Anda di halaman 1dari 40

PEMBAHASAN

LV MDP (Main Distribution Panel)

Penentuan Kapasitas Daya Terpasang

Untuk menentukan kapasitas daya dari trafo kita harus mengetahui jumlah beban total

dari suatu perencanaan. Pada perencanaan instalasi gardu induk industri ini di ketahui total

beban yang di bagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

Jalur cabang 1 : 160 kVA

Jalur cabang 2 : 170 kVA

Jalur cabang 3 : 180 kVA

Jalur cabang 4 : 190 kVA

Beban total : 700 kVA

Untuk menentukan daya terpasang pada perumahan harus memperhatikan

pengembangan industri beberapa tahun kedepan.

Menentukan Faktor Kebutuhan

Setiap Jenis Bangunan mempunyai faktor kebutuhan beban yang berbeda-beda, karena

pada laporan ini saya memilih industri logam maka nilai factor kebutuhannya sebesar 0,6.
Jenis Bangunan Faktor Kebutuhan

Rumah Tinggal :

Perumahan 0,4

Flat tanpa pemanas 0,6

Flat dg pemanas 0,8-1,0

Bangunan Umum :

Hotel dll 0,6-0,8

Kantor 0,5-0,8

Departemen store 0,7-0,9

Sekolah 0,6-0,7

Rumah sakit 0,5-0,75

Industri logam 0,5-0,7

Industri makanan 0,7-0,9

Industri semen 0,8-0,9

Lift 0,5

Crane 0,7
Menetukan Kebutuhan Beban Maksimum

Untuk menentukan kebutuhan beban maksimum maka daya total yang terpasang di

kalikan dengan faktor kebutuhan masing-masing industri.

Beban maks = Stotal x fk

= 700 kVA x 0,6

= 420 kVA

dianggap bahwa daya maksimum 420 kVA merupakan beban 100%

Menentukan Kapasitas Daya Terpasang

untuk menentukan daya terpasang maka kita harus memperhatikan factor

pengembangan industri beberapa tahun mendatang dan supaya trafo dapat dibebani 100% dari

beban maksimum maka daya total di kalikan dengan 120%, dimana 20 % merupakan daya

cadangan supaya sewaktu-waktu ada pengembangan beban dan kita tidak perlu mengganti trafo

yang baru.

Kapasitas Daya terpasang = Daya total (Stotal) + cadangan 20 %

= Smax x 120%

= 420 kVA x 120%

= 504 kVA
Memilih daya kontrak PLN

Sesuai dengan kapasitas daya terpasang, maka dapat ditentukan daya kontrak dari PLN

adalah 555 kVA dengan golongan I – 4.


PEMILIHAN TRANSFORMATOR

Untuk menentukan kapasitas daya dari trafo kita harus mengetahui jumlah beban total

dari suatu perencanaan. Pada perencanaan instalasi gardu induk industri ini diketahui total

beban yang dibagi menjadi tiga bagian pada panel utama.

Pada keadaan tersebut kerja dari belitan trafo dianggap hanya 80%, karena trafo di

Negara asal pembuatnya dirancang atau didesain dengan kondisi 4 musim sedangkan di

Indonesia hanya terdapat 2 musim yang menyebabkan pendinginan trafo tidak merata.

Berdasarkan daya kontrak yang telah dipilih pada TDL melalui perhitungan yang

dilakukan sebelumnya, ditentukan daya kontrak 555 kVA, maka dipilih trafo dengan kapasitas

630 kVA.
PENGHANTAR

 Out going trafo ke MDP

630 𝑘𝑉𝐴
 In = 0,38 𝑥
√3

= 957,18 A

 In + cadangan = 1148,6 A

 In + 125% = 1435,75 A

 Memakai NYY 4x1x120mm^2, dengan KHA 375 A.

 Derating Faktor

1. Variation in air temperature 40°C = 0,87

2. Number of system 2, number of racks 2, laids on racks formation flat = 0,84

 IKHA setelah derating

4 x 375A = 1500 A (KHA maksimum kabel)

1500 A x 0,87 x 0,84 = 1096,2 A (KHA minimal kabel)

𝐼 𝑥 𝑙 𝑥 √3
 ∆𝑉(𝐷𝑟𝑜𝑝 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒) =
𝑋𝑥𝐴
1500 𝐴 𝑥 50 𝑚 𝑥 √3
=
56 𝑥 4 𝑥 120𝑚𝑚2
= 4,8 Volt

4,8𝑉𝑜𝑙𝑡
 % Volt = x 100%
380 𝑉𝑜𝑙𝑡

= 1,26 % ( masuk toleransi drop voltage)


 Pemilihan penghantar netral berdasarkan PUIL 2000 Bab 4 hal 109 bahwa
penghantar netral tidak boleh kurang dari setengahnya penghantar fasa terbesar dan
jika KHA > 200A maka ditentukan penghantar NYY 1 X 120mm^2 dengan 2 tarikan
kabel

 Pemilihan penghantar PE berdasarkan PUIL 2000 Tabel 3.16.1 hal 77 apabila


penghantar fasa memiliki luas penampang S>35mm^2 maka ukuran PE minimum
berukuran S/2 mm^2 maka dipilih kabel NYY 1 X 120mm^2 dengan 2 tarikan.

