Dibuat Untuk Memehuni Salah Satu Mata Kuliah Sistem Distribusi Tenaga Elektrik
Yang Diampu Oleh: Dr. Yadi Mulyadi, M.T.
Disusun oleh:
Mahesa Rivaldi
1606508
ii
3.1.1 Pemadaman (Outage) ................................................................................... 22
3.1.2 Lama keluar (Outage Duration) ............................................................... 22
3.1.3 Laju Kegagalan (Failure Rate) ................................................................. 24
3.2 Indeks Keandalan Sistem Jaringan Distribusi.................................................. 25
3.2.1 Contoh Perhitungan SAIFI, SAIDI dan EENS ......................................... 27
3.3 Kegunaan Dari Indeks Keandalan Sistem ....................................................... 30
3.4 Metode MenentukanTingkat keandalan Sistem Distribusi .............................. 30
3.4.1 Metode Reliability Index Assessment (RIA)............................................ 30
3.4.2 Metode Dristribusi Poisson ...................................................................... 32
3.4.3 Metode Reliability-Network-Equivalent ................................................... 34
3.4.4 Metode Simulasi Monte Carlo.................................................................. 36
3.5 Menigkatkan keandalan sistem distribusi ........................................................ 37
3.5.1 Loop Restoration Scheme ......................................................................... 37
3.5.2 Penerapan Metode Pendekatan Teknik..................................................... 40
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 44
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 45
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat’NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, sehingga penulis merumuskan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keandalan sistem distribusi?
2. Bagaimana menentukan tingkat keandalan pada sistem distribusi tenaga
listrik?
3. Bagaimana cara menigkatkan keandalan sistem distribusi?
1.3 Tujuan
Makalah keandalan sistem distribusi ini memiliki tujuan dan manfaat antara
lain adalah:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan keandalan sistem distribusi.
2. Mengetahui tingkat keandalan pada suatu sistem distribusi
3. Mengetahui cara untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sederhana dari Pusat Pembangkit ke Konsumen
6
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi tenaga listrik adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik
yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari pembangkit tenaga listrik sampai
kepada konsumen (Industri, Perumahan, Perusahaan dan sebagainya). Listrik yang
berasal dari saluran transmisi dengan tegangan Tinggi atau Ekstra Tinggi, pada
pada gardu induk diubah menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi
primer, yang selanjutnya diturunkan lagi menjadi tegangan rendah untuk konsumen
pada tingkat tegangan yang diperlukan. Dengan kata lain sistem ini merupakan
penghubung suatu sistem transmisi/sub-transmisi yang menuju kepada konsumen.
7
2.2.1 Bagian – Bagian Sistem Distribusi
Sistem distribusi merupakan komponen keseluruhan dari sistem tenaga
listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber (seperti pada gardu
transmisi) dengan konsumen. Bagian – bagian sistem distribusi sebagai berikut
(Pabla,2008):
3. Trafo distribusi biasanya dipasang pada tiang dekat lokasi konsumen, yang
mengubah tegangan primer ke tegangan sekunder.
8
4. Saluran penyulang utama merupakan saluran yang menghubungkan Gardu Induk
dengan gardu distribusi.
5. Saluran sekunder merupakan saluran yang berasal dari gardu ditribusi yang
terhubung ke konsumen pada tegangan 380/220 V
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi, seperti kabel PVC
(Poly Venyl Clorida), kabel XLPE (Crosslink Polyethelene).
9
2.2.2.2 Sisten Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder adalah bagian dari jaringan distribusi primer,
dengan jaringan yang berhubungan langsung dengan konsumen (Kadir, 2000).
Sistem penyaluran tegangan listrik pada jaringan distribusi sekunder dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
10
Bagan sistem jaringan distribusi primer tipe radial ditunjukkan pada gambar
11
Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop
(sumber: Gonen, 1986)
12
Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Spindel
(sumber: Gonen, 1986)
2.4 Konduktor
Konduktor atau penghantar adalah salah satu komponen utama, yang
berperan untuk menyalurkan atau menghantarkan energi listrik dari satu bagian ke
bagian lain. Bahan umum konduktor yang digunakan adalah tembaga dan
aluminium. Dilihat dari jenis isolasi yang digunakan, konduktor terdiri dari dua
jenis, yaitu konduktor kawat telanjang dan konduktor berosilasi atau kabel.
13
berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan
kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis,
sebagai berikut (Suswanto, 2008):
14
d. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran. Sehingga kabel ini lebih
kuat dari kabel ACSR.
15
2.6 Gangguan Sistem Jaringan Distribusi Primer
Kondisi gangguan pada sistem jaringan distribusi primer tegangan
menengah 20 kV dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu :
1. Penyebab dari faktor luar
2. Penyebab dari faktor dalam
16
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 kV yang
diakibatkan oleh gangguan pada sistem pembangkit tenaga lisatrik atau system
jaringan trasmisi tegangan tinggi. Pada umumnya gangguan ini akan menyebabkan
pemadaman yang mencakup daerah yang luas.
2. Gangguan jaringan
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan tegangan menengah
20 kV mengakibatkan putusnya pasokan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik ke daerah – daerah tertentu. Pada umumnya penyebab gangguan
jaringan adalah:
1. Gangguan peralatan
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh kerusakan kabel instalasi pada gardu
hubung atau penuaan alat.
