Anda di halaman 1dari 11

152

KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN


(KKOP)
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau perairan dan ruang udara di
sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
Sesuai dengan ICAO Annex 14 Vol. I Aerodromes, Chapter 4, disebutkan bahwa : “The objectives of the
specifications in this chapter are to define the airspace around aerodromes to be maintained free from obstacles
so as to permit the intended aeroplane operations at the aerodromes to be conducted safely and to prevent the
aerodromes from becoming unusable by the growth of obstacles around the aerodromes. This is achieved by
establishing a series of obstacle limitation surfaces that define the limits to which objects may project into the
airspace.”
Kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) adalah untuk menentukan wilayah udara sekitar bandar
udara yang dipertahankan bebas dari hambatan (obstacle) sehingga dapat menjamin keselamatan operasi
pesawat udara yang akan mempergunakan bandar udara dan untuk mencegah tumbuhnya penghalang (obstacle)
baru di sekitar bandar udara. KKOP ditentukan dengan membentuk serangkaian permukaan yang
mebatasi ketinggian objek yang mungkin tumbuh di wilayah sekitar bandar udara.
Kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) di bandar udara dan sekitarnya diukur dan ditentukan
dengan bertitik tolak pada rencana induk bandar udara dan berdasarkan persyaratan permukaan batas
penghalang sesuai ICAO Annex 14 dan dinyatakan dalam system koordinat geografis dalam referensi World
Geodetic System 1984 (WGS’84).
Ketinggian kawasan keselamatan operasi penerbangan ditentukan dan dihitung dari ambang landas pacu
terendah sebagai referensi (Aerodrome Elevation System / AES) dan jarak terluar masing-masing kawsan
ditentukan sebagaimana dalam tabel 1 dan tabel 2 di bawah.
Penentuan kawasan keselamatan operasi penerbangan terdiri atas :
Untuk menentukan kawasan keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan sekitarnya, analisis kawasan
berdasarkan pada klasifikasi landas pacu yaitu :
1. Instrument Precision Approach, category I, Code number 1 and 2;
2. Instrument Precision Approach, category I, Code number 3 and 4;
3. Instrument Precision Approach, category II or III, Code number 3 and 4;
4. Instrument Non Precision Approach, Code number 1 and 2;
5. Instrument Non Precision Approach, Code number 3;
6. Instrument Non Precision Approach, Code number 4;
7. Non Instrument, Code number 1;
8. Non Instrument, Code number 2;
9. Non Instrument, Code number 3;
10. Non Instrument, Code number 4;
Tabel 1. Dimensi dan slope kawasan keselamatan operasi penerbangan – Approach runways
Dimensi fisik take-off climb OLS surfaces untuk take-off runways harus ditentukan dengan menggunakan Tabel 2
sebagai berikut :
Runway yang digunakan untuk operasi transportasi udara pada malam hari menggunakan pesawat terbang
dengan massa take-off maksimum (maximum take-off mass) tidak melebihi 5,700 kg disyaratkan untuk memenuhi
standar kode 2.

1. Semua dimensi diukur secara horisontal kecuali ditentukan lebih lanjut.


2. Panjang inner edge dapat dikurangi menjadi to 90 m jika runway ditujukan untuk digunakan oleh pesawat
terbang dengan massa kurang dari 22,700 kg dan beroperasi dalam VMC pada siang hari. Dalam kasus ini
lebar akhir adalah 600 m, kecuali flight path perlu dirubah heading-nya melebihi 15°.
3. Take-off climb surface dimulai dari ujung clearway, jika adanya clearway diperlukan.
4. Lebar akhir dapat dikurangi menjadi 1.200 m jika runway hanya digunakan oleh pesawat terbang dengan
prosedur takeoff yang tidak memerlukan perubahan dalam heading hingga lebih besar dari 15° untuk
operasi yang dilakukan dalam IMC atau pada malam hari.
5. Karakteristik operasional dari pesawat terbang yang menjadi pengguna utama runway harus diuji untuk
mengetahui apakah perlu mengurangi kemiringan untuk mengantisipasi kondisi operasi yang kritis. Jika
kemiringan yang ditetapkan dikurangi, perubahan selanjutnya pada panjang take-off climb juga harus dibuat
untuk memberikan perlindungan hingga ketinggian 300 m. Jika tidak ada objek yang mencapai 2% take-off
climb surface, objek-objek yang baru harus dibatasi untuk mempertahankan obstacle free surface yang
telah ada saat ini, atau dilakukan penurunan permukaan dengan kemiringan 1.6%

Hambatan (obstacle) didefinisikan sebagai :


(a) sebarang objek, bangunan atau benda tumbuh yang berdiri pada, atau berdiri di atas, permukaan tertentu
pada obstacle restriction area yang terdiri dari runway strip, runway end safety area, clearway dan taxiway strip;
dan
(b) sebarang objek, bangunan atau benda tumbuhyang memasuki kawasan keselamatan operasi penerbangan
(KKOP) / obstacle limitation surfaces (OLS) yaitu suatu rangkaian permukaan yang menetapkan batasan tinggi
objek, di sekitar bandar udara.
Peralatan dan instalasi yang dibutuhkan untuk tujuan navigasi udara dibuat seminimum mungkin massa dan
ketinggiannya, didisain dan dibangun agar tidak mengganggu pandangan, dan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mengurangi gangguan terhadap pesawat terbang hingga ke taraf sekecil mungkin.

