DAN PENERAPANYA
By.AMIRIN
Adopted from
• Robert H.Bishop, 2006, Mechatronics_an introduction,CRC press
• Pengantar Mekatronika_Diktat Kuliah, Teknik Mesin Univ.Widyagama Malang
• Bahan ajar elektronika dasar,2007, ahmad fali oklilas, universitas Sriwijaya
• Mechatronic systems_devices,design,control,operta.maint.,2008, Clarence de
silva,CRC Press,USA
• Essential of Mechatronics,2006,John Billingsley, wiley & sons,
• Otomasi system produksi, 2005, Laboratorium Sistem produksi ITB, Bandung
• Mechatronics handbook,2002, Robert H.Bishop, CRC Press, Washington DC
• Electromechanical_device & component,2007, Brian S elliot, Mcgraw hill, USA
• Role of Control in mechatronics,____, job van amerogen, Twente University press,
Netherlands
• Rangkaian digital, Ahmad Yanuar Syauki, PPBA-UMB
• Teknologi Kontrol moder,___,Agus arif<__
• Teknik Produksi Mesin Industri Jilid 3,2008, wirawan sumbodo, DEPDIKNAS
• Mechatronics_principles and applications, ___,Godfrey Onwubolu, Elsevier
• Modern Sensor handbook,2007, pavel ripka/alois tipek,ISTE, united states
• Elektronik_ teori dasar dan penerapannya_jilid 1, 1986, ITB, Bandung
Abstraksi
1.1.Perspektif Sejarah
Gbr,Komponen
utama
Mekatronika
Gbr,Komponen
utama
Mekatronika
Gbr,Komponen
utama
Mekatronika
2.1.Transmisi mekanik
Sistem transmisi, dalam otomotif, adalah sistem yang menjadi
penghantar energi dari mesin ke diferensial dan as. Dengan memutar as,
roda dapat berputar dan menggerakkan mobil.
Gambar. Transmisi
Transmisi diperlukan karena mesin pembakaran yang umumnya
digunakan dalam mobil merupakan mesin pembakaran internal yang
menghasilkan putaran (rotasi) antara 600 sampai 6000 rpm. Sedangkan,
roda berputar antara 0 sampai 2500 rpm. Sekarang ini, terdapat dua
sistem transmisi yang umum, yaitu transmisi manual dan transmisi
otomatis. Terdapat juga sistem-sistem transmisi yang merupakan
gabungan antara kedua sistem tersebut, namun ini merupakan
perkembangan terakhir yang baru dapat ditemukan pada mobil-mobil
berteknologi tinggi. Transmisi manual merupakan salah satu jenis
transmisi yang banyak dipergunakan dengan alasan perawatan yang lebih
2.1.1.Roda gigi
Roda gigi adalah sebuah konstruksi mekanikal yang
menginteraksikan gigi-gigi dalam mentransmisikan gerakan atau merubah
tingkat atau arah gerakan. Gigi-gigi dari rodagigi harus maching
bentuknya sebelum mereka akan berinteraksi dengan baik. Faktor bentuk
yang penting dari sebuah roda gigi adalah Pitch dan sudut tekan. Soal
sudut tekan akan di bahas lebih lanjut dalam matakuliah elemen mesin III,
tapi untuk pitch adalah sebuah konsep sederhana:
-Diameter Pitch
Lihatlah bagaimana gigi-gigi berinteraksi, mereka tidak hanya
berinteraksi pada ujung-ujung sentuhan gigi, maka diameter luar tidak
begitu menarik, sama dengan root diameter (diameter seberang gigi
bawah), apa kegunaanya dimana kontak antara dua gigi-gigi terjadi? Lihat
gambar di bawah ini
2.2.Kinematika
2.2.2 MEKANISME
Sebuah rantai kinematis adalah sebuah system dari batang batang
penghubung yang berupa benda benda kaku yang apakah digabungkan
bersama atau dalam keadaan saling bersinggungan sehingga
memungkinkan mereka untuk bergerak relatif satu terhadap yang lain .
Jika salah satu dari batang penghubungnya tetap dan gerakan dari
sebarang batang penghubung yang lain ke posisinya yang baru akan
menyebabkan setiap batang penghubung yang lain bergerak ke posisi
posisi tertentu yang telah diramalkan system tersebut adalah sebuah
rantai kinematis yang dibatasi .Jika salah satu dari batang penghubung
ditahan tetap gerakan dari batang penghubung yang lain ke posisinya
yang baru tidak akan menyebabkan setiap batang batang penghubung
yang lain bergerakke posisi tertentu yang telah diramalkan maka system
tersebut adalah suatu rantai kinematis tak terbatas.
2.2.3 INVERSI
2.2.4 PASANGAN
Dua benda yang saling kontak akan membentuk suatu pasangan.
Pasangan lebih rendah (lower pairing) terjadi jika dua permukaan saling
kontak. Contohnya dari pasangan lebih rendah adalah sebuah torak
dengan dinding silindernya.
2.2.6 TRANSLASI
Sebuah benda mempunyai gerakan berupa translasi, jika ia
bergerak sedemikian hingga semua garis-garis lurus dalam benda
tersebut bergerak mengikuti posisi-posisi yang sejajar. Translasi garis
lurus (rectilinear translation) adalah suatu gerakan dimana semua titik dari
suatu benda bergerak dalam jalur garis lurus. Suatu translasi dimana titik-
titik dalam suatu benda bergerak sepanjang jalur yang berupakurva
disebut translasi menurut kurva (curvilinear translation).
2.2.7 PUTARAN
Dalam putaran (rotasi) semua titik dalam sebuah benda selalu
mempunyai jarak yang tetap dari sebuah garis yang tegak lurus terhadap
bidang geraknya. Garis ini adalah sumbu putaran (axis of rotation) dan
2.3.Pneumatik
Pneumatik berasal dari bahasa Yunani “pneuma” yang berarti
tiupan atau hembusan. Sistem pneumatik itu sendiri mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan yang dipengaruhi terutama oleh sifat udara
terkompresi sebagai penggeraknya. Sifat-sifat udara yang mempengaruhi
sifat-sifat pengontrolan sistem pneumatik antara lain :
Kompresi Udara
Proses kompresi udara yang terjadi pada kompressor torak dapat
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan seperti terlihat pada
gambar di bawah ini :
2.4.Hidrolika
Bertahun-tahun lalu manusia telah menemukan kekuatan dari
perpindahan air, meskipunmereka tidak mengetahui hal tersebut
merupakan prinsip hidrolik. Sejak pertama digunakan prinsip ini, mereka
terus menerus mengaplikasikan prinsip ini untuk banyak hal untuk
kemajuan dan kemudahan umat manusia.
Hidrolik adalah ilmu pergerakan fluida, tidak terbatas hanya pada
fluida air. Jarang dalam keseharian kita tidak menggunakan prinsip
hidrolik, tiap kali kita minum air, tiap kali kita menginjak rem kita
mengaplikasikan prinsip hidrolik. Sistem hidrolik banyak memiliki
keuntungan. Sebagai sumber kekuatan untuk banyak variasi
pengoperasian. Keuntungan sistem hidrolik antara lain:
BAB III
3.1.3 Tegangan
Pada buku ini istilah yang akan dipakai adalah pengertian pada item
nomor 1 yaitu tegangan turun. Maka jika beda potensial antara kedua titik
tersebut adalah sebesar 5 Volt, maka VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt
Kerja yang dilakukan oleh gaya sebesar satu Newton sejauh satu
meter. Jadi energi adalah sesuatu kerja dimana kita memindahkan
sesuatu dengan mengeluarkan gaya
sebesar satu Newton dengan jarak tempuh atau sesuatu tersebut
berpindah dengan selisih jarak satu meter.
Pada alam akan berlaku hukum Kekekalan Energi dimana energi
sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan tidak dapat dihilangkan, energi
hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Contohnya
pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak akan berpindah
menjadi energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik akan
berpindah menjadi energi cahaya jika anergi listrik tersebut melewati suatu
lampu, energi cahaya akan berpinda menjadi energi panas jika bola lampu
tersebut pemakaiannya lama, demikian seterusnya.
Untuk menyatakan apakah energi dikirim atau diserap tidak hanya
polaritas tegangan tetapi arah arus juga berpengaruh.
Elemen/komponen listrik digolongkan menjadi :
1) Menyerap energi
Jika arus positif meninggalkan terminal positif menuju terminal
elemen/komponen, atau arus positif menuju terminal positif
elemen/komponen tersebut.
2) Mengirim energi
Jika arus positif masuk terminal positif dari terminal elemen/komponen,
atau arus positif meninggalkan terminal positif elemen/komponen.
