Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

TRANSMISI DAYA LISTRIK


PERBANDINGAN KABEL INTI TUNGGAL ISOLASI XLPE DENGAN
KABEL 3 INTI BERISI MINYAK ISOLASI KERTAS 150 KV

Nama Kelompok:
Agus Gunawan

3332131172

Aldy Pratama

3332132298

Mustaghfiri Asror

3332130180

Tri Wahyu Budi U

3332131379

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
CILEGON - BANTEN
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transmisi tenaga listrik dari pembangkit listrik ke pusat beban atau konsumen
memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, memerhatikan rugi daya dan drop
tegangan. Daya yang hilang mengacu pada panas yang dihasilkan pada bagian konduktor
kabel (konduktor, selubung, dan armour) dan sebagian isolasi kabel. Nilai daya yang hilang
dalam konduktor, selubung, dan armour terutama tergantung pada nilai arus.
Proses penyaluran daya listrik tidak dapat dipisahkan dari proses pembangkitan. Daya
yang dibangkitkan pada pusat-pusat pembangkit akan disalurkan melalui saluran distribusi
untuk jarak dekat dan saluran transmisi untuk jarak jauh. Penyaluran daya tersebut dapat
dilakukan melalui saluran udara, saluran bawah tanah, dan saluran bawah laut. Tujuan Tugas
makalah ini adalah berupa analisa perbandingan Unjuk Kerja Kabel yang terjadi pada saluran
bawah laut antara kabel inti tunggal berisolasi XLPE dengan kabel minyak (paper insulation
in oil-filled cable) 3 inti 150 kV.
Kabel ini memiliki penampang konduktor (300 mm2) kabel 3-core, dengan konduktor
tembaga. Metode yang digunakan untuk penggelaran kabel bawah laut adalah metode rock
dumping.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas pada makalah ini berkisar pada transmisi daya listrik
perbandingan kabel inti tunggal isolasi xlpe dengan kabel 3 inti berisi minyak isolasi kertas
150 kv. Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Apa spesifikasi dari Kabel Single Core berisolasi XLPE ?
2. Apa Spesifikasi dari Kabel Minyak (paper insulation in oil-filled cable) Three Core ?
3. Bagaimana cara menghitung perbandingan unjuk kerja kabel yang terjadi pada saluran
bawah laut antara kabel inti tunggal berisolasi XLPE dengan kabel minyak (paper
insulation in oil-filled cable) 3 inti 150 kV?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah berupa analisa perbandingan unjuk
kerja kabel yang terjadi pada saluran bawah laut antara kabel inti tunggal berisolasi XLPE
dengan kabel minyak (paper insulation in oil-filled cable) 3 inti 150 kV.
1.4 Batasan Masalah
Dalam makalah ini, masalah dibatasi hanya pada perhitungan kemampuan unjuk kerja
kabel yang terjadi pada saluran bawah laut antara kabel inti tunggal berisolasi XLPE dengan
kabel minyak (paper insulation in oil-filled cable) 3 inti 150 kV. Kami tidak membahas
struktur kimia isolasi XLPE dan kertas. Tidak membahas instalasi pemasangan kabel bawah
laut secara spesifik dan perhitungan didasarkan pada asumsi bahwa sistem merupakan single
circuit.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar


Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber
pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen, atau penyaluran tenaga
listrik antar sistem (SNI PUIL, 2000). Sistem transmisi terdiri dari saluran transmisi, gardu
induk, dan pusat pengaturan beban. Desain saluran transmisi tergantung pada jumlah daya
yang harus disalurkan, jarak dan jenis medan yang dilalui, biaya yang tersedia, serta
pertumbuhan beban dimasa yang akan datang. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam membuat desain transmisi, yaitu pemilihan tegangan, pemilihan jenis kawat, pemilihan
sistem perlindungan terhadap gangguan, kontinuitas penyaluran tenaga listrik, dan
pembebasan tanah yang dilalui. Dalam sistem kelistrikan saluran transmisi merupakan rantai
penghubung antara pusat-pusat pembangkit tenaga menuju pusat beban malalui gardu induk
transmisi dan distribusi. Berdasarkan cara pemasangannya saluran sistem transmisi dapat
dibagi dalam tiga kelompok, yaitu saluran udara (overhead line), saluran kabel bawah laut
(submarine cable) dan saluran kabel tanah (underground lines).
Kabel laut direncanakan memiliki kehandalan yang tinggi. Dengan demikian,
diperlukan pengamanan yang baik di sepanjang rute kabel laut. Pengamanan kabel laut dapat
berupa penanaman kabel di bawah dasar laut (seabed) dengan atau tanpa pelindung atau
penggelaran langsung di atas permukaan dasar laut dengan atau tanpa pelindung. Penggelaran
langsung di atas permukaan dasar laut dilakukan pada kondisi dasar laut yang sangat keras
(karang batu). Schematic Kabel Rod, Wire, Konduktor, dan Kabel ialah kabel tenaga yang
digunakan sebagai media penghantar energi listrik dari pusat-pusat pembangkit ke pusatpusat beban atau pelanggan dibuat melalui proses seperti di bawah ini :

1 : Drawing (membentuk diameter yang dituju).


