Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ANALISA KEANDALAN PADA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK


BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI

Dibuat Untuk Memehuni Salah Satu Mata Kuliah Sistem Distribusi Tenaga Elektrik
Yang Diampu Oleh: Dr. Yadi Mulyadi, M.T.

Disusun oleh:

Mahesa Rivaldi
1606508

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.4 Batasan Masalah ................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
2.1 Sistem Tenaga Listrik ........................................................................................ 6
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ....................................................................... 7
2.2.1 Bagian – Bagian Sistem Distribusi ............................................................. 8
2.2.2 Sistem Jaringan Distribusi .......................................................................... 9
2.2.2.1 Sistem Jaringan Distribusi Primer ............................................................. 9
2.2.2.2 Sisten Jaringan Distribusi Sekunder ..................................................... 10
2.3 Konfigurasi Jaringan Distribusi ....................................................................... 10
2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial ............................................................ 10
2.3.2 Sistem Jaringan Distribusi Loop .............................................................. 11
2.3.3 Sistem Jaringan Distribusi Spindel ................................................................ 12
2.4 Konduktor ........................................................................................................ 13
2.4.1 Jenis Penghantar (Konduktor) .................................................................. 13
2.5 Transformator Distribusi...................................................................................... 15
2.6 Gangguan Sistem Jaringan Distribusi Primer .................................................. 16
2.6.1 Penyebab Gangguan Dari Faktor Luar ..................................................... 16
2.6.2 Penyebab Gangguan Dari Faktor Dalam .................................................. 16
2.7 Manuver Sistem Jaringan Distribusi Primer .................................................... 18
2.8 Konsep Dasar Teori Keandalan ....................................................................... 18
2.9 Keandalan Sistem Distribusi ............................................................................ 19
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 22
3.1 Indeks Keandalan ............................................................................................. 22

ii
3.1.1 Pemadaman (Outage) ................................................................................... 22
3.1.2 Lama keluar (Outage Duration) ............................................................... 22
3.1.3 Laju Kegagalan (Failure Rate) ................................................................. 24
3.2 Indeks Keandalan Sistem Jaringan Distribusi.................................................. 25
3.2.1 Contoh Perhitungan SAIFI, SAIDI dan EENS ......................................... 27
3.3 Kegunaan Dari Indeks Keandalan Sistem ....................................................... 30
3.4 Metode MenentukanTingkat keandalan Sistem Distribusi .............................. 30
3.4.1 Metode Reliability Index Assessment (RIA)............................................ 30
3.4.2 Metode Dristribusi Poisson ...................................................................... 32
3.4.3 Metode Reliability-Network-Equivalent ................................................... 34
3.4.4 Metode Simulasi Monte Carlo.................................................................. 36
3.5 Menigkatkan keandalan sistem distribusi ........................................................ 37
3.5.1 Loop Restoration Scheme ......................................................................... 37
3.5.2 Penerapan Metode Pendekatan Teknik..................................................... 40
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 44
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 45

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat’NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Bandung, 14 Maret 2019

Penulis

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi suatu daerah pada era sakarang ini, tidak lepas
kaitannya dengan kebutuhan konsumsi energi listrik. Listrik berkembang menjadi
suatu kebutuhan pokok yang mendampingi seluruh aspek kehidupan masyarakat
secara individu, bisnis, maupun layanan publik. Dalam penyaluran energi listrik
dari hulu hingga ke hilir yaitu konsumen, dibutuhkan suatu jaringan distribusi yang
mengalirkan energi listrik kepada konsumen besar maupun perorangan.
Jaringan distribusi harus memenuhi kriteria handal untuk dapat secara
optimal melayani penyaluran energi listrik kepada konsumen. Pada suatu sistem
tenaga listrik tingkat keandalan adalah hal yang sangat penting dalam menentukan
kinerja sistem tersebut. Keandalan ini dapat dilihat dari sejauh mana suplai tenaga
listrik bisa mensuplai secara kontinu dalam satu tahun ke konsumen. Permasalahan
yang paling mendasar pada penyaluran daya listrik adalah terletak pada mutu,
kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya listrik pada pelanggan. Gangguan
yang terjadi pada unit-unit pembangkitan akan menyebabkan terganggunya
penyediaan tenaga listrik dengan segala akibatnya bagi perusahaan listrik maupun
konsumen.
Keandalan sistem adalah ketersediaan/tingkat pelayanan penyediaan tenaga
listrik dari sistem ke konsumen. Indeks Keandalan merupakan suatu indikator
keandalan yang dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas. Untuk tingkat
keandalan pelayanan tergantung dari berapa lama terjadi pemadaman selama selang
waktu tertentu (satu tahun) atau dikenal dengan SAIDI (System Average
Interruption Frequency Index) dan berapa sering terjadinya pemadaman selama
setahun atau dikenal dengan SAIFI (System Average Interruption Duration Index).
Dalam upaya menigkatkan keandalan suatu jaringan distribusi maka di
rancang suatu peralatan system yang akan mengatasi masalah-masalah dalam
penyaluran energi listrik, sehingga keandalan dapat optimal.

4
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, sehingga penulis merumuskan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keandalan sistem distribusi?
2. Bagaimana menentukan tingkat keandalan pada sistem distribusi tenaga
listrik?
3. Bagaimana cara menigkatkan keandalan sistem distribusi?

1.3 Tujuan
Makalah keandalan sistem distribusi ini memiliki tujuan dan manfaat antara
lain adalah:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan keandalan sistem distribusi.
2. Mengetahui tingkat keandalan pada suatu sistem distribusi
3. Mengetahui cara untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi.

1.4 Batasan Masalah


Mengacu pada uraian diatas penulis menguraikan keandalan system
distribusi dengan batasan sebagai berikut :
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan keandalan sistem distribusi.
2. Menjelaskan tingkat keandalan sistem distribusi beserta contoh
perhitungannya.
3. Menjelaskan cara menigkatakan keandalan sistem distribusi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang terhubung dalam
penyaluran energi listrik mulai dari pembangkit hingga sampai kepada konsumen.
Sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Pandjaitan, 1999
dan Zuhal, 1998):
a. Sistem Pembangkitan
b. Sistem Transmisi
c. Sistem Distribusi
Berdasarkan bagian – bagian sistem tenaga listrik tersebut, diagram jaringan
sistem tenaga listrik secara sederhana dari pusat pembangkit hingga ke konsumen
dapat ditunjukkan pada di bawah ini.

Gambar 2.1 Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sederhana dari Pusat Pembangkit ke Konsumen

6
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi tenaga listrik adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik
yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari pembangkit tenaga listrik sampai
kepada konsumen (Industri, Perumahan, Perusahaan dan sebagainya). Listrik yang
berasal dari saluran transmisi dengan tegangan Tinggi atau Ekstra Tinggi, pada
pada gardu induk diubah menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi
primer, yang selanjutnya diturunkan lagi menjadi tegangan rendah untuk konsumen
pada tingkat tegangan yang diperlukan. Dengan kata lain sistem ini merupakan
penghubung suatu sistem transmisi/sub-transmisi yang menuju kepada konsumen.

Proses penyedian tenaga listrik hingga kekonsumen dapat dilihat pada


Gambar berikut:

Gambar 2.2 Proses Penyediaan Tenaga Listrik (distribusi)

7
2.2.1 Bagian – Bagian Sistem Distribusi
Sistem distribusi merupakan komponen keseluruhan dari sistem tenaga
listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber (seperti pada gardu
transmisi) dengan konsumen. Bagian – bagian sistem distribusi sebagai berikut
(Pabla,2008):

1. Subtransmisi tegangan, biasanya antara 33 kV dan 20 kV, yang menyalurkan


energi untuk gardu distribusi:

2. Gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan sistem primer.


Adapun bagian dari gardu yaitu:

a. Gardu Induk (GI)


Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari jaringan subtransmisi dan
menurunkan tegangannya menjadi tegangan jaringan distribusi primer
(Jaringan Tegangan Menengah / JTM). Jadi pada bagian ini terjadi
penurunan tegangan dari tegangan tinggi ataupun tegangan extra tinggi ke
tegangan menengah 20 kv.

b. Gardu Hubung (GH)


Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang telah
diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau membagi
daya listrik tanpa merubah tegangannya melalui jaringan distribusi primer
(JTM) menuju gardu atau transformator distribusi.

c. Gardu Distribusi dan Feeder (Penyulang)


Gardu Distribusi adalah gardu yang berisikan trafo distribusi dan
merupakan daerah / titik pertemuan antar jaringan primer dan jaringan
sekunder karena pada gardu ini tegangan menengah (TM) diubah ke
tegangan rendah (TR). Sedangkan Feeder (penyulang) dalam jaringan
distribusi merupakan saluran yang menghubungkan gardu induk dengan
gardu distribusi.

