Anda di halaman 1dari 31

PROGRAM CONTINGENCY

KEAMANAN PENERBANGAN
~ IDENTIFIKASI PERILAKU ~
By : Margono, S.Pd., M.Pd.
POKOK BAHASAN

1. Maksud dan Tujuan Contingancy Penerbangan


2. Kondisi Keamanan Penerbangan
3. Tindakan Penanganan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan
REFERENSI
1. Annex 17 ICAO SECURITY (safeguarding international civil aviation
against acts of unlawful interference)
2. Document 8973 security manual
3. Annex 18 ICAO the safe transport of dangerous goods by air
4. Document 9284-AN/905 technicial instruction
5. Document 9137 ICAO- part 1 rescue and fire fighting
6. Document 9137 ICAO- part 7 airport emergency planning
7. UU No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan
8. PP No. 3 tahun 2001 tentang keamanan dan keselamatan penerbangan
9. PM 140 Tahun 2015 tentang Penanggulangan keadaan darurat keamanan
penerbangan nasional.
Program Contingency Penerbangan
Program contingency pengamanan ini berisi prosedur dan
rencana tindakan yang akan di implementasikan pada setiap
jenis dan tingkatan keadaan darurat :
1. Maksud
Sebagai pedoman atau panduan institusi atau unit
kerja, bagi para petugas di lapangan pada saat
berlakunya poperasi penanggulangan keadaan darurat.
2. Tujuan
Mempermudah pelaksanaan komando, komunikasi dan
koordinasi.
Organisasi Penerbangan Sipil lntemasional
(lntemasional Civil Aviation Organisasi ICAO)
1. Dibentuk berdasarkan konvensi penerbangan sipil intemasional yang
ditandatangani di chicago pada tanggal 4 desember 1944.
2. Dibentuk oleh 52 negara peserta konperensi chichago.
3. Indonesia menjadi anggota ICAO pada bulan juni 1950.
4. Sejak 20 juni 2002 jumlah anggota ICAO 188 anggota.
5. Pusat ICAO di montreal, canada.
Organisasi Penerbangan Sipil lntemasional
(lntemasional Civil Aviation Organisasi ICAO)
6. Kantor cabang di bangkok, pans, dakar, lima, cairo, nairobi,
mexico.
7. Hingga saat ini sudah ada 18 annex yang dikeluarkan ICAO.
8. Pengamanan penerbangan sipil tertuang dalam annex 17
dengan judul SECURITY - safeguarding international civil
aviation againts acts of unlawful interference dan pada
Doc. 8973 yang merupakan petunjuk teknis (security manual).
Tujuan Pengamanan Penerbangan Sipil
1. Menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan
efesiensi penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum.
2. Memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, pesawat
udara, penumpang, para petugas di darat, masyarakat, dan
instalasi di bandar udara dari tindakan melawan hukum.
3. Memberikan perlindungan kepada perusahaan angkutan udara dari
tindakan melawan hukum.
4. Memenuhi standar dan rekomendasi intemasional.
Perlindungan Bandar Udara, Pesawat Udara, fasilitas
Navigasi Penerbangan
1. Penetapan "Daerah Terbatas“
2. Perlindungan "Daerah Terbatas“
3. Persyaratan umum dan pengawasan jalan masuk ke "Daerah
Terbatas“
4. Pengawasan izin masuk orang
5. Pengawasan izin masuk kendaraan
6. Perlindungan pesawat udara
7. Fasilitas navigasi dan fasilitas penting lainnya.
Pengendalian Pengamanan Terhadap Orang dan Barang yang
Ditempatkan di Pesawat Udara

1. Pemeriksaan penumpang dan bagasi kabin (cabin baggage)


2. Penumpang transit dan transfer
3. Awak pesawat udara dan orang yang bekerja di bandar udara
4. Prosedur pemeriksaan khusus
5. Penanganan senjata (senjata api, senjata tajam)
6. Penumpang dalam status tahanan atau dalam pengawasan
Pengendalian Pengamanan Terhadap Orang dan Barang yang
Ditempatkan di Pesawat Udara

7. Penanganan penumpang yang melanggar ketentuan keimigrasian


8. Penanganan penumpang mengalami kegangguan kejiwaan
9. Bagasi tercatat (hold baggage)
10. Kargo, kiriman melalui jasa kurir dan kiri man ekspres atau pos
11. Jasa boga (catering) dan barang persediaan / perbekalan.
Program Contingency Keamanan Nasional
Pengertian contingency adalah suatu keadaan atau situasi yang
diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan
terjadi. Perencanaan kontijensi pada hakikatnya adalah suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan
kontijensi tersebut. Tujuan utama dari perencanaan kontinjensi
adalah untuk meminimalisir dampak dari ketidakpastian dengan
melakukan pengembangan skenario dan proyeksi kebutuhan saat keadaan
darurat terjadi.
Pembagian peran dan tanggungjawab

