TUGAS AKHIR
Oleh.
BELLA SEFIA PUTRI
2016310012
i
ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA DENGAN PEMASANGAN
KAPASITOR SHUNT DI GI PAUH LIMO
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi Teknik Elektro
Oleh.
BELLA SEFIA PUTRI
2016310012
ii
Analisis Perbaikan Faktor Daya Dengan Pemasangan Kapasitor Shunt di GI Pauh
Limo
Bella Sefia Putri
2016310012
Program Studi Sarjana Teknik Elektro
ABSTRAK
Saluran transmisi merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem tenaga
listrik dalam menyalurkan energi listrik ke konsumen. Tetapi dengan terjadinya kasus penurunan
tegangan pada saluran transmisi dapat menyebabkan penurunan nilai faktor daya, Ketika nilai
faktor daya rendah pada suatu instalasi listrik dapat merugikan sistem tenaga. Secara
teoritis sistem dengan faktor daya yang rendah tentunya akan menyebabkan arus yang
dibutuhkan dari pensuplai menjadi besar. Oleh kerena itu penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perbaikan faktor daya dengan pemasangan kapasitor shunt di GI Pauh Limo
sisi tegangan 150 KV. Dari simulasi yang dilakukan ditemukan nilai faktor daya rendah
terdapat pada penghantar Indarung (1 dan 2) dan PIP dengan nilai Cos φ Indarung 1 0,78,
Indarung 2 0,72, PIP 0,64. Setelah dilakukan pemasangan kapasitor shunt pada GI pauh
limo didapatkan nilai faktor daya dari Indarung (1 dan 2) yaitu 0,98 dan 0,83, PIP 0,78.
Jadi dengan melakukan pemasangan kapasitor shunt dapat meningkatkan atau
memperbaiki nilai penurunan faktor daya.
Kata kunci: Kasus penurunan tegangan,Rugi-rugi daya ,Segitiga daya, Kapasitor sunt.
iii
Analysis of Power Factor Improvement by Installing Shunt Capacitors at GI Pauh Limo
Bella Sefia Putri
2016310012
Electrical Engineering Undergraduate Study Program
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan judul “Analisis
Perbaikan Faktor Daya Dengan Peasangan Kapasitor Shunt Di GI Pauh Limo“.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelasaikan pendidikan Strata
1 (S1) pada Program Studi Teknik Elektro Sarjana Fakultas Teknik Institut Teknologi
Padang. Selesainya penyusunan Tugas Akhir tidak terlepas dari bantuan dan masukan-
masukan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
v
10. Kakak-kakak, teman-teman serta adik-
adik senasib dan seperjuangan yang telah banyak membantu dalam
penyelesaiaan Tugas Akhir.
Penulis menyadari dalam pengetikan, penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan. Walaupun penulis berusaha dalam sebaik mungkin dalam
penulisan Tugas Akhir ini dengan segala kemampuan penulis yang ada. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritikan dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
vi
DAFTAR ISTILAH
vii
DAFTAR ISI
1
ABSTAK...............................................................................................................................ii
KATA PENGHANTAR.....................................................................................................xii
DAFTAR ISTILAH..........................................................................................................xiii
DAFTAR ISI....................................................................................................................xiiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xi
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
viii
2.6 Program ETAP (Electronic Transien and Analysis Program)...............................29
4.1 Umum....................................................................................................................43
4.2.8 Kapasitor........................................................................................................49
8 BAB V PENUTUP......................................................................................................58
5.1 Kesimpulan............................................................................................................58
5.2 Saran......................................................................................................................58
9 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................60
Lampiran..............................................................................................................................66
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Perbaikan Nilai Faktor Daya Hasil Dari Simulasi
ETAP dan Sesuai SLPN 70..................................................................................................56
xi
DAFTAR TABEL
xii
1BAB I
PENDAHULUAN
Alternatif untuk mengurangi akibat dari meningkatnya arus reaktif ini adalah dengan
melakukan kompensasi daya reaktif, yang bertujuan untuk transportasi daya reaktif pada
jaringan tenaga listrik dan menjaga agar profil tegangan selalu berada pada batas-batas
yang diijinkan. Pemasangan kapasitor secara shunt merupakan salah satu alternatif untuk
mengkompensasi rugi daya reaktif yang disebabkan oleh beban-beban induktif. Kapasitor
menyediakan daya reaktif yang diperlukan oleh induktor. Penggunaan kapasitor selain
memperbaiki faktor daya sistem juga juga dapat mengurangi rugi-rugi daya pada hantaran,
sebagai akibat penurunan nilai arus yang mengalir (Putu dkk, 2004).
Kapasitor merupakan salah satu alat listrik yang sering digunakan untuk memperbaiki
faktor daya, untuk memperbesar nilai cos φ yang rendah adalah dengan cara memperkecil
sudut phi sehingga Cos φ mendekati nilai 1. Sedangkan untuk memperkecil sudut φ hal
yang mungkin dilakukan adalah memperkecil komponen daya reaktif. Berarti komponen
daya reaktif yang ada bersifat induktif harus dikurangi dan pengurangan itu bisa dilakukan
dengan menambah suatu sumber daya reaktif yaitu berupa kapasitor (Darusman, 2011).
Dimana Kapasitor merupakan kumpulan dari beberapa kapasitor yang dihubungkan secara
1
seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik. Penyimpanan yang
dihasilkan kemudian digunakan untuk menetralkan atau memperbaiki kelambatan faktor
daya dan meningkatkan jumlah keseluruhan energi yang tersimpan.
Pada Gardu Induk (GI) Pauh Limo telah dilakukan pemasangan kapasitor untuk membantu
perbaikan kasus penurunan tegangan pada saluran transmisinya sehingga dengan kasus
penurunan tegangan tersebut menyebabkan penurunan faktor daya, dimana penurunan
faktor daya pada GI Pauh Limo ini disebabkan banyaknya beban-beban induktif dari
permintaan konsumen listrik di kota padang yang semakin meningkat yang dipengaruhi
oleh bertambahnya jumlah penduduk dan industri-industri pada saat ini. Dengan kondisi
tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Perbaikan Faktor Daya
Dengan Pemasangan Kapasitor Shunt Pada Gardu Induk Pauh Limo Sisi Tegangan
150 KV. Melakukan simulasi dengan menggunakan software ETAP 12.6 dan dibantu oleh
metode Newton Rhapson.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh beban yang tersambung terhadap penurunan faktor daya.
2. Mengetahui cara memperbaiki nilai faktor daya dengan pemasangan kapasitor bank
di gardu induk
3. Mengetahui persentase daya yang disalurkan ke beban
2
4. Analisis dilakukan dengan melakuan studi aliran daya menggunakan metode Newton
Rhapson.
5. Simulasi dilakukan pada software ETAP 12.6.
3
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan
ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk (Aribowo, 2016). Sistem kelistrikan
antar pusat pembangkit dan pusat beban pada umumnya terpisah dalam ratusan bahkan
ribuan kilometer. Saluran transmisi membawa tenaga listrik dari pusat pembangkitan ke
pusat beban melalui saluran tegangan tinggi 150 kV atau melalui saluran transmisi
tegangan ekstra tinggi 500 kV. Trafo penurunan akan merendahkan tegangan ini menjadi
tegangan subtransmisi 70 kV yang kemudian di gardu induk diturunkan lagi menjadi
tegangan distribusi primer 20 kV. Pada gardu induk distribusi yang tersebar di pusat-pusat
beban tegangan diubah oleh trafo distribusi menjadi tegangan rendah 220/380 V. Pada
saluran transmisi tegangan ekstra tinggi terdapat rugi-rugi tegangan dan rugi-rugi daya
yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor korona dan faktor
kebocoran isolator yang biasanya banyak terjadi pada saluran transmisi tegangan ekstra
tinggi, sehingga mengakibatkan tegangan mengalami penurunan atau biasa disebut dengan
jatuh tegangan.
Jatuh tegangan merupakan penurunan tegangan dimulai dari penyulang sampai sepanjang
saluran jaringan tegangan menengah (Handoko and Winardi, 2012). Fenomena tersebut
disebabkan lantaran kawat saluran yang mempunyai nilai resistansi, induktansi dan
kapasitansi sepanjang saluran, maka akan terjadi penurunan tegangan. Sedangkan rugi
daya adalah selisih antara daya yang dibangkitkan atau dialirkan dari gardu induk dengan
4
daya yang terjual ke pelanggan listrik. Rugi-rugi daya merupakan sifat yang tidak dapat
dihindari, tetapi hanya dapat diminimalkan.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengurangi rugi daya akibat dari banyaknya beban
induktif yakni dengan melakukan kompensasi daya reaktif. Dalam penelitian (Dani and
Hasanuddin, 2018) dikatakan bahwa kompensasi daya reaktif yang diberikan akan
mengurangi besar daya reaktif pada beban induktif. Kapasitor adalah beban kapasitif yang
dapat mengurangi daya reaktif pada beban induktif. Maka penggunaan kapasitor sebagai
kompensator daya reaktif dapat memperbaiki faktor daya yang buruk pada beban.
Sehingga penggunaan daya listrik terhadap kebutuhan beban lebih sesuai.
Sementara itu, dalam menyelesaikan tugas akhirnya (Waaqi, 2010) juga menggunakan
reaktor shunt untuk keefektifan dalam mengkompensasi daya reaktif yang disebabkan oleh
efek Ferranti dimana dapat tercapai ketika nilai induktansi reaktor shunt tersebut dapat
dengan sempurna menormalkan tegangan kerja yang seharusnya diterima sisi kirim saluran
transmisi. Semakin dekat nilai tegangan hasil kompensasi dengan nilai tegangan kerja
normal maka akan semakin sesuai nilai induktansi reaktor shuntnya. Pemasangan kapasitor
shunt (pararel) sangat penting untuk sebuah sistem daya (Fatahillah, 2016) dimana saluran
transmisi akan sangat efektif bila hanya mengirimkan daya aktif saja dimana kebutuhan
daya reaktif beban didapat di dalam sistem distribusi. Hal ini memungkinkan untuk
pengoptimuman saluran transmisi, perbaikan penampilan operasional dan pengurangan
kerugian. (Hardiranto, 2017) dalam menyelesaikan tugas akhirnya juga membahas tentang
analisa optimasi perbaikan faktor daya dan drop tegangan dengan menggunakan kapasitor
bank pada line 5 PT. Bukit Asam (perseo) TBK, dimana dalam upaya perbaikan faktor
daya dan drop tegangan juga menggunakan kapasitor bank untuk memperbaiki rugi-rugi
daya tersebut.
