Oleh: Albani
NIM : 312108001
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
1
atau kerugian yang disebabkan Sistem tenaga listrik secara
pembebanan tak seimbang. keseluruhan merupakan suatu rangkaian
Tujuan dari penelitian ini adalah terpadu yang terdiri dari 3 komponen
untuk mengetahui sejauh mana rugi – rugi yaitu :
daya dan energi pada sistem distribusi PT. a. Pusat listrik/ pembangkit tenaga
PLN (Persero) UPJ. Kebumen, khusunya listrik seperti : PLTA, PLTU,
pada penyulang terpanjang dan beban PLTG, PLTGU, PLTN dan lain
terpadat. sebagainya yang berfungsi untuk
menyediakan tenaga listrik
II. DASAR TEORI kemudian disalurkan melalui
SISTEM DISTRIBUSI saluran transmisi setelah terlebih
Jaringan distribusi berada pada akhir dari dahulu dinaikkan tegangannya.
sistem tenaga listrik, perannya b. Saluran transmisi, berfungsi
mendistribusikan tenaga listrik dari Gardu untuk menyalurkan daya listrik
Induk atau pembangkit tenaga (skala kecil) dari pusat pembangkit ke pusat
ke konsumen melalui Gardu Distribusi. beban atau gardu induk.
Kedudukan sistem distribusi tenaga c. Jaringan distribusi, yang
listrik dari keseluruhan sistem tenaga berfungsi mendistribusikan daya
listrik secara umum dapat dilihat pada listrik dari gardu induk ketiap-
gambar 2.1. Dari gambar tersebut terlihat tiap beban. Jaringan distribusi
bahwa kedudukan sistem distribusi dibagi lagi menjadi beberapa
merupakan bagian paling akhir dari bagian yang mempunyai
keseluruhan sistem tenaga listrik, yang komponen utama sistem
mempunyai fungsi mendistribusikan distribusi, yaitu :
langsung tenaga listrik ke beban atau ke c.1. Jaringan distribusi primer.
konsumen yang membutuhkan. Jaringan distribusi primer
Dalam pendistribusian tenaga menyalurkan daya dari gardu
listrik ke konsumen, tegangan yang induk ke gardu distribusi.
digunakan bervariasi tergantung dari jenis Jaringan distribusi primer pada
konsumen yang membutuhkan. Untuk umumnya mempunyai tegangan
konsumen industri biasanya digunakan 20 kV.
tegangan menengah 6 kV atau 20 kV, c.2. Jaringan distribusi sekunder.
sedangkan untuk konsumen perumahan Jaringan distribusi
digunakan tegangan rendah 220/380 Volt, sekunder atau jaringan tegangan
yang merupakan tegangan siap pakai rendah berfungsi menyalurkan
untuk peralatan-peralatan rumah tangga. daya dari gardu distribusi sampai
Dengan demikian maka sistem distribusi kepada para pemakai atau
tenaga listrik dapat diklasifikasikan konsumen. Jaringan distribusi
menjadi dua bagian sistem yaitu: sekunder pada umumnya
1. Sistem distribusi primer mempunyai tegangan 220 Volt,
2. Sistem distribusi sekunder. maka itu gambar 2.1
Pengklasifikasian sistem distribusi tenaga menunjukkan kedudukan sistem
listrik menjadi dua ini berdasarkan tingkat distribusi tenaga listrik dari
tegangan distribusinya. keseluruhan sistem tenaga listrik.
2
6.3/150k 150/70kV 70/20kV
V 150kV Jaringan
sub-
Sistem Jaringan transmisi
stasiun transmis
Pembangk i 20kV
it daerah Konsume Jaring Konsu
‘A’ 6.3/150k n an men
V Tegangan distrib Tegang
Sistem tinggi usi an
stasiun prime meneng
Pembangk r ah
it daerah Jaring
‘B’ 20kV/38
an
0V
distrib
usi
sekun
der Konsumen
Tegangan
Gambar 2.1. Kedudukan sistem distribusi tenaga listrik dari keseluruhan
rendah
sistem tenaga listrik.
