Anda di halaman 1dari 24

bagian bagian bandara

Rasyid Aviandi/224110009
Khairan Kasira/224110068
APRON : Pelataran pesawat (bahasa Inggris: apron) adalah bagian dari bandar udara yang digunakan sebagai
tempat parkir pesawat terbang. Selain untuk parkir, pelataran pesawat digunakan untuk mengisi bahan bakar,
menurunkan penumpang, dan mengisi penumpang pesawat terbang. Pelataran pesawat berada pada sisi udara
(airport side) yang langsung bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga dihubungkan dengan jalan
rayap (taxiway) yang menuju ke landas pacu.

Air Traffic Controller (ATC) : Pengatur lalu-lintas udara (Air traffic control) adalah penyedia layanan yang
mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain
dan tabrakan. Kegunaan lain adalah untuk memerintah dan menerangkan keadaan dari lalu-lintas diudara juga
memberikan informasi kepada pilot, seperti keadaan radar, cuaca, terutama informasi navigasi.
Biasanya Pengaturan lalu-lintas udara dilakukan diatas menara (Tower), agar dapat melihat dengan jelas
keadaan Landas pacu

Terminal : Suatu terminal bandar udara merupakan sebuah bangunan di bandar udara dimana penumpang
berpindah antara transportasi darat dan fasilitas yang membolehkan mereka menaiki dan meninggalkan
pesawat.

Di terminal, penumpang membeli tiket, menitipkan bagasinya, dan diperiksa pihak keamanan. Bangunan yang
menyediakan akses ke pesawat (melalui gerbang) disebut 'concourse. Tetapi, sebutan "terminal" dan
"concourse" kadang-kadang digunakan berganti-ganti, tergantung konfigurasi bandara.
Bandara kecil memiliki sebuah terminal sementara bandara besar memiliki beberapa terminal dan/atau
concourse. Di bandara kecil, bangunan terminal tunggal melayani semua fungsi sebuah terminal dan concourse.

TAXIWAY : Jalan rayap (bahasa Inggris: taxiway) adalah jalan penghubung antara landas pacu dengan
pelataran pesawat (apron), kandang pesawat (hangar), terminal, atau fasilitas lainnya di sebuah bandar udara.
Sebagian besar jalan rayap mempunyai permukaan keras yang merupakan lapisan aspal atau beton, walaupun
bandar udara yang lebih kecil terkadang menggunakan batu kerikil atau rumput. Bandara-bandara yang sibuk
umumnya membangun jalan rayap berkecepatan tinggi sehingga pesawat terbang dapat lebih cepat
meninggalkan landas pacu. Hal ini dilakukan agar landas pacu dapat dikosongkan dalam jangka waktu yang
lebih pendek untuk memberikan ruang bagi pesawat lainnya untuk mendarat.
Mengenal Bagian-Bagian Bandara
Bandara atau Bandar udara adalah sebuah fasilitas dimana pesawat terbang dapat menaikkan dan menurunkan
penumpang ataupun kargo yang kemudian akan mendarat / lepas landas. Beberapa bandara di dunia memiliki
banyak fasilitas yang begitu kompleks yang saling terintegrasi dengan beberapa transportasi massal . Sebegitu
lengkapnya bandara ini disebut aerocity atau kota udara.

Pada awal mula perkembangannya, bandara hanya terdiri dari bangunan yang ditujukan kepada penumpang dan
adanya ruang terbuka yang cukup bagi pergerakan pesawat, baik untuk landas pacu maupun tempat menaikkan
ataupun menurunkan penumpang. Namun, seiring bertambahnya jumlah penumpang dan bertambahnya ukuran
pesawat, maka tidaklah mungkin bagi bandara tempo doeloe dapat menampungnya. Atas dasar itulah suatu
bandara harus mengimbangi perkembangan lalu lintas udara. Terlepas dari itu, adalah suatu kebanggaan bagi
negara yang memiliki bandara ber-kelas kakap. Misalnya pada bandara Internasional Suvarnabhumi di Thailand
yang memiliki menara Pengontrol Lalu lintas Udara (ATC) tertinggi di dunia, lalu bandara Internasional Charles
De Gaulle, Paris, yang memiliki desain terminal yang futuristik.

Lalu, bagian-bagian apa sajakah yang mutlak diperlukan agar suatu bandara dapat dikatakan bandara modern
atau paling tidak bandara yang berstandar internasional?

1. Terminal

Bisa dibilang terminal adalah elemen utama (selain landas pacu) yang mutlak berada di bandara karena di
bangunan inilah calon penumpang pertama kali menginjakkan kakinya. Di dalam terminal ini, kita dapat
membeli tiket, melakukan check-in, menunggu, dan sebagainya.

Banyak bandara memiliki lebih dari satu terminal yang tiap terminalnya pun dapat dibagi lagi menjadi
bangunan-bangunan yang lebih kecil yang disebut concourse. Contohnya, ada tiga buah terminal yang berada di
bandara Internasional Soekarno-Hatta yaitu terminal 1, 2, dan 3. Pembagian pun dilakukan lagi menjadi tiga
concourse di tiap terminal (kecuali terminal 3) yaitu terminal 1a, 1b, 1c, dan terminal 2a, 2b, dan 2c.

Jenis terminal lainnya yaitu terminal satelit yang digunakan di beberapa bandara. Terminal ini merupakan
bagian yang terpisah dari terminal utama dan hanya dihubungkan oleh jalan penghubung (misal: jalan bawah
tanah). Sehingga pesawat dapat parkir di setiap sisinya.
2. Apron
Apron atau pelataran pesawat adalah tempat dimana pesawat dapat parkir untuk menaikkan / menurunkan
penumpang ataupun mengisi bahan bakar. Pada bandara internasional, biasanya terdapat garbarata yaitu lorong
yang menghubungkan antara pesawat dan terminal. Antara apron dan landas pacu, dihubungkan dengan jalan
rayap yang disebut taxiway.
3. Taxiway

Taxiway adalah jalan yang menghubungkan antara Apron dan landas pacu. Keberadaannya sangatlah penting
karena dengan adanya taxiway, pesawat dapat berjalan menuju apron dengan aman tanpa mengganggu pesawat
lainnya.
4. ATC (Air Traffic Controller)

Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller) adalah penyedia layanan yang mengatur lalu-lintas di udara
terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATC atau yang
disebut dengan Air Traffic Controller merupakan pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah
pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas
separation, ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam
menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau
informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). ATC adalah rekan dekat seorang Pilot
disamping unit lainnya, peran ATC sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas pesawat
di dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan
memberikan informasi, insturksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan keselamatan
penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi aturan.
5. Landas Pacu

Tanpa yang satu ini, bisa dipastikan (baca: tak akan mungkin) pesawat dapat mendarat / lepas landas dari dan
menuju bandara. Pada awalnya, permukaan landas pacu adalah rumput atau pun tanah yang dipadatkan. Akan
tetapi, ketika badan pesawat bertambah besar maka yang lazim digunakan saat ini adalah aspal dan beton.
Panjang dan lebarnya pun bervariasi mulai dari yang panjangnya 1000m hingga 5000m lebih.

Sementara ukuran landas pacu di Indonesia sendiri kurang lebih 3200m x 45m. Dengan ukuran seperti itu,
tidaklah cukup untuk didarati pesawat berbadan lebar seperti Airbus A380. Hanya beberapa bandara saja di
Indonesia yang ukurannya 4000m x 60m. Namun itu cukup wajar mengingat wilayah Indonesia adalah
kepulauan yang sangat membutuhkan bandara kecil untuk penerbangan perintis.

