PEMBELAJARAN
Halaman
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Parameter Alat Ukur 1
1.2. Kesalahan Ukur 6
1.3. Klasifikasi Kelas Meter 9
1.4. Kalibrasi 10
1.5. Macam-macam Alat Ukur Penunjuk Listrik 12
1.6. Peraga Hasil Pengukuran 28
2. MULTIMETER
2.1. Multimeter Dasar 43
2.2. Voltmeter 57
2.3. Ohmmeter 65
2.4. Multimeter Elektronik Analog 69
2.5. Multimeter Elektronik Digital 111
3. LCR METER
3.1. Prinsip Dasar Pengukuran Komponen LCR 129
3.2. LCR meter model 740 143
3.3. Pembacaan Nilai Pengukuran 148
3.4. Pengukuran Resistansi DC Dengan Sumber Luar 159
3.5. Pengukuran resistansi DC 161
4. PENGUKURAN DAYA
4.1. Pengukuran Daya Rangkaian DC 163
4.2. Pengukuran Daya Rangkaian AC 165
4.3. Wattmeter 167
4.4. Error Wattmeter 183
4.5. Watt Jam meter 186
4.6. Meter Solid States 190
4.7. Wattmeter AMR 190
4.8. Kasus Implementasi Lapangan 191
4.9. Faktor Daya 194
4.10. Metode Menentukan Urutan Fasa 203
5. PENGUJI TAHANAN ISOLASI DAN KUAT MEDAN
5.1. Pengujian Tahanan Isolasi 215
5.2. Tahanan Pentanahan (Earth Ground Resistance) 221
5.3. Pengukuran Medan 240
6. PEMBANGKIT SINYAL
6.1. Fungsi Generator 253
6.2. Pembangkit Frekuensi Radio 264
6.3. Pembangkit Pulsa 289
6.4. Sweep Marker Generator 289
7. Osiloskop
7.1. Pengantar 295
7.2. Operasi Dasar CRO 303
7.3. Jenis-Jenis Osiloskop 309
7.4. Osiloskop Digital 321
7.5. Spesifikasi Osiloskop 326
7.6. Pengukuran Dengan Osikoskop 319
7.7.1. MSO Sumbu XYZ Aplikasi Pada Pengujian Otomotif 339
7.7.2. Mixed Signal Oscilloscope 331
7.7.3. Osiloskop Digital Pospor (Digital Phospor Osciloscope / 331
DPO)
7.7.4. Arsitektur Pemrosesan Paralel 332
7.7.5. Mudah Penggunaan 335
7.7.6. Probe 336
7.8. Pengoperasian Osiloskop 346
8. FREKUENSI METER
8.1. Frekuensi Meter Analog . 353
8.2. Frekuensi Meter Digital 357
8.3. Metode Pengukuran 363
8.4. Kesalahan pengukuran 374
9. PENGANALISA SPEKTRUM
9.1. Pengantar dan Sejarah Perkembangan Spektrum Analiser 379
9.2. Jenis-jenis Penganalisa Spektrum 382
9.3. Dasar Analisa Spektrum Waktu Riil 390
9.4. Aplikasi Dalam Penggunaan 424
10. PEMBANGKIT POLA
10.1. Latar Belakang Sejarah 441
10.2. Sinyal Pengetesan 442
10.3. Pola Standar 445
10.4. Pola Pengetesan Batang Untuk Pengecekan Lapisan 452
10.5. Pengembangan Pola 461
10.6. Pembangkit Pola 463
10.7. Spesifikasi 469
10.8. Aplikasi 469
11.MESIN TESTER
11.1. Pengantar 479
11.2. Elektronik Pengetesan Fungsi Otomotif Menggunakan 490
Sistem Komponen
11.3. Aplikasi 497
11.3. Rupa rupa Penguji Mesin 515
11.4. Penganalisa Gas 516
12. SISTEM POSISI GLOBAL (GPS)
12.1. Pengantar Teknologi GPS 531
12.2. Cara Bekerja GPS 541
12.3. Differential GPS (DGPS) 552
12.4. Petunjuk Pengoperasian GPS Maestro 4050 555
13. PERALATAN ELEKTRONIKA KEDOKTERAN
13.1.1 MRI (Magnetic Resonance Imaging) 567
13.1.2. Mesin MRI 577
13.1.3. MRI Masa depan 581
13.2.1. Pengertian CT SCAN 582
13.2.2. Mesin Sinar X 586
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
Tujuan Pokok Bahasan
Pembahasan bertujuan membekali 1. Parameter Alat Ukur
kemampuan : 2. Sistem Satuan
1. Mendefinisikan sistem satuan 3. Klasifikasi kelas meter
besaran listrik dan kalibrasi
2 Memilih dan menempatkan alat 4. Macam-macam peraga
ukur yang baik berdasarkan
parameter
3. Mampu menyebutkan macam-
macam peraga penunjukkan alat
ukur
Tabel 1-4 Satuan bukan SI yang dapat dipakai bersama dengan satuan
Kuantitas Nama Satuan Simbol Definisi
Waktu menit menit 1 menit = 60 s
jam jam 1 jam = 60 menit
hari hari 1 hari = 24 jam
0
Sudut datar derajat ο 1 = (Jπ/180 )rad
o
menit , 1, = ( 1/60 )
sekon : 1" = ( 1/60 )
3
Massa Ton T 1 t = 10 k9
6
Gambar 1-4 a Pembacaan yang salah Gambar 1-4 b Pembacaan yang benar
Pegas pegas
9
Datar
Miring (misal 0
dengan < 60
0
Sudut 60 )
+
Beba n
-
α = IA - Is ............................. (1 – 1)
Perbandingan kesalahan alat ukur dalam persen. Sedangkan
(α) terhadap harga arus perbedaan atau selisih antara
sebenarnya (Is), yaitu : α/ Is harga sebenanya atau standar
biasa disebut kesalahan relatif dengan harga pengukuran
atau rasio kesalahan. DInyatakan disebut harga koreksi dituliskan :
Is - IA = k ........................... (1 – 2)
Perbandingan harga koreksi disebut rasio koreksi atau koreksi
terhadap arus yang terukur (k / IA ) relatif dinyatakan dalam persen
.
Contoh Aplikasi :
Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang
besarnya 20 mA, ampermeter menunjukan arus sebesar
19,4 mA. Berapa kesalahan, koreksi, kesalahan relatif,
dan koreksi relatif.
