4.1 Umum
UPT Pematang Siantar merupakan unit pelayanan transmisi yang memiliki
wilayah kerja mencakup daerah Provinsi Sumatera Utara. Pada wilayah kerjanya
UPT Pematang Siantar memiliki 5 TRAGI yaitu Tragi Kisaran, Tragi Toba, Tragi
Sibolga, Tragi Sidikalang, dan Tragi Dolok Sanggul. Adapun wilayah kerja UPT
Pematang Siantar dapat dilihat pada Gambar 4.1
41
ukuran konduktor atau penghantar trasnmisi diganti ke ukuran yang lebih besar
dan juga saggingan kecil.
4.2.1 Tower 230 dan 231 Saluran PHT Padang Sidempuan – PHT Gunung
Tua
Jenis tower yang digunakan adalah trasnmisi sirkuit ganda (double circuit)
dengan tegangan 150 kV. Pada saluran transmisi dengan satu sisi dengan 4 kawat
dan 3 kawat yaitu dimana sirkuit yang memiliki 4 kawat dan 3 kawat dan 1 kawat
tanah adalah PHT Padang Sidempuan – PHT Gunung Tua sedangkan satu sisi
42
yaitu PHT Padang Sidempuan – PHT Ranto Prapat. Pengambilan data ini
dilakukan dengan survei lokasi ke Gardu Induk Padang Sidempuan dan Gardu
Induk Gunung Tua, pada tanggal 09 dan 10 Oktober 2019.
Gambar 4.3 Tower 230 dan 231 PHT Padang Sidempuan – PHT Gunung Tua
43
B. Kontruksi Menara Menggunakan Konduktor ACCC Lisbon
Penelitian melakukan pengambilan data tentang kontruksi saluran tiang
transmisi 150 kV pada Gardu induk padang sidempuan – Gardu induk gunung tua
dengan menggunakan konduktor ACCC Lisbon :
1. Isolator
Panjang rantai isolator : 2.34 m
2. Kawat penghantar
Luas penampang nominal : 310 mm2
Tipe kawat penghantar : ACCC Lisbon
Luas penghantar terhitung : 318.7 mm2
Diameter konduktor : 21.78 mm
Nominal Berat konduktor : 881 kg/km
Koefisien Pua Panjang : 23 x 10-6 / ̊ ᴄ
Kekuatan Tarik (H) : 2010 kg
Koefisien elastisitas konduktor : 7040 kN/mm2
Panjang span saluran transmisi : 39.00 m
Faktor keamanan : 2.5 untuk ketegangan maksimum
Temperature Operasi Maks : 175 ̊ ᴄ
Tinggi Menara : 30 m
3. Tipe tower : DDR dan BB
Pada penelitian ini yaitu melakukan analisis sebelum dan sesudah
dilakukannya rekonduktoring pada sebuah konduktor penghantar transmisi pada
150 kV, dan melakukan perbandingan jenis konduktor dari konduktor ACSR
Hawk dan ACCC Lisbon. Berikut adalah spesifikasi masing – masing jenis
ketahanan konduktor dan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Perbandingan Konduktor Penghantar ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon
ACSR ACCC
No. Penghantar
HAWK LISBON
1. Diameter Keseluruhan Total 21,79 21.78
(mm) inti 8,01 7.11
Konduktor 241,68 318,7
2. Luas Penampang (mm2) Inti 39,42 39,7
total 281,1 358,4
Konduktor 670 804,6
3. Berat (kg/km) Inti 308 76
Total 978 880,6
4. Daya Tarik (kN) Total 86,65 93,2
5. Modulus of Elasticity Konduktor 8360 7040
(kg/mm2) Inti 2100 11938
6. Suhu Maksimum saat
- 90 175
beroperasi ( ̊C)
7. Kapasitas Arus (A) - 638 1250
44
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perencanaan suatu jaringan transmisi
juga meliputi penentuan ukuran dan tipe konduktor. Ukuran dan tipe konduktor
ditentukan oleh arus yang lewat melalui konduktor, karena besar penampang
konduktor berbanding lurus dengan kapasitas kuat arusnya. Semakin besar
penampang pada saluran transmisi maka semakin besar pula daya yang mampu
dikirim oleh saluran transmisi.
Saluran udara transmisi dengan tegangan 150 kV pada umumnya
menggunakan konduktor ACSR Hawk 240/40 mm2 yang memiliki batas
temperatur kerja yang di ijinkan sebesar 90 ̊ ᴄ. Penggunaan konduktor ACSR
Hawk dapat mengoptimalkan penyaluran arus saluran transmisi. Namun
penggunaannya dapat menimbulkan masalah penambahan kekuatan tarik
(tension) dan saggingan.
Perbandingan terbesar ACSR hawk dengan ACCC Lisbon yaitu terletak
pada pemuaian konduktor yang mempengaruhi saggingan disetiap kenaikan suhu.
ACSR Hawk yang menggunakan baja sebagai inti konduktor mengalami
pemuaian yang besar pada setiap kenaikan suhu, sehingga memiliki keterbatasan
dalam mensuplai daya listrik dengan arus yang besar. Sedangkan konduktor
ACCC Lisbon menggunakan inti yang terbuat dari campuran Fiber Carbon yang
memiliki daya tahan terhadap suhu tinggi sehingga hanya akan mengalami
pemuaian yang sangat kecil pada setiap kenaikan suhu dan tahan mencapai 175 ̊ᴄ.
Berikut adalah perbandingan ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon pada Gambar
4.2.