Resistor (R)
Sering juga disebut dengan tahanan, hambatan, penghantar, atau
resistansi dimana resistor mempunyai fungsi sebagai penghambat arus,
pembagi arus , dan pembagi tegangan.
Nilai resistor tergantung dari hambatan jenis bahan resistor itu sendiri
(tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor itu sendiri dan
luas penampang dari resistor itu sendiri.
Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua
ujung dari resistor tersebut akan menimbulkan beda potensial atau
tegangan. Hukum yang didapat dari percobaan ini adalah: Hukum Ohm.
Mengenai pembahasan dari Hukum Ohm akan dibahas pada bab
selanjutnya.
Jika sebuah kapasitor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua
ujung kapaistor tersebut akan muncul beda potensial atau tegangan,
dimana secara matematis dinyatakan :
Hukum Ohm
Jika sebuah penghantar atau resistansi atau hantaran dilewati oleh
sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul
beda potensial, atau Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan melintasi
berbagai jenis bahan pengantar adalah berbanding lurus dengan arus
yang mengalir melalui bahan tersebut.
Secara matematis :
V = I.R
ΣV = 0
Tipe-N
Misalnya pada bahan silikon diberi doping phosphorus atau arsenic
yang pentavalen yaitu bahan kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron
valensi. Dengan doping, Silikon yang tidak lagi murni ini (impurity
semiconductor) akan memiliki kelebihan elektron.
Kelebihan elektron membentuk semikonduktor tipe-n. Semikonduktor
tipe-n disebut juga donor yang siap melepaskan elektron.
Tipe-P
Kalau silikon diberi doping Boron, Gallium atau Indium, maka akan
didapat semikonduktor tipe-p. Untuk mendapatkan silikon tipe-p, bahan
dopingnya adalah bahan trivalen yaitu unsur dengan ion yang memiliki 3
elektron pada pita valensi.
Karena ion silikon memiliki 4 elektron, dengan demikian ada ikatan
kovalen yang bolong (hole). Hole ini digambarkan sebagai akseptor yang
siap menerima elektron. Dengan demikian, kekurangan elektron
menyebabkan semikonduktor ini menjadi tipe-p.
Resistansi
Semikonduktor tipe-p atau tipe-n jika berdiri sendiri tidak lain adalah
sebuah resistor. Sama seperti resistor karbon, semikonduktor memiliki
resistansi. Cara ini dipakai untuk membuat resistor di dalam sebuah
komponen semikonduktor. Namun besar resistansi yang bisa didapat kecil
karena terbatas pada volume semikonduktor itu sendiri.
Dioda PN
Jika dua tipe bahan semikonduktor ini dilekatkan-pakai lem barangkali
ya :), maka akan didapat sambungan P-N (p-n junction) yang dikenal
sebagai dioda.Pada pembuatannya memang material tipe P dan tipe N
bukan disambung secara harpiah, melainkan dari satu bahan (monolitic)
dengan memberi doping (impurity material) yang berbeda.
Jika diberi tegangan maju (forward bias), dimana tegangan sisi P lebih
besar dari sisi N, elektron dengan mudah dapat mengalir dari sisi N
mengisi kekosongan elektron (hole) di sisi P.
forward bias
Transistor Bipolar
Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan (junction).
Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung
terminalnya berturut-turut disebut emitor, base dan kolektor.
Base selalu berada di tengah, di antara emitor dan kolektor.
Transistor ini disebut transistor bipolar, karena struktur dan prinsip
kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di kutup negatif mengisi
kekurangan elektron (hole) di kutup positif. bi = 2 dan polar = kutup.
Adalah William Schockley pada tahun 1951 yang pertama kali
menemukan transistor bipolar.
Bias DC
Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan
penggabungan 2 buah dioda.
Emiter-Base adalah satu junction dan Base-Kolektor junction lainnya.
Seperti pada dioda, arus hanya akan mengalir hanya jika diberi bias
positif, yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih positif daripada
material N (forward bias).
Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction base-emiter
diberi bias positif sedangkan base-colector mendapat bias negatif (reverse
bias).
parameter transistor. Dalam hal ini arah arus adalah dari potensial yang
lebih besar ke potensial yang lebih kecil.
arus potensial
3.4.2 DIODA
Kita dapat menyelidiki karakteristik statik dioda, dengan cara
memasang dioda seri dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor.
Kita lihat bahwa garis beban memotong sumbu V dioda pada harga
VDD yaitu bila arus I=0, dan memotong sumbu I pada harga (VDD/RL).
Titik potong antara karakteristik statik dengan garis beban memberikan
harga tegangan dioda VD(q) dan arus dioda ID(q).
Dengan mengubah harga VDD kita akan mendapatkan garis-garis
beban sejajar seperti pada gambar 3.
Bila VDD<0 dan |VDD| < VPIV maka arus dioda yang mengalir adalah
kecil sekali, yaitu arus saturasi IS. Arus ini mempunyai harga kira-kira 1
µA untuk dioda silikon.
1. Emisi Electron
Membahas mengenai cara kerja tabung tak akan bisa lepas dari
Proses Emisi Electron karena sesungguhnya cara kerja tabung yang
paling mendasar ialah proses emisi elektron dan pengendaliannya. Emisi
elektron ialah proses pelepasan elektron dari permukaan suatu substansi
atau material yang disebabkan karena elektron elektron tersebut
mendapat energi dari luar.
Dalam realita yang ada proses emisi elektron cenderung terjadi
pada logam dibandingkan pada bahan lainnya, hal ini disebabkan karena
logam banyak memiliki elektron bebas yang selalu bergerak setiap saat.
Banyaknya elektron bebas pada logam disebabkan karena daya tarik ini
atom logam terhadap elektron, terutama pada elektron yang terletak pada
kulit terluar dari atom logam (elektron valensi) tidak terlalu kuat
dibandingkan yang terjadi pada bahan lainnya. Akan tetapi walaupun daya
tarik tesebut tidak
2. Emisi Thermionic
Pada emisi jenis ini, energi luar yang masuk ke bahan ialah dalam
bentuk energi panas. Oleh elektron energi panas ini diubah menjadi energi
kinetik. Semakin besar panas yang diterima oleh bahan maka akan
semakin besar pula kenaikan energi kinetik yang terjadi pada elektron,
dengan semakin besarnya kenaikan energi kinetik dari elektron maka
gerakan elektron menjadi semakin cepat dan semakin tidak menentu.
Pada situasi inilah akan terdapat elektron yang pada ahirnya terlepas
keluar melalui permukaan bahan.
Pada proses emisi thermionic dan juga pada proses emisi lainnya,
bahan yang digunakan sebagai asal ataupun sumber elektron disebut
sebagai "emiter" atau lebih sering disebut "katoda" (cathode), sedangkan
bahan yang menerima elektron disebut sebagai anoda. Dalam konteks
tabung hampa (vacuum tube) anoda lebih sering disebut sebagai "plate".
Dalam proses emisi thermionik dikenal dua macam jenis katoda yaitu :
a. Memiliki fungsi kerja yang rendah, dengan fungsi kerja yang rendah
maka energi yang dibutuhkan untuk menarik elektron menjadi lebih
kecil sehingga proses emisi lebih mudah terjadi.
b. Memiliki titik lebur (melting point) yang tinggi. Pada proses emisi
thermionic katoda harus dipanaskan pada suhu yang cukup tinggi
untuk memungkinkan terjadinya lompatan elektron, dan suhu ini bisa
mencapaai 1500 derajat celcius.
c. Memiliki ketahanan mekanik (mechanical strenght) yang tinggi Pada
saat terjadinya emisi maka terjadi pula lompatan ion positif dari plate
menuju ke katoda. Lompatan ion positif tersebut oleh katoda akan
dirasakan sebagai benturan, sehingga agar supaya katoda tidak
mengalami deformasi maka bahan dari katoda harus memiliki
mechanical strenght yang tinggi. Pada aplikasi yang sesungguhnya
-Tungsten
Material ini adalah material yang pertama kali digunakan orang untuk
membuat katode. Tungsten memiliki dua kelebihan untuk digunakan
sebagai katoda yaitu memiliki ketahanan mekanik dan juga titik lebur yang
tinggi (sekitar 3400 derajat Celcius), sehingga tungsten banyak
digunakan untuk aplikasi khas yaitu tabung X-Ray yang bekerja pada
tegangan sekitar 5000V dan temperature tinggi. Akan tetapi untuk aplikasi
yang umum terutama untuk aplikasi Tabung Audio dimana tegangan kerja
dan temperature tidak terlalu tinggi maka tungsten bukan material yang
ideal, hal ini disebabkan karena tungsten memiliki fungsi kerja yang tinggi(
4,52 eV) dan juga temperature kerja optimal yang cukup tinggi (sekitar
2200 derajat celcius)
-Thoriated Tungsten
Material ini ialah campuran antara tungsten dan thorium. Thorium
adalah material yang secara individual memiliki fungsi kerja 3,4 eV,
campuran antara thorium dan tungsten memiliki fungsi kerja 2,63eV, yaitu
suatu nilai fungsi kerja yang lebih rendah dibandingan dengan fungsi
kerja tungsten ataupun thorium dalam keadaan tidak dicampur. Selain itu
hasil pencampuran kedua logam tersebut memiliki temperature kerja
optimal yang lebih rendah daripada tungsten yaitu 1700 derajat celcius hal
ini berarti besarnya energi yang dibutuhkan untuk pemanasan pada
aplikasi pemakaian logam campuran ini juga lebih rendah.