5
Newton Raphson adalah metode pendekatan yang menggunakan satu titik awal dan
mendekatinya dengan memperhatikan slope atau gradien pada titik tersebut. (Sulistiyono,
2011) menyatakan bahwa dasar dari metode Newton Raphson dalam penyelesaian aliran
daya adalah deret Taylor untuk suatu fungsi dengan dua variable lebih. Metode Newton
Rhapson menyelesaikan masalah aliran daya dengan menggunakan suatu set persamaan
non linier untuk menghitung besarnya tegangan dan sudut fasa tegangan tiap bus.
Tenaga listrik dibangkitkan di pusat-pusat tenaga listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG,
PLTGU, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih
dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer)
yang ada di pusat listrik (Nursalam, 2013). Pemberian nama PLTA PLTU PLTP dan
sebagainya yang umum diberikan kepada unit pembangkit listrik di lingkungan PLN
didasarkan atas nama tenaga penggerak mulanya. PLTA misalnya dimana mesin
6
pembangkit listriknya (generator) yang ada di kawasan tersebut digerakan atau diputarkan
oleh suatu turbin penggerak yang berputar karena digerakan oleh pergerakan aliran air
(turbin air) demikian juga halnya dengan PLTU mesin pembangkit listriknya digerakan
oleh turbin uap (Nursalam, 2013).
Saluran tenaga listrik yang menghubungkan pembangkitan dengan gardu induk dikatakan
sebagai saluran transmisi karena saluran ini memakai standard tegangan tinggi yang sering
disebut dengan singkatan SUTT. Dilingkungan operasional PLN saluran transmisi terdapat
dua macam nilai tegangan yaitu saluran transmisi yang bertegangan 70 KV dan saluran
transmisi yang bertegangan 150 KV dimana SUTT 150 KV lebih banyak digunakan dari
pada SUTT 70 KV. Khusus untuk tegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai
tegangan ekstra tinggi yang disingkat dengan nama SUTET (Nursalam, 2013).
Pada saat ini masih ada beberapa saluran transmisi dengantegangan 70 KV namun tidak
dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada
pula yang berupa saluran kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa saluran
udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan dengan saluran kabel tanah adalah
saluran udara mudah terganggu oleh gangguan yang ditimbulkan dari luar sistemnya,
misalnya karena sambaran petir, terkena ranting pohon, binatang, layangan dan lain
sebagainya (Chandra, 2014).
Sistem tenaga listrik di salurkan melalui sistem transmisi untuk sampai ke Gardu Induk
sebagai pusat beban untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun
tegangan (step down transfomer) menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut
sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah
20 KV, 12 KV dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi
primer PLN yang berkembang adalah 20 KV. Berdasarkan gambar 2.1 di atas, sistem
tenaga listrik dapat dibagi ke dalam 4 (empat) Sub-sistem yakni Sub-sistem Pembangkitan,
Sub-sistem Transmisi, dan Sub-sistem Distribusi dan Gradu Induk.
A. SUB-SISTEM PEMBANGKITAN :
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik melalui
berbagai macam pembangkit tenaga listrik (PLTA, PLTU, PLTD, PLTP, PLTG, dsb).
Pada pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber energi alam dirubah oleh penggerak
7
mula menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran, selanjutnya energi
mekanis tersebut dirubah menjadi energi listrik oleh generator.
Proses perubahan energi primer menjadi listrik pada pembangkit adalah sebagai berikut:
1. Pada PLTU bahan bakar yang berasal dari fossil: batubara, minyak bumi, gas alam,
dipakai untuk memanaskan air dan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin
uap.
2. Pada PLTD atau PLTG bahan bakar minyak atau gas alam dipakai untuk
menggerakkan mesin diesel atau turbin gas.
3. Pada PLTN bahan galian uranium atau thorium, menghasilkan reaksi yang
mengeluarkan panas dan memproduksi uap air untuk memutar turbin uap.
4. Pada PLTA energi potensial air diubah menjadi energi kinetic dan selanjutnya
energi mekanik memutar turbin air.
5. Pada PLTB (Bayu) tenaga angin dipakai untuk memutar turbin.
6. Pada PLTS (Surya) sinar matahari pada sel fotovoltaik menghasilkan arus listrik.
B. SUB-SISTEM TRANSMISI
Sub-Sistem Transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat
beban melalui saluran transmisi. Agar rugi-rugi energi listrik berkurang, maka energi
listrik tersebut ditransmisikan dengan saluran transmisi tegangan tinggi (150 kV) maupun
tegangan ekstra tinggi (500 kV). Untuk itu sebelum ditransmisikan, tegangan listrik
terlebih dahulu dinaikkan pada trafo penaik tegangan (step-up transformer). Saluran
transmisi tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 kV, 150 kV dan
500 kV (SUTET). Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada yang berupa
kabel tanah, atau kabel laut. Misalnya yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura, serta
antara pulau Jawa dan Bali adalah kabel laut 150 kV.
C. SUB-SISTEM DISTRIBUSI
Sub-Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen (pabrik,
industri, perumahan dan sebagainya). Listrik yang berasal dari saluran transmisi dengan
tegangan Tinggi atau Ekstra Tinggi, pada pada gardu induk diubah menjadi tegangan
menengah atau tegangan distribusi primer, yang selanjutnya diturunkan lagi menjadi
tegangan rendah untuk konsumen. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah
tegangan menengah 20 kV dan tegangan rendah 380/220 V.
8
Jaringan antara pusat listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Sedangkan setelah
keluar dari GI biasa disebut jaringan distribusi. Listrik yang disalurkan melalui jaringan
distribusi primer maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu
distribusi menjadi tegangan rendah 380/220 Volt, kemudian disalurkan ke rumah-rumah
pelanggan (konsumen) PLN melalui sambungan rumah. Namun untuk pelanggan-
pelanggan dengan daya besar seperti pabrik-pabrik, listrik tidak disalurkan lewat jaringan
tegangan rendah, melainkan disambung langsung pada jaringan tegangan menengah,
bahkan ada pula yang disambung pada jaringan transmisi tegangan tinggi, untuk daya yang
lebih besar.
D. GARDU INDUK
Diantara ketiga sub-sistem di atas, terdapat gardu induk yang merupakan suatu instalasi
listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi
penghubung listrik dari jaringan transmisi kejaringan distribusi primer dan berfungsi gardu
induk dalam tenaga listrik yaitu mentransformasikan dari tegangan tinggi ketegangan
menengah atau sebaliknya dari tegangan menengah ketegangan tinggi. Pada dasarnya
gardu induk terdiri dari saluran masuk dan dilengkapi dengan transformator daya, peralatan
ukur, peralatan penghubung dan lainnya yang saling menunjang. Secara umum fungsi dari
gardu induk adalah sebagai berikut.
1. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ketegangan yang
lainnya atau tegangan menengah.
2. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem tenaga
listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu distribusi
melalui feeder tegangan menengah.
9
Gambar 2.2 Gardu induk Pauh Limo
Gardu induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu: menurut pemasangan
peralatan, menurut tegangan dan menurut fungsinya menurut fungsinya seperti ditunjukkan
oleh gambar 2.3 berikut.
GARDU INDUK
10
peralatan panel kontrol, meja penghubung (switch board) dan baterai. Gardu
Induk jenis ini ini memerlukan tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya
lebih murah dan pendinginannya murah.
b. Gardu distribusi
Yaitu gardu induk yang menerima tenaga dari gardu induk transmisi dengan
menurunkan tegangannya melalui transformator tenaga menjadi tegangan
11
menengah (20 kV) untuk kemudian tegangan tersebut diturunkan kembali
menjadi tegangan rendah (220/380 V) sesuai dengan kebutuhan.
e. Gardu distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ketegangan
distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
12
2.3 Daya dan Faktor Daya
2.3.1 Daya Listrik
Daya listrik adalah laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan SI daya
listrik adalah watt, yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan
waktu (joule/detik). Dalam rangkaian arus searah besarnya daya yang diserap dalam suatu
beban listrik ditentukan oleh nilai tahanan beban serta besar arus yang mengalir pada
beban tersebut. Pada rangkaian DC, daya dalam watt merupakan perkalian antara arus (I)
dan tegangan (V). Jadi P = V I. Tetapi dalam rangkaian AC, persamaan P = V I hanya
benar untuk harga sesaat saja atau kondisi tertentu yaitu pada saat arus dan tegangan sefasa
(beban resistif). Tetapi dalam banyak hal beban-beban listrik tidak hanya terdiri dari
resistansi saja, melainkan kombinasi dari beberapa jenis tahanan. Misalnya resistansi
dengan reaktansi induktif, resistansi dengan reaktansi kapasitif atau kombinasi dari
ketiganya (Nuraeni dan Charles, 2013). Oleh sebab itu dapat di pastikan dalam banyak
kondisi pada rangkaian arus bolak-balik akan terjadi geseran fasa antara arus dan tegangan.
Hal ini akan mempengaruhi perhitungan daya, dimana perkalian antara arus dan tegangan
belum menghasilkan daya nyata dalam watt, tetapi merupakan daya semu.
Daya semu adalah daya yang terukur atau terbaca pada alat ukur, daya ini diperoleh dari
penjumlahan vektor daya reaktif (Q) dan daya aktif (P). Jika digambarkan dalam bentuk
segitiga daya seperti gambar 2.4 di bawah, maka daya semu direpresentasikan oleh sisi
miring dan daya aktif maupun reaktif direpresentasikan oleh sisi-sisi segitiga yang saling
tegak lurus. Dari gambar terlihat pula bahwa semakin besar nila daya reaktif (Q) akan
meningkatkan sudut antara daya aktif dan daya semu atau biasa disebut dengan power
factor (cos φ), sehingga daya yang terbaca pada alat ukur (S) lebih besar dari pada daya
yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban (P).