Jawab :
Kesalahan = 19,4 – 20 = - 0,6 mA
Koreksi = 20 – 19,4 = 0,6 mA
Kesalahan relatif = -0,6/20 . 100 % = - 3 %
Koreksi relatif = 0,6/19,4 . 100 % = 3,09 %
+ + +
V Beban
V
- - -
12
α = V - Vs ............................. (1 – 3)
Perbandingan besar kesalahan dalam persen. Sedangkan
alat ukur (α) terhadap harga perbedaan harga sebenanya atau
tegangan sebenarnya (Vs), yaitu : standar dengan harga pengukuran
α/ Vs disebut kesalahan relatif disebut koreksi dapat dituliskan :
atau rasio kesalahan dinyatakan
Vs - V = k ........................... (1 – 4)
Demikian pula perbandingan koreksi relatif dinyatakan dalam
koreksi terhadap arus yang terukur persen.
(k / V ) disebut rasio koreksi atau
Jawab :
Kesalahan = 48 – 50 = - 2 V
Koreksi = 50 – 48 = 2 V
Kesalahan relatif = - 2/50 . 100 % = - 4 %
Koreksi relatif = 2/48 . 100 % = 4,16 %
S
-2 3 3
5 Elektro Gaya elektro AC AVMF 10 ~ 50 1~10 < 10 besar
dinamo magnetik yang Efektif
meter bekerja pada suatu DC
kumparan yang
dialiri arus dalam
D medan elektro
maknet
6 Induksi Gaya elektro AC AVW 10-1 ~ 102 1~103 < 103 x Besar
magnetik yang Efektif Wh 10 ~ 102
ditimbulkan oleh
medan bolak-balik
D dan arus yang
terimbas oleh medan
maknetmaknet
3
4
Dengan pengertian :
B = kerapatan fluks dalam Wb/m2
l = panjang kumparan dalam meter
Apabila kumparan dengan N lilitan, dikalikan dengan lengan atau jarak
maka gaya pada masing-masing tegak lurus. Jika lengan adalah b,
kumparan adalah : N . B. I . l maka :
Newton. Besarnya momen
penyimpang (Td) adalah gaya
TD4
TD3
K
O
P
E TD2
L
TD1
0 Ө1 Ө2 Ө3 Ө4 Ө5
H
a Redaman kurang
r
A
g Redaman kritis
a C
p
e
n
u
n
j
u B Redaman lebih
k
k
a
n
a
l
a
t Waktu
Pelat besi
Arah gaya
kumparan
Gambar 1 – 20. Dua. buah lembaran besi yang berbentuk seperti lidah
Pada Gambar 1-20 tampak besi rupa sehingga dapat bergerak
tetap terdiri dari lempengan besi sejajar terhadap besi tetap.
berbentuk lidah dililitkan dalam Dengan adanya gaya. tolak-
bentuk silinder, sedang besi yang menolak antara dua batang besi
bergerak terdiri dari lempengan yang sama-sama termagnetisasi
besi dan dipasang sedemikian tersebut akan timbul momen.
24
B = k . I1 .......................…………………………… ( 1 - 8 )
a b
Gambar 1 – 22. Rangkaian ammeter elektrodinamis
Rangkaian Gambar 1-22a Besarnya I1 = 12 = I, adalah
digunakan untuk mengukur arus 2 ~ V.V --- > 2 ~ V
2
Keterangan :
dE : Energi yang tersimpan
CV : Muatan instrumen
Jika T adalah besarnya Momen ini adalah : T x d2 joule.
pengontral terhadap simpangan 2, Jadi energi total tambahannya
maka besarnya tambahan energi adalah :
yang tersimpan pada pengontrol
2
T x d2 + 1/2 V . dC + CV . dV joule ……………… ( 1 – 15)
Dari sini terlitlat bahwa selama mensupply muatan sebesar dQ
teriadi perubahan, sumbernya pada potensial V.
Tipe p
Tipe n
hole elektron
Jalur konduksi
cahaya Tingkat Fermi
Jalur terlarang
Jalur valensi
Anoda katoda
R1
LED
Vcc
A B C D E F G
Resistor
pembatas
RB0 A’ B’ C’ D’ E’ F’ G’ A
F G B
RB1 Dekoder / Driver
E C
D
Vcc
a b c d
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 1-32. Macam-macam peragaan seven segmen
Pengaturan pilihan segmen aktif Karakteristik tersebut ditunjukkan
dilakukan dengan mengenali dalam tabel kebenaran tabel di
karakteristik hubungan keluaran bawah ini.
decoder dan seven segmen.
33
0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0
0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0
0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
1.6.3. LCD: Polarisasi cahaya membuka atau menutup setiap
LCD dalam bentuk sederhana kristal cair diatur melalui
tedapat pada peraga kalkulator. elektrode-elektrode.
Beberapa krital cair meneruskan
cahaya dan beberapa yang lain
menutup sehingga gelap. Status
Anoda
Kumparan pembelok
Kisi pemusat
Layar flouresen
pemanas Berkas
elektron
katoda Kumparan pemfokus
Keterangan :
1. Senapan elektron 2 Berkas elektron
37
Jenis Penurunan
fosfor Fouresensi Fosforisensi Luminansi Komentar
ke 0,1%
Untuk
P1 Kuning-hijau Kuning-hijau 50% 95 pemakaian
umum
Kecepatan
rendah dan
P3 Biru-hijau Kuning-hijau 55% 120 kecepatan
tinggi,
peragaan
P4 Putih Putih 50% 20 televisi
Pengamatan
fenomena
P5 Biru kuning -hijau 35% 1500 kecepatan
rendah
Pemakaian
P11 Ungu-biru Ungu-biru 15% 20 fotografi
Pemakaian
P31 Kuning-hijau Kuning-hijau 100% 32 umum fosfor
paling terang
39
Gratikul
Daftar Pustaka :
Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran. ((Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)
Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices
: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm
"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"
www.tpub.com
43
BAB 2 MULTIMETER
Pokok Bahasan
Mikroampermeter sederhana
dapat dikembangkan fungsinya
sebagai AVO meter disebut Basic
mater mempunyai tahanan dalam
(Rm) tertentu yang dijadikan
sebagai dasar pengembangan
fungsi. Gambar di bawah ini
merupakan mikroampermeter
dengan arus skala penuh (Ifs )
sebesar 100 µA. dapat dijadikan
sebagai Basic Meter.
