Anda di halaman 1dari 8

Pada kegiatan Lokakarya Koordinasi Pelaksanaan Peningkatan Sarana dan

Prasarana Ketenagalistrikan di Daerah yang diselenggarakan di Yogyakarta


pada tanggal 19 September 2006 disampaikan data sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi tinggi ( 5 s/d 6 % ), mendorong peningkatan
kebutuhan listrik.
Laju pertumbuhan kebutuhan listrik cukup tinggi [ rata-rata 7,6%].
Rasio elektrifikasi 65,6% ( DIY : 84,55%, JATENG : 63,8 )
Susut daya yang masih tinggi disebabkan pencurian listrik
Harus dicapai penurunan elastisitas energi dari 1.84 (2006) menjadi < 1
(2025)

Di tengah-tengah terjadinya krisis energi secara nasional yang termasuk


di dalamnya adalah krisis energi listrik, sementara di sisi lain adanya
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang menuntut adanya laju
kebutuhan energi listrik, tentunya semua fihak wajib untuk melakukan
gerakan “HEMAT ENERGI” seperti halnya yang telah dicanangkan oleh
pemerintah. Terlebih lagi bahwa secara nyata didapatkan data elastisitas
energi sebesar 1.84 yang hal ini berarti bahwa penggunaan energi lebih
besar digunakan untuk kegiatan yang tidak produktif.

Berkaitan dengan pengelolaan LPJU, pemerintah melalui Keppres No. 89 th


2002 tentang Tarif Dasar Listrik sub bidang LPJU didapat ketentuan
sebagai berikut :
No
Daya Lampu
(Watt)
Pengelompokan Daya
(VA)
Biaya Abodemen (Rp)

1
10
s/d
50
100
23.815

2
51
s/d
100
200
45.625

3
101
s/d
250
500
119.065

4
251
s/d
500
1000
238.125
Dari data tersebut nampak tersirat adanya funishment kepada masyarakat
pengguna LPJU sehingga baik LPJU yang dipasang secara legal oleh lembaga
pemerintah maupun swadaya masyarakat (ilegal) yang tidak dilengkapi
dengan sistem metering dikatagorikan sebagai LPJU ilegal. Dengan
demikian diberlakukan tarif seperti di atas. Hal ini tentunya dari segi
finansial pemerintah daerah yang harus membayar tagihan rekening
tersebut akan dirugikan karena harus membayar rekening listrik yang
cukup mahal. Adapun kerugian tersebut berasal dari :
Sistem perhitungan : Jml titik lampu x watt x kelompok tarif
Dengan menggunakan sistem perhitungan ini energi listrik yang harus
dibayar bukan energy yang benar-benar dikonsumsi. Karena kalaupun LPJU
tersebut mati, maka pemda tetap harus membayarnya.

Dari data yang kami dapat dari sumber pihak ketiga (medio Oktober 2005),
diketahui bahwa seluruh kabupaten Semarang jumlah titik lampu yang
dikatagorikan ilegal tersebut sebanyak kurang lebih 27.130 titik lampu
dengan total daya rekening mencapai 4.883.800 Watt adalah suatu jumlah
yang sangat besar dan betul-betul harus mendapatkan perhatian yang
serius. Dari bebarapa studi yang sudah dilakukan, hanya dengan metering
saja dana yang bisa dihemat tiap bulannya berkisar antara 30 s/d 40 %,
apalagi kalau dilakukan pemilihan jenis lampu yang tepat yaitu energinya
hemat, faktor daya tinggi ( EMBED Equation.3 ᄉ ᄃ) dan life time panjang
serta sistem penyalaan yang terprogram maka efisiensi bisa didapatkan
lebih baik lagi.

Salah satu contoh pemilihan lampu untuk efisiensi tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel C.2. Perbandingan Jenis Lampu
HIGH PRESSURE MERCURY
HIGH PRESSURE SODIUM

Watt
lumen
Life time (jam)
Watt
lumen
Life time (jam)

125
5800
5000
70
6000
16000

250
11025
6000
150
15000
16000

400
21000
6000
250
26000
16000

1000
52500
5000
400
47000
24000

Dari tabel di atas, untuk mendapatkan lumen yang lebih baik bisa didapat
dengan daya yang lebih kecil dengan usia lampu yang lebih awet ( 2,5
s/d 3 kali). Artinya bahwa dengan pemilihan lampu yang tepat dapat
dihasilkan efisiensi yang cukup besar. Walaupun demikian persyaratan
teknispun tidak boleh dikesampingkan.

