Anda di halaman 1dari 32

DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK

PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

6.1. Umum

Metodologi pelaksanaan layanan jasa konsultansi Kegiatan Detail

Engineering Design (DED) Pengadaan dan Pemasangan Pembangkit Tenaga

Surya Fotovoltaik di PT. Indonesia Kendaraan Terminal TBK mengacu pada

pemahaman dan apresiasi konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja dan Berita

Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). Orientasi pokok dalam penyusunan

metodologi ini adalah tercapainya maksud dan tujuan dari pelaksanaan

pekerjaan secara memuaskan.

Metodologi ini disusun berdasarkan beberapa pendekatan yaitu

pendekatan umum, pendekatan teknis dan administrasi serta pendekatan

profesional. Pendekatan tersebut akan menjadi kerangka dasar dari

penyusunan program kerja secara terperinci khususnya yang berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan DED. Pengadaan dan Pemasangan Pembangkit

Tenaga Surya Fotovoltaik

6.2. Latar Belakang

Kemajuan jaman suatu negara dapat diukur dari tingkat pemakaian

energi listriknya. Seiring dengan perkembangan jaman maka kebutuhan akan

energi listrik sudah kian mendesak, bukan untuk masyarakat perkotaan saja

melainkan masyarakat pedesaan pun sudah sangat memerlukannya energi

listrik.

Salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi adalah

kebutuhan akan energi listrik baik untuk keperluan rumah tangga, industri
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

maupun kebutuhan lainnya. Untuk mencukupi kebutuhan pasokan energi listrik

tersebut sekaligus mendorong kegiatan ekonomi daerah, maka sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan

pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan

Tenaga Listrik, Penyediaan tenaga listrik dilakukan dengan memanfaatkan

seoptimal mungkin sumber energi primer setempat dengan kewajiban

mengutamakan pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk pembangkit

tenaga listrik.

Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan

Sumber Energi Terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik berpotensi menjadi

disensetif bagi investasi pengembangan listrik dari Energi Baru Terbarukan

(EBT). Salah satu kegiatan yang dilaksanakan PT. Indonesia Kendaraan

Terminal Tbk adalah merencanakan melaksanakan pengadaan dan pemasangan

pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik yang merupakan salah satu

implementasi peraturan Menteri ESDM tersebut serta turut membantu

pelaksanaan konservasi energi di lingkungan PT. Indonesia Kendaraan Terminal

Tbk.

Kegiatan konservasi energi merupakan tindakan mengurangi jumlah

penggunaan energi tanpa mengurangi fungsi dan manfaat yang dibutuhkan.

Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien

dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih

sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang

menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan

pribadi, serta kenyamanan.

6.3. Lingkup Kegiatan

Ruang Lingkup kegiatan/pekerjaan DED Pengadaan dan Pemasangan

PLTS Fotovoltaik di PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk adalah :

1. Melakukan pengecekan kondisi eksisting (assesment) elektrikal PT.

Indonesia Kendaraan Terminal Tbk yang meliputi.

a. Survei detail kondisi teknis perangkat elektrikal yang

terdapat pada di PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk .


b. Pemetaan kebutuhan arus listrik masing – masing

panel yang berada pada gedung – gedung PT. Indonesia Kendaraan

Terminal Tbk
c. Pengujian dan pengecekan kondisi kelayakan sistem

mekanikal elektrikal eksisting.


2. Pelaporan hasil survei dan investigasi.
a. Penyajian laporan hasil survei dalam bentuk dokumentasi elektrikal.
b. Penyajian re wiring diagram berdasarkan hasil survei pemetaan jaringan

distribusi dan kebutuhan energi listrik masing – masing bagian.


3. Pembuatan DED Pembangkit Listrik Tenaga Surya Voltaik sesuai standar

pelabuhan internasional.
4. Menganalisa hasil perencanaan dengan tujuan mendapatkan :
a. Besaran pengurangan kebutuhan listrik dari sumber PLN
b. Rencana Anggaran Biaya
c. Bill of Quantity
d. Rencana Kerja dan Syarat – syarat Teknis.

6.4. Metodologi
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

6.4.1. Strategi Pelaksanaan Konsultan dalam Pekerjaan Kegiatan DED


Pengadaan dan Pemasangan PLTS Fotovoltaik di PT. Indonesia
Kendaraan Terminal Tbk

Kegiatan pekerjaan DED Pengadaan dan Pemasangan PLTS Fotovoltaik

di PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk ini menghasilkan rekomendasi yang

berupa informasi yang digunakan untuk strategi dan tahapan pelaksanaan

kegiatan Pekerjaan. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pekerjaan ini diperlihatkan pada diagram alir gambar 6.1.