Pada emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari bahan
Pada emisi sekunder ini energi yang menjadi penyebab lepasnya elektron
datang dalam bentuk energi mekanik yaitu energi yang diberikan dalam
proses tumbukan antara elektron luar yang datang dengan elektron yang
ada pada katoda. Pada proses tumbukan terjadi pemindahan sebagian
energi kinetik dari elektron yang datang ke elektron yang ada pada katoda
sehingga elektron yang ada pada katoda tersebut terpental keluar dari
permukaan katoda. Pada kenyataannya proses emisi sekunder tidak
dapat berlangsung sukses dengan sendirinya untuk melepaskan elektron
dari permukaan akan tetapi proses emisi ini masih membutuhkan
dukungan dari emisi jenis lainnya secara bersamaan yaitu emisi medan
listrik. Dukungan proses emisi medan listrik dibutuhkan pada proses emisi
sekunder, karena walaupun elektron sudah terpental keluar dari
permukaan katoda akan tetapi energi yang dimiliki oleh elektron ini
seringkali tidak cukup untuk
Sampai pada bagian ini kita baru saja meyelesaikan obrolan kita
mengenai emisi electron dan sekarang obrolan akan kita lanjutkan ke
pembahasan mengenai vacuum tube dan cara kerjanya.
Yang dimaksud dengan vacuum tube ialah peralatan elektronik dimana
aliran elektron terjadi pada ruang hampa. Ada beberapa jenis vacuum
tube yang umum digunakan yaitu
• - Dioda
• - Trioda
• -Tetroda
• - Pentoda
3.4.3 PENYEARAH
Dimana Idc dalam hal ini adalah tegangan keluaran dibagi dengan R
beban. T adalah periode tegangan ripple (detik) dan C adalah nilai
kapasitor (Farad) yang digunakan.
AK
3.4.5 Transistor
Jenis-Jenis Transistor
BJT
BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis
transistor. Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda yang
terminal positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal.
Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis (B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat
menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal
kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai
penguat elektronik. Rasio antara arus pada koletor dengan arus pada
basis biasanya dilambangkan dengan β atau hFE. β biasanya berkisar
sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.
FET
FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insulated
Gate FET (IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau
Semiconductor) FET (MOSFET). Berbeda dengan IGFET, terminal gate
dalam JFET membentuk sebuah dioda dengan kanal (materi
semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini membuat
N-channel JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang
juga membentuk sebuah dioda antara antara grid dan katode. Dan juga,
keduanya (JFET dan tabung vakum) bekerja di "depletion mode",
keduanya memiliki impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan
arus listrik dibawah kontrol tegangan input.
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan
depletion mode. Mode menandakan polaritas dari tegangan gate
dibandingkan dengan source saat FET menghantarkan listrik. Jika kita
ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion mode, gate adalah
negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement
mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat
lebih positif, aliran arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk
P-channel FET, polaritas-polaritas semua dibalik. Sebagian besar IGFET
adalah tipe enhancement mode, dan hampir semua JFET adalah tipe
depletion mode. kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis
pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat mic,
filter aktif semisal tapis nada bass, mixer, konverter sinyal, integrator,
differensiator, komparator dan sederet aplikasi lainnya, selalu pilihan yang
mudah adalah dengan membolak-balik data komponen yang bernama op-
amp. Komponen elektronika analog dalam kemasan IC (integrated
circuits) ini memang adalah komponen serbaguna dan dipakai pada
Penguat diferensial
Op-amp dinamakan juga dengan penguat diferensial (differential
amplifier). Sesuai dengan istilah ini, op-amp adalah komponen IC yang
memiliki 2 input tegangan dan 1 output tegangan, dimana tegangan
output-nya adalah proporsional terhadap perbedaan tegangan antara
kedua inputnya itu. Penguat diferensial seperti yang ditunjukkan pada
gambar-1 merupakan rangkaian dasar dari sebuah opamp.
Diagram Op-amp
Op-amp di dalamnya terdiri dari beberapa bagian, yang pertama
adalah penguat diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya
ada rangkaian penggeser level (level shifter) dan kemudian penguat akhir
yang biasanya dibuat dengan penguat push-pull kelas B. Gambar-2(a)
berikut menunjukkan diagram dari op-amp yang terdiri dari beberapa
bagian tersebut.
Unity-gain frequency
Op-amp ideal mestinya bisa bekerja pada frekuensi berapa saja mulai
dari sinyal dc sampai frekuensi giga Herzt. Parameter unity-gain frequency
menjadi penting jika op-amp digunakan untuk aplikasi dengan frekuensi
tertentu. Parameter AOL biasanya adalah penguatan op-amp pada sinyal
DC. Response penguatan op-amp menurun seiring dengan menaiknya
frekuenci sinyal input. Op-amp LM741 misalnya memiliki unity-gain
frequency sebesar 1 MHz. Ini berarti penguatan op-amp akan menjadi 1
kali pada frekuensi 1 MHz. Jika perlu merancang aplikasi pada frekeunsi
tinggi, maka pilihlah op-amp yang memiliki unity-gain frequency lebih
tinggi.
Slew rate
Di dalam op-amp kadang ditambahkan beberapa kapasitor untuk
kompensasi dan mereduksi noise. Namun kapasitor ini menimbulkan
kerugian yang menyebabkan response op-amp terhadap sinyal input
menjadi lambat. Op-amp ideal memiliki parameter slew-rate yang tak
terhingga. Sehingga jika input berupa sinyal kotak, maka outputnya juga
kotak. Tetapi karena ketidak idealan op-amp, maka sinyal output dapat
berbentuk ekponensial. Sebagai contoh praktis, op-amp LM741 memiliki
slew-rate sebesar 0.5V/us. Ini berarti perubahan output op-amp LM741
tidak bisa lebih cepat dari 0.5 volt dalam waktu 1 us.
Parameter CMRR
Ada satu parameter yang dinamakan CMRR (Commom Mode
Rejection Ratio). Parameter ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja
op-amp tersebut. Op-amp dasarnya adalah penguat diferensial dan
mestinya tegangan input yang dikuatkan hanyalah selisih tegangan antara
input v1 (non-inverting) dengan input v2 (inverting). Karena ketidak-
idealan op-amp, maka tegangan persamaan dari kedua input ini ikut juga
dikuatkan. Parameter CMRR diartikan sebagai kemampuan op-amp untuk
menekan penguatan tegangan ini (common mode) sekecilkecilnya. CMRR
didefenisikan dengan rumus CMRR = ADM/ACM yang dinyatakan dengan
satuan dB. Contohnya op-amp dengan CMRR = 90 dB, ini artinya
penguatan ADM (differential mode) adalah kira-kira
30.000 kali dibandingkan penguatan ACM (commom mode). Kalau
CMRR-nya 30 dB, maka artinya perbandingannya kira-kira hanya 30 kali.
Op-amp ideal
Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat
diferensial) yang memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp seperti
yang telah dimaklumi ada yang dinamakan input inverting dan non-
inverting. Op-amp ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka)
yang tak terhingga besarnya. Seperti misalnya op-amp LM741 yang sering
digunakan oleh banyak praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal
4 5
open loop gain sebesar 10 ~ 10 . Penguatan yang sebesar ini membuat
opamp menjadi tidak stabil, dan penguatannya menjadi tidak terukur
(infinite). Disinilah peran rangkaian negative feedback (umpanbalik
negatif) diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi
dengan nilai penguatan yang terukur (finite). Impedasi input op-amp ideal
mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap
Inverting amplifier
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting.
Seperti tersirat pada namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa
fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan
inputnya. Pada rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui
resistor R2.
