Anda di halaman 1dari 70

KRITERIA DESIGN KONSTRUKSI

JARINGAN DISTRIBUSI

PT PLN (Persero) PUSDIKLAT

18/11/2014 1
Simple – Inspiring – Performing - Phenomenal
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Setelah menyelesaikan pokok bahasan peserta
mampu memahami Kriteria desain jaringan
distribusi sesuai dengan aturan yang berlaku
diperusahaan
• Durasi : 8 Jam Pelajaran

2
PERHITUNGAN LISTRIK TERAPAN

JATUH TEGANGAN (Definisi simbol dan Satuan)


PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN KONVENSIONAL, COS   1
Jatuh Tegangan (dalam %)
Jatuh Tegangan (dalam Volt)
Sistem Fasa Tiga dengan cos 
PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN DENGAN MOMEN LISTRIK
FAKTOR DISTRIBUSI BEBAN
RADIUS PELAYANAN
KEMAMPUAN HANTAR ARUS
Saluran Udara
Saluran Kabel Bawah Tanah
3
PERHITUNGAN MEKANIKA TERAPAN

• GAYA-GAYA MEKANIS PADA TIANG


 Jarak antar tiang (Jarak gawang) Aplikasi perhitungan gaya mekanis
 Berat penghantar dan gaya berat  Penggunaan Hasil Perhitungan
penghantar Dalam Konsep Perencanaan
 Gaya tarik pada tiang  Metode Grafis Untuk Tiang Sudut
 Pengaruh angin  Beban mekanis pada cross arm /travers
 Gaya Mekanis Pada Tiang Awal/Ujung
 Beban Mekanis Isolator
 Gaya Mekanis Pada Tiang Tengah  Andongan pada permukaan miring
 Gaya Mekanis Pada Tiang Sudut  Pondasi Tiang dan Struktur Tanah
 Jarak antar penghantar
(conductor spacing)
• BEBAN MEKANIS TAMBAHAN JARINGAN NON ELEKTRIKAL
• CONTOH APLIKASI PERHITUNGAN
• PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN AKIBAT PENGARUH GAYA MEKANIS AKIBAT
SALURAN NON ELEKTRIKAL PLN

4
KONSEP DASAR KONSTRUKSI
JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 ASPEK PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI


 SISTEM PEMBUMIAN
 Pembumian pada transformator daya pada sisi tegangan menengah
 Pembumian pada transformator distribusi sisi tegangan rendah
 SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH
 SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH
 (Konsep Perencanaan, Proteksi Jaringan, Konstruksi SKTM, Konsep Isolasi Gangguan,
Jangkauan Pelayanan)
• GARDU DISTRIBUSI
 Gardu Distribusi Pasangan Luar-Dalam
 Sambungan Tee – off saluran udara
 Sambungan Saluran Kabel Tanah
 Sambungan untuk Pemanfaat Tegangan Menengah

5
Kriteria Minimum Elektrikal
• Pemenuhan batas jatuh tegangan maksimum yang ditolerir
sesuai ketentuan (SPLN).
• Faktor Distribusi Beban : dimaksudkan untuk optimalisasi
pembebanan jaringan berdasarkan sebaran beban
• Jangkauan Pelayanan : didasarkan atas batas Jatuh Tegangan
• KHA suatu Penghantar didasarkan kepada SNI 04-0225-2000
atau SPLN 70-4 : 1992
Perhitungan Jatuh Tegangan
• Dinyatakan baik dalam % atau dalam besaran Volt.

• Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan


kelistrikan (SPLN)

• Perhitungan Jatuh Tegangan dapat dihitung dengan cara :


– Perhitungan rumus-rumus listrik konvensional
– Perhitungan dengan momen listrik

Metode momen listrik dengan memperhatikan :


1. Faktor Distribusi Beban
2. Jangkauan Pelayanan
3. Kemampuan Hantar Arus/Kuat Hantar Arus
Metode Praktis Tanpa Induktansi (1)

• Dalam persen

q
L  I  200
V  u  
atau
L  P  200
q 2
V  u  
mm 2
 
• Dalam volt

q
LP 2
V  v  
atau q
L I2
v  
mm 2
 
Terminologi:
P : Beban dalam watt
f : Tegangan antar 2 saluran ( fasa - netral)

q : Penampang saluran (mm²)

∆v : rugi tegangan (volt)

∆u : Rugi tegangan dalam %

L : Panjang rute saluran (bukan panjang kawat).


 : Daya hantar jenis : tembaga = 56,
besi = 7
Alumunium = 32,7

I : Arus beban.