13
1. Daya Aktif. Daya aktif adalah daya yang memang benar-benar digunakan dan
terukur pada beban. Daya aktif dibedakan berdasarkan penggunaanya, yaitu pada
satu fasa atau tiga fasa. Secara matematis dapat ditulis,
P V I cos (2.1)
Atau
P V I cos 3 (2.2)
Keterangan :
P = Daya aktif (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Amper)
Cos φ = Faktor Daya
2. Daya Semu. Daya semu adalah nilai tenaga listrik yang melalui suatu penghantar.
Daya semu merupakan hasil perkalian dari tegangan dan arus yang melalui
penghantar. Daya semu dibedakan berdasarkan penggunaannya, yaitu pada satu fasa
dan tiga fasa. Secara matematis dapat dituliskan,
P=V . I (2.3)
Atau
P=V . I . √ 3 (2.4)
Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
3. Daya Reaktif. Daya reaktif adalah daya yang dihasilkan oleh peralatan-peralatan
listrik. Sebagai contoh, pada motor listrik terdapat 2 daya reaktif panas dan mekanik.
Daya reaktif panas karena kumparan pada motor dan daya reaktif mekanik karena
perputaran. Daya reaktif adalah hasil perkalian dari tegangan dan arus dengan vektor
daya. Secara matematis dapat dituliskan,
P=V . I . sin φ (2.5)
Atau
P=V . I . sin φ . √ 3 (2.6)
14
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
Sin φ = Besaran Vektor Daya
Faktor daya yang dinotasikan cos φ didefinisikan sebagai perbandingan antara arus yang
dapat menghasilkan kerja di dalam suatu rangkaian terhadap arus total yang masuk
kedalam rangkaian atau dapat dikatakan sebagai perbandingan daya aktif dan daya semu
(Rizal, 2012). Faktor daya merupakan cosinus dari beda sudut fasa antara arus dan
tegangan. Faktor daya disimbolkan dengan cos φ dan mempunyai rentang nilai antara 0
sampai 1. Semakin mendekati 1 maka nilai faktor daya akan semakin baik. Kemudian
untuk mencari nilai faktor daya dapat dilakukan dengan membagi daya aktif (P) dengan
daya komplex (S) seperti di bawah ini.
W
Pf = (2.7)
VA
V . I . cosφ (2.8)
Pf =
V.I
Pf =cos φ (2.9)
Pada rangkaian induktif, arus tertinggal dari tegangan, oleh sebab itu rangkaian ini
memiliki faktor daya tertingggal atau lagging. Sedangkan pada rangkaian kapasitif, arus
15
mendahului tegangan, oleh sebab itu rangkaian ini memiliki faktor daya mendahului atau
leading.
16
(a)
(b)
Gambar 2.5 Ilustrasi pengaruh faktor daya pada gelombang sinus, (a) faktor daya
tertinggal; (b) faktor daya mendahului (Nursalam, 2013).
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam persen,
dimana faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu. Berdasarkan standar PLN
(SPLN) 70-1 ditetapkan bahwa faktor daya minimal adalah 0,85 (> 0,85), sehingga nilai
faktor daya yang kecil dari 0,85 dianggap sebagai faktor daya jelek. Jika faktor daya lebih
kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan akan berkurang. Kapasitas
itu akan terus menurun seiring dengan menurunnya faktor daya sistem kelistrikan. Proses
penyaluran tenaga listrik dalam saluran transmisi dan distribusi terdapat daya listrik yang
hilang, hilangnya daya listrik disebut dengan rugi-rugi atau losses. Dalam kata lain, rugi-
rugi daya adalah selisih antara daya kirim dan daya terima.
17
2.3.3 Perbaikan atau Koreksi Faktor Daya
Perbaikan faktor daya umumnya adalah penambahan komponen sebagai pembangkit daya
reaktif (Reactif power generation) yang memungkinkan untuk mensuplai kebutuhan kVAR
pada beban-beban induktif, untuk merencanakan suatu sistem dalam memperbaiki faktor
daya, dapat dipergunakan suatu konsep yaitu kompensator ideal, dimana sistem ini dapat
dihubungkan pada titik penyambungan secara paralel dengan beban dan memenuhi 3
fungsi utama, yaitu memperbaiki faktor daya mendekati nilai 1 (unity power factor),
mengurangi atau mengeliminasi regulasi tegangan dan menyeimbangkan arus beban dan
tegangan fasa. Untuk memenuhi kebutuhan daya reaktif yang efektif dan efisien, maka
perlu dilakukan pemilihan sumber daya reaktif untuk perbaikan faktor daya (Nursalam,
2013).
Kapasitor merupakan salah satu kompensator yang dapat menyeimbangkan daya reaktif
untuk perbaikan faktor daya. Dalam aplikasinya pembangkitan daya reaktif pada
perencanaan daya dan pensuplaiannya kebeban-beban yang berlokasi pada jarak yang jauh
adalah tidak ekonomis, tetapi dapat dengan mudah disediakan oleh kapasitor yang
ditempatkan pada pusat beban. Oleh sebab itu, sering ditemui dalam pusat-pusat
pengaturan beban (gardu induk) dipasang kapasitor sebagai kompensator daya reaktif.
Dengan mengasumsikan beban disuplai dengan daya aktif P, daya reaktif tertinggal Q1, dan
daya semu S1, pada faktor daya tertinggal bahwa:
18
Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya adalah:
Keuntungan lain dari pemasangan kapasitor adalah perbaikan faktor daya dan pengurangan
kVA yang mengalir pada jaringan. Dengan pemasangan kapasitor akan mengurangi daya
reaktif yang mengalir pada jaringan, sehingga dengan daya nyata yang sama, maka faktor
daya akan lebih besar dan kVA akan berkurang.
19
peningkatan kualitas tegangan dan kualitas daya (power quality), serta penurunan arus
listrik yang mengalir pada beban sehingga dapat menambah beban tanpa perlu menambah
atau membangun saluran yang baru. Kapasitor shunt mensuplai daya reaktif atau arus
untuk menetralkan komponen keluaran antar fasa dari arus yang diperlukan oleh beban
induktif.
Kapasitor seri dan pararel (shunt) pada sistem daya menimbulkan daya reaktif untuk
memperbaiki faktor daya dan tegangan kerenanya menambah kapasitas sistem dan
mengurangi kerugian. Dalam kapasitor seri daya reaktif sebanding dengan kuadrat arus
beban sedangkan pada kapasitor pararel (shunt) berbanding lurus dengan kuadrat tegangan.
Selain itu secara umum dapat dikatakan bahwa dari segi ekonomi biaya untuk pemasangan
kapasitor seri lebih tinggi dari pada kapasitor paralel. Kapasitor ini terhubung paralel pada
jaringan maupun langsung pada beban, dengan tujuan untuk perbaikan faktor daya, sebagai
pengatur tegangan maupun untuk mengurangi kerugian daya dan tegangan pada jaringan.
20
1. Fixed type, yaitu dengan memberikan sebuah beban kapasitif yang tetap ataupun
berubah-rubah pada beban. Pada tipe ini harus dipertimbangkan adalah pada saat
pemasangan kapasitor tanpa beban.
2. Automatic type, yaitu memberikan beban kapasitif yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan kapasitor bank yang terpasang. Pada tipe ini jenis panel dilengkapi dengan
sebuah Power Factor Controller (PFC) sebagai pengaman. PFC akan menjaga cos φ
pada jaringan listrik yang sesuai dengan target yang ditentukan. Apabila pada tipe ini
terjadi perubahan beban, maka PFC secara otamatis akan memperbaiki cos φ.
Dengan anggapan tegangan sisi beban dipertahankan konstan, maka dari gambar dibawah
ini terlihat bahwa dengan menggunakan kapasitor shunt, maka arus reaktif yang mengalir
pada saluran akan berkurang. Hal ini menyebabkan berkurangnya penurunan tegangan
pada saluran, sehingga diperlukan tegangan sumber yang tidak berbeda jauh dengan
tegangan terima. Berkurangnya arus reaktif yang mengalir pada saluran akan memberikan
penurunan rugi-rugi daya dan rugi-rugi energi.
Gambar 2.8 Diagram vektor pada rangkaian pada faktor daya lagging tanpa kapasitor
shunt (Handoko & Winardi, 2012)
21
Gambar 2.9 Diagram vektor pada rangkaian pada faktordaya lagging dengan kapasitor
shunt (Handoko & Winardi, 2012)
Kapasitor shunt mensuplai daya reaktif atau arus untuk menetralkan komponen keluaranan
terphasa dari arus yang diperlukan oleh beban induktif. Penurunan tegangan pada
penyulang, atau pada saluran transmisi yang pendek dengan faktor daya yang ketinggalan
dapat dihitung sebagai berikut:
𝑉𝑅 = 𝐼𝐶𝑋𝐿. (2.21)
22
2. Sectoral Compensation, yaitu beberapa panel kapasitor yang dipasang pada setiap
panel sub-distribution panel.
3. Individual Compensation, dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada
masing masing beban yang akan digunakan khususnya beban yang mempunyai daya
yang besar.
23
D. Kapasitor Bank
Capasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang akan berfungsi
sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60
Kvar. Dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt.
E. Reactive Power Regulator
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan
disupply ke jaringan/ system dapat bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan
acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya reaktif
yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur kapan dan berapa
daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps
, 12 steps sampai 18 steps. Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor
antara lain :
1. Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic
contactor secara manual.- Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih
system operasional auto dari modul atau manual dari push button.
2. Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambein temperature dalam
ruang panel kapasitor. Karena kapasitor , kontaktor dan kabel penghantar
mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperature ruang panel
meningkat. Setelah setting dari thermostat terlampaui maka exhust fan akan
otomatic berhenti.
F. Setup C/K PFR
Kapasitor Bank agar Power Factor Regulator (PFR) yang terpasang pada Panel Capacitor
Bank dapat bekerja secara maksimal dalam melakukan otomatisasi mengendalikan kerja
kapacitor maka diperlukan setup C/K yang sesuai.
2.4.4 Pemasangan Kapasitor Untuk Perbaikan Faktor Daya
Insinyur sistem tenaga biasanya menganggap sebuah kapasitor sebagai generator daya
reaktif positif, dan bukannya sebagai suatu beban yang memerlukan daya reaktif negatif.