Non-Inverting amplifier
Integrator
gambar 3 : integrator
f = 1/t dan
Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu dengan
mengingat rumus dasar penguatan opamp inverting G = - R2/R1. Pada
rangkaian integrator (gambar 3) tersebut diketahui
Differensiator
gambar 4 : differensiator
G = -R2/R1
dan pada rangkaian differensiator diketahui :
Serba Kecil
Berbagai produk monumental dari perkembangan teknologi elektronika
hadir di sekeliling kita. Namun teknologi mikroelektronika bukan sekedar
menghadirkan produk, tetapi juga menampilkan produk itu dalam bentuk
dan ukuran yang makin lama makin kecil dengan kemampuan kerja yang
lebih tinggi. Dapat kita sebut disini sebagai contoh adalah munculnya
komputer dan telepon seluler (ponsel). Bentuk dini komputer moderen
telah menggunakan elektronika pada rangkaian-rangkaian logika, memori
dan sistim angka biner. Komputer yang dibuat oleh J. Presper Eckert dan
John W. Mauchly itu diberi nama ABC (Atonosoff-Berry Computer) yang
diperkenalkan pada tahun 1942. Komputer ini berukuran sangat besar,
sebesar salah satu kamar di rumah kita, karena di dalamnya
menggunakan 18 ribu tabung hampa.
Komputer elektronik generasi pertama yang diberi nama ENIAC
(Electronic Numerical Integrator And Computer) dikembangkan pada
zaman Perang Dunia Kedua dan dipakai untuk menghitung tabel lintasan
peluru dalam kegiatan militer. Pergeseran penting dalam elektronika telah
terjadi pada akhir tahun 1940an. Fungsi tabung-tabung elektronik saat itu
mulai digantikan oleh transistor yang dibuat dari bahan semikonduktor.
Penggunaan transistor yang mulai mencuat ke permukaan pada tahun
'70-an ternyata memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tabung hampa
elektronik, antara lain :
Beralih ke Nanoteknologi
Perkembangan teknologi telah mengantarkan elektronika beralih dari
orde mikro ke nano, yang berarti komponen elektronika kelak dapat dibuat
dalam ukuran seribu kali lebih kecil dibandingkan generasi
mikroelektronika sebelumnya. Pada awal tahun '90-an, Dr. Rohrer,
penemu tunneling electron microscope dan pemenang hadiah Nobel
bidang fisika tahun 1986, meramalkan bahwa mikroelektronika akan
segera digantikan oleh nanoelektronika atau quantum dot. Sedang prof.
Petel (president UCLA) meramalkan bahwa teknologi photonik akan
menggantikan mikroelektronika di awal abad 21 ini. Feyman pada akhir
Kapasitansi
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor
untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18
18
menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 10 elektron. Kemudian Michael
Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki
kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat
muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV …………….(1)
Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan
dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
kapasitor electrostatic, electrolytic dan electrochemical.
Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan
bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah
bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang
kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa uF, yang
biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi
tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan
material seperti polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal dengan
sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized
paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang
untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor
kelompok ini adalah non-polar.
Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang
bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor
yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan -
di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah
karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga
terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium,
magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya
dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film).
Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada
proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup kedalam larutan
Kapasitor Elco
Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk
kapasitor jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan
accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang
besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor
jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi
Membaca Kapasitansi
Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya
ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan
maksimum dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas
tertulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v.
Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya
bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka
satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang
bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47
pF.
Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal,
sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai
dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 =
10.000 dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104,
maka kapasitansinya adalah 10 x 10.000 = 100.000pF atau = 100nF.
Contoh lain misalnya tertulis 222, artinya kapasitansi kapasitor tersebut
adalah 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.
Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting lainnya
yang perlu diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan
oleh pabrik pembuat didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa
spesifikasi penting tersebut.
Temperatur Kerja
Kapasitor masih memenuhi spesifikasinya jika bekerja pada suhu
yang sesuai. Pabrikan pembuat kapasitor umumnya membuat kapasitor
yang mengacu pada standar popular. Ada 4 standar popular yang
biasanya tertera di badan kapasitor seperti C0G (ultra stable), X7R
(stable) serta Z5U dan Y5V (general purpose). Secara lengkap kode-kode
tersebut disajikan pada table berikut.
model kapasitor
3.4.7 Resistor
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa
bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki
resistansi yang sangat kecil.
Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga
dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan
material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar
menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator.
Bagaimana prinsip konduksi, dijelaskan pada artikel tentang
semikonduktor.
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai
dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan
karbon .
Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu
resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol � (Omega).
Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki
tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk
gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar
resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter.
Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh
EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut. Waktu penulis masuk pendaftaran kuliah elektro, ada satu test
yang harus dipenuhi yaitu diharuskan tidak buta warna. Belakangan baru
diketahui bahwa mahasiswa elektro wajib untuk bisa membaca warna
gelang resistor (barangkali).
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang
toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna
gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau
juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang
pertama agak sedikit ke dalam.
Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa
toleransi dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana
gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan
besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20%
memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan
toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk
gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut
menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor
pengalinya.
Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas.
Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan
warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang
kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah.
Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah
gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna
emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung
sesuai dengan urutan warnanya.
Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor
ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang
selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang
3.4.8 Induktor
Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ? Ini cara yang
efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika
seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling kawat
tembaga akan terbentuk medan listrik. Dengan aturan tangan kanan dapat
diketahui arah medan listrik terhadap arah arus listrik. Caranya sederhana
yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan sedangkan
keempat jari lain menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah
ke empat jari lain adalah arah medan listrik yang mengitarinya.
Tentu masih ingat juga percobaan dua utas kawat tembaga paralel
yang keduanya diberi arus listrik. Jika arah arusnya berlawanan, kedua
kawat tembaga tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah arusnya sama
ternyata keduanya berdekatan saling tarikmenarik. Hal ini terjadi karena
adanya induksi medan listrik. Dikenal medan listrik dengan simbol B dan
satuannya Tesla (T). Besar akumulasi medan listrik B pada suatu luas
area A tertentu difenisikan sebagai besar magnetic flux. Simbol yang
biasa digunakan untuk menunjukkan besar magnetic flux ini adalah φdan
2
satuannya Weber (Wb = T.m ). Secara matematis besarnya adalah :
Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau
kumparan. Jika kumparan tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling
menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan listrik yang terbentuk akan
segaris dan saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang
dikenal dengan induktor selenoid.
Dari buku fisika dan teori medan yang menjelimet, dibuktikan bahwa
induktor adalah komponen yang dapat menyimpan energi magnetik.
Energi ini direpresentasikan dengan adanya tegangan emf (electromotive
force) jika induktor dialiri listrik. Secara matematis tegangan emf ditulis :
Induktor selenoida
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk
melawan fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc
salah satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan
terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu
gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak
dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa
diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.
Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan
medan elektrik di sekitarnya. Berbagai bentuk kumparan, persegi empat,
setegah lingkaran ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik akan
menghasilkan medan listrik yang berbeda. Penampang induktor biasanya
berbentuk lingkaran, sehingga diketahui besar medan listrik di titik tengah
lingkaran adalah :
Lilitan per-meter……….(5)
Lalu i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol µ yang
dinamakan permeability dan µ0 yang disebut permeability udara vakum.
Besar permeability µ tergantung dari bahan inti (core) dari induktor. Untuk
induktor tanpa inti (air winding) µ = 1.
Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi
(rumus 3) dapat ditulis menjadi :
Toroida
Jika jari-jari toroid adalah r, yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari
lingkar dalam. Maka panjang induktor efektif adalah kira-kira :
L ≈ 5.9 mH
Selain ferit yang berbentuk silinder ada juga ferit yang berbentuk
toroida. Umumnya dipasar tersedia berbagai macam jenis dan ukuran
toroida. Jika datanya lengkap, maka kita dapat menghitung nilai induktansi
dengan menggunakan rumus-rumus yang ada. Karena perlu diketahui
nilai permeability bahan ferit, diameter lingkar luar, diameter lingkar dalam
serta luas penampang toroida. Tetapi biasanya pabrikan hanya membuat
daftar indeks induktansi (inductance index) AL. Indeks ini dihitung
berdasarkan dimensi dan permeability ferit. Dengan data ini dapat dihitung
jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi tertentu.
Seperti contoh
tabel AL berikut ini yang satuannya µH/100 lilitan.
Tabel AL
Misalnya digunakan ferit toroida T50-1, maka dari table diketahui nilai
AL = 100. Maka untuk mendapatkan induktor sebesar 4µH diperlukan
lilitan sebanyak :
N ≈ 20 lilitan
Kawat tembaga
Untuk membuat induktor biasanya tidak diperlukan kawat tembaga
yang sangat panjang. Paling yang diperlukan hanya puluhan sentimeter
saja, sehingga efek resistansi bahan kawat tembaga dapat diabaikan. Ada
banyak kawat tembaga yang bisa digunakan. Untuk pemakaian yang
profesional di pasar dapat dijumpai kawat tembaga dengan standar AWG
(American Wire Gauge). Standar ini tergantung dari diameter kawat,
resistansi dan sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32 berdiameter
kira-kira 0.3mm, AWG22 berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang
berdiameter kira-kira 0.8mm. Biasanya yang digunakan adalah kawat
tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
4.1 Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa
berkembang cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini
tampak jelas di industri pemabrikan, dimana sebelumnya banyak
pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih
menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi
otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic)
seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan
Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya.