3. Trafo distribusi biasanya dipasang pada tiang dekat lokasi konsumen, yang
mengubah tegangan primer ke tegangan sekunder.

8
4. Saluran penyulang utama merupakan saluran yang menghubungkan Gardu Induk
dengan gardu distribusi.

5. Saluran sekunder merupakan saluran yang berasal dari gardu ditribusi yang
terhubung ke konsumen pada tegangan 380/220 V

2.2.2 Sistem Jaringan Distribusi


Sistem jaringan distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang
berfungsi menyalurkan tegangan dari sumber tegangan listrik besar hingga sampai
ke konsumen. Dalam penyaluran tegangan, sistem jaringan distribusi terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu : Sistem jaringan distribusi primer dan Sistem jaringan
distribusi sekunder.

2.2.2.1 Sistem Jaringan Distribusi Primer


Sistem jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem tenaga listrik
diantara Gardu Induk (GI) dan Gardu Distribusi. Sistem penyaluran tegangan listrik
pada sistem jaringan distribusi primer dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Kadir,
2000) :

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi), seperti
kawat AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), kawat ACSR (Aluminium
Conductor Stell Reinforced), dll.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi, seperti kabel MVTIC
(Medium Voltage Twisted Insulated Cable).

3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)

Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi, seperti kabel PVC
(Poly Venyl Clorida), kabel XLPE (Crosslink Polyethelene).

9
2.2.2.2 Sisten Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder adalah bagian dari jaringan distribusi primer,
dengan jaringan yang berhubungan langsung dengan konsumen (Kadir, 2000).
Sistem penyaluran tegangan listrik pada jaringan distribusi sekunder dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi), seperti
kawat AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), kawat ACSR (Aluminium
Conductor Stell Reinforced).

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi, seperti kabel LVTC (Low
Voltage Twisted Cable).

2.3 Konfigurasi Jaringan Distribusi


Dalam sistem jaringan distribusi terdapat beberapa konfigurasi jaringan
yang dapat diterapkan. Dalam menerapkan suatu konfigurasi jaringan didasarkan
dengan sebuah pertimbangan yang baik agar dapat menghasilkan suatu jaringan
sistem yang baik. Sistem jaringan distribusi dapat dikelompokkan menjadi 3
macam, yaitu sistem jaringan distribusi radial, loop dan spindel ( Gonen, 1986 ).

2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial


Sistem jaringan distribusi primer tipe radial memiliki jumlah sumber dan
penyulang hanya satu buah. Bila terjadi gangguan pada salah satunya (baik sumber
ataupun penyulangnya), maka semua beban yang dilayani oleh jaringan ini akan
padam. Oleh karena itu nilai keandalan dari sistem jaringan distribusi primer tipe
radial ini adalah rendah. Sistem ini banyak dipergunakan di daerah pedesaan dan
perkotaan yang tidak memiliki nilai keandalan yang tinggi. Umumnya sistem ini
bentuknya sederhana, mudah pelaksanaannya, dan sistem paling murah. Keandalan
sistem memenuhi kontinuitas tingkat 1 dan umumnya merupakan jaringan luar kota.

10
Bagan sistem jaringan distribusi primer tipe radial ditunjukkan pada gambar

Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Radial


(sumber: Gonen, 1986)

2.3.2 Sistem Jaringan Distribusi Loop


Sistem jaringan loop merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk
jaringan ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada
gambar 2.4 yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah saluran,
sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas daya menjadi lebih
baik, karena drop tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil. Listrik
mengalir ke pelanggan melalui jalur tunggal pada satu waktu dari kedua sisi sistem
loop, tergantung pada status buka / tutup dari saklar sectionalizers dan reclosers.
Sistem loop biasanya dioperasikan dengan saklar terbuka. Setiap bagian feeder
dapat diisolasi tanpa gangguan, dan kesalahan primer dikurangi dalam durasi waktu
yang diperlukan untuk menemukan kesalahan dan melakukan switching diperlukan
untuk memulihkan layanan.

11
Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop
(sumber: Gonen, 1986)

2.3.3 Sistem Jaringan Distribusi Spindel


Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.5) merupakan modifikasi dari
sistem loop/ring. Sistem ini terdiri dari beberapa sistem radial dengan masing –
masing penyulang yang berpangkal pada satu gardu induk dan ujung sistem akan
terhubung di gardu hubung. Penyulang tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu
penyulang utama dan penyulang cadangan. Penyulang utama adalah penyulang
yang dioperasikan untuk mengalirkan energi listrik dari sumber sampai ke
konsumen, sehingga penyulang ini beroperasi dalam keadaan dibebani. Sedangkan
penyulang cadangan adalah penyulang yang menghubungkan gardu induk langsung
ke gardu hubung dan beroperasi dalam keadaan tidak berbeban.

12
Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Spindel
(sumber: Gonen, 1986)

Sistem jaringan distribusi speindel sangat cocok untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan antara lain :

1. Peningkatan keandalan atau kontinuitas pelayanan sistem.


2. Menurunkan atau menekan rugi-rugi akibat gangguan.
3. Sangat baik untuk mensuplai daerah beban yang memiliki kerapatan beban
yang cukup tinggi.
4. Perluasan jaringan mudah dilakukan.

2.4 Konduktor
Konduktor atau penghantar adalah salah satu komponen utama, yang
berperan untuk menyalurkan atau menghantarkan energi listrik dari satu bagian ke
bagian lain. Bahan umum konduktor yang digunakan adalah tembaga dan
aluminium. Dilihat dari jenis isolasi yang digunakan, konduktor terdiri dari dua
jenis, yaitu konduktor kawat telanjang dan konduktor berosilasi atau kabel.

2.4.1 Jenis Penghantar (Konduktor)


Kawat dengan bahan penghantar (konduktor) untuk saluran transmisi
tegangan tinggi selalu tanpa pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat telanjang
berbahan tembaga atau alumunium dengan inti baja (steel-reinforced alumunium
cable/ACSR) besar yang terbentang untuk mengalirkan arus listrik. Kawat tembaga
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar alumunium, hal
tersebut dikarenakan konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Akan tetapi juga
mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama, tembaga lebih berat
dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu kawat penghantar alumunium
telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga. Untuk memperbesar kuat
tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran alumunium (alumunium alloy).
Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang

13
berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan
kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis,
sebagai berikut (Suswanto, 2008):

a. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya


terbuat dari alumunium.

Gambar 2.6 Konduktor Jenis AAC

(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

b. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang


seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

Gambar 2.7 Konduktor Jenis AAAC

(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

c. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar


alumunium berinti kawat baja.

Gambar 2.8 Konduktor Jenis ACSR

(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

14
d. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran. Sehingga kabel ini lebih
kuat dari kabel ACSR.

Gambar 2.9 Konduktor Jenis ACAR


(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

2.5 Transformator Distribusi


Transformator adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator pada gardu distribusi
berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan distribusi
380/220V. Transformator distribusi biasanya dipasang pada tiang atau dekat lokasi
konsumen, yang mengubah tegangan primer ke tegangan sekunder.

Gambar 2.10 Trafo Distrbusi


(Sumber: Abdul, 1989)

15
2.6 Gangguan Sistem Jaringan Distribusi Primer
Kondisi gangguan pada sistem jaringan distribusi primer tegangan
menengah 20 kV dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu :
1. Penyebab dari faktor luar
2. Penyebab dari faktor dalam

2.6.1 Penyebab Gangguan Dari Faktor Luar


Faktor – faktor luar yang menyebabkan terjadinya gangguan yaitu :
1. Cuaca misalnya hujan, angin kencang, gempa bumi dan petir.
2. Mahluk hidup misalnya manusia, binatang dan tumbuhan.
3. Benda – benda lain.
Jenis gangguan (fault) pada sistem distribusi saluran udara dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu (SPLN 52-3, 1983):
1. Gangguan yang bersifat temporer
Gangguan temporer atau gangguan sesaat dapat hilang dengan sendirinya
atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.
2. Gangguan yang bersifat permanen
Untuk membebaskan gangguan yang bersifat permanen diperlukan tindakan
perbaikan atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.

