Anda di halaman 1dari 29

KONDUKTOR ACCC/TW (Aluminum Conductor with Composite Core / Trapezoidal Wire)

KONDUKTOR ACCC/TW
(Aluminum Conductor with Composite Core / Trapezoidal Wire)
Part 01 – ILMUKABEL.COM
Welcome back…salam “Power”…!!!

ACCC CONDUCTOR
Kali ini saya akan memaparkan tentang “smart” konduktor bernama ACCC/TW , sebuah hasil
improvement dari konduktor konvensional ACSR (Aluminum Conductor Steel Reinforced). Kedua
konduktor ini adalah termasuk keluarga “konduktor telanjang” (awas, jangan ‘piktor’ = pikiran
kotor), atau diistilahkan “Bare Conductor” yang dipasang di udara melalui rangka – rangka tiang/tower
yang sering kita lihat di jalanan, pegunungan, bahkan menyeberangi sungai dll.

Lisensi konduktor ini berasal dari USA, yaitu dari CTC Cable sebagai produsen Composite core.
Sedangkan cable manufacturer konduktor nya dipilih/ditunjuk di beberapa negara di dunia dengan lisensi
langsung dari CTC. Setahu saya salah satunya ada di Indonesia lho…..yaitu KMI Wire and Cable Tbk di
daerah Cakung, Bekasi, atau terkenal dengan brand nya KABELMETAL.
Gambar 01 ( kiri : ACCC/TW & kanan : ACSR )
So …..Apa sih perbedaan yang mencolok antara keduanya ?

ACCC/TW adalah konduktor dengan bahan penghantar listrik dari Aluminium murni (AAC) yang diperkuat
pada titik tengah/center nya dengan menggunakan Composite Core sebagai penggantungnya dan pada
ACSR menggunakan steel strand sebagai penggantungnya/penguat.
Selain itu ACCC/TW dapat menghantarkan listrik/arus sampai 2x lipat dari ACSR dengan ukuran/size
konduktor yang sama (misal ACSR size 240 mm2) dan “andongan”/Sagging yang kecil dibanding
ACSR (andongan/sagging = jika kita lihat di tower, konduktor melengkung ke arah bawah sepanjang jarak
tower satu dengan yang lain).
Apa saja yang menjadi keunggulan konduktor ACCC/TW ini ?
Keunggulan pertama adalah dapat meningkatkan daya hantar arus yang lebih besar dengan tetap
mempertahankan ukuran/size konduktor yang relatif sama dengan ACSR tsb.
Gambar 02 (luasan penampang/filling factor)

ACCC 3D 01
Mari kita lihat dengan seksama gbr di atas….

Pada gbr ACSR sangat jelas sekali terdapat celah2 kosong diantara susunan kawat – kawatnya.

Bandingkan dengan gbr ACCC/TW, dengan bentuk kawat seperti trapesium (trapezoidal), celah kosong
dapat terisi dengan baik. Celah kosong yang terisi itu tentu saja akan menambah luasan penampang dari
konduktor tersebut tanpa harus merubah diameter konduktor nya (ie. Diameter konduktor tetap). Otomatis,
semakin besar luasan penampangnya, tahanan konduktor pasti akan lebih kecil (lebih baik) dan arus listrik
akan mengalir lebih besar. Keadaan di atas biasa disebut “Filling Factor” atau Tingkat Pengisian
Material (ie. Aluminum).
Umumnya type konduktor Round (RM) seperti ACSR mempunyai filling factor antara 80 – 85 %
Sedangkan ACCC/TW, dapat mencapai 93 – 94 %. Ini artinya hanya tersisa 6 – 7% ruang kosong/celah dari
keseluruhan penampang konduktor (100% – 94% = 6%). Pada ACSR, cukup banyak ruang kosong yaitu
sebesar 15% -20%%.
Keunggulan yang kedua adalah tingkat “andongan” / “sagging” yang kecil dibandingkan dengan ACSR.
Saat ACSR diberi beban arus listrik yang besar, maka akan timbul panas yang menyebar keseluruh kawat
dan penggantungnya (steel strand). Dalam kurun waktu tertentu, karena faktor pemuluran/elongasi kawat
aluminum dan steel strand, ditambah berat konduktor itu sendiri, maka berangsur angsur konduktor
akan membentuk andongan/melengkung ke arah bawah.
Untuk mengatasinya, maka pada ACCC/TW, dibuatlah bahan pengganti steel strand tsb. dengan
menggunakan material Composite. Composite yang mempunyai bahan dasar karbon ini mempunyai berat
yang lebih ringan , kekuatan tarik lebih besar dari steel strand, serta tingkat pemuluran yang kecil,
ditambah ketahanannya terhadap suhu tinggi.