V : Tegangan kerja
Contoh 1:
Pada ujung penghantar panjang 250 meter diberi beban 12 lampu @ 75 watt,
tegangan 115 volt. Rugi tegangan maksimum 2 %. Berapa penampang
saluran ?
q = L x P x 200 = 400 x (12 x 75) x 200 = 4.86 mm²
V² x ∆u x  115 x 115 x 2 x 50

Jadi kita memilih memakai kawat 6 mm²


Sehingga rugi tegangan menjadi 4,86 x 2 % = 1,62 %
6
Atau dalam volt :
∆ = L x P x 2 = 40 x (12 x 75) x 2 = 1,87 volt.
Vxqx 115 x 6 x 56
Contoh 2:
Instalasi arus bolak-balik pada jarak 20 meter dari PHB dibebani 14 Ampere dan 25
meter kemudian dibebani 16 Ampere . Tegangan yang di pakai 127 Volt, rugi
tegangan maksimum 2,5 VoltBerapa penampang kawat yang di perlukan ?
L1= 20 m L2 = 25 meter

PHB P1 = 14 A P2 = 16 A
Batasan rugi tegangan pada P2 adalah 2,5 Volt.
Misalkan rugi tegangan pada P1 = 1,5 Volt, pada L2 = 1 volt perhitungan di bagi
dua :

Penghantar L1

q = L x I x 2 mm² = 20 x ( 14 + 16 ) x 2 = 14,3 mm²


∆v x  1,5 x 56
Penghantar L2
q = L x I x 2 = 25 x 16 x 2 = 14,3 mm²
∆vx  1 x 56
Jadi penghantar yang diambil dengan penampang 16 mm²
Contoh 3:
Berapa penampang hantaran yang diperlukan untuk penyambungan dengan
syarat-syarat :
V = 115 Volt.
I = 140 Ampere
L = 20 meter
∆v = 2 % atau 2,3 Volt.
q = L x I x 2 = 20 x 140 x 2 = 43,4 mm²
∆v x  2,3 x 56
Dipilih hantaran 50 mm²
Metode Praktis Tanpa Induktansi (3)

• Bila I diketahui
1,73  L  I  cos 
q [mm ]2

v  
1,73  L  I  cos 
v  [volt ]
q
• Bila P diketahui
L P
q 2
[mm ]
V  v  
Contoh 1:
Berapa rugi tegangan suatu motor 3 fasa, beban 190 Ampere dihubungkan dengan
saluran 3 fasa, panjang 150 meter ukuran Cu 3 x 95 mm².
I = 190 Ampere
Cos  = 0,88
E = 220 Volt (fasa - fasa)
∆v = 1,73 x L x I xCos  = 8,15 volt
xq
Atau = 8,15 x 100 % = 3,7 %
220
Contoh 2:
Saluran arus bolak-balik 3 fasa panjang 80 meter tersambung 20 lampu X 100 watt,
beban terbagi rata pada ke tiga fasa, tegangan pelayanan 190 Volt fasa-fasa.
Berapa penampang saluran jika rugi tegangan dibatasi 2 % ( 3,8 Volt)
q = L x U = 80 x 2000 mm² = 3,86 mm²
x∆VxE 56 x 3,8 x 190 -

Jadi kawat dengan penampang 4 mm² yang dipilih.


Contoh 2:
Suatu motor 3 fasa daya 10 PK harus disambung dengan kabel tanah ,
panjang kabel 112 meter, E = 220 Volt fasa-fasa, kerugian tegangan
yang diperbolehkan 5 atau 11 Volt.
Berapa ukuran kabel yang diperlukan?
I = P = 10 x 736 = 27,5 Ampere
3 x E x Cos  3 x 220 x 0,85
q = 1,73 x 112 x 27,5 x 0,85 = 7,35 mm²
56 x 11
Jadi ukuran kabel 3 X 10 mm² yang dipakai
Dapat pula kita menggunakan rumus :
q = L x P = 112 x (10 x 736) = 7,26 mm²
 x ∆ x V 56 x 11 x 220
Jika di ketahui daya guna (rendemen) motor 0,83 maka :
q = 1,2 x (10 x 736) = 7,35 mm²
50 x 11 x 220 x 0,83
=

Perhitungan Dengan Momen Listrik (1)


 Jatuh tegangan relatif (%) dengan rumus :

u R  X tan 
sistemTM   102 PL  % 
u u2
u R  X tan 
sistemTR   105 PL  % 
u u2

Hasil kali P x L dinamakan momen listrik (M) dengan beban P pada jarak L dari
sumbernya. Jika jatuh tegangan sebesar 1 % maka momen listriknya disebut M1.

1 V2 Batasanya :
Pada TM : M1  
100 R  X tan  1. Beban fasa 3 seimbang di ujungpenghantar
2. Suhu Kerja 30o C [SU]; 20o C [SK]
1 V2
Pada TR : M1  3. R= 0,3 Ω/km [SU]; 0,1 Ω/km [SK]
= 105 R  X tan 
Momen listrik jaringan distribusi tegangan menengah saluran bawah tanah M 1% [MW.km].