Gambar 2-1. Basic meter unit
45
ItIt
Is
It IRsh f
A
Sehingga :
Rsh = Ifs/ Ish . Rm ………………..…………….(2 – 2)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2 – 1) ke persamaan (2– 2), maka
diperoleh persamaan :
Ifs ……………………………… (2- 3)
R = . R m ….
sh I -I
t fs
Jika :
Rm : hambatan ampermeter sebelum dipasang Rsh
Rm’ : hambatan ampermeter setelah dipasang Rsh
46
R .R
R ' m sh . R
m = R m
/ / R
sh
=
R + R m
……………. (2 - 4)
m sh
Besarnya Rm ' dapat diperoleh dengan pendekatan sebagai berikut :
Rm' = Vin/Iin
dengan pengertian bahwa :
Vin = tegangan input, yaitu tegangan pada ujung-ujung ampermeter
shunt.
Iin = arus input, yaitu arus total yang melalui input (yang masuk ke
dalam rangkaian)
Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut
I
R ' = fs . R ….................…………………………...... (2 - 5)
m It m
Contoh Aplikasi
1. Suatu ampermeter dengan hambatan 50 ohm dan arus simpangan
penuhnya 1 mA. Agar dapat untuk mengukur arus sebesar 5 mA,
berapakah besarnya hambatan shunt dan berapakah besarnya
hambatan ampermeter shunt (Rm’) ?
Jawab :
I = 1 mA; It = 5 mA
It Ifs fs
I fs
ItI a). I = . R
IRsh sh
I - I m
t fs
A 1
= . 50 = 12.5 ohm
5 -1
a). R ' = I /I . R
m fs t m
= 1/ 5 . 50 = 10 ohm
R '
atau m = R / /R
sh m
12,5 . 50 = 10 ohm
=
12,5 + 50
Rm’ = Ifs/It . Rm
Jawab :
It
Selekt
or Ifs = 50 µA
Catatan :
Sebagai catatan, bahwa rangkaian ampermeter shunt seperti pada
Gambar 2-4 di atas mempunyai kekurangan, yaitu pada saat
pergantian posisi saklar dari ring yang satu ke ring yang lain, terjadi
keadaan terbuka sebentar. Hal membahayakan/ mengganggu
gerakkan jarum meter.
5mA
Selektor 50mA RA
+ A
Ifs=50µA
500mA RB
Rm = 2KΩ
RC
-
Gambar 2-5. Ayrton shunt
49
2.1.3. Ampermeter AC
Mikroampermeter DC ini dapat
dikembangkan menjadi ampermeter AC
dengan menambahkkan komponen Sinyal Ac yang diukur
penyearah masukan yang fungsinya sebelum masuk meter
menyearahkan tegangan masukan AC disearahkan dahulu
menjadi DC. Meskipun tegangan masukan sehingga arus yang
berupa tegangan AC tetapi tegangan masuk meter tetap
maupun arus yang masuk meter berupa berupa arus DC.
arus DC, sehingga proses pengukuran
sama sebagaimana dijelaskan diatas.
Sehingga ampermeter AC terbentuk atas
ampermeter ideal, Rm, Rsh dan rangkaian
penyearah, sebagaimana digambarkan
pada gambar 2-6 di bawah ini.
Rm
Tegangan masukan AC
+
1 µF Rsh
+ A
Contoh Aplikasi :
Suatu ampermeter mempunyai kesalahan kalibrasi 3% dari arus
simpangan penuh (full scale current). Jadi bila meter tersebut
mempunyai arus simpangan penuh 1 mA, kesalahan kalibrasinya
kurang lebih 0,03 mA. Sehingga untuk arus I mA pada ampermeter
akan terbaca antara 0,97 mA dan 1,03 mA. Di lain fihak, jika arus
yang mengalir pada ampermeter hanya 0,25 mA; meter akan
menunjuk antara 0,22 mA dan 0,28 mA. Dengan demikian semakin
besar, yaitu :
0,03/0,25 x 100% = 12%
Jika dibandingkan dengan 3% pada arus 1 mA.
Oleh karena itu, untuk praktek pengukuran sebaiknya dengan
simpangan arus sebesar mungkin, karena kesalahan kalibrasi
ditentukan dari arus simpangan penuhnya.
A A
Rangkaian DC Rangkaian A
dengan DC dengan
sumber dan Idm
sumber dan
hambatan hambatan
B
Itm B
V
Vo Vo Ro
Itm Idm A
Ro
(a) (b)
Itm = Vo/Ro
Idm = Vo / ( Ro + Rm )
1KΩ 500 Ω
2V
1KΩ Itm A
Permasalahan :
Dari rangkaian pada Gambar 2 - 12, akan diukur besar arus
yang mengalir melalui hambatan 500 ohm.
(1) Berapa arus yang mengalir pada hambatan tersebut yang
sesungguhnya (arus tanpa meter) ?.
(2) Berapa pula arus yang terbaca pada meter, bila meter
tersebut mempunyai hambatan sebesar 100 ohm ?. Berapa
pula prosentase ketelitian dan prosentase efek
pembebanannya ?.
Solusi :
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus dihitung
besarnya tegangan thevenin. (saat ujung-ujung A - B terbuka ) dan
besarnya hambatan thevenin (sumber tegangan dihubung singkat).
Vo 1V
Idm = = = 0.909 mA
Ro +Rm 1000+100)Ω
Vo 1000
Ketelitian : X 100 % = ----- X 100 % = 90,9 %
Ro +Rm 1100
Contoh Aplikasi 2
Suatau ampermeter dengan hambatan 1000 ohm, digunakan untuk
mengukur arus yang melalui A - B pada rangkaian di bawah.
Permasalahan :
Berapakah :
a) Arus tanpa meter (Itm)
b) Prosentase ketelitian
c) Prosentase efek pembebanan, bila ampermeter menuniuk 40 µA
dan kesalahan kalibrasi diabaikan,
Penyelesaian :
Ro = ( 4/4 + 2 ) / / 4 + 2 Ro
= 4 K ohm A
I /I R / (R +R )
dm tm o o m
= Vo
I = Ro +Rm I A
a). tm . dm Rm=1KΩ
R
o
4 +1 B
= . 40 µ A
4
= 50 µ A
R
b). Ketelitian = . 100%
R +R
o m
4 100% = 80%
= .
4+ 1
2.2. Voltmeter
2.2.1. Mengubah Batas Ukur
ujung-ujung masukan adalah V,
Suatu voltmeter DC yang
arus yang mengalir melalui
sederhana dapat dibuat dengan
ampermeter I, hambatan yang
memasang hambatan secara seri
diseri adalah Rs maka
dengan ampermeter (Gambar 2
hubungannya dapat dituliskan :
-16). Bila tegangan pada
V = ( R S + R m ) I …………………………….. ( 2 - 7)
Rs I
ARm
Vfs = ( Rs + Rm ) Ifs
dengan arti : Vfs adalah tegangan persamaan tersebut dapat
yang menghasilkan arus diperoleh harga Rs sebagai berikut
simpangan penuh. Dari
Contoh Implementasi 1 :
Permasalahan :
Berapakah besar hambatan seri yang diperlukan untuk mengukur
dengan tegangan skala penuh (Vfs ) atau batas ukur
= 15 Volt, 50 Volt dan 150 Volt ?