 Cabang 1 ( 190 kVA )

190 𝑘𝑉𝐴
 In = 0,38 𝑥
√3

= 288,67 A

 In + cadangan = 346,4 A

 In + 125% = 433 A

 Memakai NYFGbY 2 x 3 x 120 mm2, dengan KHA 263 A.

 Derating Faktor

1. Variation in air temperature 40°C = 0,87

2. Thermal resistivity 100℃ cm/watt =1

3. Depth of laying 70 cm =1

4. Number of grouping “2” = 0,85

 IKHA setelah derating

2 x 263 A = 526 A (KHA maksimum kabel)

526 A x 0,87 x 0,85 = 388,97 (KHA minimal kabel)

𝐼 𝑥 𝑙 𝑥 √3
 ∆𝑉(𝐷𝑟𝑜𝑝 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒) =
𝑋𝑥𝐴
562 𝐴 𝑥 200 𝑚 𝑥 √3
=
56 𝑥 2 𝑥 120𝑚𝑚2
= 10,02 Volt

10,02 𝑉𝑜𝑙𝑡
 % Volt = x 100%
380 𝑉𝑜𝑙𝑡

= 2,6 % ( masuk toleransi drop voltage , max 4% PUIL 2011)


BUSBAR

 Out going trafo ke MDP

Perhitungan kabel pada cabang utama menjadi dasar dari pemilihan busbar. Dengan

KHA pada kabel utama adalah 1500 A, maka dipilih busbar (80x10mm) dengan Panjang 4

meter dan luas penampang 800mm^2  KHA 1590 A.

 Cabang 1 (190 kVA)

Dengam memperhatikan KHA kabel adalah 526 A, maka dipilih busbar (40x5mm)

dengan Panjang 2 meter dan luas penampang 200mm^2 KHA 600 A.


PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN SANGKAR FARADAY

Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau dekat

sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat mempergunakan

perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar faraday dimana kuat medan listrik didalam

pelindung konduktor ini merupakan fungsi dari derajat perlindungannya.

Sangkar pelindung terbuat dari bahan konduktor dan beberapa tahun yang lalu Faraday

telah menunjukkan bahwa kuat medan listrik didalam sangkar adalah nol (0) bila sangkar

berbentuk kotak penuh. Namun jika sangkar tersebut berbentuk kotak penuh sehingga pekerja

didalamnya bebas terhadap medan listrik, maka hal ini tidak dapat dipakai untuk bekerja.

Perlindungan terhadap medan ini hanya dilakukan oleh sangkar yang hanya berbentuk setengah

kotak atau sangkar yang tidak berbentuk kotak penuh, tergantung pada derajat perlindungan

yang kita inginkan.

Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR

maupun TT pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan tinggi adalah

= 750 mm dengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih 500 mm. sehingga

dapat terhitung sangkar faraday sesuai dengan dimensi trafo yang digunakan.

Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :

Panjang (A) : 1570 mm

Lebar (B) : 945 mm

Tinggi (C) : 1630 mm

Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :

Panjang : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + panjang trafo

: ( 750 + 500 ) x 2 + 1570 mm

: 4070 mm.
Lebar : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + lebar trafo

: ( 750 + 500 ) x 2 + 945 mm

: 3445 mm

Tinggi : (jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo

: 1000 mm + 1630 mm

: 2630 mm
PERHITUNGAN CELAH VENTILASI PADA TRAFO

Dalam kerjanya transformator tidak lepas dari kerugian, salah satunya adalah panas.

Panas yang berlebihan pada trafo menyebabkan hal – hal yang tidak diinginkan antara lain

drop tegangan dan penurunan kualitas minyak trafo yang mengakibatkan tegangan tembus

minyak trafo turun. Sehingga dalam kinerjanya, trafo menuntut sistem pendinginan yang baik

salah satunya adalah sirkulasi udara, karena dalam perencanaan ini, trafo yang digunakan

diletakkan dalam ruangan (indoor). Untuk itu harus dihitung seberapa besar celah ventilasi

yang dibutuhkan agar sirkulasi udara dapat berjalan baik.

