Anda di halaman 1dari 18

PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA

SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

6.1. UMUM

Metodologi pelaksanaan layanan jasa konsultansi Penyusunan Metodologi

Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi berlokasi di wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta, mengacu pada pemahaman dan apresiasi konsultan

terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan

(Aanwijzing) untuk pekerjaan tersebut di atas. Orientasi pokok dalam penyusunan

metodologi ini adalah tercapainya maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan

Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi secara memuaskan.

Metodologi ini disusun berdasarkan beberapa pendekatan yaitu pendekatan

umum, pendekatan teknis dan administrasi serta pendekatan profesional.

Pendekatan - pendekatan tersebut akan menjadi kerangka dasar dari penyusunan

program kerja secara terperinci khususnya yang berhubungan dengan

pelaksanaan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca.

Metodologi pelaksanaan layanan jasa Konsultansi dalam pelaksanaan

penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi di Wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan dilaksanakan meliputi konsumsi energi

sektor domestik dan sektor transportasi mengacu pada pemahaman dan apresiasi

konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Berita Acara Penjelasan

Pekerjaan (Aanwijzing) untuk pekerjaan tersebut di atas. Orientasi pokok dalam

penyusunan metodologi ini adalah tercapainya maksud dan tujuan dari

pelaksanaan pekerjaan penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca


I-1
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Sektor Energi yang digunakan sebagai acuan Rencana Aksi Daerah Pengurangan

Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Metodologi ini disusun berdasarkan beberapa pendekatan yaitu pendekatan

umum, pendekatan teknis dan administrasi serta pendekatan profesional.

Pendekatan - pendekatan tersebut akan menjadi kerangka dasar dari penyusunan

program kerja secara terperinci khususnya yang berhubungan dengan

pelaksanaan Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi.

6.2. Strategi Pelaksanaan Konsultan Pengadaan Penyusunan Metodologi

Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi D. I. Yogyakarta

Berdasarkan latar belakang kerangka acuan kerja (KAK) pengadaan

Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi D.I.

Yogyakarta yang menyebutkan faktor Peningkatan pertumbuhan aktivitas industri

baik industri kecil maupun jenis industri yang memicu terjadinya permasalahan

peningkatan kadar zat pencemar baik pencemaran air maupun pencemaran

udara. Selain itu faktor peningkatan aktivitas transportasi akibat pertumbuhan

kendaraan bermotor yang memicu permasalahan tundaan sampai dengan

kemacetan lalu lintas pada ruas - ruas jalan di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, yang menyebabkan emisi zat CO 2, NO, serta Pb, dari kendaraan

bermotor, juga faktor peningkatan penggunaan perabot/ peralatan rumah tangga

dan kantor di Provinsi DIY adalah berupa Air Conditioner yang terpasang baik di

rumah - rumah, kawasan perkantoran, serta pada kendaraan roda empat, yang

menyebabkan emisi gas rumah kaca jenis CFC dari penggunaan Air Conditioner,

maka atas dasar jenis emisi dan penyebabkan diperlukan metodologi dalam

pengurangan emisi gas rumah kaca tersebut.


I-2
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Oleh karena iitu maksud dan tujuan dari kegiatan pengadaan Penyusunan

Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi ini mendapatkan cara

pengurangan emisi gas rumah kaca yang efektif, khususnya berdasarkan sektor

pemanfaatan energi rumah tangga dan transportasi. Dan mengingat faktor

dampak yang berbahaya maka harus dilakukan pengurangan emisi gas rumah

kaca semaksimal mungkin.

Program pengadaan dan Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah

Kaca Sekor Energi merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi potensi

tingkat perkembangan pencemaran lingkungan, khususnya yang berkaitan

dengan emisi gas rumah kaca sektor energi di wilayah D.I. Yogyakarta. Sehingga

diharapkan metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi ini dapat

menjadi sebagian acuan dalam strategi untuk penyusunan RAD GRK wilayah D.I.

