4Th SEMESTER
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berjudul “Perancangan Gardu
Distribusi 20 KV Limnologi LIPI Cibinong” ini. Saya menyampaikan ucapan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan dan menyusun karya
tulis ini, khususnya kami sampaikan kepada:
1. Bapak Silo Wardono, ST, M. Si. selaku Kepala Program Studi Teknik Listrik yang telah
menyediakan kesempatan dan bantuan fasilitas dalam menyelesaikan karya tulis ini;
2. Bapak Ir. Drs. Asrizal Tatang, ST. Selaku dosen mata kuliah Perancangan Gardu
Distribusi yang telah membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam
pembuatan karya tulis ini;
3. Orang tua kami, yang telah memberikan dukungan moral dan do’a dalam
menyelesaikan karya tulis ini;
4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.
kami selaku penulis sangat menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
memperbaiki agar lebih mendekati kesempurnaan. Akhir kata, saya sampaikan terimakasih atas
perhatian yang diberikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN 1
ii
2.7 Emergency Power Supply 59
2.8 Instalasi Gardu 61
iii
4.2.7 Pemilihan dan Perhitungan Kabel 99
5. PENUTUP 115
5.1 Kesimpulan 115
6. DAFTAR PUSTAKA 116
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
distribusi, pemilihan dan perhitungan komponen, sampai estimasi biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk membangun sebuah gardu distribusi yang baik, aman, dan handal.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan:
1. Bagaimana merancang gardu distribusi 20 KV untuk Bioteknologi LIPI Cibinong yang
baik dan sesuai dengan standar?
2. Bagaimana konstruksi gardu distribusi 20 KV untuk Bioteknologi LIPI Cibinong yang
baik dan sesuai dengan standar?
3. Bagaimana pemilihan komponen yang baik untuk suatu gardu distribusi 20 KV?
4. Bagaimana penginsatalasian komponen yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku?
5. Bagaimana mewujudkan gardu distribusi yang memiliki kehandalan yang baik?
1.3 Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mampu merancang suatu gardu
distribusi 20 KV dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.
2
BAB IV PERNCANGAN DAN ANALISA
Bab ini menjabarkan tentang seluruh perancangan gardu distribusi berupa gambar
perancangan, analisa mengenai pemilihan dan perhitungan komponen, rencana kerja dan
syarat-syarat, bill of quantity, engineering estimate, dan network planning.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan, daftar kepustakaan, serta lampiran katalog-katalog dan data-
data lain yang digunakan dalam pernacangan gardu distribusi.
BAB II
TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI
3
Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan
distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah
(step down transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.
Sedang transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (step up transformator),
hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang didistribusikan pada
suatu jaringan panjang (long line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang
berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan 5% dari tegangan
semula. Jenis transformator yang digunakan adalah transformator satu phasa dan transformator
tiga phase. Adakalanya untuk melayani beban tiga phase dipakai tiga buah transformator satu
phase dengan hubungan bintang (star conection) Ү atau hubungan delta (delta conection) Δ.
Sebagian besar pada jaringan distribusi tegangan tinggi (primer) sekarang ini dipakai
transformator tiga phase untuk jenis out door. Yaitu jenis transformator yang diletakkan diatas
tiang dengan ukuran lebih kecil dibandingkan dengan jenis in door, yaitu jenis yang diletakkan
didalam rumah gardu.
4
Gambar 2.2 Rangkaian Transformator 1 fasa
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber arus bolak balik, maka pada
kumparan primer tersebut akan mengalir arus listrik I, yang akan menyebabkan timbulnya fluk
magnit Q atau gaya gerak magnit (ggm) yang berubah ubah pada teras besi B, bersamaan
dengan itu pada kumparan primer timbul gaya gerak listrik (electro motive force) induksi Ep,
yang sama besarnya dan berlawanan arah dengan tegangan yang diberikan Vp. Sebab ggl (gaya
gerak listrik) induksi ini mempunyai sifat menentang setiap perubahan arus yang
membangkitkan besarnya ggl induksi pada kumparan primer ini adalah:
(1)
Dimana:
Fluk magnet (ggm) φ yang menginduksikan ggl induksi Εp pada kumparan primer
tersebut, tercakup (dipeluk) pula pada kumparan sekunder; sehingga merupakan fluk bersama
(mutual fluk) φm . Dengan demikian fluk bersama φm ini menginduksikan pula ggl induksi Εs
pada kumparan sekunder, sehingga pada kumparan sekunder akan terdapat tegangan Vs yang
besarnya sama dan berlawana arah dengan ggl induksi Εs yang terbangkitkan pada kumparan
sekunder. Kalau pada kumparan primer ggl induksi tersebut dibangkitkan oleh arus listrik,
maka untuk dapat membangkitkan arus listrik Ι2 pada kumparan sekunder; diperlukan ggl
5
induksi Εs yang berubah-ubah. Maka pada kumparan primer dihubungkan arus bolak-balik.
Besarnya ggl induksi Εs pada kumparan sekunder ini adalah:
(2)
Dimana:
Karena fluk magnet didalam teras besi B ini merupakan fluk bersama (mutual flux)
maka dari persamaan 1 dan 2 didapatkan perbandingan lilitan dengan perbandingan ggl induksi
yakni:
(3)
(4)
(5)
6
(6)
Pada waktu ggl besarnya maksimum maka besarnay sin tω = 1maka persamaan (6) akan
beruabh menjadi:
(7)
(8)
Begitu pula besarnya ggl induksi sekunder (untuk penyelesaian yang sama) akan terdapat:
(9)
Dari persamaan (8) dan (9) maka jelaslah bahwa ggl induksi yang dibangkitakan oleh
arus bolak-balik akan mempunyai bentuk yang sama dengan membangkitkannya. Apabila
transformator tersebut dianggap adeal sehingga hanya terdapat kehilangan tenaga yang kecil
sekali dan bias diabaikan, maka tenaga input Ρ1 pada tranformator akan sama dengan tenaga
output nya Ρ0 maka didapati:
(10)
Yang dimaksud ideal disini adalah: a. Kerugian karena arus pusar (eddy Current) dan kerugian
hysterisis didalam teras besi tidak ada. b. Kerugian tahanan pada kawat tembaga tidak ada c.
Dan tidak ada kebocoran fluk pada kumparan primer maupun sekunder
7
Oleh karena itu seperti yang telah diterngalan dimuak bahwa ggl induksi Εp maupun Εs akan
sama besarnya dan berlawana arahnya dengan tegangan sumber Vp sehingga didapat
persamaan:
(11)
Dari persamaan (9) dan (16) diatas didapat perbandingan transformator yaitu:
(12)
Untuk transformator yang tidak ideal akan terjadi perubahan pada tegangan output,
yang akan berpengaruh pada tenaga output transformator Ρo dimana tenaga output
transformator Ρ0 lebih kecil daripada tenaga input Ρi (Ρi < Ρo )Hal tersebut disebabakan
terjadinya kerugian-kerugian daya didalam transformator, seperti yang telah dikemukakan
diatas. Besarnya tenaga output pada kumparan sekunder adalah:
(13)
(14)
Dari persamaan (19) diatas dapat disimpulakn bahwa makin kecil kerugian daya yang
terjadi pada transformator, makin tinggi efisiensinya. Sebaliknya makin besar kerugian daya
pada transformator makin berkurang nilai efisiensinya. Untuk memperkecil kerugian-kerugian
daya pada transformator tersebut perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut:
8
a. Dipilih penampang kawat yang cukup besar dan mempunyai nilai konduktivitas yang cukup
besar untuk memperkecil kerugian- kerugian tahanan pada kawat.
b. Dipilih tera-teras tipis dari bahan-bahan feromaknitis yang bermtu baik dan penampangnya
yang cukub besar, untuk memeperkecil kerugian teras yang berupa kerugian arus pusar
(Eddy Current) dan kerugian hysterisis pada teras.
c. Dan perlu diperhatikn pula isolasi yang mempunyai daya tahan (non coducting) yang tinggi
untuk menghindarkan terjadinya fluk bocor.