MULAI
A

KOORDINASI

DRAFT DED PLTS


VOLTAIK

SURVEI DAN LAPORAN


PENDAHULUAN
LAPORAN ANTARA

ANALISIS
PRESENTASI

KONSULTASI

LAPORAN AKHIR

SELESAI
A

Gambar 6.1. Diagram Alir Penyusunan Pelaksanaan Kegiatan

6.4.2. Pendekatan Teknis


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Pada prinsipnya, dalam merencanakan suatu PLTS harus

dipertimbangkan faktor-faktor antara lain: rencana pola operasi PLTS dan

terkoneksi atau tidaknya PLTS dengan jaringan listrik di rencana lokasi. Faktor-

faktor di atas mempengaruhi pemilihan jenis dan kapasitas komponen utama,

yaitu: modul surya (PV), inverter dan baterai. Kapasitas PLTS dinyatakan

dengan kilowatt peak (kWp). Kapasitas inverter dinyatakan dengan (kW) dan

kapasitas baterai dinyatakan dengan amperehour (Ah) atau kWh. Tingkat

reliabilitas yang diinginkan mempengaruhi konfigurasi, kapasitas dan jumlah

inverter.

Modul Surya

Bagian terkecil dari fotovoltaik adalah sel surya yang pada dasarnya

sebuah foto dioda yang besar dan dapat menghasilkan daya listrik. Fotovoltaik

terdiri dari dua jenis bahan berbeda yang disambungkan melalui suatu bidang

junction yang jika sinar jatuh pada permukaannya akan diubah menjadi listrik

arus searah.

Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya.

Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan

dinamakan modul surya. Gambar 6.1 menunjukan susunan dari potongan

melintang suatu sel surya sebagai sumber listrik.


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Gambar 1. Sel surya

Kebutuhan kapasitas (kWp) panel surya ditentukan oleh besar energi

(kWh) yang dibutuhkan beban dalam satu periode dan tingkat radiasi matahari

di lokasi. Beberapa faktor dapat mempengaruhi efisiensi panel seperti

temperatur, koneksi kabel, inverter, baterai, dan lain-lain, sehingga secara

praktek hasil perhitungan yang diperoleh dikoreksi dengan faktor derating yang

umumnya sekitar 0,67%. Kapasitas kWp dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Dimana Eo: energi yang ingin diproduksi (kWh), H: tingkat radiasi matahari di

lokasi (kWh/m2/hari), Io: standard iradiasi (1 kW/m 2), Η: efisiensi sistem modul

(%), Cf: faktor koreksi temperatur (1,1 – 1,5), PSH: peak sun hour (jam/hari)

minimum dalam periode,  sm ; efisiensi total sistem (0,67 – 0,75).

Untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan, modul surya disusun

secara berderet yang disebut string. Untuk mendapatkan daya/arus yang

diinginkan, string modul surya disusun secara paralel. Besarnya tegangan string

disesuaikan dengan tegangan masukan inverter.


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Solar Charge Controller (SCC) atau Battery Charge Controller (BCC).

Charge controller berfungsi memastikan agar baterai tidak mengalami

kelebihan pelepasan muatan (over discharge) atau kelebihan pengisian muatan

(over charge) yang dapat mengurangi umur baterai. Charge controller mampu

menjaga tegangan dan arus keluar masuk baterai sesuai kondisi baterai.

Charge controller sering disebut dengan solar charge controller atau

battery charge controller. Jika charge controller menghubungkan panel surya ke

baterai atau peralatan lainnya seperti inverter maka disebut solar charge

controller. Jika bagian ini terhubung dari inverter ke baterai lazim disebut

battery charge controller, namun hal tersebut tidak baku. Walaupun kedua alat

ini berfungsi sama, berbeda dengan SCC, BCC tidak diperlengkapi oleh PWM-

MPPT (Pulse Width Modulation-Maximum Power Point Tracking), yaitu

kemampuan untuk mendapatkan daya listrik dari panel surya pada titik

maksimumnya.

Inverter

Inverter adalah “jantung” dalam sistem suatu PLTS. Inverter berfungsi

mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh panel surya menjadi arus

bolak balik (AC). Tegangan DC dari panel surya cenderung tidak konstan sesuai

dengan tingkat radiasi matahari. Tegangan masukan DC yang tidak konstan ini

akan diubah oleh inverter menjadi tegangan AC yang konstan yang siap

digunakan atau disambungkan pada sistem yang ada, misalnya jaringan PLN.
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Parameter tegangan dan arus pada keluaran inverter pada umumnya sudah

disesuaikan dengan standar baku nasional/internasional.