Yogyakarta.

Pekerjaan ini menghasilkan data – data teknis kondisi kepadatan hunian dan

jalur transportasi dan tingkat emisi gas rumah kaca wilayah D.I. Yogyakarta,

secara rinci diantaranya : Pemetaan hunian dan jalur transpotasi, Data

perumahan, perkantoran dan hotel, Data kendaraan roda dua dan empat, Data

beban dan pemanfaatan energi listrik D.I. Yogyakarta, Data kondisi

tumbuhan/pepohonan wilayah D.I. Yogyakarta, data hasil analisa jumlah mineral

emisi gas rumah kaca. Proses program Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas

Rumah Kaca Sekor Energi ini juga menjadi dasar target menghasilkan metode

dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sektor energi di wilayah D.I.

Yogyakarta yang efektif.

I-3
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Dengan melihat kajian secara historis dari objek tersebut, maka dapat

ditetapkan dasar untuk mengidentifikasi bagian – bagian atau sektor – sektor apa

saja yang digunakan dalam Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah

Kaca Sekor Energi. Bagian-bagian dari pelaksanaan konsultan pengadaan

Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi sebagai

beikut.

6.3. Pemetaan hunian dan jalur transportasi

Pemetaan topografi lokasi dimaksudkan untuk mengetahui dan

mengedentifikasi tata letak kawasan hunian maupun jalur transportasi terpadat

yang merupakan pemberi kontribusi emisi gas rumah kaca yang tinggi. Sebagai

referensi untuk membantu tata letak hunian diberikan pada gambar 6.1, yaitu

gambar peta wilayah administrasi D.I. Yogyakarta, sedangkan gambar 6.2 sampai

6.6 adalah peta wilayah administrasi masing – masing kabupaten D.I.

Yogyakarta.

Gambar 6.1. Peta Wilayah administrasi DI. Yogyakarta

I-4
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Gambar 6.2. Peta Wilayah administrasi Kota Yogyakarta

Gambar 6.3. Peta Wilayah administrasi Kabupaten Gunung Kidul

I-5
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Gambar 6.4. Peta Wilayah administrasi Kabupaten Bantul

Gambar 6.5. Peta Wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo

I-6
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Gambar 6.6. Peta Wilayah administrasi Kabupaten Sleman

Peta jalur transportasi terpadat di wilayah D.I. Yogyakarta secara umum di

wilayah perkotaan, yang dimungkinkan tingkat emisi gas rumah kaca lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah perkampungan yaitu terutama pada terminal, halte

dan jalan simpang (traffic light). Gambar 6.7 memberikan wilayah jalur jaringan

trayek dan halte angkutan perkotaan D.I. Yogyakarta.

Gambar 6.7. Peta jalur transportasi kota Yogyakarta

I-7
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Hasil pemetaan tersebut digunakan untuk mengetahui tata letak lokasi


penghasil kontribusi emisi gas rumah kaca terbesar di wilayah D.I. Yogyakarta.
Pelaksanaan yang dilakukan diantaranya adalah untuk mencari data jumlah
penggunaan energi listrik perumahan dan hotel, data jumlah kendaraan yang
melintas pada persimpangan, terminal maupun halte, sehingga dapat
memperhitungkan jumlah rata – rata kendaraan yang beroperasi dalam setiap
jam dan juga dapat menghitung estimasi serapan BBM per harinya.
Jumlah emisi CO2 dari konsumsi energi listrik dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut :
Kg  CO2
Kg  CO2  x Kwh dan
KWh

Emisi CO2 tak langsung


dari penggunaan energi  Koefisien emisi CO2 x Jumlah Penggunaan energi listrik
listrik

Secara umum sektor transportasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 moda


transportasi, yaitu: transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara.
Masing - masing moda dapat dirinci lagi sesuai dengan jenis teknologi, bahan
bakar maupun fungsinya. Secara garis besar klasifikasi tersebut ditunjukkan pada
Gambar 6.8.