Transformator yang banyak digunakan untuk jarinagn distribusi tegangan tinggi adalah
transformator tiga phase. Pada dasarnya transformator tiga phase ini terdiri dari tiga buah
transformator, satu phase dengan tiga buah teras besi yang dipasang pada satu kerangka. Dari
tiga teras besi ini ditemoatkan masing-masing sepasang kumparan yakni kumparan primer dan
kumparan sekunder. Dengan demikian seluruhnya akan terdapat tiga buah kumparan primer
dan tiga buah kumoaran sekunder. Dari ketiga kumparan primer maupun ketiga kumpatran
sekunderdapat dihubungkan secara hubungan bintang (star conection) Υ dan dihubungkan
egitiga (delta conection) . Δ Seperti halnya transformator satu phase maka azas kerja dari
transformator tiga phase ini pada prinsipnya sama saja. Hanya pada transformator tiga phase
arus yang dihubungkan padakumparan primer berbentuk arus bolak-balik dari tiga buah kawat
phase masing-masing sama besarnya dan bergeseran sudut sebesar 120° taip phasenya, yang
menimbulkan fluk maknit φ didalam teras besi juga berbeda phase 120°. Karena fluk maknit
yang dibangkitkan merupakan fluk maknit bersama (mutual fluk) φ m, maka pada tiap-tiap
kumparan akan dibangkitkan gaya gerak listrik (electro motive force) induksi yang masing-
masing berbeda 120° juga. Besarnya ggl induksi baik primer maupun sekunder sama halnya
dengan yang terjadi pada transformator satu phase, yang masing-maing besarnya adalah :
9
(18)
Kalau dalam transformator satu phase besarnya ggl induksi tersebut sama besarnya dan
berlawanan arah dengan tegangannya, maka untuk transformator tiga phase besarnya tegangan
tergantung pada hubungan antara kumparan primer dan kumparan sekunder. System hubungan
untuk kumparan primer dan kumparan sekunder dikenal 4 macam system hubungan yaitu:
a. Hubungan segitiga-segitiga ( Δ −Δ )
10
tertutup (segitiga) dengan tiga buah ujung kawat phase nya. Demikian pula untuk hubunga
ketiga kumparan sekundernya. Sehingga antara kumparan primer dan kumparan sekunder
etrdapat hubungansegitiga-segitiga (Δ−Δ ). Perhatikan gambar 21 dibawah ini:
Gambar 2.4 Rangkaian Transformator Tiga Fasa Hubungan Δ-Δ (a) dan Rangkaian Eqivalen
Transformator Tiga Fasa Hubungan Δ-Δ (b)
Seperti halnya dalam transformator satu phase untuk dapat membangkitkan arus listrik
pada kumparan sekunder, diperlukan ggl induksi yang berubah-ubah. Sedang untuk membuat
ggl induksi berubah-ubah pada kumparan primer dihubungkan arus bolak-bolik. Dalam
transformator 3 phase ini pada kumparan sekunder dapat dibangkitkan dari tiap-tiap lilitan
phase arus bolak-balik yang satu sama lain sama besarnaya dan masing-masing berbeda phase
120o . Pada gambar 21b diperlihatkan arus yang dihasilkan adalah dani Ia Ib dan Ic yang
besarnya adalah :
(19)
Dimana :
Ia,Ib,Ic = arus phase pada kumparan sekunder utuk phase I,II,dan
Im2 = arus maksimum pada kumparan sekunder (ampere)
Untuk saluran (line current) tiap phase Ia, Ib, dan Ic menurut gambar 2.4 adalah:
11
(20)
Apabila persamaan (19) kita masukkan kepersaamaan (20) maka akan didapat arus saluran
yang besarnya masing-masing adalah:
(21)
Dari persamaan diatas ternyata arus saluran (line current) sama besarnya dan bergeseran
phase 1200 satu sama lain. Apabila arus phase (phase current) sephase dengan tegangan, maka
arus saluran akan bergeseran sudut 300 terhadap tegangan. Perhatikan gambar dibawah ini:
Harga efektif dari arus saluran (line current) menurut persamaan (21) adalah:
12
Untuk hubungan Δ −Δ ini, tegangan saluran (line voltage)sama dengan tegangan phase
(phase voltage). Lihat gambar 2.2 dari persamaan (20) dan (21) dapat ditulis besarnya tegangan
saluran ini, yakni:
(22)
Dengan demikian tegangan saluran untuk tiap phase sama satu sama lain dan bergeseran phase
1200. Harga efektif dari tegangan saluran dalam hubungan ∆-∆ ini adalah :
(23)
Dimana:
(24)
Oleh karena dalam transformator tiga phase hubungan Δ −Δ ini arus saluran (line
current) dan tegangan saluran (line voltage) adalah
(25)
13
Maka tenaga yang diberikan pada transformator tiga phase untuk satu phase dalam
hubungan - adalah:
(26)
Dalam keadaan istimewa dimana factor daya cos = I atau arus phase dengan tegangan
phase dala keadaan sephase maka besarnya tenaga adalah:
(27)
Dalam keadaan istimewa dimana factor daya cos = I atau arus phase dengan tegangan
phase dala keadaan sephase maka besarnya tenaga adalah:
2.1.1.2 Hubungan Υ −Υ
Yang dimaksud dengan hubungan Υ −Υ adalah apabila ujung- ujung kawat lilitan
kumparan dari ketiga kumparan primer maupun dari kumparan sekunder, masing-masing
dihubungkan menjadi satu dan merupakan titikbintang yang dihubungkan dengan saluran nol
(ground). Sedangkan ketiga ujung kawat lilitan kumparan yang lain masing-masing
dihubungkan dengan kawat phase, maka terdapat 4 buah sambungan yang seperi terlihat pada
gambar 23 dibawah ini. Untuk transformator 3 buah phase dengan hubungan Υ−Υ seperti pada
gambar 23 b, harga arus phase yang mengalir pada ketiga kumparan primer dan sekunder sama
dengan arus saluran (line current). Apabila diketahui arus phase pada tiap-tiap kumparan
seperti pada persamaan (22) maka arus saluran a adalah:
(28)
Didalam keadaan setimbang dimana kerugian pada tiap-tiap kumparan tidak ada, maka
harga efektif dari besarnya arus saluran adalah:
(29)
14
Dari rangkaian equivalent pada gambar 23 b besarnya tegangan antara kawat phase
(saluran) dan kawat netral. Besarnya tegangan phase satu sama lain sama dan berbeda phase
1200 yakni :
(30)
Gambar 2.6 Rangkaian Transformator Tiga Phase dengan Hubungan Y – Y dan Rangkaian
Equivalent Transformator 3 Phase Hubungan Y - Y
Sedang besarnya tegangan saluran (line voltage) seperti pada gambar 23 b adalah:
(31)
Apabila persamaan (30) kita masukkan pada persamaan (31) maka akan didapat harga
tegangan saluran yaitu:
(32)
Harga efektif dari tegangan saluran ini apabila tegangan phase tidak mengalami
kerugian-kerugian didalam teras maka besarnya ketiga tegangan saluran ini sama besar dan
berbeda phase 1200 satu sama lain, yakni:
15
(33)
Dalam keadaan seimbang, dimana besarnya beban untuk masing-masing phase sama
dan juga sudut pergeseran phase antara arus phase dan tegangan phase juga sama, maka
besarnya tenaga yang diberikan (Ρ0 ) sesuai dengan persamaan (32) dan (33) pada transformator
tiga phase dengan hubungan - adalah:
(34)
Dari persamaan (33) dan (34) ini, apabila dalam hubungan Δ − Δ, maupun dalam
hubungan Υ −Υ tetap berlaku persamaan yang sama.
2.1.1.3 Hubungan Δ – Y
akibatnya pada kumparan primer akan timbul gaya gerak maknit (ggm) yang berubah
ubah dan menimbulkan ggl pada ketiga kumparan primer yang besarnya sama dengan besarnya
tegangan saluran yakni :
16
(35)
Fluk maknit (ggm) akan menginduksikan ggl induksi ini pada kumparan sekunder, sehingga
pada ketiga kumparan sekunder akan timbul arus phase ia,ib dan ic, karena pada ketiga
kumparan sekunder ini dihubungkan maka arus phse ini sama besarnya dengan arus saluran,
yang besarnya adalah:
(36)
(37)
2.1.1.4 Hubungan Y - Δ
Transformator tiga phase dengan hubungan primer Υ − Δ ini adalah apabila ketiga
kumparan primer dihubungkan.lihat gambar 25 dibawah ini:
17
Gambar 2.8 Rangkaian Transformer 3 Phase dengan Hubungan Y – Δ dan Rangkaian
Equivalent Transformer 3 Phase dengan Hubungan Y - Δ
Komponen utama gardu distribusi baik medium voltage maupun low voltage yang
sudah terpasang/terangkai secara lengkap lazim disebut dengan Kubikel, dan didalamnya
terdapat switch gear yaitu : Pemisah – Disconnecting Switch (DS) Berfungsi sebagai pemisah
18
atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan
tidak berbeban.
Pemutus beban – Load Break Switch (LBS) Berfungsi sebagai pemutus atau
penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban
dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan
sakelar pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh
(remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.
Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB) Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung
arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan
Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current
Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM
tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering disebut
Kubikel Pembatas Beban Pelanggan
Dalam system LVMDP, switchgear merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk
mengendalikan distribusi energi listrik atau untuk melindungi peralatan yang dihubungkan ke
catuan listrik. Switchgear yang digunakan pada tegangan rendah biasanya dipergunakan
sebagai switching dan proteksi peralatan listrik. Perangkat switchgear tersebut ditentukan
sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk keperluan isolasi, disconnecting loads, short
circuit breaker, switching motor dan pengaman beban lebih dari pengaman manusia.
Perangkat switchgear ini dapat bekerja dengan satu atau lebih fungsinya, tergantung
perancangannya/design juga dapat membentuk fungsi dari peralatan tertentu. Dalam system
LVMDP switchgear yang biasa digunakan dalam system gardu distribusinya adalah sebagai
berikut: Circuit Breaker General, Fuse, Disconnector, loadbreak Switch, Fused Switch
Disconnector, Motor Starter, Contactor, Overload Relay, Switch Disconnector dengan fuse,
Residual Current Circuit Breaker (RCMCCB), Miniatur Circuit Breaker (MMCCB),
RCMCCB dengan Over Current Trip dan RMCCB yang dioperasikan sebagai MMCCB.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah system proteksi yang dilakukan kepada peralatan-
peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya generator, transformator
jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal
19
itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem
rendah, asinkron dan lain - lain.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan pada suatu
lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif.
Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoeprasikan circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan
sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara
manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan
proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan
yang tidak normal tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk
bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Peralatan tersebut
kita kenal dengan relay. Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang
sehubungan mempunyai dua fungsi pokok :
- Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-
gaya mekanik dst.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan memutuskan
gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam
20
mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui
batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak
efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan
arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula.
Perlu diingat bahwa pengaruh pemanasan adalah sebanding dengankwadrat dari arus :
H = 12 Rt Joules
Dimana :
1. Sekring atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian
yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan
sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai
fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.
21
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekring atau
circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga
yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan
sistem proteksi yang efektif yaitu:
a) Selektivitas dan Diskrimanasi, efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari
kesanggupan system dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b) Stabilitas, sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
c) Kecepatan Operasi, sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir,
semakin besar kerusakan peralatan.
d) Sensitivitas (kepekaan), yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai
prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e) Pertimbangan ekonomis, dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek
teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi.
f) Realiabilitas (keandalan), sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah
tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung, proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang
sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail).
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
22
2.4 Instrumen Transformator dan Meteran
Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian rancangannya
berbeda dalam beberapa hal, yaitu :
a. Kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA), karena digunakan untuk daya yang kecil.
b. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dan sekuder lebih kecil untuk
mengurangi kesalahan pengukuran.
Transformator ini pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 – 150 VA. Faktor
ratio dan sudut fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder dirancang sedemian rupa
supaya faktor kesalahan menjadi kecil. Salah satu ujung kumparan tegangan tinggi selalu
diketanahkan. Trafo tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa disamping
belitan pengukuran, biasanya dilengkapi lagi dengan belitan tambahan yang digunakan untuk
mendeteksi arus gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga trafo tegangan dihubungkan
secara seri
23
Trafo pembagi tegangan kapasitip dipakai untuk keperluan pengukuran tegangan
tinggi, sebagai pembawa sinyal komunikasi dan kendali jarak jauh. Pada tegangan pengenal
yang lebih besar dari 110 kV, karena alasan ekonomis maka trafo tegangan menggunakan
pembagi tegangan dengan menggunakan kapasitor sebagai pengganti trafo tegangan induktif.