Gambar 4.4 Perbandingan Konduktor Penghantar ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon
45
4.2.3 Konduktor ACSR Hawk 240/40 mm2
A. Perhitungan Andongan Kawat Penghantar
Kawat penghantar yang direntangkan antara dua menara transmisi tidak
akan mengikuti garis lurus, akan tetapi karena beratnya sendiri akan melengkung
ke bawah. Besar lengkungan kawat penghantar terjadi dikarenakan dari berat dan
panjang kawat konduktor penghantar itu sendiri, andongan dan kekuatan tarik
dapat dipengaruhi oleh temperatur dan pembebanan pada siang hari sehingga
terjadi lendutan pada kawat penghantar. Untuk menara yang sama tinggi
perhitungan dilakukan dengan panjang (Aktual Span) 39 m. PHT Padang
sidempuan – PHT Gunung tua yaitu menaranya berada pada nomor 230 dan 231,
menara ini tidak jauh dari Gardu induk Gunung tua tepatnya pada kabupaten
padang lawas, kecamatan padang lawas utara desa gunung tua. Untuk melihat
lendutan (andongan) kawat penghantar maka dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.1, 2.2 dan 2,3 :
46
1 39 m x 0,98 kg /m 2
TAB = 2010 kg [1 + ( )]
8 2010 kg
1
= 2010 kg [ 1 + ¿]
8
9
= 2010 kg [ (3,615 kg)] = 8172 kg
8
Perhitungan Tahanan Kawat :
44,874 m
R = 89,6 Ω/m x = 16,752 Ω
240 mm2
47
07 16,752 295 1457842
08 16,752 295 1457842
09 16,752 297 1477677
10 16,752 303 1537984
11 16,752 306 1568590
12 16,752 307 1578859
13 16,752 308 1589161
14 16,752 311 1620270
15 16,752 313 1641176
16 16,752 317 1683391
17 16,752 327 1791274
18 16,752 330 1824292
19 16,752 335 1879993
20 16,752 344 1982364
21 16,752 466 3637797
22 16,752 469 4005754
Dari Tabel 4.2 merupakan hasil perhitungan rugi - rugi daya (Ploss). Pada
penelitian ini data pengukuran beban saluran yang diambil yaitu pada beban
puncak harian dari tanggal 1 s/d 22 November 2018, pengukuran beban puncak
dilakukan pada pukul 07.00 wib s/d 15.00 wib yaitu pada beban puncak siang.
Dari Data beban yang telah diukur oleh Gardu induk pada Tabel 4.2 diatas
didapatkan hasil perhitungan rugi – rugi daya (w/m). Rugi – rugi daya (w/m) yang
paling tinggi yaitu pada tanggal 10 November 2017 pukul 14.00 wib hasil rugi –
rugi daya yang dihitung 4005754 w/m dengan beban arus 469 A, sedangkan rugi –
rugi daya yang paling rendah yaitu 1221220 w/m yaitu pada tanggal 05 November
2017. Faktor besarnya rugi – rugi daya (Ploss) tersebut merupakan faktor suhu
panas dari matahari disiang hari dan besar nilai resistansi konduktor. Ukuran
konduktor untuk menghantarkan arus listrik sangat berpengaruh dikarenakan
kapasitas hantar arus untuk GI Gunung tua dari GI Padang Sidempuan, jika hantar
arus listrik besar maka pemuaian konduktor terjadi menurun dari ukuran
normalnya.
48
= 1,378 meter
D1 + D2 = 9,269 m + 1,37 m
=10,63 m
Menghitung perubahan panjang kawat akibat andongan/saggingan saat dibebani :
8 x 10,632 m
L2 = 39 m x (1 + )
3 x 392 m
= 46,72 meter
Menghitung kekuatan tarik konduktor pada saat di bebani:
1 46,72 m x 1,45782 Mw /m 2
TAB = 2010 kg x [ 1 + x ( ¿
8 2010 kg
= 2596 kg
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat perubahan andongan
konduktor pada saat sebelum dibebani dan sesudah dibebani, hasil dari
perhitungan andongan, perubahan panjang konduktor, kekuatan tarik konduktor
dapat dilihat pada lampiran 4.2, 4.3 dan 4.4. Berikut adalah hasil perhitungan
dapat dibuat pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Andongan, Perubahan Panjang Kawat dan Kekuatan Tarik Konduktor
Pada Saat Beban Puncak.
Kekuatan
Wakt Perubahan
Arus Andongan Andongan tarik
u panjang
(A) d2 (m) d1+d2 (m) konduktor
(Jam) kawat (m)
(kg)
14.00 295 1,378 10,638 46,72 2596
07.00 295 1,378 10,638 46,72 2596
07.00 330 1,725 10,985 47,25 4158
07.00 294 1,369 10,629 46,72 2561
49
07.00 270 1,155 10,415 46,41 1797
14.00 335 1,778 11,038 47,33 4431
07.00 327 1,694 10,954 47,20 4000
07.00 308 1,503 10,763 46,92 3111
10.00 466 3,440 12,7 50,02 18531
14.00 489 3,789 13,049 50,64 23030
07.00 307 1,493 10,753 46,90 3068
07.00 290 1,332 10,592 46,67 2419
07.00 303 1,454 10,714 46,84 2904
07.00 313 1,552 10,812 46,99 3328
07.00 284 1,278 10,538 46,59 2217
12.00 317 1,592 10,852 47,05 3511
07.00 344 1,875 11,135 47,47 4956
15.00 311 1,532 10,792 46,96 3240
15.00 290 1,332 10,592 46,67 2419
15.00 292 1,351 10,611 46,69 2489
14.00 297 1,397 10,657 46,76 2672
07.00 306 1,483 10,743 46,89 3027
Dari Tabel 4.3 hasil dari perhitungan andongan yang merupakan dari pembebanan
harian GI Padang sidempuan – GI Gunung tua dengan saluran 150 kV sehingga
dapat dilihat lendutan konduktor pada saat beban normal dan pada saat berbeban.
Adapun waktu (jam) yang ada pada Tabel 4.3 yaitu menunjukkan waktu untuk
pengukuran pada saat beban puncak. Dari hasil perhitungan andongan, maka
dapat dilihat bentuk grafik arus (A) terhadap andongan (m) sebagai berikut:
600
500
400
Arus (A)
300
100
Andongan (m)
Gambar 4.7 Grafik Arus (A) terhadap Andongan (m) pada saluran berbeban
Andongan/lendutan terjadi adanya beban saluran yang dihantarkan oleh kawat
konduktor dari tower A ke tower B. Dari data pembebanan yang telah
dikumpulkan, sehingga dapat diketahui andongan pada saat beban puncak dan
50
beban normal. Andongan pada saat beban normal 9,26 Meter dan pada saat
berbeban maka andongannya yaitu 3,78 m, sehingga panjang andongan bertambah
saat diberi beban yaitu 13,04 m. Jarak tinggi aman andongan terhadap sekitarnya
yaitu 8 meter.
