PENDAHULUAN
1
Costumer Average Interuption Frequncy Index (CAIFI), Costumer Average
Interuption Duration Index (CAIDI), Average Service Availability Index (ASAI)
dan Average Service Unvailability Index (ASUI).
Untuk dapat memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat dengan baik
PT. PLN (Persero) menetapkan suatu standar yang mengatur tentang “Tingkat
Jaminan Sistem Tenaga Listrik” yang dimuat dalam SPLN 68-2:1986.
Berdasarkan SPLN 68-2 :1986, nilai standar keandalan jaringan PLN Distribusi
DKI & Tangerang menjadi dasar tingkat keandalan bagi wilayah lain di Indonesia
dengan frekuensi pemadaman 27 kali/tahun dan durasi pemadaman 177
jam/tahun. Untuk dapat menentukan tingkat jaminan bagi daerah-daerah lain,
maka nilai frekuensi dan durasi pada PLN DKI & Tangerang dikalikan dengan
suatu nilai faktor pengali. Untuk wilayah Maluku, NTB dan NTT nilai faktor
pengalinya adalah 1,4 sehinga standar jaminan layanan wilayah NTT adalah 37,8
kali/tahun dan 247,8 jam/tahun. Sedangkan wilayah kelistrikan di pedesaan dapat
dikalikan dengan 1,6 sehinga standar keandalan untuk wilayah pedesaan adalah
43,2 kali/tahun dan 283,2 jam/tahun.
PT. PLN (Persero) Rayon Oesao merupakan salah satu Rayon dari PT.
PLN (Persero) Indonesia yang bertugas untuk melayani energi listrik diwilayah
Kabupaten Kupang dengan jumlah delapan (8) penyulang (Feeder) dengan sistem
konfigurasi jaringan listrik radial dan memiliki dua (2) buah Gardu Induk (GI)
yaitu GI Naibonat dan Gardu Hubung Oesao. Berdasarkan SPLN 68-2:1986
standar jaminan pelayanan PT. PLN (Persero) Rayon Oesao adalah 37,8
kali/tahun dan 247,8 jam/tahun. Pada tugas akhir ini penulis akan untuk
menganalisis tingkat keandalan dari penyulang distribusi Penyulang Buraen,
Penyulang Camplong, dan Penyulang Baun berdasarkan indeks keandalan
jaringan distribusi.
2
Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks keandalan jaringan distribusi
Penyulang Buraen, Penyulang Camplong, dan Penyulang Oesao.
3
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan.
4
BAB II
DASAR TEORI
5
maka ukuran generator disuatu pembangkit bervariasi dari 50MW hingga 1500
MW.
Pada gambar 2.1 dibawah ini dapat dilihat, bahwa tenaga listrik yang
dihasilkan dan dikirimkan kekonsumen melalui pusat pembangkit tenaga listrik,
GI, penyulang transmisi, dan kemudian ke beban, (Daman Suswanto, 2009).
6
atau 20kV, sedangkan pada JTR menyalurkan tegangan 220V dan 380 V, (Pabla,
1991).
7
2.2.2 Tipe Jaringan Distribusi Berdasarkan Konfigurasi Jaringan
Tipe jaringan distribusi tegangan menengah terdiri dari:
a. Sistem Distribusi Radial
Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.3 adalah sistem
distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa
penyulang yang menyuplai beberapa trafo distribusi secara radial.
8
bila salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan
di pindah ke penyulang lain.
9
2.2.3 Komponen Jaringan Distribusi
a. Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari
konstruksi jaringan distribusi dengan penyulang udara. Pada jaringan
distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton dan juga tiang
besi.
b. Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk
mengisolasasi konduktor atau penghantar. Menurut fungsinya isolator
dapat menahan berat dari konduktor, mengatur jarak dan sudut antar
konduktor serta menahan adanya perubahan pada konduktor akibat
temperatur dan angin.
c. Konduktor/ Kawat Penghantar
Konduktor atau kawat penghantar merupakan peralatan listrik yang
berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari sumber listrik ke beban.
d. Travers/Cross Arm
Travers dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang
perlu dipasang diatas tiang. Pemasangan travers dapat dengan memasang
klem, sekrup dengan baut dan mur secara langsung.
e. Arrester
Arrester adalah suatu peralatan pelindung sistem tenaga listrik
terhadap surja petir. Peralatan ini berfungsi melindungi peralatan sistem
tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang
dan mengalirkannya ke tanah.
f. Recloser
Recloser adalah pemutus balik otomatis secara fisik mempunyai
kemampuan sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis
untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya
gangguan hubung singkat dan membatasi luas daerah yang terkena
dampak gangguan.
10
g. Transformator
Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian
listrik ke rangkaian listrik lainnya, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi electromagnet.
11
Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada jaringan
distribusi adalah karna :
Surja petir atau surja hubung.
Burung atau daun-daun.
Polusi debu.
Pohon-pohon yang tumbuh di dekat jaringan distribusi.
Keretakan pada isolator.
Andongan yang terlalu kendor.
12
Untuk menghitung indeks keandalan titik beban dan indeks keandalan
sistem yang biasanya digunakan meliputi angka keluar dan lama perbaikan dari
masing-masing komponen.
13
𝜆 i= Ʃ𝑋𝑖 . 𝜆. 𝑋𝑜𝑢𝑡 … … … … … (2.1)
Ket:
Xi = Komponen pada terpasang pada titik i
λ = Angka keluaran
Xout= PU sistem keluar
14
12 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti penyambung kabel 15
(bulusan) untuk kabel berisolasi kertas
13 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti trafo distribusi 10
14 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti pelindung jaringan 10
15 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti/memperbaiki bus 10
tegangan rendah
Ui=Ʃ λ𝑖 .ti……………(2.2)
Ket:
λi = laju kegagalan
ti = waktu perbaikan
15
indeks keandalan pada tiap jaringan distribusi berdasarkan komponen terpasang
dan jumlah pelangan yang dilayani. Sedangkan SPLN 68-2:1986 menjelaskan
tentang standar keandalan jaringan distribusi di setiap daerah. Berdasarkan SPLN
68-2:1986 tentang tingkat jaminan sistem tenaga listrik menjadikan PLN
Distribusi DKI & Tangerang sebagai dasar atau patokan bagi daerah lain di
Indonesia berdasarkan tipe-tipe jaringan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Standar Jaminan PLN Distribusi DKI Jakarta & Tangerang
No Jenis Jaringan Frekuensi Durasi
1 SUTM Radial 27 kali/tahun 177 jam/tahun
2 SUTM Radial dengan PBO 11 kali/tahun 58 jam/tahun
3 SKTM Spindel tanpa PPJD 1,7 kali/tahun 6,25 jam/tahun
4 SKTM Spindel dengan PPJD 1,7 kali/tahun 4,77 jam/tahun
5 SKTM Gugus 1,7 kali/tahun 5,0 jam/tahun
Sumber: SPLN 68-2:1986
Dikarenakan kebutuhan tenaga listrik tiap konsumen dan beban tarif pada
tiap daerah berbeda, maka PT. PLN (Persero) menetapkan suatu standar
pelayanan energi listrik untuk daerah lain dengan menggunakan faktor pengali
yang berdasarkan pada standar jaminan PLN Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
Berikut adalah faktor pengali bagi daerah lain:
16
2.4.2 Indeks Keandalan Berorientasikan Pelanggan
Dalam penentuan indeks keandalan yang berorientasikan pada pelanggan
untuk sistem secara keseluruhan maka faktor-faktor yang mempengaruhi seperti
jumlah pelanggan, perkiraan frekuensi dan durasi/lama pemadaman dapat
dievaluasi dan bisa didapatkan lengkap mengenai kinerja sistem. Indeks-indeks ini
adalah frekuensi atau lama pemadaman rata-rata tahunan. Indeks keandalan yang
dipakai pada sistem distribusi dijelaskan dalam uraian berikut ini:
Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI) adalah
indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian frekuensi padam
dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani.
Dengan indeks ini gambaran mengenai frekuensi kegagalan rata-rata yang
terjadi pada bagian-bagian dari sistem bisa dievaluasi sehingga dapat
dikelompokan sesuai dengan tingkat keandalannya. Satuannya adalah
pemadaman per pelanggan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut: (Short. 2004).
Dimana:
λi = Laju kegalan pada titik i (kegagalan/tahun)
N i = jumlah pelanggan pada titik beban i (pelanggan)
N = jumlah seluruh pelanggan dalam satu sistem (pelanggan)
17
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
Ʃ𝜆𝑖 . 𝑁𝑖
= … … … … … . … … … … … … … . … … (2.4)
𝑁
Dimana:
Ui = durasi gangguan pada titik i (%/tahun)
Ni = jumlah pelanggan pada titik beban i (pelanggan)
N = jumlah seluruh pelanggan dalam satu sistem (pelanggan)
18
Avarage Service Availability/Unvailability Index (ASAI/ASUI)
Avarage Service Availability Index (ASAI) merupakan suatu indeks
yang menyatakan kemampuan suatu sistem untuk menyediakan/menyuplai
suatu sistem dalam jangka waktu satu (1) tahun sedangkan Avarage
Service Unvailability Index (ASUI) merupakan indeks yang menyatakan
ketidakmampuan suatu sistem untuk menyuplai, (Short. 2004).
19
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
20
Untuk menghitung SAIFI digunakan persamaan 2.3.
Untuk menghitung SAIDI digunakan persamaan 2.4.
Untuk menghitung CAIFI digunakan persamaan 2.5.
Untuk menghitung CAIDI digunakan persamaan 2.6.
Untuk menghitung ASAI/ASUI digunakan persamaan 2.7 dan
persamaan 2.9.
21
3.5 Langkah-langkah Penelitian
Berikut adalah langkah-langkah dalam penelitian ini:
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Membandingkan hasil
perhitungan dengan
standar SPLN 68-2:1986
Kesimpulan
Selesai
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Penyulang Oesao mendapatkan suplai energi listrik dari GI Naibonat
melalui penyulang express dengan sistem 20kV sedangkan penyulang Camplong
dan Buraen didistribusikan melalui GH Oesao dengan sistem 20kV. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat single line diagram yang terlampir pada lampiran-3.
24
4.2 Data Penelitian
Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini penulis menggunakan data-data
yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Oesao sebagai berikut:
25
4.2.2 Jumlah Pemadaman
Berdasarkan dari data yang diperoleh jumlah pemadaman pada Penyulang
Buraen, Penyulang Oesao dan Penyulang Camplong sejak tahun 2012 s/d 2017
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 4 1 1 7 1 2 7 4 9 10 11 23 80
3 2012 Buraen 1 2 1 3 3 3 7 7 6 9 3 20 65
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 11 0 3 7 5 8 6 3 8 9 13 4 77
3 2013 Buraen 8 2 3 7 5 7 6 3 9 4 7 11 72
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 10 3 12 3 23 18 19 8 10 6 14 12 138
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 10 7 6 12 6 4 9 8 7 2 3 5 79
3 2015 Buraen 33 11 20 12 2 2 1 0 1 2 0 4 88
1 Oesao 0 0 0 2 1 0 0 1 0 1 0 1 6
2 Camplong 5 4 4 3 6 8 10 7 7 1 1 3 59
3 2016 Buraen 0 1 7 6 3 11 4 3 4 6 4 9 58
1 Oesao 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 1 7
2 Camplong 1 3 1 10 5 2 2 3 2 1 1 3 34
3 2017 Buraen 2 2 2 2 4 2 1 0 3 0 2 4 24
26
4.2.3 Durasi Pemadaman
Berdasarkan dari data yang diperoleh mengenai durasi pemadaman pada
Penyulang Buraen, Penyulang Oesao dan Penyulang Camplong sejak tahun 2012
s/d 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 6 1 1 10 1 3 10 6 13 15 16 34 116
3 2012 Buraen 1 3 1 4 4 3 9 9 12 4 4 30 84
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 12 0 5 7 7 12 9 4 12 13 20 4 105
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 15 5 18 5 35 27 29 12 13 9 21 18 207
1 Oesao 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Camplong 17 12 11 20 9 4 10 10 11 3 5 7 119
1 Oesao 0 0 0 3 2 0 0 2 0 2 0 1 10
2 Camplong 7 6 8 5 11 10 15 9 10 1 2 5 89
3 2016 Buraen 0 2 11 9 3 15 6 5 6 9 5 14 85
1 Oesao 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 5
2 Camplong 1 2 1 13 5 3 3 2 3 1 1 2 37
3 2017 Buraen 1 1 1 2 5 1 1 0 2 0 3 2 19
27
4.3 Pengolahan Data
Peralatan sistem distribusi yang terpasang pada saluran distribusi tidak
selalu dapat bekerja dengan normal hal tersebut dikarenakan adanya beberapa
kondisi yang dapat mempengaruhi sistem kerja dari peralatan-peralatan tersebut
sehingga dapat mengakibatkan kegagalan pada sistem distribusi itu sendiri. Oleh
karena itu untuk dapat menentukan indeks keandalan suatu sistem distribusi
terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan perkiraan laju kegagalan dan durasi
gangguan berdasarkan dari data angka keluaran (outage) dan durasi pemadaman
(outage duration) dari tiap komponen.
Penyulang Oesao
Tabel 4. 5 Laju kegagalan penyulang Oesao
Komponen Komponen Angka PU Laju
Unit, KMs Keluar Sistem Kegagalan
(Xi) (λ) Keluar (λi)
SUTM 20,93 0,2 1 4,186
Trafo 18 0,005 1/18 0,005
LBS 0 0,003 0 0
Cut Out 6 0,005 1/6 0,005
Recloser 0 0,005 0 0
Rel TR 18 0,001 1/18 0,001
Total 4,197
(Sumber: Hasil perhitungan)
28
memiliki nilai perkiraan angka keluaran (outage) tertinggi adalah saluran udara
tegangan menengah dengan nilai 4,186 kali/tahun dan yang terendah pada rel TR
dengan nilai 0,001 kali/tahun.
Penyulang Camplong
Tabel 4. 6 Laju kegagalan penyulang Camplong
Komponen Komponen Angka PU Laju
Unit, KMs Keluar Sistem Kegagalan
(Xi) (λ) Keluar (λi)
SUTM 94,80 0,2 1 18,96
Trafo 79 0,005 1/79 0,005
LBS 2 0,003 ½ 0,003
Cut Out 31 0,005 1/31 0,005
Recloser 2 0,005 ½ 0,005
Rel TR 79 0,001 1/79 0,001
Total 18,979
(Sumber: Hasil perhitungan)
29
Penyulang Buraen
Tabel 4. 7 Laju kegagalan penyulang Buraen
Komponen Komponen Angka PU Laju
Unit, KMs Keluar Sistem Kegagalan
(Xi) (λ) Keluar (λi)
SUTM 176,25 0,2 1 35,25
Trafo 70 0,005 1/70 0,005
LBS 3 0,003 1/3 0,003
Cut Out 36 0,005 1/36 0,005
Recloser 2 0,005 1/2 0,005
Rel TR 70 0,001 1/70 0,001
Total 35,269
(Sumber: Hasil perhitungan)
Perkiraan laju kegagalan pada sistem distribusi Penyulang Buraen yang
memiliki panjang saluran 176,23 KMs, trafo 70 buah, LBS 3 buah, cut out 36
buah, recloser 2 buah, rel TR 70 buah adalah 35,269 kali/tahun. Pada penyulang
Buraen komponen terpasang yang memiliki nilai perkiraan angka keluaran
(outage) tertinggi adalah saluran udara tegangan menengah dengan nilai 35,25
kali/tahun dan yang terendah pada rel TR dengan nilai 0,001 kali/tahun.
30
4.3.2 Menghitung Perkiraan Durasi Gangguan (Ui) Pada Tiap Penyulang
Dengan menggunakan persamaan 2.2 diperoleh perkiraan durasi gangguan
pada penyulang Oesao, penyulang Camplong dan penyulang Buraen adalah
sebagai berikut: (Proses perhitungan lampiran-6).
Penyulang Oesao
Tabel 4. 8 Durasi gangguan penyulang Oesao
Komponen Laju Repair Durasi
Kegagalan Time Gangguan
(λi) (Ui)
SUTM 4,186 3 12,558
Trafo 0,005 10 0,05
LBS 0 10 0
Cut Out 0,005 10 0,05
Recloser 0 10 0
Rel TR 0,001 10 0,01
Total 12,668
(Sumber: Hasil perhitungan)
31
Penyulang Camplong
Tabel 4. 9 Durasi gangguan penyulang Camplong
Komponen Laju Kegagalan (λi) Repair Time Durasi Gangguan
(Ui)
SUTM 18,96 3 56,88
Trafo 0,005 10 0,05
LBS 0,003 10 0,03
Cut Out 0,005 10 0,05
Recloser 0,005 10 0,05
Rel TR 0,001 10 0,01
Total 57,07
(Sumber: Hasil perhitungan)
Penyulang Buraen
Tabel 4. 10 Durasi gangguan penyulang Buraen
Komponen Laju Repair Durasi
Kegagalan Time Gangguan
(λi) (Ui)
SUTM 35,25 3 105,75
Trafo 0,005 10 0,05
LBS 0,003 10 0,03
Cut Out 0,005 10 0,05
Recloser 0,005 10 0,05
Rel TR 0,001 10 0,01
Total 105,94
(Sumber: Hasil perhitungan)
32
Perkiraan laju kegagalan pada sistem distribusi Penyulang Buraen yang
memiliki panjang saluran 176,23 KMs, trafo 70 buah, LBS 3 buah, cut out 36
buah, recloser 2 buah, rel TR 70 buah adalah 105,94 jam/tahun. Pada penyulang
Buraen komponen terpasang yang memiliki nilai perkiraan durasi pemadaman
tertinggi adalah saluran udara tegangan menengah dengan nilai 105,75 jam/tahun
dan yang terendah pada rel TR dengan nilai 0,01 jam/tahun.
4.4 Analisis Keandalan Sistem Distribusi PT. PLN (Persero) Rayon Oesao
18
16
14
12
10
SAIFI
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Oesao 0.68532 0.68532 0.68545 0.68532 0.68539 0.68539
Camplong 7.29491 7.29491 7.29511 7.29464 7.29417 7.29417
Buraen 15.95379 15.95379 15.95231 15.95425 15.95456 15.95456
33
Berdasarkan grafik hasil perhitungan diatas nilai SAIFI pada PT. PLN
(Persero) Rayon Oesao tahun 2012 sampai 2017 kurang dari 37,8 kali/tahun. Nilai
SAIFI tertinggi adalah pada Penyulang Oesao tahun 2012 dan yang terendah
adalah pada Penyulang Buraen tahun 2017. Nilai SAIFI Penyulang Oesao tahun
2012 lebih tinggi dari pada penyulang lainnya dikarenakan panjang saluran,
komponen yang terpasang dan jumlah pelanggan Penyulang Oesao tahun 2012
lebih sedikit.
Chart Title
60
50
40
SAIDI
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Oesao 2.06852 2.06852 2.06891 2.06853 2.06873 2.06873
Camplong 21.93584 21.93584 21.93645 21.93503 21.93362 21.93362
Buraen 47.92152 47.92152 47.9171 47.92291 47.92384 47.92384
34
Berdasarkan grafik hasil perhitungan diatas nilai SAIDI pada PT. PLN
(Persero) Rayon Oesao tahun 2012 sampai 2017 kurang dari 247,8 jam/tahun.
Nilai SAIDI tertinggi adalah pada Penyulang Oesao tahun 2012 dan yang
terendah adalah pada Penyulang Buraen tahun 2017. Nilai SAIDI Penyulang
Oesao tahun 2012 lebih tinggi dari pada penyulang lainnya dikarenakan panjang
saluran, komponen yang terpasang dan jumlah pelanggan Penyulang Oesao tahun
2012 lebih sedikit.
0.3335
0.333
0.3325
0.332
0.3315
0.331
0.3305
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Oesao 0.331309 0.331309 0.33131 0.331308 0.33131 0.33131
Camplong 0.332557 0.332557 0.332557 0.332557 0.332557 0.332557
Buraen 0.332915 0.332915 0.332915 0.332915 0.332915 0.332915
35
4.4.4 Perhitungan CAIDI
Dalam menentukan CAIDI pada sistem diperoleh dari hasil pembagian
nilai SAIDI dengan nilai SAIFI dari sistem tersebut.
Dengan menggunakan persamaan 2.6 didapatkan nilai CAIDI pada tiap
penyulang sebagai berikut: (Proses perhitungan terlampir).
3.02
3.015
3.01
3.005
2.995
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Oesao 3.018327 3.018327 3.018324 3.018324 3.018325 3.018325
Camplong 3.007006 3.007006 3.007007 3.007007 3.007007 3.007007
Buraen 3.00377 3.00377 3.003772 3.003771 3.003771 3.003771
36
4.4.5 Perhitungan ASAI/ASUI
Dalam menentukan nilai ASAI diperoleh dengan mengurangi jumlah jam
dalam satu tahun (8760 Jam) dengan nilai SAIDI kemudian membaginya dengan
jumlah jam dalam satu tahun (8760 Jam). Sedangkan nilai ASUI diperoleh dengan
menguragi nilai satu (1) dengan ASAI.
Dengan menggunakan persamaan 2.7 didapatkan nilai ASAI pada tiap
penyulang sebagai berikut: (Proses perhitungan terlampir).
1.001
1
0.999
0.998
0.997
0.996
0.995
0.994
0.993
0.992
0.991
2012 2103 2014 2015 2016 2017
Oesao 0.999764 0.999764 0.999764 0.999764 0.999764 0.999764
Camplong 0.997496 0.997496 0.997496 0.997496 0.997496 0.997496
Buraen 0.99453 0.99453 0.99453 0.994529 0.994529 0.994529
37
Rayon Oesao sudah mampu memenuhi kebutuhan energi listrik konsumen dengan
baik.
Dengan menggunakan persamaan 2.8 didapatkan nilai ASUI pada tiap
penyulang sebagai berikut: (Proses perhitungan terlampir).
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
2012 2103 2014 2015 2016 2017
Oesao 0.000236 0.000236 0.000236 0.000236 0.000236 0.000236
Camplong 0.002504 0.002504 0.002504 0.002504 0.002504 0.002504
Buraen 0.00547 0.00547 0.00547 0.005471 0.005471 0.005471
38
4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Keandalan PT. PLN Rayon
Oesao
39
BAB V
PENUTUP
Dari hasil analisis tingkat keandalan di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao
dengan menganalisis SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) Penyulang
Oesao, Penyulang Camplong dan Penyulang Buraen dapat disimpulkan sebagai
berikut:
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyulang Oesao,
Camplong dan Buraen memenuhi kriteria andal menurut SPLN 68-2:1986
dikarenakan indeks keandalan tiap penyulang kurang dari nilai frekuensi
gangguan yang ditetapkan yaitu 37,8 kali/tahun dan durasi gangguan 247,8
jam. Tingkat keandalan tertinggi dari ketiga penyulang ini adalah pada
penyulang Oesao tahun 2012 dengan nilai SAIFI = 0.68532 kali/tahun; SAIDI
= 2.06852 jam/tahun; CAIFI = 0.331309 kali/tahun; CAIDI = 3.018327
jam/tahun; ASAI = 0.999764 dan ASUI = 0.000236 sedangkan yang terendah
pada penyulang Buraen tahun 2017 dengan nilai SAIFI = 15.95456 kali/tahun;
SAIDI = 47.92384 jam/tahun; CAIFI = 0.332915 kali/tahun; CAIDI =
3.003771 jam/tahun; ASAI = 0.994529 dan ASUI = 0.005471. Perbedaan ini
dikarenakan jumlah pelangan yang terus bertambah tiap tahunnya. Selain itu
juga dikarenakan panjang saluran dan jumlah komponen pada penyulang
Oesao lebih kecil dari pada penyulang Buraen.
40
5.2 Saran
Penelitian ini terkendala oleh tidak tersedianya catatan yang detail tentang
jumlah pelanggan tiap titik beban, jumlah gangguan yang terjadi pada tiap titik
beban serta lokasi titik gangguan. Oleh karena itu PT. PLN (Persero) Rayon Oesao
perlu melakukan pendataan yang lengkap terhadap tiap gangguan yang terjadi
sehingga dapat mempermudah untuk memperoleh informasi mengenai titik beban
yang sering kali mengalami gangguan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Pabla, A.S, (2007), “ Electric Power Distribution. Fith Edition”, Tata McGraw-
Hill Publishing Company Limited: New Delhi
42
Rahmad Santoso, Nurhalim, (2016). “Evaluasi Tingkat Keandalan Jaringan
Distribusi 20 kV Pada Gardu Induk Bangkinang Dengan Menggunakan
Metode FMEA (FailureModes and Effects Analisys), Jurnal Teknik
Elektro, Universitas Riau. Vol. 3, No.2.
SPLN 59, (1985), “Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 kV dan 6 kV”, PT. PLN
(Persero): Jakarta.
SPLN 68-2, (1986), “Tingkat Jaminan Mutu Sistem Tenaga Listrik”, PT. PLN
(Persero): Jakarta.
43
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………........................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 3
44
4.3.1 Menghitung Perkiraan Laju Kegagalan (λi) Pada Tiap Penyulang ........... 28
4.3.2 Menghitung Perkiraan Durasi Gangguan (Ui) Pada Tiap Penyulang........ 31
4.4 Analisis Keandalan Sistem Distribusi PT. PLN (Persero) Rayon Oesao .......... 33
4.4.1 Perhitungan SAIFI .................................................................................... 33
4.4.2 Perhitungan SAIDI .................................................................................... 34
4.4.3 Perhitungan CAIFI .................................................................................... 35
4.4.4 Perhitungan CAIDI ................................................................................... 36
4.4.5 Perhitungan ASAI/ASUI........................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN…….......……………………………………………...…42
45
DAFTAR TABEL
46
DAFTAR GRAFIK
47
DAFTAR GAMBAR
48