Konsep ini sangat masuk akal, karena sebuah kapasitor yang menarik daya reaktif negatif
dan terpasang paralel dengan sebuah beban induktif akan mengurangi daya reaktif yang
seharusnya disuplay seluruhnya oleh sistem kepada beban induktif. Dengan kata lain,
kapasitor mencatu daya reaktif yang diperlukan oleh beban induktif. Hal ini sama saja
dengan menganggapsebuah kapasitor sebagai suatu alat yang memberikan arus yang
ketinggalan (lagging) dan bukannya sebagai alat yang menarik arus yang mendahului
(leading).
24
Jadi, sebuah kapasitor variabel yang terpasang paralel pada suatu beban induktif dapat
diatur sedemikian rupa sehingga arus yang mendahului pada kapasitor menjadi tepat sama
besar dengan komponen arus pada beban induktif yang tertinggal 90° terhadap tegangan.
Jadi arus total sefasa dengan tegangan. Rangkaian induktif masih memerlukan daya reaktif
positif, tetapi daya reaktif nettonya nol. Inilah alasannya mengapa insinyur sistem tenaga
lebih suka menganggap kapasitor sebagai pencatu daya reaktif kepada beban induktif
(Nursalam, 2013).
25
tanpa peringatan. Implementasi metode ini biasanya mendeteksi dan mengatasi kegagalan
konvergensi.
Diketahui fungsi ƒ(x) dan turunannya ƒ '(x), kita memulai dengan tebakan pertama, x0.
Hampiran yang lebih baik x1 adalah:
f ( x ¿¿ 0)
x 1=x 0− ¿ (2.22)
f '( x¿¿ 0) ¿
Gagasan metode ini adalah sebagai berikut: kita memulai dengan tebakan awal yang cukup
dekat terhadap akar yang sebenarnya, kemudian fungsi tersebut dihampiri dengan garis
singgungnya (yang dapat dihitung dengan alat-alat kalkulus, dan kita dapat menghitung
perpotongan garis ini dengan sumbu-x (yang dapat dilakukan dengan mudah menggunakan
aljabar dasar). Perpotongan dengan sumbu-x ini biasanya merupakan hampiran yang lebih
baik keakar fungsi dari pada tebakan awal, dan metode ini dapat diiterasi.
Kita memulai proses dengan nilai awal sembarang x0. Metode ini biasanya akan
mengerucut pada akar, dengan syarat tebakan awal cukup dekat pada akar tersebut, dan
bahwa ƒ'(x0) ≠ 0.
26
Gambar 2.10 Ilustrasi metode Newton Rhapson
Ilustrasi iterasi metode Newton (fungsi ƒ ditunjukkan dengan warna biru dan garis
singgung dalam warna merah). Kita melihat bahwa xn+1 adalah hampiran yang lebih baik
dari pada xn untuk akar x dari fungsi f. Gagasan dasar dari metode ini adalah grafik f
dhampiri oleh garis-garis siggung yang sesuai. Dengan menggunkan x 0 sebagai aproksinasi
pertama terhadap akar (diperoleh dari lokalisasi akar-akar dari f(x) = 0), terapkan x 1
sebagai absis titik potong antara sumbu x dan garis singgung pada kurva f yang melalui
(x0, f(x0)). Nilai x1 tersebut merupakan aproksimasi kedua dari akar f(x) yang lebih baik
f ( x0 )
dari aproksimasi pertama. Makaf ' (x ¿¿ 0)= ¿ , sehingga diperoleh
x 0− x1
f ( x0 )
x 1=x 0− . Langkah kedua adalah menghitung x2 darix1, yaitudiperoleh
f ' (x ¿¿ 0)¿
f ( x0 ) f ( x1 )
x 2=x 1− ' dengan menggunakanf ' (x ¿¿1)= ¿. Langkah ketiga menghitung
f (x ¿¿ 0)¿ x 1−x 2
x3 dari x2, dan seterusnya sehingga diperoleh aproksimasi yang lebih baik. Iterasi
dihentikan jika dua iterasi berurutan menghasilkan hampiran akar yang sama. Dalam
rumus iterasi tersebut terdapat pembagian dengan f ' (x ¿¿ n)¿. Dengan demikian dengan
metode berhasil maka selama proses iterasi f ' (x ¿¿ n)¿ tidak boleh sama dengan nol.
27
Metode Newton-Raphson adalah metode penyelesaian suatu persamaan non linier dengan
non variable (Grainger dan Stevenson, 1994). Ekspansi deret Taylor pada fungsi dengan
dua atau lebih variable adalah dasar metode ini untuk menyelesaikan masalah aliran daya.
Misalkan suatu persamaan fungsi h1 dengan variable X1 dan X2 yang sama dengan
konstanta b1 dinyatakan dengan :
g1 ( x 1 , x 2, u )−h 1 ( x 1 , x 2 , u ) −b1 −0
(2.25)
dan persamaan kedua mangandung variable x1 dan x2 yang sama dengan konstanta b2, yaitu
:
g2 ( x 1 , x 2, u )−h2 ( x 1 , x2 , u ) −b 2−0
(2.26)
Factor koreksi dibutuhkan untuk memperoleh penyelesaian x1 dan x2 yang dapat dituliskan
sebagai berikut :
g1 ( x ¿1 , x .2 ,u )=g 1 ( x (10 ) + Δx (10 ) + x (20 ) + Δx (20 ) , u )−b1 =0
(2.27)
g2 ( x ¿1 , x .2 , u ) =g 2 ( x (10 ) + Δx 1(0 ) + x (20 ) + Δx (20 ) , u )−b2 =0
(2.28)
dengan x ¿1 dan x ¿2 adalah penyelesaian yang benar untuk x dan x , x (10 ) dan x (20 )
1 2
adalah nilai x1 dan x2 pada kondisi awal Δx (10 ) dan Δx (20 ) adalah factor koreksi nilai x1
dan x2 pada kondisis awal. Jika ekspansi deret Taylor digunakan pada persamaan (2.27)
dan (2.28) menghasilkan :
(0 )
δg δg1
¿ ¿
g1 ( x 1 , x 2 ,u ) =g1 x (10 ) , x (20 ) ,u
( ) Δx (10 ) 1 |¿ ( 0 ) +Δx(10 ) | +. .. .=0
δx1 δx2 (2.29)
δg2 δg2 ( 0 )
¿ ¿
g2 ( x 1 , x 2 ,u ) =g 2 x (10 ) , x (20 ) ,u
( ) Δx(10 ) |¿ ( 0 ) +Δx(10 ) | +.. ..=0
δx1 δx2 (2.30)
jika persamaan (2.11) dan (2.12) di atas ditulis dalam bentuk matrik, maka diperoleh :
(0 )
δg 1 δg 1
[ ]
δx 1
δg 2
δx 1
δx 2
δg 2
δx 2
Δx (10 )
[ ][
Δx 2
(0 )
=
0−g1 ( x(10 ) , x (20 ) , u )
( 0)
0−g2 ( x 1 , x2 , u )
( 0)
Dan J(0) adalah jacobian dari derivasi persial fungís g 1 dan g2 terhadap x1 dan x2 pada
][
=
b 1−h1 ( x (10 ) , x (20 ) ,u )
( 0)
b2 −h 2 ( x 1 , x 2 ,u )
( 0)
]
(2.31)
28
yang merupakan persamaan faktor koreksi. Nilai akhir x 1 dan x2 diperoleh bila nilai
|Δx1(0 )| dan |Δx (20 )| lebih kecil dari toleransi yang diberikan. Bila melebihi toleransi yang
(1 ) (1 )
diberikan, maka estimasi baru dari x1 dan x2 yakni x 1 dan x 2 dimasukan pada fungís
g1 dan g2 pada persamaan (2.11) dan (2.12) yang nilainya adalah :
(1 ) ( 0) (0 )
x 1 =x1 + Δx 1 ;
x (21 ) =x(20 ) + Δx (21
0)
(2.33)
nilai-nilai ini kemudian dievaluasi dengan persamaan (2.13) dan (2.14).
Penyelesaian aliran daya dengan metode Newton-Raphson memakai persamaan hubungan
daya aktif dan daya reaktif dengan magnitude tegangan dan sudut tegangan, maka
didapatkan :
¿ n≠1 ¿ ¿ ¿ ¿
N (2.34)
¿ n ≠1 ¿ ¿ ¿ ¿
N (2.35)
ΔP i=Pi ,sch−Pi ,calc (2.36)
ΔQi =Qi ,sch−Qi , calc (2.37)
Daya nyata Pi (untuk n bus) adalah :
∂ P1 ∂ P1 ∂ P1 ∂ P1
ΔP i= Δδ 2 + Δδ 3 + Δδ 4 +. ..+
∂ δ2
∂ δ3 ∂δ 4 ∂ δn
∂P ∂P ∂P ∂P
+ 1 Δ|V 2|+ 1 Δ|V 3|+ 1 Δ|V 4|+. . .+ 1 Δ|V n|
∂|V 2| ∂|V 3| ∂|V 4| ∂|V n| (2.38)
Membagi bagian kedua dengan magnitude tegangan masing-masing, maka didapatkan :
∂ P1 ∂P ∂P ∂P
ΔP i= Δδ 2 + 1 Δδ 3 + 1 Δδ 4 +. ..+ 1
∂ δ2 ∂ δ3 ∂δ 4 ∂ δn
∂ P Δ|V 2| ∂ P1 Δ|V 3| ∂ P 1 Δ|V 4| ∂ P Δ|V n|
+ 1 + + +. ..+ 1
∂|V 2||V 2| ∂|V 3| |V 3| ∂|V 4||V 4| ∂|V n||V n| (2.39)
dan daya rekatifnya menjadi :
29
∂ Q1 ∂Q ∂Q ∂Q
ΔQ i= Δδ 2+ 1 Δδ 3 + 1 Δδ 4 +...+ 1
∂ δ2 ∂ δ3 ∂δ 4 ∂ δn
∂Q Δ|V 2| ∂Q1 Δ|V 3| ∂ Q1 Δ|V 4| ∂ Q Δ|V n|
+ 1 + + +. ..+ 1
∂|V 2||V 2| ∂|V 3| |V 3| ∂|V 4||V 4| ∂|V n||V n| (2.40)
Bila sistem mempunyai n bus, maka :
∂ P2 ∂ P2 ∂ P2 ∂ P2
⋯ ⋮ |V 2| ⋯ |V n|
[ [] ] [ ]
∂δ2 ∂δn ∂|V 2| ∂|V n| Δδ 2
⋮ J 11 ⋮ ⋮ ⋮ J 12 ⋮ ⋮ ΔP2
∂ Pn ∂ Pn ∂ Pn ∂ Pn Δδ n ⋮
⋯ ⋮ |V n| ⋯ |V n|
∂δ2 ∂δn ∂|V 2| ∂|V n| ⋯ ΔPn
⋯ ⋯ ⋯ ⋮ ⋮ ⋯ ⋮ Δ|V 2| = ⋯
∂Q2 ∂Q2 ∂ Q2 ∂ P2 |V 2| ΔQ2
⋯ ⋮ |V 2| ⋯ |V n|
∂δ2 ∂δn ∂|V 2| ∂|V n| ⋮ ⋮
⋮ J 21 ⋮ ⋮ ⋮ J 22 ⋮ Δ|V n| ΔQ n
∂Qn ∂Qn ∂ Qn ∂ Qn |V n|
⋯ ⋮ |V 2| ⋯ |V n|
∂δ2 ∂δn ∂|V 2| ∂|V n|
(2.41)
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk :
ΔP =J Δδ
[ ] [ ]
ΔQ ΔV (2.42)
J adalah matrik jacobian.