3
Jaringan distribusi memegang Sedangkan pengertian beban tidak
peranan yang sangat penting dalam suatu seimbang adalah keadaan dimana salah satu
sistem penyedia daya baik ditinjau dari atau lebih syarat keadaan beban seimbang
segi teknis maupun segi ekonomi. Mutu tidak terpenuhi, ada tiga kemungkinan
suatu jaringan distribusi tergantung dari keadaan tidak seimbang, yaitu:
kestabilan tegangan, kontinuitas pelayanan a. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak
dan efisiensi. Secara singkat masalah membuat sudut 1200 satu sama lain.
sistem distribusi mencakup pada hal b. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi
desain, kontruksi, pengoperasian dan membuat sudut 1200 satu sama lain.
pemeliharaan sistem distribusi yang akan c. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
memasok para pelanggan baik pada masa membuat sudut 1200 satu sama lain. R
kini maupun pada masa yang akan datang. R R
R
I
2.2. Pembebanan Jaringan Tak
seimbang 12 15 12
Pengertian keadaan seimbang 0o 0o
12
12 12 0o 120 150
90 0o 0o
adalah keadaan dimana ketiga vektor arus o 0o 12 T
o
90o
o
12 0o
sama besar dan saling membuat sudut 1200 S T 0o S
IT IS T
satu sama lain. S
IR (a) (b) (c)
R
Gambar 2.4. Tiga kemungkinan beban tidak
Z
seimbang
Z
I
ITS
Z Adapun penyebab keadaan beban tidak
ST seimbang antara lain :
N IN
Gambar 2.2. Hubungan bintang beban seimbang a. Beda fasa dari beban tiga fasa tidak sama.
R
b. Beban tiap fasa tidak sama atau tegangan
I tiap fasa tidak sama.
c. Arus ketiga fasanya sama tetapi terdapat
12
arus netral.
12
o
0 12
0o Besarnya arus netral secara vektor
0o dapat diperlihatkan pada gambar 2.5, dengan
IT IS
Gambar 2.3. Vektor arus menggunakan fasa R sebagai patokan yaitu
Besarnya arus pada konduktor IR pada sudut nol secara fasor. Pada gambar
ketiga fase nya sama tetapi berbeda fasa tersebut panjang sektor dari masing-masing
1200 satu sama lain, maka arus netralnya arus fasa adalah sama, maka setelah
sama dengan nol. dijumlahkan secara vektor didapat bahwa IN
sama dengan nol.
IS IS
12 12
24 o IR 24 0o IR
0
0o 0o
I N I R IT I S 0
I N I R IT I S
0o0 0o
IT I R IT
IT
I R IT
Gambar 2.5. Besar arus netral pada beban seimbang Gambar 2.6. Besar arus netral secara
kompleks pada beban tidak seimbang
l AB l BC l CD
I1 I2 I3
Gambar 2.7. Besar arus netral secara kompleks pada beban tidak seimbang
Berdasarkan gambar 2.7 dan hukum IC I3 (2.5)
kirchoff arus didapatkan persamaan (2.5) I B I2 I3 (2.6)
sampai (2.7). I A I1 I 2 I 3 (2.7)
Berdasarkan persamaan (2.5) sampai
(2.7), maka dalam perhitungan rugi Penelitian ini bertujuan untuk
tegangan dan rugi daya pada sistem mengetahui sejauh mana tingkat rugi
jaringan distribusi tegangan menengah daya dan energi pada jaringan distribusi
dan masing – masing fase didapatkan di wilayah UPJ Kebumen. Untuk
persamaan arus seperti pada persamaan mempermudah analisa ataupun
(2.8) sampai (2.10). pembahasan, maka dilakukan langkah
I C I 3 I R3 I S 3 IT 3 (2.8) pokok dalam analisa perhitungan
I B I 2 I 3 ( I R 2 I S 2 I T 2 ) ( I R 3 I S 3 I T 3 ) maupun pembahasan. Adapun langkah
(2.9) tersebut antara lain:
I A I 1 I 2 I 3 ( I R1 I S1 I T 1 ) ( I R 2 I S 2 I T 2a.) Menentukan
( I R 3 I S 3 I T 3 ) obyek yang akan
diteliti.