Penyelesaian :
Rs = Vfs / Ifs - Rm
= 50/1 mA - 50
= 50 K ohm
Untuk Vfs = 15 volt
15 - 2000 = 300 Kohm
Rs =
50 . 10-6
150
R = -6 - 2000 = 3 M ohm
s 50 . 10
Rin = Rs + Rm
Selain itu, hambatn masukan juga dapat dihitung dari :
Rin = V/I
Sedangkan harga Rin adalah tetap untuk suatu kondisi arus tegangan,
sehingga secara pasti dapat dituliskan dengan :
Rin = Vfs/Ifs ......................................................... ( 2 - 10 )
Hambatan masukan adalah diganti menjadi 10 Volt maka
tegangan skala penuh dibagi arus hambatan masukannya menjadi
skala penuh. Dengan demikian, 10 kilo ohm. Arus skala pertuh
bila suatu voltmeter mempunyai biasanya tidak tercantum pada
gerakan arus I mA pada skala meter. Biasanya yang tercantum
tegangan 100 Volt, maka adalah data sensitivitasnya, yang
hambatan masukannya 100 kilo didefinisikan sebagai berikut
ohm. Bila jangkauan (batas ukur)
S = 1/Ifs ........ ( 2 - 11 )
Dengan arti bahwa S adalah arus skala penuh. Satuan
sensitivitas dari Voltmeter dan Ifs sensitivitas adalah 1 dibagi
adalah arus skala penuh dari dengan ampere, atau ohm per
voltmeter. Dikatakan bahwa volt.
sensitivitas adalah kebalikan dari
1 1 1 Ohm
S = I = = =
Ampere Volt/Ohm Volt
fs
Dengan demikian, untuk suatu voltmeter dengan arus 1mA,
sensitivitasnya adalah
Contoh Aplikasi 1
Suatu voltmeter menggunakan arus skala penuh 1 mA.
Hitunglah hambatan masukrun (Rin) pada batas ukur: 5 V ; 50 V dan
500 V.
Penyelesaian :
S = 1/Ifs = 1/1 mA = 1000 Ohm per Volt
Untuk BU 5 Volt ------- > Vfs 5 Volt
Rin = S . Vfs = 1000.5 = 5 K ohm
Untuk BU 50 Volt ------- > Vfs 50 Volt
Rin = S . Vfs = 1000.50 = 50 K ohm
Untuk BU 500 Volt ------ > Vfs 500 Volt
Rin = S.Vfs = 1000 . 500 = 500 K ohm
Contoh Apikasi 2
Suatu voltmeter dengan arus skala penuh 50µA, mempunyai batas
ukur 5 V ; 50 V; 500 Volt.
Hitunglah hambatan masukan pada setiap ba-tas ukur.
Penyelesaian :
S = 1/Ifs = 1 / (50µA) = 20 KΩ per Volt
Keterangan :
Rm = Tahanan dalam voltmeter
Rin = Tahanan masukan rangkaian dalam hal ini = Rm
Vtm = Tegangan beban tanpa meter
Vdm = Tegangan dengan meter
Persamaan 2 -14 menuniukkan Seperti halnya pada ampermeter
ketelitian voltmeter, sepanjang dapat dituliskan juga prosentase
efek pembebanan diperhatikan. kesalahan
pembebanannya.
2.3. Ohmmeter
2.3.1. Rangkaian Dasar Ohmeter Seri
Suatu ohmmeter sederhana dapat Vo merupakan tegangan
dibuat dengan menggunakan ohmmeter pada ujung-ujung AB
baterai, ammeter dan hambatan ; saat terbuka. Rangkaian ini jenis
seperti ditunjukkan pada Gambar ohmmeter seri Rx dipasang
2-23. RO merupakan hambatan secara seri dengan meter, identik
thevenin dari ohmmeter, yang dengan pengukuran arus.
mencakup hambatan ammeter Rm.
Ro
A
A
Vo
B
Rx Gambar 2-23
Dasar ohmeter seri
B
D (Ro + Rx) = Ro
DRx = Ro - D Ro
R =1 - D R .......... ......................................................( 2 - 18 )
x D o
Berdasarkan persamaan 2 -17, memuat beberapa contoh harga
yaitu D = Ro/(Ro + Rx), maka
Rx terhadap Ro dan harga D.
dapat dibuat suatu tabel yang
V 6 = 120 K Ohm
R = o =
-6
o I 50 .10
fs
Rx
Vin
Pre- Penguat Tegangan
Attenuator Amplifier Beda Referensi
Tegangan
masukan
Vin
1A Ω
DC Balance
- Circuit
Item Spesifikasi
Proteksi rangkaian Rangkaian dilindungi dengan sekering
bila tegangan AC di atas 230V
Baterai dalam UM-3 1,5V x 2
Sekering dalam 0,5A/250V 5,2mm Ø x 20mm
Kal temp standar/ dan o
23 ± 2 C 45-75% rRH
cakupan kelembaban
Temperatur kerja dan 0-40 o C 80% retmark tanpa kondensasi
range
Kelembaban
Tahanan tegangan 3KV AC antara terminal input dan case
Dimensi dan berat 159,5 x 129 x 41,5 mm / mendekati 320
gr
Assesoris Salinan pedoman instruksi (instruction
manual)
dB -10dB 22dB
Untuk 10VAC 62 dB
L 0-150mA pd cakupan x 1
0-15mA pd cakupan x 10
0-150uA pd cakupan 1KΩ
0-15uA pd cakupan x 100
2.4.6.2. Langkah Keselamatan Alat
3. Jangan pernah menyentuh kaki
Hal-hal yang harus diperhatikan tester selama pengukuran
sebagai tindak pencegahan 4. Jangan pernah operasikan
terjadinya kecelakaan yang dapat tester dalam keadaan tangan
merusakkan meter dan kesalahan basah, menempatkan meter
hasil pengukuran. pada tempat kelembaban tinggi
1. Jangan menggunakan tester atau sangat lembab.
untuk pengukuran rangkaian 5. Yakinkan bahwa lapisan dan
listrik yang mempunyai kawat colok meter (lead tester )
kapasitas besar. Isikan sekering tidak berbahaya karena
dalam tester 250V untuk konduktornya terbuka jika colok
mencegah terjadinya masalah- meter berbahaya atau terbuka
masalah pengukuran yang meter jangan digunakan.
membahayakan keselamatan 6. Terdapat bahaya (electrical
karena kesalahan pengaturan shock) kejutan listrik terutama
range. bila digunakan untuk
2. Yakinkan sekarang yang pengukuran tegangan di atas
digunakan mempunyai 60 V DC atau 25 Vrms AC.
spesifikasi (0,5A/250V ukuran 7. Jangan melakukan pengukuran
5.2 x 20 mm) Jangan pernah dengan case dibelakang atau
mengganti ataupun menindihkan tutup meter
menghubung singkat.