Gambar 6.8. Klasifikasi Moda Transportasi

I-8
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Sektor transportasi merupakan sektor penunjang untuk menggerakkan

sektor lainnya, seperti pergerakkan barang komoditas di sektor industri,

pergerakan orang di sektor rumah tangga, maupun kegiatan komersial maka

sektor ini diprakirakan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan

sektor lainnya. Data nasional kebutuhan energi pada sektor transportasi dalam

kurun waktu 2005-2010 meningkat dengan laju pertumbuhan 8,1% per tahun.

Dari 178 juta SBM pada tahun 2005 menjadi 263 juta SBM pada tahun 2010.

Berdasarkan energi final yang digunakan maka dapat dikatakan BBM

mendominasi konsumsi energi di sektor transportasi dengan pangsa lebih dari

99,9%. Tabel 6.1. ditunjukkan kebutuhan energi final sektor transportasi per jenis

bahan bakar pada tahun 2005-2010. Diantara BBM sendiri, penggunaan premiun

dan ADO sangat mendominasi karena mobilitas

Tabel 6.1. Kebutuhan Energi Final Sektor Transportasi (Ribu SBM)

Berdasarkan prakiraan konsumsi energi untuk setiap sub sektor transportasi,

maka dapat diperlihatkan bahwa transportasi darat merupakan sub sektor yang

paling besar menggunakan energi disektor transportasi dengan pangsa mencapai

I-9
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

90%. Sedangkan subsektor transportasi udara dengan pangsa 8% dan

transportasi laut hanya 2%

Laut
2% Udara
8%

Darat
90 %

Gambar 6.9. Pangsa Penggunaan Energi untuk Setiap Moda Transportasi

Transportasi darat paling besar kebutuhan energinya dibandingkan untuk

transportasi laut dan udara. Oleh karena itu transportasi darat merupakan sub-

sektor yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan efisiensi penggunaan

energi maupun dalam mengurangi emisi GRK untuk jangka panjang.

6.4. Metoda Estimasi

Emisi gas rumah kaca adalah hasil pembakaran bahan bakar yang terdiri

dari karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitro oksida ((N2O). Hampir

semua karbon yang terkandung pada minyak (99) dikonversi menjadi CO 2 pada

proses pembakaran bahan bakar minyak. Konversi tersebut relatif tergantung

pada konfigurasi pembakaran karena emisi karbon monoksida (CO) akan

mengurangi emisi CO2, namun jumlah CO yang dihasilkan sangat kecil bila

dibandingkan dengan jumlah CO2 yang diproduksi. Metana (CH 4) dihasilkan dalam

jumlah yang tidak signifikan pada suatu proses pembakaran. Sama halnya

dengan CO, metana hanya terbentuk pada pembakaran yang tidak sempurna,

yaitu pembakaran yang terjadi pada temperatur rendah yang biasanya terjadi

pada awal dan akhir dari siklus pembakaran. Sedangkan dinitro oksida (N 2O)
I - 10
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

terbentuk dalam reaksi kompleks pembakaran yaitu terjadi apabila temperatur

pembakaran tinggi (di atas 14750 F). Jumlah N2O yang dihasilkan lebih kecil dari

1% dari total emisi suatu proses pembakaran (Pakrasi & Davis, 2000)

Karena komponen GRK yang paling dominan dihasilkan pada pembakaran bahan

bakar adalah gas karbon dioksida (CO 2), maka estimasi emisi dan konsumsi

energi didasarkan pada faktor emisi gas CO 2, yang mengacu pada panduan

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2006. Estimasi jumlah

emisi CO2 per ton produksi material perkerasan, mengacu pada persamaan pada

panduan IPCC adalah seperti dijelaskan pada Persamaan berikut :

KgCO2
Konsumsi energi ( MJ ) x Faktor Emisi ( )
KgCO2 MJ
Emisi GRK ( )
ton Total Pr oduksi (ton )