Pembagi tegangan kapasitif dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini. Oleh pembagi
kapasitor, tegangan pada C2 atau tegangan primer trafo penengah V1 diperoleh dalam orde
puluhan kV, umumnya 5, 10, 15 dan 20 kV. Kemudian oleh trafo magnetik tegangan primer
diturunkan menjadi tegangan sekunder standar 100 atau 100√3 Volt. Jika terjadi tegangan lebih
pada jaringan transmisi, tegangan pada kapasitor C2 akan naik dan dapat menimbulkan
kerusakan pada kapasitor tersebut. Untuk mencegah kerusakan tersebut dipasang sela
pelindung (SP). Sela pelindung ini dihubung seri dengan resistor R untuk membatasai arus saat
sela pelindung bekerja untuk mencecah efek feroresonansi.
Keburukan trafo tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya induktansi pada
trafo magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya yang timbul menyebabkan
tegangan tinggi yang cukup besar dan menghasilkan panas yang tidak diingikan pada inti
magnetik dan belitan sehingga menimbulkan panas yang akan mempengaruhi hasil penunjukan
tegangan. Diperlukan elemen peredam yang akan mengahsilkan tidak ada efek terhadap hasil
pengukuran walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator tegangan ada dua jenis yaitu:
Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap kumparan dapat dihasilkan GGL
kumparan sekunder yang berbeda dengan GGL kumparan primer. Hubungan GGL atau
tegangan primer (Vp) tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan kumparan primer (np) dan jumlah
lilitan kumparan sekunder (ns)
24
1) Trafo satu kutub : trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan / ditanahkan,
dipergunakan untuk tegangan diatas 30 kV
2) Trafo dua kutub : trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari bumi / tanah, hanya
digunakan untuk tegangan dibawah 30 kV
• Transformator satu fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik
satu fasa.
• Transformator tiga fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga listrik
tiga fasa.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah batas
kesalahan transformasi dan pergeseran sesuai tabel dibawah ini :
1 1 40
Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini sangat
terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam; lazimnya
transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.
yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada
intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan
transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan
teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
25
N1 N2
P2
P1
S1
I1 I2
S2
E1 N1
E2 N 2
Dimana
N1
a ,
N2
I1 I 2 sehingga N1 N 2 ,
Rangkaian Ekivalen
I1Z1 I2Z2
U1 I0 E2 I2 I2·Zb = U2
26
E2 4,44 B A f N 2 Volt
E2 I 2 Z 2 Z b Volt
f frekuensi (Hz)
27
U1 I1 Z1
I2 Z2
E
U2 IO I1
I2
IO
Ø
Im
Gambar 2.11 Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus
- Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer menjadi besaran
sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering dan proteksi
- Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai pengamanan terhadap
manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
- Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5 Amp
o Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah kerja
(daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya tergantung dari kelasnya dan tingkat
kejenuhan yang relatif rendah dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi gangguan dimana
arus yang mengalir beberapa kali dari arus pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup
tinggi.
28
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban lebih,
relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik saturasinya
seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 4).
V
proteksi
pengukuran
Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus
proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar
2.12).
CT Pengukuran CT Proteksi
A2
A1
Tipe Konstruksi
29
Tipe cincin (ring / window type)
Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
Tipe tangki minyak (oil tank type)
Tipe trafo arus bushing
Tipe Pasangan.
Pasangan dalam (indoor)
Pasangan luar (outdoor)
30
Sisi tipe lilitan (wound primary).
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada arus yang
kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan pada arus yang besar
(beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami saturasi.
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis, transformasi dari
besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh jangkauan pengukuran, contohnya
adalah koil rogowski (coil rogowski)
Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya digunakan pada
pasangan dalam ruangan (indoor).
31
o Trafo arus Cast Resin
Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya digunakan pada
pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel
penyulang 20 kV.
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing
yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe top-core.
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi yang
baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal dan bahan
keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
32
o Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)
Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dari
pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari bahan resin.
P1 P2
300/5 A
300/5 A
300/5 A
300/5 A
Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang mempunyai sifat
pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat.
33
Contoh:
P1 P2
300/5 A
300/5 A
34
Jenis trafo arus berdasarkan pengenal
Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder.
Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600, 800, 900,
1000, 1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.
o Primer seri
Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT 800 / 1 A, lihat Gambar 12.a. berikut.
P1 P2 P1 P2
S1 S2 S1 S2
o Primer paralel
Untuk hubungan primer paralel, maka didapat rasio CT 1600 A, lihat Gambar 12.b.
35
- Trafo arus multi rasio/sekunder tap
Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari tap yang
terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga yang memiliki lebih
dari dua tap (lihat Gambar 13).
Contoh:
P1 P2 P1 P2
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S4
36
Komponen Trafo Arus
Tipe cincin (ring / window type) dan Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
Keterangan
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel penyulang
(tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin
37
Tipe Tangki
4. Penjepit (clamps).
5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil assembly with primary
winding and main insulation).
7. Tangki (tank).
38
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi minyak banyak
digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar
ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus
penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500 kV
39
Gambar 2.28 Pengawatan Ampere Meter Menggunakan 3 CT
1. Amperemeter
Amperemeter merupakan peralatan listrik yang digunakan untuk mengukur
besarnya arus listrik dalam suatu rangkaian. Secara garis besar, ampere meter
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu amperemeter analog dan amperemeter digital.
Amperemeter analog adalah amperemeter yang hasil pengukurannya ditampilkan
dalam gerak jarum penunjuk layar. Sedangkan amperemeter digital adalah amperemeter
yang hasil pengukurannya ditampilkan pada layar LCD yang langsung berupaa angka.
Ampere meter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetic (gaya Lorentz). Ketika
arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet, akan timbul gaya
Lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk. Apabila arus yang melewati kumparan
besar, maka gaya timbul juga akan lebih besar, ketika arus tidak ada maka jarum
penunjuk akan kembali ke posisi semula.
Dengan :
40
Rm = Hambatan dalam kumparan
Rsh = hambatan shunt
Im = Ifs = arus skala penuh
Ish = Arus shunt
I = arus yang akan di ukur
2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat pengukur beda potensial (tegangan) antara dua titik. Untuk
mengukur beda potensial antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal
voltmeter harus dihubungkan dengan kedua buah titik yang tegangannya akan diukur
sehingga terhubung secara parallel dengan komponen tersebut. Voltmeter elektrostatik
atau elektrometer adalah satu-satunya instrumen yang langsung daripada menggunakan
efek arus yang dihasilkannya. Instrument ini mempunyai satu karakteristik lain yaitu:
dia tidak memakai daya (kecuali selama periode yang singkat dari penyambungan awal
ke rangkaian) dan berarti menyatakan impedansi tak berhingga terhadap rangkaian yang
diukur. Tingkah lakunya bergantung pada reaksi antara dua benda bermuatan lisrtik.
Mekanisme elektrotastik mirip sebuah kapasitor variabel, dimana gaya yang terjadi
antara kedua pelat paralel merupakan fungsi dari beda potensial yang dihubungkan
kepadanya.
Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan ampermeter karena desainnya juga
terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum lorenzt dimana interaksi antara medan magnet dan kuat
arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan
jarum penunjuk sehingga menyimpang pada saat dilewati oleh arus yang melewati
kumparan. Makin besar kuat arus makin besar pula penyimpangannya.
41
Pada gambar diperlihatkan adanya magnet yang permanent, yang mempunyai
kutub kutub, dan di antara kutub-kutub tersebut di tempatkan suatu silinder inti besi
tersebut di atas ini, di celah udara antara kedua kutub magnet, dan silinder inti besi akan
terbentuk medan magnet yang rata, yang masuk melalui celah kutub udara ini di
tempatkan kumparan putar, yang dapat berputar melalui sumbu. Bila arus searah yang
tidak ketahui di ketahui besarnya mengalir melalui kumparan tersebut, suatu gaya
elektro magnetis f yang mempunyai arah tertentu akan di kenakan pada kumparan
kumparan putar, sebagai hasil interaksi atara arus dan medan magnet. Arah dari gaya f
dapat di tentukan menurut ketentuan tangan dari Fleming. Besar dari gaya ini akandapat
di turunkan dengan mudah.
3. Wattmeter
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam
satuan watt di mana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Dalam
pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book atau
tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus
mengacu pada manual book yang ada.
Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter,
ada beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi,
wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan adalah
wattmeter elektrodinamik, karena sesuai dengan karakteristiknya.
Wattmeter Eletrodinamik atau Elektrodinamometer Wattmeter. Instrumen ini
cukup familiar dalam desain dan konstruksi elektrodinamometer tipe ammeter dan
voltmeter analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam
pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secara seri dengan
rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan membawa arus
yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif dihubungkan secara
seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju nilai yang kecil. Karena
koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka disebut pressure coil
atau voltage coil dari wattmeter.
42
1. Error pada akibat hubungan berbeda.
2. Error akibat induktansi kumparan tegangan.
3. Error akibat kapasistansi pada rangkain kumparan tegangan.
4. Error karena medan liar.
5. Error karena arus Eddy.
Wattmeter Induksi, prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja
amperemeter dan voltmeter induksi. Perbedaan dengan wattmeter jenis dinamometer
adalah wattmeter induksi hanya dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik
sedangkan wattmeter jenis dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak
balik atau searah.
Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induksi
mempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan liar, serta mempunyai peredaman
bagus. Selain itu, alat ukur ini juga bebas dari error akibat frekuensi. Kelemahannya
adalah timbulnya error yang kadang-kadang serius yang diakibatkan oleh pengaruh
suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan lintasan arus eddy.
Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Di
dalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan
tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus
dari hasil perkalian arus dan tegangan.
Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok
sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya
listrik DC dirumuskan sebagai :
Dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga
phase. Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
Pada sistem tiga phase dirumuskan sebagai:
Dimana :
43
V = tegangan phase netral (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
Pengukuran Daya Satu Fasa dengan Menggunakan Wattmeter
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya, dia dapat dipakai untuk
menunjukkan daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap bentuk
gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja.
Elektrodinamometer yang digunakan sebagai voltmeter atau kumparan-kumparan yang
diam dihubungkan seri dengan tahanan penbatas arus dan membawa arus kecil (IP). Arus
sesaat didalam kumparan yang berputar adalah IP = e/RP dimana e adalah tegangan sesaat
pada jala-jala dan RP adalah tahanan total, kumparan berputar beserta tahanan serinya.
Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian IC dan IP dan untuk
defleksi rata-rata selama satu perioda dapat dituliskan :
dimana:
rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
IC = arus seasaat dalam kumparan medan
IP = arus sesaat di dalam kumparan-kumparan potensial
Dengan menganggap sementara IC sama dengan arus beban I (secara aktual IC = IP + I)
dan menggunakan nilai IP = e/RP kita bisa dapatkan :
Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :
Jika φ dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt
+ φ) maka persamaan (*) berubah menjadi :
dimana E dan I menyatakan nilai-nilai rms tegangan dan arus φ menyatakan sudut fasa
antara tegangan dan arus.
Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk
mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan daya
beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, kumparan
arus harus persis membawa arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan
diantara terminal beban.
Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A, tegangan beban terukur
dengan tepat. Tetapi arus yang melalui kumparan-kumparan medan lebih besar sebanyak
IP. Berarti wattneter membaca lebih tinggi sebesar kehilangan daya daya tambahan
didalam rangkaian potensial. Tetapi, jika rangkaian potensial dihubungkan ke titik B,
44
kumparan medan mencatat arus yang tepat, tetapi tegangan pada kumparan potensial akan
lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada kumparan-kumparan medan. Juga
wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan kehilangan sebesar I.R di dalam
kumparan medan.
Cara penyambungan yang tepat tergantung pada situasi. Umumnya, sambungan
kumparan potensial pada titik A lebih diinginkan untuk beban-beban arus tinggi, tegangan
rendah, sedang sambungan kumparan potensial pada titik B lebih diinginkan untuk beban-
beban arus rendah, dan tegangan tinggi.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensi diatasi dengan
wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masing-masing
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat besaran
yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan potensial. Gulungan lain
menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi
arus ini berlawanan dengan arus didalam gulungan besar, menyebabkan fluks yang
berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter menunjukkan
daya yang sesuai.
45
Gambar 2.32 Diagram Pengawatan Kwhmeter 3 phasa 3 kawat sambungan melalui
transformator tegangan dan transformator arus, tarif tunggal
4. Frekuensi meter
Frekwensi meter digunakan untuk mengetahui frekwensi (berulang)
gelombang sinusoidal arus bolak-balik yang merupakan jumlah siklus sinusoidal
tersebut perdetiknya (cycle/second) pada suatu sumber tegangan, Tegangan yang di
ijinkan 0 – 220 V. cara penyambungannya sebagai berikut :
46
5. KVAr meter
Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase.
Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak
balance jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP
(terjadi beban capacitif).
6. Cos phi
Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya factor kerja (power factor) yang
merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungannya seperti
pemasangan kwh 3 phasa. Cosφ meter banyak digunakan dan terpasang pada :
● Panel pengukuran mesin pembangkit
● Panel gardu hubung, gardu induk
● Alat pengujian, alat penerangan, dll.
Akan tetapi apabila emas digunakan pada panel listrik dikhawatirkan dapat
menyebabkan terjadinya bencana apabila busbar yang terbuat dari emas tersebut digunakan
sebab harga emas sangatlah super spesial dan pasti orang yang memasang busbar emas akan
tergiur dengan busbar emas.Maka dari itu digunakanlah busbar tembaga karena selain memiliki
daya hantar yang bagus juga memiliki tingkat korosi yang rendah.
Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar arus busbar
lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka disarankan untuk memakai busbar.
Pemakaian busbar ini untuk mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen
lainnya pada panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka pemasangannya
akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya. Hal ini dikarenakan pada busbar pada
tiap bagian penampangnya terdapat lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung
dengan penghantar lainnya.
47
Berdasarkan standar pada PUIL. maka dalam penggimaan busbar untuk tiap fasanya diberi
warna yang berbeda:
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, dan
peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur
transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Busbar adalah bentuk besarnya
dari isi kabel (tembaga). Fungsinya tetap sama, yaitu menghantarkan listrik. Perbedaan
busbar dan kabel hanya di bagian pelindungnya atau isolator. Jika busbar ‘telanjang’,
sedangkan kabel ada ‘baju’nya. Namun, karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam
panel, maka digunakanlah busbar. Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya
karena busbar telanjang, dan siapapun yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan
tempat-tempat yang bisa dilihat manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau
disebut kabel.
Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang
mengalir pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standar yang berlaku pada pabrik
pembuatnya. Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan rumus
(C. Sankaran 133):
𝑃
I nominal =
√3𝑥 𝑣
48
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional,
2000, p.236
Tabel 2.1 Pembebanan Penghantar Untuk Alumunium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
49
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional,
2000, p.235
Tabel 2.2 Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
50
Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT,
Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan
tenaga listrik/daya listrik.
Berdasarkan konstruksi relnya, busbar dapat dikelompokkan menjadi :
1. Single Bus Rel Tunggal
a) Rel Tunggal Standard
b) Rel Tunggal Standard
- Pemisah bagian
- Pemutus bagian
2. Double Duo Rel Ganda
- Rel ganda standard
- Rel ganda duplicat
- Rel ganda 1 ½ CB
- Rel ganda 2 CB
3. Rel Tertutup/Loop
1. Single Busbar atau Rel Tunggal
Busbar tunggal adalah sistim Busbar yang paling sederhana. Karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini sangat
menguntungkan. Sistim ini dipakai untuk gardu distribusi yang hanya mempunyai
sedikit saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan sistim tenaga. Semua
perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu
transmisi. Namun, jika terjadi gangguan pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus beban
dan peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga listrik akan terputus sama
sekali. Jika dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total, maka dipasang
pemutus beban dan pemisah bagian; komposisi dari sistim tenaga harus disesuaikan
seperlunya.
51
A) Rel Tunggal Standar
CT
LBS F
PT
H H
Es Es
F F F F
PT
PLN
T1 T2
F F F F
PT
PT IN
T1 T2
52
2. Rel Ganda
Rel ganda adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem
ini sangat umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena sangat
efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar
ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim
dipakai. Sistim ini memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan
ruang dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi
sistim tenaga menjadi lebih mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak
bekerjanya transformator atau saluran transmisi. Di Jepang bila dipakai saluran
transmisi rangkap (double circuit), maka biasanya rangkaian pertama dihubungkan
dengan ril A dan rangkaian kedua dengan ril B, sehingga beban kedua rangkaian itu
seimbang. Dengan cara demikian maka dimungkinkan untuk membatasi pemutusan
pelayanan dan arus hubungsingkat dengan membuka pemutus beban penghubung
kedua ril itu bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril A dan ril B
dikerjakan terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistim tenaga yang berlainan.
Oleh karena itu sistim dua ril ini pada umumnya dipakai pada gardu distribusi yang
kedudukannya penting dalam sistim tenaga.
A) Rel Ganda Standard
I
II
DS DS
CB
CB F CT
IN
PT
53
B) Rel Ganda Duplikat
CB
CB CB
CB
DS DS DS DS
CB CB
CB F F CB
IN IN
T1 T2
PT PT
54
IN
I
CB CB
CB CB
II
CB CB
CB CB
CB CB
II
T1 T2
55
3. Rel Tertutup
Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti
ring/cicin. Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan
sebagian dari pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistim ini jarang dipakai di
Jepang karena mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistim tenaga ia tidak
begitu leluasa seperti sistim dua-ril; lagi pula rangkaian kontrol dan pengamanannya
menjadi lebih kompleks, dan kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih
besar.
IN
CB CB
T
CB CB
CB CB
CB CB
T T T
56
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang sebagai
penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVARsampai 60 KVAR. Dari
tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt. Kapasitor Bankadalah sekumpulan beberapa kapasitor
yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang
sering dipakai adalah KVAR (Kilo Volt Ampere Reaktif) meskipun didalamnya terkandung
atau tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat
listrik yang kapasitif (leading). Sehingga mempunyai sifat mengurangi atau menghilangkan
terhadap sifat induktif (leaging).
DS LBS
Fuse
CB CB
PT
Incoming Feeder ES H
H
Grounding
Grounding Transformator
Grounding
PHB TR
MCCB
Kapasitor
BankhubungBint Beban
ang
57
2.6.2 Pengertian Faktor Daya
Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total
(VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1). Daya
reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi
lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu.
Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki
faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim
pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2
hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR)
6
harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan
kebutuhan daya total (VA).
Faktor Daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor
daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya
ini menggunakan kapasitor
58
Gambar 2.42 Metode 2 Perbaikan Kapasitor Bank
CΔ≠CY
Untuk menghitung besarnya nilai kapasitas kapasitor dapat digunakan dengan rumus :
C= V²Qc
.ω
Keterangan :
C = Kapasitas kapasitor (Farad)
Qc = Daya reaktif kapasitor (VAR)
V = Tegangan (Volt)
ω = 2πf
1. listrik padam.
2. tegangan rendah.
59
3. teganga tinggi.
4. fluktuasi tegangan.
5. commond-mode noise.
6. normal-mode noise.
7. dan lonjakan yang disebabkan switching dan kesalahan pada system danjaringan.
UPS dapat melindungi berbagai berbagai tipe peralatan listrik yang sensitif, tentunya
dengan jenis dan kegunaan dari Ups itu sendiri. Peralatan yang dapat dilindungi seperti:
3. critical instrument.
4. system telekomunikasi.
5. terminal point-of-sale.
Kegunaan UPS
Pada dasarnya UPS merupakan sumber tenaga alternatif sementara yang menggantikan
suplai tenaga listrik utama dalam hal ini sumber listrik PLN. Namun UPS yang baik mampu
menangani permasalahan gangguan listrik yang lain seperti tegangan transien, tegangan spike,
atau distorsi harmonisa/noise. UPS sendiri merupakan sebuah sistem yang berdiri sendiri
terhadap sistem suplai tenaga listrik PLN. UPS diharapkan mampu melindungi peralatan listrik
yang kritis terhadap gangguan suplai tegangan listrik seperti komputer, jaringan komputer,
bahkan peralatan industri agar terhindar dari kerusakan yang fatal.
Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi acuan
penentuan penggunaan UPS adalah terganggu tidaknya peralatan listrik ketika terjadi gangguan
suplai tenaga listrik yang terjadinya tidak dapat diprediksikan. Selain itu dasar pertimbangan
yang lain adalah berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang
60
kedua ini sebagai pengguna perlatan listrik harus dapat raengetahui peralatan listrik mana saja
yang terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan olch perlatan listrik
tersebut.