76
Colok
meter
negatip Colok meter
positip
Posisi
VDC
Posisi
VAC
Colok Colok
meter meter
negatip positip
Meter yang
dikalibrasi
Tegang
an
dapat
di
atur
Meter standar
dengan kelas
kesalahan +
0,5%
Meter Kelas
Kes
(V) Meter dikalibrasi (V) Selisih
No standar V Mutlak
(V)
V1 V2 V3
rerata
1 10 9.8 9.9 9.7 9.8 -0.2 0.2
2.50%
2 8 7.8 7.9 8.0 7.9 -0.1 0.1
3 6 5.95 5.90 6.0 5.95 -0.05 0.05
4 4 4.0 3.9 3.8 3.9 -0.1 0.1
5 2 2.0 1.8 1.9 1.9 -0.1 0.1
6 0 0 0.2 0.4 0.2 0.2 0.2
Jumlah -0.35 0.75
Rerata 0.25
Keterangan :
V1 = hasil pengukuran ke-1 V3 = hasil pengukuran ke-2
V2 = hasil pengukuran ke-2 V rerata = (V1+V2+V3)/3
Posisi
selektor
Pindahkan batas
ukur 250 mA
Yang dikalibrasi
Pilih batas
ukur 0.25 A
Meter
standar
Keterangan :
A1 = hasil pengukuran ke -1 A3= hasil pengukuan ke -3
A2 = hasil pengukuran ke 2 rerata + (A1 + A2 + A3 )/3
Posisi
Arus DC
emitor
basis
3. Arus bocor dibaca pada skala ICEO yang diindikasikan skala (dalam
satuan µA, mA)
Skala
pembacaan
arus ICEO
Gambar 2-70.
Rangkaian
pengetesan LED
dengan ohmmeter
Posisi
selektor
Anoda
Katoda
Posisi
jarum
Katoda
Anoda
Pososi
Ohmmeter
Diatur
supaya
jarum nol
Gambar 2-81. Pengetesan transistor NPN emitor negatip meter nunjuk nol
5. Colok meter merah dipindahkan jika jarum meter bergerak
dari emitor ke kolektor, menuju nol.
transistor dalam kondisi baik
Gambar 2-82. Pengetesan transistor NPN kolektor negatip meter nunjuk nol
6. Colok meter hitam dipindahkan Transistor dalam kondisi baik
dari basis diganti dengan colok jika jarum penunjuk tidak
meter merah, colok meter hitam bergerak.
dihubungkan dengan emitor.
106
G
K A
Gambar 2 – 87. Elektroda SCR FIR 3D
2.4.14. Perawatan
2.4.14.1. Mengganti Sekering
Jika beban lebih di atas tegangan 1. Lepaskan sekrup pengunci di
penyalaan (kira-kira 100 V) belakang case dan pindahkan
diberikan pada DC A dan range, 2. Posisi sekering di papan
sekering tidak berfungsi sebagai rangkain tercetak bagian dalam
pelindung rangkaian. meter.
Sekering
2.4.15. Perbaikan
Jika meter gagal digunakan lakukan pengecekan berikut sebelum dikirim
untuk di perbaiki
1. Apakah sekering tidak
putus? . Untuk meyakinkan
sekering tidak putus,
sekering dikeluarkan dari
tempatnya di papan
rangkaian dan dilakukan
pengetesan dengan
ohmmeter. Sekering tidak
putus jika jarum menyimpang Gambar 2-90. Pengetesan sekering
menuju nol.
110
Counter 4 bit
Keluaran digital
clock
8 4 2 1
A3
A2
Reset
A1
Keluaran komparator
=1 bila Va≥ Vb Ao
- Vb
Pengubah Digital
+
ke Analog (DAC)
Sampel
Masukan & hold
analog Va
Gambar 2-93 Pengubah analog ke digital
6
Keluaran
5 pencacah 0101
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Display
Memory
control
logic Pencacah
Input Master
Attenuattor wave clock
shaper
Contoh kasus 1
a. Berapa resolusi dari display 3½ digit ?
b. Cari resolusi alat ukur 3½ digit pada cakupan 1
V (berapa pabrik dapat menentukan cakupan
seperti 2V dari 3½ digit dapat mencacah
sampai 1999 mV.
c. Cari resolusi alat ukur untuk cakupan 10V ?
Penyelesaian : 1 1
n = 3 =
Angka digit penuh pada 3½ digit = 3 jadi % resolusi = 10 10
0,001 (0,1%).
Jadi meter (alat ukur) tidak dapat membedakan antara nilai yang
dibedakan dari yang lain bila kurang dari 0,001 skala penuh.
a. Pembacaan skala penuh 1.000 resulusi pada cakupan 1V = 1x0,001
= 0,001 V
jadi dalam cakupan 1V, ini tidak akan dapat membedakan antara
pembacaan yang berbeda kurang dari 0,001 V.
b. Pembacaan skala penuh 10V ini akan terjadi kesalahan baca kurang
dari 0,01 V (tidak dapat membedakan perbedaan kurang dari 0,01V).
Contoh kasus 2
Sebuah voltmeter 4½ digit digunakan untuk mengukur tegangan.
a. Berapa resulusinya ?
b. Berapa penunjukan untuk mengukur 12’98 pada cakupan 10V ?
c. Berapa pula jika 0,6973 didisplaykan pada cakupan 1V ?
d. Berapa akan didisplay 0,6973 pada cakupan 10V ?
Penyelesaian :
a. Pada digit penuh, 4½ digit terbaca 4 angka
1
Jadi resulusi = 10 4 = 0,0001 atau 0,01 %
b. Bila ada 5 digit ditempatkan dalam 4½ digit didisplay, maka 12,98 V
akan didisplay sebagaimana 12,980 pada skala 10 V
c. Resulusikan lagi pada cakupan 1 V = 1 x 0,0001= 0.0001 V.
