Anda di halaman 1dari 121

TUGAS PERANCANGAN GARDU DISTRIBUSI

4Th SEMESTER

“PERANCANGAN GARDU DISTRIBUSI 20 KV LIMNOLOGI LIPI CIBINONG”

Name / NIM : Haikal Yusup (1313020027)


Muhammad Fariz Al Rasyid (1313020052)
Class : TL – 4B
Date of Report : 19 June 2015

ELECTRICAL ENGINEERING PROGRAM

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berjudul “Perancangan Gardu
Distribusi 20 KV Limnologi LIPI Cibinong” ini. Saya menyampaikan ucapan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan dan menyusun karya
tulis ini, khususnya kami sampaikan kepada:

1. Bapak Silo Wardono, ST, M. Si. selaku Kepala Program Studi Teknik Listrik yang telah
menyediakan kesempatan dan bantuan fasilitas dalam menyelesaikan karya tulis ini;
2. Bapak Ir. Drs. Asrizal Tatang, ST. Selaku dosen mata kuliah Perancangan Gardu
Distribusi yang telah membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam
pembuatan karya tulis ini;
3. Orang tua kami, yang telah memberikan dukungan moral dan do’a dalam
menyelesaikan karya tulis ini;
4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.
kami selaku penulis sangat menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
memperbaiki agar lebih mendekati kesempurnaan. Akhir kata, saya sampaikan terimakasih atas
perhatian yang diberikan.

Depok, 19 Mei 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Sistematika Penulisan 2

2. TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI 4


2.1 Transformator Tenaga 4
2.1.1 Transformator Tiga Phase 9
2.1.1.1 Hubungan segitiga-segitiga ( Δ−Δ ) 11
2.1.1.2 Hubungan Υ –Υ 14
2.1.1.3 Hubungan Δ – Y 16
2.1.1.4 Hubungan Y – Δ 18
2.2 Switch Gear MV dan LV 19
2.3 Sistem Pengaman 20
2.4 Instrumen Transformator dan Meteran 23
2.4.1 Transformator Tegangan 23
2.4.2 Transformator Arus 26
2.4.2.1 Fungsi Trafo Arus 28
2.4.2.2 Jenis Trafo Arus 30
2.4.2.3 Metering atau Alat Ukur 39
2.5 Sistem Rel 47
2.6 Perbaikan Power Faktor 56
2.6.1 Penempatan Kapasitor Bankpada PHB Tegangan Rendah 57
2.6.2 Pengertian Faktor Daya 58
2.6.3 Metode Perbaikan Faktor Daya 58
2.6.4 Memaksimalkan kapasitas pembebanan jaringan 59

ii
2.7 Emergency Power Supply 59
2.8 Instalasi Gardu 61

3. DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK 66


3.1 Deskripsi Proyek 66
3.2 Ruang Lingkup Proyek 67

4. PERANCANGAN DAN ANALISA 68


4.1 Gambar Perancangan 68
4.1.1 Gambar MVDP 70
4.1.1.1 Single Line Diagram MVMDP 70
4.1.1.2 Triple Line Diagram MVMDP 71
4.1.1.3 Panel MVMDP 72
4.1.2 Instalasi Transformator 73
4.1.3 Gambar LVMDP 74
4.1.3.1 Single Line Diagram LVMDP 74
4.1.3.2 Panel LVMDP 75
4.1.3 Layout Ruang Gardu 76
4.1.4 Layout Ruang Genset 77
4.1.5 Gambar AMF 78
4.1.5.1 Single Line Diagram AMF 78
4.1.5.2 Gambar Diagram Kontrol 79
4.1.5.3 Panel AMF 84
4.1.6 Gambar Diagram Kontrol UPS 85

4.2 Pemilihan dan Perhitungan Komponen 86


4.2.1 Pemilihan dan Perhitungan Trafo 86
4.2.2 Pemilihan dan Perhitungan Diesel Emergensi 87
4.2.3 Pemilihan dan Perhitungan Baterai Emergensi 87
4.2.4 Pemilihan dan Perhitungan Switchgear 88
4.2.5 Pemilihan dan Perhitungan Trafo Instrumen 90
4.2.6 Pemilihan dan Perhitungan Kapasitor Bank 98

iii
4.2.7 Pemilihan dan Perhitungan Kabel 99

4.2 Daftar Komponen 101


4.3 Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
4.4 Bill Of Quantity 114

5. PENUTUP 115
5.1 Kesimpulan 115
6. DAFTAR PUSTAKA 116

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia yang sudah serba modern ini, peran listrik sudah sangatlah vital dalam
kehidupan manusia. Tanpa listrik satu hari saja, aktivitas kita seolah-olah lumpuh, seolah-
olah kita tidak bisa melakukan apa-apa. Hampir seluruh pekerjaan manusia saat ini
menggunakan tenaga listrik.
Di Indonesia, PLN diberi tanggungjawab untuk melayani dan memasok tenaga
listrik ke seluruh wilayah Indonesia. Tenaga listrik dihasilkan oleh suatu pembangkit
tenaga listrik. Namun tenaga listrik yang dihasilkan oleh suatu pembangkit tidak bisa
langsung digunakan oleh konsumen, melainkan harus ditransmisikan dan didistribusikan
terlebih dahulu melalui suatu gardu distribusi. Akan tetapi saat ini permasalahannya
Indonesia masih sangat bergantung dengan pembangkit tenaga listrik dengan sumber energi
fossil yang sudah semakin langka. Sehingga dampaknya Indonesia sudah mulai menatap
krisis energi lstrik. Banyak wilayah di Indonesia yang belum menikmati listrik secara
maksimal bahkan banyak wilayah yang sama sekali belum merasakan keberadaan listrik.
Selain permasalahan tersebut di atas, sistem kelistrikan di Indonesia juga masih
bermasalah dengan kehandalan. Terutama kehandalan pada kegiatan distribusi tenaga
listrik.PLN menggunakan gardu distribusi 20 KV untuk menyalurkan energi listrik ke
konsumen. Untuk mendistribusikan tenaga listrik dengan baik, suatu gardu distribusi
diperlukan perancangan dan penginstalasian yang sesuai dengan aturan dan standar yang
berlaku agar kegiatan pendistribusian tenaga listrik dapat berjalan dengan baik, aman, dan
handal.
Pada kali ini kami akan membuat suatu perancangan gardu distribusi 20 KV untuk
Bioteknologi LIPI Cibinong. Banyak orang yang belum tahu bagaimana suatu gardu
distribusi bekerja, banyak juga yang belum tahu apa saja yang terdapat di dalam gardu
distribusi tersebut. Dalam proses pembuatan suatu gardu disribusi diperlukan perancangan
yang baik, pemilihan komponen yang baik, dan penginstalasian yang sesuai dengan aturan
dan standar yang berlaku. Namun sebelum melakukan semua hal tersebut, perlu kita
ketahui fungsi dari gardu distribusi tersebut dan berapa besar daya yang akan digunakan.
Dalam karya ilmiah ini, kami akan memberikan ulasan lengkap tentang perancangan gardu

1
distribusi, pemilihan dan perhitungan komponen, sampai estimasi biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk membangun sebuah gardu distribusi yang baik, aman, dan handal.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan:
1. Bagaimana merancang gardu distribusi 20 KV untuk Bioteknologi LIPI Cibinong yang
baik dan sesuai dengan standar?
2. Bagaimana konstruksi gardu distribusi 20 KV untuk Bioteknologi LIPI Cibinong yang
baik dan sesuai dengan standar?
3. Bagaimana pemilihan komponen yang baik untuk suatu gardu distribusi 20 KV?
4. Bagaimana penginsatalasian komponen yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku?
5. Bagaimana mewujudkan gardu distribusi yang memiliki kehandalan yang baik?

1.3 Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mampu merancang suatu gardu
distribusi 20 KV dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang penjabaran latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan
sistematika penulisan.

BAB II TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI


Pada bab ini dijelaskan kajian teoritis dan konsep-konsep dasar dalam karya ilmiah ini
terutama tentang gardu distribusi.

BAB III DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK


Dalam bab ini dijelaskan semua tentang deskripsi dari penggunaan gardu distribusi 20
KV Bioteknologi LIPI Cibinong serta ruang lingkup proyeknya.

2
BAB IV PERNCANGAN DAN ANALISA
Bab ini menjabarkan tentang seluruh perancangan gardu distribusi berupa gambar
perancangan, analisa mengenai pemilihan dan perhitungan komponen, rencana kerja dan
syarat-syarat, bill of quantity, engineering estimate, dan network planning.

BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan, daftar kepustakaan, serta lampiran katalog-katalog dan data-
data lain yang digunakan dalam pernacangan gardu distribusi.

BAB II
TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI

2.1 Transformator Tenaga

3
Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan
distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah
(step down transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.
Sedang transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (step up transformator),
hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang didistribusikan pada
suatu jaringan panjang (long line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang
berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan 5% dari tegangan
semula. Jenis transformator yang digunakan adalah transformator satu phasa dan transformator
tiga phase. Adakalanya untuk melayani beban tiga phase dipakai tiga buah transformator satu
phase dengan hubungan bintang (star conection) Ү atau hubungan delta (delta conection) Δ.
Sebagian besar pada jaringan distribusi tegangan tinggi (primer) sekarang ini dipakai
transformator tiga phase untuk jenis out door. Yaitu jenis transformator yang diletakkan diatas
tiang dengan ukuran lebih kecil dibandingkan dengan jenis in door, yaitu jenis yang diletakkan
didalam rumah gardu.

Gambar 2.1 Transformator Daya 20 KV

4
Gambar 2.2 Rangkaian Transformator 1 fasa

Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber arus bolak balik, maka pada
kumparan primer tersebut akan mengalir arus listrik I, yang akan menyebabkan timbulnya fluk
magnit Q atau gaya gerak magnit (ggm) yang berubah ubah pada teras besi B, bersamaan
dengan itu pada kumparan primer timbul gaya gerak listrik (electro motive force) induksi Ep,
yang sama besarnya dan berlawanan arah dengan tegangan yang diberikan Vp. Sebab ggl (gaya
gerak listrik) induksi ini mempunyai sifat menentang setiap perubahan arus yang
membangkitkan besarnya ggl induksi pada kumparan primer ini adalah:

(1)

Dimana:

Εp = besarnya ggl induksi pada kumparan primer (volt)

dφ = perubahan ggl didalam teras (Maxwell)

dt = perubahan waktu sesaat (detik)

Np = jumlah lilitan kumparan primer

Fluk magnet (ggm) φ yang menginduksikan ggl induksi Εp pada kumparan primer
tersebut, tercakup (dipeluk) pula pada kumparan sekunder; sehingga merupakan fluk bersama
(mutual fluk) φm . Dengan demikian fluk bersama φm ini menginduksikan pula ggl induksi Εs
pada kumparan sekunder, sehingga pada kumparan sekunder akan terdapat tegangan Vs yang
besarnya sama dan berlawana arah dengan ggl induksi Εs yang terbangkitkan pada kumparan
sekunder. Kalau pada kumparan primer ggl induksi tersebut dibangkitkan oleh arus listrik,
maka untuk dapat membangkitkan arus listrik Ι2 pada kumparan sekunder; diperlukan ggl

5
induksi Εs yang berubah-ubah. Maka pada kumparan primer dihubungkan arus bolak-balik.
Besarnya ggl induksi Εs pada kumparan sekunder ini adalah:

(2)

Dimana:

Εs = besarnya ggl induksi pada kumparan sekunder (volt)

Νs = jumlah lilitan kumparan sekunder.

Karena fluk magnet didalam teras besi B ini merupakan fluk bersama (mutual flux)
maka dari persamaan 1 dan 2 didapatkan perbandingan lilitan dengan perbandingan ggl induksi
yakni:

(3)

Dimana a merupakan nilai perbandingan transformasi (ratio transformation) pada suatu


transformator. Apabila nilai a lebih besar dari satu (a > 1) maka transformator tersebut
merupakan step down transformator.sebaliknya apabila nilai a lebih kecil dari satu (a < 1) maka
transformator ini merupakan step up transformator. Dalam keadaan fluk magnet φ maksimum,
sesuai dengan arus yang membangkitkannya pada kumparan; maka besarnya fluk magnet
(ggm) φ ini adalah

(4)

Dari persamaan diatas apabial ditransfer kepersamaan akan didapat:

(5)

6
(6)

Pada waktu ggl besarnya maksimum maka besarnay sin tω = 1maka persamaan (6) akan
beruabh menjadi:

(7)

Dari persamaan (6) dan (7) ggl induksi maksimum adalah:

(8)

Begitu pula besarnya ggl induksi sekunder (untuk penyelesaian yang sama) akan terdapat:

(9)

Dari persamaan (8) dan (9) maka jelaslah bahwa ggl induksi yang dibangkitakan oleh
arus bolak-balik akan mempunyai bentuk yang sama dengan membangkitkannya. Apabila
transformator tersebut dianggap adeal sehingga hanya terdapat kehilangan tenaga yang kecil
sekali dan bias diabaikan, maka tenaga input Ρ1 pada tranformator akan sama dengan tenaga
output nya Ρ0 maka didapati:

(10)

Yang dimaksud ideal disini adalah: a. Kerugian karena arus pusar (eddy Current) dan kerugian
hysterisis didalam teras besi tidak ada. b. Kerugian tahanan pada kawat tembaga tidak ada c.
Dan tidak ada kebocoran fluk pada kumparan primer maupun sekunder

7
Oleh karena itu seperti yang telah diterngalan dimuak bahwa ggl induksi Εp maupun Εs akan
sama besarnya dan berlawana arahnya dengan tegangan sumber Vp sehingga didapat
persamaan:

(11)

Dari persamaan (9) dan (16) diatas didapat perbandingan transformator yaitu:

(12)

Untuk transformator yang tidak ideal akan terjadi perubahan pada tegangan output,
yang akan berpengaruh pada tenaga output transformator Ρo dimana tenaga output
transformator Ρ0 lebih kecil daripada tenaga input Ρi (Ρi < Ρo )Hal tersebut disebabakan
terjadinya kerugian-kerugian daya didalam transformator, seperti yang telah dikemukakan
diatas. Besarnya tenaga output pada kumparan sekunder adalah:

(13)

Karena transformator tidak membangkitkan tenaga listrik sendiri, dengan adanya


kerugian-kerugian didalam transformator ini tenaga output pada kumparan sekunderlebih kecil
dari pada tenaga input pada kumparan primer. Dengan adanya perubahan-perubahan pada
tenaga output ini akan memepengaruhi nilai efisiensi dari transformator tersebut yang dapat
ditentukan:

(14)

Dari persamaan (19) diatas dapat disimpulakn bahwa makin kecil kerugian daya yang
terjadi pada transformator, makin tinggi efisiensinya. Sebaliknya makin besar kerugian daya
pada transformator makin berkurang nilai efisiensinya. Untuk memperkecil kerugian-kerugian
daya pada transformator tersebut perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut:

8
a. Dipilih penampang kawat yang cukup besar dan mempunyai nilai konduktivitas yang cukup
besar untuk memperkecil kerugian- kerugian tahanan pada kawat.

b. Dipilih tera-teras tipis dari bahan-bahan feromaknitis yang bermtu baik dan penampangnya
yang cukub besar, untuk memeperkecil kerugian teras yang berupa kerugian arus pusar
(Eddy Current) dan kerugian hysterisis pada teras.

c. Dan perlu diperhatikn pula isolasi yang mempunyai daya tahan (non coducting) yang tinggi
untuk menghindarkan terjadinya fluk bocor.