Ukuran landas pacu pun tidaklah mutlak karena juga dipengaruhi iklim, semakin tinggi suhu yang berada di
sekitar bandara, maka semakin panjang pula landas pacu yang diperlukan.
Penamaan

Setiap landas pacu di seluruh bandara di dunia memiliki nama yang disesuaikan dengan arahnya. Yaitu dimulai
dari 01 hingga 36 ini diambil dari 10 hingga 360 derajat. Jika disesuaikan dengan mata angin maka:

09 ------ untuk arah timur


18 ------ untuk arah selatan
27 ------ untuk arah barat
36 ------ untuk arah utara

Misalnya, suatu bandara memiliki landas pacu 07/25. Loh, dari mana tanda / dan angka 25? Dikarenakan
landas pacu bisa digunakan dua arah, maka penamaannya juga ada dua arah yang dipisahkan tanda garis miring
dengan selisih 18. Pada contoh diatas, landas pacu tersebut memiliki arah kurang lebih timur laut dan kurang
lebih barat daya.

Lain cerita jika pada suatu bandara memiliki landas pacu paralel atau sejajar. Tidaklah mungkin memberi nama
dua atau lebih landas pacu dengan nama yang sama walaupun arahnya sama karena akan membingungkan pilot.
Lalu bagaimana? Jika ada landas pacu yang sejajar, maka akan diidentifikasikan dengan L untuk left, C untuk
center, dan R untuk right dibelakang angka.

Misalnya, suatu bandara memiliki tiga landas pacu yang sejajar, yang satu bernama 09L/27R, 09C/27C, dan
yang ketiga bernama 09R/27L.

Penjelasan:

Sudah pasti ketiga landas pacu memiliki angka yang sama yaitu 09/27 karena, jelas, ketiganya merupakan
landas pacu yang sejajar. Kalau dikonversikan ke arah mata angin, maka 09 untuk arah timur dan 27 untuk arah
barat.

Pada ketiga nama tersebut, perhatikan saja pada bagian 09L, 09C, dan 09R. Lalu cobalah bayangkan Anda
menghadap timur dan didepan ada tiga landas pacu paralel tadi. Anda akan mendapatkan tiga kedudukan yang
berbeda, kiri, tengah, dan kanan. Nah, nama landas pacu itu disesuaikan dengan kedudukannya. Begitu juga jika
Anda mengarah ke barat, yang terdapat landas pacu 27R, 27C, dan 27L
bagian bagian Aerodrome.instrument.bandar udara,pembagian kerja bandar udara
A. Pengetahuan Dasar Bandar Udara (Basic Aerodrome Of Sciences)
A. Defenisi Bandar Udara (Definition Of Aerodrome)
B. Fisik Karakteristik Bandar Udara (Physical Characteristic of Aerodrome)
C. Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara.
D. Alat Bantu Pendaratan Visual (Visual Aid for Navigation)
E. Marka atau Rambu
F. Taxiway lighting and Threshold lighting
G. Lokasi Bandar Udara (Location of Aerodrome)
H. Alat Bantu yang menunjukkan rintangan (visual Aids for Denoting Obstucle).
B. Pengantar Bandar Udara
Dalam Pengantar Bandar Udara ini akan diberikan beberapa pengertian-pengertian yang erat kaitannya
dengan urutan-urutan tersebut diatas sehingga memudahkan bagi peserta untuk memahami pengertianpengertian dimaksud antara lain :
AERODROME :
Ialah daerah tertentu didaratan atau di perairan, termasuk sebuah bangunan, instalasi, dan peralatan yang
semuanya atau sebagian digunakan untuk melayani kedatangan dan keberangkatan pesawat udara.
AERODROME REFERENCE POINT :
Ialah lokasi / geografis / titik tertentu pada Bandar Udara yang menunjukkan lokasi Bandara Udara
tersebut.
AEROPLANE REFERENCE FIELD LENGTH (ARFL)
Ialah panjang landasan pacu minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada keadaan maximum
certificated take off weigh, sea level, standard atmospheric condition, (elevasi 0 M/atau hanya puluhan
meter, 150 760 mm Hg, angin tenang, slope 0 %)
AIRCRAFT CLASSIFICATION NUMBER (A.C.N) :
Ialah angka yang menunjukkan dampak relatif suatu pesawat terbang terhadap konstruksi perkerasan
pada suatu kategori standard khas dari suatu sub grade.
APRON :
Ialah daerah tertentu pada suatu Bandar Udara dimaksudkan untuk melayani keperluan pesawat terbang
dalam hal naik turunnya penumpang bongkar muat muatan (barang dan pos), pengisian bahan bakar,
parkir atau perawatan.

BALANCE FIELD LENGTH :


Suatu konsep pemilihan panjang landasan pacu yang diperlukan oleh suatu pesawat terbang dengan
kecepatan kritis (VI) tertentu, sedemikian sehingga panjang landasan pacu yang diperkeras mencakupi
untuk pesawat terbang tinggal landas sampai ketinggian 35 feet dan keseluruhan landasan pacu termasuk
stopway mencakupi untuk berhentinya pesawat dengan aman seandainya gagal untuk tinggal landas.
CLEARWAY :
Daerah berbentuk persegi panjang dibawah pengawasan Bandar Udara dimaksudkan sebagai suatu
daerah bebas hambatan yang memungkinkan pesawat terbang sebagai hambatan yang memungkinkan
pesawat terbang melakukan sebagian usaha pendakian setelah tinggal landas sampai suatu ketinggian
tertentu.
DECLARED DISTANCE :
Suatu jarak yang ditetapkan /diperhitungkan dari suatu landas pacu untuk kedua ujungnya, meliputi :
TORA (Take Off Run Available), yaitu panjang landas pacu yang tersedia mencakupi untuk melaju di
landasan (ground Run) pada saat tinggal landas.
TODA (Take off Distance Available), panjang landas pacu yang tersedia / mencakupi untuk melaju
didaratan / landasan sampai ketinggian tertentu (35 feet), dan jika landas pacu dilengkapi dengan
clearway maka TODA menjadi = TCRA + Clearway.
ASDA (Accelerate Stop Distance Available), yaitu panjang landas pacu yang tersedia untuk melaju sejak
pesawat mulai bergerak melaju, batal tinggal landas, direm dan berhenti dengan aman, dan jika landasan
pacu dilengkapi dengan stopway maka ASDA menjadi TORA + Stopway.
LDA (Landing Distance Availble), yaitu panjang landas pacu yang dinyatakan tersedia /mencakupi
untuk pendaratan pesawat terbang dalam gerak melaju di landasan pacu sampai berhenti dengan aman.
INSTRUMEN RUNWAY :
Landasan pacu yang dilengkapi dengan peralatan/instrumen penuntun pendaratan pesawat terbang,
terdiri dari :
a. Non Precission Approach Runway (NPAR), yaitu landasan pacu dengan pelayanan alat bantu visual
dan non visual dilengkapi paling tidak dengan pembimbing arah yang memadai untuk pendekatan
(Straight in apporoach)
b. Precission Approach Runway (PAR) Category I, yaitu landasan pacu dengan pelayanan ILS
(Instrumen Landing System) dan alat bantu visual dimaksudkan untuk operasi bimbingan
pendaratan/pendekatan sampai dengan ketinggian (decision height) 60 M dan RVR (Runway Visual
Range) sejarak 800 M.
c. Precession Approach Runway (PAR) Category II, yaitu seperti pada Category I, akan tetapi dengan
decision height 30 M dan RVR sejarak 400 M
d. Precission Approach Runway (PAR) Category III, yaitu landasan pacu dengan pelayanan ILS kearah
dan sepanjang permukaan landasan pacu (tanpa suatu decision height yang digunakan) dengan lebih
terperinci lagi sebagai berikut :
CAT III A, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak RVR 200 M
kemudian menggunakan alat bantu visual selama tahap akhir pendaratan.
CAT III B, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak RVR 50 M untuk
taxiing.
CAT III C, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan yang tidak lagi
berpedoman/mempercayakan pada alat (bantuan) visual, baik untuk pendaratan maupun taxing.
MARKER :