2.6.2 Penyebab Gangguan Dari Faktor Dalam


Gangguan yang disebabkan oleh faktor dalam umumnya besifat permanen,
misalnya peralatan tidak sesuai standar yang ditetapkan, pemasangan alat yang
tidak sesuai atau salah dan penuaan peralatan.
Gangguan yang disebabkan faktor dalam dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu:
1. Gangguan sistem

16
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 kV yang
diakibatkan oleh gangguan pada sistem pembangkit tenaga lisatrik atau system
jaringan trasmisi tegangan tinggi. Pada umumnya gangguan ini akan menyebabkan
pemadaman yang mencakup daerah yang luas.
2. Gangguan jaringan
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan tegangan menengah
20 kV mengakibatkan putusnya pasokan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik ke daerah – daerah tertentu. Pada umumnya penyebab gangguan
jaringan adalah:
1. Gangguan peralatan
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh kerusakan kabel instalasi pada gardu
hubung atau penuaan alat.
2. Gangguan akibat penyulang lain
Pada keadaan jumlah penyulang yang tidak bekerja atau trip lebih dari satu,
maka untuk menentukan penyulang yang terganggu didasarkan pada indikasi rele
proteksi yang bekerja. Bila indikasi rele yang kerja menunjukkan gangguan over
current dan ground fault maka dapat dipastikan penyulang tersebut yang terganggu.
Bila indikasi gangguan yang muncul hanya ground fault saja maka dapat dikatakan
bahwa terjadi gangguan akibat penyulang lain.
3. Gangguan mahluk hidup
Pada umumnya gangguan ini bersifat sementara/temporer dan penyebab
langsung dapat dihilangkan, misalnya kelalaian manusia dalam mengoperasikan
peralatan, dahan pohon dan binatang yang menempel pada kabel instalasi.
Gangguan jaringan ditribusi yang disebabkan baik dari luar maupun dari dalam
dapat mengakibatkan terjadinya tegangan lebih atau hubung singkat. Hubung
singkat yang mungkin terjadi adalah :
a. Gangguan hubung singkat 3 phasa
b. Gangguan hubung singkat 2 phasa
c. Gangguan hubung singkat 1 phasa

17
2.7 Manuver Sistem Jaringan Distribusi Primer
Manuver sistem jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 KV
merupakan serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap kondisi operasi
normal jaringan akibat adanya pekerjaan ataupun gangguan yang bersifat permanen
pada jaringan yang memerlukan waktu relatif lama sehingga tetap tercapai kondisi
penyaluran daya listrik yang optimal. Manuver jaringan pada kondisi operasi
normal menggunakan jaringan tipe radial yang dikembangkan menjadi jaringan tipe
lingkar terbuka (open loop/ring) yang melewati gardu hubung atau saklar - saklar
beban.
Dengan adanya sistem manuver jaringan, maka waktu pemadaman dapat
dipersingkat dan daerah pemadaman dapat dipersempit sehingga losses kWh terjadi
dapat ditekan seminimum mungkin. Manuver jaringan membutuhkan keandalan
sistem yang mampu menanggung beban baik dari sisi pengaman, penghantar
maupun daya listrik yang akan disalurkan sehingga susut tegangan dan losses daya
listrik yang terjadi pada ujung jaringan masih berada dalam batas (toleransi yang
telah ditentukan). Manuver jaringan pada sistem jaringan distribusi primer tegangan
menengah 20 kV dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu:
1. Remote Control
2. Manual

2.8 Konsep Dasar Teori Keandalan


Keandalan (reliability) adalah sebagai peluang suatu komponen atau sistem
memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan selama
digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti peluang
tidak terjadi kegagalan selama beroperasi. Sukerayasa, I Wayan. (2007)
Terdapat lima faktor yang memegang peranan terhadap keandalan suatu
sistem serta definisi keandalan mengandung beberapa istilah penting yaitu (Indah,
Heru, 2013):
a. Fungsi, Keandalan suatu komponen perlu dilihat apakah suatu komponen
dapat melakukan fungsinya secara baik pada jangka waktu tertentu.
Kegagalan fungsi dari komponen dapat disebabkan oleh perawatan yang tak

18
terencana (unplanned maintenance).Fungsi atau kinerja dari suatu
komponen terhadap suatu sistem mempunyai tingkatan yang berbeda-beda.
b. Probabilitas, angka yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi dalam
waktu tertentu pada suatu system atau saluran.
c. Kecukupan performance, menunjukan kriteria kontinuitas suatu saluran
sistem penyalur tenaga listrik tanpa mengalami gangguan
d. Waktu, lama suatu saluran bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Semakin lama saluran digunakan, maka akan semakin banyak kemungkinan
terjadinya kegagalan.
e. Kondisi operasi, adalah keadaan lingkungan kerja dari suatu jaringan seperti
pengaruh suhu, kelembaban udara dan getaran yang mempengaruhi kondisi
operasi.

2.9 Keandalan Sistem Distribusi


Keandalan adalah ukuran tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau
bagian dari sistem untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada periode
waktu dan dalam kondisi operasi tertentu. Untuk dapat menentukan tingkat
keandalan dari suatu sistem, dilakukan pemeriksaaan dengan cara melalui
perhitungan maupun analisa terhadap tingkat keberhasilan kinerja dari sistem.
Sistem yang memiliki tingkat keandalan tinggi akan mampu memberikan suplai
energi listrik setiap saat dibutuhkan, sedangkan sistem yang mempunyai tingkat
keandalan rendah tidak akan mampu memenuhi permintaan energi listrik setiap saat
dibutuhkan.

Kontinuitas pelayanan energi listrik yang merupakan salah satu unsur dari
kualitas pelayanan, tergantung kepada macam sarana penyalur dan peralatan
pengaman. Tingkat kontinuitas pelayanan energi listrik dikatakan baik dilihat
berdasarkan berapa lamanya proses menghidupkan kembali suplai energi listrik
setelah terjadinya gangguan.
Adapun macam – macam tingkatan keandalan dalam pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 hal antara lain (Billinton,1996):

19
1. Keandalan sistem yang tinggi (High Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik.
Dalam keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem ini
tentu saja diperlukan beberapa peralatan dan pengaman yang cukup banyak
untuk menghindarkan adanya berbagai macam ganngguan pada sistem.
2. Keandalan sistem yang menengah (Medium Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Bila
terjadi gangguan pada jaringan dalam keadaan darurat, maka sistem tersebut
masih bisa melayani sebagian dari beban meskipun dalam kondisi beban puncak.
Jadi dalam sistem ini diperlukan peralatan yang cukup banyak untuk mengatasi
serta menanggulangi gangguan sistem.
3. Keandalan sistem yang rendah (Low Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik.
Tetapi bila terjadi suatu gangguan pada jaringan, sistem sama sekali tidak bisa
melayani beban tersebut. Jadi sistem perlu diperbaiki terlebih dahulu dan
peralatan-peralatan pengamannya relatif sangat sedikit jumlahnya.
Kontinyuitas pelayanan, penyaluran jaringan distribusi tergantung pada
jenis dan macam sarana penyalur dan peralatan pengaman, di mana sarana
penyaluran (jaringan distribusi) mempunyai tingkat kontinyuitas yang
tergantung pada susunan saluran dan cara pengaturan sistem operasiannya, yang
pada hakekatnya direncanakan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan dan sifat
beban. Tingkat kontinyuitas pelayanan dari sarana penyaluran di susun
berdasarkan lamanya upaya menghidupkan kembali suplai telah pemutusan
karena gangguan.

20
Tingkatan kontinyuitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu : (SPLN
52-3, 1983) :
1. Tingkat 1
Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk
mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.
2. Tingkat 2
Padam beberapa jam, yaitu yang diperlukan untuk mengirim petugas ke
lapangan, melokalisasi kerusakan dan melakukan manipulasi untuk
menyalakan sementara kembali dari arah atau saluran yang lain.
3. Tingkat 3
Pada beberapa menit, yaitu manipulasi oleh petugas yang siap sedia di gardu
atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi jarak jauh
dengan bantuan DCC (Distribution Control Centre)
4. Tingkat 4
Padam beberapa detik, yaitu pengamanan dan manipulasi secara otomatis
dari DCC (Distribution Control Centre) Tanpa Padam yaitu jaringan yang
dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatis secara penuh dari DCC
(Distribution Control Centre)

21
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Indeks Keandalan
Perkembangan sistem distribusi biasanya dimulai dari bentuk sistem radial.
Laju kegagalan (failure rate) dinyatakan dalam λ saluran radial, untuk suatu
lingkungan tertentu yang homogen, sebanding dengan panjang saluran yang
bersangkutan dan lama pemadaman (outage time) dinyatakan dalam r, tergantung
kepada waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan pemulihan .
Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan
dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks sudah dikembangkan untuk
menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan sistem tenaga.
Evaluasi keandalan sistem distribusi terdiri dari indeks titik beban dan indeks sistem
yang dipakai untuk memperoleh pengertian yang mendalam kedalam keseluruh
pencapaian. Indeks keandalan tersebut antara lain : SAIDI, SAIFI dan EENS.
Untuk menghitung indeks keandalan titik beban dan indeks keandalan
sistem yang biasanya digunakan meliputi angka keluar dan lama perbaikan dari
masing - masing komponen.