Perhitungan Dengan Momen Listrik (2)

• Contoh Momen listrik untuk SKTM dgn XLPE, M 1% [MW.km]:

Penampang cos 
(mm ) 2

1 0,95 0,9 0,85 0,8 0,7 0,6

95 11,4 10,2 9,8 9,5 9,2 8,7 8

150 17,3 15,2 14,3 13,63 12,7 12 11

240 29 23,9 21,2 20 18,6 16,6 15


Faktor Distribusi Beban (1)
• Distribusi beban pada jaringan dapat berupa:
1) beban di ujung penghantar,
2) beban terbagi merata,
3) beban terbagi berat diujung awal jaringan,
4) beban terbagi berat di ujung akhir.
Dengan pengertian sederhana didapatkan angka
faktor distribusi beban pada jarak antara titik berat
beban dengan sumber/gardu.
Faktor Distribusi Beban (2)
Sumber L
Sumber L

Fd = 1 P ΣP
Fd = 0,5
½L
sumber
L sumber
L

2/3 L
ΣP
Fd = 2/3 Fd = 1/3
1/3 L ΣP
Contoh : Penghantar AAAC, dgn beban I [A], L [kms], Δu = 5%, beban merata
(Fd=0,5), maka Penghantar/saluran boleh dibebani 2 kali I[A] atau 2 kali L[kms].
Dgn catatan tdk melampaui batas maksimum KHA Penghantar.
Jangkauan Pelayanan
Jangkauan Pelayanan suatu jaringan distribusi diperhitungkan
berdasarkan :

Besar Beban yang disalurkan


Besar Batas Jatuh Tegangan
Besar Penampang dan Jenis Penghantar
Besar Faktor Daya
Jenis Konstruksi ( Saluran Udara, Saluran Bawah Tanah)
Jarak [Km]
Jangkauan Pelayanan
50

45

40

35

30

25

20

15 35mm2
70mm2 240mm
150mm 2
2

10

5
35 mm2 70 mm2
Limit Limit
1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik Jangkauan Pelayanan SUTM fasa-3, Grafik Jangkauan Pelayanan SUTR


AAAC, beban di ujung, Δu = 5%, pf. 0,8 fasa-3, kabel pilin, beban di ujung,
Δu = 5%, Δu = 10%, pf. 0,8
Kemampuan Hantar Arus (KHA)
• Pada Prinsipnya KHA suatu penghantar dibatasi berdasarkan :
 Aspek Lingkungan :
– Temperatur lingkungan ( awal dan akhir )
– Faktor tiupan angin
– Faktor disipasi panas media lingkungan

 Spesifikasi Teknis Material :


– Jenis penghantar
– Batas kemampuan termis isolasi

 Batasan Konstruksi :
– Saluran Udara
– Saluran Bawah Tanah
– Konfigurasi

Bila terjadi penyimpangan pada ketentuan tsb diatas, maka perlu memberlakukan faktor
koreksi terhadap KHA penghantar
Contoh 1:
Berapa rugi tegangan suatu motor 3 fasa, beban 190 Ampere dihubungkan dengan
saluran 3 fasa, panjang 150 meter ukuran Cu 3 x 95 mm².
I = 190 Ampere
Cos  = 0,88
E = 220 Volt (fasa - fasa)
∆v = 1,73 x L x I xCos  = 8,15 volt
xq
Atau = 8,15 x 100 % = 3,7 %
220
Contoh 2:
Saluran arus bolak-balik 3 fasa panjang 80 meter tersambung 20 lampu X 100 watt,
beban terbagi rata pada ke tiga fasa, tegangan pelayanan 190 Volt fasa-fasa.
Berapa penampang saluran jika rugi tegangan dibatasi 2 % ( 3,8 Volt)
q = L x U = 80 x 2000 mm² = 3,86 mm²
x∆VxE 56 x 3,8 x 190 -

Jadi kawat dengan penampang 4 mm² yang dipilih.