Pengertian Umum

1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau perairan dan ruang udara
di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
2. Kawasan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas adalah suatu kawasan perpanjangan kedua ujung
landasan, di bawah lintasan pesawat udara setelah lepas landas atau akan mendarat, yang dibatasi oleh
ukuran panjang dan lebar tertentu.
3. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan adalah sebagian dari kawasan pendekatan
yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung landasan dan mempunyai ukuran tertentu,
yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
4. Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam adalah bidang datar di atas dan di sekitar bandar
udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara
melakukan terbang rendah pada waktu akan mendarat atau setelah lepas landas.
5. Kawasan Dibawah Permukaan Horizontal Luar adalah bidang datar di sekitar bandar udara yang
dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu untuk kepentingan keselamatan dan efisiensi
operasi penerbangan antara lain pada waktu pesawat melakukan pendekatan untuk mendarat dan
gerakan setelah tinggal landas atau gerakan dalam hal mengalami kegagalan dalam pendaratan.
6. Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut adalah bidang dari suatu kerucut yang bagian bawahnya dibatasi
oleh garis perpotongan dengan horizontal dalam dan bagian atasnya dibatasi oleh garis perpotongan
dengan permukaan horizontal luar, masing-masing dengan radius dan
ketinggian tertentu dihitung dari titik referensi yang ditentukan.
7. Kawasan Di bawah Permukaan Transisi adalah bidang dengan kemiringan tertentu sejajar dengan dan
berjarak tertentu dari poros landasan , pada bagian bawah dibatasi oleh titik perpotongan dengan garis -
garis datar yang ditarik tegak lurus pada poros landasan dan pada bagian atas
dibatasi oleh garis perpotongan dengan permukaan horizontal dalam.
8. Permukaan Utama adalah permukaan yang garis tengahnya berhimpit dengan sumbu landasan yang
membentang sampai panjang tertentu diluar setiap ujung landasan dan lebar tertentu, dengan ketinggian
untuk setiap titik pada permukaan utama diperhitungkan sama dengan ketinggian titik terdekat pada sumbu
landasan;
9. Kawasan di sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan adalah kawasan di sekitar
penempatan alat bantu navigasi penerbangan di dalam dan/atau diluar Daerah Lingkungan Kerja, yang
penggunaannya harus memenuhi persyaratan tertentu guna menjamin kinerja/efisiensi alat bantu navigasi
penerbangan dan keselamatan penerbangan;
10. Permukaan Kerucut pada Alat Bantu Navigasi Penerbangan adalah kawasan di atas
permukaan garis sudut yang dibatasi oleh garis jarak dengan radius dan ketinggian tertentu dihitung dari
titik referensi yang ditentukan pada masing-masing peralatan;
11. Elevasi Dasar pada Alat Bantu Navigasi Penerbanganadalah ketinggian dasar suatu titik atau
kawasan terhadap permukaan laut rata-rata (MSL);
12. Aerodrome Reference Point (ARP)adalah titik koordinat bandar udara yang menunjukkan posisi
bandar udara terhadap koordinat geografis;
13. Koordinat Geografis adalah posisi tempat / titik di permukaan bumi yang dinyatakan dengan
besaran Lintang (L) dan Bujur (B) dengan satuan derajat, menit dan detik yang mengacu terhadap bidang
referensi World Geodetic System 1984 (WGS'84);
14. Sistem Koordinat Bandar Udara atau Aerodrome Coordinate System (ACS)adalah sistim
koordinat lokal pada bandar udara yang menggunakan sistim kartesius dengan referensi titik koordinat (X
= + 20.000 m ; Y = + 20.000 m) terletak pada garis perpotongan sumbu X yang berhimpit dengan salah
satu garis sumbu landasan dan garis sumbu Y tegak lurus garis sumbu X yang terletak pada ujung
landasan tersebut (yang diperkirakan tidak mengalami perubahan perpanjangan landasan).
15. Sistim Elevasi Bandar Udara atau Aerodrome Elevation System (AES)adalah sistim ketinggian
lokal bandar udara dimana ambang landas pacu (ujung over run) terendah yang dipergunakan sebagai titik
referensi terhadap ketinggian titik-titik lainnya dengan besaran ketinggian ambang landasan terendah
adalah 0,00 m AES.

Anda mungkin juga menyukai