AC FILTER AND
INPUT SURGE LOAD
TRANSFORMATOR
SUPRESSOR
ISOLATION
BATERRY BI-DIRECTIONAL
BACK UP CONVERTER
SERIES UPS
Ups mendapatkan daya dari sumber tegangan listrik atau battery, serta
mengkondisikan tegangan dan membuat tegangan yang masuk kebeban kritis tetap bersih dan
stabil. Ketika disupplay oleh sumber tegangan listrik, ups membersihkan noise dan lonjakan
dari tegangan listrik dengan efisiensi yang tinggi dari AC-ke-AC bila supplay listrik dari PLN
padam, UPS seara otomatis akan mengambil daya dari battery cadangan dan mensupplay
kebeban kritis tanpa interupsi.
1. Gardu Induk ( GI )
Gardu Induk adalah bagian dari suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat
tertentu, berisikan sebagian besar ujung-ujung saluran transmisi atau distribusi,
61
perlengkapan hubungan bagi bangunannya dan dapat juga berisi transformator-
transformator. Suatu gardu induk umumnya berisikan peralatan keamanan dan kontrol.
Khusus untuk gardu distibusi dan gardu transformator, berdasarkan konstruksi dapat dibagi
atas:
62
1. Gardu Beton / Tembok
Gardu ini adalah gardu distribusi yang bangunannya secara keseluruhan terbuat dari
beton dan dibangaun bila kepadatan bebannya sudah dianggap besar, melebihi 2 MVA
/ Km2 , Alasan utama pemilihan ini adalah karena sulitnya mendapatkan tanah untuk
pembangunan gardu pada lokasi beban yang harus dilayani.
2. Gardu Kios
Gardu kios adalah gardu distribusi yang bangunannya dipakai sebagai gardu sementara
dan dapat bersifat mobil. Gardu ini dapat dikelompokan atas :
a. Komsumen Umum
b. Konsumen Khusus
c. Konsumen Umum-khusus
3. Gardu Tiang
Pada gardu tiang ini seluruh instalasinya dipasang pada tiang distribusi. Bila
transformator yang dipasang relative kecil (ringan) dapat digunakan satu buah tiang saja.
Jenis ini biasa disebut dengan Gardu Cantol. Tapi bila transformator yang dipasang berat
dan harus menggunakan dua buah tiang maka gardu ini disebut gardu portal.
a. Gardu Portal
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum – Khusus
63
b. Gardu Cantol
1. Konsumen Umum
2. Konsumen Khusus
3. Konsumen Umum – Khusus
Pencegahan
terhadap ganguan Agak sukar Mudah Mudah
suara
Pencegahan
Sukar, perlu hati-
terhadap debu dan Tidak perlu Tidak perlu
hati
penggaraman
Daerah yang
Besar Sedang Kecil
diperlukan
64
Kawasan Beban Konsumen
Kawasan beban konsumen pada prinsipnya dapat digolongkan dalam 4 kawasan yaitu :
1. Kawasan Industri
Beban konsumen pada kawasan ini, suplai daya listrik pada umumnya digunakan untuk
mengoperasikan mesin-mesin listrik dan suplai untuk kawasan ini mempunyai kehandalan
yang tinggi
2. Kawasan Komersial
Beban untuk kawasan ini adalah untuk keperluan kenyamanan dan daya tarik masyarakat
seperti untuk penerangan, penyegaran udara, hiburan dan lain-lain. System suplai untuk
kawasan ini menghendaki kehandalan yang tinggi.
3. Kawasan Pemukiman
Suplai daya yang dikehendaki di kawasan ini tergantung dari tingkat hunian dimana untuk
perumahan sederhana tidak memerlukan kehandalan yang tinggi, tetapi untuk hunian
perumahan elit menghendaki tingkat keandalan yang tinggi.
4. Kawasan Pertanian
Catu daya untuk kawasan ini, biasanya dipisahkan dari jaringan untuk kawasan yang lain.
1. Trnsformator Daya.
2. Switchgear:
a. Pemisah (Disconnecting Switch).
b. Pemutus beban (LBS).
c. Pemutus tenaga (Circuit Breaker).
3. Rel atau Busbar.
4. Proteksi system (fuse, relay dll).
5. Meter – meter dan alat ukur.
BAB III
DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK
65
3.1 Deskripsi
A. Deskripsi Umum
Bioteknologi bergerak dalam bidang Penelitian yang mempunyai bangunan
penunjang sebagai berikut :
1. Gedung Laboratorium I
2. Gedung Laboratorium II
3. Gedung Perpustakaan dan Pertemuan
4. Gedung Kantor Pusat Administrasi
5. Gedung Laboratoruim Algae dan Kolam Algae
6. Gedung Gueshouse
7. Gedung Penunjang lainnya
B. Deskripsi
1. Sebagai sumber daya utama dilayani oleh PLN tegangan menengah 20 kV.
2. Sumber PLN tersebut masuk ke panel tegangan menengah ( MVMDP )
3. Dari MVMDP di teruskan ke panel distribusi tegangan rendah ( LVMDP )
melalui dua buah trafo daya .
4. Dua buah trafo tersebut dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri ,dimana:
a. Trafo Daya I ( T1 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan
daya pada gedung Laboratorium I , Lab Algae, Pompa air bersih dan
Hydran dan Penerangan luar ( lampu jalan dan taman )
b. Trafo Daya II ( T2 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan dan
daya pada gedung Lab. II, Gedung perpustakaan dan pertemuan ,
Gueshouse, Kolam Algae dan penerangan luar.
5. Dalam kondisi tertentu dimana :
a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan , maka trafo daya yang tidak
terganggu dapat memikul sebagian beban bari trafo yang mengalami
ganguan , hal ini dilakukan secara manual
b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara
manual .
66
SDP-1.1, SDP-1.2, SDP-1.4, SDP-ME , SDP-H dan LP-PL1 , SDP-K .
Sedangkan 3 feeder lagi digunakan sebagai cadangan ( spare ).
7. Dan out going feeder LVMDP-T2, berjumlah sebanyak 7 feeder , dimana 5
feeder di instalasi langsung ke SDP-1.5, SDP-1.6, SDP-1.7, SDP-1.3, dan SDP
–PL2.Sedangkan 2 feeder lagi digunakan sebagai cadangan.
8. Bila listrik PLN mati atau ada gangguan , maka dalam hal ini “ performance
load “ akan dilayani oleh sebuah system generating set / Genset ( Diesel
emengency ) yang diopeasikan secara otomatis dalam waktu antara 2 – 3 detik.
9. Beban “ performance load “ diatas yaitu Laboratorium I dan II dengan setengah
daya terpasang, dan Hydran dan Gueshouse dilayani secara penuh.
10. Pada saat dilayani oleh Genset , tiba-tiba sumber dari PLN hidup kembali ,
besamaan dengan itu Genset akan mati secara otomatis dan pelayanan beban
kembali dilakukan oleh PLN secara penuh .
11. Khusus untuk beban SDP-K , bila PLN mati beban akan dilayani oleh Batrre
yang beroperasi secara otomatis (UPS) tanpa ada selang waktu. Dan sebaliknya
pada saat dilayani oleh Battre tiba-tiba PLN hidup kembali atau Genset telah
hidup , maka beban akan dilayani oleh Genset atau PLN kembali.
BAB IV
PERANCANGAN DAN ANALISA
67
4.1 Gambar Perancangan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a L1, L2, L3 CT CB 1b
b 1b
c DS LBS
d
e F
CB F
f
g
h
i Es H
Es
j PT H
k
l
m T1
PLN
n 1n
1o
o
1p
p
q
r
s
t
u M M
v 1w
w
x
y
SDP-1.1 SDP-1.2 SDP-1.4 SDP-ME SDP-H SDP-PL1 SDP-K SPARE SPARE SPARE
z SDP-1.1 SDP-H SDP-K
Ø
Gr.Ø
KW
mm²
68
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a CT
9b
b 9b
c LBS DS
d
e
F F CB
f
g
h
i H
Es H Es
j PT
k
l PLN
T2
m
n 9n
U<
AMF
o 9o
9p
p
q
r Diesel
G
s
t
u M
v 9w
w
x
y
SDP-1.7 SDP-1.6 SDP-1.3 SPARE SPARE
SDP-1.5
z SDP-1.5 SDP-1.6 SDP-PL2
Ø
Gr.Ø
KW
mm²
69
A. Gambar MVMDP
L1, L2, L3 CT CB CT
DS LBS LBS DS
F F CB
CB F F
Es H H
Es Es H Es
PT H PT
T1 T2
PLN PLN
70
2. Triple Line Diagram MVMDP
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
CB
L1
L2
L3
CT
DS LBS LBS
A
F1
A U V
CB F
A
v u F
20 KV/
b b
100 V
a a
KWH
METER
1
F1
Es 2
1
H1
3 Red
2
4
H 5 1
1H2
6
Yellow H
7
2 H
1
8
H3
9 Green Es Es
2
L1 L2 L3
L1 L2 L3
RST 1 2 1 2 RSTO
SUPPLY
DARI PLN A A
T1 T2
71
3. PANEL MVMDP
72
B. Instalasi Transformator
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KABEL TR NYY
3x2x1x240 mm2 + 1x240
KABEL TR NYY
RAK KABEL TR 3x2x1x240 mm2 + 1x240
KABEL TM N2XSY
1x2,5 mm2
1x35 mm2 }
x3
RAK KABEL TR
RAK KABEL TM
KUBIKEL TP PHB TR 8 8
220/380 V
NHF
PELINDUNG
KABEL
LANTAI LANTAI
INSTALASI TRANSFORMATOR 06
73
C. Gambar LVMDP
T1 T2
U<
AMF
CT CT
G Diesel
M M M
SDP-1.1 SDP-1.1 SDP-1.2 SDP-1.4 SDP-ME SDP-H SDP-H SDP-PL1 SDP-K SDP-K SPARE SPARE SPARE SDP-1.5 SDP-1.5 SDP-1.7 SDP-1.6 SDP-1.6 SDP-1.3 SDP-PL2 SPARE SPARE
74
2. Panel LVMDP
75
D. Gambar Lay-Out Ruang Gardu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6000
MVMDP
MVMDP
MVMDP
MVMDP
MVMDP
MVMDP
AMF
6
5
ARDE
5000
LVMDP 2
LVMDP 1
TRAFO 1
TRAFO 2
ARDE
76
E. Gambar Lay-Out Ruang Genset
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3m
1650
PANEL
KONTROL
GENSET
3200
4m
Generator
77
F. Gambar AMF
PLN,T2,0.4K
M
M V
M
MCCB
MCCB
MCCB
MCCB
MCCB
MCCB
MCCB
MCCB
200A
400A
400A
400A
160A
800A
200A
200A
MCCB
MCCB
200A
800A
BATERAI
UPS UNIT
78
2. Gambar Diagram Kontrol Berbasis PLC dan Dimonitor dengan SCADA
SAAT SUPPLY DARI PLN ON, MAKA BEBAN DILAYANI OLEH PLN SECARA
PENUH
SAAT SUPPLY DARI PLN OFF, MAKA HANYA BEBAN SDP-K (UPT-KOMPUTER)
YANG DILAYANI OLEH BATTERY
79
SAAT GENSET SUDAH ON (DALAM 2 DETIK KETIKA SUPPLY DARI PLN OFF)
MAKA BEBAN PERFORMANCE LOAD AKAN DILAYANI OLEH GENSET.