Menurut PUIL 2000, celah minimal suatu ventilasi trafo adalah 20 cm^2/kVA

terpasang. Celah ventilasi pada trafo dihitung pada saat load loses pada suhu 75° C dengan

loses sebesar 6500 Watt atau 6,5 kW. Data lain yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

1. Temperatur udara masuk (𝑡1 ) 20° C

2. Temperatur udara keluar (𝑡2 ) 35° C


1
3. Koefisien muai udara (x) 273

4. Tinggi ruangan 3,5 meter

Dengan data diatas dapat dicari volume udara yang dibutuhkan untuk mensirkulasi
panas adalah sebagai berikut:

860 Pv
V  x(1   t1 )
1116 (t 2  t1 )

dimana:

Pv = rugi trafo (Kw)

t1 = temperatur udara masuk (oC) H = ketinggian ruangan (m)

t2 = temperatur udara keluar (oC)

α = koefisien muai udara

sehingga:
860 .6,5 1
V  x(1  .20)
1116 (35  20) 273

5590
V  x(1  0,07326)
16740

V = 0,3094

V  0,31m 3 s

Kemampuan pemanasan udara yang mengalir disepanjang tangki trafo adalah

H
v

dimana:

H=ketinggian (m)

ζ = koefisien tahanan aliran udara

Koefisien tahanan aliran udara berbeda-beda tergantung pada kondisi daripada tempat
diletakkannya trafo itu sendiri.

Kondisi tempat ζ

Sederhana 4.....6

Sedang 7.....9

Baik 9.....10 (jaringan konsen)>20

Apabila kondisi tempat dimisalkan adalah baik maka ζ = 9.

Sehingga:

3,5
𝑣= 9

𝑣 = 0,388
Maka dapat kita hitung celah ventilasi sebagai berikut:

V
qe (penampang celah udara yang masuk) :
v

0,31 m 3 s
qe : 0,798
0,388

Karena udara yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada udara yang
masuk yang diakibatkan proses pendinginan trafo dalam ruangan sehingga terjadi pemuaian
maka ventilasi udara keluar yang dibutuhkan harus lebih besar daripada celah ventilasi udara
masuk, dengan kata lain:

q A  qe

Sehingga:

q A 1,1. qe

q A 1,1. 0,798

q A  0,877m 2

Nilai perhitungan diatas adalah nilai minimum, sehingga pemakaian ventilasi udara bisa
memakai ukuran yang lebih besar dari ukuran perhitungan diatas.

SEPATU KABEL

Pemilihan diameter sepatu kabel sesuai dengan diameter kabel atau penghantar yang
digunakan pada sisi out going trafo. Diameter kabel yang digunakan 120mm^2 maka diameter
sepatu kabel yang dipilih juga sebesar 120mm^2 dengan lubang sepatu kabel sesuai dengan
jumlah tarikan penghantar sebanyak 4 lubang(fasa),2 lubang(netral), dan 2
lubang(grounding).

Kurang katalog sepatu kabel


KUBIKEL PELANGGAN MENUJU TRAFO

PENGHANTAR

 Sisi atas (Utama)

630 𝑘𝑉𝐴
 In = 20 𝑘𝑉 𝑥
√3

= 18,18 A

 In + cadangan = 21,8 A

 In + 125% = 27,25 A

 Memakai N2XSKY 3x1x25mm^2 dengan KHA 159 A.

 Derating Faktor

1. Variation in air temperature 40°C = 0,91

2. Number of system 1, laids on through formation flat = 0,92

 IKHA setelah derating

159 A (KHA maksimum kabel)

159 A x 0,91 x 0,92 = 133,11 A (KHA minimal kabel)

𝐼 𝑥 𝑙 𝑥 √3
 ∆𝑉(𝐷𝑟𝑜𝑝 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒) =
𝑋𝑥𝐴
159 𝐴 𝑥 50 𝑚 𝑥 √3
=
56 𝑥 25𝑚𝑚2
= 9,8 Volt

9,8 𝑉𝑜𝑙𝑡
 % Volt = x 100%
380 𝑉𝑜𝑙𝑡

= 2,57 % (masuk toleransi drop voltage)


KUBIKEL PLN MENUJU PELANGGAN

PENGHANTAR

 Out going kubikel PLN ke kubikel pelanggan

630 𝑘𝑉𝐴
 In = 20 𝑘𝑉 𝑥
√3

= 18,88 A

 In + cadangan = 21,8 A

 In + 125% = 27,25A

 Memakai N2XSKY 3x1x25mm^2 SUPREME dengan KHA 159 A.

 Derating Faktor

1 Variation in air temperature 45°C = 0,87

2 Number of system 1, laids on through formation flat = 0,92

 IKHA setelah derating

159 A (KHA kabel maksimum)

159 A x 0,87 x 0,92 = 134,18 A (KHA kabel minimal)

𝐼 𝑥 𝑙 𝑥 √3
3 ∆𝑉(𝐷𝑟𝑜𝑝 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒) =
𝑋𝑥𝐴
159 𝐴 𝑥 50 𝑚 𝑥 √3
=
56 𝑥 25𝑚𝑚2
= 9,8 Volt

9,8 𝑉𝑜𝑙𝑡
4 % Volt = x 100%
380 𝑉𝑜𝑙𝑡

= 2,57 % (masuk toleransi drop voltage, max 4%


PUIL 2011)
JTM MENUJU KUBIKEL PLN

Digunakan kabel yang sama degan kabel yang digunakan pada penghantar kubikel

PLN menuju kubikel pelanggan yaitu N2XSKY 3x1x25mm^2 dengan KHA 159 A.