Contoh 2:
Suatu motor 3 fasa daya 10 PK harus disambung dengan kabel tanah ,
panjang kabel 112 meter, E = 220 Volt fasa-fasa, kerugian tegangan
yang diperbolehkan 5 atau 11 Volt.
Berapa ukuran kabel yang diperlukan?
I = P = 10 x 736 = 27,5 Ampere
3 x E x Cos  3 x 220 x 0,85
q = 1,73 x 112 x 27,5 x 0,85 = 7,35 mm²
56 x 11
Jadi ukuran kabel 3 X 10 mm² yang dipakai
Dapat pula kita menggunakan rumus :
q = L x P = 112 x (10 x 736) = 7,26 mm²
 x ∆ x V 56 x 11 x 220
Jika di ketahui daya guna (rendemen) motor 0,83 maka :
q = 1,2 x (10 x 736) = 7,35 mm²
50 x 11 x 220 x 0,83
Kriteria Minimum Mekanikal
• Gaya mekanis tiang
• Jarak antar tiang
• Berat penghantar dan gaya berat penghantar
• Gaya tarik pada tiang
• Pengaruh angin
• Gaya Mekanis Pada Tiang Awal/Ujung
• Gaya Mekanis Pada Tiang Tengah
• Gaya Mekanis Pada Tiang Sudut
• Aplikasi perhitungan gaya mekanis
• Penggunaan Hasil Perhitungan Dalam Konsep Perencanaan
• Beban Mekanis Tambahan Jaringan Non Elektrikal
• Pertimbangan-pertimbangan akibat Pengaruh Gaya Mekanis
Saluran Non Elektrikal PLN
Gaya-gaya Mekanis Pada Tiang
• Tiang memikul gaya-gaya mekanis akibat :
– Berat penghantar dan peralatan
– Gaya tarik dari penghantar (tensile strength)
– Tiupan angin
– Akibat penghantar lain
• Besarnya gaya tsb dpt berbeda sesuai dgn fungsi/posisi
tiang dan luas penampang penghantar
• Pondasi Tiang pada dasarnya digunakan pada semua
tiang (tiang tumpu, tiang awal/akhir, tiang sudut).
• Jenis dari konstruksi pondasi disesuaikan dengan
kondisi tanah dimana tiang tersebut akan didirikan.
Aplikasi Perhitungan Gaya Mekanis pada Tiang
Dalam Konsep Perencanaan
• Kekuatan tiang (working load) mengikuti standarisasi yang
sudah ada yaitu 160 daN, 200 daN, 350 daN, 500 daN, 800 daN.
Untuk panjang 9 m, 11 m, 12 m, 13 m, 14 mdan 15m baik tiang
besi atau tiang beton.
• Tiang mempunyai tingkat keamanan 2, yaitu baru akan
gagal fungsi (malfunction) jika gaya mekanis melebihi 2
x working load (breaking load = 2 x working load).
• Mengingat perkembangan beban pelanggan dan lain-
lain, kekuatan hasil perhitungan dikalikan 2, untuk
mengantisipasi penambahan jalur jaringan distribusi
dari tiang awal yang sama.
Andongan & Jarak Gawang
• Andongan menentukan :
– Jarak antar dan panjang Penghantar
– Jarak Aman terhadap permukaan pada kondisi temperatur
penghantar maksimum
– Gaya mekanis pada penghantar (berat dan tekanan angin)
• Jarak gawang berdasarkan :
– PUIL
– SPLN
– Kondisi Geografis
• Perubahan Panjang penghantar suatu gawang akibat :
– Perubahan temperatur lingkungan
– Pengaruh panas akibat beban listrik (I2R)
Jarak Antar Penghantar

• Jarak antar penghantar harus diperhitungkan


berdasarkan 2 pertimbangan, yaitu
– Pengaruh elektris akibat hubung singkat
– Kemungkinan Persinggungan antar penghantar 

• Jarak antar penghantar pada titik tengah gawang


merupakan fungsi dari:
– Jarak Gawang
– Tinggi Sag
Beban Mekanis Tambahan Jaringan Non Elektrikal

• Ada beberapa kabel telekomunikasi yang terpasang pada


jaringan listrik PLN, yang mengakibatkan beban mekanis
tambahan dari tiang, antara lain :
– Saluran kabel telekomunikasi (fiber optik , kabel telekomunikasi
lain).
– Saluran udara kabel kontrol dari unit pengatur distribusi PLN.

• Pengaruh beban mekanis dan perhitungannya sama


dengan saluran jaring distribusi tenaga listrik PLN, yaitu
memberikan gaya mekanis akibat regangan penghantar
(tensile stress), berat kabel dan tiupan angin.
Pengaruh Gaya Mekanis Akibat Saluran
Non Elektrikal PLN
• Dengan penambahan saluran non PLN (kabel
Telekomunikasi atau Kontrol) pada tiang , maka :
– Harus dihitung akibat beban mekanisnya antara lain
pondasi tiang
– Tidak diperbolehkan pada sistem SUTM - JTR (under built)
– Tidak diperbolehkan pada saluran ganda JTR
– Sebaiknya ditambahkan topang tarik pada tiang sudut dan
tiang ujung
– Sebaiknya hanya ada satu jalur tambahan kabel non PLN
Konsep Dasar Konstruksi Jar-Dist

 JTM saluran udara dipakai umumnya untuk daerah dengan jangkauan luas, daerah
padat beban rendah atau daerah-daerah penyangga antara kota dan desa.

 JTM saluran bawah tanah dipakai umumnya untuk daerah padat beban tinggi
(beban puncak lebih dari 2,5 MVA/km2 dengan luas minimal 10 km2) dengan
jangkauan terbatas.

 Saluran bawah tanah selalu direncanakan dalam bentuk “loop” guna menghindari
pemadaman (black – out) akibat gangguan.

 JTR dan Sambungan Pelayanan digunakan Saluran Udara dengan konfigurasi sistem
radial murni. Hanya pelanggan tertentu diberikan pasokan alternatif jika terjadi
pemadaman. Saluran bawah tanah hanya utk kabel naik, permintaan khusus di
daerah eksklusif (bisnis, perumahan) atau kebijakan ototitas setempat
Sistem Pembumian
• Pemilihan sistem pembumian tersebut merupakan
pertimbangan manajemen perancangan dengan
memperhatikan aspek :
a) Aman terhadap manusia
b) Cepatnya pemeliharaan gangguan/selektifitas penyulang yang
mengalami gangguan.
c) Kerusakan akibat hubungan pendek
d) Pengaruh terhadap sistem telekomunikasi
e) Pertimbangan teknis kepadatan beban.
Faktor a, c, d menghendaki arus gangguan rendah, sedangkan
faktor b menghendaki arus gangguan besar. Untuk faktor e, bila
kepadatan beban tinggi maka sebaiknya digunakan SKTM
dengan tahanan pembumian minimal 12 ohm.
Sistem Pembumian GI
• Sistem Pembumian TM pada Trasformator GI :
– Pembumian dengan tahanan 12 Ohm untuk sistem SKTM
– Pembumian dengan tahanan 40 Ohm untuk sistem SUTM, atau campuran
antara SKTM dan SUTM.
– Pembumian dengan tahanan 500 Ohm untuk sistem SUTM.
– Pembumian langsung /solid grounded
– Tanpa pembumian/sistem mengambang/ungrounded

