Anda di halaman 1dari 29

PROGRAM

KEAMANAN BANDAR UDARA/


AIRPORT SECURITY PROGRAMME (ASP)
DAN
PROGRAM PENANGGULANGAN KEADAAN
DARURAT KEAMANAN NASIONAL
DASAR HUKUM
INTERNASIONAL
ANNEX 1 ANNEX 9

ANNEX 2 ANNEX 10

ANNEX 3 ANNEX 11

ANNEX 4 ANNEX 12

ICAO TERBENTUK TAHUN 1947 ANNEX 5


BERDASARKAN CONVENTION CHICAGO ANNEX 13
14 DESEMBER 1944
ANNEX 6 ANNEX 14

ANNEX 7 ANNEX 15

ANNEX 8 ANNEX 16

ANNEX 17 SECURITY – Safeguarding International Civil Aviation Against Acts Of Unlawful Interference
Doc. 8973 (Amandemen 15)

ANNEX 18 The Safe Transport of Dangerous Goods by Air


Doc. 9284

ANNEX 19
NASIONAL
Undang-undang No. 2 Tahun 1976 Tentang Pengesahan Konvensi

Undang-undang No. 4 Tahun 1976 Tentang KUHP

Undang-undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan

PM 80 Tahun 2017 Program Keamanan Penerbangan Nasional

PM 140 Tahun 2015 Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan


Penerbangan Nasional

PM 137 Tahun 2015 Program Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Nasional

PM 92 Tahun 2015 Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional

PM 33 Tahun 2015 Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) ke Daerah


Keamanan Terbatas
KP 129 Tahun 2017 Petunjuk Teknis Pengawasan dan Investigasi
Keamanan Penerbangan

KP 240 Tahun 2017 Pedoman Penyusunan dan Tata Cara Pengesahan Program
Keamanan Penerbangan
Pedoman Penyusunan dan Tata Cara Pengesahan Program
SKEP 2765/XII/2010
Keamanan Penerbangan

Penanganan Cairan LAG’s Yang Dibawa Penumpang dalam Kabin


SKEP 43/III/2007
Pesawat Udara pada Penerbangan Internasional
Petunjuk Teknis Penanganan Penumpang Pesawat Udara Sipil
SKEP 100/VII/2003 yang Membawa Senjata Api beserta Peluru serta Tata Cara
Pengamanan Tahanan Dalama Penerbangan Sipil
Petunjuk Teknis Penanganan Petugas Pengamanan dalam
SKEP 95/IV/2008
Penerbangan (Air Marshal) Pesawat Udara Berniaga Asing

SKEP 160/VIII/2008 Sertifikat Kecakapan Personil Pengamanan Penerbangan Sipil


AIRPORT
SECURITY PROGRAMME (ASP)
PENGERTIAN
Program Keamanan Bandar Udara (Airport Security Programme) adalah
dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta
persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh Unit Penyelenggara Bandar
Udara dan Badan Usaha Bandar Udara untuk memenuhi ketentuan yang
terkait dengan operasi penerbangan di Indonesia

TUJUAN
a. Untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan
di Indonesia dengan memberikan perlindungan yang diperlukan bagi
penumpang, awak pesawat udara, personel di darat dan masyarakat dari
tindakan melawan hukum;
b. Untuk mempertahankan tingkat keamanan bandar udara dan angkutan
udara yang memberikan pelayanan penerbangan di Indonesia;
c. Untuk melindungi operasional penerbangan domestik dari tindakan
melawan hukum yang dilakukan berdasarkan penilain resiko keamanan.
Tindakan Melawan Hukum (Acts of Unlawfu lnterference) adalah
tindakan-tindakan atau percobaan yang membahayakan keselamatan
penerbangan dan angkutan udara.
Memberikan informasi palsu yang Menyandera orang di
membahayakan keselamatan pesawat udara dalam pesawat udara atau
dalam penerbangan maupun di darat, di bandar udara;
penumpang, awak pesawat udara, personel darat
atau masyarakat umum pada bandar udara atau
tempat-tempat fasilitas penerbangan lainnya.

Melakukan pengrusakan/ Masuk ke dalam pesawat


Penghancuran pesawat udara, bandar udara atau
udara di darat (in Service); tempat-tempat
TINDAKAN aeronautika secara paksa

MELAWAN HUKUM
PM 80 TAHUN 2017
Menguasai
pesawat udara
secara melawan
hukum;