2.1.1 Transformator Tiga Phase

Transformator yang banyak digunakan untuk jarinagn distribusi tegangan tinggi adalah
transformator tiga phase. Pada dasarnya transformator tiga phase ini terdiri dari tiga buah
transformator, satu phase dengan tiga buah teras besi yang dipasang pada satu kerangka. Dari
tiga teras besi ini ditemoatkan masing-masing sepasang kumparan yakni kumparan primer dan
kumparan sekunder. Dengan demikian seluruhnya akan terdapat tiga buah kumparan primer
dan tiga buah kumoaran sekunder. Dari ketiga kumparan primer maupun ketiga kumpatran
sekunderdapat dihubungkan secara hubungan bintang (star conection) Υ dan dihubungkan
egitiga (delta conection) . Δ Seperti halnya transformator satu phase maka azas kerja dari
transformator tiga phase ini pada prinsipnya sama saja. Hanya pada transformator tiga phase
arus yang dihubungkan padakumparan primer berbentuk arus bolak-balik dari tiga buah kawat
phase masing-masing sama besarnya dan bergeseran sudut sebesar 120° taip phasenya, yang
menimbulkan fluk maknit φ didalam teras besi juga berbeda phase 120°. Karena fluk maknit
yang dibangkitkan merupakan fluk maknit bersama (mutual fluk) φ m, maka pada tiap-tiap
kumparan akan dibangkitkan gaya gerak listrik (electro motive force) induksi yang masing-
masing berbeda 120° juga. Besarnya ggl induksi baik primer maupun sekunder sama halnya
dengan yang terjadi pada transformator satu phase, yang masing-maing besarnya adalah :

9
(18)

Gambar 2.3 Hubungan Bintang – Bintang ( Y-Y )

Kalau dalam transformator satu phase besarnya ggl induksi tersebut sama besarnya dan
berlawanan arah dengan tegangannya, maka untuk transformator tiga phase besarnya tegangan
tergantung pada hubungan antara kumparan primer dan kumparan sekunder. System hubungan
untuk kumparan primer dan kumparan sekunder dikenal 4 macam system hubungan yaitu:

a. Hubungan segitiga-segitiga ( Δ −Δ )

b. Hubungan bintang-bintang ( Υ−Υ )

c. Hubungan segitiga-bintang ( Δ−Υ )

d. Hubungan segitiga-bintang (Υ −Δ)

2.1.1.1 Hubungan segitiga-segitiga ( Δ−Δ )

Yang dimaksud denagn hubungan segitiga-segitiga ( Δ –Δ ) ini adalah apabila ketiga


kumparan primer dihubungkan secara seri satu sama lain, sehingga merupakan rangkaian

10
tertutup (segitiga) dengan tiga buah ujung kawat phase nya. Demikian pula untuk hubunga
ketiga kumparan sekundernya. Sehingga antara kumparan primer dan kumparan sekunder
etrdapat hubungansegitiga-segitiga (Δ−Δ ). Perhatikan gambar 21 dibawah ini:

Gambar 2.4 Rangkaian Transformator Tiga Fasa Hubungan Δ-Δ (a) dan Rangkaian Eqivalen
Transformator Tiga Fasa Hubungan Δ-Δ (b)

Seperti halnya dalam transformator satu phase untuk dapat membangkitkan arus listrik
pada kumparan sekunder, diperlukan ggl induksi yang berubah-ubah. Sedang untuk membuat
ggl induksi berubah-ubah pada kumparan primer dihubungkan arus bolak-bolik. Dalam
transformator 3 phase ini pada kumparan sekunder dapat dibangkitkan dari tiap-tiap lilitan
phase arus bolak-balik yang satu sama lain sama besarnaya dan masing-masing berbeda phase
120o . Pada gambar 21b diperlihatkan arus yang dihasilkan adalah dani Ia Ib dan Ic yang
besarnya adalah :

(19)

Dimana :
Ia,Ib,Ic = arus phase pada kumparan sekunder utuk phase I,II,dan
Im2 = arus maksimum pada kumparan sekunder (ampere)

Untuk saluran (line current) tiap phase Ia, Ib, dan Ic menurut gambar 2.4 adalah:

11
(20)

Apabila persamaan (19) kita masukkan kepersaamaan (20) maka akan didapat arus saluran
yang besarnya masing-masing adalah:

(21)

Dari persamaan diatas ternyata arus saluran (line current) sama besarnya dan bergeseran
phase 1200 satu sama lain. Apabila arus phase (phase current) sephase dengan tegangan, maka
arus saluran akan bergeseran sudut 300 terhadap tegangan. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.5 Vektor Hubungan Δ-Δ

Harga efektif dari arus saluran (line current) menurut persamaan (21) adalah:

12
Untuk hubungan Δ −Δ ini, tegangan saluran (line voltage)sama dengan tegangan phase
(phase voltage). Lihat gambar 2.2 dari persamaan (20) dan (21) dapat ditulis besarnya tegangan
saluran ini, yakni:

(22)

Dengan demikian tegangan saluran untuk tiap phase sama satu sama lain dan bergeseran phase
1200. Harga efektif dari tegangan saluran dalam hubungan ∆-∆ ini adalah :

(23)

Dimana:

Va-c = tegangan saluran untuk phase a-c (volt)

Vb-c = tegangan saluran untuk phase b-c (volt)

Vc-a = teganagn saluran untuk phase c-a (volt)

Emax2 = tegangan maksimum pada kumparan sekunder (volt)

Dalam transformator satu phase tenaga yang diberikan Ρ0 adalah:

(24)

Oleh karena dalam transformator tiga phase hubungan Δ −Δ ini arus saluran (line
current) dan tegangan saluran (line voltage) adalah

(25)

13
Maka tenaga yang diberikan pada transformator tiga phase untuk satu phase dalam
hubungan - adalah:

(26)

Dalam keadaan istimewa dimana factor daya cos = I atau arus phase dengan tegangan
phase dala keadaan sephase maka besarnya tenaga adalah:

(27)

Dalam keadaan istimewa dimana factor daya cos = I atau arus phase dengan tegangan
phase dala keadaan sephase maka besarnya tenaga adalah:

2.1.1.2 Hubungan Υ −Υ

Yang dimaksud dengan hubungan Υ −Υ adalah apabila ujung- ujung kawat lilitan
kumparan dari ketiga kumparan primer maupun dari kumparan sekunder, masing-masing
dihubungkan menjadi satu dan merupakan titikbintang yang dihubungkan dengan saluran nol
(ground). Sedangkan ketiga ujung kawat lilitan kumparan yang lain masing-masing
dihubungkan dengan kawat phase, maka terdapat 4 buah sambungan yang seperi terlihat pada
gambar 23 dibawah ini. Untuk transformator 3 buah phase dengan hubungan Υ−Υ seperti pada
gambar 23 b, harga arus phase yang mengalir pada ketiga kumparan primer dan sekunder sama
dengan arus saluran (line current). Apabila diketahui arus phase pada tiap-tiap kumparan
seperti pada persamaan (22) maka arus saluran a adalah:

(28)

Didalam keadaan setimbang dimana kerugian pada tiap-tiap kumparan tidak ada, maka
harga efektif dari besarnya arus saluran adalah:

(29)

14
Dari rangkaian equivalent pada gambar 23 b besarnya tegangan antara kawat phase
(saluran) dan kawat netral. Besarnya tegangan phase satu sama lain sama dan berbeda phase
1200 yakni :

(30)

Gambar 2.6 Rangkaian Transformator Tiga Phase dengan Hubungan Y – Y dan Rangkaian
Equivalent Transformator 3 Phase Hubungan Y - Y

Sedang besarnya tegangan saluran (line voltage) seperti pada gambar 23 b adalah:

(31)

Apabila persamaan (30) kita masukkan pada persamaan (31) maka akan didapat harga
tegangan saluran yaitu:

(32)

Harga efektif dari tegangan saluran ini apabila tegangan phase tidak mengalami
kerugian-kerugian didalam teras maka besarnya ketiga tegangan saluran ini sama besar dan
berbeda phase 1200 satu sama lain, yakni:

15
(33)

Dalam keadaan seimbang, dimana besarnya beban untuk masing-masing phase sama
dan juga sudut pergeseran phase antara arus phase dan tegangan phase juga sama, maka
besarnya tenaga yang diberikan (Ρ0 ) sesuai dengan persamaan (32) dan (33) pada transformator
tiga phase dengan hubungan - adalah:

(34)

Dari persamaan (33) dan (34) ini, apabila dalam hubungan Δ − Δ, maupun dalam
hubungan Υ −Υ tetap berlaku persamaan yang sama.

2.1.1.3 Hubungan Δ – Y

Hubungan Δ – Y ini merupakan hubungan campuran dimana ketiga kumparan primer


dihubungkan dengan Δ sedang untuk ketiga kumparan sekunder dihubungakan Υ . Perhatikan
gambar 24 dibawah ini. Dalam sistem ini, apabila ketiga kumparan primer diberi sumber arus
Ιa Ιb Ιc ,, maka didalam ketiga kumparan primer mengalir arus phase ia, ib,ic yang besarnya
adalah:

Gambar 2.7 Rangkaian Transformator 3 Phase Hubungan Δ – Y (a) dan Rangkaian


Equivalent Transformator 3 Phase Hubungan Δ – Y (b)

akibatnya pada kumparan primer akan timbul gaya gerak maknit (ggm) yang berubah
ubah dan menimbulkan ggl pada ketiga kumparan primer yang besarnya sama dengan besarnya
tegangan saluran yakni :

16
(35)

Fluk maknit (ggm) akan menginduksikan ggl induksi ini pada kumparan sekunder, sehingga
pada ketiga kumparan sekunder akan timbul arus phase ia,ib dan ic, karena pada ketiga
kumparan sekunder ini dihubungkan maka arus phse ini sama besarnya dengan arus saluran,
yang besarnya adalah:

(36)

Sedang basarnya ggl induksi pada ketiga kumparan sekunder adalah:

(37)

2.1.1.4 Hubungan Y - Δ

Transformator tiga phase dengan hubungan primer Υ − Δ ini adalah apabila ketiga
kumparan primer dihubungkan.lihat gambar 25 dibawah ini:

17
Gambar 2.8 Rangkaian Transformer 3 Phase dengan Hubungan Y – Δ dan Rangkaian
Equivalent Transformer 3 Phase dengan Hubungan Y - Δ

Sistem hubungan Υ − Δ ini adalah kebalikan dari system hubungan Υ − Δ. Dimana


ketiga kumparan primer apabila mengalir arus saluran IA, IB dan IC yang besarnya sama
dengan arus phase iA, iB dan iC yang terdapat pada ketiga kumparan primer, maka pada
kumparan primer ini akan timbul ggl induksi yang besarnya 3 dari tegangan saluranVA-B, VB-
C danVC-A yang diberikan. Karena ggl induksi ini meginduksikan juga ggl induksi pada ketiga
kumparan sekunder. Dimana besarnya ggl ini akan sama besarnya dengan tegangan salurannya.
Maka pada ketiga kumparan sekunder akan timbul arus listrik ia ib dan ic yang besarnya 3 dari
arus saluran yang dikeluarkan Ia Ib dan Ic

dalam hubungan Υ −Δ ini, persamaan-persamaan yang dipakai sama dengan persamaan


untuk hubungan Δ −Υ atau persamaan- persamaan sebelumnya

2.2 Switch Gear MV dan LV

Komponen utama gardu distribusi baik medium voltage maupun low voltage yang
sudah terpasang/terangkai secara lengkap lazim disebut dengan Kubikel, dan didalamnya
terdapat switch gear yaitu : Pemisah – Disconnecting Switch (DS) Berfungsi sebagai pemisah
18
atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan
tidak berbeban.

Pemutus beban – Load Break Switch (LBS) Berfungsi sebagai pemutus atau
penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban
dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan
sakelar pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh
(remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.

Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB) Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung
arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan
Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current
Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM
tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering disebut
Kubikel Pembatas Beban Pelanggan

Dalam system LVMDP, switchgear merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk
mengendalikan distribusi energi listrik atau untuk melindungi peralatan yang dihubungkan ke
catuan listrik. Switchgear yang digunakan pada tegangan rendah biasanya dipergunakan
sebagai switching dan proteksi peralatan listrik. Perangkat switchgear tersebut ditentukan
sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk keperluan isolasi, disconnecting loads, short
circuit breaker, switching motor dan pengaman beban lebih dari pengaman manusia.
Perangkat switchgear ini dapat bekerja dengan satu atau lebih fungsinya, tergantung
perancangannya/design juga dapat membentuk fungsi dari peralatan tertentu. Dalam system
LVMDP switchgear yang biasa digunakan dalam system gardu distribusinya adalah sebagai
berikut: Circuit Breaker General, Fuse, Disconnector, loadbreak Switch, Fused Switch
Disconnector, Motor Starter, Contactor, Overload Relay, Switch Disconnector dengan fuse,
Residual Current Circuit Breaker (RCMCCB), Miniatur Circuit Breaker (MMCCB),
RCMCCB dengan Over Current Trip dan RMCCB yang dioperasikan sebagai MMCCB.

2.3 Sistem Pengaman

Proteksi sistem tenaga listrik adalah system proteksi yang dilakukan kepada peralatan-
peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya generator, transformator
jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal

19
itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem
rendah, asinkron dan lain - lain.

Tujuan dipasangnya proteksi pada jaringan kelistrikan

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan peralatan


akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat

2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.

3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.

4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan pada suatu
lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif.
Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoeprasikan circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan
sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara
manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan
proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan
yang tidak normal tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk
bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Peralatan tersebut

kita kenal dengan relay. Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang
sehubungan mempunyai dua fungsi pokok :

- Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yanglainnya tetap


beroperasi seperti biasa.

- Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-
gaya mekanik dst.

Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan memutuskan
gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam

20
mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui
batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak
efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan
arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula.
Perlu diingat bahwa pengaruh pemanasan adalah sebanding dengankwadrat dari arus :

H = 12 Rt Joules

Dimana :

H = panas yang dihasilkan (Joule)

I = arus konduktor (ampere)

R = tahanan konduktor (ohm)

t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi


itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus
hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.

Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:

1. Sekring atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian
yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan
sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai
fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.

21
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekring atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga
yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan
sistem proteksi yang efektif yaitu:

a) Selektivitas dan Diskrimanasi, efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari
kesanggupan system dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b) Stabilitas, sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
c) Kecepatan Operasi, sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir,
semakin besar kerusakan peralatan.
d) Sensitivitas (kepekaan), yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai
prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e) Pertimbangan ekonomis, dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek
teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi.
f) Realiabilitas (keandalan), sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah
tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung, proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang
sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail).
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.

Selain itu pentahanan peralatan juga sangat penting untuk menghindari


kemungkinan timbulnya gangguan. Pengetanahan peralatan adalah pengetanahan bagian
dari peralatan yang dalam keadaaan bekerja tidak dilalui oleh arus.

22
2.4 Instrumen Transformator dan Meteran

2.4.1 Transformator Tegangan


Trafo tegangan digunakan untuk menurunkan tegangan sistem dengan perbandingan
transformasi tertentu. Transformator Tegangan/Potensial (PT) adalah trafo instrument yang
berfungsi untuk merubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah sehingga dapat diukur
dengan Volt meter.

Prinsip kerja Trafo tegangan, kumparan primernya dihubungkan parallel dengan


jaringan yang akan diukur tegangannya. Voltmeter atau kumparan tegangan wattmeter
langsung dihubungkan pada sekundernya. Jadi rangkaian sekunder hampir pada kondisi open
circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban disisi sekunder. Rancangan trafo
tegangan ini sama dengan trafo daya step-down tetapi dengan beban yang sangat ringan.

Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian rancangannya
berbeda dalam beberapa hal, yaitu :

a. Kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA), karena digunakan untuk daya yang kecil.

b. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dan sekuder lebih kecil untuk
mengurangi kesalahan pengukuran.

c. Salah satu terminal pada sisi tegangan tinggi dibumikan/ ditanahkan.

d. Tegangan pengenal sekunder biasanya 100 atau 100√3 V

Ada dua macam trafo tegangan yaitu :

a. Transformator tegangan magnetik.