Solid Grounded, arus gangguan tanah sangat besar


Ungrounded, hanya dipakai pada SUTM Listrik Desa, Pembangkit Kecil
Nilai tahanan pembumian transformator pada Gardu Induk membatasi arus
hubung singkat ke tanah menjadi :
1000 A untuk R =12 Ohm,
300 A untuk R = 40 Ohm dan
24 A untuk R = 500 Ohm.
Sistem Pembumian

• Pembumian Transformator Distribusi pada Sisi Tegangan Rendah.


– Bagian – bagian tranformator sisi TR yang perlu dibumikan (solid
grounded 1 Ohm) adalah : titik netral lilitan sekunder, bagian
konduktif terbuka, badan trafo dan bagian konduktif ekstra
instalasi gardu.
• Pembumian Lightning Arrester.
– Lightning Arrester (LA) pada sisi TM Gardu Distribusi pasangan
luar mempunyai elektroda pembumian tersendiri. Ikatan
penyama potensial dilakukan dengan menghubungkan
pembumian LA, pembumian titik netral transformator,
pembumian Bagian Konduktif Terbuka/Ekstra. Konstruksi ikatan
penyamaan potensial dilakukan dibawah tanah.
– Pada transformator jenis CSP fasa-1, penghantar pembumian LA
disatukan dengan badan transformator.
Parameter-Parameter Rancangan Konstruksi
(1)
• Parameter Listrik
Persyaratan teknis / parameter listrik yang harus diperhatikan dalam memilih
komponen-komponen kontruksi adalah:
–Kemampuan Hantar Arus
–Tegangan maksimal yang diizinkan (rated Voltage) – KV.
–Basic Impulse Insulation Level – Tingkat Isolasi Dasar – BIL / TID dalam KV.
–Tegangan maksimum Lighting Arrester [KV]
–Insulator Creepage Distance
–Prosedur / test uji, impulse dan power frekwensi test
–Tegangan pelepasan pada Lighting Arrester (LA)
–Withstand Making Current
–Nominal Breaking Capacity.
–With stand short circuit current
Parameter-Parameter Rancangan Konstruksi (2)

• Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang harus dipenuhi oleh komponen
adalah :
• Iklim/musim
• Suhu keliling
• Besarnya curah hujan
• Kelembaban relatif
• Ketinggian dari permukaan laut
• Kecepatan Angin
• Tingkat dan jenis Polusi
Parameter-Parameter Rancangan Konstruksi (3)

• Parameter Material
Parameter konstruksi komponen harus diperhatikan agar tidak
terjadi kegagalan konstruksi :
• Beban kerja (Working load)
• Ukuran / dimensi peralatan
• Penggunaan indoor / outdoor
• Prosedur / tata cara konstruksi
• Spesifikasi teknis konstruksi
• Kemudahan pemakaian alat kerja
• Proteksi terhadap kontaminasi
Kriteria Desain Konstruksi SUTM (1)
• Konstruksi dan Jarak Antar Tiang
• Konstruksi Pembumian
• Konstruksi Fused Cut-out (FCO)
• Konstruksi Penghantar Bumi (Shield Wire)
• Konstruksi Penghantar Netral TM
• Kelengkapan Penghantar
• Jarak Aman (Safety Distance)
• Konstruksi Proteksi Petir
• Konstruksi Kabel Pilin Tegangan Menengah
• Sambungan Kabel Dengan Saluran Udara
• Sambungan Kawat Konduktor
• Komponen Konstruksi Jaringan
Kriteria Desain Konstruksi SUTM (2)

• Konsep Perencanaan :
Aspek Proteksi :
• Untuk mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang
fasilitas-faslitas Pole Top Switch / Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada posisi
tertentu.
• Kawat tanah (shield wire) pada daerah terbuka dan padat petir, untuk
mengurangi gangguan akibat sambaran petir langsung.
• Pembumian BKTdan BKE pada tiap-tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan
nilai pentanahan tidak melebihi 10 Ohm.