2.6 Program ETAP (Electronic Transien and Analysis Program)
ETAP merupakan suatu perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik.Perangkat
ini mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk
pengelolaan data real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time.
Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan
untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi
tenaga listrik. ETAP ini awalnya dibuat dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
kearnanan fasiitas nuklir di Arnerika Serikat yang selanjutnya dikembangkan menjadi
sistem monitor manajemen energi secara real time, simulasi, kontrol, dan optimasi sistem
tenaga listrik, (Awaluddin, 2007). ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem
tenaga listrik dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem
pentanahan untuk berbagai bentuk analisis, antara lain: aliran daya, hubung singkat,
starting motor, transient stability, koordinasi relay proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek
sistem tenaga listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit langsung
dari diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil
30
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis. Etap Power Station
memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung dengan tampilan gambar single line
diagram/diagram satu garis . Program ini dirancang sesuai dengan tiga konsep utama:
a. Virtual Reality Operasi
Sistem operational yang ada pada program sangat mirip dengan i pada kondisi
real nya. Misalnya, ketika Anda membuka atau menutup sebuah sirkuit breaker,
menempatkan suatu elemen pada sistem, mengubah status operasi suatu motor,
dan utnuk kondisi de-energized pada suatu elemen dan sub-elemen sistem
ditunjukkan pada gambar single line diagram dengan warna abu-abu.
b. Total Integration Data
Etap Power Station menggabungkan informasi sistem elektrikal, sistem logika,
sistem mekanik, dan data fisik dari suatu elemen yang dimasukkan dalam
sistem database yang sama. Misalnya, untuk elemen subuah kabel, tidak hanya
berisikan data kelistrikan dan tentang dimensi fisik nya, tapi juga memberikan
informasi melalui raceways yang di lewati oleh kabel tersebut. Dengan
demikian, data untuk satu kabel dapat digunakan untuk dalam menganalisa
aliran beban (load flow analysis) dan analisa hubung singkat (short-circuit
analysis) yang membutuhkan parameter listrik dan parameter koneksi- serta
perhitungan ampacity derating suatu kabel yang memerlukan data fisik routing.
c. Simplicity in Data Entry
Etap Power Station memiliki data yang detail untuk setiap elemen yang
digunakan. Dengan menggunakan editor data, dapat mempercepat proses entri
data suatu elemen. Data-data yang ada pada program ini telah di masukkan
sesuai dengan data-data yang ada di lapangan untuk berbagai jenis analisa atau
desain.
ETAP PowerStation dapat melakukan penggambaran single line diagram secara
grafis dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni load flow (aliran daya),
short circuit (hubung singkat), motor starting, harmonisa, transient stability,
protective device coordination, dan cable derating.
ETAP Power Station juga menyediakan fasilitas library yang akan
mempermudah desain suatu sistem kelistrikan. Library ini dapat diedit atau
dapat ditambahkan dengan informasi peralatan bila perlu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP PowerStation adalah :
31
• One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen/peralatan listrik
sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan.
• Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam system
kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang detail/lengkap dapat
mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi/analisa.
• Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau ANSII,
frekuensi sistem dan metode-metode yang dipakai.
• Study Case, berisikan parameter-parameter yang berhubungan dengan metode
studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa
32
3BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
33
Gambar 3.11 Diagram fishbone alur penelitian
Awal penelitian dilakukan dengan memulai input data dengan menggunakan software
ETAP 12.6 yaitu data beban, data kapasitor, beban saluran, panjang saluran, jenis kawat,
luas penampang dan impedansi saluran. Langkah selanjutnya dilakukan simulasi aliran
daya dengan metode Newton Rhapson pada ETAP 12.6 yaitu tegangan bus, daya aktif
daya reaktif, dan faktor daya. Setelah simulasi selesai dan di dapatkan hasil yang sesuai
maka penelitian selesai dan jika belum mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan lagi
penelitian, untuk metode penelitiannya dapat dilihat pada flowchart di bawah ini.
34
Gambar 3.12 Flow Chart proses pengolahan data
35
0.01+j0.03
Bus 1 Bus 3
G1 3~
0.03+j0.04 0.0125+j0.025 G2 3~
0 0 |V3|=1.04
Bus 2
400 MW
250 MVAR
[
Y bus= −10+ j20 26− j52 −16+ j32
−10− j30 −16+ j32 26− j 62 ]
Dari perhitungan diatas nilai impedansi pada jaringan adalah sebagai berikut :
Z12 = 0,02 + j0,04
Z13 = 0,01 + j0,03
Z23 = 0,0125 + j0,025
Untuk mendapatkan bentuk matriks admitansi, maka nilai impedansi diubah ke admitansi.
1
y 12=
Dimana : 0 ,02+ j 0 ,04
1
=
0 ,04472∠116 ,565 0
= 22,361359 ∠ -116,5650
= 10 – j20
Y12 = -y12
36
= -( 10 – j20 )
= -10 + j20
Untuk perubahan impedansi yang lain ke admitansi juga melalui langkah seperti di atas.
Kemudian disusunlah bentuk matriks admitansi dimana elemen-elemennya adalah:
Y 11 Y 12 Y 13
[
Y bus= Y 21 Y 22 Y 23
Y 31 Y 32 Y 33 ]
Dimana : Y11 = -Y12 – Y13
Perubahan matriks admitansi bus ke bentuk polar dengan sudut dalam radian
[
Y bus= 22 ,36068 ∠2 ,0344 0 58 , 1378 ∠−1 , 10710 35 , 77709∠2 , 0344 0
31 ,622785 ∠1 ,8929 0 35 , 77709 ∠2, 0344 0 67 , 23095 ∠−1, 17370 ]
Daya beban dan daya real yang dibangkitkan dinyatakan dalam perunit
( 400+ j 250 )
S sch=− =−4,0− j 2,5 pu
2 100
200
P sch= =2,0 pu
3 100
|V (0 )|
Tegangan slack bus V1 = 1,05 ∠ 0 pu dan besar tegangan bus 3 adalah 2 =1,0,2(0)
= 0,0 dan 3(0) = 0,0
Daya sisa,
P2(0) = P2sch – P2(0)
= –4,0 – (–1,14)
= –2,8600
P3(0) = P3sch – P3(0)
= 2,0 – (0,5616)
= 1,4384
Q2(0) = Q2sch – P2(0)
= –2,5 – (–2,28)
= –0,2200
Evaluasi elemen matrik jacobian dengan perhitungan awal, set persamaan linier pada
iterasi pertama menjadi :
37
Δδ
][ ]
−2, 8600 54 . 2800 −33 .2800 24 . 8600 (0 )
[ ][
2
1 , 4384 = −33 . 2800 66 .0400 −16 . 6400 Δδ (0 )
3
−0 ,2200 −27 . 1400 16 .6400 49 . 7200
Δ|V ( 0 )|
2
Diperoleh penyelesaian persamaan matriks diatas tegangan bus baru dalam iterasi pertama
yaitu :
2(0) = -0,045263 2(1) = 0 + ( -0,045263 ) = -0,045263
3(0) = -0,007718 3(1) = 0 + ( -0,00718 ) = -0,0718
|V (0 )| |V (1 )|
2 = -0,026548 2 = 1 + ( -0,026548 ) = 0,97345
Sudut phasa tegangan dalam radian. Untuk iterasi kedua diperoleh
Δδ
][ ]
−0 , 099218 51 .72467 −31. 76562 21. 30257 ( 0)
[ ][
2
0 , 021715 = −33 . 98164 65 . 656383 −15. 37909 Δδ ( 0)
3
−0 , 050914 −28. 53858 17 . 40284 48. 103592
Δ|V ( 0 )|
2
Dan
2(1) = -0,001795 2(2) = -0,045263 + ( -0,001795 ) = -0,04706
3(1) = -0,000985 3(2) = 0,0077818 + ( -0,000985 ) = 0,00870
|V (1 )| |V (1 )|
2 = -0,001767 2 = 0,973451 + ( -0,001767 ) = 0,971684
Untuk iterasi ketiga diperoleh
Δδ
][ ]
−0 , 000216 51 .596701 −31 .693866 21 . 147447 ( 2)
[ ][
2
0 , 000038 = −32. 933865 65 .597585 −15. 351628 Δδ ( 2)
3
−0 ,000143 −28. 548205 17 .396932 48 . 103592
Δ|V ( 2|
)
2
Dan
2(2) = -0,000038 2(3) = -0,047058 + ( -0,0000038 ) = -0,04706
3(2) = -0,0000024 3(3) = 0,008703 + ( -0,0000024 ) = 0,008705
|V (2 )| |V (3 )|
2 = -0,0000044 2 = 0,973451 + ( -0,0000044 ) =
0,97168
Penyelesaian pada iterasi ke 3 dengan daya maksimum tak sebanding 2,5 x 10 -2 dengan
V2 = 0,97168 ∠ -2,6960 dan V3 = 1,04 ∠ -0,49880
Sehingga besar daya reaktif bus 3 dan daya real dan daya reaktif pada slack bus adalah :
Q3 = 1,4617 pu
P1 = 2,1842 pu
38
Q1 = 1,4085 pu
Untuk mengetahui validasi dengan simulasi maka data sistem 3 bus dimasukkan kedalam
simulasi dan akan tampak berapa besar nilai yang tertera pada hasil pemrograman.