RATING PENGAMAN

Jalur cabang 1 : 160 kVA x 0,6 = 96 kVA

Jalur cabang 2 : 170 kVA x 0,6 = 102 kVA

Jalur cabang 3 : 180 kVA x 0,6 = 108 kVA

Jalur cabang 4 : 190 kVA x 0,6 = 114 kVA

Beban total : 420 KVA

 Sisi atas (Utama)

Berdasarkan total rekap daya, daya yang dibutuhkan sebesar 420 kVA.

420 𝑘𝑉𝐴
 In beban = 0,38 𝑘𝑉 𝑥 = 638,14 A
√3

 IKHA = 1435,35 A

Ipmt max = In beban x 250% = 638,14 x 2,5 = 1595,35 A

Ipmt min = In beban x 1,15% = 638,14 x 1,15 = 733,86 A

Rating pengaman sirkit harus lebih rendah daripada rating penghantar

In < Ipmt < I KHA


638,14 A < Ipmt < 1435,35 A
 Cabang 4 (114 kVA)

114 𝑘𝑉𝐴
 In beban = 0,38 𝑘𝑉 𝑥 = 173,20 A
√3

 IKHA = 433 A

Ipmt max = In beban x 250% = 173,20 x 2,5 = 433 A

Ipmt min = In beban x 1,15% = 145,85 x 1,15 = 199,18 A

Rating pengaman sirkit harus lebih rendah daripada rating penghantar

In < Ipmt < I KHA


173,20 A < Ipmt < 433 A
PERHITUNGAN SHORT CIRCUIT

A. Jaringan sisi atas


Diket :
S = 630 kVA
V = 20 kV/380 V
Usc = 4%

630 𝑘𝑉𝐴 𝑈𝑜 2
- In = = 957,18 A - 𝑍1 = = 174,27 mohm
√3 𝑥 0,38 𝐾𝑉 𝑃𝑠𝑐

957,18 𝑥 100
- IscT = = 23,92 kA - 𝑅1 = 𝑍1 x cos𝜃 x 10−3
4
= 0,02 mohm
- Psc = √3 x V x IscT - 𝑋1 = 𝑍1 x sin𝜃 x 10−3
= √3 x 20 KV x 23,92 kA = 0,17 mohm
= 828,61 MVA

B. Transformator
Diket :
S = 630 kVA
Pcu = 6,5 kW ( diketahui dari katalog trafo , load losses )
𝑃𝑐𝑢 𝑥 𝑈𝑜 2 𝑥 10−3
- 𝑅2 = 𝑆2

6500 𝑥 3802 𝑥 10−3


= = 2,36 mohm
6302

𝑈𝑠𝑐 𝑈𝑜 2
- 𝑍2 = 100 𝑥 = 9,16 mohm
𝑆

- 𝑋2 = √𝑍2 2 − 𝑅2 2 = 3,59 mohm

C. Penghantar
a) Kabel Utama
- Resistansi
Karena menggunakan penghantar 4x1x120mm^2 (luas penampang total 240mm^2)
maka 𝑅3 diabaikan.
- Reaktansi
- 𝑋3 = 0,12 x L = 0,12 x 50 m = 6:4 = 1,5 mohm

b) Kabel cabang 1 (190 kVA)


Luas penampang < 240mm^2
- Resistansi
𝑙 200
- 𝑅32 = 𝜌 𝐴 = 22,5 x = 4,7 mohm
95
- Reaktansi
- 𝑋32 = 0,08 x L = 0,08 x 200 m = 16 mohm

D. Busbar
a) Busbar Utama
- Resistansi
Busbar utama 𝑅3 diabaikan karena luas penampang >240 mm^2.
- Reaktansi
- 𝑋4 = 0,15 x L = 0,15 x 4 m = 0,6:3 = 0,2 mohm

b) Busbar cabang 1
Luas penampang < 240mm^2
- Resistansi
𝑙 2
- 𝑅42 = 𝜌 𝐴 = 22,5 x 200 = 0,225 mohm
- Reaktansi
- 𝑋42 = 0,15 x L = 0,15 x 2 m = 0,3:2 = 0,15 mohm

 PENGAMAN UTAMA
𝑉
Isc =
√3√𝑅𝑡𝑜𝑡 2 +𝑋𝑡𝑜𝑡 2
380
Isc = = 38,01 kA
√3√𝑅𝑡𝑜𝑡 2 +𝑋𝑡𝑜𝑡 2
 Dipilih pengaman ACB NW10 In 1000 65 kA merk Schneider