Maka cakupan 1V akan terbaca pada desimal ke 4, disini 0,6973 V
akan didisplay pada 0,6973 dalam cakupan 1 V.
d. Resulusikan lagi pada cakupan 10 V =10 x 0,0001=0.1 mV.
Maka pada cakupan 10V akan terbaca hanya desimal ke 3.
Digit 3 dalam desimal yang ke 4 akan hilang. Digunakan cakupan
pendekatan, yaitu 1 V,digit 3 dapat diterima dalam pembacan.
116
Contoh kasus 3
Spesifikasi ketepatan 3½ digit DVM adalah ± 5% pada pembacaan ± 1
digit.
a. Kemungkinan apa yang terjadi pada kesalahan Volt, apabila pada
instrumen terbaca 5,00 V pada cakupan 10 V?
b. Apa yang mungkin terjadi kesalahan pada Volt, apabila terbaca
0.10 V pada cakupan 10 ?
c. Berapa persenkah pembacaan kesalahan ini yang diperbolehkan ?
Penyelesaian :
a. 0,5% terbaca = 0,005 x 5,00 = 0,025
didisplay untuk pembacaan 5,00 V Pada skala 10 V pada treter 3½
digit adalah 05,00 dengan kedudukan 4 digit. Digit pada LSD bernilai
0.01.Jadi kemungkinan kesalahan total adalah 0,025+0,01 = 0,035 V.
b. Jika pembacaan 0,10 V pada cakupan 10 V kita peroleh ± 5%,
pembacaannya = 0,005 x 0,10 = ± 0,0005 V ± 1 digit = 0,01 V
• Kemungkinan kesalahan seluruhnya = ± 0,0105
00105 10,5 %
c. Persen kesalahan adalah = =
0,100
Ini adalah suatu kesalahan besar dan mendemostrasikan bahaya
yang terpadu dalam pembacaan skala yang rendah.
Pembacaan
Decoder
saklar
1 Pembangkit Penghitung
Ein V- R1 clock
E
B A
2 Intgtr tore
D
S
A1 Control Pembagi
3 Ref pos Com p
A2 logic :2
V+
C1
a. Sistem Pengukuran tegangan
118
20 ms
A
pewaktuan 0 t1
T1
t2
T2
B
Keluaran Vy
Integrator
D
Keluaran
Komparator
Store
E
b. Bentuk bentuk tegangan
Gambar 2-96. Sistem pengukuran tegangan (Hai Hung Chiang : 1976)
I tetap
Voltmeter
R tak
diketahui
A D Decoder /
BCD
Vin Sinus Gerban
g Pencacah
kotak AND
E F Reset
B Store
Clock Pembagi
generator frekuen Pembangkit
pulsa
C
Masukan
F
Gambar 2-98. Sistem dan bentuk gelombang pengukuran frekuensi
121
A B save reset
D E
Sinus Pembagi
Masukan Pembangkit
frekuensi
pulsa
kotak
122
Masukan
store reset
run
Timer control Pembangkit
stop pulsa
Prime
Decoder /
BCD
Pencacah
Pembangkit
Clock
A C
B
Tegangan d/dt Pembagi
acuan frekuensi
komparator
Pewaktuan
20 ms
Pewaktuan
Tegangan
acuan
A
Keluaran B
komparator
store C
1. Pengukuran Tegangan DC
2. Pengukuran Tegangan AC
4. Fungsi Lain-lain
Selain sebagai AVO meter tiap multimeter mempunyai variasi
pengukuran yangberbeda-beda. Secara umum penggunaan
multimeter digital dengan langkah sebagai berikut :
• Sisipkan probe ke dalam hubungan yang benar sesuai
fungsinya. Langkah ini diperlukan karena kemungkinan ada
sejumlah hubungan berbeda yang dapat digunakan.
• Atur saklar pada jenis pengukuran dan cakupan pengukuran
yang benar. Pada saat memilih cakupan yakinkan bahwa telah
diantisipasi pada cakupan maksimum. Cakupan pada multimeter
digital dapat direduksi bilamana diperlukan. Oleh karena itu
dengan pemilihan cakupan yang terlalu tinggi dapat mencegah
pembebanan meter.
Meliputi :
Sensor tes, pengetesan ground, baterai,
alternator,
tes sistem pengisian, Pengukuran RPM
Multimeter Otomotif
LCR METER
BAB 3
Tujuan Pokok Bahasan :
1. Memahami prinsip dasar
pengukuran RCL metode jembatan 1. Prinsip dasar pengkuran LCR
keseimbangan. 2. Meter jembatan seimbang
2. Memahami tindak keselamatan Cara Penggunaan dan Perawatan
pemanfaatan LCR meter LCR meter
3. Melakukan pembacaan hasil
pengukuran komponen R,C,L
dengan meter LCR meter
I1 I2
R1 R2
E
C G D
R3 R4
I3
I4
I1 R1 = I 2 R 2............................................................... ( 3 – 1 )
E
I 1= I 3= --------------------------------------- ( 3–2)
R 1+ R 3
E
I 2= I 4= --------------------------------------- ( 3–3)
R 2+ R 4
I1 E /(R1+R3)
=
I2 E / (R2+R4)
I1 R2 + R4
=
I2 R1 + R3
I1 ( R 1 + R 3 ) = I 2 ( R 2 + R 4 )
R2 R3
Rx = -------- .......(3 – 5)
R1
R2 R1 Keterangan :
R1 : tahanan lengan 1
R2 : tahanan lengan 2
R3 : tahanan lengan 3
G Rx : Tahanan yang diukur
Ry : tahanan variable dari
seutuas kawat yang
terminalkan pada titik m,
p dan n
R3 m p n RX
Ry
E
Gambar 3 – 2 Jembatan Kelvin
jembatan R3 dan hasil
Gambar 3-2 Ry menyatakan
pengukuran Rx akan lebih kecil
tahanan kawat penghubung dari
R3 ke Rx. Jika galvanometer dari yang sebenarnya. Apabila
dihubungkan ke titik m, tahanan galvanometer dihubungkan ke
Ry dari kawat penghubung titik p (diantara titik m dan n)
dijumlahkan ke tahanan Rx yang sehingga perbandingan tahanan
dari n ke p dan dari m ke p sama
tidak diketahui dan menghasilkan
dengan perbandingan
Rx yang lebih besar. Jika
tahanan-tahanan R1 dan R2 atau
dihubungkan ke titik n, Ry
jika ditulis :
dijumlahkan dengan lengan
Rnp R1
---------- = ------- …………………… (3 – 6)
Rmp R2
R + R = R
np mp y
R
R = 1 R Keterangan :
np R 2 mp
Rnp ; Tahanan antara titik m dan p
R1 Rmp : tahanan antara titik m dan p
= (R − R Ry : Rmp + Rnp
R2 y np
R )R
= 1 R − 1 R
R2 y R 2 np
R R
R 1 R = 1 R
np + R 2 np R2 y
( 1 + R1 R R
R ) = 1 4
np R2 R2
= R1 R y 1
R .