Membawa senjata, peralatan


Menggunakan pesawat udara di darat
berbahaya atau bahan-bahan
(in Service) untuk tindakan yang
yang dapat digunakan untuk
menyebabkan mati, cederanya
tindakan melawan hukum
seseorang, rusaknya harta benda atau
secara tidak sah;
lingkungan sekitar; dan
LAY OUT AIRPORT SECURITY PROGRAMME
1. Gambaran Umum
2. Perlindungan Keamanan Bandar Udara
a. Penetapan daaerah keamanan Bandar udara
b. Langkah-langkah perlindungan daerah keamanan Bandar udara
3. Pengendalian Jalan Masuk daerah Keamanan
a. Sistem izin masuk
b. Prosedur pendampingan dan pengawalan
4. Keamanan Perimeter
5. Keamanan jalan-jalan masuk/akses masuk daerah keamanan terbatas dan daerah steril
6. Kegiatan patrol dan pos penjagaan
7. Keamanan fasilitas navigasi yang berada di daerah keamanan terbatas
8. Perlindungan keamanan pesawat udara dari serangan sistem senjata panggul (Man-Portabe Air
Defence System/MANPADS)
9. Perlindungan sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dari serangan siber
10. Pengendalian keamanan penumpang dan bagasi kabin
11. Prosedur pemeriksaan bagasi tercatat
12. Penanganan penumpang transit dan transfer
13. Penanganan bagasi tercatat transfer
14. Prosedur pemeriksaan khusus
15. Penanganan khusus petugas keamanan dalam penerbangan
16. Prosedur penanganan dan pemeriksaan liquid, aerosol & gels (LAG’s) pada penerbangan
internasional
LAY OUT AIRPORT SECURITY PROGRAMME
17. Prosedur penanganan dan pemeriksaan penumpang yang membawa senjata api
18. Prosedur penanganan keamanan penumpang dalam kategori tahanan
19. Prosedur penanganan keamanan penumpang pelanggar imigrasi
20. Penanganan barang tak bertuan
21. Pemeriskaan keamananpekerja, awak pesawat udara dan barang bawaannya
22. Pengendalian keamanan kendaraan
23. Pengendalian keamanan kargo dan pos
24. Pengamanan catering dan barang persediaan
25. Pengendalian akses masuk yang didelegasikan
26. Barang dagangan (merchandise) dan perbekalan (supplies)
27. Fasilitas keamanan penerbangan (Penyediaan peralatan, standar pengoperasian, kalibrasi/
pemeriksaan rutin dan pemutakhiran peralatan)
28. Penanggulangan Tindakan Melawan Hukum
29. Pendidikan dan Pelatihan
30. Pengawasan
LANGKAH-LANGKAH KEAMANAN

PENETAPAN DAERAH KEAMANAN


Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) adalah daerah-daerah di sisi udara di bandar udara yang
diidentifikasi sebagai daerah berisiko tinggi dan dilakukan langkah-langkah pengendalian keamanan, dimana
jalan masuknya dikendalikan serta dilakukan pemeriksaan keamanan, termasuk:
a. daerah keberangkatan penumpang antara tempat pemeriksaan keamanan dan pesawat udara;
b. daerah service road (ramp);
c. fasilitas perbaikan pesawat udara (hangar)
d. tempat penyiapan bagasi (baggage m ake up area);
e. tempat penurunan dan pengambilan bagasi tercatat;
f. daerah gudang kargo (cargo sheds);
g. daerah penempatan bagasi tercatat dan kargo yang telah diperiksa yang akan dimuat ke pesawat udara;
h. pusat pengiriman pos;
i. daerah sisi udara catering; dan
j. fasilitas pembersihan pesawat udara.

Daerah Steril (Sterile Area) adalah daerah di antara tempat pemeriksaan penumpang atau tempat pemeriksaan
keamanan dan Pesawat Udara, yang mana aksesnya dikendalikan secara ketat.

Sisi Darat (Land Side) adalah daerah di Bandar Udara dan gedung-gedung dimana penumpang dan non-
penumpang mempunyai akses tanpa batas.
LANGKAH-LANGKAH KEAMANAN

PENETAPAN DAERAH KEAMANAN


Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) adalah daerah-daerah di sisi udara di bandar udara yang
diidentifikasi sebagai daerah berisiko tinggi dan dilakukan langkah-langkah pengendalian keamanan, dimana
jalan masuknya dikendalikan serta dilakukan pemeriksaan keamanan, termasuk:
a. daerah keberangkatan penumpang antara tempat pemeriksaan keamanan dan pesawat udara;
b. daerah service road (ramp);
c. fasilitas perbaikan pesawat udara (hangar)
d. tempat penyiapan bagasi (baggage m ake up area);
e. tempat penurunan dan pengambilan bagasi tercatat;
f. daerah gudang kargo (cargo sheds);
g. daerah penempatan bagasi tercatat dan kargo yang telah diperiksa yang akan dimuat ke pesawat udara;
h. pusat pengiriman pos;
i. daerah sisi udara catering; dan
j. fasilitas pembersihan pesawat udara.

Daerah Steril (Sterile Area) adalah daerah di antara tempat pemeriksaan penumpang atau tempat pemeriksaan
keamanan dan Pesawat Udara, yang mana aksesnya dikendalikan secara ketat.