Pemilihan jenis inverter dalam merencanakan PLTS disesuaikan dengan

desain PLTS yang akan dibuat. Jenis inverter untuk PLTS disesuaikan apakah

PLTS On Grid atau Off Grid atau Hibrid. Inverter untuk sistem On Grid (On Grid

Inverter) harus memiliki kemampuan melepaskan hubungan (islanding system)

saat grid kehilangan tegangan. Inverter untuk sistem PLTS hibrid harus mampu

mengubah arus dari kedua arah yaitu dari DC ke AC dan sebaliknya dari AC ke

DC. Oleh karena itu inverter ini lebih populer disebut bi-directional inverter.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan inverter [9, 6, 3]

adalah:

1. Kapasitas/daya inverter

Daya inverter harus mampu melayani beban pada kondisi daya rata-rata,

tipikal dan surja. Secara praktis, kapasitas inverter dihitung sebesar 1,3 x

beban puncak.

2. Tegangan masukan inverter

Pada kondisi beban naik turun, tegangan keluaran panel surya dapat

mencapai tegangan tanpa beban ( Voc). Untuk menghindarkan kerusakan

akibat kenaikan tegangan, tegangan masukan inverter dihitung = 1,1 – 1,15

Voc string PV.

3. Arus masukan inverter

Pada kondisi sinar matahari sangat terik, panel surya dapat menghasilkan

arus seolah-olah pada kondisi tanpa beban (Isc). Untuk menghindarkan


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

kerusakan akibat kenaikan tegangan, secara praktek kapasitas arus input

inverter dihitung = 1,1 – 1,15 Isc string PV.

4. Inverter memiliki beberapa kualitas berdasarkan mutu daya keluarannya.

Ada yang sinus murni, modified square wave atau square wave. Pilihlah yang

memiliki kualitas sinus murni agar mampu memberikan suplai bagi seluruh

jenis beban.

5. Pilih inverter yang menggunakan sistem komutasi elektronik dengan

Insulated-Gate Bipolar Transistor (IGBT).

6. Memiliki sistem pengaturan MPPT (Maximum Power Point Tracking) dengan

metoda PWM (Pulse Width Modulation).

7. Mampu bekerja pada temperatur sampai dengan 45o C.

Baterai

Mengingat PLTS sangat tergantung pada kecukupan energi matahari

yang diterima panel surya, maka diperlukan media penyimpan energi

sementara bila sewaktu-waktu panel tidak mendapatkan cukup sinar matahari

atau untuk penggunaan listrik malam hari. Baterai harus ada pada sistem PLTS

terutama tipe Off Grid.

Beberapa teknologi baterai yang umum dikenal adalah lead acid, alkalin,

Ni-Fe, Ni-Cad dan Li-ion. Masing-masing jenis baterai memiliki kelemahan dan

kelebihan baik dari segi teknis maupun ekonomi (harga). Baterai lead acid

dinilai lebih unggul dari jenis lain jika mempertimbangkan kedua aspek

tersebut. Baterai lead acid untuk sistem PLTS berbeda dengan baterai lead acid

untuk operasi starting mesin-mesin seperti baterai mobil. Pada PLTS, baterai
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

yang berfungsi untuk penyimpanan (storage) juga berbeda dari baterai untuk

buffer atau stabilitas. Baterai untuk pemakaian PLTS lazim dikenal dan

menggunakan deep cycle lead acid, artinya muatan baterai jenis ini dapat

dikeluarkan (discharge) secara terus menerus secara maksimal mencapai

kapasitas nominal. Baterai adalah komponen utama PLTS yang membutuhkan

biaya investasi awal terbesar setelah panel surya dan inverter. Namun,

pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang tepat dapat menyebabkan umur

baterai berkurang lebih cepat dari yang direncanakan, sehingga meningkatkan

biaya operasi dan pemeliharaan. Atau dampak yang paling minimal adalah

baterai tidak dapat dioperasikan sesuai kapasitasnya.

Kapasitas baterai yang diperlukan tergantung pada pola operasi PLTS.

Besar kapasitas baterai juga harus mempertimbangkan seberapa banyak isi

baterai akan dikeluarkan dalam sekali pengeluaran. Kapasitas baterai

dinyatakan dalam Ah atau Ampere hours. Jika suatu PLTS menggunakan

baterai dengan kapasitas 2000 Ah dengan tegangan sekitar 2 Volt. Maka baterai

tersebut memiliki kemampuan menyimpan muatan sekitar 2000 Ah x 2 V atau 4

kWh.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis dan

kapasitas baterai untuk suatu PLTS dan pengaruhnya pada umur baterai antara

lain: DoD (Depth of Discharge), jumlah siklus, efisiensi baterai,

discharge/charge rate dan temperatur.