Untuk daya beban ( S ) dan daya real (P) yang dibangkitkan dihitung dalam perunit dimana
nilai sebenarnya dibagi dengan nilai dasar.
nilai sebenarnya
pu=
nilai dasar
Kemudian dihitung selisih daya aktif dan reaktif pada P2, P3 dan Q3, digunakan
rumusan sebagai berikut :
P2(k) = P2sch – P2(k)
P3(k) = P3sch – P3(k)
Q2(k) = Q2sch – Q2(k)
Untuk mengetahui nilai daya aktif dan reaktif pada setiap iterasi –k, rumus yang digunakan
adalah:
V 2 real { V 1 real ( G21 ) +V 2 im ( B21 ) } +V 1 im {V 1 im ( G 21 )−V 1 real ( B21) }+
P ( 0)= V 2 real{ V 2 real ( G22 )+V 2 im ( B22 )}+ V 2 im {V 2 im ( G22 )−V 2 real ( B22 )}+
2
V 2 real { V 3 real ( G23 ) +V 3 im ( B 23) }+V 2 im {V 2 im ( G 22 ) −V 3 real ( B23 ) }
Dimana:
1 { 1. 05 (−10 ) +0 ( 20 ) } + 0 { 0 (−10 ) +1 ,05 ( 20 ) } +
P ( 0)= 1 { 1 ( 26 )+0 (52 ) }+ 0 { 0 ( 26 ) +1 (52 ) }+
2
1 {1 , 04 (−16 )+0 (−32 ) }+ 0 { 0 (−16 )−1 , 04 (−32 ) }
= -1,14
Kemudian ditentukan arus dari masing-masing bus dengan rumusan :
P k −JQ
p pk
I k= ¿
p
( V pk )
Arus untuk bus 2 adalah :
39
P ( 0 )− J(Q ( ) ) 0
2 2
I ( 0 )= ¿
2
(V ( ) )
2
0
−1 ,14−J (−2 , 28 )
I ( 0 )=
2 ( 1− j 0 )¿
2 ,549 ∠116, 5650
=
1 ∠00
= -1,14 + j2,28
Arus untuk bus 3, adalah :
( 0) P(30) − jQ(30 )
I3 = ) ¿
V (0
3 ( )
0 .5616+ j 9.7968
=
1.04− j0 ¿
9 . 81288∠86 . 719
= ¿
1 . 04−∠0
= 9.435586.719
= 0.54 + j9.4199
Komponen arus dari masing – masing bus adalah :
c(20 )=−1 . 14
d (0 )
2 =2 . 28
c(30 )=0 . 54
d (0 )
3 =9. 4199
40
∂ P3 (0 )
=e B + f (0 ) G +d( 0)
∂ f 2 3 33 3 33 3
∂ P2 ( 0)
=e(0 )
3 ( G 23 )−f 2 ( B 23 )
∂ e2
Elemen untuk komponen J3 adalah
∂Q 2 (0 ) ( 0)
=e2 G22+f (0 )
2 B 22+ c2
∂f2
∂Q 3 ( 0)
=f (0 )
3 B 23 −e 3 G 32
∂f2
∂Q 2 (0 ) (0)
=e2 B 22+ f (0 )
2 G 22 −d 2
∂e 2
Dimana :
∂ P2 ( 0)
=e(0 ) (0 )
2 B 22 + f 2 G 22 + d2
∂f2
= 1(52) + 0(26) + 2.28
= 54.28
Selanjutnya :
Δδ(20)
][ ]
ΔP2 J 11 J 12 J 13
[ ][
ΔP3 = J 21
ΔQ2 J 31
J 22
J 32
J 23
J 33
Δδ(30)
Δ|V 2|
Untuk mendapatkan nilai selisih sudut tegangan 2, 3 dan selisih tegangan V2, maka :
Δδ k2 ΔP k2
[ ] []
Δδ k3 =[ J ] ΔP k3
Δ|V k2|
−1
ΔQ k2
Selanjutnya akan didapatkan nilai sudut tegangan dan regangan yang baru, dimana :
V k+1 k k
p =V p + ΔV p
∂ kp+1=∂kp +Δ∂kp
Nilai ini akan terus berulang dan berubah nilainya setiap iterasi dimulai dari perubahan
nilai P dan Q untuk menentukan selisih dayanya, selanjutnya menghitung komponen
invers matriks jacobian, hingga nilai validasi diinginkan, penghitungan dihentikan.
41
Dalam menganalisa sistem tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal merupakan notasi
yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari
representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini
memudahkan dalam pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian. Elemen elektrik
seperti misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, busbar maupun konduktor
lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah distandardisasi untuk
diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau lokasi dari
peralatan listrik, tetapi merupakan konvensi umum untuk mengatur diagram dengan urutan
kiri-ke-kanan yang sama, atas-ke-bawah.
ETAP memiliki 2 macam standar yang digunakan untuk melakukan analisa kelistrikan,
ANSI dan IEC. Pada dasarnya perbedaan yang terjadi di antara kedua standar tersebut
adalah frekuensi yang digunakan, yang berakibat pada perbedaan spesifikasi peralatan
yang sesuai dengan frekuensi tersebut. Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa
dengan menggunakan ETAP pun berbeda.
42
2BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3
5.1 Umum
Power factor (faktor daya) adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya
semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total. Daya
reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut dan sebagai hasilnya faktor daya akan
menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Secara teoritis,
jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki faktor daya satu,
maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian
sehingga dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5
maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus
serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan
daya total (VA).
Faktor Daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya
yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya
dapat dilakukan dengan menggunakan kapasitor. untuk memperbaiki faktor daya dapat
diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi
listrik/instalasi listrik di pabrik/industri. Kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya
reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya reaktif, dan daya semu
yang dihasilkan oleh bagian utilitas.
4.2 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari PT. PLN (Persero) Unit
Pelayanan Transmisi (UPT) Padang melalui Gardu Induk (GI) Pauh Limo. Seperti yang
telah dijelaskan pada sub-bab 3.3, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu diagram
kelistrikan wilayah kerja UPT padang dan GI Pauh Limo, data saluran, profil beban harian
pada masing-masing penghantar yang terhubung ke GI Pauh Limo dan data kapasitor.
Secara rinci data-data tersebut akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
43
pembangkit utama yang terdiri dari 3 (tiga) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan 2
(dua) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Selain itu, terdapat 23 (dua puluh tiga) GI
yang saling terhubung dengan saluran transmisi 150 kV dimana salah satunya adalah GI
Pauh Limo seperti terlihat pada gambar 4.1 di bawah.
GI Pauh Limo merupakan GI sentral untuk suplai kebutuhan energi listrik di kota Padang
yang menghubungkan beberapa GI di sekitarnya. Posisi sentral ini menjadi faktor utama
dipasangnya sebuah reaktor (kapasitor shunt) di GI Pauh Limo untuk memperbaiki faktor
daya di kota Padang dan daerah di sekitarnya. Seperti ditunjukkan oleh gambar 4.2 di
bawah, GI ini memiliki 11 (sebelas) BAY yang terdiri dari BAY penghantar, BAY
kapasitor, BAY generator dan BAY pembumian. Fungsi masing-masing BAY tersebut
berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) unit Gardu Induk Pauh Limo dijelaskan pada
tabel 4.1 di bawah. Setiap BAY dihubungkan ke kedua sisi BUS sebagai antisipasi
terjadinya gangguan.
44
Gambar 4.2 Diagram satu garis GI Pauh Limo
Tabel 4.1 Jenis-jenis BAY di GI Pauh Limo
No
Nomor BAY FUNGSI
.
1 BAY 1 Suplai Pauh Limo 1
2 BAY 2 Suplai Pauh Limo 2
3 BAY 3 Penghantar Simpang Haru 1
4 BAY 4 Penghantar Simpang Haru 2
5 BAY 5 Penghantar Lubuk Alung
6 BAY 6 Penghantar PIP
7 BAY 7 Penghantar Indarung 1
8 BAY 8 Penghantar Indarung 2
9 BAY 9 Kapasitor
10 BAY 10 Generator
11 BAY 11 Pembumian
4.2.1
45
setiap mode simulasi yang dilakukan. Dalam proses simulasi digunakan data beban pada
28 Januari 2020 dimana hal ini diasumsikan dapat mewakili kondisi penghantar ketika
beroperasi di hari kerja
Pada penghantar Indarung (Indarung 1 dan 2) seperti ditunjukkan gambar 4.4 dan 4.5,
dapat dilihat bahwa grafik beban dan grafik cos φ pada indarung (1 dan 2) mengalami
penurunan tegangan yang terjadi sekitar jam 00.00 s/d 08.00 menandakan bahwa
konsumen listrik pada indarung 1 lebih banyak menggunakan pada malam hari
dibandingkan disiang hari. sedangkan dari jam 10.00 s/d 16.00 beban kembali normal dan
hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar Industri (PT. Semen Padang) dalam
keadaan OFF atau sedang tidak beroperasi.