Pada setiap rencanaa kontinjensi yang ada selalu ditetapkan


lembaga-lembaga mana saja yang akan terlibat kemudian ditetapkan
peran dan tanggungjawab masing-masing lembaga tersebut pada
setiap tahapannya.
Pembentukan tim koordinasi
Untuk setiap prosedur penanganan keadaan gawat darurat dibentuk tim
koordinasi yang beranggotakan. berbagai lembaga yang memiliki
peran dan tanggungjawab dalam kegiatan tanggap darurat. Hampir di
seluruh dokumen rencana kintinjensi yang ada dijelaskan mengenai
keanggotaan dan struktur tim koordinasi (ketua, anggota, dan
seterusnya). Pembentukan tim koordinasi ini ditujukan agar tindakan
yang akan dilakukan ketika tanggap darurat bisa lebih terkoordinasi
dan terintegrasi serta untuk mempermudah pendistribusian dan
penerapan rencana kontinjensi.
Airport Contingency Plan
1. Kecelakaan Pesawat Udara
a. Di dalam kawasan bandara
b. Di luar kawasan bandara
Apa lokasi kejadian berada diluar kawasan bandara dengan jarak 5
NM (± 8 km)
2. Ancaman Bom
a. Pesawat udara (di darat atau diudara)
b. Gedung terminal dan objek vital.
Airport Contingency Plan
3. Pembajakan
Pembajakan pesawat atau disebut juga pembajakan udara dan
perampokan pesawat adalah pengambilan alih sebuah pesawat
terbang, oleh satu orang atau berkelompok, umumnya bersenjata.
4. Kebakaran
5. Bencana alam
6. Hazardous materials incident
7. Filure of electrical power (gangguan listrik)
a. Movement area
b. Unit ATS
c. Terminal penumpang
Airport Contingency Plan
8. Unjuk Rasa 10. Terhambatnya Akses Bandara
a. Di dalam kawasan bandara a. Penumpukan pesawat di apron
b. Akses masuk bandara b. Penumpukan pax di terminal
9. Pemogokan c. Kemacetan lalu lintas pada
a. Unit ATS akses bandara
b. Stasiun meteorologi dan
geofisika
c. Petugas operasional
d. Petugas administrasi
Kondisi Keamanan Penerbangan Pada Bandar Udara