3.1.1 Pemadaman (Outage)


Pemadaman (Outage) adalah keandalan dimana suatu komponen tidak
dapat berfungsi sebagai mana mestinya, diakibatkan kerena beberapa peristiwa
yang berhubungan dengan komponen tersebut. Angka keluar adalah angka
perkiraan dari suatu komponen yang mengalami kegagalan beroperasi persatuan
waktu (umumnya per tahun). Suatu outage dapat atau tidak menyebabkan
pemadaman, hal ini masih tergantung pada konfigurasi dari sistem (SPLN 59,
1985).

3.1.2 Lama keluar (Outage Duration)


Periode dari satu permulaan komponen mengalami keluar sampai saat
komponen dapat dioperasikan kembali sesuai dengan fungsinya (SPLN 59, 1985).
Adapun perkiraan angka yang keluar dan waktu perbaikan dari komponen adalah
Tabel 3.1 Perkiraan angka keluar komponen system distribusi

22
Komponen / Peralata Angka Keluar / outage
Saluran Udara 0,2/km/tahun
Kabel Saluran Bawah Tanah 0,047/km/tahun
Pemutus Tenaga 0,004/km/tahun
Saklar Beban 0,003/km/tahun
Saklar Pemisah 0,003/km/tahun
Penutup Balik 0,005/km/tahun
Penyambung Kabel 0,001/km/tahun
Trafo Distribusi 0,005/km/tahun
Pelindung Jaringan 0,005/km/tahun
Rel Tegangan Rendah 0,001/km/tahun
(Untuk Sistem Spot Network)
Sumber: SPLN: 59, 1985

Tabel 3.2 Waktu Operasi Kerja Dan Pemulihan Pelayanan


NO OPERASI KERJA WAKTU/JAM
1 Menerima panggilan adanya pemadaman dan waktu 0,5
yang dibutuhkan untuk perjalanan ke GI
2 Menerima panggilan adanya pemadaman dan waktu 1,0
yang dibutuhkan untuk perjalanan ke alat penutup
kembali
3 Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari satu gardu 0.16
ke gardu berikutnya
4 Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari satu gardu 0,2
ke gardu berikutnya untuk sistem spot network
5 Waktu yang dibutuhkan untuk untuk memeriksa 0,083
indikator gangguan (hanya untuk sistem spindel)
6 Waktu yang dibutuhkan untuk membuka/menutup 0,25
pemutus tenaga atau penutup kembali

23
7 Waktu yang dibutuhkan untuk membuka/menutup 0,15
saklar beban atau saklar pemisah
8 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kawat 3
penghantar udara
9 Waktu yang dibutuhkan untuk mencari lokasi 5
gangguan pada kabel bawah tanah
10 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kabel 10
saluran bawah tanah
11 Waktu yang dibutuhkan untuk 10
mengganti/memperbaiki pemutus tenaga, saklar beban,
penutup kembali atau saklar pemisah.
10
12 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti penyambung 15
kabel (bulusan) untuk kabel berisolasi kertas
13 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti trafo 10
distribusi
14 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti pelindung 10
jaringan
15 Waktu yang dibutuhkan untuk 10
mengganti/memperbaiki bus tegangan rendah
Sumber : SPLN: 59, 1985

3.1.3 Laju Kegagalan (Failure Rate)


Menurut Sulasno (2001), laju kegagalan adalah nilai rata-rata dari jumlah
kesalahanpersatuan waktu pada selang waktu pengamatan waktu tertentu (T), dan
dinyatakan dalam satuan kegagalan pertahun. Pada suatu pengamatan, nilai laju
kegagalan dinyatakan sebagai berikut:
λ = 𝑓/ 𝑇.......................................................... (3.1)
(Sulasno,2001)

24
Keterangan:
λ = Laju kegagalan (kegagalan/tahun)
f = Banyaknya kegagalan selama selang waktu T)
T = selang waktu pengamatan (tahun)

Untuk menghitung lama gangguan rata-rata (Average Annual outage Time):


𝑈𝑠 = 𝛴𝑡/𝑇………………………….……… (3.2)
(Wilis, 2004)

3.2 Indeks Keandalan Sistem Jaringan Distribusi


Menurut T.A. Short (1966), indeks keandalan merupakan suatu nilai yang
dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas, yang terdiri dari indeks pada titik
beban dan indeks pada sistem yang dipakai untuk memperoleh pengertian tentang
kinerja suatu sistem yang diukur. Penyedia listrik paling sering menggunakan dua
indeks keandalan, yaitu SAIFI dan SAIDI, untuk mengukur kinerja keandalan
sistem tenaga listriknya. Karakteristiknya adalah frekuensi dan durasi gangguan
selama periode pertahun. Adapun indeks keandalan yang digunakan sebagai
berikut:

1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)


SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian
frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani.

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛


𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

Indeks keandalan ini dapat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata


kegagalan yang terjadi perpelanggan yang dilayani oleh sistem persatuan
waktu (per-tahun). Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua
kegagalan pelanggan dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang dilayani

25
oleh sistem tersebut. Atau dengan kata lain, persamaan untuk SAIFI dapat
dilihat pada persamaan dibawah ini:

∑ 𝜆𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 = ∑ 𝑁𝑖
…………………………………………… (3.3)

Di mana:
λi : Laju kegagalan titik beban i
Ni : Jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i

2. SAIDI (Sistem Average Interruption Duration Index)


SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian
lama padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

Indeks keandalan ini dapat didefinisikan sebagai nilai rata-rata dari


lamanya kegagalan untuk setiap konsumen selama satu tahun. Indeks ini
ditentukan dengan pembagian jumlah dari lamanya kegagalan untuk semua
pelanggan selama periode waktu yang telah ditentukan dengan jumlah
pelanggan yang dilayani selama tahun itu.
∑ 𝑈𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 = ∑ 𝑁𝑖
…………………………………………...... (3.4)

Dimana :
Ui : waktu padam pelanggan dalam periode tertentu (jam/tahun)
Ni : Jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i

26
Adapun standar nilai indeks keandalan berdasarkan refrensi yang ada,
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Standar Nilai Indeks Keandalan
INDEKS STANDAR
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) 1.0
SAIDI (System Average Interruption Duration Index) 1.0 - 1.5 h
CAIDI (Costumer Average Interruption Duration Index) 1.0 - 1.5 h
ASAI (Average System Availability Index) 0.99983
Sumber : Dugan, Roger, C (1996 )

3. Expected Energy Not Supplied (EENS)


Expected Energy Not Supplied (EENS) merupakan nilai penjumlahan dari
MWh yang tidak tersuplai kepada pelanggan selama periode satu tahun. Ini
didefinisikan sebagai perkiraan jumlah energi yang tidak tersalurkan pada sistem
karena gangguan selama periode satu tahun. (Wiwied, dkk., 2009).
EENS =∑ 𝐿𝑎(𝑖) 𝑈𝑖 𝑀𝑊ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ................................................... (3.5)
Keterangan :
𝐿𝑎(𝑖) : beban puncak pada titik beban i.
𝑈𝑖 : waktu padam pelanggan dalam periode tertentu (jam/tahun)

3.2.1 Contoh Perhitungan SAIFI, SAIDI dan EENS


Contoh kasus di ambil dari tugas akhir (TA) “ANALISA TINGKAT
KEANDALAN SISTEM SUPLAI DISTRIBUSI 20 kV UNIVERSITAS
UDAYANA DENPASAR” I Made Wahyu Darmahesta
Dalam studi kasus untuk perhitungan SAIFI, SAIDI, EENS digunakan penyulang
panjer (penyulang utama suplai UNUD) yang berada di wilayah kerja Area Jaringan
Bali Selatan Unit Jaringan Denpasar. Data perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil Analisa Indeks Keandalan Untuk Masing-Masing Titik Beban
data
laju waktu Ketidakter jumlah
perhitungan
kegagalan perbaikan sediaan pelanggan λ*m u*m
untuk setiap
(λ) gangguan (r) tahunan (u) (m)
Load Point
1 2 3 4 5 6 7
Titik beban 1 0,3634 3,604843148 1,31 13 4,7242 17,03
Titik beban 2 0,3814 3,57629785 1,364 40 15,256 54,56
Titik beban 3 0,4214 3,521594684 1,484 35 14,749 51,94
Titik beban 4 0,4894 3,449121373 1,688 300 146,82 506,4