Sisi Darat (Land Side) adalah daerah di Bandar Udara dan gedung-gedung dimana penumpang dan non-
penumpang mempunyai akses tanpa batas.
PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB
KEPALA KANTOR
Menjamin terlaksana dan terpenuhinya ketentuan keamanan serta
menyelesaikan masalah-masalah yang dapat mengganggu operasional
penerbangan di wilayah kerjanya

KEPALA BANDAR UDARA


Bertanggung jawab terhadap keamanan bandar udara yang
dioperasikan

PIMPINAN BADAN USAHA ANGKUTAN UDARA/ PAU ASING


Bertanggung jawab terhadap keamanan pesawat udara yang
dioperasikan.

PEMBAGIAN
BADAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DI BANDARA
TANGGUNG JAWAB Bertanggung)awab terhadap keamanan kegiatan usahanya di Bandar
Udara

PIMPINAN PENYEENGGARA PELYAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN


Bertanggung jawab terhadap keamanan pelayanan navigasi
penerbangan yang dioperasikan.

TNI DAN POLRI


Memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Program Keamanan
Penerbangan Nasional sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tingkat
ancaman di bandar udara dan dukungan Penanggulangan Keadaan
Darurat

INSTANSI PEMERINTAH
Memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Program Keamanan
Penerbangan Nasional sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tingkat
ancaman di Bandar Udara,
KOORDINASI DAN KOMUNIKASI

1. Dalam pelaksanaan Program Keamanan Bandar Udara dibentuk komite keamanan


bandar udara.
2. Komite keamanan bandar udara ditetapkan oleh Kepala Bandar Udara dengan
masa tugas selama 5 (lima) tahun.
3. Komite keamanan bandar udara diketuai oleh Kepala Bandar Udara.

Komite Keamanan Bandar Udara (KKBU) adalah Komite yang mengkoordinasi


pelaksanaan Program Keamanan Bandara Udara.
SUSUNAN KOMITE
SOSIALISASI KEAMANAN
KESELAMATAN PENERBANGAN
PENERBANGAN

KOMITE NASIONAL KEAMANAN PENERBANGAN


1 Kementerian Koordinator 9 Kementerian Kelautan dan 16 Kantor Otoritas Bandar Udara
POLHUKAM Perikanan
17 Kantor Pusat Badan Usaha Bandar Udara
2 Kementerian Perhubungan 10 Kementerian Komunikasi dan
18 Penyelenggara Pelayanan Navigasi
Informatika
3 Kementerian Keuangan Penerbangan
11 Kepolisian Republik Indonesia
4 Kementerian Kesehatan 19 Perwakilan Badan Usaha Angkutan Udara
12 Markas Besar Tentara Nasional
5 Kementerian Pertanian 20 Asosiasi Perusahaan Angkutan Udara
Indonesia
6 Kementerian Luar Negeri 21 Asosiasi Perusahaan Pemeriksaan
13 Badan Intelijen Negara
7 Kementerian Hukum dan HAM Keamanan Kargo dan Pos
14 Badan Pengawas Tenaga Nuklir
8 Kementerian Pertahanan 22 Asosiasi Lembaga Penyelenggara
15 Badan Nasional Penanggulangan Pendidikan dan Pelatihan Keamanan
Terorisme Penerbangan

KOMITE KEAMANAN BANDAR UDARA


1 Badan Intelijen Negara di daerah 8 Kantor Kesehatan Bandar Udara
2 Tentara Nasional Indonesia di daerah 9 Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan
3 Kepolisian daerah setempat 10 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di daerah
4 Pemerintah daerah setempat 11 Unit Penyelenggara Badan Udara atau Badan Usaha Bandar Udara
5 Bea Cukai Bandara 12 Badan Usaha Angkutan Udaran dan Perusahaan Angkutan Udara Asing
6 Imigrasi Bandara 13 Badan Usaha dibbidang kargodan pos
7 Karantina 14 Ground Handling
TUGAS DAN TANGGUNG
SOSIALISASI JAWAB
KESELAMATAN ANGGOTA KOMITE
PENERBANGAN

KOMITE NASIONAL KEAMANAN PENERBANGAN

KOMITE KEAMANAN BANDAR UDARA

PM 80 Tahun 2017
BAB IV KOORDINASI DAN KOMUNIKASI
POIN 4.1 KOORDINASI

PM 140 Tahun 2015


BAGIAN KEDUA – TANGGUNG JAWAB ANGGOTA UTAMA
PASAL 9 – 13

BAGIAN KETIGA – TANGGUNG JAWAB ANGGOTA


KOMITE NASIONAL KEAMANAN PENERBANGAN
PASAL 14 – 16
TINDAKAN AWAL

TINDAKAN
MELAWAN
HUKUM

Menyebarluaskan informasi
pada pihak – pihak terkait

Hoax (palsu)
Mengaktifkan EOC dan
Kepala Bandar
Melakukan penilaian terhadap
Udara Menetapkan
informasi yang diterima Genuine (asli)
kondisi keamanan

Meyiapkan rencana tindakan


yang akan dilakukan
Melaksanakan
Airport
Contingency Plan
PENILAIAN INFORMASI
Palsu (hoax), bilamana informasi keadaan rawan atau perlu dilakukan peningkatan
kewaspadaaan atau kesiagaan dan/atau menerima ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan disimpulkan tidak akan terjadi.