Aspek Kontinyuitas Pelayanan


Saluran Udara sebagai sistem distribusi daerah perkotaan dapat dilakukan
dengan memperpendek panjang saluran yang didesain menjadi struktur
“Radial Open Loop”.
Konstruksi SUTM
Terminologi
• Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga
listrik / Gardu Induk dengan kabel tanah
Tegangan Menengah kearah tiang pertama
Saluran Udara.
• Tiang pertama disebut tiang awal, tiang tengah
disebut tiang penumpu (line pole) atau tiang
penegang (suspension pole), jika jalur SUTM
membelok disebut tiang sudut dan berakhir
pada tiang ujung (end pole).
Penggunaan Tiang
• Saluran udara Tegangan Menengah memakai
tiang dengan beban kerja (working load) 200
daN, 350 daN dan 500 daN, dengan panjang
tiang 11 meter, 12 meter, 13 meter, 14 meter
dan 15 meter.
Area Jangkauan Pelayanan SUTM
 Mengingat sifat perencanaannya, jangkauan SUTM
dibatasi atas besarnya jatuh tegangan yaitu pada
besaran sadapan / tap changer transformator
distribusi.
 
Kriteria Desain Konstruksi SKTM
• Konstruksi Penggelaran Kabel
– Kedalaman galian dan perlindungan mekanis kabel, Penggelaran lebih dari satu kabel
– Jarak kabel tanah dengan utilitas lain
– Persilangan dengan bangunan diatas tanah, rel kereta api, saluran air dan bangunan air, jalan umum
– Terminasi Kabel
– Radius Belokan Kabel
– Kabel Duct
• Transportasi dan Penanganan (Handling) Kabel
– Pengangkutan kabel
– Penggelaran Kabel
– Penutupan jalan dan penandaan jalur
• Material Saluran Kabel Tanah
– Kabel Tanah
– Batu Peringatan
– Patok Pilot Kabel dan Mof Kabel
– Timah Label
– Pasir urug
Konsep Perencanaan SKTM (1)

• Saluran Kabel tanah Tegangan Menengah


(SKTM) dipakai pada hal-hal khusus:
• Daerah padat beban tinggi
• Segi estetika
• Jenis Pelanggan Kritis
• Permintaan khusus
Konsep Perencanaan SKTM (2)

– Pada tingkat keandalan kontinuitas sedikitnya tingkat–3, Kabel


tanah digunakan untuk pemakaian :
• Kabel Keluar (Opstik kabel dari pembangkit / GI ke tiang SUTM)
• Kabel Tee-Off dari SUTM ke gardu beton
• Penyeberangan sungai, jalur kereta api
– Bentuk konfigurasi yang umum adalah :
• Struktur spindel, minimal 2 penyulang berbeban dan 1
penyulang cadangan-tanpa beban (express feeder).
• Struktur Kluster
• Spotload untuk pelanggan dengan beban lebih besar daripada
kapasitas kabel
• “Loop” antara 2 penyulang baik dari 1 sumber pembangkit atau
dari sumber yang berbeda (Fork system).
Konsep Perencanaan SKTM (3)
– Proteksi Jaringan
• Rele arus lebih dipakai sebagai Proteksi jaringan terhadap gangguan
fasa-fasa dan gangguan fasa-tanah. Lightning Arrester dipasang pada
SKTM Saluran Udara 10 kA tiang awal & akhir, 5 kA di tiang tengah
• Rele differential atau directional pada GH di sisi pelanggang
Spotload.

– Konstruksi SKTM
• Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah (specific
thermal resistivity of soil) 1000C cm/w dengan kedalaman 70 cm,
untuk penggelaran 1 kabel mempunyai Kemampuan Hantar Arus
(KHA) 100 %. Jika kondisional tersebut tidak erpenuhi, maka harus
memperhitungkan faktor koreksi KHA
Konsep Perencanaan SKTM (4)

– Konsep Isolir Gangguan


• Mengisolir Gangguan dengan cara membuka LBS pada
Gardu Distribusi. Bagian kabel yang tidak terganggu
dipasok dari penyulang cadangan melalui Gardu Hubung.
• Mempercepat pencarian dan pengisoliran dpt dengan
sistem SCADA yg dilengkapi GFD (Ground Fault Detector)

– Area Jangkauan Pelayanan


• Berdasarkan data statistik laju kegagalan dan tingkat
kontinuitas pelayanan, pada SKTM sistem Spindel , maka
panjang kabel SKTM hendaknya tidak lebih dari 8 kms.
Kriteria Desain Konstruksi
Gardu Distribusi (1)

• Jenis konstruksi gardu dibedakan atas 2 jenis :


– Gardu Distribusi konstruksi pasangan luar.
Umumnya disebut Gardu Portal (dgn 2 tiang),
Gardu Cantol (dgn 1 tiang) dengan kapasitas
transformator terbatas (Portal max. 400 kVA,
Cantol max. 50 kVA CSP ).
– Gardu Distribusi konstruksi pasangan dalam.
Umumnya disebut gardu beton (Masonry Wall
Distribution Substation) dengan kapasitas
transformator besar (maks. 630 kVA).
Gardu Distribusi (2)

• Gardu Distribusi Pasangan Luar


Konstruksi Gardu Distribusi pasangan luar tipe Portal terdiri
atas Fused Cut Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat
trafo dengan elemen pelebur/ fuse link type expulsion dan
Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.
SUTM