 PENGAMAN CABANG 1
𝑉
Isc =
√3√𝑅𝑡𝑜𝑡 2 +𝑋𝑡𝑜𝑡 2
380
Isc = = 9,61 kA
√3√𝑅𝑡𝑜𝑡 2 +𝑋𝑡𝑜𝑡 2
 Dipilih pengaman MCCB EZC400N In 300 A 36 kA merk Schneider
PEMILIHAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN KUBIKEL

KUBIKEL INCOMING (IMC)

1) Disconnector dan earthing switch (positive three rotating contact), DS dilengkapi


dengan switch pembumian untuk keamanan pada waktu perbaikan dan perawatan.
2) Kontak Bantu pada disconnector ( 2NO + 2 NC ), digunakan sebagai kotak Bantu
untuk lampu tanda.
3) Busbar tiga fasa (400 A), Busbar yang paling kecil adalah 400 A. sehingga dipilih
busbar dengan ratig 400 A.
4) Indicator tegangan. Digunakan untuk melihat tegangan masuk.
5) Heater, digunakan untuk pemanas dalam kubikel, untuk mencegah terjadinya
kelembaban yang terlalu tinggi sehingga mencegah terjadinya short sircuit yang
diakibatkan oleh uap air dalam panel kubikel.
6) Connection pads for dry cable.
7) Disconnector operating mechanism.
8) Trafo arus.
Trafo arus yang digunakan harus sesuai dengan jenis kubikel yang digunakan dalam
rancangan ini digunakan panel Incoming jenis IMC, sehingga dengan melihat data
pada catalog Schneider didapat data sebagai berikut:

 Type CT : ARM2/N2F
 Panels type : IMC
 Un CT (kV) : 24
 Ith (kA) : 12,5
 Time :1
 Primary Current : 50 A
 Secondary Current : 5-5 A
 Secondary type : measure-protection
 1st Secondary : 7,5VA cl.0,5s<10
 2nd : 10VA 5P10
9) Peralatan proteksi dan metering.
Untuk keandalan peralatan dan proteksi digunakan SEPAM + SERIES 20.
KUBIKEL OUTGOING (DM1-A)

1) Gas circuit breaker (SF-6 )


2) Kontak Bantu pada CB ( 2NO + 2 NC ), digunakan sebagai kotak Bantu untuk lampu
tanda.
3) Busbar tiga fasa (400 A), Busbar yang paling kecil adalah 400 A. sehingga dipilih
busbar dengan ratig 400 A.
4) Disconnector dan earthing switch (positive three rotating contact), DS dilengkapi
dengan switch pembumian untuk keamanan pada waktu perbaikan dan perawatan.
4) Indicator tegangan. Digunakan untuk melihat tegangan masuk.
5) Heater, digunakan untuk pemanas dalam kubikel, untuk mencegah terjadinya
kelembaban yang terlalu tinggi sehingga mencegah terjadinya short sircuit yang
diakibatkan oleh uap air dalam panel kubikel.
6) Connection pads for dry cable.
7) CB operating mechanism RI.
8) Disconnector operating mechanism CC.
9) Trafo arus.
Trafo arus yang digunakan harus sesuai dengan jenis kubikel yang digunakan dalam
rancangan ini digunakan panel Incoming jenis DM1-A, sehingga dengan melihat data
pada catalog Schneider didapat data sebagai berikut:

 Type CT : ARM3/N2F
 Panels type : DM1-DM2
 Un CT (kV) : 24
 Ith (kA) : 12,5
 Time :1
 Primary Current : 25-50 A
 Secondary current : 5-5
 Secondary type : measure-protection.
 1st Secondary : 7,5VA cl.0,5s<10
 2nd : 10VA 5P10
10) Peralatan proteksi dan metering.
Untuk keandalan peralatan dan proteksi digunakan SEPAM + SERIES 20.
KUBIKEL METERING (ICM 2)

1) Disconnector dan earthing switch (positive three rotating contact), DS dilengkapi


dengan switch pembumian untuk keamanan pada waktu perbaikan dan perawatan.
2) Kontak Bantu pada disconnector ( 2NO + 2 NC ), digunakan sebagai kotak Bantu
untuk lampu tanda.
3) Busbar tiga fasa (400 A), Busbar yang paling kecil adalah 400 A. sehingga dipilih
busbar dengan ratig 400 A.
4) Disconnector operating mechanism CS.
5) Trafo tegangan.
Trafo tegangan yang digunakan harus sesuai dengan jenis kubikel yang digunakan
dalam rancangan ini digunakan panel Incoming jenis ICM 2, sehingga dengan melihat
data pada catalog Schneider didapat data sebagai berikut:

 Type VT : VR2Qn/S1
 Panels type : CM
 Un (kV) : 24
 Primary voltage (kV) : 20kV/V3
 Secondary voltage (kV) : 100V/V3
 1st Secondary : 30 VA cl.05
 2nd secondary : 10VA 5P10
6) Peralatan proteksi dan metering.
 kWh meter double tariff + timer
 kV meter + SSV
Pemilihan Perangkat atau Peralatan Pada Kubikel

Pemilihan Load Break Switch.


Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari tegangan kerja,
namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics ) tanpa mengalami kerusakan.

Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu digerakkan melalui penggerak mekanis
yang dibantu oleh sisitem pegas dan pneumatic.pemilihan LBS ditentukan berdasarkan dengan
Rating arus nominal dan tegangan kerjannya :

KVA(trafo)
I   1,15
3  20kV

630kVA
I   1,15
3  20kV

= 20,91 A

Pemilihan Disconnecting Switch (DS).


Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup dan
membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan sebagai
pemisah bukan pemutus.

Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over atau
percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.

Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan pada
waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak ada
muatan sisa.

Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

KVA(trafo)
I   1,15
3  20kV

630kVA
I   1,15 = 20,91 A
3  20kV

Sehingga dipilih DS dengan type SF 6 with earthing switch.


1) Pemilihan Current Transformer.
Berdasarkan data dari trafo, dengan mengetahui tegangan kerja dan daya trafo maka
dapat dipilih CT dengan perhitungan sebagai berikut :

630.000VA
I = 18,18 A
3 20.000V

Dari perhitungan diatas maka dipilih trafo arus dengan spesifikasi sebagi berikut:

1. Transformator ARM2/N2F
2. Single Primary Winding
3. Double Secondary Winding for measurement and protection
4. Arus rating 50A/5
5. Burden 7,5 VA
6. Class 0,5
7. t = 1s
8. Ith(kA) = 12,5 kA
2) Pemilihan Potential Transformer
Pemilihan trafo teganga dilihat berdasarkan tegangan dari sisi primer transformator yaitu

20.000/ 3 sehingga dipilih trafo tergangan dengan spesifikasi sebagai berikut.

1. Tranformer VRQ2-n/S1 (phase to earth) 50 or 60 Hz


2. Rated Voltage = 24 kV
3. Primary Voltage = 10√3 kV
4. Secondary Voltage = 100√3 V
5. Thermal Power = 500 VA
6. Class accuracy = 0,5
PEMILIHAN GENSET MENUJU MDP

Genset harus memenuhi kebutuhan beban sebagai berikut :

- Kelengkapan penggerak yang menggunakan tenaga listrik dan perlengkapan pengasut

yang memerlukan pengisian.

- Lift keadaan darurat dengan anggapan pada suatu kumpulan lift hanya satu lift yang

bekerja.

- Daya yang digunakan untuk menurunkan lift.

- Kipas untuk pengisap asap.

- Pompa air untuk sistem pemadaman.

- Penerangan darurat.

- Beban tambahan.

(PUIL 2000 : 8.21.31)

Total beban max = 420 kVA

Daya terpasang + cadangan = total beban max x 120%

= 420 kVA x 120 %

= 504 kVA

Oleh karena itu, keluaran generator (kW/kVA) harus mampu memikul beban dasar

dan beban asut dari motor lain tanpa menimbulkan fluktuasi yang berlebihan pada tegangan

suplainya . Oleh karena itu dalam menjaga kontinuitasnya kerja beban yaitu beban prioritas

utama. Dimana beban prioritas tidak boleh off pada saat black out.

Beban prioritas = cabang 1 + cabang 2 + cabang 3

= 160 kVA + 170 kVA + 180 kVA

= 510 kVA

Genset dipilih yaitu tidak mampu dibebani 100%. Maka saat pemilihan genset, genset

harus lebih besar kapasitasnya dari total daya yang dibutuhkan :


Daya genset = 510 x 120%

= 612 kVA

Sehingga digunakan genset :

Perkins Series Diesel Generator Sets E PR XX 0700 ,Prime 650 kVA

PENGHANTAR
650 𝑘𝑉𝐴
 In = 0,38 𝑥
√3

= 987,57 A

 In + cadangan = 1185,08 A

 In + 125% = 1481,25 A

 Memakai NYY 4x1x120mm^2, dengan KHA 375 A.(fasa)

5 Derating Faktor

1. Variation in air temperature 40°C = 0,87

2. Number of system 2, number of racks 2, laids on racks formation flat = 0,84

6 IKHA setelah derating

4 x 375A = 1500 A (KHA Maksimum Kabel)

1500 A x 0,87 x 0,84 = 1096,2 A (KHA minimal kabel)

𝐼 𝑥 𝑙 𝑥 √3
7 ∆𝑉(𝐷𝑟𝑜𝑝 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒) =
𝑋𝑥𝐴
1500 𝐴 𝑥 50 𝑚 𝑥 √3
=
56 𝑥 4 𝑥 120𝑚𝑚2
= 4,83 Volt

4,83 𝑉𝑜𝑙𝑡
8 % Volt = x 100%
380 𝑉𝑜𝑙𝑡

= 1,27 % (masuk toleransi drop voltage, max 4% PUIL 2011).