27
Titik beban 5 0,5314 3,413624388 1,814 26 13,8164 47,164
Titik beban 6 0,5894 3,372921615 1,988 538 317,0972 1069,544
Titik beban 7 0,6334 3,347016104 2,12 3 1,9002 6,36
Titik beban 8 0,6494 3,338466277 2,168 79 51,3026 171,272
..... .... .... .... .... .... ....
..... .... .... .... .... .... ....
Titik beban 46 1,2614 3,218645949 4,06 1 1,2614 4,06
Titik beban 47 1,2674 3,217610857 4,078 1 1,2674 4,078
Titik beban 48 1,2594 3,218993171 4,054 1 1,2594 4,054
Titik beban 49 1,2094 3,228046965 3,904 137 165,6878 534,848
Titik beban 50 1,2114 3,227670464 3,91 3 3,6342 11,73
Titik beban 51 1,2314 3,223972714 3,97 4 4,9256 15,88
Titik beban 52 1,1854 3,23266408 3,832 299 354,4346 1145,768
Titik beban 53 1,2054 3,228803717 3,892 1 1,2054 3,892
Titik beban 54 1,2054 3,228803717 3,892 1 1,2054 3,892
Σm 8829
Σλ*m 7309,201
Σu*m 24118,942

Keterangan :
λ : Angka Keluaran / Laju kegagalan titik beban (failures/year)
r : Rata-rata waktu Keluar (hours)
u : Ketidaktersediaan waktu (hours/year)
m : Jumlah Pelanggan yang dilayani

Dari tabel di atas pada kolom dua menunjukkan, bahwa titik beban yang
mempunyai laju kegagalan yang paling kecil adalah pada titik beban 1 sebesar
0,3634 (dibawah satu kali) kegagalan tiap tahun. Artinya pada pelanggan trafo ini
hampir tidak pernah padam selama satu tahun yang disebabkan oleh peralatan dan
tidak disebabkan oleh pemeliharaan. Secara umum pada tabel terlihat titik beban
yang terletak pada pangkal saluran memiliki laju kegagalan paling kecil, begitu juga
sebaliknya titik beban yang terletak di ujung saluran memiliki laju kegagalan yang
besar. Hal ini disebabkan karena letak titik beban yang semakin jauh dari sumber
maka akan semakin banyak jumlah komponen serta penyulang yang semakin
panjang, sehingga peluang terjadinya kegagalan komponen semakin besar.
Selanjutnya setiap data load point dari tabel 4.9 tersebut akan dijumlahkan dari
perkalian antara perkiraan angka keluaran dengan jumlah pelanggan (λ * m ),
ketidaktersedian waktu dikalikan jumlah pelanggan (u * m ), dan jumlah total

28
pelanggan (Σ m) untuk menghitung SAIFI dan SAIDI. Dan perkiraan energi yang
tidak tersuplai (Σ beban i * u).
Dalam menghitung nilai SAIFI, SAIDI dan EENS untuk menemukan
tingkat keandalan pada sistem distribusi penyulang panjer (penyulang utama suplai
UNUD) dapat dihitung dengan persamaan berikut :

1. Perhitungan SAIFI
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 ∑ 𝜆𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖 Ι 𝑁𝑖
7309,201
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 =
8829
SAIFI = 0,827863
Jadi nilai SAIFI sistem jaringan distribusi penyulang panjer adalah sebesar
0,827863 failures / customer.yr

2. Perhitungan SAIDI
Jumlah jangka waktu gangguan semua pelanggan ∑ 𝑈𝑖 𝑁𝑖
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 = =
jumlah pelanggan yang dilayani ℒ 𝑁𝑖
24118,942
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 =
8829
SAIDI = 2,731786
Jadi nilai SAIDI sistem jaringan distribusi penyulang panjer adalah sebesar
2,731786 hour / customer.yr

3. Perhitungan Expected Energy Not Supply (EENS)


𝐸𝐸𝑁𝑆 = ∑ 𝐿𝑎(𝑖) 𝑈𝑖 𝑀𝑊ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 9,2126 MWh/tahun
Jadi nilai (EENS) perkiraan energi yang tak tersuplai pada sistem jaringan
distribusi penyulang panjer saat terjadi gangguan adalah sebesar 9,2126
MWh/tahun.

29
3.3 Kegunaan Dari Indeks Keandalan Sistem
Kegunaan dari informasi indeks keandalan sistem adalah sangat luas. Ada
beberapa kegunaan yang paling umum yaitu (Billiton, R dan Billiton, J.E, 1989) :
1. Melengkapi menejemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan pada sistemm listrik secara keseluruhan.
2. Untuk mengidentifikasi sub sistem dan sirkit dengan capaian dibawah
standar untuk memastikan penyebabnya.
3. Melengkapi menejemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan mengenai untuk masing-masing area operasi.
4. Menyediakan sejarah keandalan dari sirkit individu untuk diskusi
dengan pelanggan sekarang atau calon pelanggan.
5. Memenuhi syarat pelaporan pengaturan.
6. Menyediakan suatu basis untuk menetapkan ukuran-ukuran
kesinambungan layanan.
7. Menyediakan data capaian yang penting bagi suatu pendekatan
probabilistik untuk studi keandalan sistem distribusi.

3.4 Metode MenentukanTingkat keandalan Sistem Distribusi


3.4.1 Metode Reliability Index Assessment (RIA)
Reliability Index Assessment merupakan sebuah metode yang
mengevaluasi indeks keandalan jaringan distribusi dengan mengasumsikan
kegagalan dari suatu peralatan, setelah itu mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan
menganalisa bagaimana efek kegagalan peralatan tersebut mempengaruhi operasi
sistem distribusi 20 KV. Kemudian kegagalan pada setiap komponen dianalisa
untuk mendapatkan indeks keandalan kontribusi yang mempengaruhi indeks
keandalan system (Prabowo. Herdianto.2013).
Metode RIA ini digunakan untuk melakukan perhitungan indeks
keandalan saat terjadi gangguan, yang mana serangkaian langkah diterapkan pada
sistem distribusi ini untuk membandingan setiap kondisi sehingga nantinya dapat
dibandingkan antara nilai-nilai indeks keandalan pada kondisi-kondisi tertentu yang

30
telah diterapkan pada simulasi ETAP dan metode RIA. Dalam metode RIA untuk
mendapatkan nilai indeks keandalan seperti SAIDI, SAIFI, dan CAIDI harus
mencari nilai dari beberapa parameter penunjang yaitu sebagai berikut :
1. Perhitungan Indeks kegagalan
Harus dilakukan langkah seperti di bawah ini.
• Saluran udara maupun kabel bawah tanah dengan cara panjang per km
(sustained failures rate) dikalikan panjang dari masing-masing.
• Indeks keandalan tiap peralatan juga dikalikan dengan jumlah peralatan
tersebut.
2. Mencari r dan U sistem
Pada perhitungan r dan U sistem, sebelumnya harus dilakukan langkah
seperti di bawah ini
• r (jam/gangguan) menyatakan waktuperbaikan atau switching time, yakni
ketika terjadi gangguan pada salah satusection, maka komponen-
komponenpada section yang terganggu akandikenakan repair time
sedangkan untuk komponen-komponen yang tidakterganggu akan
dikenakan switching time.
• U (jam/tahun) merupakan hasilperkalian antara λ (gangguan/tahun)
dengan r (jam/gangguan), menyatakan durasi/lama pemadaman rata-rata
dalam kurun waktu satu tahun akibat gangguan pada tiap komponen
sistemdistribusi.
3. Perhitungan SAIFI, SAIDI dan CAIDI
Untuk memperoleh nilai SAIFI, nilai λ peralatan baik saluran bawah tanah,
circuit breaker, trafo, recloser, switch pada setiap peralata ndikalikan jumlah
pelanggan pada loadpoint bersangkutan, kemudian hasil perkaliaN dibagi dengan
jumlah dari semua pelangga dari sistem. Sehingga akan diperoleh nilai SAIFI per
peralatan yang nantinya akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai SAIFI
kesuluruhan dari sistem distribusi Untuk memperoleh nilai SAIDI, nilai U pada
setiap peralatan dikalikan jumlah pelanggan pada load point bersangkutan,
kemudian hasil perkalian dibagi dengan jumlah dari semua pelanggan dari sistem.
Sehingga akan diperoleh nilai SAIDI per peralatan yang nantinya akan dijumlahkan

31
untuk mendapatkan nilai SAIDI kesuluruhan dari sistem distribusi.Untuk
memperoleh nilai CAIDI, dengan cara nilai SAIDI dibagi nilai SAIFI.