TRAFO 1 TRAFO 2
0.97 0.97
0.96 0.96
0.95 0.95
0.94 0.94
0.93 0.93
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
02 0
04 0
06 0
08 0
10 0
12 0
14 0
16 0
18 0
20 0
22 0
24 0
0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20 22 24
00
46
PHT 150 KV INDARUNG 1
1.01
1.00
1.00
0.99
0.99
0.98
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20 22 24
(a) (b)
Gambar 4.4 Profil beban harian Pada Penghantar Indarung 1 (a) dan grafik Cos φ Pada
Penghantar Indarung 1 (b)
(a) (b)
Gambar 4.5 Profil Beban Harian di Penghantar Indarung 2 (a) dan Grafik Cos φ Pada
Penghantar Indarung 2 (b)
1.01
1.00
1.00
0.99
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20 22 24
(a) (b)
47
Gambar 4.6 Profil Baban Harian Pada Penghantar Simpang Haru 1 (a) dan Grafik Cos φ
Pada Penghantar Indarung 2
(a) (b)
Gambar 4.7 Profil Beban Harian Pada Penghantar Simpang Haru 2 (a) dan Grafik cos φ
Pada Penghantar Simpang Haru 2
PHT 150 KV P I P
0.80
0.40
0.00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20 22 24
PHT 150 KV P I P
(a) (b)
Gambar 4.8 Profil Beban Pada Penghantar PIP (a) dan Grafik Cos φ Pada Penghantar PIP
(b)
(a) (b)
48
Gambar 4.9 Profil Beban Pada Penghantar Lubuk Alung (a) dan Grafik Cos φ Pada
Penghantar Lubuk Alung (b)
Sementara itu, penghantar Simpang Haru (1 dan 2) merupakan penghantar dengan daya
reaktif terkacil yakni hanya 1 MW di sepanjang waktunya seperti gambar 4.7. kondisi
tersebut berbanding terbalik dengan penghantar PIP dan Lubuk Alung yang mana terdapat
daya reaktif lebih besar dibandingkan daya aktifnya sepeti ditunjukkan pada gambar 4.8
dan 4.9. Dari gambar tersebut, dapat dibuatkan kesimpulan awal bahwa faktor daya pada
kedua penghantar di atas kemungkinan besar jauh lebih kecil dari ketentuan yang
ditetapkan oleh PLN.
4.2.4 Kapasitor
Kapasitor daya yang terpasang di GI Pauh Limo mulai beroperasi sejak tahun 2015 yang
lalu. Seperti ditunjukkan pada gambar 4.6, kapasitor tersebut di pasang paralel ke sistem
(pada bus) dan bekerja ketika terdeteksi faktor daya mengalami penurunan. Spesifikasi
kapasitor ini dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
49
3.6
4.3 Analisa dan Perhitungan
Simulasi dilakukan pada perangkat lunak ETAP 12.6 dengan metode load flow analysis.
Proses simulasi dimulai dengan menggambarkan one-line diagram sistem kelistrikan
Sumbar seperti pada gambar 4.1 di lembar kerja ETAP. Setelah memasukkan parameter-
parameter yang diperlukan maka simulasi dilanjutkan dengan mengalisa aliran daya di bus
dan semua penghantar yang masuk/keluar ke GI Pauh Limo. Proses simulasi di ETAP
dapat dilihat pada gambar 4.7 di bawah ini.
50
Simulasi yang telah dilakukan untuk ketiga langkah di atas memberikan hasil seperti
ditunjukkan pada tabel 4.4 – 4.6 di bawah. Dalam beban normal, kondisi sistem di GI Pauh
Limo pada tanggal 28 Januari 2020 secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik
kecuali penghantar Indarung (1 dan 2) dan penghantar PIP. Penghantar tersebut seperti
terlihat di tabel mempunyai faktor daya yang sangat rendah. Sedangkan faktor daya pada
penghantar yang lainnya berada di atas standar yakni 0,8 – 0,9.
Saat simulasi dilanjutkan dalam kondisi beban puncak yakni ketika kandungan daya reaktif
di saluran besar seperti gambar 4.3 – 4.5, terjadi penurunan faktor daya di penghantar
Indarung (1 dan 2) dan PIP seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5. Penurunan yang terjadi
yaitu saat sistem beroperasi pada tanggal 28 Januari 2020. Pada penghantar tersebut seperti
terlihat di tabel faktor daya masing-masingnya turun dari 0,98 menjadi 0,77 (Indarung 1),
0,83 menjadi 0,72 (Indarung 2) dan 0,79 menjadi 0,64 (PIP). Sementara itu, penghantar-
penghantar yang lain tidak mengalami perubahan/penurunan faktor daya.
28 Januari 2020
Penghantar
kW kvar Amp %PF
51
Tabel 4.5 Simulasi mode kritis
28 Januari 2020
Penghantar
Kw kvar Amp %PF
INDARUNG 1 15571 12607 78,2 77,7
INDARUNG 2 35536 33945 191,6 72,3
SIMPANG HARU 1 71881 20790 291,9 96,1
SIMPANG HARU 2 33839 929 132,0 100,0
PIP 15641 12664 78,3 64,5
LUBUK ALUNG 91914 25753 372,1 96,3
A 22512 7254 291,9 96,1
B 22536 7262 418,7 95,1
28 Januari 2020
Penghantar
kW kvar Amp %PF
52
22514 6604 291,9 96,1
A
22537 6611 419,2 95,0
B
4.4 Perbaikan Faktor Daya
Penurunan faktor daya pada penghantar/saluran dapat menyebabkan beban akan menarik
daya reaktif yang cukup tinggi sehingga daya nyata (VA) yang disalurkan menjadi besar.
Pemasangan kapsitor seperti yang telah disimulasikan dapat menurunkan daya nyata yang
diserap dari sumber. Penurunan ini merupakan selisih antara daya nyata terukur sebelum
dan sesudah pemasangan kapasitor. Besar penurunan daya nyata ini tergantung dari besar
kompensasi kapasitor yang diberikan dan faktor daya awal beban sebelum pemasangan
kapasitor. Kapasitor akan menyuplai daya reaktif yang dibutuhkan beban, sehingga
mengurangi daya reaktif yang diperlukan dari sumber.
Perbaikan faktor daya yang terjadi pada penghantar Indarung (1 dan 2) dan PIP saat di
pasang kapasitor seperti terlihat pada tabel 4.7 di atas terjadi karena adanya suplai daya
reaktif yang diberikan oleh kapasitor ke jaringan. Besarnya suplai daya reaktif yang
diberikan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.11.
1. Penghantar Indarung 1
28 Januari 2020
Sebelum Sesudah
0,78 0,98
Perbaikan pada penghantar Indarung 1 yaitu peningkatan faktor daya dari 0,78 ke 0,98.
Suplai daya reaktif oleh kapasitor pada penghantar ini adalah sebagai berikut.
53
tan φ1=0,80
cos φ=0,98
φ=11,47
tan φ2=0,20
Faktor daya sesudah perbaikan adalah 0,98 sehingga tan φ2=0,20 maka daya reaktif
yang disuplai oleh kapasitor adalah sebesar
1
C .......... (4.4)
2 fxC
xC diperoleh dengan cara
V
Xc=
Ic
150000
X c=
26385,6 Kvar
( 150 Kv ) .......... (4.5)
Xc=852,738 ohm
sehingga
1
C=
2 x 3.14 x 50 x 852,738 .......... (4.6)
−6
C=3,73 x 10 Farad
untuk perbaikan faktor daya di penghantar Indarung 1 pada tanggal 28 Januari 2020,
Jadi
besarnya daya reaktif yang disuplai adalah 26385,6 kvar dan kapasitor yang dibutuhkan
6
adalah 3, 73 10 Farad
2. Penghantar Indarung 2
28 Januari 2020
Sebelum Sesudah
0,72 0,83
54
Perbaikan pada penghantar Indarung 2 pada tanggal 28 Januari 2020 peningkatan faktor
daya dari 0,72 ke 0,83 terjadi dengan adanya suplai daya reaktif oleh kapasitor pada
penghantar sebagai berikut.
cos φ=0,72
φ=43,94
tan φ1=0,96
cos φ=0,83 .......... (4.7)
φ=33,90
tan φ2=0,67
QC 556032.(0,96 0, 67)
.......... (4.8)
12753 kvar
v
xC
iC
150000
12753 kvar
150 kv .......... (4.9)
1764.3 ohm
sehingga
1
C
2 3.14 50 1764,3 .......... (4.10)
6
1,8 10 Farad
Jadi untuk perbaikan faktor daya di penghantar Indarung 2, besarnya daya reaktif yang
disuplai adalah 12753 kvar dan kapasitor yang dibutuhkan adalah 1,8 x 10−6 Farad
3. Panghantar PIP
28 Januari 2020
Sebelum Sesudah
0,65 0,78
Perbaikan pada penghantar PIP yaitu peningkatan faktor daya dari 0,65 ke 0,78. Suplai
daya reaktif oleh kapasitor pada penghantar ini adalah sebagai berikut.
φ=49,46
55
tan φ1=1,169
cos φ=0,78
φ=38,73
tan φ2=0,80
QC 12653.(1,169 0,8)
.......... (4.12)
4705 kvar
v
xC
iC
150000
4705 kvar .......... (4.13)
150 kv
4781.3 ohm
sehingga
1
C
2 3.14 50 4781,3 .......... (4.14)
C=6,6 x 10−7 Farad
Jadi untuk perbaikan faktor daya di penghantar PIP pada tanggal 28 Januari 2020, besarnya
daya reaktif yang disuplai adalah 4705 kvar dan kapasitor yang dibutuhkan adalah
6,6 x 10−7 Farad
Tabel 4.8 Daya reaktif yang dihasilkan oleh kapasitor untuk perbaikan faktor daya dari
hasil simulasi ETAP
Perbaikan faktor daya di GI Pauh Limo dengan adanya pemasangan kapasitor dapat dilihat
pada tabel 4.8 di atas. Beberapa penghantar yang mengalami penurunan faktor daya ketika
beroperasi adalah penghantar Indarung dan penghantar PIP yang mana daerah tersebut
merupakan lokasi Industri dengan beban induktif yang besar. Dengan dipasangnya
56
kapasitor di sisi GI Pauh Limo secara nyata berdampak terhadap perbaikan faktor daya
pada penghantar yang terhubung langsung dengan GI. Perbaikan yang paling besar terjadi
di penghantar Indarung yang mana faktor daya dapat dinaikkan hingga 42 %. Selain itu,
Faktor daya yang rendah dapat menyebabkan kerugian bagi PLN sebagai penyuplai energi
listrik maupun konsumen pengguna listrik itu sendiri. Untuk itu dapat dilakukan
perbandingan antara nilai perbaikan faktor daya dari hasil simulasi ETAP dengan cos φ
sesuai peraturan SPLN 70 dapat dilihat pada perhitungan berikut ini.