2. Gangguan akibat penyulang lain
Pada keadaan jumlah penyulang yang tidak bekerja atau trip lebih dari satu,
maka untuk menentukan penyulang yang terganggu didasarkan pada indikasi rele
proteksi yang bekerja. Bila indikasi rele yang kerja menunjukkan gangguan over
current dan ground fault maka dapat dipastikan penyulang tersebut yang terganggu.
Bila indikasi gangguan yang muncul hanya ground fault saja maka dapat dikatakan
bahwa terjadi gangguan akibat penyulang lain.
3. Gangguan mahluk hidup
Pada umumnya gangguan ini bersifat sementara/temporer dan penyebab
langsung dapat dihilangkan, misalnya kelalaian manusia dalam mengoperasikan
peralatan, dahan pohon dan binatang yang menempel pada kabel instalasi.
Gangguan jaringan ditribusi yang disebabkan baik dari luar maupun dari dalam
dapat mengakibatkan terjadinya tegangan lebih atau hubung singkat. Hubung
singkat yang mungkin terjadi adalah :
a. Gangguan hubung singkat 3 phasa
b. Gangguan hubung singkat 2 phasa
c. Gangguan hubung singkat 1 phasa
17
2.7 Manuver Sistem Jaringan Distribusi Primer
Manuver sistem jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 KV
merupakan serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap kondisi operasi
normal jaringan akibat adanya pekerjaan ataupun gangguan yang bersifat permanen
pada jaringan yang memerlukan waktu relatif lama sehingga tetap tercapai kondisi
penyaluran daya listrik yang optimal. Manuver jaringan pada kondisi operasi
normal menggunakan jaringan tipe radial yang dikembangkan menjadi jaringan tipe
lingkar terbuka (open loop/ring) yang melewati gardu hubung atau saklar - saklar
beban.
Dengan adanya sistem manuver jaringan, maka waktu pemadaman dapat
dipersingkat dan daerah pemadaman dapat dipersempit sehingga losses kWh terjadi
dapat ditekan seminimum mungkin. Manuver jaringan membutuhkan keandalan
sistem yang mampu menanggung beban baik dari sisi pengaman, penghantar
maupun daya listrik yang akan disalurkan sehingga susut tegangan dan losses daya
listrik yang terjadi pada ujung jaringan masih berada dalam batas (toleransi yang
telah ditentukan). Manuver jaringan pada sistem jaringan distribusi primer tegangan
menengah 20 kV dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu:
1. Remote Control
2. Manual
18
terencana (unplanned maintenance).Fungsi atau kinerja dari suatu
komponen terhadap suatu sistem mempunyai tingkatan yang berbeda-beda.
b. Probabilitas, angka yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi dalam
waktu tertentu pada suatu system atau saluran.
c. Kecukupan performance, menunjukan kriteria kontinuitas suatu saluran
sistem penyalur tenaga listrik tanpa mengalami gangguan
d. Waktu, lama suatu saluran bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Semakin lama saluran digunakan, maka akan semakin banyak kemungkinan
terjadinya kegagalan.
e. Kondisi operasi, adalah keadaan lingkungan kerja dari suatu jaringan seperti
pengaruh suhu, kelembaban udara dan getaran yang mempengaruhi kondisi
operasi.
Kontinuitas pelayanan energi listrik yang merupakan salah satu unsur dari
kualitas pelayanan, tergantung kepada macam sarana penyalur dan peralatan
pengaman. Tingkat kontinuitas pelayanan energi listrik dikatakan baik dilihat
berdasarkan berapa lamanya proses menghidupkan kembali suplai energi listrik
setelah terjadinya gangguan.
Adapun macam – macam tingkatan keandalan dalam pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 hal antara lain (Billinton,1996):
19
1. Keandalan sistem yang tinggi (High Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik.
Dalam keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem ini
tentu saja diperlukan beberapa peralatan dan pengaman yang cukup banyak
untuk menghindarkan adanya berbagai macam ganngguan pada sistem.
2. Keandalan sistem yang menengah (Medium Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Bila
terjadi gangguan pada jaringan dalam keadaan darurat, maka sistem tersebut
masih bisa melayani sebagian dari beban meskipun dalam kondisi beban puncak.
Jadi dalam sistem ini diperlukan peralatan yang cukup banyak untuk mengatasi
serta menanggulangi gangguan sistem.
3. Keandalan sistem yang rendah (Low Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik.
Tetapi bila terjadi suatu gangguan pada jaringan, sistem sama sekali tidak bisa
melayani beban tersebut. Jadi sistem perlu diperbaiki terlebih dahulu dan
peralatan-peralatan pengamannya relatif sangat sedikit jumlahnya.
Kontinyuitas pelayanan, penyaluran jaringan distribusi tergantung pada
jenis dan macam sarana penyalur dan peralatan pengaman, di mana sarana
penyaluran (jaringan distribusi) mempunyai tingkat kontinyuitas yang
tergantung pada susunan saluran dan cara pengaturan sistem operasiannya, yang
pada hakekatnya direncanakan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan dan sifat
beban. Tingkat kontinyuitas pelayanan dari sarana penyaluran di susun
berdasarkan lamanya upaya menghidupkan kembali suplai telah pemutusan
karena gangguan.
20
Tingkatan kontinyuitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu : (SPLN
52-3, 1983) :
1. Tingkat 1
Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk
mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.
2. Tingkat 2
Padam beberapa jam, yaitu yang diperlukan untuk mengirim petugas ke
lapangan, melokalisasi kerusakan dan melakukan manipulasi untuk
menyalakan sementara kembali dari arah atau saluran yang lain.
3. Tingkat 3
Pada beberapa menit, yaitu manipulasi oleh petugas yang siap sedia di gardu
atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi jarak jauh
dengan bantuan DCC (Distribution Control Centre)
4. Tingkat 4
Padam beberapa detik, yaitu pengamanan dan manipulasi secara otomatis
dari DCC (Distribution Control Centre) Tanpa Padam yaitu jaringan yang
dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatis secara penuh dari DCC
(Distribution Control Centre)
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Indeks Keandalan
Perkembangan sistem distribusi biasanya dimulai dari bentuk sistem radial.
Laju kegagalan (failure rate) dinyatakan dalam λ saluran radial, untuk suatu
lingkungan tertentu yang homogen, sebanding dengan panjang saluran yang
bersangkutan dan lama pemadaman (outage time) dinyatakan dalam r, tergantung
kepada waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan pemulihan .
Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan
dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks sudah dikembangkan untuk
menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan sistem tenaga.
Evaluasi keandalan sistem distribusi terdiri dari indeks titik beban dan indeks sistem
yang dipakai untuk memperoleh pengertian yang mendalam kedalam keseluruh
pencapaian. Indeks keandalan tersebut antara lain : SAIDI, SAIFI dan EENS.
Untuk menghitung indeks keandalan titik beban dan indeks keandalan
sistem yang biasanya digunakan meliputi angka keluar dan lama perbaikan dari
masing - masing komponen.
22
Komponen / Peralata Angka Keluar / outage
Saluran Udara 0,2/km/tahun
Kabel Saluran Bawah Tanah 0,047/km/tahun
Pemutus Tenaga 0,004/km/tahun
Saklar Beban 0,003/km/tahun
Saklar Pemisah 0,003/km/tahun
Penutup Balik 0,005/km/tahun
Penyambung Kabel 0,001/km/tahun
Trafo Distribusi 0,005/km/tahun
Pelindung Jaringan 0,005/km/tahun
Rel Tegangan Rendah 0,001/km/tahun
(Untuk Sistem Spot Network)
Sumber: SPLN: 59, 1985
23
7 Waktu yang dibutuhkan untuk membuka/menutup 0,15
saklar beban atau saklar pemisah
8 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kawat 3
penghantar udara
9 Waktu yang dibutuhkan untuk mencari lokasi 5
gangguan pada kabel bawah tanah
10 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kabel 10
saluran bawah tanah
11 Waktu yang dibutuhkan untuk 10
mengganti/memperbaiki pemutus tenaga, saklar beban,
penutup kembali atau saklar pemisah.
10
12 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti penyambung 15
kabel (bulusan) untuk kabel berisolasi kertas
13 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti trafo 10
distribusi
14 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti pelindung 10
jaringan
15 Waktu yang dibutuhkan untuk 10
mengganti/memperbaiki bus tegangan rendah
Sumber : SPLN: 59, 1985
24
Keterangan:
λ = Laju kegagalan (kegagalan/tahun)
f = Banyaknya kegagalan selama selang waktu T)
T = selang waktu pengamatan (tahun)
25
oleh sistem tersebut. Atau dengan kata lain, persamaan untuk SAIFI dapat
dilihat pada persamaan dibawah ini:
∑ 𝜆𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 = ∑ 𝑁𝑖
…………………………………………… (3.3)
Di mana:
λi : Laju kegagalan titik beban i
Ni : Jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i
Dimana :
Ui : waktu padam pelanggan dalam periode tertentu (jam/tahun)
Ni : Jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i
26
Adapun standar nilai indeks keandalan berdasarkan refrensi yang ada,
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Standar Nilai Indeks Keandalan
INDEKS STANDAR
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) 1.0
SAIDI (System Average Interruption Duration Index) 1.0 - 1.5 h
CAIDI (Costumer Average Interruption Duration Index) 1.0 - 1.5 h
ASAI (Average System Availability Index) 0.99983
Sumber : Dugan, Roger, C (1996 )
27
Titik beban 5 0,5314 3,413624388 1,814 26 13,8164 47,164
Titik beban 6 0,5894 3,372921615 1,988 538 317,0972 1069,544
Titik beban 7 0,6334 3,347016104 2,12 3 1,9002 6,36
Titik beban 8 0,6494 3,338466277 2,168 79 51,3026 171,272
..... .... .... .... .... .... ....
..... .... .... .... .... .... ....
Titik beban 46 1,2614 3,218645949 4,06 1 1,2614 4,06
Titik beban 47 1,2674 3,217610857 4,078 1 1,2674 4,078
Titik beban 48 1,2594 3,218993171 4,054 1 1,2594 4,054
Titik beban 49 1,2094 3,228046965 3,904 137 165,6878 534,848
Titik beban 50 1,2114 3,227670464 3,91 3 3,6342 11,73
Titik beban 51 1,2314 3,223972714 3,97 4 4,9256 15,88
Titik beban 52 1,1854 3,23266408 3,832 299 354,4346 1145,768
Titik beban 53 1,2054 3,228803717 3,892 1 1,2054 3,892
Titik beban 54 1,2054 3,228803717 3,892 1 1,2054 3,892
Σm 8829
Σλ*m 7309,201
Σu*m 24118,942
Keterangan :
λ : Angka Keluaran / Laju kegagalan titik beban (failures/year)
r : Rata-rata waktu Keluar (hours)
u : Ketidaktersediaan waktu (hours/year)
m : Jumlah Pelanggan yang dilayani
Dari tabel di atas pada kolom dua menunjukkan, bahwa titik beban yang
mempunyai laju kegagalan yang paling kecil adalah pada titik beban 1 sebesar
0,3634 (dibawah satu kali) kegagalan tiap tahun. Artinya pada pelanggan trafo ini
hampir tidak pernah padam selama satu tahun yang disebabkan oleh peralatan dan
tidak disebabkan oleh pemeliharaan. Secara umum pada tabel terlihat titik beban
yang terletak pada pangkal saluran memiliki laju kegagalan paling kecil, begitu juga
sebaliknya titik beban yang terletak di ujung saluran memiliki laju kegagalan yang
besar. Hal ini disebabkan karena letak titik beban yang semakin jauh dari sumber
maka akan semakin banyak jumlah komponen serta penyulang yang semakin
panjang, sehingga peluang terjadinya kegagalan komponen semakin besar.
Selanjutnya setiap data load point dari tabel 4.9 tersebut akan dijumlahkan dari
perkalian antara perkiraan angka keluaran dengan jumlah pelanggan (λ * m ),
ketidaktersedian waktu dikalikan jumlah pelanggan (u * m ), dan jumlah total
28
pelanggan (Σ m) untuk menghitung SAIFI dan SAIDI. Dan perkiraan energi yang
tidak tersuplai (Σ beban i * u).
Dalam menghitung nilai SAIFI, SAIDI dan EENS untuk menemukan
tingkat keandalan pada sistem distribusi penyulang panjer (penyulang utama suplai
UNUD) dapat dihitung dengan persamaan berikut :
1. Perhitungan SAIFI
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 ∑ 𝜆𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖 Ι 𝑁𝑖
7309,201
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 =
8829
SAIFI = 0,827863
Jadi nilai SAIFI sistem jaringan distribusi penyulang panjer adalah sebesar
0,827863 failures / customer.yr
2. Perhitungan SAIDI
Jumlah jangka waktu gangguan semua pelanggan ∑ 𝑈𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 = =
jumlah pelanggan yang dilayani ℒ 𝑁𝑖
24118,942
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 =
8829
SAIDI = 2,731786
Jadi nilai SAIDI sistem jaringan distribusi penyulang panjer adalah sebesar
2,731786 hour / customer.yr
29
3.3 Kegunaan Dari Indeks Keandalan Sistem
Kegunaan dari informasi indeks keandalan sistem adalah sangat luas. Ada
beberapa kegunaan yang paling umum yaitu (Billiton, R dan Billiton, J.E, 1989) :
1. Melengkapi menejemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan pada sistemm listrik secara keseluruhan.
2. Untuk mengidentifikasi sub sistem dan sirkit dengan capaian dibawah
standar untuk memastikan penyebabnya.
3. Melengkapi menejemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan mengenai untuk masing-masing area operasi.
4. Menyediakan sejarah keandalan dari sirkit individu untuk diskusi
dengan pelanggan sekarang atau calon pelanggan.
5. Memenuhi syarat pelaporan pengaturan.
6. Menyediakan suatu basis untuk menetapkan ukuran-ukuran
kesinambungan layanan.
7. Menyediakan data capaian yang penting bagi suatu pendekatan
probabilistik untuk studi keandalan sistem distribusi.
30
telah diterapkan pada simulasi ETAP dan metode RIA. Dalam metode RIA untuk
mendapatkan nilai indeks keandalan seperti SAIDI, SAIFI, dan CAIDI harus
mencari nilai dari beberapa parameter penunjang yaitu sebagai berikut :
1. Perhitungan Indeks kegagalan
Harus dilakukan langkah seperti di bawah ini.
• Saluran udara maupun kabel bawah tanah dengan cara panjang per km
(sustained failures rate) dikalikan panjang dari masing-masing.
• Indeks keandalan tiap peralatan juga dikalikan dengan jumlah peralatan
tersebut.
2. Mencari r dan U sistem
Pada perhitungan r dan U sistem, sebelumnya harus dilakukan langkah
seperti di bawah ini
• r (jam/gangguan) menyatakan waktuperbaikan atau switching time, yakni
ketika terjadi gangguan pada salah satusection, maka komponen-
komponenpada section yang terganggu akandikenakan repair time
sedangkan untuk komponen-komponen yang tidakterganggu akan
dikenakan switching time.
• U (jam/tahun) merupakan hasilperkalian antara λ (gangguan/tahun)
dengan r (jam/gangguan), menyatakan durasi/lama pemadaman rata-rata
dalam kurun waktu satu tahun akibat gangguan pada tiap komponen
sistemdistribusi.
3. Perhitungan SAIFI, SAIDI dan CAIDI
Untuk memperoleh nilai SAIFI, nilai λ peralatan baik saluran bawah tanah,
circuit breaker, trafo, recloser, switch pada setiap peralata ndikalikan jumlah
pelanggan pada loadpoint bersangkutan, kemudian hasil perkaliaN dibagi dengan
jumlah dari semua pelangga dari sistem. Sehingga akan diperoleh nilai SAIFI per
peralatan yang nantinya akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai SAIFI
kesuluruhan dari sistem distribusi Untuk memperoleh nilai SAIDI, nilai U pada
setiap peralatan dikalikan jumlah pelanggan pada load point bersangkutan,
kemudian hasil perkalian dibagi dengan jumlah dari semua pelanggan dari sistem.
Sehingga akan diperoleh nilai SAIDI per peralatan yang nantinya akan dijumlahkan
31
untuk mendapatkan nilai SAIDI kesuluruhan dari sistem distribusi.Untuk
memperoleh nilai CAIDI, dengan cara nilai SAIDI dibagi nilai SAIFI.
32
Keterangan :
R(t) = fungsi keandalan
e = eksponensial
λ = Jumlah Waktu (jam selama setahun) / jumlah kerusakan atau gangguan
(kali/jam)
Jumlah waktu : 8760 ( yaitu jumlah jam selama setahun)
Contoh Kasus.
Data diperoleh dari jurnal “Analisis Sistem Distribusi 20 kV Untuk Memperbaiki
Kinerja Dan Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Electrical Transient
Analisys Program” Oleh Abrar Tanjung. Pada bulan Januari s/d Desember 2011
bahwa jumlah gangguan yang terjadi pada Gardu Hubung Ujung Tanjung Feeder
Teluk Pulau selama satu tahun (SAIFI) adalah 45 kali dengan rata-rata (λ) adalah
0,0043 kali/jam selama setahun, dengan total waktu lama pemadaman/gangguan (t)
(SAIDI) adalah 52,83 jam,dan jumlah jam dalam setahun 8760 jam, dengan
demikian tingkat keandalannya adalah :
R (t) = e-λt
λ = 45/8760
= 0,0051 kali/jam
T = total lama waktu gangguan selama setahun = 52,83 jam
R = e-0,0051 x 52,83
= e-0,2694
= 0,7638
Dengan menggunakan rumus untuk mencari tingkat keandalan sistem, dengan
memasukkan jumlah data gangguan dan lamanya waktu pemadaman rata-rata
selama satu tahun maka didapat perhitungan bahwa tingkat keandalan Gardu
Hubung Ujung Tanjung Feeder Teluk Pulau adalah 0,7638
33
3.4.3 Metode Reliability-Network-Equivalent
Metode Reliability-Network-Equivalent Approach (RNEA) merupakan
penyederhanaan dari metode Failure-Mode-and-Effect Analysis (FMEA). Metode
RNEA digunakan untuk menganalis system distribusi radial yang kompleks secara
sederhana. Prinsip utama pada metode ini adalah elemen ekuivalen dapat digunakan
untuk mengganti bagian jaringan distribusi dan menyusun kembali system
distribusi yang besar kedalam bentuk seri dan sederhana. Metode ini merupakan
metode pendekatan untuk mengevaluasi sistem distribusi yang menggunakan
proses berulang dan berurutan untuk mengevaluasi indeks keandalan per titik beban
(load point).
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa system distribusi radial yang terdiri dari
Transformator, Saluran, Breaker, Fuse, dan Disconnecting Switch. S1, L1 disebut
sebagai seksi utama (main section) yang menyalurkan energi ke lokasi beban.
Beban (load point) pada kondisi normal terhubung langsung dengan Transformator.
Fuse F1 dan saluran cabang T1 dan L5 disebut sebagai seksi cabang (lateral
section).
34
F :Fuse
Sistem distribusi yang terlihat pada gambar 2 dapat dimodelkan dengan
Penyulang umum, seperti yang terlihat pada gambar 2. Penyulang umum terdiri dari
n seksi utama (main section), n seksi cabang (lateral section) dan komponen seri.
Secara berurutan Si, Li, Mi dan Lpi menggambarkan komponen seri i, Li dapat
disebut sebagai saluran dengan Fuse atau saluran dengan Fuse dan Transformator
pada seksi cabang i, Mi dapat disebut sebagai saluran dengan Disconnecting Switch
atau saluran dengan dua Disconnecting Switch di kedua ujungnya pada seksi utama
i, dan Lpi adalah load point
35
3.4.4 Metode Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo (SMC) adalah suatu teknik stokastik yang digunakan
untuk memecahkan permasalahan matematika. Kata “Stokastik” berarti bahwa
Simulasi Monte Carlo menggunakan angkaangka acak dan probabilitas statistik
untuk memperoleh suatu jawaban. Metoda Monte Carlo mula-mula dikembangkan
untuk proyek Manhattan selama Perang Dunia II. Bagaimanapun, Simulasi Monte
Carlo kini diberlakukan bagi suatu cakupan yang luas tentang permasalahan-
permasalahan disain reaktor nuklir, ekonometrik, evolusi mengenai bintang,
meramalkan bursa saham dan lain lain. Bagian penting dari Simulasi Monte Carlo
adalah pemahaman tentang angka acak mulai dari menghasilkannya dan
mengkonversinya. Dalam distribusi eksponensial yang mempunyai laju kegagalan
(λ ) yang konstan dan variasi eksponensial dari T ditunjukkan dalam persamaan
3.11 berikut:
T = -1 / λ ln(X )…………………………………(3.8)
Proses yang digunakan untuk mengevaluasi indeks keandalan sistem distribusi yang
menggunakan Simulasi Monte Carlo terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut
(Billinton.1999):
1. Hasilkan sebuah angka acak untuk masing-masing elemen didalam sistem dan
mengkonversinya ke dalam TTF yang sesuai dengan probabilitas distribusi dari
parameter elemen tersebut.
2. Tentukan elemen dengan TTF minimum.
36
3. Hasilkan sebuah nomor acak dan konversikan nomor ini ke dalam Repair Time
(RT) dari elemen dengan TTF minimum menurut probabilitas distribusi dari
waktu perbaikan.
4. Hasilkan angka acak yang lain dan konversi nomor ini ke dalam Switch Time
(ST) menurut probabilitas distribusi dari Switch Time jika tindakan ini mungkin.
5. Gunakan prosedur “penentuan kegagalan titik beban” dan rekam jangka waktu
keluar (outage) untuk masing-masing titik beban yang gagal.
6. Hasilkan sebuah angka acak yang baru untuk elemen yang gagal dan
konversikan kedalam suatu TTF baru, dan kembali ke langkah 2 jika waktu
simulasi kurang dari satu tahun. Jika waktu simulasi lebih besar dari satu tahun,
langsung ke langkah 9.
7. Kalkulasi jumlah dan jangka waktu kegagalan untuk masing-masing titik beban
untuk masing-masing tahun.
8. Kalkulasi nilai rata-rata dari jangka waktu kegagalan titik beban untuk sampel
tahun.
9. Kalkulasi indeks sistem dan rekam indeksindeks ini untuk masing-masing tahun.
10. Kalkulasi nilai rata-rata dari indeks-indeks sistem ini.
11. Kembali ke langkah 2 jika waktu simulasi kurang dari total tahun simulasi yang
ditetapkan, jika tidak keluarkan hasil
37
yang telah dikembangkan untuk otomatisasi sistem distribusi yaitu ACS Without
Comunication Link (sahran dkk, 2009)
Pada Loop Restoration Scheme Without Comunication Link ini, sistem
bekerja berdasarkan kerja yang sudah dimiliki dari setiap switching device yang
digunakan jadi tidak ada komunikasi antar device tersebut dan berdasarkan
konfigurasi seperti yang terlihat pada Gambar dibawah ini
38
b. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 2, prosedurnya mirip
dengan kasus ketika gangguan permanen terjadi pada section 1. Akan tetapi
setelah penentuan lokasi gangguan, SW1 terbuka dan CB1 ditutup secara
manual dan aka nmengembalikan pelayanan pada bagian 1 yang tidak
mengalami gangguan.
c. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 3, R1 pertama akan
membuka dan Tie recloser R3 mendeteksi hilangnya tegangan pada sisi R1
. Setelah berakhirnya time delay pada R3, maka R3 menutup dan akan
mendeteksi arus gangguan, maka akan terjadi trip dan akan mengunci/lock
out. bagianfeeder yang tidak mengalami gangguan yaitu diantara R1 dan
CB1 tetap medapatkan pelayanan daya. Setelah penentuan lokasi gangguan,
sectionalizing switch SW2 terbuka dan R3 akan ditutup secara manual dan
mengembalikan layanan ke feederyang tidak mengalami gangguan yaitu
pada section 4.
d. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 4, R1 dan R3membuka dan
mengunci/lock out setelah melakukan protection sequence. Bagian yang
tidak mengalami gangguan yaitu diantara CB1 dan R1,tetap mendapatkan
pelayanan daya. Setelah menemukan lokasi gangguan, SW2 terbuka dan R1
akan ditutup secara manual dan mengembalikan pelayanan daya pada
section yang tidak mengalami gangguan yaitu section 3.
e. Ketika gangguan sementara terjadi pada section 1 atau 2, CB1 melakukan
reclosing sequence. Selama proses ini, semuapelanggan sepanjang feeder
mengalami gangguan sementara.
f. Ketika gangguan sementara terjadi pada section 3 atau 4, R1melakukan
reclosing sequence. Selama proses ini, hanya pelanggan diantara R1 dan R3
mengalami gangguan sementara.
39
3.5.2 Penerapan Metode Pendekatan Teknik
Konsep dan pendekatan teknik ini adalah salah satu metode yang digunakan
untuk meningkatkan keandalan system distribusi, yaitu dengan menempatkan
recloser disuatu lokasi tertentu pada iaringan tersebut. Recloser ditempatkan di
jaringan distribusi dengan beberapa tujuan yang berbeda diantaranya untuk
mengisolasi seksi yang terganggu, rekonfigurasi jaringan dan lainnya yang secara
umum akan memperbaiki keandalan. Metode yang digunakan dalam menentukan
lokasi recloser secara optimal ini didasarkan pada evaluasi indeks-indeks keandalan
dari suatu sistem distribusi secara umum Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem tidak perlu disederhanakan/direduksi, dan hanya direpresentasikan
secara sederhana dengan menggunakan cabang-cabangnya, komponen-
komponennya, titik supply dan titik beban/load point.
2. Untuk setiap komponen diperlukan data keandalan yang relevan seperti :
tingkat kegagalan (failure rate), waktu perbaikan (repair time), dan waktu
switching (switching time).
3. Recloser diperlakukan sebagai komponen sistem dan alokasinya disesuaikan
dengan konfigurasi jaringan untuk memisahkan load point.
Prosedur dasar dari metode pendekatan ini dimulai dengan memodelkan jaringan
yang dianalisa. Topologi sistem direpresentasikan dengan cabangcabang sistem.
Suatu cabang didefinisikan sebagai satu set komponen yang terhubung seri dan
berujung pada dua busbar. Setiap cabang dan semua komponen yang
diperhitungkan perlu diidentifikasikan, antara lain : jumlah cabang dan ujung
cabang, Jumlah komponen, jumlah supply point, load point yang akan dianalisa dan
jumlah tie-switch normally open serta data pelanggan dan data daya listrik dan
keandalan untuk tiap komponen. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan
konfigurasi jaringan, selanjutnya recloser ditempatkan di calon lokasi-lokasi yang
diusulkan. Pada setiap perubahan lokasi dan/atau jumlah recloser, indeks-indeks
keandalan dihitung. Perhitungan dilakukan untuk setiap calon lokasi, sehingga
akhirnya prioritas penempatan yang optimal dapat diperoleh. Struktur algoritma
dari pendekatan ini adalah sebagai berikut
40
a. Masukkan data jaringan, data konsumen, data daya listrik dan data keandalan
komponen.
b. Konfigurasi jaringan dan jumlah recloser yang diinvestasikan merupakan
batasan yang harus diperhatikan untuk menentukan keandalan sistem.
c. Untuk setiap kegagalan pada setiap load point tentukan indeks keandalan
sistem. Pada setiap gangguan pada salah satu load point, lakukan :
1. Hitung indeks keandalan load point.
2. Ulangi untuk setiap kegagalan dan untuk setiap load point.
3. Untuk menentukan indeks keandalan system, jumlahkan semua indeks
keandalan load point.
d. Ubah lokasi recloser sesuai konfigurasi jaringan dan lanjutkan kelangkah (c).
e. Ulangi untuk setiap lokasi recloser yang mungkin.
f. Tentukan solusi optimal dengan membandingkan indeks-indeks keandalan
yang diperoleh untuk setiap lokasi recloser yang mungkin.
Contoh kasus:
Contoh kasus di ambil dari jurnal “PENERAPAN METODE PENDEKATAN
TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI”
Rukmi Sari Hartati, I Wayan.
Dalam studi kasus untuk peningkatan indeks keandalan sistim digunakan penyulang
Penebel dan penyulang Marga yang berada di wilayah kerja Area Jaringan Bali
Selatan Unit Jaringan Tabanan. Data Penyulang untuk Penebel adalah sebagai
berikut :
Jumlah pelanggan : 14989 pelanggan
Jumlah trafo : 89 buah
Beban rata-rata : 54.913 kW/pelanggan
Total beban : 9794950 VA
Sedangkan Penyulang Marga adalah :
Jumlah pelanggan : 15617 pelanggan
Jumlah trafo : 96 buah
Beban rata-rata : 151.523 kW/pelanggan
41
Untuk tujuan analisis penempatan recloser ini, data yang diperlukan adalah:
1. One Line Diagram pada area penyulang Penebel.
2. One Line Diagram pada area penyulang Marga.
3. Data perkiraan angka keluar komponen distribusi serta waktu operasi kerja dan
pemulihan pelayanan sesuai SPLN : 59, 1985.
4. Data kapasitas trafo pada penyulang Penebel.
5. Data kapasitas trafo pada penyulang Marga.
6. Data gangguan tahun 2006 pada penyulang Penebel dan Marga.
7. Data pelanggan pada penyulang Penebel dan Marga.
Penentuan lokasi recloser yang cocok dilakukan dengan menghitung dan
membandingkan indek-sindeks keandalan sistem dengan skenario yaitu
penempatan recloser di beberapa alternatif lokasi masing-masing load point
dengan Tie switch di TS1 yang berlokasi di LBS Petung yang sudah terpasang
pada jaringan.
Penyulang Penebel mempunyai rata-rata gangguan pertahun per kilometer
saluran sebesar 0.0238 fault/year/km, sehingga total indeks angka kegagalan (λ)
adalah 3.25 fault/tahun. Sesuai SPLN 59 / 1985 waktu perbaikan saluran udara
r = 3 jam dan waktu switching untuk recloser = 0.03 jam. Kemudian dapat
dihitung keandalan sistem sesuai lokasi load point (20 lokasi), dan selanjutnya
dapat dipilih lokasi penempatan recloser yang paling tepat. Dengan perhitungan
untuk penyulang Marga, yang mempunyai kegagalan rata-rata pertahun sebesar
0.00655 fault/year/km, diperoleh total indeks kegagalan 0.500 fault/tahun.
Selanjutnya ditentukan waktu perbaikan saluran udara r = 3 jam dan waktu
switching untuk recloser = 0.03 jam. Keandalan sistem dapat ditentukan sesuai
lokasi load point (27 lokasi). Dengan membandingkan indeks keandalan sistem
untuk setiap load point diperoleh indeks yang terbaik untuk lokasi penempatan
recloser yang tepat. Dengan menerapkan metode tersebut pada penyulang
Penebel dan Marga diperoleh hasil sbb. : Lokasi recloser yang optimal di
Penyulang Penebel adalah di load point 15 dengan SAIDI adalah 3,2911
jam/pelanggan /tahun, dan SAIFI adalah 3,2500 kali/pelanggan/tahun. Target
WCS untuk SAIFI sudah terpenuhi, namun nilai SAIDI masih belum.
42
Walaupun demikian nilai ini sudah mengalami penurunan yang jauh dari
keadaan semula yang sebesar 12.889 jam/pelanggan/tahun. Lokasi optimal
recloser Penyulang Marga adalah di lokasi load point 10 dengan SAIDI adalah
0,6069 jam/pelanggan /tahun dan SAIFI sebesar 0,5001 kali/pelanggan/ tahun.
Kedua nilai indeks keandalan ini sudah dapat memenuhi target WCS.
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keandalan (reliability) adalah sebagai peluang suatu komponen atau sistem
memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan selama
digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti peluang
tidak terjadi kegagalan selama beroperasi.
44
DAFTAR PUSTAKA
D. Wahyudi, “Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Berdasarkan SAIDI dan SAIFI pada PT. PLN (Persero) Rayon Kakap,” Jurnal
Teknik Elektro Itp, vol. 6, no. 2, pp. 71–78, 2003.
P. Metode et al., “KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI Jumlah Total
Durasi Gangguan Konsumen Jumlah Total Konsumen Terlayani Jumlah Total
Konsumen Terganggu Jumlah Total Konsumen Terlayani” vol. 9, no. 1, 2010.
I. Manuaba, I. Wayan Sukerayasa, N. P. Satriya Utama, K. Kunci, S.
distribusi tenaga listrik, and S. Monte Carlo, “Aplikasi Simulasi Monte Carlo
Untuk Menentukan Keandalan Sistem Distribusi Primer Tenaga Listrik,”
Teknologi Elektro, vol. 4, no. 2, pp. 3–8, 2005.
A. Tanjung, “Analisa Sistem Distribusi 20 kV Untuk Memperbaiki
Kinerja Sistem Distribusi,” pp. 111–116, 2012.
H. P. Wicaksono and I. G. N. S. Hernanda, “Penerapan Metode
Pendekatan Teknik untuk Meningkatkan Keandalan Sistem Distribusi,” Jurnal
Teknik Its, vol. 1, no. 1, pp. 153–158, 2012.
A. K. S. Distribusi, “Studi analisis keandalan sistem distribusi pt. semen
gresik-tuban menggunakan metode reliability index assessment (ria) dan software
etap (electrical transient analysis program),” Jurnal Teknik Its, vol. 1, no. 1, pp. 1–
5, 2012.
Y. Tang, “Power distribution system planning with reliability modeling
and optimization,” IEEE Transactions on Power Systems, vol. 11, no. 1, pp. 181–
189, 1996.
R. Billinton and J. E. Billinton, “Distribution System Reliability Indices,”
IEEE Transactions on Power Delivery, vol. 4, no. 1, pp. 561–568, 1989.
R. C. Lotero and J. Contreras, “Distribution system planning with
reliability,” IEEE Transactions on Power Delivery, vol. 26, no. 4, pp. 2552–2562,
2011.
R. S. Hartati, I. W. Sukerayasa, I. N. Setiawan, and W. G. Ariastina,
“Penentuan Angka Keluar Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi
Tenaga Listrik,” Teknologi Elektro, vol. 6, no. 2, pp. 52–55, 2007.
R. Santoso, “Evaluasi Tingkat Keandalan Jaringan Distribusi 20 kV Pada
Gardu Induk Bangkinang Dengan Menggunakan Metode FMEA ( Failure Mode
Effect Analysis ),” vol. 3, pp. 1–7, 2016.
45
R. Billinton and P. Wang, “Teaching distribution system reliability
evaluation using Monte Carlo simulation,” IEEE Transactions on Power Systems,
vol. 14, no. 2, pp. 397–403, 1999.
R. E. Brown, “Electric Power Distribution Reliability,” Second Edition,
2009.
W. P. Perdana, R. N. Hasanah, and H. S. Dachlan, “Primer Tipe Radial
Gardu Induk Blimbing,” vol. III, no. 1, pp. 6–12, 2009.
Hamadun, “Gambar sistem Kelistrikan Teknik Distribusi,”, 2010.
http://hamadun.blogspot.com. Diakses tanggal 14 Maret 2019
Dwiwahyono, H. “Macam – Macam Jenis Konduktor pada SUTM,”, 2010.
http://mo3mo3n.blogspot.com. Diakses tanggal 14 Maret 2019.
46