarta, keduanya merupakan pangkalan udara untuk
penerbangan militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil sehingga juga disebut Bandara Adisutjipto dan
Bandara Adisumarmo yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan pangkalan militer untuk
penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga dipergunakan untuk melayani
penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
Demikian pula Lanud Juanda Surabaya sejatinya merupakan pangkalan
militer TNI AL. Fasilitas terbangun di sebelah utara runway merupakan
fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh
PT Angkasa Pura I (Persero). Bandara-bandara yang berada di kawasan
pangkalan udara tersebut sering disebut sebagai civil enclave
airport (kurang lebih berarti bandar udara sipil dalam kawasan militer).

Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar


udara sipil disebut military enclave airport. Contohnya adalah Bandara
Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata Tarakan. Di kedua bandara
tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan militer.

Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara


murni sebagai bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya
adalah: Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Bandara Sultan Hasanuddin
Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan beberapa bandar
udara lainnya. Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk
penerbangan militer atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU
Penerbangan tersebut, penerbangan selain kepentingan pertahanan
negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada otoritas penerbangan
sipil sehingga penerbangan dinas kepolisian termasuk sebagai
penerbangan sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian yang baru pun
sebenarnya didefinisikan dengan jelas bahwa kepolisian merupakan
institusi sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk sebagai
pegawai negeri sipil.

13

Istilah Lapangan Terbang (Lapter) memang tidak dikenal dalam Undang


Undang Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya
merupakan terjemahan dari kata airfield. Dalam beberapa referensi
terkait, istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu wilayah daratan
dan perairan yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas
pesawat udara, termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat
barang. Tetapi fasilitas yang terdapat di lapangan terbang pada umumnya
hanya fasilitas-fasilitas pokok untuk menunjang penerbangan dan tidak
selengkap seperti di sebuah bandar udara. Pada beberapa bandar udara
khusus yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tambang atau
kehutanan, sering dipergunakan istilah lapangan terbang tersebut.

Istilah “pelabuhan udara” rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah


menjadi istilah standar dari “bandar udara”. Pada era terdahulu memang
ada Direktorat Pelabuhan Udara dan unit organisasi Pelabuhan Udara.
Pelabuhan udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata
asing airport, sebagaimana Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing
port yang merujuk pada Pelabuhan Laut.
Sayangnya, pada Bagian atau Jurusan atau Departemen Teknik Sipil
Transportasi di beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta
rupanya masih mempergunakan istilah Perencanaan Lapangan Terbang
atau Perencanaan Pelabuhan Udara untuk bagian dari mata kuliahnya.
Nampaknya menjadi sesuatu yang khas di negeri ini, dunia praktisi
tampaknya selalu selangkah di muka dibandingkan dunia pendidikan dan
penelitian

14

Pengelolaan Infrastruktur Dan Transportasi


Bandar Udara
Bandara pada zaman sekarang tidak saja sebagai tempat berangkat
dan mendaratnya pesawat, naik turunnya penumpang, barang (kargo) dan
pos, namun bandara telah menjadi suatu kawasan yang begitu penting
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah
disekitar, karena itu penataan ruang dan kawasan menjadi sangat penting
bagi daerah-daerah disekitar bandara.Pengelolaan bandara merupakan
salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan.

Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam


negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional. Bandara /
bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang luas dengan
berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan. Bandara
merupakan terminal tentunya.
Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan.
Oleh karena itu bandara dapat kita samakan dengan terminal, yang
mempunyai fungsi pokok sebagai tempat :

1. Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal
ini adalah pesawat.

2. Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang.

3. Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat


barang/muatan.

4. Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas


umum, fasilitas sosial, fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.

5. Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam


perkembangan wilayah.

Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus


didasarkan pada usaha yang efektif dan efisien. Efektif dan
Efisien adalah dua konsepsi utama untuk mengukur kinerja pengelolaan /
manajemen.

a. Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat


atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Selain itu juga dapat disamakan dengan memilih pekerjaan
yang harus dilakukan atau cara/metoda yang tepat untuk mencapai
tujuan. [Handoko, 1998; 7]

15
Efektif ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha
berikut ini :

1. Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup


tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa.
2. Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan
pelayanan saling berkaitan dan terpadu.
3. Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan
dalam waktu singkat, dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu.

b. Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan


benar, memperoleh keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi
daripada masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang
digunakan meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk
mencapai keluaran yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran
dengan jumlah masukan terbatas. [Handoko, 1998; 7]

Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha


berikut ini :

1. Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai


dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap
memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa angkutan.
2. Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh
masyarakat sebagai konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan
harus minimum, misalnya: tingkat pencemaran lingkungan.
3. Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan
prasarana dan sarana optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang
dan/atau barang maksimum.

Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur
kinerja pengelolaan / manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan
bandara tersebut.

c. Definisi andal adalah pelayanan


yang dapat dipercaya, tangguh
melakukan pelayanan sesuai dengan penawaran atau “janji”-nya dan
harapan/ tuntutan konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha
berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan
jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan,
bebas dari gangguan baik eksternal maupun internal, terwujud
ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.

16

Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara


dewasa ini memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu
gerbang negara dari negara lain. Selain itu juga bandara merupakan salah
satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara ini
sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena
setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi
ke atau dari sebuah bandar udara baik dari dalam maupun luar negeri,
yang meliputi data pesawat, data penumpang, data barang angkutan
berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti
terjadi aktivitas ekonomi.

Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang


mutlak dan wajib dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran
dalam kegiatan yang berlangsung dibandara tersebut. Hal yang perlu
dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan
yaitu efektifitas, efisien, dan andal. Dimana dengan menerapkan hal
tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai kualitasnya dengan standar
internasional.Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari
suatu rantai nilai transportasi udara, dituntut adanya suatu manajemen
pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan efisien
sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat
dituntut adanya kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya
tata manajemen bandara yang paling efisien, efektif dan andal dalam
pengelolaannya.

PERBEDAAN PANGKALAN UDARA


DENGAN BANDAR UDARA

Menurut UU Penerbangan yang baru tersebut, definisi bandar udara dan pangkalan udara adalah
sebagai berikut:

 Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

 Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan
dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan untuk kegiatan lepas
landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan negara oleh Tentara Nasional
Indonesia.

17

Nah, jelas, istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk pada area atau fasilitas
yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya apakah untuk kepentingan penerbangan sipil atau
penerbangan militer. Bandar Udara adalah istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan
penerbangan sipil (civil aviation), sedangkan pangkalan udara adalah istilah yang umumnya
dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer (pertahanan negara).

Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara dan lanud itu sebenarnya
merupakan satu obyek atau area yang sama. Bedanya hanyalah pada kepentingan untuk kepentingan
penerbangan militer dan penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada lokasi parkir pesawat
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal penumpangnya berikut aksesnya ke
moda transportasi lainnya. Contohnya adalah Lanud Halim Perdanakusuma milik TNI AU yang juga
dipergunakan sebagai bandar udara untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura
II (Persero). Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud Adisumarmo Surakarta, keduanya merupakan
pangkalan udara untuk penerbangan militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil sehingga juga disebut Bandara Adisutjipto dan Bandara Adisumarmo
yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan
pangkalan militer untuk penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga dipergunakan untuk melayani
penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Demikian pula Lanud Juanda
Surabaya sejatinya merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas terbangun di sebelah utara runway
merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura
I (Persero). Bandara-bandara yang berada di kawasan pangkalan udara tersebut sering disebut
sebagai civil enclave airport (kurang lebih berarti bandar udara sipil dalam kawasan militer).

Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara sipil disebut military
enclave airport. Contohnya adalah Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata Tarakan. Di
kedua bandara tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan militer.

Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara murni sebagai bandar
udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya adalah: Bandara Soekarno-Hatta Jakarta,
Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan beberapa
bandar udara lainnya. Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk penerbangan militer
atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU Penerbangan tersebut, penerbangan selain kepentingan
pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada otoritas penerbangan sipil sehingga
penerbangan dinas kepolisian termasuk sebagai penerbangan sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian
yang baru pun sebenarnya didefinisikan dengan jelas bahwa kepolisian merupakan institusi sipil dan
status personil kepolisian adalah termasuk sebagai pegawai negeri sipil.