6.4.3. Konfigurasi Sistem PLTS

Sistem PLTS Off Grid


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

PLTS Off Grid sering disebut juga PLTS Stand Alone artinya sistem hanya

disuplai oleh panel surya saja tanpa ada pembangkit jenis lain misalnya PLTD.

Sistem tipe ini hanya tergantung pada matahari seutuhnya. Karena panel tidak

mungkin mendapatkan sinar matahari terus menerus terutama malam hari,

maka sistem ini membutuhkan media penyimpan yaitu baterai. PLTS Off Grid

umumnya dimaksudkan untuk melistriki daerah yang sangat terisolasi dimana

sarana transportasi sangat sulit, sehingga jika membangun PLTD, akan timbul

kesulitan untuk membawa BBM.

Menentukan kapasitas panel dan baterai secara akurat sangat penting.

Pada sistem Off Grid, umumnya kapasitas baterai ditambah untuk

mengantisipasi hari tidak ada sinar matahari/hari berawan yang disebut days of

autonomy (DoA) . Berdasarkan pertimbangan biaya, kapasitasnya ditambahkan

1-2 kali periodenya. Dalam perencanaan, kapasitas PV harus menyuplai beban

minimal pada tingkat radiasi rata-rata 1 kW/m2 dan secara bersamaan, mampu

mengisi baterai dengan jumlah energi yang dibutuhkan dalam periode

discharge. Waktu pengisian sekitar peak sun hour (PSH) periode, yaitu lamanya

penyinaran matahari secara efektif, di Indonesia sekitar 3-4 jam/hari. Kapasitas

panel (kWp) harus memperhitungkan round trip effisiensi baterai. Gambar 2.

adalah diagram dasar PLTS tipe Off Grid.


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Gambar 2. Diagram Dasar PLTS Off Grid

Dalam merencanakan sistem PLTS Off Grid pada suatu daerah belum

berlistrik, untuk menghitung beban, beberapa asumsi untuk indikator-indikator

kelistrikannya, antara lain:

1. Load factor (LF), sehubungan daerah baru belum ada data LF, maka LF

dapat diasumsikan sama dengan LF lokasi berlistrik terdekat lokasi. Atau

menggunakan LF tipikal yaitu 0,5 - 0,6

2. Demand factor (DF), umumnya untuk daerah pedesaan di Indonesia DF rata-

rata adalah 0,35 dan

3. Diversity factor (DiF), umumnya DiF PLN sekitar 1,2.

Sistem PLTS On Grid

PLTS dengan konfigurasi On Grid dimaksudkan untuk lokasi sudah

berlistrik dan sistem di lokasi memiliki periode operasi siang hari. Disebut On

Grid karena PLTS dihubungkan (tied) pada sistem eksisting. Tujuan dari

pembangunan PLTS adalah untuk mengurangi konsumsi BBM.

PLTS tipe On Grid tidak dilengkapi baterai. Agar PLTS tidak

mempengaruhi stabilitas sistem induknya, maka kapasitasnya dibatasi


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

maksimum sebesar 20% dari beban rata-rata siang hari. Inverter untuk PLTS

On Grid disebut juga On Grid Inverter. Jenis ini memiliki kemampuan

melepaskan hubungan (islanding system) saat grid kehilangan tegangan.

Gambar 3 adalah skema suatu PLTS On Grid.

Gambar 3. Skema Dasar PLTS On Grid

Sistem PLTS Hibrid

PLTS hibrid adalah PLTS yang pengoperasiannya digabungkan dengan

PLTD yang sudah ada. Pada sistem ini PLTS diharapkan berkontribusi secara

maksimal untuk menyuplai beban pada siang hari, sehingga agar bagian PLTS

tidak mengganggu sistem yang ada, maka PLTS harus dilengkapi dengan

baterai sebagai buffer atau stabiliser. Dengan adanya baterai, PV dapat

memberikan daya dan energi ke beban selama periode siang (hours of sun)

tanpa resiko eksisting sistem terganggu. Penentuan kapasitas panel harus

memperhitungkan kemampuan panel mengisi baterai pada saat menyuplai

beban jika radiasi matahari diatas rata-rata.


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Sistem PLTS Hibrid ini dimaksud menambah jam operasi/pelayanan

sistem yang ada dan mengurangi konsumsi bahan bakar. Gambar 4 adalah

diagram dasar suatu PLTS Hibrid dengan PLTD.