51
GI Gunung tua
Jatuh Persentase
Waktu Tegangan Kirim Tegangan Tegangan Jatuh
(Jam) (kV) Terima (kV) (kV) Tegangan
(%)
14.00 152 150 2 1,33
07.00 150 150 0 0
07.00 149 147 2 1,35
07.00 150 151 1 0,66
07.00 150 149 1 0,67
14.00 152 147 5 3,40
07.00 150 149 1 0,67
07.00 149 150 1 0,67
10.00 152 147 5 3,40
14.00 150 146 4 2,73
07.00 151 152 1 0,66
07.00 152 153 1 0,65
07.00 151 150 1 0,66
07.00 151 150 1 0,66
07.00 151 151 0 0
12.00 149 147 2 1,36
07.00 149 147 2 1,36
15.00 150 148 2 1,35
15.00 152 153 1 0,65
15.00 152 149 3 2,01
14.00 150 147 3 2,04
07.00 149 151 2 1,34
18.00 151 150 1 0.66
18.00 149 146 2 1.36
19.00 150 148 2 1.35
18.00 149 147 2 1.36
20.00 151 149 2 1.34
19.00 149 147 2 1.36
21.00 148 148 0 0
20.00 150 149 1 0.67
17.00 152 148 4 2.70
17.00 150 150 0 0
52
18.00 152 151 1 0.66
19.00 151 149 2 1.34
18.00 150 150 0 0
18.00 151 150 1 0.66
18.00 150 148 2 1.35
18.00 148 146 2 1.36
18.00 149 146 3 2.05
18.00 148 148 0 0
18.00 150 149 1 0.67
18.00 148 146 2 1.36
20.00 150 150 0 0
20.00 150 147 3 2.04
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perhitungan yang telah dilakukan
menunjukkan hasil dari pembebanan pada bulan November 2017. Tegangan kirim
(kV) GI Padang sidempuan tidak seutuhnya tegangan terima yang sampai ke GI
Gunung tua, faktor terjadinya jatuh tegangan yaitu dikarenakan panjang saluran
konduktor yang dihantarkan sehingga terjadi jatuh tegangan (kV). Pada penelitian
ini dilakukan pengukuran pada waktu (jam) siang dari pukul 07.00 wib s/d 15.00
wib, sedangkan tegangan puncak (kV) yaitu waktu (jam) malam dari pukul 17.00
wib s/d 20.00 wib. Jatuh tegangan pada saluran transmisi 150 kV pada saat beban
puncak siang, dimana nilai terbesar jatuh tegangan yang disalurkan yaitu 5 kV dan
persentase jatuh tegangan 3.40 % pada tanggal 06 November 2017. Jatuh
tegangan yang paling rendah 0 kV persentase jatuh tegangan jatuh tegangan 0 %
yaitu pada tanggal 15 November 2017, sedangkan pada beban puncak malam
jatuh tegangan yang paling besar yaitu pada tanggal 9 November 2017 nilai jatuh
tegangannya 4 kV dan persentase jatuh tegangan 2.70 %. Dari Tabel 4.4 diatas
bahwa nilai jatuh tegangan yang telah dihitung bahwa nilai 0 kV itu dikarenakan
tegangan kirim dari GI Padang sidempuan sesuai dengan tegangan yang diterima
oleh GI Gunung tua. Sesaui dengan standart SPLN dimana jatuh tegangan
diperbolehkan pada sisi ujung terima yaitu 10 %. Pada hasil penelitian yang telah
dihitung bahwa jatuh tegangan yang telah dihasilkan masih dibawah 10 %.
E. Temperatur Pada Beban Puncak
Tahapan penelitian selanjutnya yaitu melihat pengaruh suhu terhadap
beban puncak arus saluran (Ampere) pada PHT Padang Sidempuan – PHT
Gunung Tua. Berikut Tabel 4.5 data beban puncak dan temperatur konduktor.
Tabel 4.5 Temperatur Pada Beban Puncak
53
Saluran (A) Konduktor ( ̊ C)
1 270 32,05
2 284 34,90
3 290 38,99
4 290 34,80
5 292 31,01
6 294 39,05
7 295 38,04
8 295 36,64
9 297 34,77
10 303 36,09
11 306 35,20
12 307 34,01
13 308 36,05
14 311 37,10
15 313 32,01
16 317 37,60
17 327 39,99
18 330 36,99
19 335 34,01
20 344 34,75
21 466 43,66
22 469 48,20
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat hasil dari pengukuran thermovisi yang dilakukan
secara berkala yaitu pada setiap hari, tujuan dari pengukuran konduktor saluran
transmisi merupakan untuk mengetahui pada saat pembebanan pada saluran batas
suhu normal. suhu batas maksimal ACSR Hawk adalah pada saat pembebanan
yaitu 90 ̊ C. Sedangkan pada saat pengukuran menggunakan thermovisi bahwa
suhunya masih dibawah dari batas normal konduktor ACSR Hawk. Berikut ini
merupakan bentuk grafik data beban puncak dan temperatur.
600
500
400
300
Arus (A)
100
Temperatur ( ̊ C)
54
Gambar 4.8 Grafik Beban Puncak Terhadap Temperatur
Saluran udara tegangan merupakan salah satu jenis saluran tenaga listrik
yang digunakan untuk keperluan transmisi tenaga listrik dalam jarak yang sangat
jauh dari pusat pembangkit energi listrik ke pusat beban. Saluran udara tegangan
tinggi (SUTT) menggunakan konduktor ACCC Lisbon, setelah dilakukan
rekonduktoring dengan tegangan 150 kV dalam proses penyaluran tenaga listrik
ke pusat beban dari GI Padang sidempuan – GI Gunung tua.