Transformator ini pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 – 150 VA. Faktor
ratio dan sudut fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder dirancang sedemian rupa
supaya faktor kesalahan menjadi kecil. Salah satu ujung kumparan tegangan tinggi selalu
diketanahkan. Trafo tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa disamping
belitan pengukuran, biasanya dilengkapi lagi dengan belitan tambahan yang digunakan untuk
mendeteksi arus gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga trafo tegangan dihubungkan
secara seri

b. Trafo Tegangan Kapasitip

23
Trafo pembagi tegangan kapasitip dipakai untuk keperluan pengukuran tegangan
tinggi, sebagai pembawa sinyal komunikasi dan kendali jarak jauh. Pada tegangan pengenal
yang lebih besar dari 110 kV, karena alasan ekonomis maka trafo tegangan menggunakan
pembagi tegangan dengan menggunakan kapasitor sebagai pengganti trafo tegangan induktif.
Pembagi tegangan kapasitif dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini. Oleh pembagi
kapasitor, tegangan pada C2 atau tegangan primer trafo penengah V1 diperoleh dalam orde
puluhan kV, umumnya 5, 10, 15 dan 20 kV. Kemudian oleh trafo magnetik tegangan primer
diturunkan menjadi tegangan sekunder standar 100 atau 100√3 Volt. Jika terjadi tegangan lebih
pada jaringan transmisi, tegangan pada kapasitor C2 akan naik dan dapat menimbulkan
kerusakan pada kapasitor tersebut. Untuk mencegah kerusakan tersebut dipasang sela
pelindung (SP). Sela pelindung ini dihubung seri dengan resistor R untuk membatasai arus saat
sela pelindung bekerja untuk mencecah efek feroresonansi.

Keburukan trafo tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya induktansi pada
trafo magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya yang timbul menyebabkan
tegangan tinggi yang cukup besar dan menghasilkan panas yang tidak diingikan pada inti
magnetik dan belitan sehingga menimbulkan panas yang akan mempengaruhi hasil penunjukan
tegangan. Diperlukan elemen peredam yang akan mengahsilkan tidak ada efek terhadap hasil
pengukuran walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.

Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator tegangan ada dua jenis yaitu:

Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah


menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak
daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).

Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik


tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih
banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).

Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap kumparan dapat dihasilkan GGL
kumparan sekunder yang berbeda dengan GGL kumparan primer. Hubungan GGL atau
tegangan primer (Vp) tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan kumparan primer (np) dan jumlah
lilitan kumparan sekunder (ns)

Menurut kutubnya trafo tegangan dibedakan menjadi dua yaitu :

24
1) Trafo satu kutub : trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan / ditanahkan,
dipergunakan untuk tegangan diatas 30 kV

2) Trafo dua kutub : trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari bumi / tanah, hanya
digunakan untuk tegangan dibawah 30 kV

Berdasarkan jenis tegangan, trafo tegangan dibedakan menjadi 2, yaitu :

• Transformator satu fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik
satu fasa.

• Transformator tiga fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik
tiga fasa.

Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah batas
kesalahan transformasi dan pergeseran sesuai tabel dibawah ini :

% KESALAHAN RASIO PERGSERAN SUDUT + -


KELAS
TEGANGAN (+/-) (MENIT)
0.5 0.5 20

1 1 40

Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini sangat
terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam; lazimnya
transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.

2.4.2 Transformator Arus

yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada
intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan
transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan
teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.

Prinsip kerja trafo arus adalah sebagai berikut:

25
N1 N2
P2
P1
S1
I1 I2
S2

Gambar 2.9 Rangkaian pada Trafo Arus

Untuk trafo yang dihubung singkat : I1  N1  I 2  N 2

Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:

E1 N1

E2 N 2
Dimana

N1
a ,
N2

I1  I 2 sehingga N1  N 2 ,

N1  jumlah lilitan primer, dan

N 2  jumlah lilitan sekunder.

Rangkaian Ekivalen

I1Z1 I2Z2

U1 I0 E2 I2 I2·Zb = U2

Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen

Tegangan induksi pada sisi sekunder adalah

26
E2  4,44  B  A  f  N 2 Volt

Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah

E2  I 2  Z 2  Z b  Volt

Z b  Z kawat  Z inst Volt

Dalam aplikasinya harus dipenuhi U 1  U 2

Dimana: B kerapatan fluksi (tesla)

A luas penampang (m²)

f  frekuensi (Hz)

N2  jumlah lilitan sekunder

U1  tegangan sisi primer

U2  tegangan sisi sekunder

Zb  impedansi/tahanan beban trafo arus

Z kawat  impedansi/tahanan kawat dari terminasi CT ke instrumen

Z inst  impedansi/tahanan internal instrumen, misalnya relai proteksi atau peralatan


meter.

Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus (CT)

27
U1 I1 Z1

I2 Z2
E
U2 IO I1

I2

IO
Ø
Im

Gambar 2.11 Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus

2.4.2.1 Fungsi Trafo Arus

- Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer menjadi besaran
sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering dan proteksi
- Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai pengamanan terhadap
manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
- Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5 Amp

Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua yaitu:

a). Trafo arus pengukuran

o Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah kerja
(daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya tergantung dari kelasnya dan tingkat
kejenuhan yang relatif rendah dibandingkan trafo arus untuk proteksi.

o Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter, VARh-meter, dan


cos  meter.

b). Trafo arus proteksi

 Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi gangguan dimana
arus yang mengalir beberapa kali dari arus pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup
tinggi.

28
 Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban lebih,
relai diferensial, relai daya dan relai jarak.

 Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik saturasinya
seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 4).

V
proteksi

pengukuran

Gambar 2.12 Kurva kejenuhan CT untuk Pengukuran dan Proteksi

Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus
proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar
2.12).

CT Pengukuran CT Proteksi
A2
A1

Gambar 2.13 Luas Penampang Inti Trafo Arus

2.4.2.2 Jenis Trafo Arus

Jenis trafo arus menurut tipe kontruksi dan pasangannya.

 Tipe Konstruksi

29
 Tipe cincin (ring / window type)
 Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
 Tipe tangki minyak (oil tank type)
 Tipe trafo arus bushing
 Tipe Pasangan.
 Pasangan dalam (indoor)
 Pasangan luar (outdoor)

Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi belitan primer:

 Sisi primer batang (bar primary) dan

Gambar 2.14. Bar Primary

30
Sisi tipe lilitan (wound primary).

Gambar 2.15 Wound Primary

Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis inti

 Trafo arus dengan inti besi

Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada arus yang
kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan pada arus yang besar
(beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami saturasi.

 Trafo arus tanpa inti besi

Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis, transformasi dari
besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh jangkauan pengukuran, contohnya
adalah koil rogowski (coil rogowski)

Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi

Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

o Trafo arus kering

Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya digunakan pada
pasangan dalam ruangan (indoor).

31
o Trafo arus Cast Resin

Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya digunakan pada
pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel
penyulang 20 kV.

o Trafo arus isolasi minyak

Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing
yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.

o Trafo arus isolasi SF6 / Compound

Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe top-core.

Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan

Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

o Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)

Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi yang
baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal dan bahan
keramik/porcelain untuk isolator ekternal.

Gambar 2.16 Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan

32
o Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)

Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dari
pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari bahan resin.

Gambar 2.17 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan

P1 P2

300/5 A

300/5 A

300/5 A
300/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2

Gambar 2.18 Trafo Arus dengan 4 Inti

Jenis Trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sekunder

– Trafo arus dengan inti tunggal

Contoh: 150 – 300 / 5 A, 200 – 400 / 5 A, atau 300 – 600 / 1 A.

– Trafo arus dengan inti banyak

Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang mempunyai sifat
pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat.

33
Contoh:

Trafo arus 2 (dua) inti 150 – 300 / 5 – 5 A (Gambar XX).

Penandaan primer: P1-P2

Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)

Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)

P1 P2

300/5 A

300/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2


Gambar 2.19 Trafo Arus dengan 2 Inti

Trafo arus 4 (empat) inti 800 – 1600 / 5 – 5 – 5 – 5 A (Gambar 11).

Penandaan primer: P1-P2

Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)

Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)

Penandaan sekunder inti ke-3: 3S1-3S2 (untuk relai jarak)

Penandaan sekunder inti ke-4: 4S1-4S2 (untuk proteksi rel)

Trafo arus 4 (empat) inti 800 – 1600 / 5 – 5 – 5 – 5 A

34
Jenis trafo arus berdasarkan pengenal

Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder.

Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600, 800, 900,
1000, 1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.

Pengenal sekunder yang biasa dipakai adalah 1 dan 5 A.

Berdasarkan pengenalnya, trafo arus dapat dibagi menjadi:

– Trafo arus dengan dua pengenal primer

o Primer seri

Contoh: CT 800 – 1600 / 1 A

Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT 800 / 1 A, lihat Gambar 12.a. berikut.

P1 P2 P1 P2

S1 S2 S1 S2

Gambar 2.20 Gambar 2.21


Primer Paralel Primer Seri

CT rasio 1600 / 1 A CT rasio 800 / 1 A

o Primer paralel

Contoh: CT dengan rasio 800 – 1600 / 1 A

Untuk hubungan primer paralel, maka didapat rasio CT 1600 A, lihat Gambar 12.b.

35
- Trafo arus multi rasio/sekunder tap

Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari tap yang
terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga yang memiliki lebih
dari dua tap (lihat Gambar 13).

Contoh:

– Trafo arus dengan dua tap: 300 – 600 / 5 A

Pada Gambar 13.a., S1-S2 = 300 / 5 A, S1-S3 = 600 / 5 A.

– Trafo arus dengan tiga tap: 150 – 300 – 600 / 5 A

Pada Gambar 13.b., S1-S2 = 150 / 5 A, S1-S3 = 300 / 5 A, S1-S4 = 600 / 5 A.

P1 P2 P1 P2

S1 S2 S3 S1 S2 S3 S4

Gambar 2.22 Gambar 2.23

CT Sekunder 2 Tap CT Sekunder 3 Tap

36
Komponen Trafo Arus

 Tipe cincin (ring / window type) dan Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)

Gambar 2.24 CT tipe cincin

Gambar 2.25 Komponen CT tipe cincin

Keterangan

Terminal utama (primary terminal)

Terminal sekunder (secondary terminal).

Kumparan sekunder (secondary winding).

CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel penyulang
(tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin

37
 Tipe Tangki

Gambar 2.26 Komponen CT tipe tangki

Komponen Trafo arus tipe tangki

1. Bagian atas Trafo arus (transformator head).

2. Peredam perlawanan pemuaian minyak (oil resistant expansion bellows).

3. Terminal utama (primary terminal).

4. Penjepit (clamps).

5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil assembly with primary
winding and main insulation).

6. Inti dengan kumparan sekunder (core with secondary windings).

7. Tangki (tank).

8. Tempat terminal (terminal box).

9. Plat untuk pentanahan (earthing plate).

38
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi minyak banyak
digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar
ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus
penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500 kV

2.4.2.3 Metering atau Alat Ukur


Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur analog maupun digital. Alat ukur
analog berdasarkan prinsip kerjanya bisa berupa alat ukur kumparan putar, thermocouple, besi
putar, elektro dinamis, induksi, atau elektro statis. Bila menggunakan alat ukur digital, maka
hanya dengan menggunakan satu alat ukur akan dapat mencakup Voltmeter, Amperemeter,
Wattmeter, VARmeter, CosØmeter, KWhmeter, KVARhmeter. Alat ukur digital memiliki
keuntungan lain, yaitu lebih akurat, terutama pada sistem daya yang banyak terdapat harmonic
karena meningkatnya penggunaan beban elektronik. Metode pengukuran analog merespon
terhadap harga rata-rata dari bentuk gelombang input, hal ini hanya efektif bila bentuk
gelombangnya mendekati sinusoida murni. Pengukuran dengan alat ukur digital menggunakan
teknik pengukuran RMS (Root Mean Square) sebenarnya yang dapat melakukan pengukuran
dengan akurat dengan adanya harmonic sampai harmonic ke 15.

Jenis-jenis sistem pengukuran sebagai berikut :

a) Pengukuran satu fasa.


b) Pengukuran tiga fasa 3 kawat beban seimbang atau tidak seimbang.
c) Pengukuran tiga fasa 4 kawat beban seimbang atau tidak seimbang.
Contoh hubungan alat ukur analog :

Gambar 2.27 Pengawatan Sebuah Volt Meter dengan VSS

39
Gambar 2.28 Pengawatan Ampere Meter Menggunakan 3 CT

Macam- macam alat ukur yang biasa digunakan :

1. Amperemeter
Amperemeter merupakan peralatan listrik yang digunakan untuk mengukur
besarnya arus listrik dalam suatu rangkaian. Secara garis besar, ampere meter
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu amperemeter analog dan amperemeter digital.
Amperemeter analog adalah amperemeter yang hasil pengukurannya ditampilkan
dalam gerak jarum penunjuk layar. Sedangkan amperemeter digital adalah amperemeter
yang hasil pengukurannya ditampilkan pada layar LCD yang langsung berupaa angka.
Ampere meter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetic (gaya Lorentz). Ketika
arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet, akan timbul gaya
Lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk. Apabila arus yang melewati kumparan
besar, maka gaya timbul juga akan lebih besar, ketika arus tidak ada maka jarum
penunjuk akan kembali ke posisi semula.

Gambar 2.29 Rangkaian Dalam Amperemeter

Dengan :

40
Rm = Hambatan dalam kumparan
Rsh = hambatan shunt
Im = Ifs = arus skala penuh
Ish = Arus shunt
I = arus yang akan di ukur

2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat pengukur beda potensial (tegangan) antara dua titik. Untuk
mengukur beda potensial antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal
voltmeter harus dihubungkan dengan kedua buah titik yang tegangannya akan diukur
sehingga terhubung secara parallel dengan komponen tersebut. Voltmeter elektrostatik
atau elektrometer adalah satu-satunya instrumen yang langsung daripada menggunakan
efek arus yang dihasilkannya. Instrument ini mempunyai satu karakteristik lain yaitu:
dia tidak memakai daya (kecuali selama periode yang singkat dari penyambungan awal
ke rangkaian) dan berarti menyatakan impedansi tak berhingga terhadap rangkaian yang
diukur. Tingkah lakunya bergantung pada reaksi antara dua benda bermuatan lisrtik.
Mekanisme elektrotastik mirip sebuah kapasitor variabel, dimana gaya yang terjadi
antara kedua pelat paralel merupakan fungsi dari beda potensial yang dihubungkan
kepadanya.
Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan ampermeter karena desainnya juga
terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum lorenzt dimana interaksi antara medan magnet dan kuat
arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan
jarum penunjuk sehingga menyimpang pada saat dilewati oleh arus yang melewati
kumparan. Makin besar kuat arus makin besar pula penyimpangannya.

Gambar 2.30 Cara Kerja Voltmeter

41
Pada gambar diperlihatkan adanya magnet yang permanent, yang mempunyai
kutub kutub, dan di antara kutub-kutub tersebut di tempatkan suatu silinder inti besi
tersebut di atas ini, di celah udara antara kedua kutub magnet, dan silinder inti besi akan
terbentuk medan magnet yang rata, yang masuk melalui celah kutub udara ini di
tempatkan kumparan putar, yang dapat berputar melalui sumbu. Bila arus searah yang
tidak ketahui di ketahui besarnya mengalir melalui kumparan tersebut, suatu gaya
elektro magnetis f yang mempunyai arah tertentu akan di kenakan pada kumparan
kumparan putar, sebagai hasil interaksi atara arus dan medan magnet. Arah dari gaya f
dapat di tentukan menurut ketentuan tangan dari Fleming. Besar dari gaya ini akandapat
di turunkan dengan mudah.