Gambar 4. Skema Dasar PLTS Hibrid

Inverter untuk sistem PLTS Hibrid harus mampu mengubah arus dari

kedua arah yaitu dari DC ke AC saat menyuplai beban dan dan sebaliknya dari

AC ke DC saat mengisi baterai. Oleh karena itu inverter ini lebih populer disebut

bi-directional inverter

6.4.4. Reliabilitas Sistem

Agar sistem memiliki kemampuan memberikan suplai secara terus

menerus atau mengurangi resiko pemutusan suplai secara total misalnya

karena gangguan atau pemeliharaan, maka konfigurasi/susunan komponen

utama dibuat secara berkelompok. Sehingga bila satu bagian kelompok

mengalami gangguan atau pemeliharaan, maka kelompok lain masih dapat


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

beroperasi. Tiap kelompok terdiri dari 1 (satu) bagian lengkap panel surya dan

inverter yang disebut string.

Pada Gambar 2, 3 dan 4 di atas, ditunjukkan bahwa masing-masing tipe

PLTS memiliki beberapa grup atau string agar sistem memiliki reliabilitas yang

lebih baik. Gambar 5 suatu PLTS dengan sistem string inverter.

Gambar 5. Panel surya dan inverter dengan susunan string inverter

6.4.5. Struktur Dasar PLTS On Grid

PLTS on grid adalah model pembangkit listrik yang terhubung langsung

ke jaringan distribusi pada sisi pelanggan. PLTS yang terhubung dengan

jaringan listrik eksisting dapat dibedakan dari skala kapasitasnya yaitu skala

kecil untuk kapasitas 5 kW – 100 kW, skala menengah 100 kW–500kW dan

skala besar yaitu 500 kW – 10 MW. Daya listrik DC yang dihasilkan dari panel

surya dikonversikan menjadi daya AC melalui inverter. Inverter terhubung ke

Transformator penaik tegangan yang terhubung ke grid atau jala-jala (sistem

distribusi). Nilai beban yang terdapat pada inverter PLTS adalah daya beban

pada grid (beban penyulang). Persyaratan utama untuk terhubung ke grid


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

sangat ditentukan oleh kualitas arus (I PV) dan tegangan (VPV) sistem PLTS

dengan arus (IAC) dan tegangan (VDC) pada jaringan.

Sistem PLTS berbeda dari segi utilitas beserta karakteristiknya dengan

pembangkit lainnya. Perbedaan paling mendasar adalah tidak adanya

penggunaan peralatan yang sifatnya mekanis pada proses konversi energi

matahari. Karena tidak adanya sistem mekanik, maka jenis operasional dan

penanganannya juga berbeda. Penanganan yang paling utama adalah beberapa

kondisi dinamis yaitu dimana intensitas radiasi dan suhu yang bersifat fluktuatif

terhadap waktu. Gambar 6 ditampilkan model aliran daya PLTS on grid.

Gambar 6. Aliran daya PLTS on Grid

Generator Sinkron (GS) terhubung dengan interkoneksi saluran transmisi atau

distribusi. Sistem PLTS on grid terkoneksi dengan Gardu Distribusi (GD) tanpa

melalui Gardu Induk. Gambar 6 (a) dan (b) lembar berikut ditampilkan struktur

dasar konfigurasi PLTS on grid.

Konsep struktur dasar PLTS on grid sesuai model kontrol konstan pada

sistem inverter. Model kontrol konstan P dan Q yaitu kontrol daya aktif dan

reaktif dalam kondisi steady state. Model kontrol konstan P dan V yaitu alih

fungsi kontrol daya dan tegangan dengan model loop tertutup. Dalam model ini
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

daya aktif dan tegangan yang dikirimkan dapat dikontrol sesuai daya mampu

inverter yang terhubung ke grid.

Gambar 6. Struktur dasar sistem PLTS on grid

6.4.6. Perencanaan PLTS On Grid

Dasar perencanaan ini dilakukan untuk membangun PLTS On Grid

diantaranya adalah :

A. Aspek Dasar pengambilan kapasitas daya maksimum

PLTS On Grid

Menghitung serapan daya listrik eksisting yang terdapat di PT. Indonesia

Kendaraan Terminal Tbk atau bagiannya yang akan direncanakan PLTS On

Grid. Tujuan dari perhitungan serapan daya listrik ini adalah untuk

mengambil 20% nya sebagai kapasitas yang akan diganti oleh PLTS On

Grid.
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Selain perhitungan serapan daya listrik tersebut juga dilakukan hal – hal

sebagai berikut :

1. Survei detail kondisi sistem kelistrikan di PT. Indonesia Kendaraan

Terminal Tbk, termasuk jenis beban listrik yang digunakan.

2. Pemetaan kebutuhan beban listrik yang terdapat pada istem distribusi

eksisting.

3. Melaksanakan pengujian dan pengecekan kondisi sistem kelistrikan di

PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk, sehingga dapat menyimpulkan

bahwa sistem kelistrikan tersebut masih normal atau perlu perbaikan.