18

PANGKALAN UDARA

Sebuah pangkalan udara (kadang-kadang disebut sebagai bandara dengan


benar, militer bandara , atauRoyal Air Force Station, Stasiun Angkatan
Udara atau Air Force Base) adalah sebuah lapangan udara militer yang
menyediakan mendasarkan dan dukungan dari pesawat militer .
They are different from civilian airports in that they do not provide for
large volume of passenger transits, and cargo handling is not processed by
the and facilities. Mereka berbeda dari bandara sipil dalam bahwa mereka
tidak menyediakan untuk volume besar transit penumpang, dan
penanganan kargo tidak diproses oleh pabean dan imigrasi fasilitas. Some
military air forces combine use of civilian airports with the hosting of
military units. Beberapa angkatan udara militer menggabungkan
penggunaan bandara sipil dengan hosting dari unit-unit militer.
[]
However, military aircraft usually use substantially different , and require
facilities sufficiently isolated from civilian operations for issues of
involving the ordnance they use. Namun, pesawat militer biasanya
menggunakan substansial berbeda peralatan pendukung , dan
membutuhkan fasilitas cukup terisolasi dari operasi sipil untuk
masalah keselamatan penerbangan yang melibatkan senjata persenjataan
yang mereka gunakan.Sementara beberapa lapangan udara menyediakan
fasilitas yang sangat seperti bandara sipil, misalnya RAF Brize
Norton di Oxfordshire , Inggris yang memiliki terminal yang melayani
penumpang untukRoyal Air Force penerbangan 's dijadwalkan,
misalnya, TriStar ke Kepulauan Falkland , paling tidak. Most military
airfields are located remotely from populated areas because of the ever-
present potential of in-flight accidents that may cause a crash and
significant infliction of damage and casualties on civilian population.
Sebagian besar lapangan udara militer terletak jauh dari daerah
berpenduduk karena potensi yang selalu ada dalam penerbangan
kecelakaan yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penderitaan yang
signifikan dari kerusakan dan korban pada penduduk sipil. However, owing
to growth of urban centres, many military airfields built during the Second
World War are now located on the outskirts of large cities, and lack of
required remoteness has cause constraints on to be introduced because
of the generated by the operation of military aircraft, such as night flying
restrictions . Namun, karena pertumbuhan pusat-pusat kota, lapangan
udara militer yang dibangun selama Perang Dunia Kedua sekarang terletak
di pinggiran kota-kota besar, dan kurangnya keterpencilan yang
dibutuhkan telah menyebabkan kendala pada operasi penerbangan akan
diperkenalkan karena polusi suara yang dihasilkan oleh pengoperasian
pesawat terbang militer, sepertipembatasan terbang malam .

19
The airbase operation is generally organised around its operational areas
divided into the , operations which are either or based, , , and used in
military operations to dislocate troops to be airlifted, or to stockpile cargo
for loading. Operasi pangkalan udara umumnya diorganisir sekitar daerah
operasional dibagi ke dalamoperasi udara komando , kontrol lalu lintas
udara baik operasi yang menjulang tinggi atau non-
menjulangberbasis, landasan pacu , taxiway , dan landai digunakan dalam
operasi militer untuk melepaskan pasukan untuk diangkut melalui udara,
atau untuk persediaan kargo untuk pemuatan. Refuelling is conducted in
the area. Pengisian dilakukan dalam pra-penerbangan dan
inspeksi daerah. More substantial maintenance and repair is conducted in
the , usually in or close to their squadron which are usually to protect
individual aircraft from air strikes . Lebih substansial pemeliharaan dan
perbaikan dilakukan dalam operasi skuadron pemeliharaan , biasanya
dalam atau dekat dengan skuadron mereka hanggar yang
biasanya Hardened Shelter Pesawat untuk melindungi pesawat individu
dari serangan udara . Maintenance is also carried out in the or the areas,
the latter usually concerned with more substantial structural work such
as changing an engine, crash repair, or . Pemeliharaan juga dilakukan
dalam operasi pemeliharaan menengah atau depot operasi
pemeliharaan daerah, yang terakhir biasanya berkaitan dengan pekerjaan
struktural yang lebih besar seperti mengubah mesin, perbaikan crash,
atau upgrade lapangan . A large part of the airbase surface is devoted to
the used by aircraft to move around the different areas as they return from
an or prepare for one. Sebagian besar permukaan pangkalan udara
dikhususkan untuk wilayah manuver yang digunakan oleh pesawat untuk
bergerak di sekitar area yang berbeda saat mereka kembali dari misi
udara atau mempersiapkan diri untuk satu.
20

Daftar Pangkalan Udara


Koopsau I

Sukhoi Su-30MK2 Flanker TNI-AU


Genaral Dynamics F-16A Fighting Falcon TNI-AU.