Metode analisis yang digunakan untuk estimasi konsumsi energi adalah dengan

konversi penggunaan bahan bakar kepada satuan energi standar ( Joule) . Untuk

mendapatkan angka konsumsi energi dalam setiap produksi 1 Mg (ton) material

perkerasan, perhitungannya menggunakan persamaan berikut :

MJ
Konsumsi Bahan Bakar ( Liter ) x Calarafic Value ( )
MJ Liter
Konsumsi Energi ( )
ton Total Pr oduksi (ton )

6.4.1. Faktor emisi dan faktor konversi energi

Faktor Emisi adalah nilai representatif yang menunjukkan kuantitas suatu

polutan yang dilepaskan ke atmosfer akibat suatu kegiatan yang terkait dengan

sumber polutan. Faktor ini biasanya dinyatakan dalam berat polutan per satuan

berat, volume, jarak, atau lamanya aktivitas yang mengemisikan polutan.

Misalnya, partikel yang diemisikan sebanyak berapa kilogram per megagram

I - 11
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

batubara yang dibakar (IPCC, 2006). Emisi yang dihasilkan dari pembakaran

bahan bakar tergantung pada beberapa hal yaitu jenis bahan bakar, komposisi

komponen penyusun minyak, tipe dan ukuran mesin bakar ( boilers), metode

pembakaran, dan tingkat perawatan dari peralatan/mesin.

Pada umumnya, bahan bakar yang digunakan untuk keperluan mesin/alat

konstruksi adalah bahan baker solar (diesel fuel)yang mengandung karbon

(86.4%), hidrogen (12.7%), sulfur (0.4-1.5%), oksigen dan nitrogen (0.2%),

serta kandungan sedimen dan air dalam jumlah kecil (Pakrasi & Davis, 2000).

IPCC (2006) mengeluarkan panduan mengenai besarnya faktor emisi untuk

pembakaran berbagai tipe bahan bakar. Faktor emisi seperti diuraikan pada Tabel

6.2 adalah nilai-nilai yang menggunakan asumsi kandungan karbon ( carbon

content) 716.5 g C/liter untuk minyak mentah ( crude oil) dan 727.0 g C/liter

untuk bahan bakar diesel.

Tabel 6.2. Faktor konversi energi dan faktor emisi bahan bakar (IPCC, 2006)

IPCC juga menjelaskan mengenai nilai kalor ( calorific value). Calorific value

adalah besaran kalor standar yang dihasilkan dari pembakaran setiap satuan

massa bahan bakar. Satuannya adalah satuan energi dibagi satuan massa bahan

I - 12
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

bakar, misalnya gigajoule (GJ) per megagram (Mg). Nilai ini digunakan untuk

menghitung konversi energi dari penggunaan bahan bakar minyak mentah dan

batu bara

6.5. Kerangka penelitian

Kerangka penelitian dan langkah kerja yang akan dilakukan dalam penelitian

dijabarkan sebagai berikut :

1. Latar belakang

Terdiri atas dua kondisi ideal dan fakta yang berjalan sebagai berikut :

Pengertian ideal :

Untuk melestarikan lingkungan CO 2 harus dikurangi

konsentrasinya menjadi maksimal 350 ppm (Jasmin, 2010)

Pengertian fakta :

Konsentrasi karbon dioksida di atmosfer terus naik hingga

mencapai 381 ppm (bagian permil) pada 2005 (Hofmann, 2005)

Kedua kondisi tersebut mejadikan GAP sebagai berikut :

Meningkatnya konsentrasi CO2 disebabkan oleh beberapa

aktivitas manusia, diantaranya dari penggunaan alat transportasi

dan listrik yang ikut berkontribusi dalam menyumbang CO 2.

2. Rumusan masalah

Mengacu pada latar belakang maka terdapat 4 permasalahan yang harus

diselesaikan yaitu :

a. Berapa besar emisi CO2 yang dihasilkan dari BBM alat transportasi

dan pemakaian listrik di wilayah D.I. Yogyakarta ?

I - 13
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

b. Bagaimana cara mengurangi emisi CO 2 yang dihasilkan dari

penggunaan alat transportasi dan peralatan listrik di wilayah D.I.

Yogyakarta ?

c. Seberapa besar pengurangan gas CO2 dari pereduksian yang

ditinjau dari penyerapan BBM transportasi dan penggunaan energi

listrik ?

d. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penggantian alat

perbaikan/penurunan emisi CO2

3. Tujuan

a. Menganalisisis berapa besar emisi CO2 yang dihasilkan dari

pemakaian BBM Transportasi dan energi listrik

b. Mengevaluasi effisiensi emisi CO2 dari penggunaan BBM

Transportasi dan energi listrik

c. Memberikan solusi kepada pengguna alat transportasi dan

pengguna energi listrik yang memang harus dilakukan

penggantian maupun pengurangan jam pemakaian alat listrik

d. Menganalisis berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk

mengganti alat tersebut

4. Pengumpulan data

Data yang harus didapat terdiri atas dua jenis data yaitu Data primer dan

sekunder.

Data primer didapatkan dari survey secara langsung ke lokasi penelitian

(D.I. Yogyakarta dengan cara pengambilan sampel data) dan melakukan

pendataan peralatan rumah tangga yang dioperasikan dengan listrik.

I - 14
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Data sekunder dapat dilakukan dengan menambil data yang telah

dilakukan peneliti terdahulu atau sumber data dari jenis lain seperti data

penggunaan beban listrik PT. PLN (Persero) Area Yogyakarta.

5. Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan terutama dalam perhitungan untuk mendapatkan

hasil keseimpulan sebagai berikut :

a. Besarnya emisi CO2 yang dikeluarkan dari listrik wilayah D.I.

Yogyakarta.

b. Tempat mana saja yang memerlukan pereduksian CO 2 dan

diperoleh cara pereduksian yang tepat.

c. Solusi yang tepat untuk pereduksian

d. Besarnya biaya yang dikeluarkan

6.6. Pengukuran dan Observasi

6.6.1. Pengukuran dan penentuan peralatan

Pengumpulan data akan memberikan gambaran penyelesaian Pengadaan

Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi D.I.

Yogyakarta secara detail dapat terlaksana melalui pengukuran/ perhitungan

jumlah serapan BBM transportasi rata – rata dan besaran serapan energi rata-

rata dalam menentukan keberhasilan penyusunan metodologi aksi mitigas gas

rumah kaca sektor energi di wilayah D.I. Yogyakarta. Data terpenting dalam

Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi antara lain :

a. Jumlah lalu lintas kendaraan terpadat di wilayah D.I. Yogyakarta yang

merupakan sebagai acuan dalam perhitungan jumlah CO 2 yang dikeluarkan.

I - 15
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

b. Jumlah kendaraan roda dua maupun empat total di D.I. yogyakarta

c. Jumlah serapan energi listrik pada beban rumah tangga, industri dan hotel

d. Data jumlah pepohonan yang dapat mengeliminir gas rumah kaca.

6.6.2. Observasi

Observasi perlu dilakukan untuk membantu mengidentifikasi hal - hal yang

yang dibutuhkan dalam Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca

Sektor Energi D.I. Yogyakarta. Observasi dapat dilakukan dengan peninjauan

gedung dan jalan simpang di wilayah D.I. Yogyakarta secara langsung dan

dengan mengisi format daftar permasalahan seperti terlihat pada contoh di tabel

6.2.