4. Re wiring diagram sistem kelistrikan di PT. Indonesia Kendaraan

Terminal Tbk. Tujuan dari re wiring diagram ini untuk mempermudah

pemasangan sistemn PLTS On Grid.

B. Aspek Perencanaan Teknis PLTS On Grid.

Konsep dasar untuk merencanaan PLTS On Grid dijelaskan sebagai berikut :

1. Kapasitas koponen PLTS

a. Jumlah panel surya

Daya (wattpeak) yang dibangkitkan PLTS untuk memenuhi

kebutuhan energi, diperhitungkan dengan persamaan :

b. Menghitung Daya yang Dibangkitkan PLTS (watt peak)


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Dari perhitungan area array, maka besar daya yang dibangkitkan

PLTS (wattpeak) dapat diperhitungkan dengan rumus

Selanjutnya berdasarkan besar daya yang akan dibangkitkan

(wattpeak), maka jumlah panel surya yang diperlukan,

diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

2. Kapasitas Charge Controller

Kapasitas Charge controller ditentukan dengan rumus :

Demand Watt x Safety Factor


Capacity of Ch arg e Controller  [ A]
System Voltage

Dimana safety factor (faktor keamanan) ditentukan sebesar 1,25

3. Kapasitas baterai

Pada sistem PLTS On Grid tidak membutuhkan baterai, tetapi baterai juga

bisa diperlukan bilamana membutuhkan back up daya listrik. Adapun

penentuan kapasitas baterai dirumuskan sebagai berikut :


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

4. Kapasitas Invertert

Kapasitas inverter ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

C. Aspek Biaya

1. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)

Biaya siklus hidup suatu sistem adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh

suatu sistem, selama kehidupannya. Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup

(LCC) ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem PLTS yang

terdiri dari biaya investasi awal, biaya jangka panjang untuk pemeliharaan

dan operasional serta biaya penggantian baterai. Adapun rincian biaya

siklus hidup dijelaskan sebagai berikut :

a. Biaya Investasi PLTS

Biaya investasi awal PLTS On Grid mencakup biaya - biaya seperti :

biaya umum, biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal, dan biaya

pekerjaan sipil.

b. Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Adapun besar biaya pemeliharaan dan operasional (M) per tahun

untuk PLTS yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

Biaya siklus hidup (LCC) diperhitungkan dengan rumus sebagai

berikut :
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Nilai sekarang biaya tahunan yang akan dikeluarkan beberapa

tahun mendatang (selama umur proyek), dengan jumlah

pengeluaran yang tetap, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

c. Faktor Diskonto

Faktor diskonto (Discount factor) adalah faktor yang digunakan

untuk menilai sekarang pada penerimaan - penerimaan di masa

mendatang sehingga dapat dibandingkan dengan pengeluran pada

masa sekarang. Adapun rumus faktor diskonto adalah sebagai

berikut :

2. Biaya Energi (Cost of Energy)

Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup

(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan PLTS.
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

a. Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor)

Faktor pemulihan modal diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut

dengan n adalah periode (umur) proyek

Menurut Wengqiang dkk, (2004), perumusan biaya energi adalah

sebagai berikut :

D. Analisis Kelayakan Investasi PLTS

Kelayakan investasi PLTS ditentukan berdasarkan hasil perhitungan Net

Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan Payback Period (PP).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) menyatakan bahwa seluruh aliran kas bersih

dinilai sekarang atas dasar faktor diskon ( discount factor). Untuk

menghitung Net Present Value (NPV) dipergunakan rumus sebagai

berikut :

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima

atau layak ditolak adalah sebagai berikut :


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

1) Investasi dinilai layak, apabila Net Present Value (NPV) bernilai positif

(> 0).

2) Investasi dinilai tidak layak, apabila Net Present Value (NPV) bernilai

negative (< 0).

b. Profitability Index (PI)

Profitability Index merupakan perbandingan antara seluruh kas bersih

nilai sekarang dengan investasi awal. Teknik ini juga sering disebut

dengan model rasio manfaat biaya ( benefit cost ratio). Teknik

Profitability Index dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima

atau layak ditolak adalah sebagai berikut :

1) Investasi dinilai layak, apabila Profitability Index (PI) bernilai lebih

besar dari satu (>1).

2) Investasi dinilai tidak layak, apabila Profitability Index (PI) bernilai

lebih kecil dari satu (< 1).

c. Discounted Payback Periode

Payback Period adalah periode lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang

dihasilkan oleh proyek (investasi). Teknik DPP dirumuskan sebagai

berikut :

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima

atau layak ditolak adalah :


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

1) Investasi dinilai layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih

pendek dari umur proyek (periode cutoff).