Dalam penelitian ini dilakukan yaitu melakukan analisis perhitungan
andongan/saggingan dengan tower yang sama tinggi, penghantar saluran transmisi
150 kV dari GI Padang sidempuan – GI Gunung tua jarak penghantar saluran 48.1
km. Pada penelitian ini dilakukan pada tower 230 dan 231 dimana tower ini
berada pada permukaan tanahnya datar dan sama tinggi, perhitungan
andongan/saggingan ini merupakan perhitungan sebelum dibebani. Jarak span
gawang tiang tower tower 230 dan 231 yaitu 39,00 m. Untuk melihat andongan
menggunakan konduktor ACCC Lisbon, maka dapat digunakan persamaan 2.1
dan 2.3 sebagai berikut.
0,881 kg x 392 m
d1 =
8 x 2010 kg
0,881 kg x 1521 m
=
16080 kg
1,340001
=
16080
= 8,333 m
Perhitungan perubahan panjang kawat kawat akibat andongan :
8 x 8,3332 m
l = 39 m x ( 1 + )
3 x 392 m
555,5111m
= 39 m x ( 1 + ) = 43,747 meter
4563 m
55
Gambar 4.9 andongan/saggingan yang dibentang sama tinggi
56
sebelum dilakukan rekonduktoring menggunakan konduktor ACCC Lisbon dapat
dilihat pada Lampiran 5.1. Berikut adalah hasil perhitungan rugi – rugi daya
(W/m) dapat dibuat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
Dari hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan pada Tabel 4.5 bahwa
arus saluran pada beban puncak dapat diketahui rugi – rugi daya (W/m).
Konduktor ACCC Lisbon mempunyai hantar arus listrik yang besar, dikarenakan
ukuran diameter konduktor mempunyai penampang diameter 310 mm 2 sehingga
untuk menghantarkan arus listrik mampu yang lebih besar dari konduktor ACSR
Hawk. Setelah dilakukan rekonduktoring ke konduktor ACCC Lisbon, arus listrik
yang besar pada saat beban puncak siang yaitu 459 A. Panjang konduktor untuk
menghantarkan arus listrik yaitu sepanjang 48.1 kmr, resistansi pada konduktor
57
ACCC Lisbon yaitu 12,644 Ω/m sehingga terjadi rugi – rugi daya konduktor pada
beban puncak yaitu 2663850 W/m pada tanggal 10 januari 2018.
Gambar 4.10 Andongan/saggingan yang dibentang sama tinggi pada saat dibebani
58
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat perubahan andongan
konduktor pada saat sebelum dibebani dan sesudah dibebani, hasil dari
perhitungan andongan, perubahan panjang konduktor, kekuatan tarik konduktor
dapat dilihat pada lampiran 5.2, 5.3 dan 5.4. Berikut adalah hasil perhitungan
dapat dibuat pada Tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan Andongan, Perubahan Panjang Kawat dan Kekuatan Tarik
Konduktor
Kekuatan
Wakt Perubahan
Arus Andongan d2 Andongan tarik
u panjang kawat
(A) (m) d1+d2 (m) konduktor
(Jam) (m)
(kg)
09.00 189 0,42 8,75 44.23 2233
07.00 218 0,56 8,89 44,40 3983
16.00 286 0,97 9,30 44,91 12075
09.00 240 0,68 9,01 44,55 5890
07.00 272 0,88 9,21 44,79 9825
07.00 300 1,07 9,40 45,04 14703
07.00 327 1,27 9,60 45,30 209944
07.00 308 1,13 9,46 45,11 16386
07.00 312 1,16 9,49 45,15 172845
15.00 489 2,51 10,84 47,03 87846
16.00 298 1,06 9,39 45,02 14300
08.00 272 0,88 9,21 44,79 98256
08.00 250 0,74 9,07 44,62 69589
07.00 286 0,97 9,30 44,91 120746
16.00 234 0,65 8,98 44,51 53150
08.00 270 0,87 9,20 44,78 95356
14.00 345 1,42 9,75 45,5 262436
07.00 244 0,71 9,04 44,58 63032
07.00 242 0,70 9,03 44,57 60963
07.00 236 0,66 8,99 44,52 55015
07.00 260 0,80 9,13 44,69 81665
07.00 256 0,78 9,11 44,67 76686
59
500
400
300
Arus (A)
200
100 Arus (A) Terhadap
Andongan (m)
0
Andongan (m)
60
Tanggal (02) ΔV = 153 kV – 148 kV = 5 kV
153 kV −148 kV
ΔV % = x 100 %=¿ 3,37 %
148 kV
Tanggal (03) ΔV = 150 kV – 148 kV = 2 kV
150 kV −148 kV
ΔV % = x 100 %=¿ 1,35 %
148 kV
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan yaitu perhitungan jatuh tegangan (kV)
dan persentase jatuh tegangan (%), dapat dilihat pada lampiran 5.6. Hasil
perhitungan dapat dibuat pada bentuk Tabel 4.10 sebagai berikut :
Tabel 4.8 Data Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan (kV) dan Persentase Jatuh Tegangan (%)
61
20.00 152 148 4 2,70
20.00 153 148 5 3,37
20.00 150 148 2 1,35
18.00 153 150 3 2
20.00 153 152 1 0,65
20.00 153 152 1 0,65
19.00 150 148 2 1,35
19.00 148 146 2 1,36
20.00 153 150 3 2
19.00 149 151 2 1,32
21.00 153 149 4 2,68
20.00 152 150 2 1,33
19.00 149 147 2 1,36
19.00 151 152 1 0,65
19.00 149 148 1 0,67
19.00 151 148 3 2,02
19.00 150 147 3 2,04
19.00 148 148 0 0
19.00 146 146 0 0
19.00 148 146 2 1,36
19.00 148 146 2 1,36
17.00 0 0 0 0
Dari Tabel 4.8 hasil perhitungan besar jatuh tegangan dan persentase jauh
tegangan pada saluran transmisi tegangan tinggi 150 kV GI Padang sidempuan –
GI Gunung tua pada bulan januari 2018. Dari Tabel 4.7 dapat menunjukkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan dari pembebanan pada bulan Januari 2018. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tegangan kirim (kV) dari GI Padang
sidempuan tidak seutuhnya tegangan yang diterima oleh GI Gunung tua, sehingga
terjadi jatuh tegangan (drop tegangan) pada penghantar saluran transmisi 150 kV.