np R2 1 + R1/ R 2
R1 R y
R np =
R 2 + R1
sedangkan Rmp bila dihitung dengan cara yang sama akan didapatkan :
R R
R = R 1+Ry
mp 1 2
Jika harga Rnp dan Rmp dimasukkan dalam persamaan (3 – 7), maka
didapatkan :
R1 Ry R1 R2 Ry
R = ( R3+ )...........................(3-8)
x + R2 R1+R2
R1+R2
R1 R 3 R1 R 2 R y R1 R y
R = + -
x R2 R1 + R 2 R1 + R 2
R1 R 3
...................................................................( 3 - 9)
R = R2
x
R2 R1
G o
l
p
R3
R
b a
m
n
Ry
R2
R1
Keterangan :
Ls : Induktansi
~
Detekt standar
Lx : Induktansi yang
E diukur
LS Lx
Rs RX
Z1 = R1 Z3 = RS + jωLS
Z2 = R2 Z4 = Rx + jωLx
Dalam setimbang, maka :
Z1 . Z4 = Z2 . Z3
R1 ( Rx + jω Lx ) = R2 ( RS + jω Ls )
R1Rx + R1jω Lx = R2Rs + R2 jω Ls …………… (3 – 12)
136
Dua bilangan kompleks adalah adalah sama. Dengan
sama, apabila bagian-bagian nyata menyamakan bagian-bagian nyata
dan bagian-bagian khayalnya dari persamaan (3 – 12), maka :
R1 Rx = R2 RS
R2
Rx = R S ……. …………………… (3 – 13)
R1
Sedangkan bagian–bagian khayalnya :
R1 jω Lx = R2 jω Ls
R2
Lx = L …….………….……………(3 – 14)
R1 S
3.1.2.2. Jembatan Maxwell
kapasitansi yang diketahui.
Jembatan Maxwell digunakan
Gambar 3 – 5 menggambarkan
untuk mengukur induktansi yang
rangkaian jembatan Maxwell.
belum diketahui dengan
membandingkan terhadap
R1
R2
C1
~ E
Detektor
LX
Keterangan :
Lx induktansi yang
Rs diukur
RX
Rx adalah tahanan
kumparan Lx
Z2 = R 2 Z4 = RX + jwl x
Dalam keadaan seimbang, maka
Z1Z4 = Z2Z3
Z2Z3
Z4 =
Z1
R2R3
RX = …………………………… (3 - 16)
R1
J w Lx = R2 R3 jwC1
R1
R2
C1
E
~
Detektor
Lx
Rs
Rx
Gambar 3 – 6 Jembatan Hay
R = ωL R - - - - - - - - - - - - - -- > R
x x 1 x
L =
ωC x 2
1 ω C1R
L 1
x
R R + C1 = R R
1 x 2 3
R R
R = 2 3
x
(R + 1 / 2 C 2 R )
ω 1
1 1
R R
R = 2 3
x
R ( ω= C 2 R ) +
2
1
1
1 1
ω 2C R
1
1
R R R
2
1 2 3ω C1 2
R = ........................................(3 - 21 )
x 2
ω C1 2R12 + 1
R
L = x
x
ω 2 C1R )
1
Catatan : ω = 2 π f
Bila harga Rx dimasukkan maka didapatkan :
R ω 2C 2
R R 1
3 1 2
L = . 2 2 2
x ω C R +1 ω 2C R
1
1
1 1
R R C
L = 2 3 1
........................................(3 - 22)
x 2
ω C1 2R12 + 1
140
R1
R2
C1
E
~
Detektor
Rx
Rs
Cx
Z1 = R1 Z3 = RS – j /ωCs
Z2 = R2 Z4= RX – j /ωCx
Dalam keadaan setimbang, maka :
Z1Z4 = Z2Z3
j j
R1 ( RX - )= R2 ( Rs - )
ωCx ωCs
j j
R1 RX – R1 = R2 Rs – R2 ….. (3 - 23)
ωCx ωCs
141
Sama dengan jembatan sama. Dengan menyamakan
pembanding induktansi, dua bagian-bagian nyata dari
bilang kompleks adalah sama persamaan seperti di atas,
bila bagian-bagian nyata dan maka didapatkan
bagian-bagian khayalnya adalah
R1 Rx = R2 Rs
Rx = (R2/R1) Rs ……………………………………… (3 -24)
Bagian-bagian khayalnya
(jR1/ωCx) = (JR2/ωCs) sehingga diperoleh hubungan :
Cx = (R1/R2) Cs …..(3 - 25)
C1 R2
R1
E
~ Detektor
C3
Cx
Rx
1 −j
Z = 1 1 Z = 3
1 ( 1/R + jω C ) 3 ωC
Z = R Z =R - j/ωC
2 2 4 x x
Dalam keadaan setimbang :
Z Z
Z Z = 2 3
1 4
Z Z
Z = 2 3
4 Z
1
1
j = R −j + jωC1 )
R - 2( )( R
x ωC ωC 1
x 3
j − jR
= 2 ( 1 + jωC )
R - ωC x ωC R 1
x 3 1
j − jR R ωC
R - ωC = 2 + 2 1
x x ωC R ωC
3 1 3
j R C jR 2 ............................(3 - 26)
R - = C2 1 - ωC R
x ωC
x 3 3 1
R C
R 2 1 ..............................................................(3 - 27)
=
x C
3
−j − jR
= 2
ωC ω C R
x 3 1
C R
C = 3 1 .............................................................(3 - 28)
x R
2
143
Pengukuran Resistansi
Range 0,001 Ω sampai 11 MΩterbagi dalam 8 range
dengan kesalahan + 10% untuk setiap range
Resoluai minimum 1 mΩ – 100 kΩ
Akurasi 1Ω sampai 100 kΩ ± (0,5% +0,1 % f.s.)
o o
Pada (20 sampai ± 5 C) 1 MΩ ± (0,1% +0,1 % f.s.)