2 : Stranding (menggabungkan beberapa wire sehingga kabel menjadi fleksibel.
3 : Extrude (membungkus konduktor dengan isolasi sehingga kabel aman bagi pengguna).
2.2 Proteksi Kabel Laut

Proteksi mekanis kabel laut yang akan digunakan untuk rencana rute kabel laut sesuai
dengan kondisi kedalaman laut, jenis seabed dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor :
PM 68 tahun 2011 tentang alur-pelayaran di laut, dibagi beberapa segmen seperti berikut
berikut :
1. Landing point pasang tertinggi (HWL)
Untuk melindungi kabel laut dari gangguan eksternal seperti aktifitas manusia, pada
daerah pantai kabel laut diproteksi menggunakan concrete duct dengan tinggi concrete
duct 1 1,5 m dan concrete duct dipendam pada kedalaman 1 m dari permukaan tanah,
konstruksi concrete duct seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Konstruksi proteksi mekanis concrete duct (Sumber: KAK Studi
Hidrooseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 500 KV Jawa-Sumatra)
2. Pasang tertinggi (HWL) surut terendah (LLWL)
Di segmen ini kabel laut diproteksi dengan dipendam sedalam 4 m di bawah seabed
dengan metode plowing seperti gambar 1.2.

Gambar 1.2. Metode Plowing (Sumber: KAK Studi Hidro-oseanografi Pembangunan


Kabel Laut Jalur Transmisi 500 KV Jawa-Sumatra)

3. Surut terendah (LLWL) kedalaman laut 20 m


Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 68 tahun 2011 tentang
alur-pelayaran di laut, pada bagian ini kabel laut diproteksi dengan metode pemendaman
sedalam 4 m di bawah seabed, proteksi dengan pemendaman kabel sedalam 4 m dapat
digunakan menggunakan metode trenching seperti gambar 1.3 dengan menyesuaikan
terhadap kondisi seabed.

Gambar 1.3. Metode trenching (Sumber: KAK Studi Hidro-oseanografi


Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 500 KV Jawa-Sumatra)
4. Kedalaman laut 20 m kedalaman laut 40 m
Pada segmen berikut kabel laut dipendam dengan kedalaman pemendaman 2 m di
bawah seabed dengan menggunakan metode trenching.
5. Kedalaman laut 40 m kedalaman laut 80 m
Pada bagian ini kabel laut diproteksi dengan dilakukan pemendaman di bawah seabed
sedalam 1 m dengan menggunakan metode trenching.
6. Kedalaman laut 80 m kedalaman laut 200 m
Dengan mempertimbangkan bahwa pada kedalaman ini tidak ada gangguan eksternal
seperti buang jangkar kapal dan untuk melindungi kabel laut dari arus bawah laut agar

kabel tidak bergerak maka digunakan proteksi mekanis menggunakan concrete matrass
seperti gambar1.4.

Gambar 1.4 Konstruksi concrete matrass (Sumber: KAK Studi Hidro-oseanografi


Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 500 KV Jawa-Sumatra)
7. Kedalaman laut 200 m kedalaman terdalam
Pada laut dengan bagian kedalaman laut 200 m kedalaman terdalam ini kabel laut
hanya digelar saja di atas permukaan seabed.
Proteksi mekanis pada butir-butir di atas dilakukan juga sebaliknya pada tingkat
kedalaman yang sama pada rute menuju landing point selanjutnya. Selain dari jenis-jenis
proteksi mekanik di atas, pengamanan kabel laut juga mengacu pada Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : PM 68 Tahun 2011 tentang alur pelayaran di laut pasal 45.
2.3 Instalasi Kabel Bawah Laut
Saluran transmisi bawah laut ini menggunakan sistem transmisi HVDC. Kabel yang
digunakan untuk transmisi HVDC pada umumnya mempunyai sifat yang sama dengan kabel
tanah, namun dengan konstruksi yang berbeda. Sebagai penghantar biasanya digunakan
kawat tembaga berlilit (annealed stranded), dan sebagai kulit pelindung digunakan pita baja
yang dapat ditaruh di dasar laut.