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan
sangat tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil
penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai
akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang
digunakan..
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang
mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis.
Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat
menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan
besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya.
Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem
manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan
listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah
alat yang disebut transducer
Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada
sebuah alat lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan
sensor dan transduser dalam sebuah sistem pengukuran, atau sistem
manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.
1 1
Temperatur (masukan)
Temperatur (masukan)
0 0
100 100
Tegangan (keluaran) Tegangan (keluaran)
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan
sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga
dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan
keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa
sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan
“satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada
masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada
keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan
“dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari
sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka
sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran
50 50
Rata-rata
40 40
Waktu
30 1 siklus 30
Gambar 1.2 Temperatur berubah secara kontinyu (D. Sharon, dkk, 1982)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas dapat terjadi
secara :
1. Konduksi, yaitu pengaliran panas melalui benda padat
(penghantar) secara kontak langsung
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontak
langsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas melalui media udara/gas secara
kontak tidak langsung
T
T T T
- self powered - most stable - high output - most linear
- simple - most - fast - highest
- rugged accurate - two-wire output
Advantages
4.2.1. Bimetal
Bimetal adalah sensor temperatur yang sangat populer digunakan
karena kesederhanaan yang dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada alat
strika listrik dan lampu kelap-kelip (dimmer). Bimetal adalah sensor suhu
yang terbuat dari dua buah lempengan logam yang berbeda koefisien
muainya (α) yang direkatkan menjadi satu.
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian,
besarnya pemuaian tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur
kerja logam tersebut. Bila dua lempeng logam saling direkatkan dan
dipanaskan, maka logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan
memuai lebih panjang sedangkan yang memiliki koefisien muai lebih
rendah memuai lebih pendek. Oleh karena perbedaan reaksi muai
tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang muainya
Logam A
Logam B
2t
ρ= (2.2)
3(α A − α B )(T2 − T1 )
4.2.2. Termistor
Termistor atau tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang
berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang
tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya tahanan termistor pada
temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur
sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini
membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi.
RT = R A e βT (2.3)
Coeffisien)
25oC sbb.:
(2.4)
Kumparan
kawat platina
Kabel keluaran
Gambar 2.11. Jenis RTD: (a) Wire (b) Ceramic Tube (c)
Thin Film
Ujung panas +
Arus elektron
e akan mengalir
dari ujung
panas ke
ujung dingin
-
Ujung dingin
Ujung dingin
4.3.Sensor Mekanik
atau perbandingan perubahan resistansi (ΔR) terhadap resistansi semula (R) sama
dengan faktor gage (Gf) dikali elastisitas starin gage (ε) :
Secara konstruksi SG terbuat dari bahan metal tipis (foil) yang diletakkan diatas
kertas. Untuk proses pendeteksian SG ditempelkan dengan benda uji dengan dua
cara yaitu:
1. Arah perapatan/peregangan dibuat sepanjang mungkin (axial)
2. Arah tegak lurus perapatan/peregangan dibuat sependek mungkin (lateral)
Faktor gauge (Gf) merupakan tingkat elastisitas bahan metal dari SG.
• metal incompressible Gf = 2
• piezoresistif Gf =30
• piezoresistif sensor digunakan pada IC sensor tekanan
Untuk melakukan sensor pada benda uji maka rangkaian dan penempatan SG
adalah
• disusun dalam rangkaian jembatan
• dua strain gauge digunakan berdekatan, satu untuk peregangan/perapatan , satu
untuk kompensasi temperatur pada posisi yang tidak terpengaruh peregangan/
perapatan
Gambar 3.3. Sensor posisi: (a) Inti bergeser datar (b) Inti I bergser berputar,
(c) Rangkaian variable induktansi
Gambar 3.5. Pemakaian sensor posisi: (a) pada microphone, (b) pada
loudspeaker
Gambar 3.6. LVDT sebagai sensor posisi: (a) konstruksi LVDT, (b) Rangakaian
listrik, (c) rangkaia uji LVDT, (d) Karakteristik LVDT
Gambar 3.8. Sensor posisi kapasitif: (a) pergeseran media mendatar, (b)
pergeseran berputar, (c) pergeseran jarak plat
Gambar 3.10. Sensor posisi digital optis: (a) dan (b) pergeseran berputar,
TX-RX sejajar, (c) dan (d) pergeseran mendatar, TX-RX membentuk sudut.
– deteksi arah gerakan memanfaatkan dua sinyal dengan saat pulsa naik
berbeda
– pengukuran perpindahan posisi yang kecil dapat dilakukan dengan pola Moire
• pola garis tegak dan miring memperkuat (ukuran) pergeseran arah x ke pola
garis pada arah y
• perubahan dibaca dengan cara optis
4.3.1.9. Potensiometer
Potensiometer yang tersedia di pasaran terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
potensiometer karbon, potensiometer wire wound dan potensiometer metal film.
1. Potensiometer karbon adalah potensiometer yang terbuat dari bahan karbon
harganya cukup murah akan tetapi kepressian potensiometer ini sangat rendah
biasanya harga resistansi akan sangat mudah berubah akibat pergeseran kontak.
2. Potensiometer gulungan kawat (wire wound) adalah potensiometer yang
menggunakan gulungan kawat nikelin yang sangat kecil ukuran
penampangnya. Ketelitian dari potensiometer jenis ini tergantung dari ukuran
kawat yang digunakan serta kerapihan penggulungannya.
3. Metal film adalah potensiometer yang menggunakan bahan metal yang
dilapiskan ke bahan isolator
Rotor magnet
permanent
diiputar
U S
Tegangan
keluaran AC
Kumparan stator
U S
Tegangan
keluaran AC S
Kumparan stator
magnit permanen
Kumparan
Rotor bergigi Induktor
Magnit
Permanen
Tipe lain sensor kecepatan adalah cara Optik. Rotor dibuat dari bahan
metal atau plastik gelap, rotor dibuat berlubang untuk memberi tanda kepada
Elemen sensor
cahaya
Sumbu rotor
Gambar 3.28. Sensor tekanan diafragma: diafragma tipe datar, (b) diafragma
bergelombang, (c) media kapasistansi
Gambar 3.31. Sensor tekanan jenis diafragma silicon: (a) diafragma datar, (b)
diafragma melingkar lebih sensitif
Gambar 3.33. Sensor tekanan tipe lain: (a) dan (b) tipe Bourdon,
(c) dan (d) tipe bellow
DρV
RD =
μ
dimensi:
V = kecepatan fluida
Batas kecepatan kritisuntuk pipa biasanya berada diantara 2000 dan 2300.
v2
P1 P2
v1
h2
h1
Perhatian : Rumus diatas hanya berlaku untuk aliran Laminer, yaitu aliran yang
memenuhi prinsip kontinuitas.
Pipa pitot, orifice plate, pipa venturi dan flow Nozzle menggunakan
hukum Bernoulli diatas. Prinsip dasarnya adalah membentuk sedikit perubahan
kecepatan dari aliran fluida sehingga diperoleh perubahan tekanan yang dapat
diamati. Pengubahan kecepatan aliran fluida dapat dilakukan dengan mengubah
diameter pipa, hubungan ini diperoleh dari Hukum kontiunitas aliran fluida.
Perhatikan rumus berikut: A1 .D1 = A2 .D2 , di mana : A = luas penampang pipa,
B = debit fluida
Karena debit fluida berhubungan langsung dengan kecepatan fluida, maka
jelas kecepatan fluida dapat diubah dengan cara mengubah diameter pipa.
Aliran
fluida
P1 > P2
2g
Q = KA2 P1 − P2
ρ
Aliran
Fluida
P1 > P2
P1 > P2
Aliran
fluida
P1 P2
P1 > P2
Aliran
fluida
4.3.4.1.5. Rotameter
Rotameter terdiridari tabung vertikal dengan lubang gerak di mana
kedudukan pelampung dianggap vertical sesuai dengan laju aliran melalui tabung
(Gambar 3.41). Untuk laju aliran yang diketahui, pelampung tetap stasioner
karena gaya vertical dari tekanan diferensial, gravitasi, kekentalan, dan gaya-
apung akan berimbang. Jadi kemampuan menyeimbangkan diri dari pelampung
yang digantung dengan kawat dan tergantung pada luas dapat ditentukan. Gaya
kebawah (gravitasi dikurangi gaya apung) adalah konstan dan demikian pula
gaya keatas (penurunan tekanan dikalikan luas pelampung) juga harus konstan.