Faktor terjadinya jatuh tegangan yaitu dikarenakan panjang saluran konduktor
yang dihantarkan sehingga terjadi jatuh tegangan (drop tegangan). Pada
penelitian ini dilakukan pengambilan data pada beban puncak siang yaitu pada
mulai dari pukul 07.00 s/d 16.00 wib, sedangkan beban puncak malam
pengambilan datanya dari pukul 17.00 s/d 06.00 wib. Jatuh tegangan (drop
tegangan) pada saluran transmisi 150 kV pada saat beban puncak siang, setelah
dilakukan analisis perhitungan jatuh tegangan yang besar nilainya yaitu 5 kV dan
62
persentase jatuh tegangan 3,37 % pada tanggal 16 Januari 2018 dan jatuh
tegangan (drop tegangan) yang paling kecil 0 kV dan persentase jatuh tegangan 0
%, dikarenakan pengiriman tegangan dari GI Padang sidempuan dan tegangan
terima ke GI Gunung tua tidak terjadi drop tegangan. Pada beban puncak malam
jatuh tegangan paling besar yaitu 4 kV dan persentase jatuh tegangan 2,68 %.
Jatuh tegangan yang telah dianalisis bahwa nilai jatuh tegangannya terdapat nilai 0
kV dan persentase jatuh tegangan 0 %, dikarenakan nilai tegangan yang dikirim
oleh GI Padang sidempuan ke GI Gunung tua tidak terjadi drop tegangan. Dari
hasil analisis yang telah dilakukan bahwa nilai persentase jatuh tegangan sesuai
dengan standart SPLN dimana jatuh tegangan diperbolehkan pada sisi ujung
terima yaitu 10 %. Pada hasil penelitian yang telah dihitung bahwa persentase
jatuh tegangan yang telah dihasilkan masih dibawah 10%.
E. Temperatur Pada Beban Puncak
Tahapan penelitian selanjutnya yaitu melihat pengaruh suhu terhadap
beban puncak arus saluran (Ampere) pada PHT Padang Sidempuan – PHT
Gunung Tua. Berikut Tabel 4.9 data beban puncak dan temperatur konduktor.
Tabel 4.9 Data Temperatur Konduktor ACCC Lisbon Pada Beban Puncak
Beban Puncak Temperatur
Tanggal
Arus Saluran (A) Konduktor ( ̊ C)
1 189 21,7
2 218 23,6
3 234 25,9
4 236 27,4
5 240 28,1
6 242 28,4
7 244 28,9
8 250 29,1
9 256 29,8
10 260 35,6
11 270 29,0
12 272 29,5
13 272 29,9
14 286 30,0
15 286 30,0
16 298 30,4
17 300 31,9
18 308 32,0
19 312 32,5
20 327 33,6
21 345 34,3
22 489 41,2
63
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat hasil dari pengukuran thermovisi yang dilakukan
secara berkala yaitu pada setiap hari, tujuan dari pengukuran konduktor saluran
transmisi merupakan untuk mengetahui pada saat pembebanan pada saluran batas
suhu normal. suhu batas maksimal ACCC Lisbon adalah pada saat pembebanan
yaitu 180 ̊ C. Sedangkan pada saat pengukuran menggunakan thermovisi bahwa
suhunya masih dibawah dari batas normal konduktor ACCC Lisbon. Berikut ini
merupakan bentuk grafik data beban puncak dan temperatur.
500
400
300
Arus (A)
200
100 Beban Puncak
0 Terhadap Temperatur
Temperatur ( ̊ C)
Gambar 4.12 Grafik Temperatur Konduktor ACCC Lisbon Pada Beban Puncak
64
4 18.00 294 09.00 240
5 20.00 270 07.00 272
6 19.00 335 07.00 300
7 21.00 327 07.00 327
8 20.00 308 07.00 308
9 17.00 466 07.00 312
10 17.00 469 15.00 489
11 18.00 307 16.00 298
12 19.00 290 08.00 272
13 18.00 303 08.00 250
14 18.00 313 07.00 286
15 18.00 284 16.00 234
16 18.00 317 08.00 270
17 18.00 344 14.00 345
18 18.00 311 07.00 244
19 18.00 290 07.00 242
20 18.00 292 07.00 236
21 20.00 297 07.00 260
22 20.00 306 07.00 256
Dari Tabel 4.10 diatas menunjukkan hasil pengiriman pembebanan harian dari GI
Padang Sidempuan ke GI Gunung Tua. Data Tabel 4.10 ini merupakan
perbandingan daya hantar arus konduktor sebelum dan sesudah dilakukannya
reconductoring oleh PT.PLN (Persero), dilakukannya pergantian konduktor yaitu
pada tanggal 3 desember 2017 s/d tanggal 20 desember 2017. Perbedaan dalam
pembebanan penghantar merupakan setiap konduktor mempunyai besar resistansi
masing – masing, dimana konduktor tipe ACSR Hawk ini mempunyai resistansi
yang besar dan penampang konduktornya lebih kecil yaitu 240 mm2 dan juga
menggunakan material dari steel sebagai inti konduktornya. Sedangkan konduktor
tipe ACCC Lisbon adalah konduktor dengan bahan penghantar listrik dari bahan
aluminium murni yang diperkuat pada titik tengah/center nya dengan
menggunakan composite core sebagai penggantungnya/penguat. Konduktor tipe
ACCC Lisbon mampu menghantarkan arus listrik 2 kali lipat dari konduktor tipe
ACSR Hawk, dikarenakan ukuran konduktor lebih besar yaitu 310 mm2 sehingga
andongan/saggingannya yang kecil dibandingkan konduktor ACSR Hawk
andongan/lengkungannya lebih besar melengkung kearah bawah. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan bahwa perbandingan daya hantar arus listrik
penghantar GI Padang Sidempuan – GI Gunung Tua pada saluran transmisi 150
kV sebelum dilakukan rekonduktoring menggunakan konduktor tipe ACSR Hawk
hantar arus yang diperoleh pada pembebanan harian adalah 469 A dan daya hasil
pengukurannya yaitu 112 Mw, sedangkan konduktor ACCC Lisbon beban arus yang
dihantar sebesar 489 A dan daya pada hasil pengukurannya sebesar 118 Mw. Dari data
Tabel 2.10 diatas bahwa waktu adalah sebagai pengukuran untuk beban harian dan beban
puncak.