Benar (genuine), bilamana informasi keadaan rawan atau perlu dilakukan peningkatan
kewaspadaan atau kesiagaan dan/atau menerima ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan disimpulkan akan terjadi.
KEADAAN DARURAT KEAMANAN/
PENETAPAN KONDISI KEAMANAN

KONDISI RAWAN (KUNING)


kondisi yang memerlukan peningkatan
keamanan, kewaspadaan atau kesiagaan
pada saat :
1. Adanya informasi ancaman dari sumber
yang perlu dilakukan penilaian ancaman
lebih lanjut;
2. Terjadinya gangguan keamanan secara
nasional yang berpotensi mengganggu
Keamanan Penerbangan;
3. Terjadinya tindakan melawan hukum
secara nasional dan internasional yang
berpotensi menggangu Keamanan
Penerbangan; dan
4. Terjadinya huru hara, demonstrasi masal
dan pemogokan yang berpotensi
menggangu Keamanan Penerbangan.
KONDISI DARURAT (MERAH)
kondisi Keamanan Penerbangan pada saat :
1. Kondisi berdasarkan penilaian ancaman yang membahayakan keamanan
penerbangan kemungkinan terjadi; dan

2. Terjadinya tindakan melawan hukum berupa ancaman bom, pembajakan,


penyanderaan, sabotase dan penyerangan yang membahayakan keamanan
terhadap pesawat udara, bandar udara dan pelayanan navigasi
penerbangan.
ALUR KOORDINASI DAN KOMUNIKASI
Kepala Kepala Otoritas
Bandar Udara Bandar Udara

Ka. Pelayanan
Airport Duty Nav. Penerbangan
Airport Security
Manager
Kapolres/
Dan Pangkalan
Ketua AOC Unit Kerja BUBU

Airlines, Ground Tenaga ahli/


Handling spesialis

CIQ

Anggota KKBU
PENGAKTIFAN EOC (EMERGENCY OPERATION CENTRE)

KEPALA BANDAR UDARA MENGAKTIFKAN EOC

TUGAS : MENGKOORDINASIKAN & MENGENDALIKAN


PELAKSANAAN PENANGGULANGAN
TANGGUNG JAWAB & KOMANDO

TANGGUNG JAWAB
NASIONAL BANDARA
DIRJEN KEPALA
HIJAU
HUBUD BANDARA
DIRJEN KEPALA
KUNING
HUBUD BANDARA
DIRJEN KEPALA
MERAH
HUBUD BANDARA

KOMANDO
NASIONAL BANDARA

HIJAU - -
DIRJEN KEPALA
KUNING
HUBUD BANDARA
KAPOLRES
PANGLIMA
MERAH SETEMPAT/ DAN
TNI
PANGKALAN
MEDIA PEMBERITAAN DAN PELAPORAN

TINGKAT NASIONAL
KETUA KOMITE KEAMANAN NASIONAL
MEDIA
PEMBERITAAN
TINGKAT BANDAR UDARA
KETUA KOMITE KEAMANAN BANDARA

KEPALA BANDAR UDARA / KEPALA UNIT


PENYELENGGARA BANDAR UDARA

PELAPORAN
DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA
(AWAL – 30 Hari & AKHIR – 60 Hari ICAO
dalam BHS INGGRIS)
KEGIATAN KOMITE KEAMANAN PENERBANGAN

TINGKAT NASIONAL (NATIONAL COMMAND AND CONTROL CENTRE/NCCC)


Melaksanakan Pertemuan Komite Keamanan minimal 3 (tiga) kali dalam setahun

TINGKAT BANDAR UDARA (CRISIS MANAGEMENT TEAM/CMT)


Melaksanakan Pertemuan Komite Keamanan minimal 4 (tiga) kali dalam setahun
Melakukan Latihan (exercise) skala kecil (Table Top) paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun

Melakukan Latihan (exercise) skala besar (Full Scale) paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun

TUJUAN
a. Mengidentifikasi kelemahan;
b. Mengidentifikasi kekurangan dan kebutuhan;
c. Memperkenalkan modifikasi yang diperlukan;
d. Memastikan keandalan dalam kompatibikitas operasional semua peralatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai