6.1. UMUM
Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi berlokasi di wilayah Daerah
terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
metodologi ini adalah tercapainya maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan
Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi secara memuaskan.
penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi di Wilayah
sektor domestik dan sektor transportasi mengacu pada pemahaman dan apresiasi
konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Berita Acara Penjelasan
Sektor Energi yang digunakan sebagai acuan Rencana Aksi Daerah Pengurangan
pelaksanaan Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi.
Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi D.I.
baik industri kecil maupun jenis industri yang memicu terjadinya permasalahan
kemacetan lalu lintas pada ruas - ruas jalan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, yang menyebabkan emisi zat CO 2, NO, serta Pb, dari kendaraan
dan kantor di Provinsi DIY adalah berupa Air Conditioner yang terpasang baik di
rumah - rumah, kawasan perkantoran, serta pada kendaraan roda empat, yang
menyebabkan emisi gas rumah kaca jenis CFC dari penggunaan Air Conditioner,
maka atas dasar jenis emisi dan penyebabkan diperlukan metodologi dalam
Oleh karena iitu maksud dan tujuan dari kegiatan pengadaan Penyusunan
Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi ini mendapatkan cara
pengurangan emisi gas rumah kaca yang efektif, khususnya berdasarkan sektor
dampak yang berbahaya maka harus dilakukan pengurangan emisi gas rumah
dengan emisi gas rumah kaca sektor energi di wilayah D.I. Yogyakarta. Sehingga
diharapkan metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi ini dapat
menjadi sebagian acuan dalam strategi untuk penyusunan RAD GRK wilayah D.I.
Yogyakarta.
Pekerjaan ini menghasilkan data – data teknis kondisi kepadatan hunian dan
jalur transportasi dan tingkat emisi gas rumah kaca wilayah D.I. Yogyakarta,
perumahan, perkantoran dan hotel, Data kendaraan roda dua dan empat, Data
emisi gas rumah kaca. Proses program Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas
Rumah Kaca Sekor Energi ini juga menjadi dasar target menghasilkan metode
dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sektor energi di wilayah D.I.
I-3
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
Dengan melihat kajian secara historis dari objek tersebut, maka dapat
ditetapkan dasar untuk mengidentifikasi bagian – bagian atau sektor – sektor apa
saja yang digunakan dalam Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah
Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sekor Energi sebagai
beikut.
yang merupakan pemberi kontribusi emisi gas rumah kaca yang tinggi. Sebagai
referensi untuk membantu tata letak hunian diberikan pada gambar 6.1, yaitu
gambar peta wilayah administrasi D.I. Yogyakarta, sedangkan gambar 6.2 sampai
Yogyakarta.
I-4
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
I-5
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
I-6
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
wilayah perkotaan, yang dimungkinkan tingkat emisi gas rumah kaca lebih tinggi
dan jalan simpang (traffic light). Gambar 6.7 memberikan wilayah jalur jaringan
I-7
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
I-8
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
sektor lainnya. Data nasional kebutuhan energi pada sektor transportasi dalam
kurun waktu 2005-2010 meningkat dengan laju pertumbuhan 8,1% per tahun.
Dari 178 juta SBM pada tahun 2005 menjadi 263 juta SBM pada tahun 2010.
99,9%. Tabel 6.1. ditunjukkan kebutuhan energi final sektor transportasi per jenis
bahan bakar pada tahun 2005-2010. Diantara BBM sendiri, penggunaan premiun
maka dapat diperlihatkan bahwa transportasi darat merupakan sub sektor yang
I-9
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
Laut
2% Udara
8%
Darat
90 %
transportasi laut dan udara. Oleh karena itu transportasi darat merupakan sub-
Emisi gas rumah kaca adalah hasil pembakaran bahan bakar yang terdiri
dari karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitro oksida ((N2O). Hampir
semua karbon yang terkandung pada minyak (99) dikonversi menjadi CO 2 pada
mengurangi emisi CO2, namun jumlah CO yang dihasilkan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jumlah CO2 yang diproduksi. Metana (CH 4) dihasilkan dalam
jumlah yang tidak signifikan pada suatu proses pembakaran. Sama halnya
dengan CO, metana hanya terbentuk pada pembakaran yang tidak sempurna,
yaitu pembakaran yang terjadi pada temperatur rendah yang biasanya terjadi
pada awal dan akhir dari siklus pembakaran. Sedangkan dinitro oksida (N 2O)
I - 10
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
pembakaran tinggi (di atas 14750 F). Jumlah N2O yang dihasilkan lebih kecil dari
1% dari total emisi suatu proses pembakaran (Pakrasi & Davis, 2000)
Karena komponen GRK yang paling dominan dihasilkan pada pembakaran bahan
bakar adalah gas karbon dioksida (CO 2), maka estimasi emisi dan konsumsi
energi didasarkan pada faktor emisi gas CO 2, yang mengacu pada panduan
emisi CO2 per ton produksi material perkerasan, mengacu pada persamaan pada
KgCO2
Konsumsi energi ( MJ ) x Faktor Emisi ( )
KgCO2 MJ
Emisi GRK ( )
ton Total Pr oduksi (ton )
Metode analisis yang digunakan untuk estimasi konsumsi energi adalah dengan
konversi penggunaan bahan bakar kepada satuan energi standar ( Joule) . Untuk
MJ
Konsumsi Bahan Bakar ( Liter ) x Calarafic Value ( )
MJ Liter
Konsumsi Energi ( )
ton Total Pr oduksi (ton )
polutan yang dilepaskan ke atmosfer akibat suatu kegiatan yang terkait dengan
sumber polutan. Faktor ini biasanya dinyatakan dalam berat polutan per satuan
I - 11
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
batubara yang dibakar (IPCC, 2006). Emisi yang dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar tergantung pada beberapa hal yaitu jenis bahan bakar, komposisi
komponen penyusun minyak, tipe dan ukuran mesin bakar ( boilers), metode
serta kandungan sedimen dan air dalam jumlah kecil (Pakrasi & Davis, 2000).