3. Wattmeter
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam
satuan watt di mana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Dalam
pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book atau
tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus
mengacu pada manual book yang ada.
Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter,
ada beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi,
wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan adalah
wattmeter elektrodinamik, karena sesuai dengan karakteristiknya.
Wattmeter Eletrodinamik atau Elektrodinamometer Wattmeter. Instrumen ini
cukup familiar dalam desain dan konstruksi elektrodinamometer tipe ammeter dan
voltmeter analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam
pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secara seri dengan
rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan membawa arus
yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif dihubungkan secara
seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju nilai yang kecil. Karena
koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka disebut pressure coil
atau voltage coil dari wattmeter.

Error pada Wattmeter

42
1. Error pada akibat hubungan berbeda.
2. Error akibat induktansi kumparan tegangan.
3. Error akibat kapasistansi pada rangkain kumparan tegangan.
4. Error karena medan liar.
5. Error karena arus Eddy.
Wattmeter Induksi, prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja
amperemeter dan voltmeter induksi. Perbedaan dengan wattmeter jenis dinamometer
adalah wattmeter induksi hanya dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik
sedangkan wattmeter jenis dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak
balik atau searah.
Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induksi
mempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan liar, serta mempunyai peredaman
bagus. Selain itu, alat ukur ini juga bebas dari error akibat frekuensi. Kelemahannya
adalah timbulnya error yang kadang-kadang serius yang diakibatkan oleh pengaruh
suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan lintasan arus eddy.
Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Di
dalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan
tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus
dari hasil perkalian arus dan tegangan.
Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok
sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya
listrik DC dirumuskan sebagai :
Dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga
phase. Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
Pada sistem tiga phase dirumuskan sebagai:
Dimana :

43
V = tegangan phase netral (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
Pengukuran Daya Satu Fasa dengan Menggunakan Wattmeter
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya, dia dapat dipakai untuk
menunjukkan daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap bentuk
gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja.
Elektrodinamometer yang digunakan sebagai voltmeter atau kumparan-kumparan yang
diam dihubungkan seri dengan tahanan penbatas arus dan membawa arus kecil (IP). Arus
sesaat didalam kumparan yang berputar adalah IP = e/RP dimana e adalah tegangan sesaat
pada jala-jala dan RP adalah tahanan total, kumparan berputar beserta tahanan serinya.
Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian IC dan IP dan untuk
defleksi rata-rata selama satu perioda dapat dituliskan :
dimana:
rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
IC = arus seasaat dalam kumparan medan
IP = arus sesaat di dalam kumparan-kumparan potensial
Dengan menganggap sementara IC sama dengan arus beban I (secara aktual IC = IP + I)
dan menggunakan nilai IP = e/RP kita bisa dapatkan :
Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :
Jika φ dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt
+ φ) maka persamaan (*) berubah menjadi :
dimana E dan I menyatakan nilai-nilai rms tegangan dan arus φ menyatakan sudut fasa
antara tegangan dan arus.
Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk
mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan daya
beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, kumparan
arus harus persis membawa arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan
diantara terminal beban.
Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A, tegangan beban terukur
dengan tepat. Tetapi arus yang melalui kumparan-kumparan medan lebih besar sebanyak
IP. Berarti wattneter membaca lebih tinggi sebesar kehilangan daya daya tambahan
didalam rangkaian potensial. Tetapi, jika rangkaian potensial dihubungkan ke titik B,

44
kumparan medan mencatat arus yang tepat, tetapi tegangan pada kumparan potensial akan
lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada kumparan-kumparan medan. Juga
wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan kehilangan sebesar I.R di dalam
kumparan medan.
Cara penyambungan yang tepat tergantung pada situasi. Umumnya, sambungan
kumparan potensial pada titik A lebih diinginkan untuk beban-beban arus tinggi, tegangan
rendah, sedang sambungan kumparan potensial pada titik B lebih diinginkan untuk beban-
beban arus rendah, dan tegangan tinggi.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensi diatasi dengan
wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masing-masing
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat besaran
yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan potensial. Gulungan lain
menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi
arus ini berlawanan dengan arus didalam gulungan besar, menyebabkan fluks yang
berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter menunjukkan
daya yang sesuai.

Pemasangan instalasi alat ukur pada kubikel 20 KV adalah sebagai berikut :

Gambar 2.31 Diagram Pengawatan Kwhmeter 3 phasa 3 kawat sambungan melalui


transformator tegangan dan transformator arus, tarif ganda

45
Gambar 2.32 Diagram Pengawatan Kwhmeter 3 phasa 3 kawat sambungan melalui
transformator tegangan dan transformator arus, tarif tunggal

4. Frekuensi meter
Frekwensi meter digunakan untuk mengetahui frekwensi (berulang)
gelombang sinusoidal arus bolak-balik yang merupakan jumlah siklus sinusoidal
tersebut perdetiknya (cycle/second) pada suatu sumber tegangan, Tegangan yang di
ijinkan 0 – 220 V. cara penyambungannya sebagai berikut :

Gambar 2.33 Frekuensi


Frekwensi meter mempunyai peranan cukup penting khususnya dalam
mensinkronisasikan (memparalelkan) 2 unit mesin pembangkit dan stabilnya frekwensi
merupakan petunjuk kestabilan mesin pembangkit.

46
5. KVAr meter
Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase.
Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak
balance jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP
(terjadi beban capacitif).
6. Cos phi
Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya factor kerja (power factor) yang
merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungannya seperti
pemasangan kwh 3 phasa. Cosφ meter banyak digunakan dan terpasang pada :
● Panel pengukuran mesin pembangkit
● Panel gardu hubung, gardu induk
● Alat pengujian, alat penerangan, dll.

2.5 Sistem Rel


Busbar merupakan komponen penghantar listrik yang dapat memadai arus dan
tegangan listrik kaoasitas besar. Busbar yang sangat umum memang sudah lazim dipakai untuk
perakitan panel terbuat dari tembaga.Karena tembaga memiliki tingkat korosi yang sangat kecil
atau bahkan 0% korosi akan tetapi ada yang lebih baik dari tembaga yakni emas.Emas
merupakan penghantar yang paling bagus karena memiliki tingkat karat yang lebih rendah atau
sama sekali tidak memiliki tingkatan karat.

Akan tetapi apabila emas digunakan pada panel listrik dikhawatirkan dapat
menyebabkan terjadinya bencana apabila busbar yang terbuat dari emas tersebut digunakan
sebab harga emas sangatlah super spesial dan pasti orang yang memasang busbar emas akan
tergiur dengan busbar emas.Maka dari itu digunakanlah busbar tembaga karena selain memiliki
daya hantar yang bagus juga memiliki tingkat korosi yang rendah.

Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar arus busbar
lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka disarankan untuk memakai busbar.
Pemakaian busbar ini untuk mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen
lainnya pada panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka pemasangannya
akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya. Hal ini dikarenakan pada busbar pada
tiap bagian penampangnya terdapat lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung
dengan penghantar lainnya.

47
Berdasarkan standar pada PUIL. maka dalam penggimaan busbar untuk tiap fasanya diberi
warna yang berbeda:

a. merah untuk fasa R


b. kuning untuk fasa S
c. hitam untuk fasa T
d. biru untuk fasa N

Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, dan
peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur
transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Busbar adalah bentuk besarnya
dari isi kabel (tembaga). Fungsinya tetap sama, yaitu menghantarkan listrik. Perbedaan
busbar dan kabel hanya di bagian pelindungnya atau isolator. Jika busbar ‘telanjang’,
sedangkan kabel ada ‘baju’nya. Namun, karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam
panel, maka digunakanlah busbar. Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya
karena busbar telanjang, dan siapapun yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan
tempat-tempat yang bisa dilihat manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau
disebut kabel.

Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang
mengalir pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standar yang berlaku pada pabrik
pembuatnya. Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan rumus
(C. Sankaran 133):
𝑃
I nominal =
√3𝑥 𝑣

maka arus busbarnya menjadi:


I busbar = 1,5 𝑥 𝐼 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙

48
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional,
2000, p.236

Tabel 2.1 Pembebanan Penghantar Untuk Alumunium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik

49
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional,
2000, p.235
Tabel 2.2 Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik

50
Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT,
Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan
tenaga listrik/daya listrik.
Berdasarkan konstruksi relnya, busbar dapat dikelompokkan menjadi :
1. Single Bus Rel Tunggal
a) Rel Tunggal Standard
b) Rel Tunggal Standard
- Pemisah bagian
- Pemutus bagian
2. Double Duo Rel Ganda
- Rel ganda standard
- Rel ganda duplicat
- Rel ganda 1 ½ CB
- Rel ganda 2 CB
3. Rel Tertutup/Loop
1. Single Busbar atau Rel Tunggal
Busbar tunggal adalah sistim Busbar yang paling sederhana. Karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini sangat
menguntungkan. Sistim ini dipakai untuk gardu distribusi yang hanya mempunyai
sedikit saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan sistim tenaga. Semua
perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu
transmisi. Namun, jika terjadi gangguan pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus beban
dan peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga listrik akan terputus sama
sekali. Jika dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total, maka dipasang
pemutus beban dan pemisah bagian; komposisi dari sistim tenaga harus disesuaikan
seperlunya.

51
A) Rel Tunggal Standar
CT

LBS F

PT

H H
Es Es

B) Rel Tunggal dg PMS bagian


CT CT

LBS F LBS LBS F LBS

F F F F

PT
PLN

T1 T2

C) Rel Tunggal dg PMT bagian


CT CB CT

LBS F LBS LBS F LBS

F F F F

PT
PT IN

T1 T2

Gambar 2.34 Single Line Diagram Rel Tunggal

52
2. Rel Ganda
Rel ganda adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem
ini sangat umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena sangat
efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar
ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim
dipakai. Sistim ini memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan
ruang dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi
sistim tenaga menjadi lebih mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak
bekerjanya transformator atau saluran transmisi. Di Jepang bila dipakai saluran
transmisi rangkap (double circuit), maka biasanya rangkaian pertama dihubungkan
dengan ril A dan rangkaian kedua dengan ril B, sehingga beban kedua rangkaian itu
seimbang. Dengan cara demikian maka dimungkinkan untuk membatasi pemutusan
pelayanan dan arus hubungsingkat dengan membuka pemutus beban penghubung
kedua ril itu bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril A dan ril B
dikerjakan terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistim tenaga yang berlainan.
Oleh karena itu sistim dua ril ini pada umumnya dipakai pada gardu distribusi yang
kedudukannya penting dalam sistim tenaga.
A) Rel Ganda Standard
I

II

DS DS

CB
CB F CT
IN

PT

53
B) Rel Ganda Duplikat
CB

CB CB
CB

DS DS DS DS

CB CB
CB F F CB

IN IN

T1 T2
PT PT

Gambar 2.35 Single Line Diagram Rel Ganda


C) Rel Ganda 2 CB
Pada gardu distribusi di mana terdapat pemusatan banyak saluran transmisi
dan dimana diperlukan keandalan yang sangat tinggi, maka dipasanglah pemutus
beban bagian pada setiap rel. Di sini gardu distribusi itu terbagi menjadi dua bagian
yang bekerja terpisah, sehingga akibat-akibat gangguan pada ril dikurangi. Pada sistim
ini saluran transmisi dan transformator tidak usah terhenti selama pemutustenaga
diperiksa atau diperbaiki. Dan dalam keadaan gangguan ril, gangguan itu dapat
ditiadakan dengan tidak mempengaruhi komposisi sistim tenaga. Di balik
keuntungan-keuntungan tadi, sistim ini me mpunyai kerugian-kerugian bahwa ia
memerlukan banyak pemutus-tenaga, pemisah dan ruang serta sirkit kontrol dan
pengamannya menjadi sangat kompleks. Oleh karena itu sistim ini sampai sekarang
belum dipakai di Jepang.

54
IN
I

CB CB

CB CB

II

Gambar 2.36 Single Line Diagram Rel Ganda 2CB


D) Rel Ganda 1 ½ CB
Gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai dua busbar juga sama
seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada Gardu induk
Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan
sistem. Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang
secara seri.
IN

CB CB

CB CB

CB CB

II

T1 T2

Gambar 2.37 Single Line Diagram Rel Ganda 1 ½ CB

55
3. Rel Tertutup
Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti
ring/cicin. Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan
sebagian dari pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistim ini jarang dipakai di
Jepang karena mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistim tenaga ia tidak
begitu leluasa seperti sistim dua-ril; lagi pula rangkaian kontrol dan pengamanannya
menjadi lebih kompleks, dan kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih
besar.

IN
CB CB

T
CB CB

CB CB

CB CB

T T T

Gambar 2.38 Single Line Diagram Rel Tertutup

2.6 Perbaikan Power Faktor

Gambar 2.39 Kapasitor Bank

56
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang sebagai
penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVARsampai 60 KVAR. Dari
tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt. Kapasitor Bankadalah sekumpulan beberapa kapasitor
yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang
sering dipakai adalah KVAR (Kilo Volt Ampere Reaktif) meskipun didalamnya terkandung
atau tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat
listrik yang kapasitif (leading). Sehingga mempunyai sifat mengurangi atau menghilangkan
terhadap sifat induktif (leaging).

2.6.1 Penempatan Kapasitor Bankpada PHB Tegangan Rendah

CT Outgoing Feeder Busbar 20KV

DS LBS
Fuse

CB CB
PT

Incoming Feeder ES H
H
Grounding

Grounding Transformator
Grounding
PHB TR
MCCB

Kapasitor
BankhubungBint Beban
ang

Gambar 2.40 PenempatanKapasitor Bankpada PHB TR

57
2.6.2 Pengertian Faktor Daya

Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total
(VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1). Daya
reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi
lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu.

Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki
faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim
pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2
hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR)
6
harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan
kebutuhan daya total (VA).

Faktor Daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor
daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya
ini menggunakan kapasitor

2.6.3 Metode Perbaikan Faktor Daya


1. Dengan mempertahankan nilai daya nyatanya (Watt) dan mengubah nilai daya reaktifnya
(VAR) sehingga daya semu (VA) yang terpakai menjadi kecil.
2. Dengan mempertahankan nilai daya semunya (VA) dan mengubah nilai daya reaktifnya
(VAR) sehingga daya nyata (Watt) yang terpakai menjadi kecil dan bisa dimanfaatkan
menjadi lebih besar.

Gambar 2.41 Metode 1 Perbaikan Kapasitor Bank

58
Gambar 2.42 Metode 2 Perbaikan Kapasitor Bank

2.6.4 Memaksimalkan kapasitas pembebanan jaringan

CΔ≠CY

Untuk menghitung besarnya nilai kapasitas kapasitor dapat digunakan dengan rumus :

C= V²Qc

Keterangan :
C = Kapasitas kapasitor (Farad)
Qc = Daya reaktif kapasitor (VAR)
V = Tegangan (Volt)
ω = 2πf

2.7 Emergency Power Supply


Emergency supply adalah tenaga listrik yang diberikan kepada beban pada saat aliran
listrik dari PLN terputus. Biasanya tenaga listrik itu disupply oleh genset dan UPS. Dan beban
yang disupply oleh genset atau UPS adalah beban yang vital saja.

UPS (Uninterruptible Power Supplay)

Peralatan listrik yang peka membutuhkan perlindungan terhadap gangguan listrik,


gangguan dari luar maupun dari dalam peralatan listrik tersebut (seperti petir,gangguan pada
pusat listrik, transmisi radio atau motor, air conditioner, vending machine, dan arc welders)
dapat membuat masalah pada pada tegangan listrik yang menjalankan peralatan tersebut.
Masalah itu mencakup:

1. listrik padam.

2. tegangan rendah.

59
3. teganga tinggi.

4. fluktuasi tegangan.

5. commond-mode noise.

6. normal-mode noise.

7. dan lonjakan yang disebabkan switching dan kesalahan pada system danjaringan.