Suatu obyek yang dipasang/ditunjukkan diatas tanah (ground level) yang memberikan petunjuk/indikasi suatu
obstacle atau menggambarkan suatu batas.
MARKING :
Suatu tanda atau kelompok tanda-tanda yang dipasang/ditunjukkan pada permukaan tanah di daerah pergerakan
(movement area) untuk memberikan informasi aeronautika.
MOVEMENT AREA :
Bagian dari aerodrome yang digunakan bagi lepas landas, pendaratan dan taxiing pesawat terbang termasuk
daerah apron.
NON INSTRUMENT RUNWAY :
Landasan pacu yang dimaksudkan untuk operasi pesawat terbang yang menggunakan prosedure pendekatan
(Approach) secara visual.
OBSTUCLE :
Semua obyek yang bergerak ataupun tetap (baik sementara atau permanen) atau sebagian dari itu yang terletak
suatu daerah yang dimaksudkan untuk pergerakan pesawat terbang di darat, atau ketinggiannya melebihi suatu
permukaan tertentu yang dimaksudkan untuk melindungi pesawat terbang yang sedang terbang.
RUNWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang di lapangan terbang dimaksudkan sebagai daerah lepas landas dan
pendaratan pesawat terbang.
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN) :
Angka yang menyatakan kekuatan/daya dukung konstruksi perkerasan bagi operasi tanpa suatu pembatasan.
RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) :
Daerah yang simetris terhadap perpanjangan sumbu landasan terletak pada ujung (berbatasan dengan) strip
landasan, dengan maksud utama untuk mengurangi terjadi overshooting (pendaratan berlebih) atau overrunning
(meluncur) dari landasan pacu.
RUNWAY STRIP :
Daerah tertentu termasuk landasan pacu dan stopway (jika ada) dimaksudkan untuk :
a. Mengurangi resiko kerusakan pesawat dalam hal terjadi meleset keluar dari landasan pacu.
b. Melindungi pesawat yang terbang selama operasi pendaratan atau tinggi landas terhadap rintangan.
RUNWAY VISUAL RANGE :
Suatu jarak dimana pilot yang berada didalam pesawat pada/diatas sumbu atau perpanjangan sumbu landasan
dapat melihat rambu-rambu landasan atau nyala lampu yang memberikan gambaran landas pacu atau yang
mengidentifikasikan suatu landas pacu.
SHOULDER :
Daerah yang berdekatan/berbatasan dengan tepi konstruksi perkerasan yang dipersiapkan sebagai peralihan
antara daerah perkerasan dengan daerah didekatnya/bersebelahan.
STOPWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang pada ujung landas pacu (TORA) yang disiapkan sebagai daerah yang
memadai untuk menghentikan pesawat adalah pesawat gagal tinggal landas kemudian meluncur.
TAXIWAY (JALAN PESAWAT)
Jalan lintas tertentu di lapangan terbang diperuntukkan bagi melintasnya pesawat (Taxiing, pergerakan di darat)
dan dimaksudkan sebagai daerah kelengkapan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya di lapangan
terbang termasuk :
a. Aircraft Stand Taxilance : sebagian dari apron yang diperuntukkan sebagai taxiway dan dimaksudkan hanya

untuk lintasan ke aircraft stand (tempat pemberhentian pesawat).


b. Apron Taxiway : sebagian dari system yang terletak di apron dan dimaksudkan untuk jalur taxi langsung
melintasi apron.
c. Rapid Exit Taxiway : Taxiway yang menyambung ke landasan pacu dengan sudut tertentu dan diperuntukkan
bagi pesawat yang mendarat atau berbelok langsung ke taxiway tersebut masih dalam kecepatan tinggi tanpa
perlu mencapai exit taxiway yang berikutnya, dengan demikian mengurai Runway Occupancy Time (masa
tinggal di landasan pacu)
THRESHOLD (AMBANG LANDASAN PACU)
Bagian awal, pangkal dari landasan pacu yang dapat digunakan untuk pendaratan.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas merupakan kelengkapan pengertian yang masih relevan dengan pokok
bahasan yang akan digunakan sebagai referensi yang secara berkesinambungan terhadap pembahasan materi.
BANDAR UDARA
A. Defenisi Bandara Udara (Definition Of Aerodrome)
Bandar Udara (Aerodrome) : ialah daerah tertentu di daratan atau di perairan, termasuk semua Bangunan,
Instalasi, dan Peralatan yang semuanya atau sebagian digunakan untuk melayani kedatangan dan keberangkatan
pesawat udara.
Dengan defenisi tersebut diatas maka dapat dijabarkan Bandar Udara secara terperinci diuraikan sebagai berikut
:
Harus jelas lokasi yang akan dipergunakan (di daratan atau di perairan).
Kemudian harus ada sarana dan prasarana yang meliputi (Bangunan; Instalasi; dan Peralatan).
Kegunaan dan manfaat dari Bandar Udara itu sendiri (Melayani kedatangan dan keberangkatan pesawat
udara).
Dari penjabaran tersebut maka selanjutnya mari kita kaji satu persatu point diatas :
1. Fasilitas Bangunan
Fasilitas Bangunan yang berada di suatu lingkungan Bandar Udara dibagi menjadi :
a. Bangunan Operasi
Bangunan yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran operasi keselamatan penerbangan, yang termasuk
dalam bangunan ini meliputi antara lain :
Gedung Operasi
Control tower
Garasi PKP-PK
Bangunan Instalasi Listrik
Bangunan / Gedung Telnav (Telekomunikasi dan Navigasi).
b. Bangunan Umum
Bangunan yang tidak termasuk bangunan operasi (tidak menunjang kegiatan operasional), yang termasuk dalam
bangunan ini adalah :
Perumahan Pegawai/Karyawan dan Karyawati Bandar Udara.
Poliklinik
Gudang Barang
Peralatan Menara air.
c. Bangunan Terminal
Bangunan atau gedung untuk keperluan pelayanan penumpang, barang, dan pos yang datang dan
diberangkatkan dengan pesawat udara, yang termasuk dalam bangunan in meliputi :