Dengan mengasumsikan aliran non kompresif, hasilnya adalah sebagai berikut:
Outlet
Tabung gelas
Pelampung
x
Inlet
I 2 Rw = K c hc A(Tw − Tt )
T1 T2 T1 < T2
Aliran
fluida
Sensor suhu yang digunakan dapat berupa sensor resistif tetapi yang biasa
terpasang adalah thermokopel karena memiliki respon suhu yang cepat. Sensor
aliran perambatan panas tipe lama, memanaskan seluruh bagian dari saluran
udara, sehingga dibutuhkan pemanas sampai puluhan kilowatt, untuk mengurangi
daya panas tersebut digunakan tipe baru dengan membelokkan sebagian kecil
udara kedalam sensor.
Sumber radiasi
netron
Aliran
Elektroda
Aliran logam
fluida
_
Lintasan ion negatif
Ultra sonic
Tx - Rx
Potensiometer Gagang
Pelampung
Δh
Cairan
Batas atas
Sensor +1 Reset
-1
Pencaca
Arah motor
Peraga / Display
Pemanc Penerim
Sinar
air
Prisma di udara
Prisma di air
air
4.4.Sensor Cahaya
Elemen-elemen sensitive cahaya merupakan alat terandalkan untuk
mendeteksi energi cahaya. Alat ini melebihi sensitivitas mata manusia terhadap
semua spectrum warna dan juga bekerja dalam daerah-daerah ultraviolet dan infra
merah.
Energi cahaya bila diolah dengan cara yang tepat akan dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk teknik pengukuran, teknik pengontrolan dan teknik
kompensasi.
Penggunaan praktis alat sensitif cahaya ditemukan dalam berbagai
pemakaian teknik seperti halnya :
Violet
Green
Red
Ultraviolet Visible Infrared
4 2 1
Photon energy, eV
(a) (b)
(c)
Gambar 4.3. Konstruksi Dioda Foto (a) junction harus dekat permukaan (b) lensa
untuk memfokuskan cahaya (c) rangkaian dioda foto
Ada beberapa karakteristik dioda foto yang perlu diketahui antara lain:
Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs 1500nm, Ge
2000nm)
Digunakan sebagai sumber arus
Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh
28
20 Intensity
(W/m2)
Collector Current (mA)
40
12
30
8 20
4 10
2 4 6 8 10 12 14 16
Collector-Emitter Voltage
Gambar 4.6. Karakteristik transistor foto, (a) sampai (d) rangkaian uji transistor
foto
- Electron keluar +
dari permukaan Tabung
Tegangan keluaran Hampa
4.4.6. Photosel
– Konduktansi sebagai fungsi intensitas cahaya masuk
– Resistansi berkisar dari 10MW (gelap) hingga 10W (terang)
– Waktu respons lambat hingga 10ms
– Sensitivitas dan stabilitas tidak sebaik dioda foto
– Untuk ukuran besar lebih murah dari sel fotovoltaik
– Digunakan karena biaya murah
4.4.7. Photomultiplier
– Memanfaatkan efek fotoelektrik
– Foton dengan nergi lebih tinggi dari workfunction melepaskan elektron dari
permukaan katoda
– Elektron dikumpulkan (dipercepat) oleh anoda dengan tegangan (tinggi)
– Multiplikasi arus (elektron) diperoleh dengan dynode bertingkat
– Katoda dibuat dari bahan semi transparan
• Pemanfaatan
– Sangat sensitif, dapat digunakan sebagai penghitung pulsa
– Pada beban resistansi rendah 50-1000 W, lebar pulsa tipikal 5-50 ns
– Gunakan peak detektor untuk mengukur tingat energi
4.5.1 Solenoidnoids
Solenoid merupakan aktuator yang terdiri dari koil atau gulungan
kawat, inti besi sebagai piston gerak linier, dan pegas sebagai pemegang
inti besi. Ketika tegangan masuk pada koil sehingga terjadi aliran arus
maka koil akan berubah menjadi bidang magnet sehigga akan menarik inti
besi ke dalam koil sampai menuju titik tengah koil. Saat tegangan
dimatikan makan posisi inti besi akan kembali seperti semula karena
tarikan dari pegas. .
Gbr.Solenoid elektro-mekanik
Solenoid banyak diterapkan pada industri seperti solenoid elektro-
mekanik (AC/DC) , katup pneumatik, katup hidrolik. Pada gambar di
4.5.2.Katup
Katup adalah peralatan yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida
sebagai penggerak aktuator. Katup banyak digunakan pada industri
ataupun transportasi. Katup memiliki berbagai macam jenis antara lain:
Katup ¾, katup 5/2 dsb. Penggerak katup memiliki berbagai jenis, antara
lain: Penggerak manual (tuas, knop, pedal, dll), penggerak
magnet/solenoid, udara, dll). Pembahasan tentang katup dapat dilihat
pada pembahasan tentang Pneumatik/Hydrolik.
Gbr.Katup
4.5.3 Silinder
Silinder merupakan jenis aktuator yang digerakan oleh fluida, bisa
berupa udara (pneumatik) ataupun minyak (hidrolik). Gerak yang
dihasilkan silinder akibat dari gerakan linear atau maju dan mundur dari
sebuah piston. Pemilihan jenis silinder tergantung dari kerja yang
dibebankan, silinder jenis hidrolik memiliki kemampuan kerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan silinder jenis pneumatik
4.5.4.1 Motor DC
Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator yang paling banyak
digunakan dalam industri ataupun sistem robot. Prinsip kerja motor ini
menggunakan magnet untuk menghasilkan kerja yaitu putaran. Motor DC
terdiri dari armature yang berputar dan bagian magnet sebagai stator
(bagian yang diam). Arus yang datang melalui sikat sehingga akan
menyebabkan motor berputar. Bagian magnet pada stator bisa
menggunakan electromagnet dan magnet permanent.
Motor DC dengan stator electromagnet dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
motor seri, motor shunt dan motor compound.
• Motor seri memiliki artmature yang dihubungkan dengan
electromagnet secara seri. Motor jenis ini memiliki karakteristik
torque yang tinggi pada putaran awal.
• Jenis motor shunt antara armature dan electromagnet terhubung
secara parallel. Pengaturan pada motor ini lebih mudah
dibandingkan dengan motor seri.
• Pada motor compound memiliki kombinasi seri dan parallel pada
armature dan electromagnet.
4.5.4.2 Motor AC
Motor AC merupakan jenis motor yang banyak digunakan pada dunia
modern sekarang ini. Walaupun motor AC sebagian besar digunakan untuk
memutarkan peralatan yang membutuhkan kecepatan konstan tetapi
penggunaan dengan kontrol kecepatan mulai sering dilakukan dalam
berbagai aplikasi industri.
Gbr.aplikasi motor AC
4.5.4.3 Motor Stepper
Motor stepper atau bisa disebut motor langkah merupakan salah
satu jenis dari motor DC. Perbedaan dengan motor DC biasa adalah
motor stepper memiliki langkah putaran tergantung pada jumlah stator.
Langkah menggunakan derajat putaran, mulai dari 0 0 sampai 90 0.
Bagian motor steper, rotor merupakan magnet yang permanent
sedangkan pada bagian stator menggunakan electromagnet. Rotor akan
bergerak bila masing masing stator menjadi magnet dengan dialiri arus
listrik. Gerak putaran rotor langkah demi langkah berputar menuju sesuai
dengan kemagnetan stator. Apabila semua stator telah menjadi magnet
maka rotor dapat menyelesaikan satu putaran.
CONTOH 1.1
Gambar 1.2 memperlihatkan suatu sistem kontrol kalang-terbuka.
Aktuatornya adalah motor yang menggerakkan lengan robot. Dalam kasus
ini, prosesnya adalah peng-gerakan lengan, dan variabel terkontrolnya
adalah posisi sudut dari lengan tersebut. Uji-uji sebelumnya telah
menunjukkan bahwa motor berputar 5 derajat/detik (°/s) pada tegangan
terpasang [rated voltage]. Anggaplah bahwa pengontrol diarahkan un-tuk
menggerakkan lengan dari 0° ke 30°. Karena telah mengetahui
CONTOH 1.2
Sebagai contoh dari sistem kontrol kalang-tertutup, tinjaulah kembali
lengan robot yang berawal pada 0° [lihat Gambar 1.3(b)]. Kali ini suatu
potensiometer (pot) telah disambungkan langsung dengan batang [shaft]
motor. Sewaktu batang tersebut berputar, resistans pot berubah. Resistans
diubah menjadi tegangan dan lalu diumpan balikkan kepada pengontrol.