BUSBAR

I KHA = 1481,25 A

Dengan memperhatikan KHA minimal kabel, maka dipilih busbar (3x50x5mm) x4

dengan KHA 1750 A.


PENGAMAN GENSET
650 𝑘𝑉𝐴
 In = 0,38 𝑘𝑉 𝑥 = 987,5 A
√3

 IKHA = 1481,25

Ipmt max = In beban x 250% = 987,5 x 2,5 = 2468,75 A

Ipmt min = In beban x 1,15% = 987,5 x 1,15 = 1135,62 A

Rating pengaman sirkit harus lebih rendah daripada rating penghantar

In < Ipmt < I KHA


987,5 A < Ipmt < 1481,25 A

Maka dipilih pengaman ACB NW12 In 1250 A 65 kA, 4P merk Schneider


PERENCANAAN ARRESTER DAN CUT OUT
ARESTER

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena kepekaan

arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.

Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai

dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan

perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang

datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator

5 Km.

 Tegangan dasar arrester

Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi

(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan

pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih

tetap mampu memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.

 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal

sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :

Vmaks = 110% x 20 kV

= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24 kV.

 Koefisien Pentanahan

Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam

keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk menetukan tegangan

puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan :

𝑉𝑚 22 𝑘𝑉
𝑉𝑟𝑚𝑠 = = = 15,56 𝑘𝑉
√2 √2
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan

ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

𝑉𝑟𝑚𝑠 × √2 15,56 𝑘𝑉 × √2
𝑉𝑚(𝐿−𝐺) = = = 12,70 𝑘𝑉𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
√3 √3

𝑉𝑚(𝐿−𝐺) 12,70 𝑘𝑉
= = = 0,82
𝑉𝑟𝑚𝑠 15,56 𝑘𝑉

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

 Tegangan pelepasan arrester

Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi

kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

𝑒 400 𝑘𝑉
𝐸= = = 133,33 𝑘𝑉
𝐾 × 𝑥 0,0006 × 5 𝐾𝑚

Keterangan :

E = tegangan pelepasan arester (KV)

e = puncak tegangan surja yang datang

K = konsatanta redaman (0,0006)

x = jarak perambatan

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi

oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas tembus

isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah :

e =1,2 BIL saluran


Keterangan :

e = tegangan surja yang datang (kV)

BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)

 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)

2𝑒 − 𝐸
𝐼=
𝑍+𝑅

Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran

tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain

berjarak antara 8 Km sampai 10 Km. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )

𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 100 % 105 𝑘𝑉


𝑅= = = 42 Ω
𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑎𝑡 2,5

2 × 400 𝑘𝑉 − 133,33
𝐼= = 15,8 kA
0 + 42 Ω

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :

ea = Eo + (I x R)
Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)

“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage

(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga

isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls

sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi

oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus

isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 125 KV

e = 150 KV

Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage

(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi

dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama

atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan

BIL transformator yaitu 125 KV


 Margin Perlindungan Arrester

Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (125 KV/ 133,3 – 1) x 100%

= 94,5 %

Keterangan :

MP = margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk trafo daya. Kriteria

yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator.

 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan

Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan

peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan

persamaan sebagai berikut :

2 A x
Ep = ea +
v

2  4000 KV / s  x
= 133,3 KV+
300m / s

8,3 = 26,6x

x = 0,31 m

jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.

Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang.

Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah


dengan menggunakan kabel tanah. Transformator diletakkan di atas tanah dan

terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.

Batas Aman Arrester

IMPULS PETIR BIL ARRESTER BIL TRAFO


KONDISI KETERANGAN
(kV) (150 kV) (125 kV)
Tegangan masih di bawah rating
120 kV < 150 KV < 125 KV Aman
transformator maupun arrester
Tegangan masih memenuhi batasan
125 kV < 150 KV 125 KV Aman
keduanya
Tegangan lebih diterima arrester dan
130 kV < 150 KV >125 KV Aman
dialirkan ke tanah
Masih memenuhi batas tegangan
150 kV 150 KV >125 KV Aman
tertinggi yang bisa diterima arrester.
200 kV > 150 KV >125 KV Tidak Aman Arrester rusak, transformator rusak

 Pemilihan Arrester

Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan menengah yaitu

arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang dihubungkan seri

dengan resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan yang rendah bila

dialiri arus besar dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor tak-

linier umumnya digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan silikon karbid. Kerja

arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela percik dan resistor tak-

linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.


CUT OUT

Cut Out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut out dipasang

pada sisi primer transformator, dalam menentukan cut-out hal-hal yang perlu dipertimbangkan

adalah:

 Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu cut-out

 Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan

 Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, type sistem, dan arus

gangguan yang mungkin terjadi.