UPS dapat melindungi berbagai berbagai tipe peralatan listrik yang sensitif, tentunya
dengan jenis dan kegunaan dari Ups itu sendiri. Peralatan yang dapat dilindungi seperti:

1. hampir semua mikrokomputer dan work station jenis terbaru.

2. peralatan yang digunakan pada multi-user dan LAN environment.

3. critical instrument.

4. system telekomunikasi.

5. terminal point-of-sale.

6. system computer lainya.

Kegunaan UPS

Pada dasarnya UPS merupakan sumber tenaga alternatif sementara yang menggantikan
suplai tenaga listrik utama dalam hal ini sumber listrik PLN. Namun UPS yang baik mampu
menangani permasalahan gangguan listrik yang lain seperti tegangan transien, tegangan spike,
atau distorsi harmonisa/noise. UPS sendiri merupakan sebuah sistem yang berdiri sendiri
terhadap sistem suplai tenaga listrik PLN. UPS diharapkan mampu melindungi peralatan listrik
yang kritis terhadap gangguan suplai tegangan listrik seperti komputer, jaringan komputer,
bahkan peralatan industri agar terhindar dari kerusakan yang fatal.

Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi acuan
penentuan penggunaan UPS adalah terganggu tidaknya peralatan listrik ketika terjadi gangguan
suplai tenaga listrik yang terjadinya tidak dapat diprediksikan. Selain itu dasar pertimbangan
yang lain adalah berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang

60
kedua ini sebagai pengguna perlatan listrik harus dapat raengetahui peralatan listrik mana saja
yang terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan olch perlatan listrik
tersebut.

Pertimbangan kedua merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi masalah bagi


orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan kapasitas yang terlalu kecil terhadap
kebutuhan daya yang harus disuplai pada saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat
pendeknya waktu pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya
tidak efektif jika biaya juga menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS.

AC FILTER AND
INPUT SURGE LOAD

TRANSFORMATOR
SUPRESSOR

ISOLATION
BATERRY BI-DIRECTIONAL
BACK UP CONVERTER

SERIES UPS

Gambar 2.43 system block diagram UPS

Ups mendapatkan daya dari sumber tegangan listrik atau battery, serta
mengkondisikan tegangan dan membuat tegangan yang masuk kebeban kritis tetap bersih dan
stabil. Ketika disupplay oleh sumber tegangan listrik, ups membersihkan noise dan lonjakan
dari tegangan listrik dengan efisiensi yang tinggi dari AC-ke-AC bila supplay listrik dari PLN
padam, UPS seara otomatis akan mengambil daya dari battery cadangan dan mensupplay
kebeban kritis tanpa interupsi.

2.8 Instalasi Gardu


Suatu sistem daya listrik terdiri dari 4 komponen, yaitu pusat pembangkit tenaga listrik,
transmisi tenaga listrik, gardu listrik dan distribusi tenaga listrik.

Berdasarkan fungsinya gardu listrik dapat dibagi atas:

1. Gardu Induk ( GI )
Gardu Induk adalah bagian dari suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat
tertentu, berisikan sebagian besar ujung-ujung saluran transmisi atau distribusi,

61
perlengkapan hubungan bagi bangunannya dan dapat juga berisi transformator-
transformator. Suatu gardu induk umumnya berisikan peralatan keamanan dan kontrol.

2. Gardu Induk Distribusi


Gardu distribusi ini berfungsi menyalurkan daya listrik ke pusat-pusat beban melalui
jaringan distribusi. Berdasarkan klasifikasi daya gardu distribusi ini dapat dibagi atas :

a. Gardu distribusi kecil adalah gardu dengan beban maksimal 20 MVA


b. Gardu distribusi sedang adalah gardu dengan beban maksimal 60 MVA
c. Gardu distribusi besar adalah gardu distribusi dengan beban makslimal >60 MVA
3. Gardu Transformator
Gardu transformator adalah gardu yang didalamnya berisi transformator yang saling
berhubungan (menginterkoneksi) dua atau lebih jaringan yang mempunyai tegangan
berbeda

4. Gardu Hubung ( Switch Substation )


Gardu hubung adalah gardu yang tidak berisikan transformator, tetapi hanya
mempunyai perlengkapan hubung bagi ( switchgear ) dan busbar.

Berdasarkan konstruksinya gardu listrik (substation) dapat dibagi:

1. Gardu Listrik Pasang Luar


Gardu listrik pasang luar yaitu dimana semua peralatan utama dari gardu tersebut
terletak diluar bangunan, kecuali hanya panel kontrol dan alat ukur yang berada didalam
bangunan.

2. Gardu Listrik Pasang Dalam


Pada gardu jenis ini dimana hamper semua peralatan utama dari gardu berada didalam
bangunan, sehingga bebas dari panas matahari dan hujan. Jenis ini sangat sesuai dengan
daerah yang sulit pengadaan tanah yang luas dan memerlukan pengamanan dan
perawatan yang tinggi.

3. Gardu Listrik Pasang Bawah Tanah


Sama halnya dengan gardu pasang dalam dimana pada gardu ini semua peralatan
utamanya diletakan dibangunan bawah tanah.

Khusus untuk gardu distibusi dan gardu transformator, berdasarkan konstruksi dapat dibagi
atas:

62
1. Gardu Beton / Tembok
Gardu ini adalah gardu distribusi yang bangunannya secara keseluruhan terbuat dari
beton dan dibangaun bila kepadatan bebannya sudah dianggap besar, melebihi 2 MVA
/ Km2 , Alasan utama pemilihan ini adalah karena sulitnya mendapatkan tanah untuk
pembangunan gardu pada lokasi beban yang harus dilayani.

Gardu beton/ tembok inidapat dibedakan atas :

a. Gardu tembok untuk SKTM


1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum dan Khusus
b. Gardu tembok UNTUK SUTM
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum dan Khusus

2. Gardu Kios
Gardu kios adalah gardu distribusi yang bangunannya dipakai sebagai gardu sementara
dan dapat bersifat mobil. Gardu ini dapat dikelompokan atas :

a. Komsumen Umum
b. Konsumen Khusus
c. Konsumen Umum-khusus
3. Gardu Tiang
Pada gardu tiang ini seluruh instalasinya dipasang pada tiang distribusi. Bila
transformator yang dipasang relative kecil (ringan) dapat digunakan satu buah tiang saja.
Jenis ini biasa disebut dengan Gardu Cantol. Tapi bila transformator yang dipasang berat
dan harus menggunakan dua buah tiang maka gardu ini disebut gardu portal.

a. Gardu Portal
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum – Khusus

63
b. Gardu Cantol
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum – Khusus

Uraian Pasang Luar Pasang Dalam Bawah Tanah

Saluran keluar Atas tanah Bawah tanah Bawah tanah

Keselarasan dengan Daerah industri / Daerah perumahan Daerah pusat kota


lingkungan jalur hijau dan industri dan gedung tinggi

Pencegahan
terhadap ganguan Agak sukar Mudah Mudah
suara

Pencegahan Sukar perlu hati-


Mudah Mudah
terhadap kebakaran hati

Pencegahan Sukar didaerah Sukar perlu hati-


Mudah
terhadap banjir yang rendah hati

Pencegahan
Sukar, perlu hati-
terhadap debu dan Tidak perlu Tidak perlu
hati
penggaraman

Daerah yang
Besar Sedang Kecil
diperlukan

Cocok untuk harga Cocok untuk tanah Cocok untuk harga


Harga tanah
tanah murah harga mahal tanah mahal sekali

Op-Har Mudah Agak sukar Agak sukar

Tabel 2.3 Perbandingan dari berbagai jenis gardu

64
 Kawasan Beban Konsumen

Kawasan beban konsumen pada prinsipnya dapat digolongkan dalam 4 kawasan yaitu :

1. Kawasan Industri
Beban konsumen pada kawasan ini, suplai daya listrik pada umumnya digunakan untuk
mengoperasikan mesin-mesin listrik dan suplai untuk kawasan ini mempunyai kehandalan
yang tinggi

2. Kawasan Komersial
Beban untuk kawasan ini adalah untuk keperluan kenyamanan dan daya tarik masyarakat
seperti untuk penerangan, penyegaran udara, hiburan dan lain-lain. System suplai untuk
kawasan ini menghendaki kehandalan yang tinggi.

3. Kawasan Pemukiman
Suplai daya yang dikehendaki di kawasan ini tergantung dari tingkat hunian dimana untuk
perumahan sederhana tidak memerlukan kehandalan yang tinggi, tetapi untuk hunian
perumahan elit menghendaki tingkat keandalan yang tinggi.

4. Kawasan Pertanian
Catu daya untuk kawasan ini, biasanya dipisahkan dari jaringan untuk kawasan yang lain.

 Komponen Utama untuk Gardu Listrik

Komponen untuk gardu listrik adalah :

1. Trnsformator Daya.
2. Switchgear:
a. Pemisah (Disconnecting Switch).
b. Pemutus beban (LBS).
c. Pemutus tenaga (Circuit Breaker).
3. Rel atau Busbar.
4. Proteksi system (fuse, relay dll).
5. Meter – meter dan alat ukur.

BAB III
DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK

65
3.1 Deskripsi
A. Deskripsi Umum
Bioteknologi bergerak dalam bidang Penelitian yang mempunyai bangunan
penunjang sebagai berikut :
1. Gedung Laboratorium I
2. Gedung Laboratorium II
3. Gedung Perpustakaan dan Pertemuan
4. Gedung Kantor Pusat Administrasi
5. Gedung Laboratoruim Algae dan Kolam Algae
6. Gedung Gueshouse
7. Gedung Penunjang lainnya

B. Deskripsi
1. Sebagai sumber daya utama dilayani oleh PLN tegangan menengah 20 kV.
2. Sumber PLN tersebut masuk ke panel tegangan menengah ( MVMDP )
3. Dari MVMDP di teruskan ke panel distribusi tegangan rendah ( LVMDP )
melalui dua buah trafo daya .
4. Dua buah trafo tersebut dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri ,dimana:
a. Trafo Daya I ( T1 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan
daya pada gedung Laboratorium I , Lab Algae, Pompa air bersih dan
Hydran dan Penerangan luar ( lampu jalan dan taman )
b. Trafo Daya II ( T2 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan
daya pada gedung Lab. II, Gedung perpustakaan dan pertemuan ,
Gueshouse, Kolam Algae dan penerangan luar.
5. Dalam kondisi tertentu dimana :
a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan , maka trafo daya yang tidak
terganggu dapat memikul sebagian beban bari trafo yang mengalami
ganguan , hal ini dilakukan secara manual
b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara
manual .

6. Out going feeder dari LVMDP-T1 , berjumlah sebanyak 10 feeder yang


dihubungkan langsung ke sub-distribusi panel ( SDP ) di lokasi gedung yaitu

66
SDP-1.1, SDP-1.2, SDP-1.4, SDP-ME , SDP-H dan LP-PL1 , SDP-K .
Sedangkan 3 feeder lagi digunakan sebagai cadangan ( spare ).
7. Dan out going feeder LVMDP-T2, berjumlah sebanyak 7 feeder , dimana 5
feeder di instalasi langsung ke SDP-1.5, SDP-1.6, SDP-1.7, SDP-1.3, dan SDP
–PL2.Sedangkan 2 feeder lagi digunakan sebagai cadangan.
8. Bila listrik PLN mati atau ada gangguan , maka dalam hal ini “ performance
load “ akan dilayani oleh sebuah system generating set / Genset ( Diesel
emengency ) yang diopeasikan secara otomatis dalam waktu antara 2 – 3 detik.
9. Beban “ performance load “ diatas yaitu Laboratorium I dan II dengan setengah
daya terpasang, dan Hydran dan Gueshouse dilayani secara penuh.
10. Pada saat dilayani oleh Genset , tiba-tiba sumber dari PLN hidup kembali ,
besamaan dengan itu Genset akan mati secara otomatis dan pelayanan beban
kembali dilakukan oleh PLN secara penuh .
11. Khusus untuk beban SDP-K , bila PLN mati beban akan dilayani oleh Batrre
yang beroperasi secara otomatis (UPS) tanpa ada selang waktu. Dan sebaliknya
pada saat dilayani oleh Battre tiba-tiba PLN hidup kembali atau Genset telah
hidup , maka beban akan dilayani oleh Genset atau PLN kembali.

3.2 Ruang Lingkup Proyek


Ruang lingkup dari proyek ini meliputi :
1. Perancangan Instalasi MVMDP ( Bus-bar, Feeder, Switchgear and protection dan
instrumentation )
2. Perancangan instalasi transformator daya
3. Perancangan Instalasi LVMDP ( Bus-bar, Feeder, Switchgear and protection dan
instrumentation )
4. Perancangan Sumber Daya Cadangan dan AMF panel
5. Perancangan lay out power house.

BAB IV
PERANCANGAN DAN ANALISA

67
4.1 Gambar Perancangan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a L1, L2, L3 CT CB 1b
b 1b

c DS LBS
d
e F
CB F
f
g
h
i Es H
Es
j PT H

k
l
m T1
PLN
n 1n
1o
o
1p
p
q
r
s
t
u M M

v 1w
w
x
y
SDP-1.1 SDP-1.2 SDP-1.4 SDP-ME SDP-H SDP-PL1 SDP-K SPARE SPARE SPARE
z SDP-1.1 SDP-H SDP-K

Ø
Gr.Ø
KW
mm²

SINGLE LINE DIAGRAM GARDU DISTRIBUSI 20 KV


BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG
01

68
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a CT
9b
b 9b

c LBS DS
d
e
F F CB
f
g
h
i H
Es H Es
j PT
k
l PLN
T2
m
n 9n
U<
AMF

o 9o
9p
p
q
r Diesel
G

s
t
u M

v 9w

w
x
y
SDP-1.7 SDP-1.6 SDP-1.3 SPARE SPARE
SDP-1.5
z SDP-1.5 SDP-1.6 SDP-PL2

Ø
Gr.Ø
KW
mm²

SINGLE LINE DIAGRAM GARDU DISTRIBUSI 20 KV


BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG
02

69
A. Gambar MVMDP

1. Single Line Diagram MVMDP


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

L1, L2, L3 CT CB CT

DS LBS LBS DS

F F CB
CB F F

Es H H
Es Es H Es
PT H PT

T1 T2
PLN PLN

SINGLE LINE DIAGRAM MVMDP 03

70
2. Triple Line Diagram MVMDP
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
CB
L1
L2
L3
CT

DS LBS LBS
A
F1
A U V

CB F
A
v u F
20 KV/
b b
100 V

a a
KWH
METER
1
F1
Es 2
1
H1
3 Red
2
4
H 5 1

1H2
6
Yellow H
7
2 H
1
8
H3
9 Green Es Es
2

L1 L2 L3

L1 L2 L3
RST 1 2 1 2 RSTO
SUPPLY
DARI PLN A A

T1 T2

TRIPLE LINE DIAGRAM MVMDP 04

71
3. PANEL MVMDP

72
B. Instalasi Transformator
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KABEL TR NYY
3x2x1x240 mm2 + 1x240

KABEL TR NYY
RAK KABEL TR 3x2x1x240 mm2 + 1x240
KABEL TM N2XSY
1x2,5 mm2
1x35 mm2 }
x3

RAK KABEL TR

RAK KABEL TM

KUBIKEL TP PHB TR 8 8
220/380 V

NHF
PELINDUNG
KABEL

LANTAI LANTAI

DUDUKAN TRANSFORMATOR UNP 10

INSTALASI TRANSFORMATOR 06

73
C. Gambar LVMDP

1. Single Line Diagram LVMDP


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

T1 T2
U<
AMF

CT CT

G Diesel

M M M

0,4KV LVMDP 0,4KV LVMDP

SDP-1.1 SDP-1.1 SDP-1.2 SDP-1.4 SDP-ME SDP-H SDP-H SDP-PL1 SDP-K SDP-K SPARE SPARE SPARE SDP-1.5 SDP-1.5 SDP-1.7 SDP-1.6 SDP-1.6 SDP-1.3 SDP-PL2 SPARE SPARE

SINGLE LINE DIAGRAM LVMDP 07

74
2. Panel LVMDP

75
D. Gambar Lay-Out Ruang Gardu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6000

VENT. ATAS VENT. ATAS

MVMDP

MVMDP

MVMDP

MVMDP

MVMDP
MVMDP
AMF

6
5

ARDE
5000

LVMDP 2
LVMDP 1
TRAFO 1

TRAFO 2
ARDE

VENT. BAWAH VENT. BAWAH

LAY OUT RUANG GARDU 09

76
E. Gambar Lay-Out Ruang Genset
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

3m

1650
PANEL
KONTROL
GENSET

3200
4m

Generator

LAY OUT RUANG GENSET 10

77
F. Gambar AMF

1. Single Line Diagram AMF


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
DIESEL
M G Dari PT
COMBUSTI
ON ENGINE
UVR
Relay
M
AMF
CONTROLLE
R
PLN,T1,0.4KV

PLN,T2,0.4K
M
M V
M

MCCB
MCCB
MCCB

MCCB
MCCB

MCCB

MCCB
MCCB

200A
400A
400A

400A
160A

800A

200A
200A

MCCB
MCCB

200A
800A
BATERAI

UPS UNIT

SDP – k SDP – H SDP – 1.1


SDP – 1.6 SDP – 1.5

SINGLE LINE DIAGRAM AMF BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG 11

78
2. Gambar Diagram Kontrol Berbasis PLC dan Dimonitor dengan SCADA

SAAT SUPPLY DARI PLN ON, MAKA BEBAN DILAYANI OLEH PLN SECARA
PENUH

SAAT SUPPLY DARI PLN OFF, MAKA HANYA BEBAN SDP-K (UPT-KOMPUTER)
YANG DILAYANI OLEH BATTERY

79
SAAT GENSET SUDAH ON (DALAM 2 DETIK KETIKA SUPPLY DARI PLN OFF)
MAKA BEBAN PERFORMANCE LOAD AKAN DILAYANI OLEH GENSET.