Ruang tunggu
Ruang kedatangan
Check-In
Informasi dll
2. Fasilitas Instalasi
Fasilitas Instalasi di suatu Bandar Udara dapat dikelompokkan meliputi :
a. Instalasi Telekomunikasi
Semua peralatan elektronika/mekanik yang dipasang didaratan, dipergunakan untuk hubungan jarak jauh
dengan cara timbal balik darat ke darat, dan darat ke udara, dan yang didalamnya Instalasi Telekomunikasi ini
antara lain :
# AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network)
# VHF (Very High Frequency)
# AMS (Aeronautical Mobile Service)
# SSB (Single Side Band)
# AFS (Aeronautical Fixed Service)
b. Instalasi Navigasi/Perambuan
Semua peralatan elektronika/mekanik yang dipasang didaratan, dipergunakan untuk menuntun dan memandu
pesawat terbang menuju kearah titik posisi tertentu melalui hubungan searah atau timbal balik, instalasi
dimaksud dapat dikelompokkan sebagai berikut :
DME (Directional Measuring Equipment)
ILS (Instrumen Landing System)
NDB (Non Directional Beacon)
VOR (Very High Frequency Omny Range)
c. Instalasi Listrik
Peralatan yang dipasang didaratan sebagai pembangkit tenaga listrik dan sumber daya listrik, instalasi listrik,
untuk menunjang kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan operasi Bandar Udara, yang termasuk didalam
instalasi listrik adalah :
Hazard Beacon
Obstruction Light
Rotating Beacon
Approach Light
Vasi
Papi
Reil
Threshold Light
Illuminated Landing T
Illuminated wind cone
3. Fasilitas Peralatan
a. Peralatan Tower
Semua peralatan elektronika yang dipergunakan untuk hubungan timbal balik dengan pesawat terbang melalui
frekuensi radio
darat ke udara yang masih dalam lingkup pengawasannya.
b. Peralatan Communication Centre
Peralatan yang dipergunakan untuk merubah gelombang radio teletype menjadi arus searah dalam hubungan
antar stasiun darat secara timbal balik.

c. Peralatan Terminal
Peralatan yang menunjang pelayanan terhadap penumpang, barang. Pos yang akan datang dan diberangkatkan
dengan pesawat terbang.
d. Peralatan Alat-Alat Berat
Alat-alat yang dipergunakan untuk membangun dan memelihara lapangan terbang yang terdiri ; Bolduzer; AMP
(Asphalt Mixer Processing); alat pemotong rumput; Finisher; roller; stone chrusher; tractor; tipper; crane &
sweaper.
PEMBAGIAN AERODROME
(Fisik Karakteristik Bandar Udara)
A. Fisik Karakteristik Bandar Udara (Physical Characteristic Of Aerodrome)
Fisik Karakteristik Bandar Udara dikelompokkan menjadi :
1. Menentukan tata letak dan Nomor Landasan (Number and Orientation of Runways).
2. Tempat Ambang Landasan (Location Of Threshold)
3. Panjang nyata landasan (Actual Length of the Runway)
4. Lebar Landasan (Width of Runway)
5. Pemisahan landasan sejajar (Separation Of Parallel Runways)
6. Kemiringan landasan (Slopes of Runways)
7. Kekuatan landasan (Strength of Runways)
8. Permukaan landasan (Surface of Runways)
1. Menentukan tata letak dan (Number and Orientation of Runways)
Pedoman untuk menentukan tata letak dan Nomor landasan (R/W), akan dipengaruhi oleh beberapa faktor a.I :
a. Pembagian maximum angin (Wind distribution)
b. Ukuran berat pesawat terbang
c. Konfigurasi sayap
d. Kondisi perkerasan (Pavement)
Dari faktor-faktor tersebut diatas yang dominan adalah angin (Wind distribution), sehingga pesawat terbang
dapat mendarat atau tinggal landas pada Bandar Udara 95 % dari Component Cross Wind tidak boleh melebihi :
20 knot (37 Km/jam) dengan ARFL 1500 meter.
13 knot (24 Km/jam) dengan ARFL 1200 s/d 1499 meter.
10 knot (19 Km/jam) dengan ARFL 1200 meter.
2. Tempat Ambang Landasan (Location Of Threshold)
Bila tempat ambang landasan (Location Of Threshold) perlu dipertimbangkan untuk pemindahan sebagai
alternative secara efisien sehingga dapat dipergunakan secara aman dengan jarak 60 meter dari lokasi threshold.
3. Panjang nyata landasan (Actual Length of the Runway)
Panjang landasan pacu dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
a. Pesawat terbang yang akan dilayani (Critical Aircraft)
b. Jarak non stop terjauh yang diharapkan akan diterbangi oleh pesawat terbang paling sedikit sebanyak 250
kali/tahun.
c. Elevansi Bandar Udara diatas permukaan laut
d. Temperatur rata-rata harian tertinggi dari bulan-bulan terpanas
e. MTOW Maximum Take Off Weight Pesawat terbang.
Penentuan Aerodrome Reference Code
No

ARFL
KODE
HURUF
LEBAR SAYAP
JARAK TERLUAR
RODA PSWT
1
Kurang dari 800 Meter
A
Sampai 15 Meter
Sampai 4,5 Meter
2
800 1200 Meter
B
15 24 Meter
4,5 6 Meter
3
1200 1800 Meter
C
24 36 Meter
6 9 Meter
4
1800 Meter dstnya
D
36 52 Meter
52 60 Meter
9 14 Meter
9 14 <>> lihat gambar
3. Parallel Taxiway, terdiri dari lima Taxiway yang merupakan penghubung antara R/W dengan apron, jalurnya
melintang terhadap landasan pacu (R/W) dan juga terdapat jalur yang sejajar dengan landasan pacu (R/W)
4. High speed Exit Taxiway, terdiri dari enam taxiway yang merupakan penghubung antara R/W dengan apron,
jalurnya melintang terhadap landasan pacu (R/W) dan juga terdapat jalur yang sejajar dengan landasan pacu
(R/W) >> lihat gambar

Threshold lighting
Threshold lighting rambu penerangan yang berfungsi sebagai alat Bantu pendaratan. Dipasang pada garis
ambang runway dan perpanjangannya pada jarak tertentu. Dengan menggunakan filter hijau dan merah.
Threshold lighting memancarkan cahaya hijau atau merah jika dilihat oleh penerbang yang akan mendarat, dan
memancarkan warna hijau atau merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas. Threshold
lighting memberi informasi kepada penerbang bahwa pada garis itulah berawal atau berakhir.
B. Lokasi Bandar Udara (Aerodrome Location)
Lokasi Bandar Udara (Location Aerodrome) ini sasaran kepada ARP (Aerodrome Reference Point), maka dapat
dijelaskan ARP berlokasi pada suatu tempat/titik dekat atau pada titik pusat Bandar Udara yang bersangkutan.