Dalam pemilihan Cut Out, teragantung dari pemakaian trafo apakah memakai minyak

atau trafo kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila menggunakan trafo kering, In Co

dikalikan 125 % (maksimal).

630kVA
In CO = 125 % X
3 X 20kV

= 18,18 A

Dari data diatas dapat dipilih CO dengan spesifikasi sebagai berikut:

Rating arus : 18,18 A [6,3-63 A]

Rating tegangan : 24 kV

BIL : 150 kV
PERHITUNGAN DAN PENENTUAN GROUNDING

PENTANAHAN BODY (TRAFO, CUBICLE, GENSET, DLL) DAN SANGKAR


FARADAY
Supaya batang elektroda tidak terlalu panjang maka dalam perencanaan pentanahan ini
metode yang digunakan adalah metode Triangle untuk merencanakan metode pentanahan
tersebut diketahui data-data sebagai berikut:
Diketahui
 Luas penampang : 120 mm2
 Diameter : 12,36 mm
 r (jari-jari elektroda) : 6,18 mm (6,18 x 10-3 m)
 L(panjang elektroda) : 1,5 meter
 l (jarak antar elektroda) : 3 meter ( 2 x panjang elektroda)
 Tahanan jenis tanah : 100  /meter (tanah Ladang)

Untuk menghitung tahanan pentanahan maka terlebih dahulu menghitung Faktor pengali
(k) sesuai dengan metode yang dipilih yaitu :
1  1m
k= . Factor pengali untuk konfigurasi triangle.
3
Untuk menghitung factor pengali tersebut maka kita harus menghitung nilai-nilai yang
dibutuhkan yaitu :
1  L 1  1,5
x= = = 1,67
L 1,5
ln x ln 1,67
m= = =0,08
l 3
ln ln
r 6,18 x10 3
1  2m 1  1(0,08)
k= = = 0,36
3 3
Setelah melihat data-data tersebut maka tahanan pentanahannya dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
  k 100  0,36
Rpt = =
2L 2 2
Rpt = 2,87 
Dengan menggunakan metode triangle maka tidak membutuhkan elektrode yang terlalu
panjang.
PENTANAHAN ARESTER
Dalam perencanaan pentanahan ini metode yang digunakan adalah metode Triangle
untuk merencanakan metode pentanahan tersebut diketahui data-data sebagai berikut:

Diketahui

 r (jari-jari elektroda) : 7,5 mm (0,0075 m)


 l (panjang elektroda) : 2 meter
 L (jarak antar elektroda) : 4 meter ( 2 x panjang elektroda)
 Tahanan jenis tanah : 100  /meter (tanah Ladang)
Untuk menghitung tahanan pentanahan maka terlebih dahulu menghitung
Faktor pengali (k) sesuai dengan metode yang dipilih yaitu :

1  2m
k= . Factor pengali untuk konfigurasi triangle.
3

Untuk menghitung factor pengali tersebut maka kita harus menghitung nilai-nilai
yang dibutuhkan yaitu :

1 L 1 4
x= = = 1,25
L 4

ln x ln 1,25
m= = =0,03994
l 2
ln ln
r 0,0075

1  2m 1  2(0,03994)
k= = = 0,35996
3 3

Setelah melihat data-data tersebut maka tahanan pentanahannya dapat dihitung


dengan rumus sebagai berikut:

  k 100  0,35996
Rpt = =
2L 2 4
Rpt = 1,432 
PENTANAHAN TITIK NETRAL TRAFO
Supaya batang elektroda tidak terlalu panjang maka dalam perencanaan pentanahan ini
metode yang digunakan adalah metode Triangle untuk merencanakan metode pentanahan
tersebut diketahui data-data sebagai berikut:
Diketahui
 Luas penampang : 120 mm2
 Diameter : 12,36 mm
 r (jari-jari elektroda) : 6,18 mm (6,18 x 10-3 m)
 L(panjang elektroda) : 1,5 meter
 l (jarak antar elektroda) : 3 meter ( 2 x panjang elektroda)
 Tahanan jenis tanah : 100  /meter (tanah Ladang)

Untuk menghitung tahanan pentanahan maka terlebih dahulu menghitung Faktor pengali
(k) sesuai dengan metode yang dipilih yaitu :
1  1m
k= . Factor pengali untuk konfigurasi triangle.
3
Untuk menghitung factor pengali tersebut maka kita harus menghitung nilai-nilai yang
dibutuhkan yaitu :
1  L 1  1,5
x= = = 1,67
L 1,5
ln x ln 1,67
m= = =0,08
l 3
ln ln
r 6,18 x10 3
1  2m 1  1(0,08)
k= = = 0,36
3 3

setelah melihat data-data tersebut maka tahanan pentanahannya dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
  k 100  0,36
Rpt = =
2L 2 2
Rpt = 2,87 

Anda mungkin juga menyukai