KEMBALI NORMAL SAAT SUPPLY DARI PLN ON DAN BEBAN DILAYANI OLEH
PLN SECARA PENUH

80
PROGRAM PLC MENGGUNAKAN CX-PROGRAMER (OMRON)

81
82
TABEL IO PLC DAN IO SCADA

83
3. Panel AMF
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

AMF

+
V Cosø

2000
+
A +
A
+
A

2000
R S T PUSH

0
80 800
800

GAMBAR PANEL AMF 12

84
G. Gambar Diagram Kontrol UPS
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a
b
c
d
AMF
e CONTROLLER

f
g
DARI PLN STATIC
h SWITCH 2
BEBAN
~ = S KOMPUTER
i = ~ 1
j
k
BATTERY
l
m
n
o KETERANGAN :
 UPS TIDAK BOLEH MATI / OFF KARENA AKAN MENGAKIBATKAN KOMPUTER BERKEDIP
p DAN AKAN BERPENGARUH PADA DATA
q
CARA KERJA :
r  KONDISI NORMAL (SAAT S PADA POSISI 1). BEBAN AKAN DALAYANI SECARA PENUH
s OLEH PLN. UPS TETAP ON, DAN BATTERY AKAN MENGISI (CHARGING) DAN BATTERY
AKAN OTOMATIS MATI SETELAH PENUH
t
u  KONDISI BATTERY. KETIKA SUPPLY PLN MATI, MAKA BATTERY MENGAMBIL ALIH
SEMENTARA HINGGA GENSET MENYALA. BATTERY BEKERJA KETIKA AMF CONTROLLER
v MENDETEKSI SUPPLY PLN MATI
w
 KONDISI BYPASS (SAAT S PADA POSISI 2). UNTUK MELAKUKAN MAINTENANCE UPS.
x BEBAN AKAN DISUPPLY OLEH PLN MELALUI STATIC SWITCH
y
z
Ø
Gr.Ø
KW
mm²

DIAGRAM KONTROL BATTERY EMERGENCY (UPS) 13

85
H. 4.2 Pemilihan dan Perhitungan Komponen

A. Perhitungan dan Pemilihan


Transformator Daya 1
Total daya yang terpasang = 900 KVA (7 Feeder)
Trafo yang dipakai :
Daya : 1100kVA
Tegangan nominal : 20 kV \ 0,4 kV
Frequency : 50 Hz.
Tegangan hub singkat trafo : 5,5 %
Koneksi : Delta \ Star (Y5)
Kelas isolasi :A
Pendingin transformator menggunakan minyak dan udara dengan sirkulasi alami
(ONAN).
Sisa daya = 1100 – 900 = 200 KVA digunakan untuk spare (3 Feeder) :
 Spare 1 = 70 kVA
 Spare 2 = 70 kVA
 Spare 3 = 60 kVA

Transformator Daya 2
Total daya yang terpasang = 992 KVA (5 Feeder)
Trafo yang dipakai :
Daya : 1100kVA
Tegangan nominal : 20 kV \ 0,4 kV
Frequency : 50 Hz.
Tegangan hub singkat trafo : 5,5 %
Koneksi : Delta \ Star (Y5)
Kelas isolasi :A
Pendingin transformator menggunakan minyak dan udara dengan sirkulasi alami
(ONAN).
Sisa daya = 1100 – 992 = 108 KVA digunakan untuk spare (2 Feeder) :
 Spare 1 = 58 kVA
 Spare 2 = 50 kVA

86
Diesel Emergency
Apabila listrik dari PLN mati, maka diesel emergency ini akan melayani gedung
laboratorium 1 dan laboratorium 2 setengah dari kapasitas terpasang, sedangkan
Guesshouse dan hydran akan dilayani secara penuh. Sehingga total bebannya
menjadi :
 Laboratorium 1(setengah dari kapasitas terpasang) = 230 kVA
 Laboratorium 2(setengah dari kapasitas terpasang) = 230 kVA
 Guesshouse = 122 kVA
 Hydran = 106 kVA +
Total daya = 688 kVA
In = 688 kVA = 1045,3 A
3 x 380 V
Diesel emergency yang dipakai :
Daya : 700 kVA
Rated Voltage : 380 – 400V
Frequency : 50 Hz
Cos φ : 0,8 lagging
Insulation : Class F

Baterei emergency
Apabila listrik dari PLN mati, maka batere emergency ini akan melayani sebuah
gedung UPT computer secara penuh, sehingga total bebannya menjadi :
Gedung UPT komputer = 200 kVA

In = 200 kVA = 303,87 A


3 x 380 V
Batere Emergency yang dipakai :
Daya = 200 kVA.
Input voltage = 380 to 415V
Out put voltage = 380 to 415V
Out put frequency = 50/60 Hz

87
Switchgear
Pada perhitungan dan pemilihan switchgear ini dilakukan dengan cara perhitungan dari
arus beban nominal maksimum pada masing-masing trafo.
Transformator 1
 In primer = 1100 kVA = 31,75 A (MV)
3 x 20 kV
 In sekuder = 1100 kVA = 1587,7 A (LV)
3 x 0,4 kV
 Zt = 5,5 % x 20 kV = 34,65 Ω (MV)
31,75 A
 Zt = 5,5 % x 0,4 kV = 0,0139 Ω (LV)
1587,7A
 Ihs ( Trafo ) = 20 kV = 577,2 A (MV)
34,65 Ω
 Ihs ( Trafo ) = 0,4 kV = 28776,98 A (LV)
0,0139 Ω

Transformator 2
 In primer = 1100 kVA = 31,75 A (MV)
3 x 20 kV
 In sekuder = 1100 kVA = 1587,7 A (LV)
3 x 0,4 kV
 Zt = 5,5 % x 20 kV = 34,65 Ω (MV)
31,75 A
 Zt = 5,5 % x 0,4 kV = 0,0139 Ω (LV)
1587,7A
 Ihs ( Trafo ) = 20 kV = 577,2 A (MV)
34,65 Ω
 Ihs ( Trafo ) = 0,4 kV = 28776,98 A (LV)
0,0139 Ω
Dari data perhitungan di atas maka pada transformator 1 dan 2, pada sisi primer
diamankan oleh :

88
LBS dengan rating arus 200 A
Yang dikombinasikan dengan HRC FUSE dan rating arusnya sebesar:
1,05 x In → 1,05 x 31,75 A = 66,675 A
Maka HRC FUSE yang dipasang dengan rating arus nominal 80 A.
Alasan penggunaan LBS :
Pada incoming hanya digunakan LBS dengan pengaman seperti HRC fuse karena pada
incoming fungsinya sebagai penghubung antara daya dari PLN ke peralatan kubikel metering
dan outgoing, selain itu ada beberapa alasan lain :
 Harga lebih murah dan ekonomis.
 Mempunyai kemampuan yang cukup baik dan dapat diandalkan.
 Perawatan dan pemeliharaan yang mudah.
 Penempatan posisi pada kubikel yang tidak rumit.
 Pengoperasiannya mudah.
 Mempunyai pemadaman busur api berupa gas SF6.
Pada system pentanahan untuk kedua trafo menggunakan :
Earthing Switch
Rated Voltage: 20 – 24 kV
Rated current: 630 A
Rated withstand current: 25 kA
Pole stand distance: 230 mm

89
Alat Proteksi
Kubikel LVMDP
Supply dari PLN :
Dilayani oleh transformator daya 1 :
Feeder 1. Laboratorium 1 (SDP 1.1)
In = 460 kVA = 698,89 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 800 A
Breaking Capacity : 35 kA

Feeder 2. Kantor Pusat (SDP 1.2)


In = 45 kVA = 68,37 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 80 A
Breaking Capacity : 15 kA

Feeder 3. Laboratorium Algae (SDP 1.4)


In = 22 kVA = 33,43 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 40 A
Breaking Capacity : 8 kA

Feeder 4. Pompa Air Bersih (SDP – ME)


In = 45 kVA = 68,37 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 68,37 A = 102,56 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 125 A
Breaking Capacity : 20 kA

90
Feeder 5. Pompa Hydran (SDP – H)
In = 106 kVA = 161,05 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 161,05 A = 241,58 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 250 A
Breaking Capacity : 25 kA

Feeder 6. Penerangan Luar (SDP – PL1)


In = 22 kVA = 33,43 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 40 A
Breaking Capacity : 8 kA

Feeder 7. UPT Komputer (SDP – K)


In = 200 kVA = 303,87 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 315 A
Breaking Capacity : 30 kA

Feeder 8. Spare 1
In = 70 kVA = 106,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 125 A
Breaking Capacity : 20 kA

Feeder 9. Spare 2
In = 70 kVA = 106,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :

91
Rated Current : 125 A
Breaking Capacity : 20 kA

Feeder 10. Spare 3


In = 60 kVA = 91,16 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 125 A
Breaking Capacity : 20 kA

Dari perhitungan In di atas, maka besarnya MCCB Trafo 1 adalah :


698,87+68,37+33,43+102,56+241,58+33,43+303,87+106,35+106,35+91,16= 1786A
Jadi MCCB yang digunakan :
Rated Current : 2000 A
Breaking Capacity : 70 kA
Type : Masterpact NW 20 H1

Dilayani oleh transformator daya 2 :


Feeder 1. Laboratorium II (SDP 1.5)
In = 460 kVA = 698,89 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 800 A
Breaking Capacity : 35 kA

Feeder 2. Perpustakaan dan Pertemuan (SDP 1.7)


In = 380 kVA = 577,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 630 A
Breaking Capacity : 40 kA

92
Feeder 3. Guess house (SDP 1.6)
In = 122 kVA = 185,36 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 200 A
Breaking Capacity : 20 kA

Feeder 4. Kolam Algae (SDP – 1.3)


In = 18 kVA = 27,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 32 A
Breaking Capacity : 7 kA

Feeder 5. Penerangan Luar (SDP – PL2)


In = 12 kVA = 18,23 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 20 A
Breaking Capacity : 5 kA

Feeder 6. Spare 4
In = 58 kVA = 88,12 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current :125 A
Breaking Capacity : 15 kA

Feeder 7. Spare 5
In = 50 kVA = 75,98 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 80 A

93
Breaking Capacity : 8 kA

Dari perhitungan In di atas, maka besarnya MCCB Trafo 2 adalah :


698,87+577,35+185,36+27,35+18,23+88,12+75,98= 1671,28 A
Jadi, MCCB yang digunakan:
Rated Current : 2000 A
Breaking Capacity : 70 kA
Type : Masterpact NW 20 H1

Supply dari Diesel Emergency :


Laboratorium I (SDP 1.1) setengah dari kapasitas terpasang :
In = 230 kVA = 349,44 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 350 A
Breaking Capacity : 35 kA

Laboratorium II (SDP 1.5) setengah dari kapasitas terpasang :


In = 230 kVA = 349,44 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 350 A
Breaking Capacity : 35 kA

Pompa Hydran (SDP 1.2)


In = 106 kVA = 161,05 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 161,05 A = 241,58 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 250 A
Breaking Capacity : 25 kA

94
Guess House
In = 122 kVA = 185,36 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 200 A
Breaking Capacity : 20 kA

Dari perhitungan In di atas, maka besarnya MCCB Generator Set adalah :


349,44+349,4+241,58+185,36= 1125,82 A
Jadi, MCCB yang digunakan:
Rated Current : 1250 A
Breaking Capacity : 60 kA
Type : Masterpact NW 20 H1

Supply dari Batere Emergency :


UPT Komputer (SDP – K)
In = 200 kVA = 303,87 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 315 A
Breaking Capacity : 30kA

CT 3 Untuk arus dari genset.


Arus = 1250 A
Maka digunakan CT 0 to 500 A
Burden : 0.8VA.F.S
Rated frequency : 50-60 Hz
Out put ripple : kurang dari 1,0% F.S
Pemilihan CT yang digunakan berdasarkan rating arus alat ukur.

Busbar
Berdasarkan arus nominal pada kedua trafo pada sisi primer (MV) maka total
arus nominal yang melewati busbar sebesar:

95
It = In (trafo 1) + In (trafo 2)
= 1100kVA + 1100 kVA
3 x 20kV 3 x 20kV
= 31,75 A + 31,75A
= 63,5 A
Rating arus busbar yang dipakai pada sisi (MV) = 73A

Busbar berdasarkan arus nominal trafo pada sisi (LV) :


Busbar pada trafo 1 :
Ins = 1100kVA = 1587,7 A (LV)
3 x 0,4kV
maka dipilih penampang busbar yang dapat menahan arus sebesar I nominal di atas
yaitu busbar dengan rating arus sebesar: 1910 A
Busbar pada trafo 2 :
Ins = 1100 kVA = 1587,7 A (LV)
3 x 0,4 kV
maka dipilih penampang busbar yang dapat menahan arus sebesar I nominal di atas
yaitu busbar dengan rating arus sebesar: 1910 A.

Trafo Instrumen
Panel TM dengan daya 2200 kVA biasanya terdapat peralatan-peralatan lainnyayang
saling bekerjasama dan terhubung menjadi satu.
 Pemilihan CT :
Berdasarkan kelas isolasi, arus rata-rata, rated burden, kelas ketelitian, dan sambungan CT.
Data yang diperoleh :
Un = 20kV
Sa = 2200kVA
Sa 2200 kVA
- In =   63,51 A
Un x 3 20 kV x 3
- Daya pada sisi sekunder : - Ampermeter 3 buah = 3 x 2,5VA = 7,5VA
- Freq meter 1 buah = 1 x 2,5VA = 2,5VA
- Hour meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
- Cos φ meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA

96
- Kabel 2,5mm2, 50 m x 0,18VA = 9VA
Total = 27 VA

- Penggunaannya untuk tegangan menengah dan untuk peralatan


metering/pengukuran.
Maka CT yang dipilih adalah CT dengan ratio 100/5A, burden design B-18 dengan
output 45VA, kelas isolasi berbahan cast resin dan tingkat ketelitiannya digunakan standar
IEC yaitu 1. CT dihubung secara bintang.