65
4.3.2 Rugi – Rugi Daya Akibat Pengaruh Arus Saluran Menggunakan
Konduktor Tipe ACSR Hawk Dengan ACCC Lisbon
Perencanaan suatu jaringan juga meliputi penentuan ukuran dan tipe
konduktor. Ukuran dan tipe konduktor ditentukan oleh arus yang lewat melalui
konduktor, karena besar penampang konduktor berbanding lurus dengan kapasitas
kuat arusnya. Semakin besar penampang pada saluran transmisi maka semakin
besar pula daya yang mampu dikirim oleh saluran transmisi. Saluran transmisi
udara dengan tegangan 150 kV pada umumnya menggunakan konduktor ACSR
Hawk yang memiliki batas temperatur kerja yang diijinkan sebesar 90 ̊ C.
Perbandingan terbesar ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon terletak pada
pemuaian konduktor yang mempengaruhi andongan disetiap kenaikan suhu.
ACSR Hawk yang menggunakan baja sebagai inti konduktor mengalami
pemuaian yang besar pada setiap kenaikan suhu, sehingga memiliki keterbatasan
dalam mensuplai daya listrik dengan arus yang besar. Sedangkan ACCC Lisbon
menggunakan inti yang terbuat dari campuran fiber carbon dan fiber glass clad
yang memiliki daya tahan terhadap suhu tinggi sehingga hanya akan mengalami
pemuaian yang sangat kecil pada setiap kenaikan suhu dan tahan hingga mencapai
suhu 175 ̊ C.
Berikut ini merupakan Tabel 4.10 perbandingan rugi –rugi daya (w/m)
konduktor ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon pada saluran transmisi 150 kV
sebagai berikut.
Tabel 4.11 Rugi – Rugi Daya (w/m) Akibat Pengaruh Arus Saluran Menggunakan Konduktor
Tipe ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon Pada Saluran Transmisi 150 kV
Konduktor ACSR Hawk 240/40 Konduktor ACCC Lisbon 310
mm2 mm2
No.
Rugi – rugi Daya Rugi – Rugi
Arus (A) Arus (A)
(w/m) Daya (w/m)
1 270 1221220 189 4516563
2 284 1351149 218 6008934
3 290 1408843 234 6923348
4 290 1408843 236 7042202
5 292 1428342 240 7282944
6 294 1447975 242 7404832
7 295 1457842 244 7527731
8 295 1457842 250 79025
9 297 1477677 256 8286371
10 303 1537984 260 8547344
11 306 1568590 270 9217476
12 307 1578859 272 9354536
13 308 1589161 272 9354536
14 311 1620270 286 1034228
15 313 1641176 286 1034228
16 317 1683391 298 1122837
66
17 327 1791274 300 113796
18 330 1824292 308 1199460
19 335 1879993 312 1230817
20 344 1982364 327 1352010
21 466 3637797 345 1504952
22 469 4005754 489 2663850
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa parameter yang digunakan sama
yaitu parameter panjang saluran transmisi 48.1 kmr dan tegangan saluran
transmisi 150 kV, diameter keseluruhan konduktor 22 mm. Dari Tabel 4.10 dapat
dilihat perbandingan rugi – rugi daya (w/m) konduktor ACSR Hawk dengan
konduktor ACCC Lisbon pada saluran transmisi 150 kV, dimana rugi – rugi daya
(w/m) ini adalah hasil dari analisis beban puncak harian untuk konduktor ACSR
Hawk dari tanggal 1 s/d 22 November. Pada tanggal 1 s/d Januari 2018 dilakukan
rekonduktoring (pergantian konduktor) ke konduktor tipe ACCC Lisbon 310 mm2.
Analisis perhitungan rugi - rugi daya (w/m) yang telah dilakukan pada
penghantar GI Padang sidempuan – GI Gunung tua perbandingan rugi – rugi daya
(w/m) yang paling besar yaitu dimana sebelum dilakukan rekonduktoring
menggunakan konduktor ACSR Hawk 4074621 W/m, setelah dilakukan
rekonduktoring menggunakan konduktor Tipe ACCC Lisbon nilai rugi – rugi
daya (w/m) yang paling besar 2,717784 W/m. Dari Tabel 4.10 menunjukkan
setelah dilakukan rekonduktoring (pergantian konduktor) bahwa konduktor tipe
ACSR Hawk lebih besar rugi rugi dayanya dari pada konduktor tipe ACCC
Lisbon.
4.3.3 Andongan Akibat Pengaruh Arus Saluran Menggunakan Konduktor
Tipe ACSR Hawk Dengan ACCC Lisbon
Berdasarkan hasil dari analisis perhitungan yang telah dilakukan yaitu
pengaruh arus saluran penghantar mengakibatkan terjadinya andongan. Konduktor
ACSR Hawk bahan material core terbuat dari material steel reinforced dan
beberapa aluminium serta baja galvanis sehingga hight saggingan pada saat
menghantar beban saluran. Setelah dilakukan rekonduktoring menggunakan
konduktor tipe ACCC Lisbon, dimana konduktor ini low saggingan pada saat
menghantarkan beban saluran dari GI Padang sidempuan – GI Gunung tua.