Thanks to : Electric Power Research Institute


Berikut adalah salah satu contoh ACCC Composite Core (CTC Global) yang masih dalam kemasan
drum/haspel. Traversing (gulungan) cukup rapi, terdapat nomor dan tahun pembuatan sebagai identitas
(berupa printing) pada core tersebut. (click picture to read more about Composite core)

Dengan sifat Composite seperti itu, maka andongan/sagging jelas lebih kecil dibandingkan ACSR. Sebagai
ilustrasi, berikut adalah gambarannya :

Hal ini penting, mengingat area bebas dari tanah ke konduktor atau bangunan dll. menjadi salah satu syarat
dalam instalasinya.

SAG CALCULATION (PERHITUNGAN ANDONGAN)


Watch the video (ACCC LISBON SAG Vs ACSR conductor)

Untuk keunggulan berikutnya akan saya bahas di part 2…..


“So….mana yang lebih baik mas bro…..ACSR atau ACCC/TW ? “

Jangan dijawab dulu sebelum lihat kelanjutannya….

see also our Free Electrical Software or Free Pdf files

ACCC Conductor Comparison


Thanks….
No comments
CONDUCTOR COMPARISON of ACCC/ACSR/Hi-STACIR-AW/GTACSR with CCP Software (PART
2)
KONDUKTOR
Conductor Comparison atau Perbandingan Konduktor diperlukan untuk menilai performa, kelebihan dan
kekurangannya.
ILMUKABEL.COM – Sebelum menjelajah lebih dalam mengenai perbandingan konduktor HTLS (High
Temperature Low Sag)menggunakan CCP Software ini, sebaiknya anda refresh sejenak overview tentang
CCP Software di CCP PART 1 dan juga pembahasan mengenai konduktor HTLS & HCLS.
Konduktor yang akan dibandingkan adalah ACCC/TW_Lisbon, ACSR-Hawk, Hi-STACIR-AW, G-
TACSR (GAP). Ada baiknya kita melihat gambaran setiap konduktor supaya dapat membantu
mempermudah pengamatan anda saat dibandingkan nanti :
1. ACCC/TW – Lisbon (Aluminum Conductor Composite Core/ Trapezoidal Wire)
Anda mungkin sudah tak asing dengan penjelasan ACCC, terutama di blog ini (lihat Part…) terbuat dari
kawat lunak/soft kelas “EC grade” Aluminum 1350 – O fully annealed dengan conductivity tinggi
mencapai 63% – 64% (IACS) setelah melalui tahap Annealing/pemanasan (Tensile Strength < 100 N/mm2)
dan mampu bertahan pada suhu tinggi 350 Suhu operasi konduktor 180˚C dan max operasi di
200˚C. Composite core berbentuk bulat solid buatan CTC Global ini terbuat dari Carbon fibersdilapisi
oleh Glass fibers dan, keduanya disatukan dengan Organic Epoxy Resin. Glass Fibers (warna coklat
kekuningan) akan melindungi Carbon fibers (warna hitam). Epoxy Resin mempunyai peranan yang sangat
penting diantara keduanya. Tensile core sangat tinggi melebihi steel strand pada ACSR konvensional &
mempunyai Thermal Expansion sangat rendah 1.61 x 10-6 . Thermal Expansion yang rendah sangat berguna
saat dihadapkan dengan suhu operasi yang tinggi untuk meminimalisir pertambahan panjang, Sag /
andongan. Rekonduktoring menggunakan konduktor ini sudah menyebar di USA, China, Jepang, India,
Afrika, Vietnam dan tentu saja di Indonesia.