3.4.2 Metode Dristribusi Poisson


Untuk menghitung tingkat keandalan suatu sistem jaringan distribusi harus
melakukan langkah – langkah berikut
1. Menghitung impedansi saluran
2. Menghitung drop tegangan
3. Menghitung rugi-rugi daya
4. Menghitung nilai kapasitor dan menentukan penempatan kapasitor
5. Menghitung tegangan dan rugi-rugi daya setelah pemasangan kapasitor
6. Menghitung tingkat keandalan sistem dalam SAIFI dan SAIDI
Setelah melakuakn langkah-lankah tersebut kita masukkan data total rata – rata
jumlah gangguan selama setahun dan data total lamanya pemadaman kedalam suatu
rumus untuk menghitung tingkat keandalan, perhitungan tersebut dipakai metode
distribusi poisson. Karena dengan Distribusi Poisson tersebut memiliki kemampuan
antara lain :
a. metode Poisson di gunakan untuk menghitung data kejadian yang
mempunyai rentang waktu tertentu.
b. metode Poisson di gunakan untuk menghitung n (jumlah waktu) yang besar,
misal seratus atau lebih seratus.
Yang mana dalam distribusi tersebut kemungkinan ada kerusakan sebanyak x
dalam interval waktu tertentu t di nyatakan dengan distribusi Poisson.
𝑒 −λt (λt)𝑥
P(X=x) = ............................................(3.6)
𝑋!

(Pabla, Abdul 1994)


Maka kemungkinan tidak terjadi kerusakan selama periode waktu 0 t di sebut fungsi
keandalan R(t) yaitu
R(t) = 𝑒 −λt ………………………………..(3.7)
(Pabla, Abdul 1994)

32
Keterangan :
R(t) = fungsi keandalan
e = eksponensial
λ = Jumlah Waktu (jam selama setahun) / jumlah kerusakan atau gangguan
(kali/jam)
Jumlah waktu : 8760 ( yaitu jumlah jam selama setahun)

Contoh Kasus.
Data diperoleh dari jurnal “Analisis Sistem Distribusi 20 kV Untuk Memperbaiki
Kinerja Dan Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Electrical Transient
Analisys Program” Oleh Abrar Tanjung. Pada bulan Januari s/d Desember 2011
bahwa jumlah gangguan yang terjadi pada Gardu Hubung Ujung Tanjung Feeder
Teluk Pulau selama satu tahun (SAIFI) adalah 45 kali dengan rata-rata (λ) adalah
0,0043 kali/jam selama setahun, dengan total waktu lama pemadaman/gangguan (t)
(SAIDI) adalah 52,83 jam,dan jumlah jam dalam setahun 8760 jam, dengan
demikian tingkat keandalannya adalah :
R (t) = e-λt
λ = 45/8760
= 0,0051 kali/jam
T = total lama waktu gangguan selama setahun = 52,83 jam
R = e-0,0051 x 52,83
= e-0,2694
= 0,7638
Dengan menggunakan rumus untuk mencari tingkat keandalan sistem, dengan
memasukkan jumlah data gangguan dan lamanya waktu pemadaman rata-rata
selama satu tahun maka didapat perhitungan bahwa tingkat keandalan Gardu
Hubung Ujung Tanjung Feeder Teluk Pulau adalah 0,7638

33
3.4.3 Metode Reliability-Network-Equivalent
Metode Reliability-Network-Equivalent Approach (RNEA) merupakan
penyederhanaan dari metode Failure-Mode-and-Effect Analysis (FMEA). Metode
RNEA digunakan untuk menganalis system distribusi radial yang kompleks secara
sederhana. Prinsip utama pada metode ini adalah elemen ekuivalen dapat digunakan
untuk mengganti bagian jaringan distribusi dan menyusun kembali system
distribusi yang besar kedalam bentuk seri dan sederhana. Metode ini merupakan
metode pendekatan untuk mengevaluasi sistem distribusi yang menggunakan
proses berulang dan berurutan untuk mengevaluasi indeks keandalan per titik beban
(load point).
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa system distribusi radial yang terdiri dari
Transformator, Saluran, Breaker, Fuse, dan Disconnecting Switch. S1, L1 disebut
sebagai seksi utama (main section) yang menyalurkan energi ke lokasi beban.
Beban (load point) pada kondisi normal terhubung langsung dengan Transformator.
Fuse F1 dan saluran cabang T1 dan L5 disebut sebagai seksi cabang (lateral
section).

Gambar 3.1 Sistem Distribusi


(Sumber : Sukerayasa, 2008)
Keterangan:
B : Breaker
T : Transformator
L : Line
S : Disconnecting Switch

34
F :Fuse
Sistem distribusi yang terlihat pada gambar 2 dapat dimodelkan dengan
Penyulang umum, seperti yang terlihat pada gambar 2. Penyulang umum terdiri dari
n seksi utama (main section), n seksi cabang (lateral section) dan komponen seri.
Secara berurutan Si, Li, Mi dan Lpi menggambarkan komponen seri i, Li dapat
disebut sebagai saluran dengan Fuse atau saluran dengan Fuse dan Transformator
pada seksi cabang i, Mi dapat disebut sebagai saluran dengan Disconnecting Switch
atau saluran dengan dua Disconnecting Switch di kedua ujungnya pada seksi utama
i, dan Lpi adalah load point

Gambar 3.2 Penyulang Umum


(Sumber : Sukerayasa, 2008)

Proses yang digunakan untuk mengevaluasi indeks keandalan sistem


distribusi yang menggunakan RNEA terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses bottom-up, digunakan untuk mencari semua Penyulang cabang (sub


Feeder) kemudian diganti dengan jaringan ekuivalen seksi cabang (lateral
section) sehingga sistem dapat direduks menjadi sistem distribusi umum.
2. Prosedur top-down, proses ini digunakan untuk mengevaluasi indeks titik
beban (load point) tiap Penyulang (Feeder) dan ekuivalen komponen seri
untuk Penyulang cabang (sub Feeder), sampai semua indeks titik beban
(load point) baik pada Penyulang utama (Feeder) maupun Penyulang cabang
(sub Feeder) dievaluasi.
3. Setelah masing-masing indeks titik beban (load point) dihitung, kemudian
menghitung indeks Penyulang dan sistem.

35
3.4.4 Metode Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo (SMC) adalah suatu teknik stokastik yang digunakan
untuk memecahkan permasalahan matematika. Kata “Stokastik” berarti bahwa
Simulasi Monte Carlo menggunakan angkaangka acak dan probabilitas statistik
untuk memperoleh suatu jawaban. Metoda Monte Carlo mula-mula dikembangkan
untuk proyek Manhattan selama Perang Dunia II. Bagaimanapun, Simulasi Monte
Carlo kini diberlakukan bagi suatu cakupan yang luas tentang permasalahan-
permasalahan disain reaktor nuklir, ekonometrik, evolusi mengenai bintang,
meramalkan bursa saham dan lain lain. Bagian penting dari Simulasi Monte Carlo
adalah pemahaman tentang angka acak mulai dari menghasilkannya dan
mengkonversinya. Dalam distribusi eksponensial yang mempunyai laju kegagalan
(λ ) yang konstan dan variasi eksponensial dari T ditunjukkan dalam persamaan
3.11 berikut:

T = -1 / λ ln(X )…………………………………(3.8)

Dimana X adalah angka acak yang nilainya antara 0 sampai 1. Pembuatan


angka acak ini umumnya dibantu oleh program komputer. Dalam keandalan
jaringan distribusi, angka acak ini dipakai untuk mendapatkan nilai TTF dan TTR
sesuai nilai rataratanya. Nilai TTF dan TTR didapatkan dengan mengkonversikan
nilai X kedalam persamaan, sehingga persamaan 2.15 akan menjadi:

TTF = −MTTF ln(X ) …………………………..(3.9)


TTR = −MTTRln(X )……………………………(3.10)

Proses yang digunakan untuk mengevaluasi indeks keandalan sistem distribusi yang
menggunakan Simulasi Monte Carlo terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut
(Billinton.1999):
1. Hasilkan sebuah angka acak untuk masing-masing elemen didalam sistem dan
mengkonversinya ke dalam TTF yang sesuai dengan probabilitas distribusi dari
parameter elemen tersebut.
2. Tentukan elemen dengan TTF minimum.