a. Aerodrome Reference Point (ARP) diukur dan ditetapkan longitude ataupun Latitudenya sampai titik
pusat Bandar Udara yang bersangkutan.
b. Aerodrome Reference Point (ARP) dikaitkan dengan Aerodrome Code Number (ACN) maka lebih jelas dapat
dijelaskan.
Ketentuan pemberian nomor landasan (Runway Number), Azimuth Runway dibulatkan menjadi puluhan seperti
dibawah ini :
10 20 30 40 ----- dibulatkan menjadi kebawah (1420 menjadi 1400)
50 60 70 80 90 ----- dibulatkan menjadi keatas (1420 menjadi 1400)
Contoh :
Azimuth R/W 1350 dibulatkan menjadi 1400 maka nomor R/W dari 1400 menjadi R/W 14, sehingga nomor
runway yang berpasangan (berlawanan arah) menjadi + 1800 ----- 1400 + 1800 = 3200
KARAKTERISTIK DAN FISIK BANDAR UDARA
Untuk mengetahui tentang kritria dan fisik landasan pacu (R/W) [erhatikan beberapa kriteria, antara lain :
1). Fungsi dan tujuan :
a. Sebagai pelindung landasan (Landasan Pacu; taxiway; apron dan lainnya) baik terhadap beban lalu lintas atau
pengaruh air (air hujan) perubahan/kerusakan serta bersifat tahan lama.
b. Memberikan kenyamanan terhadap lalu lintas yang melewati serta memungkinkan mendukung beban yang
lebih besar dibandingkan tanpa perkerasan.
2). Unsur-Unsur yang diperhitungkan
a. Karakteristik tanah dasar (Sub Grade),biasanya disimpulkan dalam skala angka kekuatan dukung yaitu CBR
(California Bearing Ratio) yaitu suatu angka perbandingan kekerasan suatu material terhadap material
standar/granit dalam satuan prosen) atau k (modulus of sub grade reection; hubungan antara nilai
beban/tekanan dengan besarnya penurunan yang terjadi akibat beban tersebut melalui sebuah pelat tertentu
terhadap tanah yang dicari nilainya/diteliti).
b. Beban yang direncanakan, yaitu beban yang dihasilkan pesawat terbang terbesar (critical aircraft).
c. Repetisi atau jumlah lintas perkiraan yang akan terjadi.
3). Jenis-jenis perkerasan landasan pacu (R/W)
a. Flexible Favement
Terdiri dari bahan/material yang mengandung bituminous/aspal pada permukaannya, sedangkan struktur secara
keseluruhan biasanya terdiri dari lapisan-lapisan sub grade (tanah dasar); Sub Base (fundamental); Base; dan
surface /permukaan.
Pemilihan jenis material pada setiap lapisan dibuat sedemikian sehingga semakin keatas nilai CBRnya makin
besar, misalnya sub base dari bahan pasir atau pasir batu, base dari batu pecah berbagai ukuran diikat dengan
aspal.
Perkerasan ini disebut flexible (kenyal) karena meskipun tidak tampak dengan mata telamjang, terjadi
kembang susut pada struktur perkerasaan pada saat dibebani dan sat tidak dibebani.
b. Rigit Pavement
Dibuat dari beton semen dan disebut rigit (kaku) karena seluruh beban yang terjadi sama sekali ditampung
oleh pekat beton semen tanpa terjadi suatu perubahan pada pelat beton tersebut, dan beban tersebut diteruskan
ke tanah dalam gaya yang jauh menjadi sangat kecil.
c. Cakar Ayam
Dibuat dari beton semen bertulang dalam suatu kesatuan pelat yang luas yang menyatu dengan sumuransumuran yang berfungsi sebagai cakar.

Pada dasarnya kesatuan perkerasan ini bersifat kaku, tetapi pada saat dibebani akan turun secara bersama-sama
atau tenggelam ke dalam tanah dasar dan kembali kedudukan semula pada saat tidak dibebani.
Hal ini memang terjadi karena konstruksi cakar ayam yang dibuat oleh seorang terapung pada lapisan tanah
yang kurang keras (lembek).
4). Penilaian Kekuatan
Untuk landasan pacu yang melayani pesawat terbang dengan bobot lebih dari 5700 Kg, digunakan penilaian
CAN-PCN yaitu niai perbandingan antara Pavement Clasification Number dengan Aircraft Clasification
number.
CAN nilainya diterbitkan/dideclare oleh pabrik yang bersangkutan PCN dinyatakan dengan menyebutkan nilai
angka PCN, jenis perkerasan, kekuatan daya dukung sub grate, tekanan ban roda pendaratan maximum, metoda
yang diambil untuk mendapatkan nilai angka PCN tersebut:
Sebagai contoh Bandar Udara Sentani:
KETERANGAN : 25 F/B/Y/U
25 : Nilai angka yang didapatkan dengan menggunakan rumus tertentu dari berbagai parameter/data antara lain
nilai CBR, tebal perkerasan.
F : Jenis perkerasan.
Y : Kategori tekanan maksimum yang diijinkan dari roda pendaratan yaitu 1 Mpa, kategori lainnya adalah W;
X; dan Z.
B : Kategori daya dukung sub grade yaitu nilai CBR antara 8% s/d 13%, kategori lain adalah A, C, dan D.
U : Metode evaluasi yaitu Using Aircraft Experience, metoda lain adalah T (Technical Evaluation) yang
menggunakan teknologi/perhitugan tinggi dalam penelitian khusus karakteristik perkerasan.
Selain penilaian CAN-PCN terdapat juga penilaian Load Clasificatioan number (LCN) yang masih digunakan
dibeberapa temapt di dunia prinsipnya sama dengan CAN-PCN.
FASILITAS KESELAMATAN PENERBANGAN
A. Alat Bantu yang Menunjukkan Rintangan (Visual Aids For Obstucle)
Semua bangunan tetap atau proyek/benda yang bergerak (kendaraan, orang, dan binatang) yang berada di suatu
pergerakan pesawat terbang.
Untuk mengidentifikasi suatu obyek yang dianggap dapat menjadikan penyebab halangan/rintangan di daerah
pergerakan pesawat terbang biasanya diberikan tanda atau isyarat dengan lampu yang berwarna kontras putih;
merah kuning dan orange.
Pemberian tanda atau isyarat terhadap benda atau obyek yang diam biasanya diberikan lampu warna merah
dengan menyala secara terus menerus atau terputus-putus (Flashing on-off).
Pada obyek/benda yang diam, karena ketinggiannya, sehingga mengganggu kelancaran operasi penerbangan,
maka harus diberikan tanda atau isyarat :
a. Tiang antena; menara air diberi tanda lampu merah dengan menyala terus menerus disebut dengan istilah
Obstruction Light.
b. Pada gunung-gunung yang terletak di daerah pergerakan pesawat terbang karena ketinggiannya, maka
dipasang/diberi lampu warna merah menyala secara terputus-putus (on-off flashing).
Pada obyek/benda yang bergerak antara lain :
a. Mobil/kendaraan-kendaraan dinas yang beroperasi di daerah movement area diberi tanda kuning
b. Untuk kendaraan yang dalam keadaan darurat/emergency diberikan warna yang sangat mencolok yaitu warna
merah.