Tipe A :

1. Lanud Halim Perdanakusuma (HLP}, Jakarta


2. Lanud Atang Sendjaja (ATS), Bogor
Tipe B :

1. Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh


2. Lanud Medan (MDN), Medan
3. Lanud Pekanbaru (PBR), Pekanbaru
4. Lanud Husein Sastranegara (HSN), Bandung
5. Lanud Suryadarma (SDM), Subang
6. Lanud Supadio (SPO), Pontianak

21

Tipe C :

1. Lanud Maimun Saleh (MUS), Sabang


2. Lanud Tanjung Pinang (TPI), Tanjung Pinang
3. Lanud Hang Nadim, Batam
4. Lanud Ranai (RNI), Natuna
5. Lanud Padang (PDA), Padang
6. Lanud Palembang (PLG), Palembang
7. Lanud Tanjung Pandan (TDN), Belitung
8. Lanud Wiriadinata (TSM), Tasikmalaya
Tipe D :

1. Lanud Astra Kestra (ATK), Lampung


2. Lanud Sugiri Sukani (SKI), Cirebon
3. Lanud Wirasaba (WSA), Purwokerto
4. Lanud Singkawang II (SWII), Singkawang

Rencana Pembangunan :

1. Lanud Piobang (PBG) , Payakumbuh


2. Lanud Gadut (GDT) , Bukittinggi
Koopsau II

Tipe A :

1. Lanud Hasanuddin (HND), Makassar


2. Lanud Iswahyudi (IWJ), Madiun
3. Lanud Abdul Rachman Saleh (ABD), Malang
Tipe B :

1. Lanud Surabaya (SBY), Surabaya


2. Lanud Pattimura (PTM), Ambon
3. Lanud Jayapura (JAP), Jayapura
Tipe C :

1. Lanud Iskandar (IKR), Pangkalan Bun


2. Lanud Syamsuddin Noor (SAM), Banjarmasin
3. Lanud Balikpapan (BPP), Balikpapan
4. Lanud Ngurah Rai (RAI), Denpasar
5. Lanud Rembiga (RBA), Mataram
22

6. Lanud Eltari (ELI), Kupang


7. Lanud Wolter Monginsidi (WMI), Kendari
8. Lanud Sam Ratulangi (SRI), Manado
9. Lanud Manuhua (MNA), Biak
10. Lanud Timika (TMK), Timika
11. Lanud Merauke (MRE), Merauke
12. Lanud Tarakan (TAK), Tarakan (Dalam tahap pembangunan)
Tipe D :

1. Lanud Morotai (MRT), Halmahera Utara


2. Lanud Dumatubun (DMN), Tual
Kodikau

1. Lanud Adi Sutjipto (ADI), Jogjakarta


2. Lanud Adisumarmo (SMO), Solo
3. Lanud Sulaiman, Bandung
Pangkalan militer

 PDG - Bandar Udara Tabing, Padang


 PKU - Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru
 TRK - Bandar Udara Juwata, Tarakan
 AKQ - Bandar Udara Astraksetra, Way Tuba
 MAN - Bandar Udara Wiridinata, Tasikmalaya
 IWH - Bandar Udara Iswahyudi, Madiun
 ATS - Bandar Udara Atang Sendjaja, Bogor
 ??? - Bandar Udara Suryadarma Kalijati, Subang
 ??? - Bandar Udara Sulaiman Margahayu, Bandung
 SKI - Bandar Udara Sugiri Sukani Jatiwangi, Majalengka
 GDA - Bandar Udara Gorda Cikande, Serang
MRT - Bandar Udara Pitu, M
DAFTAR PUSTAKA
http://jjwidiasta.wordpress.com/2011/07/27/apa-itu-bandara-lapangan-
terbang-dan-pangkalan-udara/

http://novalfaraichi.blogspot.com/

Id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bandar_udara_di_Indonesia

http://novalfaraichi.blogspot.com/

http://faisal-fwz.blogspot.com/2011/12/manajemen-bandar-udara-mbu.html

http://lastriajah.blogspot.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_Udara

http://tyas-sandhika.blogspot.com/2012/10/perbedaan-bandara-komersil-
dengan_9783.html

Anda mungkin juga menyukai