Fungsi Transfer
Secara fisik, sistem kontrol adalah sekumpulan komponen dan
rangkaian yang terhubung bersama untuk melakukan suatu fungsi yang
bermanfaat. Setiap komponen di dalam sistem mengubah energi dari satu
bentuk ke bentuk lainnya; misalnya, kita dapat membayangkan sensor
suhu sebagai pengubah derajat menjadi volt atau motor sebagai
pengubah volt menjadi putaran per menit [rotation per minute atau rpm].
Untuk menjelaskan kinerja ke-seluruhan sistem kontrol, kita harus memiliki
suatu bahasa yang sama sehingga kita dapat menghitung efek gabung-an
dari berbagai komponen di dalam sistem. Kebutuhan inilah yang berada
dibalik konsep fungsi transfer.
Fungsi transfer [Transfer Function atau TF] adalah hubungan
matematik di antara input dan output suatu komponen sistem kontrol.
Secara khusus, fungsi transfer didefinisi-kan sebagai output dibagi input,
yang dinyatakan sebagai
SOLUSI
Fungsi transfer adalah output dibagi input. Dalam kasus ini, input ke pot adalah
“po-sisi dalam derajat,” and outputnya adalah volt:
CONTOH 1.4
Untuk sensor yang mengukur suhu, inputnya adalah suhu dan outputnya adalah
te-gangan. Fungsi transfer sensor diberikan sebagai 0,01 V/°F. Tentukan
tegangan out-put sensor jikalau suhunya adalah 600°F.
SOLUSI
Contoh 1.5
Perhatikan sistem yang diperlihatkan pada Gambar 1.5. Sistem ini terdiri
dari motor elektrik yang menggerakkan rantaian roda-gigi [gear train],
yang menggerakkan suatu winch (alat pengangkat beban). Setiap
komponen memiliki karakteristiknya sendiri: Motor (dalam kondisi ini)
berputar pada 100 rpmm untuk setiap volt (Vm) yang dipasokkan
padanya; batang output dari rantaian roda-gigi berputar pada setengah
laju putaran motor; winch (dengan keliling batang sebesar 3 inci)
mengubah gerakan putaran (rpmw) menjadi laju linear. Fungsi transfer
masing-masing komponen diberikan sebagai berikut:
Sejauh ini kita telah membahas sistem kontrol sebagai baik kalang-
terbuka maupun kalang-tertutup, analog atau digital. Walau begitu, kita
masih dapat mengelompokkan sistem kontrol dengan cara lainnya yang
berkaitan dengan penerapan. Beberapa penerapan yang paling sering
dijumpai akan dibahas berikut ini.
Kontrol Proses
Kontrol proses mengacu pada sistem kontrol yang mengawasi
beberapa proses industri sehingga output yang seragam dan benar dapat
dipertahankan. Kontrol proses dapat mela-kukan hal ini dengan
memantau dan menyesuaikan parameter-parameter kontrol (seperti suhu
dan laju aliran) untuk menjamin produk output tetap sebagaimana
seharusnya.
Contoh klasik dari kontrol proses adalah sistem kalang-tertutup yang
mempertahankan suhu yang telah ditetapkan dari oven elektrik, seperti
yang dilukiskan pada Gambar 1.7.
Kontrol Gerakan
Kontrol gerakan adalah istilah luas yang dipergunakan untuk
menjelaskan sistem elektro-mekanik kalang-terbuka atau kalang-tertutup
yang di dalamnya benda-benda mengalami perpindahan. Sistem
semacam ini biasanya mengikutkan motor, bagian-bagian mekanik yang
bergerak, dan (dalam banyak kasus) sensor-sensor umpan-balik. Mesin-
mesin perakit-an [assembling] otomatis, robot-robot industri dan mesin-
mesin kontrol numerik adalah contoh-contohnya.
Mekanisme-servo
Mekanisme-servo [servomechanism] adalah istilah tradisonal yang
dipakai untuk menje-laskan sistem kontrol elektromekanik kalang-tertutup
yang mengarahkan perpindahan yang cermat dari suatu obyek fisik
seperti antena radar atau lengan robot. Biasanya, yang dikendalikan bisa-
jadi posisi output atau kecepatan output (atau pun kedua-duanya). Contoh
dari mekanisme-servo adalah sistem penentuan posisi untuk antena
radar, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.11. Dalam kasus ini,
variabel terkontrol adakah posisi antena. Antena diputar dengan motor
elektrik yang terhubung dengan pengontrol yang terletak pada jarak
tertentu. Pengguna memilih suatu arah, dan pengontrol mengarahkan
antena untuk berputar ke posisi yang telah ditetapkan.
Kontrol Numerik
Kontrol numerik [Numerical Control atau NC] adalah jenis kontrol
digital yang dipergu-nakan pada perkakas mesin seperti mesin bubut
[lathe] dan mesin tempa [milling]. Mesin-mesin ini dapat secara otomatis
memotong dan membentuk benda-kerja tanpa operator manusia. Setiap
mesin memiliki seperangkat sumbu [axis] dan parameternya sendiri yang
Robotika
Robot industri adalah contoh klasik dari sistem kontrol posisi.
Dalam kebanyakan kasus, robot memiliki satu lengan tunggal dengan
sendi-sendi bahu, siku, dan pergelangan, serta juga semacam tangan
yang disebut effector akhir.
5.5 Sinyal
Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai
keadaan tingkah laku dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal
dapat diwujudkan dalam beberapa cara, dalam berbagai kasus, informasi
terdiri dari sebuah pola dari beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagi
contoh sinyal mungkin berbentuk sebuah pola dari banyak variasi waktu
atau sebagian saja.Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu
atau lebih variable yang berdiri sendiri (independent variable). Sebagai
contoh, sinyal wicara akan dinyatakan secara matematis oleh tekanan
akustik sebagai fungsi waktu dan sebuah gambar dinyatakan sebagai
fusngsi ke-terang-an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Disini tangga satuan (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t)
bernilai 1 untuk semua t > 0.
Catatan bahwa untuk t> 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah senilai 1.
Sehingga pada kasus ini r(t) merupakan “unit slope”, yang mana
merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut sebagai unit-ramp
function. Jika ada variable K sedemikian hingga membentuk Kr(t), maka
slope yang dimilikinya adalah K untuk t > 0. Suatu fungsi ramp diberikan
pada Gambar 2b.
Sinyal Periodik
Ditetapkan T sebagai suatu nilai real positif. Suatu sinyal waktu
kontinyu x(t) dikatakan periodik terhadap waktu dengan periode T jika
Sebagai catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga
periodik dengan qT, dimana q merupakan nilai integer positif. Periode
fundamental merupakan nilai positif terkecil T untuk persamaan (5).
Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut
x(t) = A cos(ωt + θ) (5)
Disini A adalah amplitudo, ω adalah frekuensi dalam radian per
detik (rad/detik), dan θadalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam hertz
(Hz) atau siklus per detik adalah sebesar f = ω/2π.
Untuk melihat bahwa fungsi sinusoida yang diberikan dalam
persamaan (5) adalah fungsi periodik, untuk nilai pada variable waktu t,
maka:
Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret, persamaan
(7) biasanya tidak disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit
diberikan seperti Gambar (4)
Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting
untuk menyatakan bahwa x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n)
tidak bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara sederhana
bukan merupakan bilangan selain integer dari n.
δ(n)
Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit
dan system dnegan fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret
unit sample biasanya disebut dengan impuls diskrit (diecrete-time impuls),
atau disingkat impuls (impulse).
-Sekuen Step
6.1.2. Transduser
Transduser mendeteksi fenomena fisik (suhu, tekanan dan lain-lain)
kemudian mengubahnya menjadi sinyal-sinyal listrik. Misalnya termokopel,
6.2.3. Pemicuan
Banyak aplikasi akuisisi data yang membutuhkan pemicuan
eksternal yang digunakan untuk memulai dan menghentikan operasi
akuisisi data. Pemicuan digital mensinkronkan antara akuisisi dan
pembangkit tegangan ke suatu pulsa digital eksternal. Pemicu analog,
yang banyak digunakan pada operasi masukan analog, akan memulai
atau menghentikan operasi akuisisi data saat suatu sinyal masukan
mencapai suatu aras dan slope suatu tegangan analog.
Rangkaian pada gambar 5.5, diambil dari data sheet DAC 0832 yang
merupakan suatu pendekatan dengan melakukan konversi dari data-data
digital menjadi analog (tegangan) menggunakan rangkaian tangga R 2R
(R 2R ladder). Nilai dari R dan Rfb sekitar 15 K ohm sehingga 2R-nya
sekitar 30 Kohm. Nilai-nilai yang sebenarnya tidak terlalu penting karena
kenyataannya nilai-nilai resistor tersebut masing-masing sangat dekat
(sama) antara satu dengan yang lain.
Gambar 5.6. (a) Rangkaian aplikasi DAC 0832 (b) Blok diagram DAC
0832 Lout1 pada tangga R2R terhubung pada masukan terinversi pada
Op-amp, sedangkan Iout2 terhubungkan pada masukan tak-terinversi dan
ground. Resistor Rfb digunakan sebagai resistor umpan-balik ke Op-amp
(dari keluaran ke masukan terinversi Op-amp). Dalam hal ini, agar Op-
amp mampu menghilangkan arus yang melalui masukan terinversi maka
arus melalui resistor umpan-balik, Rfb, harus sama dengan arus yang
melalui resistor masukan terinversi namun dengan polaritas terbalik,
perhatikan gambar 5.7.
Gambar 5.7
Karena arusnya sama tetapi daya polaritas yang berbeda maka
hasilnya adalah tegangan 0 volt. Dengan demikian, masukan terinversi
memiliki beda potensial yang sama dengan ground. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kesamaan pertanahan atau dinamakan pentanahan semu. Hal-
hal yang bisa diketahui :
Ifb = -lin
• Tegangan dikiri Rfb adalah 0 berkaitan dengan pertanahan semu,
sehingga
tegangan disebelah kanen adalah tegangan Rfb -> Vout = Rfb x Ifb.
Karena Ifb = -lin maka Vout = Rfb x -Iin ;
Arus yang dihilangkan pada masukan terinversi adalah loutl maka
Vout = Rfb x — loutl. (sebagaimana juga pada data sheet)
Ingat bahwa bit MSB memiliki bobot 128. Pada data sheet juga dikatakan
bahwa :
angka "10" artinya bilangan basis 10 (desimal). Dengan demikian untuk bit
MSB yang aktif diperoleh :
dan ini adalah basil yang ideal dan sempurna pada hal kenyatannya tidak
demikian. Umumnya tidak linear, lebih lanjut dipersilahkan membaca data
sheet untuk diskusi lebih lanjut tentang linearitas.
Kasus MSB yang baru saja dibahas merupakan hal yang relatif
sederhana. Sekarang, misalnya, bit 6 saja yang aktif, sehingga rangkaian
pada gambar 5.9 dapat disederhanakan menjadi rangkain pada gambar
5.10.
Gambar 5.12
Pertama kali DAC diinisialisasi dengan cara mengaktifkan bit-7 (high
order bit) saja terlebih dahulu (jika DAC-nya 8 bit). Jika keluaran
komparator adalah LOW, maka tegangan yang dihasilkan oleh DAC masih
di bawah dari tegangan yang akan dikonversi, maka bit-7 tersebut tetap
dijaga dalam kondisi HIGH (ON). Namun jika keluaran komparatornya
adalah HIGH, artinya tegangan dari DAC terlalu tinggi, sehingga bit-7 di-
LOW-kan saja. Bit-bit lainnya (dalam DAC) diuji dengan cara yang sama
dan akhirnya dibiarkan HIGH atau dijadikan LOW tergantung dari status
dari komparator. Proses ini dinamakan sebagai pendekatan beruntun atau
succesive approximation seperti digambarkan pada diagram alir berikut:
Gambar 5.20
7.1.Sistem Logika
Gerbang logika merupakan dasar pembentukan sistem digital.
Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner, sehingga disebut juga
gerbang logika biner.
Tegangan yang digunakan dalam gerbang logika adalah TINGGI
atau RENDAH. Tegangan tinggi berarti 1, sedangkan tegangan rendah
berarti 0.
A
B
Masukan Keluaran
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
A
Y
B
7.1.3 Gerbang OR
Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari
masukannya pada keadaan 1. jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka
semua masukan harus dalam keadaan 0.
A
Y
B
Masukan Keluaran
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Tabel Kebenaran OR
A
Y
B
Masukan Keluaran
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Tabel Kebenaran NOR
A
Y
B
Masukan Keluaran
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Masukan Keluaran
A Y
0 1
1 0
7.2.PLC
Saat ini PLC telah mengalami perkembangan yang luar biasa, baik
dari segi ukuran, kepadatan komponen serta dari segi fungsinnya seiring
perkembangan teknologi solid state. Beberapa perkembangan perangkat
keras maupun perangkat lunak PLC antara lain: (a) Ukuran semakin kecil
dan kompak, (b) Jenis instruksi/fungsi semakin banyak dan lengkap, (c)
Memiliki kemampuan komunikasi dan system dokumentasi yang semakin
baik, (d) Jumlah input/output yang semakin banyak dan padat, (f) Waktu
eksekusi program yang semakin cepat, (g) Pemrograman relatif semakin
mudah. Hal ini terkait dengan perangkat lunak pemrograman yang
semakin user friendly, (h) Beberapa jenis dan tipe PLC dilengkapi dengan
modul-modul untuk tujuan kontrol kontinu, misalnya modul ADC/DAC, PID,
modul Fuzzy dan lain-lain Perusahaan PLC saat ini sudah memulai
memproduksi PLC dengan beberapa ukuran, seperti jumlah input/output,
instruksi dan kemampuan lainya yang beragam. Perkembangan dewasa
ini pada dasarnya dilakukan agar memenuhi dan memberikan solusi bagi
kebutuhan pasar yang sangat luas. Sehingga mampu untuk menjawab
permasalahan kebutuhan kontrol yang komplek dengan jumlah
input/output mencapai ribuan.
Agar lebih mengenal fungsi dan cara kerja PLC pada umumnya,
biasanya dibuat PLC Training Unit untuk keperluan pelatihan bagi siswa
maupuin praktisi industri agar lebih mendalami dan memahaminya
Gbr.Desktop
7.2.13 Processor
Prosesor adalah bagian pemroses sistem PLC yang membuat
keputusan logika. Keputusan yang telah dibuat berdasarkan program
tersimpan dalam memori. Prosesor adalah bagian dari Central Processing
Unit (CPU) dari PLC yang menerima, menganalisa, memproses dan
memberikan informasi ke modul keluaran. Di dalam CPU PLC dapat
dibayangkan seperti sekumpulan ribuan relay. Hal tersebut bukan berarti
-Spesial Relay
Special relay (SR) merupakan relay yang menghubungkan
fungsi-fungsi khusus seperti flag (misalnya: instruksi penjumlahan
terdapat kelebihan digit pada hasilnya [carry flag], kontrol bit PLC,
informasi kondisi PLC, dan system clock (pulsa).
- Holding Relay
Holding relay (HR) dapat difungsikan untuk menyimpan data
(bit-bit penting) karena tidak hilang walaupun sumber tegangan
PLC mati.
- Link Relay
Link relay (LR) digunakan untuk data link pada PLC link
system. Link system digunakan untuk tukar-menukar informas antar
dua PLC atau lebih dalam satu sistem kendali yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan PLC
minimum dua unit.
-Temporary Relay
Temporary relay (TR) berfungsi untuk menyimpan
sementara kondisi logika program pada ladder diagram yang
mempunyai titik percabangan khusus.
-Timer/Counter
Timer/counter (T/C) untuk mendefinisikan suatu waktu tunda
/time delay (timer) ataupun untuk menghitung (counter). Untuk timer
mempunyai orde 100 ms, ada yang mempunyai orde 10 ms yaitu
TIMH(15). Untuk TIM 000 sampai dengan TIM 015 dapa
dioperasikan secara interrupt untuk mendapatkan waktu yang lebih
presisi.
- Upper Memory
Upper memory (UM) berfungsi untuk menyimpan dan
menjalankan program. Kapasitas tergantung dari pada
masingmasing tipe PLC yang dipakai. 595
⇒ Semua memori (selain DM dan UM) dapat dibayangkan
sebagai relay yang mempunyai koil, kontak NO dan NC. Timer
dan Counter juga dapat dibayangkan seperti pada umumnya
dan mempunyai kontak NO dan NC.
⇒ DM tidak mempunyai kontak, hanya ada channel/word saja.
DM dapat difungsikan untuk menyimpan data-data penting yang
tidak boleh hilang waktu sumber tegangan mati atau
memanipulasi program.
⇒ Memori yang sifatnya dapat menyimpan data program jika
listrik mati adalah DM dan HR, sedangkan memori yang lainnya
akan hilang.
⇒ Programmeran PLC ada dua macam yaitu dengan diagram
ladder dan bahasa mnemonic. Programmeran biasanya
membuat diagram ladder terlebih dahulu dan kemudian baru
menterjemahkannya dalam bahasa mnemonic, atau bisa juga
langsung digambar ladder diagram pada layar monitor.
Gbr.Catu daya
Gbr.Ladder diagram