Gambar 1.5 Konstruksi Kabel Transmisi HVDC Three Core


Gaya tarik peletakan kabel ditentukan oleh kecepatan saat peletakan, berat kabel, gaya
pecah dan arus pasang. Gaya tarik kabel (Ts) dapat diketahui dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan :
Ts = wh + To ......................................................................(1.1)
Selama kabel diletakkan, "To" dikontrol pada nilai 500 - 1000 kg.
Terdapat beberapa jenis jenis pekerjaan pada saat melakukan pemasangan atau peletakan
kabel, yaitu meliputi :
1.
2.
3.
4.

Pemilihan vessel peletakan kabel, ditarik oleh beberapa tug boat.


Pekerjaan persiapan peletakan kabel
Penempatan kabel laut
Proteksi kabel laut
Ada beberapa penyebab kerusakan kabel laut, di antaranya oleh peralatan pancing,

jangkar kapal, gigitan ikan, gesekan sirip ikan, dan lain-lain. Oleh karena itu kabel laut harus
diproteksi terhadap kemungkinan terjadinya gangguan seperti yang disebutkan di atas. Ada
beberapa cara yang telah dilakukan memproteksi ganggguan, di antaranya adalah :
1. Menimbun kabel laut di dasar laut, kedalaman penimbunan tergantung panjang mata
peralatan pancing atau mata jangkar, biasanya (20 - 150)cm.
2. Proteksi dengan rantai pelindung atau jaring pelindung yang diikat pada kabel.
Pemilihan jalur yang tepat atau dengan pemberian tanda yang menyolok pada jalur

lintasan kabel sangat membantu untuk menghindari kerusakan kabel oleh peralatan
pancing dan jangkar kapal.

2.4 Jenis Gangguan Eksternal Kabel Bawah Laut


Terdapat beberapa jenis gangguan eksternal yang ada pada kabel bawah laut
(submarine cable) diantaranya adalah :
1. Peralatan Pancing atau Menangkap ikan dengan pukat
2. Pelepasan Jangkar Kapal (Tergantung Ukuran Kapal)
3. Daerah Ranjau Laut
4. Gigitan Ikan hiu atau yang lainnya
Untuk memberikan perlindungan kabel laut dari gangguan eksternal dapat dilakukan
penanaman kabel dengan kedalaman yang ditentukan. Kedalaman penanaman kabel
bergantung dari jenis material dasar dan tingkat gangguan eksternal. Penanaman kabel pada
material tanah lunak (soft soil) membutuhkan kedalaman penanaman kabel lebih
dibandingkan dengan material tanah keras (hard soil) hal ini terkait dengan penetrasi objek
yang jatuh ke dasar laut, seperti jangkar dan alat penangkap ikan dll.
2.5 Manfaat Pemasangan Transmisi Kabel Bawah Laut

Gambar 1.6 Pembangkit dan jaringan transmisi tenaga listrik Jawa- Sumatra

Manfaat pemasangan kabel transmisi bawah laut, adalah:


1. Berfungsi menyalurkan energi listrik serta menginterkoneksikan jaringan transmisi
listrik antar pulau Sumatra-Jawa.
2. Kegiatan aplikatif ini akan dihasilkan desain yang dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pemasangan kabel laut jalur transmisi 150 KV dari landing point
sisi Bukit Asam menuju landing point sisi Suralaya.

BAB III
DATA PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Kabel 3 Inti Berisi Minyak Isolasi Kertas


Kabel laut Jawa-Sumatera yang akan dipasang saat ini memang masih dalam tender.
Namun kabel laut yang terpasang di daerah lain seperti Jawa-Madura pada saluran transmisi
bawah laut menggunakan kabel 3 inti jenis kabel minyak (oil filled cable) merk BICC dari
Inggris.

Gambar 1.7 Kabel laut merk BICC pada saluran bawah laut Jawa Madura.
Tabel 1. Spesifikasi kabel laut 3 inti merk BICC pada saluran bawah laut Jawa Madura.

3.2 Saluran Bawah Laut Kabel Inti Tunggal Berisolasi XLPE


Pada dasarnya saluran kabel laut tegangan tinggi (SKLT) hampir sama dengan saluran
kabel tegangan tinggi (SKTT) atau lebih dikenal dengan saluran kabel bawah tanah tegangan

tinggi. Perbedaannya hanya terletak pada lapisan perlindungan yang lebih banyak pada
saluran kabel bawah laut

Gambar1.8 Konstruksi kabel inti tunggal berisolasi XLPE 150 kV.


Tabel 2. Spesifikasi kabel laut inti tunggal yang diasumsikan akan digunakan pada saluran
bawah laut Jawa Sumatra.

Dalam perhitungan yang akan dilakukan, digunakan parameter-parameter seperti pada


tabel di bawah ini :
Tabel 3. Parameter-parameter perhitungan kabel inti tunggal isolasi XLPE

3.3 Saluran Transmisi ditinjau dari panjang saluran


Saluran transmisi ditinjau dari panjang salurannya terbagi menjadi tiga, yaitu saluran
pendek, saluran menengah dan saluran panjang.
1. Saluran Pendek (< 80 km)
Disebut saluran pendek apabila unsur kapasitansi dan konduktansi ke tanah bisa
diabaikan karena relatif kecil. Diagram pengganti saluran pendek terlihat pada Gambar
1.9 .

Gambar 1.9 Diagram pengganti saluran pendek


2. Saluran Menengah (80 250 km)
Disebut saluran menengah apabila unsur kapasitansi dan konduktansi (komponen
admitansi) ke tanah dari saluran dipusatkan pada ujung-ujung saluran (nominal PI) atau
pada pusat saluran / tengah (nominal T). Diagram pengganti untuk saluran menengah
terlihat pada Gambar 1.10 dan 1.11.
a) Nominal T

Gambar 1.10 Diagram pengganti saluran menengah Nominal T

b) Nominal
Jika keseluruhan admitansi shunt saluran dibagi dua sama besar dan ditempatkan
masing-masing pada ujung pengirim dan ujung penerima, rangkaian yang terbentuk
adalah nominal .

Gambar 1.11 Diagram pengganti saluran menengah Nominal


3. Saluran Panjang (> 250 km)
Disebut saluran panjang apabila unsur kapasitansi dan konduktansi (komponen
admitansi) ke tanah tersebar di sepanjang saluran. Diagram pengganti untuk saluran
panjang terlihat pada Gambar 1.12.

Gambar 1.12 Diagram pengganti saluran transmisi panjang


Saluran transmisi kabel tanah 150 kV Jawa Sumatra termasuk saluran pendek dengan
panjang saluran 10 km dan karena saluran transmisi ini yang tidak mengabaikan
kapasitansi dan konduktansi tetapi jarak kabel relatif pendek, maka penulis
mempresentasikan saluran panjang ke saluran menengah nominal .
3.4 Fungsi Dasar Kabel
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Kemampuan hantar sebuah
kabel listrik ditentukan oleh KHA yang dimilikinya. Secara sederhana kabel memiliki fungsi
dasar sebagai berikut :
1. Media penghantar energi listrik
2. Memudahkan instalasi kelistrikan
3. Keamanan instalasi listrik

3.5 Perhitungan dan Analisis


Jenis penghantar yang digunakan pada saluran transmisi Jawa Sumatra adalah
tembaga. Sesuai dengan data yang terlampir luas penampang (A) sebesar 300 mm2 untuk
kabel jenis single core dan three core. Yang dimana memiliki panjang penghantar (l) untuk
kabel tipe single core yang terpasang pada jembatan Suramadu adalah 10000 m dan untuk
kabel tipe three core yang merupakan kabel laut adalah sepanjang 4100 m.
4.1

Resistansi Arus Searah


Resistansi DC pada suhu 200oC (suhu ruang standart)

Untuk single core :

Untuk three core :

Resistansi DC pada suhu 62,50oC (suhu saat operasi maksimum) untuk kabel

4.2

Untuk single core :

Untuk three core :

Faktor Efek Kulit


Besarnya faktor efek kulit (Ys) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Untuk single core :

Untuk three core :


Sedangkan untuk kabel jenis three core, sesuai dengan Lampiran, yang
dikarenakan jenis konduktornya berbentuk bulat pejal didapatkan harga ks = 1.

4.3

Faktor Pendekatan
Besarnya konstanta efek pendekatan (kp) untuk berbagai jenis penghantar pada kabel
single core dan three core adalah 0,8 seperti yang ditunjukkan pada Lampiran. Sehingga
besarnya nilai faktor pendekatan (Yp) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Untuk single core :

Untuk three core :

4.4

Resistansi Arus Bolak - Balik


Besarnya resistansi arus bolak-balik (Rac) adalah :

Untuk single core :

Untuk three core :

4.5 Perbandingan Data


No. Data Perhitungan
1.

Resistansi Arus Searah : 1. Resistansi DC pada suhu 200C


2. Resistansi DC pada suhu 62,50C

Single core

Three core

57,46

23,56

67,05

27,49

2.

Faktor Efek Kulit

6,33.10-7

1,072.10-5

3.

Faktor Pendekatan

1,21.10-9

1,71.10-7

4.

Resistansi Arus Bolak - Balik

67,05

27,49

Anda mungkin juga menyukai