C.2.1. Pendekatan Konsep Perencanaan


Sejalan dengan kondisi tersebut pemerintah daerah khususnya Kabupaten
Semarang melakukan upaya yang sama yang diantaranya adalah melakukan
pendataan dan penataan ulang LPJU baik dari segi sistem kelistrikannya
maupun pengelolaannya seperti tersirat dan tersurat dalam Kerangka Acuan
Kerja Kegiatan Penyusunan DED Efisiensi LPJU Kabupaten Semarang. Dengan
demikian proses perencanaan akan didasarkan pada konsep sistem
kelistrikan yang aman, andal dan artistik dengan penekanan pada :
Efisiensi unsur finansial dan pemakaian energi listrik
Azas manfaat dan daya guna daya listrik
Pembuatan perangkat lunak yang mudah dipahami dan mudah dioperasikan
(user frendly system)
Ketiga hal tersebut pada prinsipnya merupakan produk dari proses
programming.

EMBED Visio.Drawing.11 ᄉ ᄃ
Gambar C.2.1. Diagram Blok Pendekatan Konsep Perencanaan
C.2.1.a. Pendekatan efisiensi unsur finansial dan pemakaian energi
listrik
Ditinjau dari unsur finansial, suatu sistem kelistrikan haruslah dapat
terukur dan terkendalikan pemakaiannya sehingga biaya yang dikeluarkan
haruslah sesuai dengan energi listrik yang dikonsumsi. Dengan demikian
sistem pengukuran dan dan alat ukur yang digunakan haruslah dipilih
secara tepat sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan
diperoleh hasil pengukuran dengan akurasi dan optimasi yang tinggi
Sedangkan dari unsur pemakaian energi listrik, selain pemilihan jenis
lampu yang tepat untuk digunakan di daerah dan lingkungan dimana LPJU
berada, efisiensi dapat dicapai melalui sistem pengaturan penyalaan
serta menghilangkan daya reaktif.
EMBED Visio.Drawing.11 ᄉ ᄃ
Gambar C.2.2. Diagram Blok Pendekatan Efisiensi

C.2.1.b. Pendekatan azas manfaat dan daya guna listrik


Efisiensi yang dihasilkan dalam bidang finansial dana dapat di
alokasikan untuk memenuhi kebutuhan sektor pembangunan di bidang lain
sedangkan dalam bidang energi listrik dapat digunakan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di bidang industri juga dengan pengaturan pemakaian
energi listrik diharapkan dapat mendorong perkembangan bidang industri
EMBED Visio.Drawing.11 ᄉ ᄃ
Gambar C.2.3. Diagram Blok Azas Manfaat

C.2.1.c. Pendekatan perangkat lunak user friendly

Dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan pemakaian serta


perencanaan pengembangan pengembangan selanjutnya, manajemen dalam hal
ini pemerintah daerah yang khusus menangani LPJU perlu didukung dengan
perangkat sistem basis data yang akurat yang juga mampu menyajikan
sistem informasi georafis dari LPJU itu sendiri. Perangkat lunak
tersebut harus mudah dipahami serta mudah untuk mengoperasikannya.
Perangkat lunak juga harus fleksible sehingga setiap saat dapat
dilakukan up date data jika diperlukan. Namun demikan perangkat ini juga
harus handal dan aman (secure)sehingga tidak setiap orang bisa dengan
mudah merubah data

SHAPE \* MERGEFORMAT ᄉ ᄃ

Gambar C.2.4. Diagram Blok Sifat Perangkat Lunak Basis Data


Dalam perencanaan basis data paling tidak dapat dengan mudah mendapatkan
informasi dengan menggunakan perangkat lunak tersebut. Adapun unsur
minimal yang harus ada dari sistem basis data tersebut adalah sebagai
berikut.
SHAPE \* MERGEFORMAT ᄉ ᄃ
Gambar C.2.5. Diagram Struktur Data Base berbasis Sistem Informasi
Geografis

Dalam perancangan sistem ini, variable-variable yang penting untuk


diketahui dengan cara yang lebih cepat, maka sistem harus dibuat dengan
pola prioritas akses.