Berikut ini adalah Tabel 4.12 adalah Andongan akibat pengaruh arus saluran
menggunakan konduktor ACSR Hawk dengan ACCC Lisbon sebagai berikut.
67
3 330 10,985 286 9,30
4 294 10,629 240 9,01
5 270 10,415 272 9,21
6 335 11,038 300 9,40
7 327 10,954 327 9,60
8 308 10,763 308 9,46
9 466 12,7 312 9,49
10 469 13,049 489 10,84
11 307 10,753 298 9,39
12 290 10,592 272 9,21
13 303 10,714 250 9,07
14 313 10,812 286 9,30
15 284 10,538 234 8,98
16 317 10,852 270 9,20
17 344 11,135 345 9,75
18 311 10,792 244 9,04
19 290 10,592 242 9,03
20 292 10,611 236 8,99
21 297 10,657 260 9,13
22 306 10,743 256 9,11
68
600
500
400
300
Arus (A)
Andongan (m)
Pada penelitian ini dilakukan pada lokasi tower 230 dengan 231, lokasi
tower ini tidak jauh dengan Gardu induk Gunung Tua. Kondisi tower ini
permukaan tanahnya sama rata-rata sehingga dapat dilakukan analisis untuk
andongan. Dari Gambar 4.21 merupakan bentuk grafik perbandingan andongan
pada saat berbeban. Nilai andongan menggunakan konduktor tipe ACSR Hawk
sebesar 13,049 m, ini terjadi pada tanggal 10 November 2017 pada saat beban
puncak. Sedangkan menggunakan konduktor ACCC Lisbon nilai andongan pada
saat beban puncak yaitu 10,84 m, ini terjadi pada tanggal 10 Januari 2018. Dari
hasil analisis yang dilakukan konduktor ACCC Lisbon mampu menghantarkan
arus beban mencapai 1250 A dan juga konduktor ACCC ini low saggingan.
Konduktor Tipe ACSR Hawk 240/40 mm2 Konduktor Tipe ACCC Lisbon 310 mm2
Persentase Persentase
Teganga Tegangan Jatuh Tegangan Tegangan Jatuh
Jatuh Jatuh
n kirim Terima Tegangan Kirim Terima Tegangan
Tegangan Tegangan
(kV) (kV) (kV) (kV) (kV) (kV)
(%) (%)
152 150 2 1,33 155 152 3 1,97
150 150 0 0 152 152 0 0
149 147 2 1,35 150 147 3 2,04
150 151 1 0,66 149 146 3 2,05
150 149 1 0,67 152 148 4 2,70
69
152 147 5 3,40 153 150 3 2
150 149 1 0,67 154 149 5 3,35
149 150 1 0,67 152 150 2 1,33
152 147 5 3,40 153 153 0 0
150 146 4 2,73 154 147 7 4,76
151 152 1 0,66 153 152 1 0,65
152 153 1 0,65 153 152 1 0,65
151 150 1 0,66 153 149 4 2,65
151 150 1 0,66 152 150 2 1,33
151 151 0 0 153 150 3 2
149 147 2 1,36 153 148 5 3,37
149 147 2 1,36 150 149 1 0,67
150 148 2 1,35 148 146 2 1,36
152 153 1 0,65 153 146 7 4,76
152 149 3 2,01 153 148 5 3,33
150 147 3 2,04 152 148 4 2,70
149 151 2 1,34 149 147 2 1,36
Tabel 4.13 Perbandingan Jatuh Tegangan (kV) Antara Konduktor ACSR Hawk Dengan ACCC
Lisbon Pada Saluran Transmisi 150 kV
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat hasil perbandingan jatuh tegangan (kV) yang
telah dihitung dengan menggunakan persamaan 2.15 dan 2.16 dimana jatuh
tegangan ini terjadi dikarenakan panjang saluran transmisi yang disaluran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan perhitungan jatuh tegangan
serta persentase jatuh tegangan (%) pada GI Padang sidempuan – GI Gunung tua,
dapat dilihat hasil perbandingan jatuh tegangannya kedua konduktor. Dari Tabel
4.11 merupakan GI Padang sidempuan sebagai sisi pengirim tegangan (kV),
sedangkan GI Gunung tua sebagai sisi terima. Pengiriman tegangan dari GI
Padang sidempuan mempunyai 48.1 kmr (kilometer radius) sehingga terjadi jatuh
tegangan pada saluran transmisi. Menggunakan konduktor tipe ACSR Hawk jatuh
tegangannya yang terbesar 5 kV dan persentase jatuh tegangan 3,40 %, sedangkan
setelah dilakukan rekonduktoring menggunakan konduktor tipe ACCC Lisbon
nilai yang terbesar yaitu 5 kV dan persentase jatuh tegangan 3,37 %. Dari hasil
penelitian yang telah didapat, bahwa perbedaan jatuh tegangan dan persentase
jatuh tegangan kedua konduktor tidak jauh berbeda. Persentase jatuh tegangan
yang diperbolehkan oleh PLN dan sesuai dengan standart SPLN 10 %.
70
kenaikan arus sangat mempengaruhi suhu sehingga mengakibatkan terjadinya
andongan dan tegangan tarik pada konduktor di setiap tower.
Tabel 4.14 Temperatur Akibat Pengaruh Arus Saluran Pada Saat Berbeban
Konduktor Tipe ACSR Hawk Konduktor Tipe ACCC Lisbon
No.