Persyaratan lain penempatan tanda/isyarat baik terhadap benda yang diam maupun bergerak harus kelihatan dari
semua arah, sekurang-kurangnya mempunyai jarak pandang kurang lebih sampai 300 meter.
Bila pemberian tanda terhadap obyek/benda selain menggunakan lampu, sebagai alternative lain dapat
digunakan bendera dengan ketentuan :
- Untuk obyek yang diam (Fixed Obyek)
Berwarna orange atau kombinasi orange putih dan merah putih
- Untuk obyek yang bergerak (Mobile Obyek)
Dibuat kotak-kotak (seperti papan catur) warna orange putih atau merah putih.
Alat bantu yang menunjukkan Batasan (Visual Aids for Denoting Restricted).
Bantuan berdasarkan penglihatan (Visual aid, terhadap daerah terlarang (Restricted Area) :
CLOSE RUNWAY AND TAXIWAY
SILANG WARNA PUTIH DAN KUNING
TANDA SILANG DENGAN WARNA KUNING DENGAN DASAR BUJUR SANGKAR MERAH
DILETAKKAN DI SIGNAL AREA, ARTINYA LARANGAN UNTUK MENDARAT DAN KEMUNGKINAN
LARANGAN TERSEBUT DAPAT DIPERPANJANG
TANDA SILANG WARNA KUNING DENGAN DASAR MERAH DILETAKKAN DI SIGNAL AREA,
BERARTI AGAR BERHATI-HATI PADA SAAT MENDARAT DIKARENAKAN ADANYA KERUSAKAN
DIMANUVERING AREA
DUMB BELL WARNA PUTIH DENGAN GARIS PUTIH DILETAKKAN DI SIGNAL AREA, BERARTI
TAKE OFF LANDING DAN TAXIING HANYA DAPAT DILAKSANAKAN DI RUNWAY DAN TAXIWAY
SAJA.
DUMB BELL WARNA PUTIH DENGAN GARIS HITAM VERTICAL, KUNING TEGAK LURUS PADA
POROSNYA DILETAKKAN DI SEGNAL AREA BERARTI TAKE, LANDING DAN TAXIING DAPAT
DILAKSANAKAN TIDAK TERBATAS RUNWAY DAN TAXIWAY SAJA.
TANDA SILANG WARNA PUTIH ATAU KUNING DILETAKKAN HORIZONTAL PADA SUATU R/W
DAN T/W, BERARTI MENYATAKAN BAHWA DAERAH TERSEBUT TAK DAPAT DIPERGUNAKAN.
TANDA HURUF C HITAM DASAR KUNING DILETAKKAN VERTICAL DI DINDING SUATU GEDUNG,
BERARTI AIR TRAFFIC REPORTING OFFICE
LANDING T WARNA PUTIH ATAU ORANGE DILETAKKAN DI SIGNAL AREA, BERARTI
MENUNJUKKAN ARAH PENDARATAN (LANDING)
WIND SOCK (KANTONG ANGIN) OR IN CONE OR WIND SLEVE (KERUCUT ANGIN) BERARTI
UNTUK MENGETAHUI / MENUNJUKKAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
B. Fasilitas Navigasi Udara
1. Fasilitas Navigasi Udara NDB ( Non Directional Beacon )
a. Fasilitas Navigasi
Jenis ini yang terpasang dalam stasiun NDB ditanah,memancarkan informasi dalam bentuk sinyal radio ke
segala arah ( Non Directional). Pemancar ini biasanya beroperasi pada frekwensi 200-415 KHz dan secara terus
menerus memancarkan frekwensi pembawa dengan modulasi 1020 Hz untuk Identifikasi dengan kode morse
yang terdiri dari 2 atau 3 huruf dan kiriman dengan kecepatan rata-rata 7 kata permenit.

b. Klasifikasi
Makin besar kekuatan pancaran NDB,makin besar pula daerah cakup NDB tersebut.
Type dan pancaran NDB dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Low Range
2. Medium Range
3. High Range
c. Fungsi dan kegunaan
NDB mempunyai beberapa macam fungsi kegunaan yaitu :
1.Homing
2.En-Route
3.Holding
4.Locater
2. Fasilitas Navigasi Udara VOR (VHF Omni Directional Range)
a. VOR merupakan
Alat Bantu navigasi jarak sedang, yang bekerja menggunakan frekwensi radio sangat tinggi (VHF). Dengan
station VOR yang diletakkan sedemikian rupa, VOR dapat digunakan untuk menuntun suatu pesawat menuju ke
suatu Bandar Udara. Posisi pesawat terbang tiap saat ditentukan oleh penerbang dengan bantuan VOR dan
DME.
b. Manfaat bagi Penerbang
Perlengkan penerima VOR di Pesawat Terbang mempunyai 3 macam fungsi atau indikator :
1. Untuk menentukan Azimut
2. Untuk menunjukkan deviasi kepada pilot
3. Menunjukkan arah Pesawat Terbang menuju atau meninggalkan station VOR
c. Fungsi dan Kegunaan VOR
Seperti halnya NDB, maka VOR pun mempunyai fungsi yang sama.
d. Kegunaan VOR terhadap NDB
VOR bekerja pada frekwensi VHF antara 108-118 MHz sehingga informasi yang dipancarkan tidak terganggu
oleh keadaan cuaca, berbeda dengan NDB yang dipergunakan frekwensi rendah/LF.
e. VOR di Indonesia
Ada 2 jenis VOR yang telah terpasang di Indonesia,yaitu :
a. C-VOR (Convensional-VOR)
b. D-VOR (Doppler-VOR)
3. Fasilitas Navigasi DME (Distance Measuri Equipment)
a. Fasilitas DME
Biasanya dipasang melengkapi VOR untuk memberikan informasi kepada penerbang tentang jarak pesawat
terbang terhadap DME.Bekerja pada bidang Ultra High Frequensi (UHF) antara 960 MHz-1215 MHz,sehingga
pancarannya tidak tergantung dari keadaan cuaca.
b. Fungsi kegunaannya
DME biasanya dipasang pada station VOR untuk melengkapinya (Komplementer) sehingga posisi pesawat
terbang secara teliti dapat terus menerus diketahui para penerbang.DME memberikan Informasi jarak dalam
Nm, sesuai dengan koordinat polar dalam penentuan posisi pesawat terbang.
4. Fasilitas Navigasi Udara ILS (Instrument Landing System)
a. Fasilitas ILS

Dipasang untuk membantu pendaratan pesawat dengan tepat terutama pada saat-saat cuaca jelek. Peralatan
ditanah terdiri dari dua jenis pemancar yaitu Localizer yang bekerja pada frekweansi 108,4 MHz-112 MHz dan
Glide Slope bekerja pada frekwensi 329,15 MHz-335,00 MHz. Marker Beacon seperti Auter Marker, Middle
Marker, Inner Marker. Bekerja pada frekwensi 75 MHz.
b. Fungsi kegunaannya
Dengan bantuan ILS, pilot dapat mendaratkan pesawat terbangnya dengan berpedoman pada indikator-indikator
di pesawat yang menerima sinyal-sinyal dari ILS.Pendaratan dapat dilakukan dengan baik,walaupun visibility
(Daya lihat/Jarak pandang) sangat rendah karena pengaruh cuaca.ada beberapa tingkatan ketelitian dari pada
ILS yang dinyatakan dalam kategori yaitu I , II , III.
5. Fasilitas Navigasi Udara RADAR (Radio Deteksi And Ranging)
a. Radar merupakan
Suatu cara dimana gelombang radio yang dipancrkan ke angkasa akan diterima kembali setelah suatu benda di
angkasa menyebabkan pantulan atau refleksi ketika gelombang radio tersebut mengenainya.Radar ada beberapa
macam dan yang umum yang dipergunakan pada Bandar Udara adalah :
1. 1.Primary Surveillince Radar (PSR)
2. 2.Secondary Surveillince Radar (SSR)
b. Fungsi dan Kegunaannya
Kedua jenis radar tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda.PSR bersifat aktif dan pesawat yang ditargetkan
sifatnya pasif karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio reflesi pesawat tersebut (ECHO),
sedangkan pesawat itu sendiri tidak tau menahu dengan kegiatan dari arah bawah.pada SSR, kedua-duanya aktif
baik radar dibawah maupun pesawat terbang.hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang dilengkapi dengan
pemancar yang disebut Transponder.
6. Fasilitas Navigasi Udara RVR (Runway Visual Range)
a. RVR adalah
Alat untuk memperoleh Informasi Meteorologi yaitu visibility di daerah sekitar landasan.ILS dibagi dalam 3
kategori yaitu :
1. ILS Category I
2. ILS Category II
3. ILS Category III
b. Macam peralatan dan cara kerja
RVR sistem ini terdiri dari beberapa peralatan yaitu :
(1) Skopograph simplex,yang terdiri dari :
(a) Projektor
(b) Receiver
(c) Visibility Recorder
(2) Back ground brigjetness sensor STIL BUS
(3) RVR Computer
(4) Digit Step
7. Kalibrasi peralatan Navigasi Udara
a. Mengingat peranan
Fasilitas navigasi udara yang sangat besar dalam menunjang keselamatan penerbangan ,maka wajarlah bila
mana. Tingkat ketelitian informasi yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun navigasi udara di darat dikalibrasi secara
bearkala dengan cermat.
b. Kalibrasi peralatan navigasi udara di Indonesia