pembakaran berbagai tipe bahan bakar. Faktor emisi seperti diuraikan pada Tabel
content) 716.5 g C/liter untuk minyak mentah ( crude oil) dan 727.0 g C/liter
Tabel 6.2. Faktor konversi energi dan faktor emisi bahan bakar (IPCC, 2006)
IPCC juga menjelaskan mengenai nilai kalor ( calorific value). Calorific value
adalah besaran kalor standar yang dihasilkan dari pembakaran setiap satuan
massa bahan bakar. Satuannya adalah satuan energi dibagi satuan massa bahan
I - 12
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
bakar, misalnya gigajoule (GJ) per megagram (Mg). Nilai ini digunakan untuk
menghitung konversi energi dari penggunaan bahan bakar minyak mentah dan
batu bara
Kerangka penelitian dan langkah kerja yang akan dilakukan dalam penelitian
1. Latar belakang
Terdiri atas dua kondisi ideal dan fakta yang berjalan sebagai berikut :
Pengertian ideal :
Pengertian fakta :
2. Rumusan masalah
diselesaikan yaitu :
a. Berapa besar emisi CO2 yang dihasilkan dari BBM alat transportasi
I - 13
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
Yogyakarta ?
listrik ?
3. Tujuan
4. Pengumpulan data
Data yang harus didapat terdiri atas dua jenis data yaitu Data primer dan
sekunder.
I - 14
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
dilakukan peneliti terdahulu atau sumber data dari jenis lain seperti data
Yogyakarta.
Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi D.I.
jumlah serapan BBM transportasi rata – rata dan besaran serapan energi rata-
rumah kaca sektor energi di wilayah D.I. Yogyakarta. Data terpenting dalam
Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi antara lain :
I - 15
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
c. Jumlah serapan energi listrik pada beban rumah tangga, industri dan hotel
6.6.2. Observasi
yang dibutuhkan dalam Penyusunan Metodologi Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca
gedung dan jalan simpang di wilayah D.I. Yogyakarta secara langsung dan
dengan mengisi format daftar permasalahan seperti terlihat pada contoh di tabel
6.2.
6.7. Analisa
faktor emisi ini didapatkan dari menghitung emisi CO 2 dari setiap pembangkit
yang memasok listrik ke faktor emisi rata-rata ditentukan oleh jenis bahan bakar
yang digunakan oleh pembangkit tersebut, rumus mencari faktor emisi yaitu
EF = FC.NCV.CEF.Oxid.44/12
Dimana:
EF : Emission factor
SFC : Specific fuel Consumption kiloton (kt fuel/MWh)
NCV : Net Calorific Value ton joule/kiloton fuel (TJ/kton fuel)
CEF : Carbon Emission Factor (TC/TJ)
Oxid : Oxidation factor
sistem interkoneksi dalam satu area besar yaitu Jawa, Madura, dan Bali (Gusman,
2009).
Perhitungan emisi faktor dari penyediaan listrik oleh PLN menggunakan data
dihasilkan dari setiap gedung, lalu langkah selanjutnya yaitu melakukan tindakan
I - 17
PENYUSUNAN METODOLOGI AKSI MITIGASI GAS RUMAH KACA
SEKTOR ENERGI D.I. YOGYAKARTA
reduksi menggunakan cara yang sama seperti perhitungan emisi CO 2pada kondisi
sebenarnya. Hal yang membedakan hanya pada daya atau lamanya waktu
jika tindakan reduksi yang dilakukan adalah penggantian alat. Nilai harga dari
barang yang diganti didapatkan dari survey di tempat elektronika, sehingga harga
biasa yang bisa dihemat dari hasil evaluasi atau pereduksian dihitung dengan
cara, besarnya listrik yang bisa dihemat dikalikan dengan harga per kWh.
I - 18