36
3. Hasilkan sebuah nomor acak dan konversikan nomor ini ke dalam Repair Time
(RT) dari elemen dengan TTF minimum menurut probabilitas distribusi dari
waktu perbaikan.
4. Hasilkan angka acak yang lain dan konversi nomor ini ke dalam Switch Time
(ST) menurut probabilitas distribusi dari Switch Time jika tindakan ini mungkin.
5. Gunakan prosedur “penentuan kegagalan titik beban” dan rekam jangka waktu
keluar (outage) untuk masing-masing titik beban yang gagal.
6. Hasilkan sebuah angka acak yang baru untuk elemen yang gagal dan
konversikan kedalam suatu TTF baru, dan kembali ke langkah 2 jika waktu
simulasi kurang dari satu tahun. Jika waktu simulasi lebih besar dari satu tahun,
langsung ke langkah 9.
7. Kalkulasi jumlah dan jangka waktu kegagalan untuk masing-masing titik beban
untuk masing-masing tahun.
8. Kalkulasi nilai rata-rata dari jangka waktu kegagalan titik beban untuk sampel
tahun.
9. Kalkulasi indeks sistem dan rekam indeksindeks ini untuk masing-masing tahun.
10. Kalkulasi nilai rata-rata dari indeks-indeks sistem ini.
11. Kembali ke langkah 2 jika waktu simulasi kurang dari total tahun simulasi yang
ditetapkan, jika tidak keluarkan hasil

3.5 Menigkatkan keandalan sistem distribusi


3.5.1 Loop Restoration Scheme
Loop Restoration Scheme ( LRS )adalah metode otomasi distribusi pada
feeder yang digunakan untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi. Dimana
otomasi distribusi inidapat memaksimalkan untuk memperbaiki keandalan
dankualitas pelayanan LRS dikendalikan oleh Automatic Control Sistem (ACS).
ACS digunakan untuk pengendalian operasim perangkat switching device, untuk
memindahkan gangguan pada section yang lain dan mengembalikan dari gangguan
pada feeder. Pengaruh penerapan LRS pada indeks keandalan sistem distribusi yang
diberikan tergantung pada ACS yang digunakan. Saat ini Loop Restoration Scheme

37
yang telah dikembangkan untuk otomatisasi sistem distribusi yaitu ACS Without
Comunication Link (sahran dkk, 2009)
Pada Loop Restoration Scheme Without Comunication Link ini, sistem
bekerja berdasarkan kerja yang sudah dimiliki dari setiap switching device yang
digunakan jadi tidak ada komunikasi antar device tersebut dan berdasarkan
konfigurasi seperti yang terlihat pada Gambar dibawah ini

Gambar 3.3 Konfigurasi Loop Restoration Scheme


(Sumber ; Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, 2013)

Cara kerja sistem Loop Restoration Scheme without communication link


sesuai konfigurasi di atas adalah sebagai berikut :
a. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 1,pemutus sirkuit CB1 akan
terbuka,sectionalizing recloser R1 mendeteksi hilangnyasumber tegangan
pada sisisection 1 dan 2, begitu pula pada recloser R3 mendeteksi hilangnya
sumber tegangan pada sisi section 3 dan 4. Sehingga timer dari kedua
recloser mulai bekerja. Saattime delay pada R1 berakhir maka R1 akan
terbuka dan mengunci/lock out, Setelah itu time delay pada R3 berakhir
maka R3 menutupdan memberikan pelayanan daya ke feeder yang tidak
mengalami gangguan yaitu padasection yang berada diantara R1 dan R3.
Setelah menemukan gangguan, sectionalizingswitch SW1 akan terbuka dan
R1 ditutup secara manualdanmengembalikan pelayanan ke feederyang tidak
mengalami gangguanyaitu pada section 2.

38
b. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 2, prosedurnya mirip
dengan kasus ketika gangguan permanen terjadi pada section 1. Akan tetapi
setelah penentuan lokasi gangguan, SW1 terbuka dan CB1 ditutup secara
manual dan aka nmengembalikan pelayanan pada bagian 1 yang tidak
mengalami gangguan.
c. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 3, R1 pertama akan
membuka dan Tie recloser R3 mendeteksi hilangnya tegangan pada sisi R1
. Setelah berakhirnya time delay pada R3, maka R3 menutup dan akan
mendeteksi arus gangguan, maka akan terjadi trip dan akan mengunci/lock
out. bagianfeeder yang tidak mengalami gangguan yaitu diantara R1 dan
CB1 tetap medapatkan pelayanan daya. Setelah penentuan lokasi gangguan,
sectionalizing switch SW2 terbuka dan R3 akan ditutup secara manual dan
mengembalikan layanan ke feederyang tidak mengalami gangguan yaitu
pada section 4.
d. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 4, R1 dan R3membuka dan
mengunci/lock out setelah melakukan protection sequence. Bagian yang
tidak mengalami gangguan yaitu diantara CB1 dan R1,tetap mendapatkan
pelayanan daya. Setelah menemukan lokasi gangguan, SW2 terbuka dan R1
akan ditutup secara manual dan mengembalikan pelayanan daya pada
section yang tidak mengalami gangguan yaitu section 3.
e. Ketika gangguan sementara terjadi pada section 1 atau 2, CB1 melakukan
reclosing sequence. Selama proses ini, semuapelanggan sepanjang feeder
mengalami gangguan sementara.
f. Ketika gangguan sementara terjadi pada section 3 atau 4, R1melakukan
reclosing sequence. Selama proses ini, hanya pelanggan diantara R1 dan R3
mengalami gangguan sementara.

39
3.5.2 Penerapan Metode Pendekatan Teknik
Konsep dan pendekatan teknik ini adalah salah satu metode yang digunakan
untuk meningkatkan keandalan system distribusi, yaitu dengan menempatkan
recloser disuatu lokasi tertentu pada iaringan tersebut. Recloser ditempatkan di
jaringan distribusi dengan beberapa tujuan yang berbeda diantaranya untuk
mengisolasi seksi yang terganggu, rekonfigurasi jaringan dan lainnya yang secara
umum akan memperbaiki keandalan. Metode yang digunakan dalam menentukan
lokasi recloser secara optimal ini didasarkan pada evaluasi indeks-indeks keandalan
dari suatu sistem distribusi secara umum Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem tidak perlu disederhanakan/direduksi, dan hanya direpresentasikan
secara sederhana dengan menggunakan cabang-cabangnya, komponen-
komponennya, titik supply dan titik beban/load point.
2. Untuk setiap komponen diperlukan data keandalan yang relevan seperti :
tingkat kegagalan (failure rate), waktu perbaikan (repair time), dan waktu
switching (switching time).
3. Recloser diperlakukan sebagai komponen sistem dan alokasinya disesuaikan
dengan konfigurasi jaringan untuk memisahkan load point.
Prosedur dasar dari metode pendekatan ini dimulai dengan memodelkan jaringan
yang dianalisa. Topologi sistem direpresentasikan dengan cabangcabang sistem.
Suatu cabang didefinisikan sebagai satu set komponen yang terhubung seri dan
berujung pada dua busbar. Setiap cabang dan semua komponen yang
diperhitungkan perlu diidentifikasikan, antara lain : jumlah cabang dan ujung
cabang, Jumlah komponen, jumlah supply point, load point yang akan dianalisa dan
jumlah tie-switch normally open serta data pelanggan dan data daya listrik dan
keandalan untuk tiap komponen. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan
konfigurasi jaringan, selanjutnya recloser ditempatkan di calon lokasi-lokasi yang
diusulkan. Pada setiap perubahan lokasi dan/atau jumlah recloser, indeks-indeks
keandalan dihitung. Perhitungan dilakukan untuk setiap calon lokasi, sehingga
akhirnya prioritas penempatan yang optimal dapat diperoleh. Struktur algoritma
dari pendekatan ini adalah sebagai berikut

40
a. Masukkan data jaringan, data konsumen, data daya listrik dan data keandalan
komponen.
b. Konfigurasi jaringan dan jumlah recloser yang diinvestasikan merupakan
batasan yang harus diperhatikan untuk menentukan keandalan sistem.
c. Untuk setiap kegagalan pada setiap load point tentukan indeks keandalan
sistem. Pada setiap gangguan pada salah satu load point, lakukan :
1. Hitung indeks keandalan load point.
2. Ulangi untuk setiap kegagalan dan untuk setiap load point.
3. Untuk menentukan indeks keandalan system, jumlahkan semua indeks
keandalan load point.
d. Ubah lokasi recloser sesuai konfigurasi jaringan dan lanjutkan kelangkah (c).
e. Ulangi untuk setiap lokasi recloser yang mungkin.
f. Tentukan solusi optimal dengan membandingkan indeks-indeks keandalan
yang diperoleh untuk setiap lokasi recloser yang mungkin.