Kondisi Normal
Kondisi keadaan di bandar udara dalam keadaan beroperasi secara
manual.
Kondisi Keamanan Penerbangan Pada Bandar Udara
1. Kondisi Normal (hijau / green level)
Kabandara / kacab bertindak sebagai komando dan penanggungjawab :
melaksanakan langkah tindakan sesuai dengan ASP
Operator Angkutan Udara :
a. Melaksanakan evaluasi efektifitas ACP bandara
b. Memastikan kesesuaian ASP dengan AOSP yang dimiliki
c. Melakukan uji coba yang cukup terhadap prosedur komunikasi
penanggulangan keadaan darurat / contingency plan
d. Memastikan hubungan yang berkesinambungan dengan unit kerja terkait
kontinjensi bandara dalam rangka mengkoordinasikan tindakan khusus
untuk langkah antisipasi peningkatan keadaan.
Kondisi Keamanan Penerbangan Pada Bandar Udara
2. Kondisi Rawan (kuning)
Kondisi keadaan di bandar udara dalam keadaan rawan (kuning) atau perlu
dilakukan peningkatan keamanan.
a. Terjadinya tindakan melawan hukum secara nasional dan
intemasional yang berpotensi mengganggu keamanan penerbangan.
b. Terjadinya huru-hara, demontrasi masal dan pemeogokan yang berpotensi
menggangu keamanan penerbangan.
c. Presiden dan/atau wakil presiden serta tamu negara yang
setingkat, menggunakan sarana dan prasarana transportasi penerbangan
di bandar udara.
Tindakan
Penyelenggara Bandara :
a. Meningkatkan patroli keamanan pada RPA, NPA, Apron, make up dan break down
area, alat bantu navigasi, fasilitas pemanduan lalu lintas penerbangan.
b. Memberikan informasi, arahan dan mengingatkan unit kerja terkait untuk
mengambil langkah sesuai fungsi, tugas dan tanggung jawab sebagaimana diatur
dalam ASP.
c. Meningkatkan pemeriksaan fisik secara acak (lebih dari 10% untuk manual
check) terhadap penumpang dan barang yang diangkut.
d. Meningkatkan pengawasan terhadap baggage.
e. Meningkatkan fisik toilet publik, daerah telepon umum, gang dan jalan masuk
atau ruang yang sempit.
Tindakan
Angkutan Udara :
a. Pastikan semua kargo udara yang akan di kirim telah dilakukan
pemeriksaan secara fisik, atau menggunakan peralatan.
b. Melakukan pengawalan dan pengawasan berkelanjutan atas bagasi tercatat
yang sudah diperiksa, mulai dari tempat penerimaan, pengangkutan
sampai dengan pemuatan.
c. Memastikan semua kendaraan atau peralatan yang dipergunakan disekitar
pesawat udara telah diperiksa sebelumnya, khususnya bila melayani
pesawat udara yang ditinggal lama tanpa penjagaan petugas.
Kondisi Keamanan Penerbangan Pada Bandar Udara
3. Kondisi Darurat
Kondisi keadaan di bandar udara dalam keadaan darurat :
a. Adanya informasi ancaman dari sumber yang dapat terpercaya yang
membahayakan keamanan penerbangan.
b. Adanya informasi ancaman yang berdasarkan penilaian ancaman,
kemungkinan terjadinya tinggi.
c. Terjadinya tindakan melawan hukum berupa pembajakan, penyanderaan,
sabotase dan penyerangan yang membahayakan keamanan penerbangan.
Tindakan
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara atau Kepala Bandara :
a. Menghubungi kapolres setempat.
b. Melaksankan semua prosedur yang ada pada posisi kuning.
c. Mengaktifkan EOC, menghubungi semua anggota ASC.
Tindakan
Penyelenggara Bandara :
a. Melaksanakan pemerikasaan secara fisik (100% manual check)
terhadap pax dan barang yang akan diangkut pesawat udara.
b. Membatasi lalu lintas yang masuk dalam terminal.
c. Menutup atau membatasi akses ke daerah penerbangan umum.
d. Memasang berikade di semua akses atau jalan dan pintu masuk kendaraan.
Tindakan
Operator Angkutan Udara :
a. Menerapkan kriteria profil penumpang (profiling checked).
b. Tidak memuat bagasi tercatat dalam pesawat udara, bila pemiliknya tidak ikut
dalam penerbagan tersebut.
c. Menolak semua kargo yang akan diangkut dengan pesawat udara, sejak
ditetapkan tingkat ancaman merah.
d. Meniadakan pelaksanaan city check-in.
e. Memastikan semua personil yang bertugas serta peralatan yang akan naik ke
pesawat udara telah dilakukan pemeriksaan di pintu masuk pesawat udara.
Tindakan Awal
1. Setiap orang yang mengetahui atau mendapat informasi adanya tindakan
melawan hukum harus segera melaporkan kepada otoritas bandara atau Ka.
bandara atau general manager bandara atau operator peawat udara sesuai
bentuk ancaman yang diterima.
2. Otoritas bandara / KaBandara / general manager bandara Yang menerima
informasi tidakan melawan hukum wajib mengambil tindakan siaga dalam
bentuk:
a. Menyebar luaskan informasi kepada pihak-pihak tertentu
b. Memberikan penilaian terhadap informasi yang diterima
c. Menyiapkan rencana tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan Awal
3. Otoritas bandara / Ka. Bandara / general manager bandara atau operator
pesawat udara yang menerima informasi tindakan gangguan melawan hukum wajib
mengumpulkan data selengkap-lengkapnya untuk dijadikan bahan penilaian atau
evaluasi terhadap informasi tersebut.
4. Hasil penilaian atau evaluasi informasi tindakan gangguan melawan hukum
dapat dijadikan pedoman untuk menentukan kondisi tingkat ancaman yang
terjadi (kuning atau merah).
Tindakan Awal
5. Otoritas bandara / Ka. Bandara / general manager bandara bersama-sama dengan
pelaksana kegiatan bandara lainnya melakukan penilaian informasi ancaman dan
menentukan langkah sebagaiberikut:
a. Menyebarluaskan hasil penilaian informasi ancaman kepada pihak terkait.
b. Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan tingkat informasi ancaman
sesuai ACP.
Pengendalian
1. Apabila terjadi keadaan darurat keamanan (contingency plans) pada
penerbangan sipil, komite keamanan bandara bertindak sebagai pusat operasi
darurat, setelah (contingency plans) telah dinyatakan sebagai kondisi rawan
(kuning) atau kondisi darurat (merah).
Pengendalian
2. Pusat pengendali operasi darurat (emergency operation centre / EOC)
berfungsi menetapkan langkah-langkah yan akan diambil dan tempat
melaporkan kegiatan-kegiatan yang akan diambil dan tempat melaporkan
kegiatan-kegiatan atau langkah-langkah yang telah dilakukan oleh para
petugas yang terlibat adanya insiden sesuai dengan aipport contingency plan.
3. Ketua komite pengamanan bandara harus memastikan bahwa operasi darurat
tersebut tetap dipelihara dan selalu diuji, serta semua peralatan komunikasi
dalam kondisi bekeria baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai