Anda di halaman 1dari 14

HIGH VOLTAGE DIRECT CURRENT

(HVDC)
Gunawan 111910201020
Nur Imanu Maulana 111910201021
Yudha M 111910201025
Latar Belakang
Penggunaan arus searah untuk pemanfaatan energi listrik
sehari-hari adalah lebih tua dibandingkan dengan arus bolak-
balik. Adalah menarik untuk mengetahui mengapa arus bolak-
balik mengantikan hampir semua intalasi arus searah, dan
mengapa kini arus searah digunakan kembali untuk sejumlah
saluran transmisi tegangan tinggi.
Kemudian sering muncul pertanyaan, Mengapa menggunakan
transmisi DC? Satu jawaban yang umum diberikan adalah
bahwa rugi-ruginya lebih rendah, tetapi ini tidak benar. Tingkat
rugi-rugi telah dirancang untuk suatu system transmisi dan
diatur oleh ukuran penghantarnya.

Pengertian HVDC
Pemakaian High Voltage Direct Current transmission (HVDC) atau
dalam istilah Bahasa Indonesia dikenal sebagai transmisi daya arus
searah (TDAS) sebenarnya sudah dimulai sejak awal pertama kali listrik
dikembangkan. Thomas Alva Edison berhasil membuat jaringan listrik
berkapasitas 6 x 100kW untuk menyalakan 1200 bohlam lampu
menggunakan arus searah pada tahun 1882. Walaupun pada
perkembangannya, sistem dc yang dikembangkan Edison ternyata
kalah bersaing dengan sistem ac yang diusulkan oleh Westinghouse
dan Tesla namun sistem dc ini telah menandai dimulainya era baru, era
listrik. Lebih dari 70 tahun kemudian, sistem transmisi dc mulai dipakai
kembali setelah ditemukannya tabung mercury-arc di akhir tahun
1920-an. Proyek HVDC komersil pertama kali berhasil dibangun tahun
1950 menggunakan kabel laut untuk menghubungkan Swedia dengan
P. Gotland dengan kapasitas 20MW pada tegangan 100kV.
Dimulai dari 20MW di Swedia, sekarang ini
sudah lebih dari 100 jalur transmisi HVDC
yang aktif di dunia dengan total kapasitas
mencapai lebih dari 80GW (Gambar 2)
tersebar mulai dari Amerika Utara,
Skandinavia, Jepang, China, India, Brazil,
dsb. Dimulai dari tegangan 100 kV hingga
sekarang mencapai 500kV, dan 800kV
sedang dalam tahap pembangunan.
Beberapa proyek HVDC yang cukup terkenal
diantaranya Gotland HVDC di Swedia selain
HVDC pertama juga merupakan HVDC yang
menggunakan thyristor pertama kali; Itaipu
HVDC di Brazil (2 x 3150MW, +/- 500kV, 800
km) yang merupakan sistem HVDC terbesar
saat ini, Kii-Channel HVDC di Jepang
(1400MV, +/- 250kV) yang menggunakan
thyristor light-triggered 8kV - 3500A.
Perkembangan HVDC
Gambar 1. Perkembangan saklar statis untuk HVDC
Teknologi HVDC
Terdapat 2 jenis teknologi konverter ac/dc/ac yang digunakan pada sistem HVDC saat ini.
HVDC yang menggunakan Current source converter (CSC) komutasi jala-jala menggunakan
thyristor dan HVDC yang menggunakan Voltage source converter (VSC) yang menggunakan
IGBT.
Teknologi CSC-HVDC sudah sangat mapan untuk konverter berdaya sangat besar. Untuk
keperluan diatas 1000MW teknologi ini menjadi satu-satunya pilihan saat ini. Itaipu HVDC
adalah sistem HVDC terbesar saat ini yang beroperasi secara komersil menggunakan CSC-
HVDC. Proyek CSC-HVDC terbesar yang sedang dibangun saat ini adalah Xiangjiaba
Shanghai HVDC yang mentransmisikan daya 6400MW pada 800kV sejauh 2071 km.
VSC-HVDC merupakan perkembangan terbaru dari teknologi HVDC. Hampir sejak satu
dekade terakhir, beberapa proyek VSC-HVDC berhasil dibangun dan mencapai tahap komersil.
Keunggulan VSC-HVDC dibanding CSC-HVDC adalah kemampuannya untuk komutasi tanpa
bergantung kondisi jala-jala, pengaturan daya aktif dan reaktif yang independen, serta
kemampuan untuk black-start.
Gambar 4. VSC-HVDC
Gambar 3. CSC-HVDC
Konfigurasi HVDC
Pemilihan konfigurasi sangat bergantung pada kondisi lokal, tujuan, dan faktor
ekonomi. Baik VSC ataupun CSC-HVDC dapat menggunakan konfigurasi yang
sama, modifikasi dapat dilakukan bergantung kondisi lokal masing-masing.
1. Back to back
2. Monopolar
3. Bipolar
4. Multiterminal

Back to Back
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 5. Pada konfigurasi ini gardu induk
konverter berada pada lokasi yang sama dan tidak menggunakan saluran arus
searah jarak jauh. Umumnya konfigurasi ini berfungsi sebagai interkoneksi
frekuensi antara dua sistem arus bolak-balik yang berdekatan, walaupun
konfigurasi ini juga bisa dipakai pada interkoneksi dua sistem arus bolak-balik
yang memiliki frekuensi yang sama.

Monopolar
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 6. Pada konfigurasi ini dua gardu
induk konverter dipisahkan menggunakan satu saluran arus searah berjarak
jauh, berbeda dengan konfigurasi back-to-back yang hanya membutuhkan
satu lokasi saja. Saluran arus searah yang dipakai hanya memiliki 1 kutub
tegangan, bisa positif saja atau negatif saja, sehingga tanah diperlukan
sebagai saluran balik arus.

Bipolar
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 7. Pada konfigurasi ini dua gardu
induk konverter dipisahkan menggunakan dua saluran arus bolak-balik yang
berbeda kutub tegangan, satu positif dan satu lagi negatif. Relatif terhadap
tanah, konfigurasi bipolar merupakan dua buah konfigurasi monopolar yang
berbeda kutub tegangan, sehingga masing-masing monopolar dapat
dioperasikan secara independen.

Multiterminal
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 8. Konfigurasi ini adalah perluasan
dari konfigurasi bipolar dengan menempatkan gardu konverter baru di tengah-
tengah saluran bipolar. Jumlah saluran masuk di tengah-tengah konfigurasi
bipolar tidak dibatasi hanya satu, melainkan bisa banyak sesuai dengan
keperluan.

Pemanfaatan HVDC
1. Transmisi jarak jauh
Pada transmisi daya besar dengan jarak yang jauh, HVDC memberikan alternatif
yang kompetitif secara ekonomi terhadap sistem transmisi arus bolak-balik
Terlepas dari adanya tambahan rugi-rugi akibat penggunaan konverter
dibandingkan pada sistem arus bolak-balik, rugi-rugi saluran pada transmisi HVDC
bisa lebih kecil 30%-50% dari ekuivalen saluran arus bolak-balik pada jarak yang
sama.

2. Penggunaan kabel
penggunaan HVDC memberikan keuntungan lebih secara ekonomis daripada
penggunaan kabel arus bolak-balik. Permasalahan lain pada penggunaan kabel
dengan sistem arus bolak-balik adalah penurunan kapasitas daya kabel karena
jarak yang jauh akibat daya reaktif yang cukup tinggi.
3. Interkoneksi frekuensi
Interkoneksi antara 2 area yang berbeda frekuensi hanya bisa
dilakukan dengan menggunakan HVDC untuk menjamin kelangsungan
operasi yang handal. Contohnya adalah gardu induk Shin-Shinano 600
MW yang menghubungkan Jepang bagian barat yang berfrekuensi 60
Hz dengan Jepang bagian timur yang berfrekuensi 50 Hz. Tidak hanya
pada kasus seperti Shin-Shinano yang beda frekuensi operasi diantara
dua terminalnya, beberapa kasus lain menggunakan konverter
frekuensi HVDC untuk menghubungkan antara dua perusahaan listrik
yang berbeda.
Kesimpulan
1. Terdapat dua keadaan teknis penggunaan transmisi tegangan tinggi arus
searah.
Untuk koneksi sistem sistem yang besar melalui link link berkapasitas
kecil.
Penggunaan kabel kabel tegangan tinggi diperlukan untuk jarak cukup
jauh.
2. Keuntungan penggunaan transmisi DC adalah rugi-rugi yang muncul pada
saluran menjadi jauh lebih kecil, biaya investasi pembuatan saluran
transmisi lebih rendah, serta masalah stabilitas sistem yang lebih terjamin.
3. Kelemahan - kelemahan dari transmisi DC adalah permasalahan switcing
yang tidak dapat dilakukan pada transmisi arus searah sehingga harus
dilakukan pada arus bolakbalik, mahalnya biaya pembuatan gardu
konverter, serta masalah transformasi tegangan.
4. Saluran transmisi tegangan tinggi arus searah diklasifikasikan menjadi;
saluran monopolar, saluran bipolar dan saluran homopolar.

Anda mungkin juga menyukai