KEMBALI NORMAL SAAT SUPPLY DARI PLN ON DAN BEBAN DILAYANI OLEH
PLN SECARA PENUH
80
PROGRAM PLC MENGGUNAKAN CX-PROGRAMER (OMRON)
81
82
TABEL IO PLC DAN IO SCADA
83
3. Panel AMF
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
AMF
+
V Cosø
2000
+
A +
A
+
A
2000
R S T PUSH
0
80 800
800
84
G. Gambar Diagram Kontrol UPS
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a
b
c
d
AMF
e CONTROLLER
f
g
DARI PLN STATIC
h SWITCH 2
BEBAN
~ = S KOMPUTER
i = ~ 1
j
k
BATTERY
l
m
n
o KETERANGAN :
UPS TIDAK BOLEH MATI / OFF KARENA AKAN MENGAKIBATKAN KOMPUTER BERKEDIP
p DAN AKAN BERPENGARUH PADA DATA
q
CARA KERJA :
r KONDISI NORMAL (SAAT S PADA POSISI 1). BEBAN AKAN DALAYANI SECARA PENUH
s OLEH PLN. UPS TETAP ON, DAN BATTERY AKAN MENGISI (CHARGING) DAN BATTERY
AKAN OTOMATIS MATI SETELAH PENUH
t
u KONDISI BATTERY. KETIKA SUPPLY PLN MATI, MAKA BATTERY MENGAMBIL ALIH
SEMENTARA HINGGA GENSET MENYALA. BATTERY BEKERJA KETIKA AMF CONTROLLER
v MENDETEKSI SUPPLY PLN MATI
w
KONDISI BYPASS (SAAT S PADA POSISI 2). UNTUK MELAKUKAN MAINTENANCE UPS.
x BEBAN AKAN DISUPPLY OLEH PLN MELALUI STATIC SWITCH
y
z
Ø
Gr.Ø
KW
mm²
85
H. 4.2 Pemilihan dan Perhitungan Komponen
Transformator Daya 2
Total daya yang terpasang = 992 KVA (5 Feeder)
Trafo yang dipakai :
Daya : 1100kVA
Tegangan nominal : 20 kV \ 0,4 kV
Frequency : 50 Hz.
Tegangan hub singkat trafo : 5,5 %
Koneksi : Delta \ Star (Y5)
Kelas isolasi :A
Pendingin transformator menggunakan minyak dan udara dengan sirkulasi alami
(ONAN).
Sisa daya = 1100 – 992 = 108 KVA digunakan untuk spare (2 Feeder) :
Spare 1 = 58 kVA
Spare 2 = 50 kVA
86
Diesel Emergency
Apabila listrik dari PLN mati, maka diesel emergency ini akan melayani gedung
laboratorium 1 dan laboratorium 2 setengah dari kapasitas terpasang, sedangkan
Guesshouse dan hydran akan dilayani secara penuh. Sehingga total bebannya
menjadi :
Laboratorium 1(setengah dari kapasitas terpasang) = 230 kVA
Laboratorium 2(setengah dari kapasitas terpasang) = 230 kVA
Guesshouse = 122 kVA
Hydran = 106 kVA +
Total daya = 688 kVA
In = 688 kVA = 1045,3 A
3 x 380 V
Diesel emergency yang dipakai :
Daya : 700 kVA
Rated Voltage : 380 – 400V
Frequency : 50 Hz
Cos φ : 0,8 lagging
Insulation : Class F
Baterei emergency
Apabila listrik dari PLN mati, maka batere emergency ini akan melayani sebuah
gedung UPT computer secara penuh, sehingga total bebannya menjadi :
Gedung UPT komputer = 200 kVA
87
Switchgear
Pada perhitungan dan pemilihan switchgear ini dilakukan dengan cara perhitungan dari
arus beban nominal maksimum pada masing-masing trafo.
Transformator 1
In primer = 1100 kVA = 31,75 A (MV)
3 x 20 kV
In sekuder = 1100 kVA = 1587,7 A (LV)
3 x 0,4 kV
Zt = 5,5 % x 20 kV = 34,65 Ω (MV)
31,75 A
Zt = 5,5 % x 0,4 kV = 0,0139 Ω (LV)
1587,7A
Ihs ( Trafo ) = 20 kV = 577,2 A (MV)
34,65 Ω
Ihs ( Trafo ) = 0,4 kV = 28776,98 A (LV)
0,0139 Ω
Transformator 2
In primer = 1100 kVA = 31,75 A (MV)
3 x 20 kV
In sekuder = 1100 kVA = 1587,7 A (LV)
3 x 0,4 kV
Zt = 5,5 % x 20 kV = 34,65 Ω (MV)
31,75 A
Zt = 5,5 % x 0,4 kV = 0,0139 Ω (LV)
1587,7A
Ihs ( Trafo ) = 20 kV = 577,2 A (MV)
34,65 Ω
Ihs ( Trafo ) = 0,4 kV = 28776,98 A (LV)
0,0139 Ω
Dari data perhitungan di atas maka pada transformator 1 dan 2, pada sisi primer
diamankan oleh :
88
LBS dengan rating arus 200 A
Yang dikombinasikan dengan HRC FUSE dan rating arusnya sebesar:
1,05 x In → 1,05 x 31,75 A = 66,675 A
Maka HRC FUSE yang dipasang dengan rating arus nominal 80 A.
Alasan penggunaan LBS :
Pada incoming hanya digunakan LBS dengan pengaman seperti HRC fuse karena pada
incoming fungsinya sebagai penghubung antara daya dari PLN ke peralatan kubikel metering
dan outgoing, selain itu ada beberapa alasan lain :
Harga lebih murah dan ekonomis.
Mempunyai kemampuan yang cukup baik dan dapat diandalkan.
Perawatan dan pemeliharaan yang mudah.
Penempatan posisi pada kubikel yang tidak rumit.
Pengoperasiannya mudah.
Mempunyai pemadaman busur api berupa gas SF6.
Pada system pentanahan untuk kedua trafo menggunakan :
Earthing Switch
Rated Voltage: 20 – 24 kV
Rated current: 630 A
Rated withstand current: 25 kA
Pole stand distance: 230 mm
89
Alat Proteksi
Kubikel LVMDP
Supply dari PLN :
Dilayani oleh transformator daya 1 :
Feeder 1. Laboratorium 1 (SDP 1.1)
In = 460 kVA = 698,89 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 800 A
Breaking Capacity : 35 kA
90
Feeder 5. Pompa Hydran (SDP – H)
In = 106 kVA = 161,05 A
3 x 380 V
karena menggunakan motor lilit sehingga :
In = 1,5 x 161,05 A = 241,58 A
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 250 A
Breaking Capacity : 25 kA
Feeder 8. Spare 1
In = 70 kVA = 106,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 125 A
Breaking Capacity : 20 kA
Feeder 9. Spare 2
In = 70 kVA = 106,35 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
91
Rated Current : 125 A
Breaking Capacity : 20 kA
92
Feeder 3. Guess house (SDP 1.6)
In = 122 kVA = 185,36 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 200 A
Breaking Capacity : 20 kA
Feeder 6. Spare 4
In = 58 kVA = 88,12 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current :125 A
Breaking Capacity : 15 kA
Feeder 7. Spare 5
In = 50 kVA = 75,98 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 80 A
93
Breaking Capacity : 8 kA
94
Guess House
In = 122 kVA = 185,36 A
3 x 380 V
MCCB yang dipakai :
Rated Current : 200 A
Breaking Capacity : 20 kA
Busbar
Berdasarkan arus nominal pada kedua trafo pada sisi primer (MV) maka total
arus nominal yang melewati busbar sebesar:
95
It = In (trafo 1) + In (trafo 2)
= 1100kVA + 1100 kVA
3 x 20kV 3 x 20kV
= 31,75 A + 31,75A
= 63,5 A
Rating arus busbar yang dipakai pada sisi (MV) = 73A
Trafo Instrumen
Panel TM dengan daya 2200 kVA biasanya terdapat peralatan-peralatan lainnyayang
saling bekerjasama dan terhubung menjadi satu.
Pemilihan CT :
Berdasarkan kelas isolasi, arus rata-rata, rated burden, kelas ketelitian, dan sambungan CT.
Data yang diperoleh :
Un = 20kV
Sa = 2200kVA
Sa 2200 kVA
- In = 63,51 A
Un x 3 20 kV x 3
- Daya pada sisi sekunder : - Ampermeter 3 buah = 3 x 2,5VA = 7,5VA
- Freq meter 1 buah = 1 x 2,5VA = 2,5VA
- Hour meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
- Cos φ meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
96
- Kabel 2,5mm2, 50 m x 0,18VA = 9VA
Total = 27 VA
Pemilihan PT
Berdasarkan tegangan nominal primer dan sekunder, kelas akurasi, dan output nominal
kumparan sekunder dan sambungan yang digunakan.
Data yang diperoleh :
Un = 20kV
Us = 110V
- Daya pada sisi sekunder : - Volt meter 1 buah = 1 x 7VA = 7VA
- Freq meter 1 buah = 1 x 2,5VA = 2,5VA
- Hour meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
- Cos φ meter 1 buah = 1 x 4VA = 4VA
- Lampu tanda 3 buah = 3 x 1VA = 3VA
- Kabel 2,5mm2, 50 m x 0,18 VA = 9VA
Total =30VA
- Penggunaannya untuk tegangan menengah dan untuk peralatan metering/
pengukuran.
Maka PT yang dipilih adalah PT dengan ratio 20KV/110V, burden design B-18 dengan
output 45VA, kelas isolasi berbahan cast resin dan tingkat ketelitiannya digunakan standar
IEC yaitu 1.
Alat Ukur
Pemilihan Amperemeter
Peralatan amperemeter yang dipilih adalah
- I maksimum 5 A
- Range 0 sampai 100 A
97
- Pemasangan berdiri pada panel
Pemilihan Voltmeter
Peralatan Voltmeter yang dipilih adalah
- Tegangan nominal 110 V
- Range 0 sampai 400 V
- Pemasangan berdiri pada panel
Pemilihan Hourmeter
Peralatan Hourmeter yang dipilih adalah
- 4 digit ( maks. 9999 jam )
- Tegangan nominal 110 V
- Pemasangan berdiri pada panel
Pemilihan Frekuensi meter
Peralatan Frekuensi meter yang dipilih adalah
- Range 45 sampai 55 Hz
- Tegangan nominal 110 V
- Pemasangan berdiri pada panel
Pemilihan Cos φ meter
Peralatan Cos φ meter yang dipilih adalah
- Range 0 sampai 1
- Tegangan nominal 110 V
Kapasitor Bank
Beban = 1822 KVA
Cos Ҩ = 0,6
Beban (kW) = 1822 x 0,6 = 1093,2 kW
Qc= P (tanҩ1-tanҩ2)
= 1093,2 [tan(arc cos 0,6) – tan(arc cos 0,95)]
= 1093,2 (tan 53,13 – tan 18,1)
= 1093,2 (1,3 – 0,32)
= 1093,2 (0,98)
= 1071,336 kVar
98
Daya kapasitor tiap fasanya sebesar
(1071,336/3) = 357,115 kVar
99
KHA = 1,1 x 33,43A = 36,78A
Untuk SDP-H (Pompa Hydrant) PLN
KHA = 1,1 x 241,58A = 265,74A
Untuk SDP-H (Pompa Hydrant) dengan Genset
KHA = 1,1 x 241,58A = 265,74A
Untuk SDP-K (UPT) PLN
KHA = 1,1 x 303,87A = 334,26A
Untuk SDP-K (UPT) dengan Baterai
KHA = 1,1 x 303,87A = 334,26A
100
B. Daftar Komponen
101
Peralatan Outgoing :
Rated Current : 200 A
10 LBS (Load Break Switch) Rated Voltage : 20 kV 2
Type : ISARC- 2P
Rated Voltage : 20-24 kV
Rated Current : 630 A
11 Earthing Switch 2
Rated withstand current : 25 kA
Pole Stand distance : 230 mm
Terdiri dari 3 buah resin isolator
24 kV + box lengkap socket
12 Capacitor voltage Indicator 2
Rated Voltage : 20 kV
Frequency : 50 Hz
Transformer Rating : 1100 kVA
13 Fuse HRC Rating Current : 80 A 2
Type fusarc
LVMDP
CB yang digunakan
Type MCCB Compact NS 2000 /
N/H/L/70KA Micrologic 5.0
14 MCCB 4 Pole Rating Arus : 800 - 2000 A 2
Breaking Capacitiy : 70 kA
Type Compact NS 1250 N/H/L micrologic
5.0
15 MCCB 4 Pole Rating Arus : 600 - 1250 A 1
Breaking Capacitiy : 60 kA
Type MCCB Compact NS 800 N N/H/L/
Micrologic 5.0
16 MCCB 4 Pole Rating Arus : 320 – 800 A 2
Breaking Capacitiy : 35 kA
Type MCCB Compact NS 630 N N/H/L
Micrologic 5.0
17 MCCB 4 Pole Rating Arus : 252 – 630 A 1
Breaking Capacitiy : 40 kA
Type MCCB Compact NS 200 N N/H/L
18 MCCB 4 Pole Rating Arus : 125 – 200 A 1
Breaking Capacity : 20 kA
Type MCCB Compact NS 125 H N/H/L
19 MCCB 4 Pole Rating Arus : 75 – 125 A 5
Breaking Capacitiy : 20 kA
Type MCCB Compact NS 315 N N/H/L
20 MCCB 4 Pole Rating Arus : 200 – 315 A 2
Breaking Capacitiy : 30 kA
Type MCCB Compact NS 250 N N/H/L
21 MCCB 4 Pole 1
Rating Arus : 200 – 250 A
102
Breaking Capacitiy : 25 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
22 MCCB 4 Pole Rating Arus : 64 – 80 A 2
Breaking Capacitiy : 15 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
22 MCCB 4 Pole Rating Arus : 25 – 32 A 1
Breaking Capacitiy : 25 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
23 MCCB 4 Pole Rating Arus : 32 – 40 A 2
Breaking Capacitiy : 8 kA
Type MCCB Compact NS 100 N N/H/L
24 MCCB 4 Pole Rating Arus : 10 – 20 A 1
Breaking Capacitiy : 5 kA
Type ME 1804 M, 3 Pole
25 ACB Rating Arus : 1786 A 1
Breaking Capacity : 60 kA
Transformator Yang Digunakan
Kapasitas : 1100 kVA
Impedansi : 5,5 %
26 Transformator Rugi tanpa beban = 2700 Watt 2
Rugi Tembaga : 15000 Watt
Berat : 3200 kg
Emergency Supply
Kapasitas : 700 kVA / 50 Hz / 3~ / 4 Kawat
Putaran : 1500 rpm
27 Generating Set 1
Type : MTU MERC 400
Pf = 0,8
AC Input and output : Single Phase 230 Vac
Capasity : 200 KVA
Frequency Range : 45 – 65 Hz
28 UPS ( Baterai ) 1
Power Factor : > 0.98
Battery Rated Voltage : 252 Vdc
Rated Output Current : 34,7 A
29 AMF Controller 1
Komponen Lain
Rated Voltage :380/220v
Frequency : 50 Hz
30 Lampu tanda Merah 13 F&G
Kuning 13
Hijau 13
System : Moving Iron
31 Ampere Meter 17 GAE
Class : 1.5
103
Mechanism : Strip core system with oil
damping
Internal Consumption : 3 VA
Upper Scala Value : 2 x the measuring range
Connection : Direct Connection
Frame Size : 96 x 96 mm
Weight : 0.25 kg
System : Moving Iron
Class : 1.5
Mechanism : Strip core system with oil
32 Volt Meter damping 13 GAE
Internal Consumption : 3 VA
Frame Size : 96 x 96 mm
Weight : 0.25 kg
Terdiri dari 3 buah resin isolator
24 kV + box lengkap socket
33 Capacitor Drive Indicator 3 F&G
Rated Voltage : 20 kV
Frequency : 50 Hz
Rated Voltage : 20-24 kV
Rated Current : 630 A
34 Earthing Switch 3 F&G
Rated withstand current : 25 kA
Pole Stand distance : 230 mm
35 BusBar LV 1910 A 2
Kabel yang Digunakan
Four Core N2XY – 0,6/1 kV, Low Voltage Cable
36 200 m Pirelli
XLPE A = 240 mm2
Three Core N2XSY 12/20 kV, Medium Voltage Cable
37 500 m Pirelli
XLPE A = 35 mm2
Low Voltage Cable for SDP-1.1
38 Four Core XLPE 30 Roll Pirelli
A = 6 mm2
104
4.3 Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
1. Tinjauan Umum
Pasal 1
Syarat umum
Pemberi tugas
Perencana adalah :
Consultant and Contractor Installation
Direksi pekerjaan
Adalah wakil pemberi tugas dalam perancangan. Sebagai direksi dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah Drs. A Tatang selaku dosen Perancangan Listrik Semester V Politeknik Negeri Jakarta.
Pasal 2
Dokumen RKS
Kepada peserta lelang diwajibkan melakukan peninjauan lapangan atas resiko dari biaya
sendiri untuk memperoleh segala keterangan yang diperlukan mengenai keadaan lapangan
tempat pekerjaan harus dilaksanakan dan persoalan lainnya yang bersangkutan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan guna pengajuan penawaran.
105
Pada saat itu peserta lelang diberi kesempatan untuk mendapatkan keterangan atau pedoman
atau dasar petunjuk guna pelaksanaan. Penjelasan akan diberikan oleh panitia lelang dan akan
diberikan oleh panitia lelang dan minimal yang hadir dalam rapat penjelasan ini diikuti oleh
tiga peserta.
Apabila dianggap perlu akan diberikan penjelasan tambahan di luar ketentuan jadwal rapat
penjelasan di atas. Mengenai waktu dan tempatnya akan ditentukan dalam rapat penjelasan.
BAB II
PENJELASAN UMUM
Proyek yang akan dilaksanakan berupa proyek Perancangan Gardu Distribusi 20 KV
Bioteknologi Cibinong yang berlokasi Cibinong..
Sumber daya utama adalah sebesar 20 KV, dilayani oleh PLN. Sumber tersebut akan masuk
ke panel tegangan menengah (MVMDP), diteruskan ke panel distribusi tegangan rendah
(LVMDP), melalui dua buah trafo daya yang dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri , dimana
Trafo Daya I ( T1 ) digunakan ukntuk melayani instalasi tenaga ( Mesin-mesin dan kotak
kontak daya ) dan Trafo Daya II ( T2 ) digunakan untuk melayani instalasi penerangan pada
gedung-gedung dan taman. Dalam kondisi tertentu dimana :
a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan , maka trafo daya yang tidak terganggu
dapat memikul sebagian beban bari trafo yang mengalami ganguan , hal ini dilakukan
secara manual
b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara manual .
Out going feeder dari trafo daya I ( T1 ) berjumlah sebanyak 6 feeder , dimana 5 feeder
dihubungkan langsung ke panel daya ( PP ) di lokasi Gedung yaitu PP1 , PP 3 , PP 4, PP 5 ,
dan PP 8., sedangkan 1 ( satu ) feeder lagi dihubungkan ke sub-panel tegangan rendah (
LVSDP - T 1 ) dan dari sini didistribusikan ke panel-panel daya dilokasi gedung yaitu untuk
PP 2, PP 6 dan PP 7. Dan out going feeder dari trafo daya II ( T2 ) berjumlah sebanyak 5 feeder
, dimana 4 feeder di instalasi langsung ke panel-panel penerangan ( LP ) di lokasi gedung yaitu
untuk LPF , LPE , LPB dan LPA. Sedangkan satu feeder lagi dihubungkan langsung ke
sub- panel distribusi tegangan rendah ( LVSDP – T2 ) dan dari sini di distribusikan ke panel-
panel penerangan LPI , LPK , LPJ , LPC, LPG , LPD dan LPH.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam merancang gardu distribusi 20 KV Bioteknologi LIPI
Cibinong pada proyek tersebut adalah sebagai berikut ini.