S
FCO
LA

Trafo

PHB TR
Σ
Pemasangan LA & FCO
– Pemasangan LA sebelum FCO
• Keuntungannya : Pengamanan terhadap surja petir tidak
dipengaruhi oleh kemungkinan FCO putus.
• Kerugiannya : - Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang
- Penghantar LA lebih panjang
– Pemasangan LA setelah FCO
• Keuntungan : Jika LA rusak atau gagal, FCO putus tidak
memadamkan sistem SUTM
• Kerugian : fuse link rentan terhadap surja petir

Utk Saluran Udara Sangat Panjang dpt dipertimbangkan pasang LA


setelah FCO dgn fuse link- type H
Utk Saluran Udara Pendek lebih baik pasang LA sebelum FCO
Pemasangan LA & FCO
• Lightning Arrester (LA)
– LA dapat dipasang sebelum atau sesudah Fused Cut Out,
tergantung atas kebijaksanaan atau keputusan dari PT
PLN Wilayah atau dari PT PLN Distribusi setempat.
– Rekomendasi pemasangan dalam hal ini adalah Lighning
Arrester (LA) dipasang sebelum Fused Cuttransformator
Untuk pengaman Out (FCO)
S Fused cut out
distribusi terdapat nilai arus
pengenal LA :

5 KA – 10 KA
Gardu Distribusi (3)

• Gardu Distribusi Pasangan Dalam


Gardu Distribusi pasangan dalam adalah gardu konstruksi
beton dengan kapasitas transformator besar, dipakai untuk
daerah padat beban tinggi dengan kontruksi instalasi yang
berbeda dengan gardu pasangan luar.
LBS LBS TP

HRC F

IN

out PHB . TR
Area Pelayanan Gardu (1)

• Radius pelayanan suatu gardu adalah jangkauan


daerah pelayanan gardu di antara dua gardu.
• Radius pelayanan didasarkan atas :
– Batas geografis antar dua gardu
– Kepadatan beban antar dua Gardu Induk
– Jatuh tegangan
– Besar penghantar (maksimum Alumunium 240 mm2)
Area Pelayanan Gardu (2)

• Area Pelayanan Gardu Induk (Service Area)


Mencakup beberapa hal :
– Gardu Induk Dengan Pelayanan Murni SKTM
– Gardu Induk dengan pelayanan SUTM
• Area Pelayanan Gardu Distribusi
– Gardu Distribusi tipe Beton daerah Padat Beban Tinggi
Penghantar jaringan pelayanan dgn Kabel Pilin inti
Alumunium dengan penampang terbesar 70 mm2.
– Gardu Distribusi daerah Padat Beban Rendah
Untuk daerah padat beban rendah khususnya daerah
pedesaan, panjang jalur pelayanan dibatasi oleh tingkat
tegangan pelayanan (+ 5%, -10%).
Kriteria Desain Konstruksi JTR (1)
• Konstruksi Saluran Udara
– Penghantar jaringan secara umum memakai kabel yang dikenal
sebagai LVTC (Low Voltage Twisted Cable), IBC (Insulated
Bundled Conductor), TIC (Twisted Insulated Conductor) atau
kabel jenis NYY / NYFGbY untuk saluran kabel bawah tanah.
– Memakai tiang Beton 9 m
• Konstruksi Saluran Bawah Tanah
– Kabel naik (Riser Cable – opstik kabel) antara PHB – TR di
Gardu Distribusi dan tiang awal jaringanTegangan Rendah.
– Pada daerah-daerah tertentu yang memerlukan atau sesuai
permintaan pelanggan atau kebijakan otoritas setempat
Kriteria Desain Konstruksi JTR (2)

• Proteksi Jaringan dan Pembumian


Jaringan Tegangan Rendah dimulai dari PHB-TR di Gardu
Distribusi, dengan pengaman lebur (NT / NH Fuse) sebagai
pengaman hubungan singkat.

Sistem pembumian pada jaringan Tegangan Rendah


memakai sistem TN–C, penghantar netral dibumikan pada
tiap-tiap 200 meter(tiap 5 tiang atau pada tiap 5 PHB pada
SKTR), dengan nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10
Ohm.
Kriteria Desain Konstruksi JTR (3)

• Titik Pembumian dapat berupa :


– Pembumian pertama pada tiang kedua setelah
tiang awal (pada gardu portal & gardu cantol).
– Pembumian pertama pada tiang pertama pada
gardu tembok/beton (dapat berfungsi sebagai
pembumian titik netral transformator).
– Pembumian terakhir pada 1(satu) tiang sebelum
tiang ujung.
Kriteria Desain Konstruksi JTR (4)
• Sambungan dan Sadapan
Sambungan antar penghantar harus dilakukan dengan
hydraulic press joint sleeve. Sambungan tidak boleh menahan
beban mekanis. Sadapan atau pencabangan memakai
Konektor jenis hydraulic press yang kokoh atau jenis piercing.
• Jarak antar Tiang/Gawang (span) dan Andongan (sag)
Jarak Gawang (span) rata-rata adalah 40 meter, atau tidak
melebihi 50 meter. Tinggi Andongan atau lenduran (sag)
minimal 60 cm pada suhu 200C tanpa angin, atau 1(satu)
meter pada suhu penghantar 90o.
Kriteria Desain Konstruksi JTR (5)
• Jarak Aman (Safety Distance)
Jarak aman saluran udara adalah jarak dimana saluran
tersebut aman terhadap lingkungan dan terhadap manusia.
Tabel 8.2 (hal.6) diberikan jarak aman saluran kabel pilin
terhadap lingkungan.