Arus (A) Temperatur ( ̊ C) Arus (A) Temperatur ( ̊ C)
1 270 32,05 189 21,7
2 284 34,90 218 23,6
3 290 38,99 234 25,9
4 290 34,80 236 27,4
5 292 31,01 240 28,1
6 294 39,05 242 28,4
7 295 38,04 244 28,9
8 295 36,64 250 29,1
9 297 34,77 256 29,8
10 303 36,09 260 35,6
11 306 35,20 270 29,0
12 307 34,01 272 29,5
13 308 36,05 272 29,9
14 311 37,10 286 30,0
15 313 32,01 286 30,0
16 317 37,60 298 30,4
17 327 39,99 300 31,9
18 330 36,99 308 32,0
19 335 34,01 312 32,5
20 344 34,75 327 33,6
21 466 43,66 345 34,3
22 469 48,20 489 41,2
Dari Tabel 4.14 dapat dilihat hasil dari pengukuran thermovisi yang dilakukan
secara berkala yaitu pada setiap hari, tujuan dari pengukuran konduktor saluran
transmisi merupakan untuk mengetahui pada saat pembebanan pada saluran batas
suhu normal. suhu batas maksimal ACSR Hawk adalah pada saat pembebanan
yaitu 90 ̊ C, Sedangkan suhu konduktor tipe ACCC Lisbon batas suhunya pada
berbeban yaitu 20 ̊ C s/d 180 ̊ C. Pada saat pengukuran menggunakan thermovisi
bahwa suhunya masih dibawah dari batas normal konduktor tipe ACSR Hawk
dengan Konduktor tipe ACCC Lisbon. Berikut ini merupakan bentuk grafik
temperatur akibat pengaruh arus saluran sebagai berikut.
71
600
500
400
300
Arus (A)
Temperatur ( ̊ C)
Gambar 4.14 Grafik Temperatur Akibat Pengaruh Arus Saluran Pada Saat Berbeban
Terjadinya kenaikan suhu pada konduktor merupakan karena besar resistansi pada
konduktor sangat mempengaruhi sehingga nilai arus meningkat dan terjadi
andongan/lendutan pada konduktor. Dari analisis penelitian yang telah dilakukan
bahwa resistansi yang dihasilkan pada konduktor tipe ACSR Hawk yaitu 16,752
Ω/m, sehingga nilai arus yang paling besar pada saluran transmisi 489 A sehingga
suhunya 48,20 ( ̊ C). Pada konduktor tipe ACCC Lisbon nilai resistansi pada
analisis yang dilakukan yaitu 12,644 Ω/m dan nilai suhunya naik 41,2 ( ̊ C)
sehingga arus yang dihasil pada konduktor ACCC yaitu 459 A. Pada penelitian
yang telah dilakukan bahwa suhu yang dihasilkan pada setiap konduktor masih
dibawah batas 90 ̊ C s pada konduktor ACSR sedangkan untuk konduktor ACCC
180 ̊ C.
Tabel 4.15 Data Perbandingan Analisis Perhitungan Manual Dengan Menggunakan Etap 12.6
Analisis Manual Analisis Etap 12.6
ACSR Hawk ACCC Lisbon ACSR Hawk ACCC Lisbon
Arus Ploss Arus Ploss Arus Ploss Ploss
Arus (A)
(A) (W/m) (A) (W/m) (A) (W/m) (W/m)
72
Dari analisis yang telah dilakukan pada analisis manual, dimana
perbandingannya tidak terlalu jauh dengan analisis hasil Aplikasi Etap 12.6.
Analisis perhitungan manual yang telah dilakukan yaitu data pada saat beban
puncak, sedangkan pada penggunaan aplikasi Etap 12.6 untuk melihat
pembebanannya yaitu terlebih dahulu data trafo, data pembebanan, power grid
dan data bus di setting untuk mendapatkan data pembebanan. Perbedaan rugi –
rugi daya pada analisis manual dengan analisis menggunakan aplikasi etap 12.6
yaitu 15436 W/m pada konduktor ACSR Hawk, sedangkan pada konduktor
ACCC Lisbon yaitu 52209 W/m. Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan
bahwa hasil dari analisis perhitungan manual dengan analisis menggunakan
aplikasi etap 12.6 tidak terlalu jauh hasilnya.
73
Gambar 4.15 Data Hasil Aliran Daya Etap 12.6
Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa hasil simulasi aliran daya
menggunakan aplikasi etap 12.6 di atas dapat dilihat daya yang mengalir pada tiap
bus. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menggunakan aplikasi etap 12.6
bahwa sistem penyaluran transmisi 150 kV dari GI Padang sidempuan – GI
Gunung tua, bahwa daya kirim dari GI Padang sidempuan 77,9 MW lalu di
transmisi kan dengan menggunakan kawat konduktor tipe ACSR Hawk sehingga
daya yang sampai pada GI Gunung tua sebesar 74,7 MW.
Losses Report
74
Gambar 4.16 Data Losses Report Hasil Simulasi Etap 12.6
Pembebanan Bus
75
B. Pengujian Kedua Menggunakan Konduktor Tipe ACCC Lisbon 310
mm2
Pada penelitian kedua ini yaitu pengujian konduktor Tipe ACCC 310 mm 2,
dimana pada pengujian ini yaitu setelah dilakukan rekonduktoring sehingga
dilakukan perbandingan antara konduktor lama dengan yang baru dengan
menggunakan aplikasi etap 12.6. Diagram single line etap 12.6 dapat dilihat pada
bab 3 Gambar 3.7 penyaluran sistem transmisi 150 kV dari GI Padang sidempuan
– GI Gunung tua.
Gambar 4.18 Data Hasil Simulasi Aliran Daya Hasil Simulasi Etap 12.6 Konduktor ACCC Lisbon
Losses Report
76
Gambar 4.19 Data Hasil Simulasi Losses Report
Bus Pembebanan
77
beban arus yang dihantar sebesar 371 A. Kapasitas hantar arus jika menggunakan
konduktor tipe ACCC Lisbon sangat besar yaitu 1250 A.
Analisis dari Gambar 4.27 hasil starting menggunakan aplikasi Etap 12.6
bahwa rugi – rugi beban yang disalurkan melalui saluran transmisi, dari penelitian
yang telah dilakukan hasil simulasi Lossesnya dari GI Padang Sidempuan 151 kW
dan setelah disalurkan ke GI Gunung Tua yaitu 144 kW sehingga losess yang
terjadi yaitu 7 kW ini dikarenakan panjang penghantar saluran transmisi yaitu
48.1 km.
78