Persyaratan perancangan
106
1. Bila listrik dari PLN mati (mengalami gangguan), dalam hal ini beban “performance load”
akan dilayani oleh diesel Emergency yang dioperasikan secara otomatis dalam waktu
maksimum 2-3 detik.
2. Beban “performance load” di atas yaitu gedung laboratorium I dan laboratorium II dengan
setengah dari kapasitas terpasang, gueshouse dan hydran dilayani secara penuh.
3. Khusus untuk gedung SDP-K, bila listrik PLN mati (padam), maka akan dilayani oleh
“Battre Emergency” secara penuh.
4. Pada saat dilayani oleh diesel emergency, tiba-tiba sumber PLN hidup kembali, bersamaan
dengan itu “diesel mergency” akan mati secara otomatis dan pelayanan beban akan dilayani
kembali ileh PLN secara penuh.
BAB III
PERATURAN TEKNIS
Pasal 1
Ruang lingkup pekerjaan
107
Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan tenaga kerja dan lain-
lain untuk pemasangan pengetesan, commisioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk
seluruh instalasi seperti yang dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukan dalam
gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan-pekerjaan
kecil lain yang tidak mungkin disebutkan secara terperinci dalam buku ini tetapi dianggap perlu
untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem kontrol.
Ketentuan umum
1. Kabel yang digunakan untuk menghubungkan dari supply PLN ke pusat-pusat beban
digunakan kabel tegangan menegah NYY sampai ke panel distribusi.
2. Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN dan SII atau
standard-standard lain yang diakui pemerintah Indonesia serta mendapat rekomendasi dari
LMK.
3. Data teknis.
Jenis kabel : Four Core N2XY – 0,6/1 kV, XLPE
Isolasi : PVC
108
Tegangan nominal : 4 kV
Syarat Umum
Syarat Mekanis
Perlengkapan listrik harus terpasang kokoh pada tempatnya sehingga tidak berubah oleh
gangguan mekanis.
Perlengkapan listrik harus dipasang rapi dengan cara yang baik dan tepat.
109
Perlengkapan listrik harus dipasang dan ditempatkan secara aman dan jika perlu harus
dilindungi agar tidak menimbulkan bahaya
Pelindung perlengkapan listrik harus kuat dan terpasang secara kokoh.
Semua sambungan atau hubungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak dapat lepas
atau kendur sendiri.
Syarat Listrik
Bagian yang dapat bergerak, tidak boleh bertegangan pada waktu sakelar dalam keadaan
terbuka atau tidak terhubung.
Tegangan nominal perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan tegangan nominal
rangkaian / sirkuit.
Seluruh bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik harus diamankan terhadap bahaya
sentuhan langsung.
Semua pengawatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga bebas dari hubung singkat
(Short Circuit) dan hubung bumi.
Semua penghantar harus mempunyai KHA (Kemampuan Hantar Arus) sekurang-
kurangnya sama dengan arus yang akan melaluinya.
Syarat Khusus
Untuk pemutus arus harus mempunyai daya pemutus sekurang-kurangnya sama dengan
hasil perkalian tegangan nominal dan arus putus.
Bagian perlengkapan listrik yang pada waktu kerja normal mengeluarkan atau
menimbulkan bunga api, busur api atau logam leleh, harus diberi selungkup, kecuali jika
terpisah atau terisolasi dari bahan yang mudah menyala atau terbakar.
Semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang-kurangnya sama dengan
arus hubung singkat yang dapat terjadi ditempat pemutus daya.
Konstruksi panel kontrol
Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka terbuat dari besi siku atau besi plat yang
dibentuk dan dicat dasar dengan meni tahan karat serta difinis dengan cat bakar warna abu-
abu. Dengan ketebalan plat baja :
Dinding : 1,6 mm
Pintu : 2,0 mm
110
Dalam panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan (grounding)
serta busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pentanahan.
Pada bagian panel bagian sisi kiri dan sisi kanan panel harus diberikan sirip udara agar
udara dapat bersikulasi dengan baik di dalam panel dibagian dalamnya diberikan pelindung
agar panel tidak mudah kotor.
Panel dilengkapi tutup bagian dalam dan pintu yang dilengkapi dengan kunci. Pada tutup
bagian dalam terdapat kunci yang berfungsi sebagai saklar, dimana pengoprasiannya hanya
dilakukan oleh maintenence rieper.
Ukuran panel didalam gambar perancangan sifatnya tidak mengikat, dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen dan peralatan penunjang yang dipilih serta standard pabrik
pembuat.
Pada pintu bagian dalam harus digambarkan diagram sistem instalasi panel tersebut secara
lengkap dan baik serta harus di cilaminasi.
Switchgear untuk proteksi peralatan distribusi harus menggunakan proteksi yang dirancang
untuk elemen–elemen distribusi.
Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam
gambar perencanaan.
Untuk MCCB dan fuse 3 yang digunakan harus sebesar yang tercantum pada gambar
perencanaan.
Untuk pengaman lebur pada peralatan digunakan fuse type HRC yang besarnya seperti
yang tercantum pada gambar perencanaan.
Pasal 2
Syarat Pelaksanaan
Kontraktor pelaksana harus memiliki pas Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta surat-
surat ijin dari instansi yang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah setempat, maupun surat
ijin lain yang diminta oleh pengawas pelaksana maupun pengawas pelaksana lapangan. Dalam
pekerjaan pelaksanaan, pihak kontraktor harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan
dalam gambar rencana, baik dalam segi ukuran, kualitas bahan maupun kuantitasnya.
Sehubungan adanya pekerjaan ini pihak kontraktor pelaksana harus menghubungi pihak PLN
terlebih dahulu, untuk kelancaran pembangunan sampai pada hari penyerahan pekerjaan,
dengan hasil pengujian yang sangat memuaskan, dan layak untuk dipergunakan.
111
GAMBAR-GAMBAR
Gambar Perancangan
Yang dimaksud dengan gambar perancangan adalah gambar-gambar yang menyertai buku
ini, gambar-gambar penjelasan dan segala gambar-gambar beserta addendumnya.
Kontraktor harus segera mempelajari gambar-gambar perancangan dan secepatnya
melaporkan, kepada manajemen kostruksi apabila terdapat hal-hal yang dianggap harus
jelas, dalam waktu tidak kurang dari 3 (tiga) minggu setelah diadakan rapat prapelaksana.
Gambar-gambar dalam perancangan ini tidak dimaksudkan untuk mencantumkan semua
detail konstruksi detail pemasangan terutama yang berhubungan dengan peralatan yang
akan disediakan/dipasang oleh kontraktor.
Walaupun demikian, kontraktor tetap harus tetap memasang peralatan tersebut sesuai
dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil yang terbaik, dalam hal ini
kontraktor diharuskan membuat shop drawing yang terinci untuk menjelaskan hal tersebut
diatas.
Dalam hal ini keraguan yang ditimbulkan oleh kesalahan penggambaran dan/
ketidaksesuaian lain kontraktor harus mengajukan pertanyaaan untuk mendapat penjelasan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum masalah tersebut terlibat dilapangan baik
dalam arti pemasangan ataupun pemesanan barang.
Ukuran-ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah dicantumkan pada gambar
perancangan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran-ukuran efektif.
112
Dan gambar-gambar lainnya
Detail-detail, seperti :
Detail panel.
Detail pemasangan panel.
Detail pemasangan peralatan.
Detail-detail lain yang diperlukan.
Gambar-gambar lain yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan.
Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada gambar perancangan, spesifikasi
teknik serta disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi
kesalahan dilapangan.
Gambar-gambar dibuat sebanyak tiga rangkap dan diserahkan kepada manajemen
konstruksi untuk diperiksa dan disahkan.
Kontraktor diwajibkan mengamati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai yang tertulis
pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan
yang dipasang.
Jika terjadi kesimpang siuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor harus
melapor pada manajemen kostruksi untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
Bila manajemen konstruksi tidak dapat mengambil keputusan maka pengambilan
keputusan akan diserahkan kepada instansi atau badan yang berwenang.
113
4.4 Bill Of Quantity
114
KESIMPULAN
Berdasarakan perancangan yang telah kami buat dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Dalam merancang gardu distribusi harus mengetahui fungsi dan kerja gardu distribusi
tersebut, serta mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam suatu gardu
distribusi
Gardu distribusi berkaitan dengan pendistribusian tenaga listrik dari tegangan
menengah ke tegangan rendah dan menuju ke konsumen. Oleh karena itu perancangan
yang telah dibuat harus memenuhi standar dan kriteria yang berlaku
Dalam perancangan Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong, menggunakan dua
buah transformator dengan masing-masing berkapasitas 1100 KVA
Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong juga dilengkapi dengan AMF Controller
dan Back Up Supply menggunakan UPS (Battery) dan Generator Set untuk mensupply
beban yang tidak boleh mati dan memiliki tingkat kehandalan tinggi
Untuk mendukung aspek keselamatan dan kesehatan kerja, Gardu Distribusi
Bioteknologi LIPI Cibinong dilengkapi dengan beberapa pengaman untuk
mengamankan alat dan komponen serta mengamankan manusia sendiri seperti fuse,
ALBS, MCCB, Earthing Switch, dan lain-lain
Dalam menjaga kehandalan sistem pendistribusian, Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI
Cibinong juga menggunakan PLC untuk automasi yang nantinya akan dikombinasikan
dengan AMF Controller dan juga menggunakan SCADA untuk monitoring dan
controling jarak jauh
Perancangan Gardu Distribusi Bioteknologi LIPI Cibinong dapat diselesaikan dalam
waktu
115
Daftar Pustaka
Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubungan Tenaga Listrik PT. PLN Persero . Buku
IV , Jakarta 2010
Ir. Wahyudi Sarimun., MT. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Bekasi. Garamod
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian
Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta : PT. PLN (persero)
Arwin abbasy (2014). “Pemilihan Current Transformer dan Potensial Transformer Untuk
Pengukuran Arus dan Daya Aktif Tegangan Menengah Dengan Kapasitas Daya 1250KVA,
20KV/0,4KV ”. http://abbasy-ilmuumum.blogspot.com/
116