Kalibrasi ini dilaksanakan oleh Unit Flight Inspection yang dilengkapi dengan fasilitas :
1. Laboratorium (Darat) Kalibrasi peralatan Navigasi Udara di Curug Tanggerang.
2. Pesawat-pesawat Terbang khusus Laboratorium kalibrasi. Dalam hal ini sebuah BEECHCHRAFT KING
AIR-A100, Sebuah FALKON/203, (LEAR JET).
Jadwal waktu kalibrasi peralatan navigasi udara di Indonesia sesuai dengan ketentuan International ditetapkan :
1. NDB satu kali dalam setahun
2. VOR atau DME dua kali dalam setahun
3. ILS tiga kali dalam setahun
c. Aeronautikal Service
a). Komunikasi Radio Penerbangan Dinas Tetap Aeronautikal Fixed Service (AFS).
1. AFS merupakan hubungan antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu (Poin to Poin)
2. Hubungan Poin to Poin ini,yang diperlukan oleh unit-unit keselamatan penerbangan meliputi :
i. Inter-Area Communication yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan ACC/FIC/FSS yang berbatasan.
ii. Inter-Area Communication yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan unit APP/ADC/AFIS yang berada
di daerah.
Jenis dan Sistem Hubungan :
Dari jenisnya hubungan AFS ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
Printed Communication
Speech (Voice) Communication
Sistem hubungan yang digunakan berupa radio teletype (RTT) atau Telephony (RTF)
b). Komunikasi Radio Penerbangan Dinas Bergerak, Aeronautikal Mobile Service (AMS)
a. AMS adalah
Hubungan radio timbal balik pusat-pusat pengawasan Lalu Lintas Udara atau Unit-unit keselamatan
penerbangan.
b. Penyediaan fasilitas AMS bertujuan
melayani kepentingan Lalu lintas Udara,karena itu perencanaan dan implementasinya disesuaikan dengan
sistem dan pola pengendalian operasi LLU dengan rekomendasi dan standar ICAO serta persetujuanpersetujuan secara regional
c. Media/Sistem hubungan
1. Ada 2 macam media yang dipergunakan untuk penyediaan fasilitas AMS ini :
Saluran Radio Frequensi sangat tinggi VHF antara 118-135 MHz
Saluran Radio gelombang pendek HF antara 2-22 MHz
2. Dibandingkan dengan VHF, gelombang pendek HF lebih baik kwalitasnya,dari gangguan Statistik dan tidak
dipengaruhi cuaca, namun jarak jangkauan lebih pendek.
3. Sistem hubungan yang digunakan adalah Radio Telephone
d. Peralatan
Jenis peralatan utama yang digunakan untuk keperluan ACC/APP/ADC/ATIS adalah :
Pemancar VHF
Penerima VHF
Operator Control Console/Desk
Alat perekam(Tape Rekorder)
Komunikasi AMS yang diselenggarakan oleh FIS, FSS disarankan untuk melayani suatu daerah tertentu :
1. MWARA (Main World Ar Route Area),untuk pelayanan penerbangan International.
2. RDARA (Regionaleand Domestic Ar Route Area),untuk pelayanan penerbangan domestic.

d. Air Traffic Serfice


1. Pengertian
Untuk keselamatan penerbangan sesuai dengan persetujuan secara Internasional dan Regional,Operasional
pesawat terbang perlu diatur dan dikontrol oleh suatu unit kerja yaitu Air Traffic Service yang ditetapkan pada
Area tertentu.
2. Tujuan/Sasaran
Tujuan ATS adalah:
1. Mencegah terjadinya tabrakan antara pesawat terbang.
2. Mempercepat dan menjaga alur Lalu lintas penerbangan yang telah dipesan.
3. Memberikan saran dan Informasi yang berguna demi kelancaran dan keselamatan penerbangan.
4. Mencatat dan memberikan serta membantu kepada satuan SAR apabila ada pesawat terbang yang
membutuhkan SAR.
3. Pembagian pelayanan Air Traffic
Agar tercapai sasaran atau tujuan pelayanan Air Traffic dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Area Control Service
b. Approach Control Service
c. Aerodrome Control Service
d. The Flight Information Service
e. The Allerting Service
4. Hal-hal yang perlu di Informasikan sebagai pelayanan dan pengaturan penerbangan adalah :
1. Jenis dari penerbangan
2. Kepadatan penerbangan
3. Kondisi cuaca
4. Hal-hal lain yang berkaitan dengan penerbangan yang relevan
C. Pelayanan Bandar Udara dalam keadaan Darurat (Emergency and other services)
Rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat. (Aerodrome Emergency Planning).
Rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat adalah proses persiapan untuk mengatasi Bandar Udara dalam
keadaan darurat yang terjadi disekitar Bandar Udara.
Dalam persiapan Bandar Udara dalam keadaan darurat menurut kenyataan yang ada harus dapat dikurangi dan
menarik perhatian, terutama dalam menjaga kondisi yang tetap aman dan lancar serta memelihara operasi
pesawat terbang, operasi dari pada penerbangan itu sendiri.
Prosedure untuk mengadakan koordinasi pada saat Bandar Udara dalam keadaan darurat ialah :
Perlu adanya koordinasi dengan wakil-wakil perusahaan dan pelayanan lainnya di Bandar Udara.
Mengadakan hubungan secara langsung dengan wakil perusahaan yang terdapat disekitar Bandar Udara serta
menunjuk salah satu untuk menjadi sebagai perwakilan koordinasi.
Memiliki buku petunjuk untuk menetapkan rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat sesuai dengan
Airport Services Manuals Part 7
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat harus ditetapkan sama dan seimbang antara operasi pesawat
terbang dengan aktivitas kegiatan di Bandar Udara tetap dalam kondisi aman dan terkendali.
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat diharuskan mengambil langkah-langkah dan berkoordinasi
tentang kejadian di sekitar Bandar Udara dengan instansi terkait.
Beberapa contoh kejadian Bandar Udara dalam keadaan darurat a.I :
1. Keadaan darurat pesawat terbang.