 Pemilihan PT
Berdasarkan tegangan nominal primer dan sekunder, kelas akurasi, dan output nominal
kumparan sekunder dan sambungan yang digunakan.
Data yang diperoleh :
Un = 20kV
Us = 110V
- Daya pada sisi sekunder : - Volt meter 1 buah = 1 x 7VA = 7VA
- Freq meter 1 buah = 1 x 2,5VA = 2,5VA
- Hour meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
- Cos φ meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
- Lampu tanda 3 buah = 3 x 1VA = 3VA
- Kabel 2,5mm2, 50 m x 0,18 VA = 9VA
Total =30VA
- Penggunaannya untuk tegangan menengah dan untuk peralatan metering/
pengukuran.
Maka PT yang dipilih adalah PT dengan ratio 20KV/110V, burden design B-18 dengan
output 45VA, kelas isolasi berbahan cast resin dan tingkat ketelitiannya digunakan standar
IEC yaitu 1.

Alat Ukur
 Pemilihan Amperemeter
Peralatan amperemeter yang dipilih adalah
- I maksimum 5 A
- Range 0 sampai 100 A

97
- Pemasangan berdiri pada panel
 Pemilihan Voltmeter
Peralatan Voltmeter yang dipilih adalah
- Tegangan nominal 110 V
- Range 0 sampai 400 V
- Pemasangan berdiri pada panel
 Pemilihan Hourmeter
Peralatan Hourmeter yang dipilih adalah
- 4 digit ( maks. 9999 jam )
- Tegangan nominal 110 V
- Pemasangan berdiri pada panel
 Pemilihan Frekuensi meter
Peralatan Frekuensi meter yang dipilih adalah
- Range 45 sampai 55 Hz
- Tegangan nominal 110 V
- Pemasangan berdiri pada panel
 Pemilihan Cos φ meter
Peralatan Cos φ meter yang dipilih adalah
- Range 0 sampai 1
- Tegangan nominal 110 V

Kapasitor Bank
Beban = 1822 KVA
Cos Ҩ = 0,6
Beban (kW) = 1822 x 0,6 = 1093,2 kW

Qc= P (tanҩ1-tanҩ2)
= 1093,2 [tan(arc cos 0,6) – tan(arc cos 0,95)]
= 1093,2 (tan 53,13 – tan 18,1)
= 1093,2 (1,3 – 0,32)
= 1093,2 (0,98)
= 1071,336 kVar

98
Daya kapasitor tiap fasanya sebesar
(1071,336/3) = 357,115 kVar

Maka Nilai Kapasitor yang Dipakai


-Capasitor power 360 kVar
-Reactor factor 7%
-5 Step
Kabel
Pemilihan jenis kabel ditentukan dari KHA nya :
 Untuk kabel pada Supply Incoming
KHA = 1,1 x 73A = 80,3A
 Untuk Metering
KHA = 1,1 x 5A = 5,5A
 Untuk Supply Outgoing Trafo 1
KHA = 1,1 x 31,75A = 34,93A
 Untuk Supply Outgoing Trafo 2
KHA = 1,1 x 31,75A = 34,93A
 Kabel pada Output Trafo 1 ke SDP 1 Utama
KHA = 1,1 x 1587,7A = 1746,5A
 Kabel pada Output Trafo 2 ke SDP 2 Utama
KHA = 1,1 x 1587,7A = 1746,5A

 Untuk SDP-1.1 (Lab 1) PLN


KHA = 1,1 x 698,98A = 768,8A
 Untuk SDP-1.1 (Lab 1) dengan Genset
KHA = 1,1 x 394,44A = 433,89A
 Untuk SDP-1.2 (Kantor Pusat)
KHA = 1,1 x 68,37A = 75,2A
 Untuk SDP-1.4 (LabAlgae)
KHA = 1,1 x 33,43A = 36,78A
 Untuk SDP-ME (Pompa Air Bersih)
KHA = 1,1 x 102,56A = 112,82A
 Untuk SDP-LP1 (Penerangan Luar)

99
KHA = 1,1 x 33,43A = 36,78A
 Untuk SDP-H (Pompa Hydrant) PLN
KHA = 1,1 x 241,58A = 265,74A
 Untuk SDP-H (Pompa Hydrant) dengan Genset
KHA = 1,1 x 241,58A = 265,74A
 Untuk SDP-K (UPT) PLN
KHA = 1,1 x 303,87A = 334,26A
 Untuk SDP-K (UPT) dengan Baterai
KHA = 1,1 x 303,87A = 334,26A

 Untuk SDP-1.5 (Lab 2) PLN


KHA = 1,1 x 698,98A = 768,8A
 Untuk SDP-1.5 (Lab 2) dengan Genset
KHA = 1,1 x 394,44A = 433,89A
 Untuk SDP-1.7 (Gd. Pertemuan dan Perpustakaan)
KHA = 1,1 x 557,35A = 613,1A
 Untuk SDP-1.6 (Guess House)
KHA = 1,1 x 185,36A = 203,9A
 Untuk SDP-1.6 (Guess House) dengan Genset
KHA = 1,1 x 185,36A = 203,9A
 Untuk SDP-1.3 (Kolam Algae)
KHA = 1,1 x 27,35A = 30,1A
 Untuk SDP-LP2 (Penerangan Luar)
KHA = 1,1 x 18,23A = 20,1A

100
B. Daftar Komponen

No Daftar komponen Spesifikasi Jumlah Ket


MVMDP
Peralatan Incoming :
Rated Current : 400 A
1 ALBS (Air Load Break Switch) Rated Voltage : 20 kV 1
Type : ISARC-1P
Rated Voltage : 20-24 kV
2 Earthing Switch Rated Current : 630 A 1
Rated withstand current : 25 kA
Terdiri dari 3 buah resin isolator
24 kV + box lengkap socket
3 Capacitor Voltage Indicator 1
Rated Voltage : 20 kV
Frequency : 50 Hz
Peralatan Matering :
Rated primary current : 100 A
4 Current Transformer (CT) Rated secondary current : 5 A 1
Type : CT 24 - 1C1R
Rated primary voltage : 20 kV
5 Potensial Transformer (PT) Rated secondary voltage : 110 V 1
Type : PT 24 - 1B1S
Transformer Rating : 1100 kVA
6 Fuse HRC Rating Current : 80 A 3
Type fusarc
System : Moving Iron
Mechanism : Strip core system
with oil damping
Internal Consumption : 2,5 VA
8 Ampere Meter Upper Scala Value : 2 x the measuring 3
Range
Connection : Direct Connection
Frame Size : 96 x 96 mm
System : Moving Iron
Mechanism : Strip core system
with oil damping
9 Volt Meter Internal Consumption : 2,5 VA 3
Upper Scala Value : 0V-100V
Frame Size : 96 x 96 mm

101
Peralatan Outgoing :
Rated Current : 200 A
10 LBS (Load Break Switch) Rated Voltage : 20 kV 2
Type : ISARC- 2P
Rated Voltage : 20-24 kV
Rated Current : 630 A
11 Earthing Switch 2
Rated withstand current : 25 kA
Pole Stand distance : 230 mm
Terdiri dari 3 buah resin isolator
24 kV + box lengkap socket
12 Capacitor voltage Indicator 2
Rated Voltage : 20 kV
Frequency : 50 Hz
Transformer Rating : 1100 kVA
13 Fuse HRC Rating Current : 80 A 2
Type fusarc
LVMDP
CB yang digunakan
Type MCCB Compact NS 2000 /
N/H/L/70KA Micrologic 5.0
14 MCCB 4 Pole Rating Arus : 800 - 2000 A 2
Breaking Capacitiy : 70 kA
Type Compact NS 1250 N/H/L micrologic
5.0
15 MCCB 4 Pole Rating Arus : 600 - 1250 A 1
Breaking Capacitiy : 60 kA
Type MCCB Compact NS 800 N N/H/L/
Micrologic 5.0
16 MCCB 4 Pole Rating Arus : 320 – 800 A 2
Breaking Capacitiy : 35 kA
Type MCCB Compact NS 630 N N/H/L
Micrologic 5.0
17 MCCB 4 Pole Rating Arus : 252 – 630 A 1
Breaking Capacitiy : 40 kA
Type MCCB Compact NS 200 N N/H/L
18 MCCB 4 Pole Rating Arus : 125 – 200 A 1
Breaking Capacity : 20 kA
Type MCCB Compact NS 125 H N/H/L
19 MCCB 4 Pole Rating Arus : 75 – 125 A 5
Breaking Capacitiy : 20 kA
Type MCCB Compact NS 315 N N/H/L
20 MCCB 4 Pole Rating Arus : 200 – 315 A 2
Breaking Capacitiy : 30 kA
Type MCCB Compact NS 250 N N/H/L
21 MCCB 4 Pole 1
Rating Arus : 200 – 250 A

102
Breaking Capacitiy : 25 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
22 MCCB 4 Pole Rating Arus : 64 – 80 A 2
Breaking Capacitiy : 15 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
22 MCCB 4 Pole Rating Arus : 25 – 32 A 1
Breaking Capacitiy : 25 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
23 MCCB 4 Pole Rating Arus : 32 – 40 A 2
Breaking Capacitiy : 8 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
24 MCCB 4 Pole Rating Arus : 10 – 20 A 1
Breaking Capacitiy : 5 kA
Type ME 1804 M, 3 Pole
25 ACB Rating Arus : 1786 A 1
Breaking Capacity : 60 kA
Transformator Yang Digunakan
Kapasitas : 1100 kVA
Impedansi : 5,5 %
26 Transformator Rugi tanpa beban = 2700 Watt 2
Rugi Tembaga : 15000 Watt
Berat : 3200 kg
Emergency Supply
Kapasitas : 700 kVA / 50 Hz / 3~ / 4 Kawat
Putaran : 1500 rpm
27 Generating Set 1
Type : MTU MERC 400
Pf = 0,8
AC Input and output : Single Phase 230 Vac
Capasity : 200 KVA
Frequency Range : 45 – 65 Hz
28 UPS ( Baterai ) 1
Power Factor : > 0.98
Battery Rated Voltage : 252 Vdc
Rated Output Current : 34,7 A
29 AMF Controller 1
Komponen Lain
Rated Voltage :380/220v
Frequency : 50 Hz
30 Lampu tanda Merah 13 F&G
Kuning 13
Hijau 13
System : Moving Iron
31 Ampere Meter 17 GAE
Class : 1.5

103
Mechanism : Strip core system with oil
damping
Internal Consumption : 3 VA
Upper Scala Value : 2 x the measuring range
Connection : Direct Connection
Frame Size : 96 x 96 mm
Weight : 0.25 kg
System : Moving Iron
Class : 1.5
Mechanism : Strip core system with oil
32 Volt Meter damping 13 GAE
Internal Consumption : 3 VA
Frame Size : 96 x 96 mm
Weight : 0.25 kg
Terdiri dari 3 buah resin isolator
24 kV + box lengkap socket
33 Capacitor Drive Indicator 3 F&G
Rated Voltage : 20 kV
Frequency : 50 Hz
Rated Voltage : 20-24 kV
Rated Current : 630 A
34 Earthing Switch 3 F&G
Rated withstand current : 25 kA
Pole Stand distance : 230 mm
35 BusBar LV 1910 A 2
Kabel yang Digunakan
Four Core N2XY – 0,6/1 kV, Low Voltage Cable
36 200 m Pirelli
XLPE A = 240 mm2
Three Core N2XSY 12/20 kV, Medium Voltage Cable
37 500 m Pirelli
XLPE A = 35 mm2
Low Voltage Cable for SDP-1.1
38 Four Core XLPE 30 Roll Pirelli
A = 6 mm2

104
4.3 Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

1. Tinjauan Umum
Pasal 1
Syarat umum

Pemberi tugas

Pemberi tugas adalah :


Perancangan Gardu Bioteknologi Cibinong

Perencana adalah :
Consultant and Contractor Installation

Direksi pekerjaan

Adalah wakil pemberi tugas dalam perancangan. Sebagai direksi dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah Drs. A Tatang selaku dosen Perancangan Listrik Semester V Politeknik Negeri Jakarta.

Pasal 2
Dokumen RKS

Isi dokumen RKS adalah ssebagai berikut :


1. Spesifikasi teknik;
2. Gambar rencana;
Pasal 3
Penjelasan Pekerjaan

Kepada peserta lelang diwajibkan melakukan peninjauan lapangan atas resiko dari biaya
sendiri untuk memperoleh segala keterangan yang diperlukan mengenai keadaan lapangan
tempat pekerjaan harus dilaksanakan dan persoalan lainnya yang bersangkutan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan guna pengajuan penawaran.

105
Pada saat itu peserta lelang diberi kesempatan untuk mendapatkan keterangan atau pedoman
atau dasar petunjuk guna pelaksanaan. Penjelasan akan diberikan oleh panitia lelang dan akan
diberikan oleh panitia lelang dan minimal yang hadir dalam rapat penjelasan ini diikuti oleh
tiga peserta.

Apabila dianggap perlu akan diberikan penjelasan tambahan di luar ketentuan jadwal rapat
penjelasan di atas. Mengenai waktu dan tempatnya akan ditentukan dalam rapat penjelasan.

BAB II
PENJELASAN UMUM
Proyek yang akan dilaksanakan berupa proyek Perancangan Gardu Distribusi 20 KV
Bioteknologi Cibinong yang berlokasi Cibinong..
Sumber daya utama adalah sebesar 20 KV, dilayani oleh PLN. Sumber tersebut akan masuk
ke panel tegangan menengah (MVMDP), diteruskan ke panel distribusi tegangan rendah
(LVMDP), melalui dua buah trafo daya yang dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri , dimana
Trafo Daya I ( T1 ) digunakan ukntuk melayani instalasi tenaga ( Mesin-mesin dan kotak
kontak daya ) dan Trafo Daya II ( T2 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan pada
gedung-gedung dan taman. Dalam kondisi tertentu dimana :
a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan , maka trafo daya yang tidak terganggu
dapat memikul sebagian beban bari trafo yang mengalami ganguan , hal ini dilakukan
secara manual
b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara manual .
Out going feeder dari trafo daya I ( T1 ) berjumlah sebanyak 6 feeder , dimana 5 feeder
dihubungkan langsung ke panel daya ( PP ) di lokasi Gedung yaitu PP1 , PP 3 , PP 4, PP 5 ,
dan PP 8., sedangkan 1 ( satu ) feeder lagi dihubungkan ke sub-panel tegangan rendah (
LVSDP - T 1 ) dan dari sini didistribusikan ke panel-panel daya dilokasi gedung yaitu untuk
PP 2, PP 6 dan PP 7. Dan out going feeder dari trafo daya II ( T2 ) berjumlah sebanyak 5 feeder
, dimana 4 feeder di instalasi langsung ke panel-panel penerangan ( LP ) di lokasi gedung yaitu
untuk LPF , LPE , LPB dan LPA. Sedangkan satu feeder lagi dihubungkan langsung ke
sub- panel distribusi tegangan rendah ( LVSDP – T2 ) dan dari sini di distribusikan ke panel-
panel penerangan LPI , LPK , LPJ , LPC, LPG , LPD dan LPH.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam merancang gardu distribusi 20 KV Bioteknologi LIPI
Cibinong pada proyek tersebut adalah sebagai berikut ini.

Persyaratan perancangan

106
1. Bila listrik dari PLN mati (mengalami gangguan), dalam hal ini beban “performance load”
akan dilayani oleh diesel Emergency yang dioperasikan secara otomatis dalam waktu
maksimum 2-3 detik.
2. Beban “performance load” di atas yaitu gedung laboratorium I dan laboratorium II dengan
setengah dari kapasitas terpasang, gueshouse dan hydran dilayani secara penuh.
3. Khusus untuk gedung SDP-K, bila listrik PLN mati (padam), maka akan dilayani oleh
“Battre Emergency” secara penuh.
4. Pada saat dilayani oleh diesel emergency, tiba-tiba sumber PLN hidup kembali, bersamaan
dengan itu “diesel mergency” akan mati secara otomatis dan pelayanan beban akan dilayani
kembali ileh PLN secara penuh.