C.2.2. Metode Pelaksanaan Perencanaan


Setelah mempelajari Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Penyusunan Detail
Engineering Design Efisiensi LPJU Kabupaten Semarang, serta berdasarkan
berbagai pengalaman yang dimiliki perusahaan, maka kami menggunakan
metoda William M. Pena serta metoda transformasi Christopher Alexander.
Sedang dalam aplikasinya nanti akan didukung metoda programing dan
designing yang selama ini dikembangkan sendiri oleh Konsultan.
SHAPE \* MERGEFORMAT ᄉ ᄃ
Gambar C.2.6. Diagram Blok Metoda Programing
Metode yang dikembangkan W. Pena adalah proses disain secara menyeluruh
terdiri atas programming sebagai analisis dan disain skematik sebagai
sintesis. Dalam proses ini, pengungkapan masalah masuk dalam tahap
programming, sedang designing merupakan tahap pemecahan masalah.
Di dalam programming, metoda ini terdiri atas 5 tahapan yang harus
benar-benar diikuti yaitu :
Tujuan : Apa yang diinginkan oleh klien & mengapa ?
Kenyataan : Apa proyeknya ?
Konsep : Bagaimana klien mencapai tujuannya ?
Kebutuhan : Bagaimana biayanya, kebutuhan ruang dan
kualitas/klas ?
Ungkapan masalah : Apa kondisi yang tepat (problema) dan arah
disain yang harus diterapkan
Dengan demikian langkah Konsultan dalam merumuskan masalah sebagai
masukan untuk tahapan disainpun akan mengikuti proses tersebut. Untuk
itu tahap pengembangan disain akan sangat berperan menjabarkan konteks
ini.

C.2.3. Proses Perencanaan


Pekerjaan Penyusunan Detail Engineering Design Efisiensi LPJU Kabupaten
Semarang ini akan mengacu pada tahapan proses programming dan designing
yang berkesinambungan. Dalam penerapan proses tersebut alokasi tenaga
ahli disusun dengan sistematis sehingga dalam setiap tahapan akan dapat
dilakukan evaluasi terhadap materi yang sedang dibahas.

Proses pengumpulan data dan kompilasi data gayut


Proses merumuskan masalah
Proses analisis masalah
Proses merumuskan program
Proses skematik disain
Proses pengembangan disain.

Setelah melalui tahap ini maka yang kemudian yang diselesaikan adalah
tahap pelaksanaan teknis perencanaan.

C.2.4. Strategi Perancangan


EMBED Visio.Drawing.11 ᄉ ᄃ
Gambar C.2.7. Diagram Alir Strategi Perancangan

Pengumpulan data
Pelaksanaan pengumpulan data menurut penggunaan atau proses
pengolahannya (analisis) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok data, yaitu :
Data-data yang sifatnya dapat dilakukan analisis langsung, yaitu
meliputi : peta wilayah administrasi kabupaten Semarang, peta jaringan
jalan, dan peta jaringan LPJU.
Data-data yang dalam prosesnya memerlukan tahap pembahasan dan
persetujuan, baik dalam hal kriteria, metoda maupun pendekatannya. Data
tersebut diantaranya meliputi peraturan-peraturan serta ketentuan-
ketentuan mengenai penerangan jalan umum, ruas jalan yang sudah
mempunyai jaringan LPJU, ruas jalan yang belum mempunyai jaringan LPJU,
jumlah LPJU legal dan ilegal, rencana pengembangan prasarana jalan dan
pengembangan jaringan LPJU, sistem basis data yang telah ada. Tujuan
pengumpulan data kelompok ini adalah untuk lebih mengetahui secara
mendalam tingkat optimalisasi sistem penerangan jalan umum serta
kendalanya sehingga menyebabkan inefisiensi. Untuk itu dalam tahap
koleksi data ini, konsultan akan melaksanakan kegiatan-kegiatan :
Studi leteratur meliputi semua aspek yang berkaitan dengan tugas ini.
Melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak terkait mengenai
karakteristik dan pengoperasian sistem yang diinginkan.
Perumusan masalah
Perumusan masalah pada tahap awal seluruh proses perancangan merupakan
hal yang sangat penting sebagai dasar bagi penentuan tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai pada setiap tahap proses perancangan. Perumusan
masalah yang tepat akan sangat mendukung kelancaran dalam proses
perancangannya. Secara garis besar perumusan masalah dibedakan atas :
Masalah Makro, yaitu masalah yang berkaitan dengan perencanaan
Penyusunan DED Efisiensi LPJU kabupaten Semarang secara keseluruhan.
Masalah Mikro, adalah yang berkaitan dengan :
Penerimaan PPJU
Tagihan rekening PPJU
Jalan yang sudah mempunyai jaringan LPJU
Jalan yang belum mempunyai jaringan LPJU
LPJU swadaya masyarakat (ilegal)
Sistem basis data
Metodologi analisis dan sintesis
Data-data yang diperoleh dikelompokkan sesuai kriteria-kriteria
perancangan pada masing-masing. Analisis dan sistesis dilakukan terhadap
masing-masing komponen perancangan guna mendapatkan rumusan masalah,
untuk kemudian dicarikan cara pemecahannya yang paling tepat. Keluaran
pada tahap ini akan menjadi kerangka acuan utama bagi penyusunan konsep
perancangan pada tahap selanjutnya.