Tabel 6.2. Identifikasi masalah

Masalah yang ditemui Cek


Kondisi kendaraan Serapan BBM
1. Layak operasi Kendaraan Umum dan
2. Tidak layak operasi Kendaraan pribadi
Kondisi Beban Rumah Tangga
1. Skala 900 VA Jenis penggunaan peralatan
2. Skala 2200 VA listrik dan serapan energi listrik
3. Lebih besar 2200 VA
Kondisi beban industri
1. Skala kecil Jenis penggunaan peralatan
2. Skala menengah listrik dan serapan energi listrik
3. Skala tinggi
Kondisi beban hotel
Jenis penggunaan peralatan
1. Tingkat melati
listrik dan serapan energi listrik
2. Tingkat berbintang

6.7. Analisa

6.7.1. Menghitung emisi CO2 pada kondisi sebenarnya


I - 16
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

Menghitung emisi CO2 diawali dengan menghitung faktor emisi, dimana

faktor emisi ini didapatkan dari menghitung emisi CO 2 dari setiap pembangkit

yang memasok listrik ke faktor emisi rata-rata ditentukan oleh jenis bahan bakar

yang digunakan oleh pembangkit tersebut, rumus mencari faktor emisi yaitu

menggunakan persamaan berikut.

EF = FC.NCV.CEF.Oxid.44/12

Dimana:
EF : Emission factor
SFC : Specific fuel Consumption kiloton (kt fuel/MWh)
NCV : Net Calorific Value ton joule/kiloton fuel (TJ/kton fuel)
CEF : Carbon Emission Factor (TC/TJ)
Oxid : Oxidation factor

Setelah faktor emisi dihitung lalu :

kg CO2 = EF . pemakaian listrik (kiloWatt)

Emisi faktor diperoleh berdasarkan referensi penyediaan listrik yang

diproduksi oleh pembangkit listrik Pembangkit Listrik Negara (PLN). Penyediaan

listrik ditentukan oleh PLN dengan produksi pembangkit listrik menggunakan

sistem interkoneksi dalam satu area besar yaitu Jawa, Madura, dan Bali (Gusman,

2009).

Perhitungan emisi faktor dari penyediaan listrik oleh PLN menggunakan data

pembangkit dengan bahan bakar yang ada, kemudiaan dirata-rata berdasarkan

alasan interkoneksi transmisi yang disalurkan PLN ke konsumen

6.7.2. Evaluasi penghematan

Tindakan yang dilakukan setelah menghitung jumlah emisi CO 2yang

dihasilkan dari setiap gedung, lalu langkah selanjutnya yaitu melakukan tindakan
I - 17
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA

penghematan. Evaluasi merupakan langkah awal, saat melakukan survey

tentunya dapat melihat alat-alat mana saja yang berpotensi timbulnya

pemborosan. Alat-alat yang berpotensi menimbulkan pemborosan bisa dilakukan

tindakan seperti penggantian atau pengurangan jam pemakaian

6.7.3. Menghitung emisi CO2pada kondisi setelah reduksi

Tindakan penghematan atau reduksi emisi CO 2 yang telah ditentukan saat

evaluasi, kemuduan diterapkan. Perhitungan emisi CO 2 yang dihasilkan setelah

reduksi menggunakan cara yang sama seperti perhitungan emisi CO 2pada kondisi

sebenarnya. Hal yang membedakan hanya pada daya atau lamanya waktu

pemakaian. Besarnya reduksi yang dilakukan yaitu emisi CO 2 pada kondisi

sebenarnya dikurangi dengan emisi CO2 setelah reduksi

6.7.4. Perhitungan Biaya

Perhitungan biaya ini dilakukan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan

jika tindakan reduksi yang dilakukan adalah penggantian alat. Nilai harga dari

barang yang diganti didapatkan dari survey di tempat elektronika, sehingga harga

yang didapatkan benar-benar sesuai keadaan sebenarnya. Perhitungan besarnya

biasa yang bisa dihemat dari hasil evaluasi atau pereduksian dihitung dengan

cara, besarnya listrik yang bisa dihemat dikalikan dengan harga per kWh.

I - 18

Anda mungkin juga menyukai