0,1 Ω ± (2 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 3mΩ
Pengukuran Kapasitansi
Range 1 pF sampai 11000µF dalam delapan range
sampai dengan kesalahan + 10% untuk
setiap range
Resoluai minimum 1 pF
Akurasi Range 1000pF – 100 µF ± (0,5% +0,1 % f.s.)
o o
Pada (20 sampai ± 5 C) 100 pF ± (1% +0,1 % f.s.)
1000 µF ± (3 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 3pF
Pengukuran Induktasi
Range 0,1 µF sampai 1100 H dalam delapan range
sampai dengan kesalahan + 10% untuk
setiap range
Resoluai minimum 0,1 µH
Akurasi Range 100 µH sampai 10H ± (0,5% +0,1 %
144
o o
Pada (20 sampai ± 5 C) f.s.)
100 H ± (1% +0,1 % f.s.)
10 µH ± (3 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 0,3 µH
5
8
4
10
11
2
9
14
13
12 1
3
16
15
17 19
18
3.2.2 Pengoperasian
3.2.2.1. Tindakan Pencegahan Kerusakan
1. Saklar power posisikan off selama perioda standby atau bila
jembatan tidak digunakan. Ini akan memberi dampak baterai lebih
tahan lama.
147
Gambar 3 – 17 Posisi DC R
Gambar 3 – 19 Posisi on
RANGE MULTIPLIER digunakan sesuai komponen yang akan
diukur, bila belum diketahui atur pada range yang lebih tinggi agar
memberi keleluasaan ayunan penunjuk kekanan dan kekiri.
3. Putar knob RCL sampai indikator meter NULL berada ditengah. Jika
diperlukan atur RANGE MULTIPLIER.
Diputar
sampai
indikator
meter nol
Catatan :
a. Jika menggunakan range 1MΩ penunjuk null
mungkin tidak terdefinisikan dengan baik, dalam
kasus demikian dapat digunakan tegangan DC
eksternal. Alternatifnya jika resistor atau
komponen yang diukur non induktif, dapat
digunakan tegangan internal AC pada frekuensi 1
kHz. Yang berubah hanya saklar SELECTOR
pasa R dan SOURCE pada AC /RCL
b. Pada pengukuran range 0,1 Ω, resistansi residu
terminal harus diperhitungkan.
152
Dial D Q pada 0
Posisi
nol
On
Putar ke
kanan
Kapasitor
yang
diukur
Dipilih
Control
Sensitivitas
Atur
dial DQ
6. Jika pengaturan dial sampai mendekati 3 atur saklar D,Q pada posisi
X10.
Pindahkan
ke posisi
X10
Catatan :
1. Kapasitor yang baik mempunyai nilai D yang
sangat rendah dan sebaliknya.
2. Pada pengukuran C diatas 1000pF kapasitansi
residu terminal harus diperhitungkan.
3. Untuk pengukuran kapasitansi yang
besar(elektrolitik, mempunyai polar diukur
menggunakan frekuensi yang rendah misalnya 120
Hz menggunakan sumber AC eksternal).
Posisi Diatur
0,3 2,5
Putar ke
kanan
jarum diantara 2
dan 3
Perhatian
Pengenolan nilai induktansi dengan memutar dial DQ
minimum pada arah berlawanan jarum jam 4. Bila
resistansi dc komponen induktansi yang diuji sangat
besar, atau Q kumparan kurang dari 0,1 pengukuran
dilakukan dengan frekuensi pengukuran (1kHz).
Sebaliknya nilai maksimum dial Q diputar maksimum
searah jarum jam 1X – 10X. Jika saklar sudah diatur pada
posisi X10 ternyata Q lebih besar dari 30 diluar range
pengukuran, maka tambahkan resistor seri beberapa ohm
sampai beberapa ratus ohm ke inductor sehingga
mengurangi Q sampai kurang dari 30.
ke
sumber
tegangan
Off
Resistor
HI EXT +DC
R pelindung Sumber
Tegangan
DC Luar
Catatan :
Besarnya tegangan DC yang digunakan tergantung pada pengaturan
RANGE MULTIPLIER dengan table di bawah ini.
Keluaran
EXT, SIG, IN
Gambar 3 - 45 Pengukuran C, L dengan sumber dari luar
162
TM
Magellan. Magellan Maestro 4050 User Manual. San Dimas CA
91773. Magellan Navigation Inc.
Manual stargass :
http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152
203b41f7c9
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm
"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"
www.tektronix.com/signal_generators 9
http://www.doctronics.co.uk/scope.htm
http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf
http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Indus trial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers
http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atom http://www.radiologyi
nfo.org/en/info.c fm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.duncaninstr.com/images
http://www.humminbird.com/images/ PDF/737.pdf
http://www.eaglesonar.com/Downloads/Manuals/Files/IntelliMap640c_01
43-881_121305.pdf tanggal 20 Desember 07
http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W -19285-
0&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+Real-
Time+Spektrum+Analyzers
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-s ervices.com /Process%20NMR
http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf
http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Industrial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers
http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty= TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W -19285-
0&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+ Real-
Time+Spektrum+Analyzers
http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152203b41f
7c9 Manual stargass
http://www.aboutniclear.org/view
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26b.html CT ijo
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.html
http://en.wikilipedia.org/wiki/Functional_magnetik_resonance_imaging
http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_imaging
http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atom http://www.radiologyi
nfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/P
art2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-servic es.com /Process%20NMR
http://www.healthline.com \CTscan\ Ctimaging equipment Information
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
http://www.DiagnostikMedicalIS/ Medicalultrasonography-Wikipedia,the
freeencyclopedia.mht.
http://www.humminbird.com/images/PDF/737.pdf
LAMPIRAN D
GLOSARIUM
Debug
Mengidentifikasi dan melokalisir letak kesalahan .
i
LAMPIRAN D
efek piezolistrik Bila sumbu mekanik dari Kristal diberi tekanan maka
akan timbul beda tegangan pada sumbu listrik. Bila
pada sumbu listrik diberi tegangan maka akan terjadi
perubahan keadaan disepanjang sumbu mekanik. Bila
pada sumbu listrik diberi tegangan AC maka akan
terjadi getaran di sumbu mekanik dengan frekuensi
naturalnya. Semakin tipis Kristal frekuensi getar
semakin tinggi.
ii
LAMPIRAN D
iii
LAMPIRAN D
radio isotop Suatu versi elemen kimia yang memiliki inti tak sabil
dan mengemisikan radiasi selama decay untuk
membentuk kestabilan. Radio isotop penting
digunakan dalam diagnosa medis untuk pengobatan
dan penyelidikan.
rise time Waktu yang diperlukan pulsa untuk naik dari 10%
amplitudo maksimum sampai 90%.
iv
LAMPIRAN D
v
1