Penyusunan konsep perancangan


Konsep perancangan merupakan uraian diskriptif ide dan gagasan
perancangan beserta dasar-dasar analisisnya akan dikomunikasikan pada
pemilih proyek maupun pengelola. Secara garis besar, konsep perancangan
yang akan disajikan meliputi :
Biaya Penyambungan dan Jaminan LPJU
Sistem Instalasi dan konstruksi LPJU
Sistem pengukuran
Penataan jenis lampu dan daya lampu (watt)
Sistem basis data
Konsep pemilihan material/bahan, mencakup kriteria yang digunakan untuk
pemilihan material serta penjelasan spesifikasinya.

Rancangan skematik (Schematic Design)


Pada tahap ini dilakukan transformasi dari konsep perancangan masing-
masing sistem di atas ke dalam diagram-diagram perancangan berikut
analisisnya untuk memberikan gambaran kemungkinan-kemungkinan pemecahan
perancangan pada masing-masing rancangan.

Prarancangan
Merupakan implementasi seluruh konsep perancangan yang merupakan gagasan
awal sistem yang akan diterapkan.
Pembahasan dan diskusi secara intensif antara konsultan dan pihak
pemberi tugas maupun pengelolai akan dilakukan selama tahap pra
rancangan ini, untuk mendapatkan keluaran yang optimal.
Selain itu konsultan juga akan menyerahkan data lapangan dan laporan
perancangan skematik serta prakiraan biaya sementara (preliminary cost)
sebagai bahan kajian bagi pemberi tugas.

Pengembangan rancangan
Dalam tahap ini akan dilakukan koordinasi intensif antara berbagai
disiplin yang terlibat, untuk secara bersama-sama merencanakan dan
menerapkan berbagai sistem yang digunakan ke dalam hasil rancangan yang
telah dikembangkan. Materi yang akan disajikan pada tahap ini meliputi :
Biaya Penyambungan dan Jaminan LPJU
Sistem Instalasi dan konstruksi LPJU
Sistem pengukuran
Penataan jenis lampu dan daya lampu (watt)
Sistem basis data
Jenis material mencakup kriteria yang digunakan untuk pemilihan material
serta penjelasan spesifikasinya
Detail perancangan
Tahap ini merupakan tahap akhir seluruh proses perancangan yang
dilaksanakan oleh konsultan. Pada tahap akhir ini seluruh hasil
rancangan beserta dokumen-dokumen telah siap untuk dilaksanakan tahapan
selanjutnya yaitu pelelangan dan tahapan konstruksi. Secara umum dokumen
lelang ini akan memuat :
Sistem dan detail masing-masing komponen dalam butir pra-rancangan di
atas.
Rencana anggaran biaya
Rencana kerja dan syarat-syarat,
Spesifikasi teknis,
Prosedur tata cara pelelangan serta cara-cara penawaran.

C.2.

PENDEKATAN DAN
METODOLOGI PERENCANAAN

BISA DI UP DATE

MUDAH DIOPERASIKAN

MUDAH DIPAHAMI

AKURAT

PERANGKAT LUNAK BASIS DATA

UNGKAPAN MASALAH

KEBUTUHAN

KONSEP

HANDAL DAN AMAN (SECURE)

KENYATAAN

TUJUAN

PROGRAMING

MENU UTAMA

DIREKTORI UPJ

REKENING

KECAMATAN

KALURAHAN/DESA/
JALAN
KODE TIANG

JENIS LAMPU, DAYA ,


NOMOR APP

WILAYAH APJ

NO APP

JUMLAH
PEMAKAIAN ENERGI

Anda mungkin juga menyukai