• Jaring distribusi Tegangan Rendah Sistem Fasa -2


Sistem fasa-2 pada JTR, bersumber pada transformator :
–Transformator fasa -2 dipakai pada sistem jaringan fasa -2
–Transformator fasa -1 dipakai pada sistem jaringan fasa-3, 4
kawat (hanya dipakai di PLN Jawa Tengah dengan multi
ground Common Neutral).
Kriteria Desain Konstruksi STL (1)
• Konstruksi Saluran Udara
Terdapat 3 jenis konstruksi Sambungan Pelayanan yaitu :
– Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap
(Dakstandard, Roof Pole, Mirstang).
– Konstruksi sambungan langsung dengan menggunakan tiang
atap.
– Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap, dengan
melalui saluran bawah tanah.
• Konstruksi Saluran Bawah Tanah
• Konstruksi Pelanggan Tegangan Menengah :
1. Dgn Gardu Beton ada penambahan perlengkapan
2. Dgn Gadu Portal dilengkapi CT & PT out-door type, pengaman Lebur
jenis curret limiting
Kriteria Desain Konstruksi STL (2)
 

• Area Pelayanan Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah


Jauh jangkauan kabel dibatasi oleh tegangan jatuh (V) sebesar 1 %.
Jarak kabel adalah jarak antara titik sambung pada JTR dengan papan
meter. Panjang kabel tidak melebihi 30 meter, sedangkan untuk listrik
pedesaan diperbolehkan sampai dengan 60 meter.

• Jarak Aman
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah tidak boleh terjangkau
oleh tangan, menghalangi lalu lalang kendaraan, kabel tidak boleh
menyentuh bangunan dan pohon.

• Konstruksi Sambungan Kabel Udara


Sambungan/sadapan langsung pada jaringan sebaiknya menggunakan
Hydraulic Compression Connector atau Piersing Connector dengan
catatan harus dipilih kualitas produk konektor yang baik.
Kriteria Desain Konstruksi STL (3)
• Konstruksi Sambungan Kabel Tanah
Penyambungan pelanggan kecil harus dilakukan
pada PHB cabang
• Sambungan fase -1 dari PHB khusus untuk sambungan
fase -1
• Sambungan fase -3 dari PHB khusus untuk sambungan
fase -3
• Sambungan beban motor-motor listrik dari PHB khusus
untuk sambungan instalasi tenaga.
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (1) 

• Konstruksi SLTR ada 6 tipe sambungan :


1) Langsung tanpa tiang atap
2) Dengan tiang atap
3) Mendatar tanpa tiang atap
4) Terpusat
5) Seri rumah kopel
6) Dengan kabel tanah (lewat udara, lewat bawah tanah)
• Jenis Kabel
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pasangan luar
memakai jenis kabel pilin (NFA2X–T) dengan inti Alumunium.
Pada bagian yang memasuki rumah pelanggan, kabel harus
dilindungi dengan pipa PVC atau flexibel conduit.
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (2) 

• Pemasangan kotak APP dan lemari APP :


 Di luar bangunan, di tempat yang mudah dijangkau
untuk pencatatan meter serta berjarak tidak lebih dari 7
meter dari rumah pemanfaat.
 Jenis pasangan luar ( IP 45)
 1 lemari APP (terpisah dari PHB-nya , maksimum utk 16 APP
PHB Pelanggan
PHB Lemari
APP
1 2
SKTR
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah (1)
SLTM 20 kV, untuk pelanggan TM > 197 kVA.
Instalasi meter kWh, harus terpasang pada Gardu Distribusi PLN,
dimasukkan dalam panel PHB serta dikunci-disegel dengan baik.
Cara penyambungan dapat berupa :
 Sambungan dengan Pembatas Relai
Penyambungan murni Tegangan Menengah dengan relai
beban lebih. Sistem ini menggunakan gardu beton
LBS PT CB

APP
Pelanggan
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah (2)

• Sambungan dengan Pembatas Pengaman Lebur


Sistem ini memakai pengaman lebur FCO sebagai
pembatas beban, umumnya dipakai pada gardu portal.

S FCO
S FCO
LA
LA

APP

APP

Pelanggan Pelanggan
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah (3)

• Sambungan dengan Spot Load


Pelanggan yang berlangganan dengan daya lebih besar dari
KHA kabel yang dipakai maka pelanggan harus dipasok
dengan jumlah kabel sebanyak n+1.

PMT dengan
Directional Rele

Gardu Induk Pelanggan


Gardu Pelanggan
SIMPLE
INSPIRING
PERFORMING
PHENOMENAL

TERIMA KASIH
18/11/2014 70

Anda mungkin juga menyukai