Contoh kasus:
Contoh kasus di ambil dari jurnal “PENERAPAN METODE PENDEKATAN
TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI”
Rukmi Sari Hartati, I Wayan.
Dalam studi kasus untuk peningkatan indeks keandalan sistim digunakan penyulang
Penebel dan penyulang Marga yang berada di wilayah kerja Area Jaringan Bali
Selatan Unit Jaringan Tabanan. Data Penyulang untuk Penebel adalah sebagai
berikut :
Jumlah pelanggan : 14989 pelanggan
Jumlah trafo : 89 buah
Beban rata-rata : 54.913 kW/pelanggan
Total beban : 9794950 VA
Sedangkan Penyulang Marga adalah :
Jumlah pelanggan : 15617 pelanggan
Jumlah trafo : 96 buah
Beban rata-rata : 151.523 kW/pelanggan

41
Untuk tujuan analisis penempatan recloser ini, data yang diperlukan adalah:
1. One Line Diagram pada area penyulang Penebel.
2. One Line Diagram pada area penyulang Marga.
3. Data perkiraan angka keluar komponen distribusi serta waktu operasi kerja dan
pemulihan pelayanan sesuai SPLN : 59, 1985.
4. Data kapasitas trafo pada penyulang Penebel.
5. Data kapasitas trafo pada penyulang Marga.
6. Data gangguan tahun 2006 pada penyulang Penebel dan Marga.
7. Data pelanggan pada penyulang Penebel dan Marga.
Penentuan lokasi recloser yang cocok dilakukan dengan menghitung dan
membandingkan indek-sindeks keandalan sistem dengan skenario yaitu
penempatan recloser di beberapa alternatif lokasi masing-masing load point
dengan Tie switch di TS1 yang berlokasi di LBS Petung yang sudah terpasang
pada jaringan.
Penyulang Penebel mempunyai rata-rata gangguan pertahun per kilometer
saluran sebesar 0.0238 fault/year/km, sehingga total indeks angka kegagalan (λ)
adalah 3.25 fault/tahun. Sesuai SPLN 59 / 1985 waktu perbaikan saluran udara
r = 3 jam dan waktu switching untuk recloser = 0.03 jam. Kemudian dapat
dihitung keandalan sistem sesuai lokasi load point (20 lokasi), dan selanjutnya
dapat dipilih lokasi penempatan recloser yang paling tepat. Dengan perhitungan
untuk penyulang Marga, yang mempunyai kegagalan rata-rata pertahun sebesar
0.00655 fault/year/km, diperoleh total indeks kegagalan 0.500 fault/tahun.
Selanjutnya ditentukan waktu perbaikan saluran udara r = 3 jam dan waktu
switching untuk recloser = 0.03 jam. Keandalan sistem dapat ditentukan sesuai
lokasi load point (27 lokasi). Dengan membandingkan indeks keandalan sistem
untuk setiap load point diperoleh indeks yang terbaik untuk lokasi penempatan
recloser yang tepat. Dengan menerapkan metode tersebut pada penyulang
Penebel dan Marga diperoleh hasil sbb. : Lokasi recloser yang optimal di
Penyulang Penebel adalah di load point 15 dengan SAIDI adalah 3,2911
jam/pelanggan /tahun, dan SAIFI adalah 3,2500 kali/pelanggan/tahun. Target
WCS untuk SAIFI sudah terpenuhi, namun nilai SAIDI masih belum.

42
Walaupun demikian nilai ini sudah mengalami penurunan yang jauh dari
keadaan semula yang sebesar 12.889 jam/pelanggan/tahun. Lokasi optimal
recloser Penyulang Marga adalah di lokasi load point 10 dengan SAIDI adalah
0,6069 jam/pelanggan /tahun dan SAIFI sebesar 0,5001 kali/pelanggan/ tahun.
Kedua nilai indeks keandalan ini sudah dapat memenuhi target WCS.

43
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keandalan (reliability) adalah sebagai peluang suatu komponen atau sistem
memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan selama
digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti peluang
tidak terjadi kegagalan selama beroperasi.

1. Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan


dalam suatu besaran probabilitas.
2. Indeks keandalan yang dipakai pada sistem distribusi:
a. System Avarage Interruption Frequency Index (SAIFI)
b. System Avarage Interruption Duration Index (SAIDI)
c. Expected Energy Not Supplied (EENS)
3. Metode yang bisa Menentukan Tingkat keandalan Sistem Distribusi adalah
Sebago berikut:
a. Metode Reliability Index Assessment (RIA)
b. Metode Dristribusi Poisson
c. Loop Restoration Scheme
d. Metode Reliability-Network-Equivalent
e. Metode Monte Carlo
4. Konsep dan Pendekatan teknik ini adalah salah satu metode yang digunakan
untuk meningkatkan keandalan system distribusi, yaitu dengan
menempatkan recloser disuatu lokasi tertentu pada iaringan tersebut

44
DAFTAR PUSTAKA
D. Wahyudi, “Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Berdasarkan SAIDI dan SAIFI pada PT. PLN (Persero) Rayon Kakap,” Jurnal
Teknik Elektro Itp, vol. 6, no. 2, pp. 71–78, 2003.
P. Metode et al., “KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI Jumlah Total
Durasi Gangguan Konsumen Jumlah Total Konsumen Terlayani Jumlah Total
Konsumen Terganggu Jumlah Total Konsumen Terlayani” vol. 9, no. 1, 2010.
I. Manuaba, I. Wayan Sukerayasa, N. P. Satriya Utama, K. Kunci, S.
distribusi tenaga listrik, and S. Monte Carlo, “Aplikasi Simulasi Monte Carlo
Untuk Menentukan Keandalan Sistem Distribusi Primer Tenaga Listrik,”
Teknologi Elektro, vol. 4, no. 2, pp. 3–8, 2005.
A. Tanjung, “Analisa Sistem Distribusi 20 kV Untuk Memperbaiki
Kinerja Sistem Distribusi,” pp. 111–116, 2012.
H. P. Wicaksono and I. G. N. S. Hernanda, “Penerapan Metode
Pendekatan Teknik untuk Meningkatkan Keandalan Sistem Distribusi,” Jurnal
Teknik Its, vol. 1, no. 1, pp. 153–158, 2012.
A. K. S. Distribusi, “Studi analisis keandalan sistem distribusi pt. semen
gresik-tuban menggunakan metode reliability index assessment (ria) dan software
etap (electrical transient analysis program),” Jurnal Teknik Its, vol. 1, no. 1, pp. 1–
5, 2012.
Y. Tang, “Power distribution system planning with reliability modeling
and optimization,” IEEE Transactions on Power Systems, vol. 11, no. 1, pp. 181–
189, 1996.
R. Billinton and J. E. Billinton, “Distribution System Reliability Indices,”
IEEE Transactions on Power Delivery, vol. 4, no. 1, pp. 561–568, 1989.
R. C. Lotero and J. Contreras, “Distribution system planning with
reliability,” IEEE Transactions on Power Delivery, vol. 26, no. 4, pp. 2552–2562,
2011.
R. S. Hartati, I. W. Sukerayasa, I. N. Setiawan, and W. G. Ariastina,
“Penentuan Angka Keluar Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi
Tenaga Listrik,” Teknologi Elektro, vol. 6, no. 2, pp. 52–55, 2007.
R. Santoso, “Evaluasi Tingkat Keandalan Jaringan Distribusi 20 kV Pada
Gardu Induk Bangkinang Dengan Menggunakan Metode FMEA ( Failure Mode
Effect Analysis ),” vol. 3, pp. 1–7, 2016.

45
R. Billinton and P. Wang, “Teaching distribution system reliability
evaluation using Monte Carlo simulation,” IEEE Transactions on Power Systems,
vol. 14, no. 2, pp. 397–403, 1999.
R. E. Brown, “Electric Power Distribution Reliability,” Second Edition,
2009.
W. P. Perdana, R. N. Hasanah, and H. S. Dachlan, “Primer Tipe Radial
Gardu Induk Blimbing,” vol. III, no. 1, pp. 6–12, 2009.
Hamadun, “Gambar sistem Kelistrikan Teknik Distribusi,”, 2010.
http://hamadun.blogspot.com. Diakses tanggal 14 Maret 2019
Dwiwahyono, H. “Macam – Macam Jenis Konduktor pada SUTM,”, 2010.
http://mo3mo3n.blogspot.com. Diakses tanggal 14 Maret 2019.

46

Anda mungkin juga menyukai