BAB III
PERATURAN TEKNIS

Pasal 1
Ruang lingkup pekerjaan

Bioteknologi Cibinong menyerahkan pekerjaan borongan kepada kontraktor seperti


kontraktor menerima penyerahan pekerjaan tersebut dari Bioteknologi Cibinong dan berjanji
untuk melaksanakan pekerjaan kelistrikan. Dalam hal ini melakukan perancangan Gardu
Distribusi 20 KV Bioteknologi Cibinong.
Pekerjaan yang dimaksud pada ayat 1 di atas pada pokoknya adalah pekerjaan perancangan
gardu distribusi 20 KV Bioteknologi Cibinong. Pekerjaan perancangan ini adalah seluruh
perancangan sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik, setelah diuji dengan
seksama dan siap untuk dipergunakan.

Pekerjaan listrik disini adalah :


Perancangan system gardu distribusi 20 KV Bioteknologi Cibinong, mulai dari :
 Perancangan MVMDP
 Perancangan instalasi transformator daya
 Perancangan LVMDP
 Perancangan sumber daya cadangan dan AMF panel
 Perancangan layout power house

107
Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan tenaga kerja dan lain-
lain untuk pemasangan pengetesan, commisioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk
seluruh instalasi seperti yang dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukan dalam
gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan-pekerjaan
kecil lain yang tidak mungkin disebutkan secara terperinci dalam buku ini tetapi dianggap perlu
untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem kontrol.

Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :


 Panel gardu distribusi, pekerjaan ini meliputi pekerjaan perpanelan gardu distribusi dan
seluruh komponen yang ada didalam panel tersebut yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem kontrol.
 Instalasi trafo daya, pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk
pendistribusian daya listrik dari sumber-submber daya listrik, panel dan pusat-pusat beban
serta peralatan-peralatan lain yang letaknya terpisah untuk supplay daya listrik sesuai
gambar perancangan.
 Peralatan penunjang instalasi gardu distribusi, pekerjaan ini termasuk juntion box,
condduit, doos penyambungan, doos klem dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk sistem
kontrol dan distribusi dayanya meskipun tidak disebutkan dan digambarkan pada gambar
perencanaan.
 Penyambungan catu daya dari supply listrik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sistem Distribusi Daya Listrik.

Ketentuan umum

1. Kabel yang digunakan untuk menghubungkan dari supply PLN ke pusat-pusat beban
digunakan kabel tegangan menegah NYY sampai ke panel distribusi.
2. Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN dan SII atau
standard-standard lain yang diakui pemerintah Indonesia serta mendapat rekomendasi dari
LMK.
3. Data teknis.
 Jenis kabel : Four Core N2XY – 0,6/1 kV, XLPE

 Bahan konduktor : tembaga

 Isolasi : PVC

108
 Tegangan nominal : 4 kV

 Ukuran kabel : sesuai dengan gambar perencanaan

4. Persyaratan pemasangan kabel :


 Pemasangan kabel distribusi daya harus sesuai dengan peraturan PLN dan PUIL atau
peraturan-peraturan lain yang berlaku di negara Republik Indonesia.
 Kabel harus diatur dengan rapih dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan lepas
atau rusak apabila terjadi gangguan-gangguan mekanis maupun termal.
 Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran sesuai
dengan diameter penampang kabel.
 Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu, yang sesuai dan tidak
boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat.
 Sebelum dilakukan penyambungan kabel daya, bagian ujung dan bagian awal kabel
harus dilindungi dengan “sealing and cable”, sehingga bagian konduktor maupun
bagian isolator tidak rusak.

INSTALASI PANEL MVMDP DAN LVMDP

Syarat Umum

a) Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas :


1. Nama pembuat dan merk dagang
2. Daya, tegangan, dan arus nominal
3. Data teknis lain
b) Perlengkapan listrik hanya boleh dipasang pada instalasi jika:
1. Memenuhi ketentuan dalam PUIL 2000
2. Mendapat izin atau pengesahan dari instalasi yang berwenang
c) Setiap perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi kemampuanya.

Syarat Mekanis
 Perlengkapan listrik harus terpasang kokoh pada tempatnya sehingga tidak berubah oleh
gangguan mekanis.
 Perlengkapan listrik harus dipasang rapi dengan cara yang baik dan tepat.

109
 Perlengkapan listrik harus dipasang dan ditempatkan secara aman dan jika perlu harus
dilindungi agar tidak menimbulkan bahaya
 Pelindung perlengkapan listrik harus kuat dan terpasang secara kokoh.
 Semua sambungan atau hubungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak dapat lepas
atau kendur sendiri.

Syarat Listrik
 Bagian yang dapat bergerak, tidak boleh bertegangan pada waktu sakelar dalam keadaan
terbuka atau tidak terhubung.
 Tegangan nominal perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan tegangan nominal
rangkaian / sirkuit.
 Seluruh bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik harus diamankan terhadap bahaya
sentuhan langsung.
 Semua pengawatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga bebas dari hubung singkat
(Short Circuit) dan hubung bumi.
 Semua penghantar harus mempunyai KHA (Kemampuan Hantar Arus) sekurang-
kurangnya sama dengan arus yang akan melaluinya.

Syarat Khusus
 Untuk pemutus arus harus mempunyai daya pemutus sekurang-kurangnya sama dengan
hasil perkalian tegangan nominal dan arus putus.
 Bagian perlengkapan listrik yang pada waktu kerja normal mengeluarkan atau
menimbulkan bunga api, busur api atau logam leleh, harus diberi selungkup, kecuali jika
terpisah atau terisolasi dari bahan yang mudah menyala atau terbakar.
 Semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang-kurangnya sama dengan
arus hubung singkat yang dapat terjadi ditempat pemutus daya.
 Konstruksi panel kontrol
 Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka terbuat dari besi siku atau besi plat yang
dibentuk dan dicat dasar dengan meni tahan karat serta difinis dengan cat bakar warna abu-
abu. Dengan ketebalan plat baja :
 Dinding : 1,6 mm
 Pintu : 2,0 mm

110
 Dalam panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan (grounding)
serta busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pentanahan.
 Pada bagian panel bagian sisi kiri dan sisi kanan panel harus diberikan sirip udara agar
udara dapat bersikulasi dengan baik di dalam panel dibagian dalamnya diberikan pelindung
agar panel tidak mudah kotor.
 Panel dilengkapi tutup bagian dalam dan pintu yang dilengkapi dengan kunci. Pada tutup
bagian dalam terdapat kunci yang berfungsi sebagai saklar, dimana pengoprasiannya hanya
dilakukan oleh maintenence rieper.
 Ukuran panel didalam gambar perancangan sifatnya tidak mengikat, dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen dan peralatan penunjang yang dipilih serta standard pabrik
pembuat.
 Pada pintu bagian dalam harus digambarkan diagram sistem instalasi panel tersebut secara
lengkap dan baik serta harus di cilaminasi.
 Switchgear untuk proteksi peralatan distribusi harus menggunakan proteksi yang dirancang
untuk elemen–elemen distribusi.
 Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam
gambar perencanaan.
 Untuk MCCB dan fuse 3 yang digunakan harus sebesar yang tercantum pada gambar
perencanaan.
 Untuk pengaman lebur pada peralatan digunakan fuse type HRC yang besarnya seperti
yang tercantum pada gambar perencanaan.

Pasal 2
Syarat Pelaksanaan

Kontraktor pelaksana harus memiliki pas Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta surat-
surat ijin dari instansi yang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah setempat, maupun surat
ijin lain yang diminta oleh pengawas pelaksana maupun pengawas pelaksana lapangan. Dalam
pekerjaan pelaksanaan, pihak kontraktor harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan
dalam gambar rencana, baik dalam segi ukuran, kualitas bahan maupun kuantitasnya.
Sehubungan adanya pekerjaan ini pihak kontraktor pelaksana harus menghubungi pihak PLN
terlebih dahulu, untuk kelancaran pembangunan sampai pada hari penyerahan pekerjaan,
dengan hasil pengujian yang sangat memuaskan, dan layak untuk dipergunakan.

111
GAMBAR-GAMBAR
Gambar Perancangan
 Yang dimaksud dengan gambar perancangan adalah gambar-gambar yang menyertai buku
ini, gambar-gambar penjelasan dan segala gambar-gambar beserta addendumnya.
 Kontraktor harus segera mempelajari gambar-gambar perancangan dan secepatnya
melaporkan, kepada manajemen kostruksi apabila terdapat hal-hal yang dianggap harus
jelas, dalam waktu tidak kurang dari 3 (tiga) minggu setelah diadakan rapat prapelaksana.
 Gambar-gambar dalam perancangan ini tidak dimaksudkan untuk mencantumkan semua
detail konstruksi detail pemasangan terutama yang berhubungan dengan peralatan yang
akan disediakan/dipasang oleh kontraktor.
 Walaupun demikian, kontraktor tetap harus tetap memasang peralatan tersebut sesuai
dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil yang terbaik, dalam hal ini
kontraktor diharuskan membuat shop drawing yang terinci untuk menjelaskan hal tersebut
diatas.
 Dalam hal ini keraguan yang ditimbulkan oleh kesalahan penggambaran dan/
ketidaksesuaian lain kontraktor harus mengajukan pertanyaaan untuk mendapat penjelasan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum masalah tersebut terlibat dilapangan baik
dalam arti pemasangan ataupun pemesanan barang.
 Ukuran-ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah dicantumkan pada gambar
perancangan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran-ukuran efektif.

Gambar kerja (shop drawing)


 Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang dibuat oleh kontraktor,
pemasok barang atau pihak-pihak lain yang bertujuan menjelaskan cara pemasangan
maupun cara penyambungan dan lainnya pada saat pelaksanaan pekerjaan sedang
berlangsung.
 Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan, kontraktor wajib membuat gambar kerja
untuk memperjelas dan sebagai gambar untuk pelaksanaan dilapangan terdiri atas :
 Gambar-gambar, seperti :
 Gambar perancangan
 Gambar layout ruang Gardu
 Gambar layout ruang genset

112
 Dan gambar-gambar lainnya
 Detail-detail, seperti :
 Detail panel.
 Detail pemasangan panel.
 Detail pemasangan peralatan.
 Detail-detail lain yang diperlukan.
 Gambar-gambar lain yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan.
 Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada gambar perancangan, spesifikasi
teknik serta disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi
kesalahan dilapangan.
 Gambar-gambar dibuat sebanyak tiga rangkap dan diserahkan kepada manajemen
konstruksi untuk diperiksa dan disahkan.
 Kontraktor diwajibkan mengamati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai yang tertulis
pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan
yang dipasang.
 Jika terjadi kesimpang siuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor harus
melapor pada manajemen kostruksi untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
 Bila manajemen konstruksi tidak dapat mengambil keputusan maka pengambilan
keputusan akan diserahkan kepada instansi atau badan yang berwenang.

113
4.4 Bill Of Quantity

NO. URAIAN PEKERJAAN UNIT VOLUME


I. Pekerjaan Pemasangan Panel MVMDP
Pemasangan Panel Incoming
Pemasangan Air Load Break Switch
1 Buah 1
(ALBS)
2 Pemasangan Earthing Switch Buah 1
3 Pemasangan Capasitor Voltage Indicator Buah 1
Pemasangan Panel Metering
4 Pemasangan Current Transformator Buah 1
5 Pemasangan Potential Transformator Buah 1
6 Pemasangan Fuse HRC Buah 3
7 Pemasangan Amperemeter Buah 3
8 Pemasangan Voltmeter Buah 3
Pemasangan Panel Outgoing
9 Pemasangan Pengaman LBS Buah 2
10 Pemasangan Fuse Buah 2
11 Pemasangan Earth Switch Buah 2
12 Pemasangan Breaking Capacitive Voltage Buah 2
II. Pekerjaan Pemasangan Transformator
13 Pemasangan Transformator Set 2
14 Pemasangan Pelindung Kabel Set 1
15 Pemasangan Rak Kabel TM Buah 1
16 Pemasangan Rak Kabel TR Buah 2
III. Pekerjaan Pemasangan LVMDP
17 Pemasangan Panel LVMDP Set 1
18 Pemasangan MCCB Buah 21
19 Pemasangan ACB Buah 1
20 Pemasangan Lampu Tanda Buah 6
21 Pemasangan Busbar Tembaga Buah 4
IV. Pekerjaan Pemasangan Genset
25 Pemasangan Generator Set Set 1
V. Pekerjaan Pemasangan UPS
26 Pemasangan UPS Set 1
VI. Pekerjaan Pemasangan AMF Controller
27 Pemasangan Panel AMF Set 1
28 Pemasangan AMF Controller Set 1
29 Pemasangan Lampu Tanda Buah 9

114
KESIMPULAN

Berdasarakan perancangan yang telah kami buat dapat ditarik beberapa kesimpulan:
 Dalam merancang gardu distribusi harus mengetahui fungsi dan kerja gardu distribusi
tersebut, serta mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam suatu gardu
distribusi
 Gardu distribusi berkaitan dengan pendistribusian tenaga listrik dari tegangan
menengah ke tegangan rendah dan menuju ke konsumen. Oleh karena itu perancangan
yang telah dibuat harus memenuhi standar dan kriteria yang berlaku
 Dalam perancangan Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong, menggunakan dua
buah transformator dengan masing-masing berkapasitas 1100 KVA
 Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong juga dilengkapi dengan AMF Controller
dan Back Up Supply menggunakan UPS (Battery) dan Generator Set untuk mensupply
beban yang tidak boleh mati dan memiliki tingkat kehandalan tinggi
 Untuk mendukung aspek keselamatan dan kesehatan kerja, Gardu Distribusi
Bioteknologi LIPI Cibinong dilengkapi dengan beberapa pengaman untuk
mengamankan alat dan komponen serta mengamankan manusia sendiri seperti fuse,
ALBS, MCCB, Earthing Switch, dan lain-lain
 Dalam menjaga kehandalan sistem pendistribusian, Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI
Cibinong juga menggunakan PLC untuk automasi yang nantinya akan dikombinasikan
dengan AMF Controller dan juga menggunakan SCADA untuk monitoring dan
controling jarak jauh
 Perancangan Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong dapat diselesaikan dalam
waktu

115
Daftar Pustaka

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2002 (PUIL 2002)

Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubungan Tenaga Listrik PT. PLN Persero . Buku
IV , Jakarta 2010

Ir. Wahyudi Sarimun., MT. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Bekasi. Garamod

Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian
Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta : PT. PLN (persero)
Arwin abbasy (2014). “Pemilihan Current Transformer dan Potensial Transformer Untuk
Pengukuran Arus dan Daya Aktif Tegangan Menengah Dengan Kapasitas Daya 1250KVA,
20KV/0,4KV ”. http://abbasy-ilmuumum.blogspot.com/

Standar Nasional Indonesia


SNI No. 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Buku I, II, III, IV, V, VI , Jakarta 1994
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Jawa Tengah dan Jogjakarta,
2008
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT PLN Persero Distribusi Jawa Timur
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Bali, FITCHNER+
CACREI, Pilot Projek PT PLN Persero Wilayah VIII, 1988
Allumunium Conductor Francais 1984.
Modul Pelatihan PDKB, Perhitungan Mekanika Terapan, PT PLN Jasa Diklat Semarang, 1992
Agenda PLN 1984, Perhitungan Listrik Terapan
Dokumen SOFRELEC – CHASS.T.MAIN tahun 1975
Acuan P3B tentang Telekomunikasi Data
Haliday Resnick, Fisika Mekanika, Erlangga, Jakarta, 1997

116

Anda mungkin juga menyukai