2) Investasi dinilai tidak layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih

panjang dari umur proyek (periode cutoff).

Dimana :
NCFt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sd ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment).
i = Discount factor
n = Periode dalam tahun (umur investasi).
Year before recovery = Jumlah tahun sebelum tahun
pengembalian final
Investment Cost = Biaya investasi awal.
NPV Kumulatif = Jumlah kas bersih nilai

E. Diagram Alir Perencanaan

Metode perencanaan yang telah dipaparkan diatas, perencanaan PLTS ( On-

Grid) di PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. dapat digambarkan dalam

bentuk diagram alir pada lembar berikut :


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Mulai

Pengumpulan data :
Intensitas Matahari harian GAV
Temperatur maksimum
Pemetaan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Jumlah kapasitas PLTS yang disarankan
Estimasi Pemakaian Energi

Tentukan :
Temperature coefficient factor
Efisiensi panel surya
Efisiensi Inventer

Menentukan kapasitas komponen PLTS (On -grid) :


Hitung area array (PV area)
Hitung daya yang dibangkitkan (Wattpeak)
Hitung jumlah panel surya
Tentukan kapasitas changer controller
Hitung kapasitas baterai bila diperlukanm
Tentukan kapasitas inventer

Menentukan rencana anggaran biaya PLTS (On -grid) :


Tentukan biaya pembangunan Power House
Tentukan biaya komponen PLTS
Biaya pemeliharaan dan operasional
Biaya siklus hidup
Faktor pemulihan modal
Biaya energi

Analisis kelayakan investasi PLTS (off-grid) :


Tentukan Net Cash Flow, Initial Investment, Tingkat Diskonto
Hitung Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Discounted
Payback Periode (DPP)

Analisis :
Evaluasi kapasitas daya dan speksifikasi teknik komponen-komponen PLTS (On-grid).
Evaluasi rencana anggaran biaya (RAB) pembangunan PLTS (off-grid).
 Evaluasi kelayakan investasi PLTS (On -grid)

Mulai
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Gambar 7. Diagram Alir Perencanaan PLTS On Grid


6.5. Observasi

Observasi sebelum dan sesudah dilakukan pemetaan kondisi sistem

kelistrikan di PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk perlu dilakukan untuk

membantu mengidentifikasi hal - hal yang mendorong terlaksananya

pengadaan pembangkit listrik PLTS. Observasi dapat dilakukan dengan

peninjauan fasilitas secara langsung dan dengan mengisi format daftar

permasalahan.

6.5.1. Strategi Pelaksanaan

6.5.1.1. Umum

Strategi pelaksanaan yang disusun ini merupakan penjabaran secara

rinci dan lebih konkret terhadap lingkup kerja konsultan dalam pelaksanaan

Pekerjaan Kegiatan DED Pengadaan dan Pemasangan Fotovoltaik. Rencana

Kerja ini bersifat tentatif, karena tidak menutup kemungkinan adanya

penyesuaian atau perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi aktual yang

ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. Rencana kerja yang lebih mendetail

akan diajukan konsultan setelah terbitnya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja),

dimana pada saat itu konsultan sudah mendapatkan data - data awal yang

lebih lengkap, sehingga dapat disusun rencana kerja yang lebih terperinci.

6.5.1.2. Tahap Persiapan


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Dalam melaksanakan pekerjaan Kegiatan DED Pengadaan dan

Pemasangan Fotovoltaik konsultan telah meyiapkan program kerja yang

merupakan langkah-langkah nyata yang akan dikerjakan oleh Konsultan dalam

menyelesaikan seluruh pekerjaan ini. Program kerja ini mencakup tahap

persiapan awal, seluruh proses monitoring serta kewajiban yang harus

dilaksanakan konsultan selama tahapan pekerjaan. Secara keseluruhan

program kerja konsultan mencakup :

a. Mobilisasi

Kompleksnya permasalahan yang akan dihadapi dalam pekerjaan Kegiatan

DED Pengadaan dan Pemasangan Fotovoltaik, dalam tahap mobilisasi ini

akan dilakukan persiapan - persiapan yang cukup meliputi : pengerahan

tenaga ahli dan tenaga pelaksanaan, baik yang bersifat teknis maupun

administratif dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan beban kerja,

pengadaan perlengkapan kantor, bahan dan alat - alat tulis, dan pengadaan

alat transportasi dan akomodasi.

o Membentuk tim kerja, sistem dan mekanisme koordinasi, sistem

pelaporan, tugas dan tanggung jawab masing-masing

o Menentukan Lingkup Kegiatan

o Menyusun Rencana Kegiatan

Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan menyusun

program kerja dan tahapan kerja yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan

proyek ini dengan tepat waktu dan mutu.

o Menyusun Peralatan dan Perlengkapan yang dibutuhkan


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

o Diskusi dengan Pemberi Tugas Kegiatan ini dilakukan untuk :

1. Mendapatkan gambaran yang lebih terinci akan spesifikasi dan

karakteristik program, serta permasalahan yang lebih mendetil.

Dari diskusi ini juga diharapkan mendapatkan masukan yang lebih

banyak berkaitan dengan kebutuhan yang ingin dicapai baik pada

saat ini maupun di masa yang akan datang.

2. Mendapatkan data yang berhubungan dalam perencanaan

Pembangkit Listrik PLTS On Grid seperti data kondisi penggunaan

energi saat ini, radiasi matahari dan lain sebagainya. Data ini

sangat penting dan sangat dibutuhkan sebagai basis data atau

data rujukan di dalam melaksanakan perencanaan pembangkit

tersebut.

3. Menghimpun informasi dan referensi untuk semua aspek yang

menunjang kegiatan monitoring perencanaan Pembangkit Listrik

PLTS On Grid baik itu dari tata aturan/perundangan ataupun

standarisasi yang sudah berlaku serta persyaratan - persyaratan

teknis lainnya.

6.5.1.3. Tahapan Pelaksanaan

Tahapan yang akan dilakukan meliputi 4 tahapan yaitu :

I. Survey

Survey yang dimaksud meliputi :

a. Survey pendahuluan
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Survei Pendahuluan bertujuan mengumpulkan data pendukung yang

dibutuhkan berdasarkan kondisi alam yang ada untuk menentukan

peluang dilaksanakannya akselerasi pemasangan PLTS yang efisien di

PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk sebelum melaksanakan survei

detail dan mengumpulkan data lainnya untuk melengkapi survei secara

detail.

b. Survey peta kebutuhan energi listrik Di PT. Indonesia Kendaraan

Terminal Tbk

Survey ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan PLTS On Grid

sebagai upaya akselerasi pembangunan PLTS Di PT. Indonesia

Kendaraan Terminal Tbk. Adapun capaian yang diharapkan dari survey

ini diantaranya :

1. Mendapatkan struktur jaringan distribusi/ sistem kelistrikian di PT.

Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. Struktur jaringan digunakan

untuk sistem paralel dengan PLTS on Grid.

2. Medapatkan besaran energi yang akan di hemat atau dikurangi

dengan pengganti daya listrik dari PLTS.

3. Re wiring sistem kelistrikan di PT. Indonesia Kendaraan Terminal.

c. Survey pemanfaatn PLTS On Grid

Dalam survey ini bertujuan untuk mendapatkan data pemanfatan

energi PLTS On Grid yang sesuai dengan rencana owner, sehingga

didapatkan peta energi yang bersumber dari PLTS On Grid maupun

dari PLN.. Dampaknya dapat meningkatkan faktor elektrifikasi nasional


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

dan pengurangan kontribusi emisi gas rumah kaca di sisi

pembangkitan. Rincian hasil survey pemanfaatan energi listrik tersebut

diharapkan menghasilkan :

 Data serapan energi listrik eksisting

 Peta sistem elektrikal di PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk..

 Peta pemanfaatan sumber energi yang berasal dari PLTS On Grid

maupun PLN.

II. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dimaksud adalah mengolah data yang didapat dari

hasil survey untuk mendapatkan hasil potensi pengembangan pembangkit

listrik PLTS. Berdasarkan hasil olahan data tersebut maka dilakukan

penentuan arah dan strategi pelaksanaan pekerjaan kegiatan DED

Pengadaan dan Pemasangan PLTS Fotovoltaik yang meliputi :

1. Arah pelaksanaan kegiatan pekerjaan tersebut

2. Strategi pelaksanaan kegiatan pekerjaan tersebut.

3. Pemeran pelaksanaan kegiatan pekerjaan tersebut

III. Presentasi dan pelaporan

Presentasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran hasil survei maupun

perencanaan PLTS On Grid di PT. Indonesia Kendaraan Terminal dan

pelaporan hasil pekerjaan Kegiatan DED Pengadaan dan Pemasangan PLTS

Fotovoltaik dapat terlihat progres capaiannya, sehingga dilakukan persiapan

dalam :
DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

1. Pembuatan laporan pendahuluan

2. Pembuatan laporan antara/ Draf Laporan Akhir

3. Pembuatan laporan akhir

6.5.1.4. Skedul Pelaksanaan (Curve S)

6.5.1.5. Skedul Penempatan Personil


DED PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS FOTOVOLTAIK
PT. INDONESIA KENDARAAN TERMINAL TBK

Anda mungkin juga menyukai