(2.10)
Obyek yang dimaksud adalah
Rugi daya masing – masing fase pada
sebelum mengambil data yang
titik C (gambar 2.11) :
diinginkan terlebih dahulu
PLoss ( R ) I R2 3 . RCD x l (2.11) menentukan data apa yang harus
PLoss ( S ) I S23 . RCD x l diambil dan batasan permasalahan
(2.12) yang akan diambil.
PLoss (T ) I T 3 . RCD x l
2 b. Pengumpulan data.
Data yang diambil adalah data yang
(2.13)
mempunyai nilai sesungguhnya yang
PLoss ( N ) I N2 . R0 x l
didapat dari PT. PLN (Persero) UPJ.
(2.14) Kebumen.
Ploss Total Ploss ( R ) Ploss ( S ) Ploss (T ) c. Mengelompokan data.
(2.15) Data - data yang dikelompokan
diantaranya data trafo terpasang dan
ukur beban serta penghantar. Adapun
III. METODOLOGI PENELITIAN detail data tersebut dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.1. Data pengukuran beban dan tegangan trafo distribusi
Kapsitas Data Pengukuran Trafo Tegangan
Nomor
No Lokasi Daya Fase (Ampere) (Volt)
Tiang
(KVA)
X1 X2 X3 X0 Awal Ujung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Jl. A. Yani KBM 02-164 100 3 147 114 102 220 215
2 Jl. Pahlawan KBM 02-206-T006 100 3 107 173 133 220 210
3 Jl.Suprapto KBM 02-197 200 3 175 102 139 220 210
KBM 02-147-0034-
4 Jl.Sutoyo B022 160 3 198 172 122 220 215
5 Ds. Krg. Poh KBM 04-347 50 1 34,2 50,3 15,8 220 210
6 Ds. Krg. Poh KBM 04-363 50 1 29,1 32,1 1,4 218 205
7 Ds. Krg. Poh GBG 02-284-U066 50 1 87,3 84,5 220 210
8 Ds. Krg. Poh GBG 02-284-U089 50 1 75,4 37 32,2 220 215
9 Ds. Pejagoan KBM 04-308 50 1 166,5 116,5 54,7 220 210
10 Ds. Kalirejo KBM 02-133-U031 50 1 29,2 23,1 4 220 205
11 Ds. Kalirejo KBM 02-133-U036 50 1 20,5 51,5 9 220 205
12 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U047 50 1 46,8 56 10,5 220 205
13 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U050 50 1 91,7 70,9 6 220 205
14 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U053 25 1 40,5 38,2 5 220 210
15 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U055 50 1 83,7 59,1 18,2 220 205
16 Ds. Sumberadi KBM 02-169-4 50 1 56,4 60,7 57,5 220 210
17 Ds. Sumberadi KBM 02-155-3 50 1 48,2 127,9 29,3 220 210
18 Ds. Sumberadi KBM 02-155-14 50 1 94 129 149,8 220 205
19 Ds. Sumberadi KBM 02-155-16 50 1 82,9 121,7 45,8 220 205
20 Ds. Kebulusan KBG 02-102-9 50 1 86,3 72,1 11,4 220 205
21 Ds. Kebulusan KBG 02-102-21 50 1 56,7 60,5 7,3 220 205
22 Ds. Kebulusan KBG 02-102-45 25 1 56,8 32,7 16,7 220 210
23 Jl. T. Pelajar KBM 02-147-W01 50 1 30,3 73,6 11,2 220 205
24 Jl. T. Pelajar KBM 02-147-W05 50 1 77,8 45,1 35,6 220 210
25 Jl. T. Pelajar KBM 02-147-W07 50 1 48,6 78,4 47,2 220 210
26 Jl. T. Pelajar KBM 02-147-W011 50 1 63,3 96,8 36,3 220 205
27 TamanWinangun KBM 02-220-19 50 1 65,5 56,6 220 205
28 TamanWinangun KBM 02-220-24 50 1 25,9 40,6 220 205
29 TamanWinangun KBM 02-185-33 25 1 53,8 45,8 12 220 205
30 Sarbini KBM 02-147-485 50 1 96,6 130,1 220 210
31 Sarbini KBM.02-147-484 100 3 118 166 93,1 220 205
32 Ds. Pajagoan KBM 04-147 50 1 95,1 127,7 220 210
33 Arumbinang KBM 02-188-T25 50 1 68,7 60,3 220 210
34 Jl. A. Yani KBM 02-157 50 1 79,1 51,6 23 220 205
35 Sarbini KBM 02-147-U076 50 1 79,1 63,8 16 220 205
36 Ds. Selang KBM 02-133-5 50 1 90,9 53,4 29,6 220 205
37 Ds. Selang. KBM 02-133-13 50 1 104,7 49,5 3,5 220 205
38 Ds. Selang KBM 02-133-16 50 1 111 92,7 21,4 220 210
39 Ds. Selang KBM 02-133-19 50 1 37,5 108,2 23,2 220 205
40 Ds. Selang KBM 02-133-21 50 1 31,4 34,4 2,4 220 210
41 Ds. Selang KBM 02-133-32 25 1 53,8 59,4 220 210
42 Ds. Selang KBM 02-133-U34-B4 25 1 23 28,3 7,8 220 205
43 Ds. Selang KBM 02-133-U34-B7 50 1 49,6 7,9 39,6 220 205
44 Kel. Panjer KBM 02-156-S002 50 1 78,7 90,1 18,3 210 200
45 Kebumen KBM 02-156-S004 50 1 89,9 139,4 210 200
46 Kebumen KBM 02-156-S007 50 1 36,4 3,9 210 200
47 Ds. Pejagoan K-144-5 50 1 111,7 58,7 60,1 210 200
48 Ds. Pejagoan K-144-8 50 1 32,5 37 45,4 210 200
49 Ds.Pejagoan K-144-22 50 1 127,7 34,2 10,1 210 200
50 Aditirto K-102-gz-7 25 1 37,7 31,6 210 200
51 Aditirto K-102-gz 25 1 35 31,4 210 200
52 Aditirto K-102-46 50 1 52 78,2 210 200
53 Aditirto K-102-55 25 1 18,6 31,8 219 208
54 Aditirto K-102-62 25 1 32,9 25,8 215 205
55 Aditirto K-102-10 50 1 61,9 79,6 210 205
56 Aditirto K-102-8 25 1 73,9 - 210 200
57 Jl. Kutoarjo KBM 02-140 50 1 94,7 31,9 210 200
58 Jl. Pahlawan KBM 02-206-T06 100 3 70 73 67 219 208
59 Guyangan GBG 04-K25 50 1 87 85,8 215 205
60 Muktisari KBM 04-210-5030 50 1 99,1 70,4 210 205
61 Kali jirek 169-64-2 50 1 43,3 30,3 2,8 210 200
62 Kali jirek 169-71 50 1 65,6 72,1 26,8 210 200
63 Kali Jirek 169-72-5 50 1 48 86,6 1,4 210 200
64 Candi Wulan 169-72-15 50 1 37,8 72,9 1,7 210 200
65 Candi Wulan 169-72-24 25 1 43 45,8 0 220 210
66 Candi Wulan 169-72-34 50 1 47,4 47,1 2,9 210 200
67 Candi Wulan 169-72-37 25 1 36,2 29,9 1,9 210 200
68 Candi Wulan 169-72-2 50 1 8,7 22,6 13,5 210 200
69 Candi Mulyo 169-72-46 50 1 103,1 85,6 1,9 210 200
70 Candi Mulyo 169-64 50 1 55,3 134,9 11,7 210 200
71 Candi Mullyo 169-72-75 50 1 31,7 35,7 7,5 210 200
72 Jl. Tendean 155-D 100 3 156,9 120,7 260 98 215 210
73 Jl. Sumbing KB2-147-U85-U4 50 1 114 135 9 210 200
74 Jl. Cemara KB2-202-U038-6 50 1 119,2 82,8 37 210 200
75 Jl. Cemara KB2-203-U38-U8 50 1 52,5 102,3 47,5 210 200
76 Jl. Cemara 202038-U11 50 1 29,6 12,3 11 210 200
77 Jl. Cemara 202169-Z12 50 1 70,4 26,6 30 210 200
78 Jl. Cemara 202-U38-U24 50 1 127 100,1 13 210 200
79 Ds. Krg Poh GBG 02-102-56-10 25 1 34, 50,3 15,8 220 210
80 Ds. Krg Poh GBG-02-102-56-46 25 1 29,1 32,1 1,4 218 205
81 Ds. Krg Poh KBM 04-144-23-36 50 1 87,3 84,5 220 210
82 Ds. Krg Poh KBM 04-144-23-21 50 1 75,4 37 32,7 220 215
83 Ds. Pejagoan KBM 04-308 Koramil 50 1 166,5 116,5 54,7 220 210
84 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U056 50 1 83,7 59,1 18,2 219 218
85 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U054 25 1 43,5 38,2 5 219 218
86 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U051 50 1 91,7 70,9 6 219 218
87 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U048 50 1 46,8 56 10,5 219 218
88 Ds. Kalirejo KBM 02-133-U036 25 1 20,5 51,5 9 220 219
89 Ds. Kalirejo KBM 02-133-U031 50 1 29,2 23,1 4 220 219
90 Ds. Kebulusan GMB 02 K-101 50 1 66,5 53,3 12,2 217 216
91 Ds. Kebulusan GMB 02 K-106 25 1 14,2 24,4 217 216
92 Ds. Kewayuhan GMB 02 K -117 50 1 72,7 63,4 9,3 217 216
93 Ds. Kewayuhan GMB 02 K -119 50 1 44,1 23,7 20,4 217 216
94 Jl. Bumiredjo K-169-13 50 1 86,1 54,4 32,7 218 217
95 Kawedusan KBM 02-202-U73 50 1 18,9 60,2 23,3 218 217
96 Kawedusan KBM 02-202-U48 50 1 40 56,4 16,4 218 217
97 Kawedusan KBM 02-202-113 50 1 68,3 96,3 65,3 218 217
98 Kawedusan KBM 02-202-U45 25 1 45,8 32,6 6,4 219 218
99 Surotaman KBM 02-202-U136 50 1 82 89,7 41,7 218 217
100 Surotaman KBM 02-202-U142 50 1 65,2 44,2 45,6 218 217
101 Surotaman KBM 02-202-U145 25 1 47,8 24,7 23,3 218 217
102 Sokawera K-16-gz-23-20 50 1 87,3 109,1 17,9 210 205
103 Adikarso K-228-7 25 1 44,8 14,2 29,2 210 210
104 Jatisari M2-1273-A-2 50 1 24,7 42,1 50,2
105 Jatisari M2-1273-94-58 50 1 75,9 57,9 57,1
106 Jatisari M2-1273-94-6 25 1 48,6 27,5 0
107 Jl. Kutoarjo K-209 50 1 44,8 111,9 63,3
108 Kedawung K-136-16 50 1 75,5 59,1
10
Kedawung K-136-16-B 50 1 166 122,2
9
110 Plumbon KBM 02-202-U333 50 1 61,9 25,2 209 209
111 Muktisari KBM 04-222-S005 25 1 14,3 44,4 0,5
112 Pandansari K 52-Z-35 25 1 84,4 25,8 12,5
113 Pandansari K 52-41-Z-28 25 1 37,8 26,6 4
114 Pandansari K 52-2 25 1 43,1 131,7 41,3
115 Kutosari K 155-6 50 1 102 -
Fas
e
LA
Netr
al
X1
V Z
X0
1
1 V
V Z t
2
2
X2
RPentanahan
R RTrafo
P2
A3C/ 240
0,25 1,15 0,25 mm2 0,15 0,1 km 0,1 km
G
km km km km
I
30 MVA 0,02
150 /20 km
KV
Nomor A1 A2 A3 A4 A5 A6
urut 2,6 km 0,35 0,05 3,25 0,02
Pendataa km km km km
n
0,35
km
Berdasarkan acuan gambar 4.1, maka Maka arus yang mengalir di sisi primer
jumlah daya semu (S) pada beban trafo atau pada cabang jaringan distribusi
di tiang nomor urut A18 dihitung dengan tegangan menengah fase R trafo nomor
rumus : urut A18 sebesar :
S ( A18) V X 1 x I X 1 218 x 47,8 10420,4 VA S R ( A18) 15805
I Cabang ( A18) 1,368 Ampere
S ( A18) V X 2 x I X 2 218 x 24,7 5384,6 VA 20 KV / 3 11547
Berdasarkan cara perhitungan yang sama
S R ( A18 ) 10420,4 5384,6 15805 VA didapatkan besaran arus primer masing –
masing trafo pada fase R diberikan pada
tabel 4.3.
0,35 km
B20 B19
Gambar 4.3. Pembebanan jaringan fase S penyulang KBM 02
Berdasarkan acuan gambar 4.1, maka Maka arus yang mengalir di sisi primer
jumlah daya semu (S) pada beban trafo atau pada cabang jaringan distribusi
di tiang nomor urut B20 dihitung dengan tegangan menengah fase S trafo nomor
rumus : urut B20 sebesar :
S ( B 20 ) V X 1 x I X 1 218 x 82 17876 VA S S ( B 20 ) 37430,6
I Cabang ( B 20) 3,2415 Ampere
S ( B 20) V X 2 x I X 2 218 x 89,7 19554,6 VA 20 KV / 3 11547
S S ( B 20 ) 17876 19554,6 37430,6 VA Berdasarkan cara perhitungan yang sama
didapatkan besaran arus primer masing –
masing trafo pada fase R diberikan pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil perhitungan arus cabang pada JTM 20 KV Fase S
Jarak
Tegangan Arus Arus Daya Semu (S) Arus Cabang Penghantar
No. Urut Awal X1 X2 Trafo JTM (km)
Cabang (Volt) (A) (A) (VA) (A)
B1 220 20.5 51.5 15840 1.371744
B2 220 91.7 70.9 35772 3.0978552
B3 220 56.4 60.7 25762 2.2309892
B4 220 82.9 121.7 45012 3.8980392 5.25
B5 220 56.7 60.5 25784 2.2328944
B6 220 77.8 45.1 27038 2.3414908
B7 220 53.8 45.8 21912 1.8975792
B8 220 104.7 49.5 33924 2.9378184
B9 220 31.4 34.4 14476 1.2536216 3.65
B10 220 49.6 7.9 12650 1.09549
B11 210 78.7 90.1 35448 3.0697968 5.4
B12 210 52.5 102.3 32508 2.8151928
B13 219 43.5 38.2 17892.3 1.54947318
B14 220 20.5 51.5 15840 1.371744
B15 210 114 135 52290 4.528314
B16 219 43.5 38.2 17892.3 1.54947318
B17 220 20.5 51.5 15840 1.371744
B18 218 18.9 60.2 17243.8 1.49331308
B19 218 40 56.4 21015.2 1.81991632
B20 218 82 89.7 37430.6 3.24148996
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11
C1 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U053 25 T 40,5 38,2 5 220 210
C2 Ds. Sumberadi KBM 02-155-3 50 T 48,2 127,9 29,3 220 210
C3 Ds. Kebulusan KBG 02-102-45 25 T 56,8 32,7 16,7 220 210
C4 Jl. T. Pelajar KBM 02-147-W07 50 T 48,6 78,4 47,2 220 210
C5 Jl. T. Pelajar KBM 02-147-W011 50 T 63,3 96,8 36,3 220 205
C6 Sarbini KBM 02-147-U076 50 T 79,1 63,8 16 220 205
C7 Ds. Selang KBM 02-133-16 50 T 111 92,7 21,4 220 210
C8 Ds. Selang KBM 02-133-32 25 T 53,8 59,4 0 220 210
C9 Jl. Sumbing KBM 02-147-U85-U4 50 T 114 135 9 210 200
C10 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U051 50 T 91,7 70,9 6 219 218
C11 Ds. Kalirejo KBM 02-133-U031 50 T 29,2 23,1 4 220 219
C12 Jl. Cemara KBM 02-202-U038-6 50 T 119,2 82,8 37 210 200
C13 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U056 50 T 83,7 59,1 18,2 219 218
C14 Ds. Sumberadi KBM 02-133-U051 50 T 91,7 70,9 6 219 218
C15 Ds. Kalirejo KBM 02-133-U031 50 T 29,2 23,1 4 220 219
C16 Kawedusan KBM 02-202-U48 50 T 40 56,4 16,4 218 217
C17 Kawedusan KBM 02-202-U45 25 T 45,8 32,6 6,4 219 218
C18 Surotaman KBM 02-202-U142 50 T 65,2 44,2 45,6 218 217
A3C/ 240
2,86 1,15 0,55 mm2 0,6 km 0,12 0,01
G
km km km km km
I
30 MVA 0,25
150 /20 km
KV
Nomor C1 C2 C3 C4 C5 C6
urut 0,15 0,5 km 1,25 0,7 km 0,05
Pendataa km km km
n
0,1 km
Berdasarkan acuan gambar 4.1, maka atau pada cabang jaringan distribusi
jumlah daya semu (T) pada beban trafo tegangan menengah fase S trafo nomor
di tiang nomor urut C18 dihitung dengan urut C18 sebesar :
rumus : S T ( C18) 23849,2
I 2,0654 Ampere
S ( C18 ) V X 1 x I X 1 218 x 65,2 14213,6 VACabang ( C18) 20 KV / 3 11547
S ( C18 ) V X 2 x I X 2 218 x 44,2 9635,6 VABerdasarkan cara perhitungan yang sama
S T ( C18) 14213,6 9635,6 23849,2 VA didapatkan besaran arus primer masing –
Maka arus yang mengalir di sisi primer masing trafo pada fase T diberikan pada
tabel 4.7.
Mengacu pada tabel 4.8, maka dapat digambarkan seperti pada gambar 4.5
berikut:
S R
U
5,28 km
3,28 km
5,63 km
M 22,9367 A 9,3 A 2,82 A 7,92 A
B
E S
R
17,07 A 5,3 A 22,81 A
GI
T
25,317 A 14,542 A 5,4 A
Untuk mempermudah perhitungan penjumlahan vektoris antar fase, maka dari gambar 4.5
Tampak dari gambar 4.6 menunjukkan tak seimbang, maka hasil penjumlahan
bahwa pembebanan pada penyulang vektoris didapatkan arus netral skalar
KBM 02 merupakan pembebanan tak mengacu persamaan (2.8) sampai (2.10)
seimbang. Oleh karena itu akibat beban sebesar :
Pada Cabang titik C :
I N I R I S IT
I R I R (Cos 0 o j sin 0 o ) 10,74 (1 j 0) 10,74 A
I S I S (Cos 120 o j sin 12 0 o ) 22,81 (0,5 j 0,866) 11,405 j 19,754 A
I T I T (Cos 240o j sin 24 0 o ) 5,4 ( 0,5 j 0,866) 2,7 j 4,676 A
I N 3,365 j15,078 (3,365) 2 (15,078) 2 15,448 (77,42) A
Rugi daya akibat pembebanan tak seimbang adalah perkalian kuadratis arus yang
mengalir pada kawat netral terhadap resistan kawat netral :
Cabang titik C :
Ploss( C ) (15,448) 2 x 2,2126 528,016 Watt
Cabang titik B :
Ploss( B ) (15,448 5,844) 2 x 1,289 584,367 Watt
Cabang titik A :
Ploss( A) (15,448 5,844 2,244) 2 x 2,075 1149,432 Watt
Total rugi daya pada kawat netral adalah :
Ploss ( Netral) 528,016 584,367 1149,432 2261,815 Watt 2,262 KW
Fase R :
Ploss ( R ) (10,74) 2 x 0,7566 (10,74 9,3) 2 x 0,44 (10,74 9,3 22,9367) 2 x0,709
Ploss ( R ) 1573, 497 Watt
Fase S :
Ploss ( R ) ( 22,81) 2 x 0,7566 (22,81 5,3) 2 x 0,44 (22,81 5,3 17,07 ) 2 x 0,709
Ploss ( R ) 2188,566 Watt
FaseT :
Ploss ( R ) (5,4) 2 x 0,7566 (5,4 15,542) 2 x 0,44 (5,4 15,542 25,317) 2 x0,709
Ploss ( R ) 1732,218 Watt
[2] Pabla A.S. 1986, Distribusi Sistem [5]._______, 1985, Petunjuk Pemilihan
Tenaga Listrik, Penerbit Erlangga dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem
Distribusi Tegangan Menengah, SPLN,
[3] Stevenson, D. William, Alih bahasa Departemen Pertambangan dan Energi,
oleh : Idris Kamal, “Analisis Sistem Jakarta.
Tenaga Listrik”, tahun : Penerbit
Erlangga. Jakarta.