2. Sabotase, termasuk adanya ancaman bomb.


3. Terjadinya adanya ancaman barang-barang yang berbahaya.
4. Kebakaran dan bencana alam.
Koordinasi dan partisipasi yang harus dilakukan terhadap instansi terkait yang ada di Bandar Udara maupun
instansi terkait diluar Bandar Udara pada saat Bandar Udara dalam keadaan darurat adalah sebagai berikut :
on the Aerodrome
Air traffic control unit
Rescue fire fighting services
Aerodrome administration
Medical and ambulance services
Security services
Polices
off the Aerodrome
Fire departments
Polices
Medical and ambulance services
Hospitals
Military
Harbour patrol or coast guard

Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman


Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (IATA: BPN, ICAO: WALL) adalah bandar udara domestik
dan internasional untuk Balikpapan, Kalimantan Timur. Bandara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I dan
dibuka pada tanggal 6 Agustus 1997. Bandara ini memiliki luas 300 hektar dan merupakan bandar udara ke-4
terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Rencana pengembangan pada lahan-lahan yang
tersedia di sekitar bandara ini terus dilaksanakan, antara lain hotel transit meeting room, restoran dan mini
market.
Dengan lokasi bandar udara di tengah pemukiman padat penduduk, pendaratan di bandar udara Sultan Aji
Muhammad Sulaiman cukup menegangkan bagi penumpang maupun pilot.[2][3] Peneliti Universitas Indonesia
mengungkapkan tingkat kebisingan bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman melampaui baku mutu yang
telah ditetapkan dan membuat 100% penduduk sekitar terganggu.[4]

Sejarah

Terminal baru bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang sedang dalam tahap
konstruksi.

Pembangunan bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda
sebelum waktu kemerdekaan Indonesia. Itu digunakan terutama untuk kegiatan perusahaan minyak Belanda di
daerah Balikpapan. Bandara ini menjadi bandara publik dan komersial setelah pengelolaannya diserahkan
kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Republik Indonesia pada tahun 1960. Bandar udara ini akhirnya
dikelola oleh Perum Angkasa Pura I (sekarang PT Angkasa Pura I) sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
No.1 pada tanggal 9 Januari 1987.
Bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman telah direnovasi dua kali selama 1991 sampai 1997. Fase
pertama dimulai pada tahun 1991 dan berakhir pada tahun 1994, untuk merenovasi taxy way, terminal
penumpang dan kargo dan juga memperpanjang landasan pacu. Pada tahun 1995, pemerintah Indonesia
mengumumkan bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman sebagai bandara kelima Indonesia embarkasi haji
untuk kalimantan (Borneo) wilayah yang juga terdiri dari provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan.
Fase kedua renovasi terjadi pada tahun 1996 untuk merenovasi hanggar, depot bahan bakar, dan gedung
administrasi. Fase kedua selesai dan bandara akhirnya mulai era baru operasionalnya dengan bangunan baru dan
fasilitas pada tahun 1997.

Maskapai dan tujuan


Beberapa maskapai yang dilayani bandara ini adalah:
Maskapai

Tujuan

Termina
l

AirAsia

Kuala Lumpur

Citilink

Jakarta-Soetta

Garuda Indonesia Berau, Jakarta-Soetta, Makassar, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta

Lion Air

Tarakan, Manado, Makassar, Semarang, Surabaya, Yogyakarta,

Maskapai

Tujuan

Termina
l

Jakarta-Soetta
Silk Air

Singapura

Sriwijaya Air

Banjarmasin, Berau, Jakarta-Soetta, Makassar, Surabaya,


Tarakan, Palu, Yogyakarta

Lokal

Maskapai

Tujuan

Termina
l

Airfast

Sangatta

Indonesia Air

Bontang (Carter)

Kalstar

Berau, Samarinda, Pontianak

Pelita Air

Bontang

Susi Air

Data Dawai, Melak, Samarinda

Kecelakaan dan insiden

Pesawat melintas di atas lalu lintas Jalan Mulawarman ketika akan mendarat.

Lion Air melintas di atas rumah warga.

Pada tanggal 7 Agustus 2013, cuaca di Kota Balikpapan yang buruk memaksa helikopter
PT Intan Angkasa Airline Servis tujuan bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman
berputar-putar cukup lama di atas rumah warga. Warga setempat mengira helikopter
bakal jatuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Pilot mengaku bingung harus mendarat
dimana, karena jarak pandang sangat minim. Pada jam 12 siang, helikopter mendarat
darurat di sebuah lapangan kecil di tengah pemukiman warga. Beruntung tidak ada
korban jiwa dalam kejadian ini.[5][6][7]

Pada tanggal 12 Maret 2012 pukul 11:31 WITA, keempat ban belakang dari pesawat
Batavia Air Flight Y6-883 tujuan Guangzhou yang transit ke bandar udara Sultan Aji
Muhammad Sulaiman terperosok sedalam setengah meter karena amblasnya aspal
landasan pacu ketika mendarat. Akibatnya, bandar udara ini ditutup hingga 2 jam. Empat
penerbangan kemudian beralih mendarat menuju Bandara Banjarmasin, sejumlah
penerbangan dari Tarakan batal mendarat dan 12 penerbangan menunda waktu
keberangkatan. Panjang landasan pacu tersisa 2040 meter, lantaran pesawat baru
dievakuasi keesokan harinya.[8][9][10]

Pada tanggal 23 Oktober 2011 pukul 7:30 WITA, pesawat Lion Air Flight JT673 dari Tarakan
transit ke bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, keluar dari landasan pacu menuju
semak-semak sejauh 15 meter ketika mendarat. Sebelum keluar dari landasan pacu,
pesawat sudah mengerem sebanyak tiga kali. Keempat ban belakang pesawat juga
terperosok ke dalam tanah sedalam setengah meter. Akibatnya bandar udara ini
sepenuhnya ditutup hingga 8 jam lebih. Sebanyak 7 penerbangan dari Jakarta, Surabaya
dan Manado beralih mendarat ke Bandara Banjarmasin dan Makassar, 3 penerbangan
batal mendarat dan 118 penerbangan menunda waktu keberangkatan. Panjang landasan
pacu tersisa 2250 meter, lantaran pesawat baru dievakuasi keesokan harinya. Petugas
maskapai Lion Air di Surabaya menjelaskan insiden ini bukan disebabkan karena
maskapainya, melainkan bandaranya sehingga percuma berganti maskapai. [11] Beberapa
tahun sebelumnya maskapai Garuda Indonesia dan Batavia Air juga keluar dari landasan
pacu masing-masing sejauh 90 meter dan 45 meter. [12][13][14][15]

Pada tanggal 13 November 2007 siang, selepas 5 menit dari bandar udara Sultan Aji
Muhammad Sulaiman, helikopter PT Asko jatuh terhempas di kawasan perbukitan Kota
Balikpapan. Helikopter rusak parah yakni baling-baling dan ekor patah, sementara pilot

dan co-pilot mengalami luka-luka dan shok. Helikopter tersebut baru dievakuasi 2 hari
kemudian.[16][17][18]

Pada tanggal 19 Februari 2006 pukul 13:10 WITA, pesawat Batavia Air Flight P 7261 dari
Banjarmasin terjerembab keluar dari landasan pacu sejauh 20 meter mendekati pagar
pembatas bandara ketika mendarat. Menurut berbagai saksi, pesawat tersebut tidak
mengalami kerusakan mesin ataupun human error, dan mendarat secara sempurna.
Namun beberapa saat setelah mendarat, pesawat kehilangan kendali, langsung miring
dan bablas masuk zona hijau. Kecelakaan ini dinyatakan oleh PT Angkasa Pura I nyaris
mengulangi tragedi Lion Air di Solo akhir 2004 silam. Akibatnya bandar udara Sultan Aji
Muhammad Sulaiman ditutup hingga 3 jam dan semua penerbangan beralih mendarat ke
Banjarmasin. Pesawat Adam Air yang sudah terbang setengah jam menuju bandar udara
ini kembali lagi ke Jakarta. Panjang landasan pacu tersisa 2000 meter, lantaran hingga
keesokan harinya pesawat belum dievakuas

Anda mungkin juga menyukai