Perbaikan pada penghantar Indarung 1 yaitu peningkatan faktor daya sesuai SPLN 70 dari
0,78 ke 0,85. Suplai daya reaktif oleh kapasitor pada penghantar ini adalah sebagai berikut.
cos φ=0,78
φ=38 , 74
tan φ1=0,80
cos φ=0,85 .......... (4.15)
φ=31,79
tan φ2=0,62
Faktor daya sesuai dengan SPLN 70 adalah 0,85 sehingga tan φ2=0,62 maka daya reaktif
yang disuplai oleh kapasitor adalah sebesar
1
C .......... (4.18)
2 fxC
Xc diperoleh dengan cara
V
Xc=
Ic .......... (4.19)
150000
Xc=
7915,68 Kvar
( 150 Kv )
57
Xc=2842,46 ohm
sehingga
1
C=
2 x 3.14 x 50 x 2842,46 .......... (4.20)
−6
C=1,12 x 10 Farad
untuk perbaikan faktor daya di penghantar Indarung 1 pada tanggal 28 Januari 2020
Jadi
sesuai dengan cos φ SPLN 70, besarnya daya reaktif yang disuplai adalah 26385,6 kvar
6
dan kapasitor yang dibutuhkan adalah 3, 73 10 Farad
2. Penghantar Indarung 2
cos φ=0,72
φ=43,94
tan φ1=0,96
cos φ=0,85 .......... (4.21)
φ=31,79
tan φ2=0,61
QC=55603. ( 0,96−0,61 )
.......... (4.22)
QC=194,712 Kvar
V
Xc=
Ic
150000
Xc=
194,712 Kvar
( 150 Kv ) .......... (4.23)
Xc=115555,28
sehingga
1
C=
2 x 3,14 x 50 x 115555,28 .......... (4.24)
−7
C=2,05 x 10
Jadi untuk perbaikan faktor daya di penghantar Indarung 2 pada tanggal 28 Januari 2020
sesuai standar SPLN 70, besarnya daya reaktif yang disuplai adalah 12753 kvar dan
kapasitor yang dibutuhkan adalah 1,8 x 10−6 Farad
3. Penghantar PIP
58
cos φ=0,65
φ=49,46
tan φ1=1,169 .......... (4.25)
cos φ=0,85
φ=31,79
tan φ2=0,62
QC=12653.(1,169−0.62)
.......... (4.26)
QC=6946,497 Kvar
V
Xc=
Ic
150000
Xc=
6946,497 Kvar .......... (4.27)
( 150 Kv )
Xc=3239,04 ohm
sehingga
1
C=
2 x 3.14 x 50 x 3239,04 .......... (4.28)
−7
C=9,8 x 10 Farad
Tabel 4.9 Daya reaktif yang dihasilkan oleh kapasitor untuk perbaikan faktor daya sesuai
SPLN 70
59
Chart Title
120
100
98.9 100 100 96.3
96.1
91.6
85 85
82.9 85 85 85 85
80
77.7 77.7
72.3
64.5
60
40
20
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Perbaikan Nilai Faktor Daya Hasil Dari Simulasi
ETAP dan Sesuai SLPN 70
Dari grafik perbandingan nilai faktor daya dengan hasil simulasi dari ETAP 12.6 dan
sesuai SPLN 70 pada 4.12 diatas dapat dilihat bahwa pada penghantar indarung 1 dengan
di pasangnya kapasitor shunt di GI pauh limo dapat memperbaiki cos φ yang rendah atau
memperbaiki beban puncak menjadi beban normal diatas cos φ yang di tetapkan sesuai dari
SPLN 70 yakni dari 0,78 menjadi 0,98. Sementara pada penghantar penghantar Indarung 2
perbaikannya belum mencapai SPLN 70 yakni dari o,72 menjadi 0,83 sama halnya dengan
penghantar PIP yang belum mencapai SPLN 70 yakni dari 0,64 menjadi 0,77. Pada
penghantar Simpang Haru 1 dan Simpang Haru 2 pada tanggal 28 Januari 2020 yakni
tanggal atau beban harian dilakukannya simulasi dalam keadaan normal bahkan sangat
baik dari ketetapan SPLN yakni hampir mencapai 1 dan sama halnya pada penghantar
Lubuk Alung.
Maka dari pada itu dapat ambil kesimpulan bahwa sesuai dengan hasil simulasi pada
ETAP dan sesuai SPLN 70 dengan dipasangnya kapasitor shunt pada GI Pauh Limo
dengan kapasitas 25 MVAR belum seutuhnya dapat memperbaiki cos φ yang terdapat pada
penghantar Indarung (1 dan 2) dan PIP karena secara logika pada penghantar Indarung (1
dan 2) dan PIP merupakan kawasan industri yang terdapat daya reaktif besar. Untuk
mendapatkan hasil yang baik terhadap perbaikan faktor daya pada penghantar-penghantar
yang mengalami penurunan faktor daya seharusnya dilakukan penambahan kapasitas
kapasitor shunt yang terpasang pada GI Pauh Limo saat ini.
60
4BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis perbaikan faktor daya di GI Pauh Limo dengan adanya
pemasangan kapasitor melalui simulasi perangkat lunak ETAP maka dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis beban yang dilayani berpengaruh terhadap perbaikan faktor daya dimana
dapat dilihat pada perbaikan nilai faktor daya pada penghantar Indarung (1 dan 2)
dan PIP, namun pada penghantar Indarung 2 dan penghantar PIP belum mencapai
perbaikan dari standar faktor daya dari PLN, untuk itu dapat dilakukan penambahan
kapasitas terhadap kapasitor shunt yang terpasang pada GI Pauh Limo.
2. Perbaikan faktor daya dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah
dengan pemasangan kapasitor yang menjadi sumber untuk menghasilkan daya
reaktif yang diinjeksikan ke sistem/jaringan. Pemasangan kapasitor seperti yang
telah disimulasikan dapat menurunkan daya nyata yang diserap dari sumber.
Penurunan ini merupakan selisih antara daya nyata terukur sebelum dan sesudah
pemasangan kapasitor. Besar penurunan daya nyata ini tergantung dari besar
kompensasi kapasitor yang diberikan dan faktor daya awal beban sebelum
pemasangan kapasitor.
3. Setelah dilakukan pemasangan kapasitor, faktor daya pada pengahantar yang
sebelumnya turun seperti penghantar Indarung (1 dan 2) dan PIP dapat diperbaiki
kembali. Persentase perbaikan faktor daya tersebut yakni naiknya faktor daya
hingga 40 % sesudah dipasang kapasitor ke GI.
5.2 Saran
Hasil dari penelitian baru dapat melihat pengaruh adanya pemasangan kapasitor di GI Pauh
Limo. Secara umum perbaikan fakor daya yang diperoleh dari penelitian ini belum dapat
menggambarkan secara detail terhadap perbaikan keseluruh sistem karena. Peneliti lain
dapat menlanjutkan penelitian ini dengan beberapa catatan sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan data beban yang lebih banyak
sehingga pengaruh perubahan faktor daya lebih terlihat.
61
2. Untuk selanjutnya diharapkan menggunakan data parameter saluran dan
pembangkit sistem kelistrikan Sumbar yang lebih update.
3. Mengevaluasi tingkat keefektifan penempatan kapasitor di lokasi GI saat ini.
4. Menggunakan perangkat lunak lain sebagai pembanding hasil simulasi ETAP
seperti software Digselend.
62
5DAFTAR PUSTAKA
Winasis, A. wahyu windi nugraha (2007) ‘Pengaruh pemasangan kapasitor shunt terhadap
konsumsi daya aktif instalasi listrik’, 3(1).
63
Marlindawati. (2012). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dengan Pemanfaatan
Perangkat Lunak Ajar Penyelesaian Persamaan Non Linier Dengan Metode
Newton Rhapson.2012 (semnasIF), 67–74.
Sulistiyono, D. (2011). Perbandingan metode gauss - seidel, metode newton raphson dan
metode fast decoupled dalam solusi aliran daya. Makalah Tugas Akhir.
Nursalam, “analisis kebutuhan Capacitor Bank beserta implementasinya untuk
memperbaiki factor daya,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699,
2013.
Muhammad Chandra (2014) ‘Penyelesaian Aliran Daya 37 Bus Dengan Metode Newton
Raphson (Studi Kasus Sistem Interkoneksi 150 kV Sulawesi Selatan)’, Jurnal
Teknik Mesin SINERGI, 12(1), pp. 35–49.
Prasetya, D. B., Iswanto and Sadad, R. T. A. (2010) ‘Implementasi Mikrokontroler Sebagai
Pengendali Kapasitor Untuk Perbaikan Faktor Daya Otomatis pada Jaringan
Listrik’, Semesta Teknika, 13(2), pp. 181–192.
Zondra, E., & Arlenny. (2015). Analisis Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi Tiga Phasa
Di Laboratorium Teknik Elektro Universitas Lancang Kuning. Jurnal Sains
Teknologi Dan Industri, 12(2), 232–241.
64
Lampiran
1. Data Saluran
TEG
NO UPT ULTG GI BAY JARAK
(kV)
1 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO INDARUNG1 6.66
2 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO INDARUNG2 6.8
3 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO SIMPANG_HARU1 6.8
4 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO SIMPANG_HARU2 6.8
5 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO PIP 22.7
6 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO LUBUK_ALUNG 33.7
TEG
NO UPT ULTG GI BAY Jenis
(kV)
Konduktor
1 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO INDARUNG1 ACSR
2 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO INDARUNG2 ACSR
3 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO SIMPANG_HARU1 ACSR
4 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO SIMPANG_HARU2 ACSR
5 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO PIP ACSR
6 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO LUBUK_ALUNG ACSR
65
4. Data Impedansi Saluran
TEG Luas
NO UPT ULTG GI BAY
(kV) Penampang
1 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO INDARUNG1 240mm2
2 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO INDARUNG2 240mm2
3 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO SIMPANG_HARU1 240mm2
4 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO SIMPANG_HARU2 240mm2
5 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO PIP 240mm2
6 PDG 150 PDANG PAUH_LIMO LUBUK_ALUNG 240mm2
66
8.2.5
67