2. ACSR – 240 – Hawk (Aluminum Conductor Steel Reinforced)


Konduktor “tertua” ini banyak berjasa untuk transimisi Overhead. Proses pembuatannya sangat mudah pada
mesin stranding Rigid dan masih favorit hingga sekarang karena harganya yang relatif murah. Terbuat dari
kawat aluminum AAC yang diproses pada mesin “Rod Break Down” biasa (Hard Drawn – H19), berpenguat
(Reinforced) Galvanized steel strand. Suhu operasi 75˚C dan max 100˚C. (click tiap gambar untuk
memperjelas/zoom)
3. Hi-STACIR-AW (High Tensile Strength – Super Thermal Resistance Aluminum Alloy
Conductor -With Aluminum Clad Invar Reinforced)
Konduktor high temperature yang satu ini butuh kemampuan dalam pengerjaan komposisi material kawat
nya. Material kawat menggunakan Super Thermal Resistance Aluminum (STAL), sangat tahan pada suhu
tinggi max 240 ˚C dan suhu operasi 210˚C dengan berpenguat High Strength Aluminum-Clad Invar Wire
(36%Nickel–Fe) atau FE-Ni36 (36% Nickel dan 64% Fe). Nama “Invar” diambil dari kata “Invariable”,
ditemukan tahun 1896 di Swiss oleh Charles Édouard Guillaume. Thermal Expansionnya rendah, hanya
sebesar 3,7 x 10-6 . Sebagai gambaran, Klep/Valve motor juga menggunakan Alloy ini untuk menghadapi
panasnya ruang bakar pada silinder. Produsen ternama LS Cable Korea sudah banyak menginstalasi di
beberapa negara, Italy, Korea, Malaysia, China dll.

4. GTACSR – (Super – Thermal/Heat Resistance Aluminum Alloy Conductor Steel Reinforced)


Konduktor spesialis buatan produsen raksasa Jepang J-Powers ini mempunyai kombinasi design yang unik
dan cerdas, familiar dengan sebutan Gap Conductor Konstruksi kawat Heat Resistance nya terdiri dari
Trapezoidal Wire di layer 2 dan wire bulat di layer ke tiga. Berpenguat Extra High Strength Steel Strand.
Diantara steel strand dan Trapezoidal Wire terdapat rongga atau “gap” yang dipenuhi grease supaya steel
strand dapat bergerak/sliding pada suhu operasi tertentu (penjelasan lengkap ada di bawah). Kekuatan suhu
sama dengan Hi-STACIR-AW, yaitu 210˚C dan max mencapai 240˚C. Sangat sukses di Jepang dan sudah
menyebar di beberapa negara.

Supaya dapat membedakan dengan lebih jelas, berikut adalah rangkuman data properties nya (Penting !!!) :
Dari ke tiga konduktor HTLS – HCLS di atas (kecuali ACSR) mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin
mengoptimalkan kekuatan & ketahanan “core” serta menciptakan material kawat yang handal dari sisi
elektrisnya, atau kombinasi diantara keduanya.

Sekarang saatnya untuk masuk pada Conductor Comparison Program untuk memandingkan ke empat
konduktor di atas sebagai berikut (tersedia dalam 9 bahasa untuk memudahkan user) :
Saat masuk ke CCP_software kita dapat langsung memilih konduktor di atas pada tiap kolom. Kita pilih
ACCC sebagai “base” nya.

Pada kolom – kolom selanjutnya anda bebas memilih konduktor yang anda inginkan. Untuk
membandingkan, sebaiknya pilihlah size konduktor yang setara/sebanding terlebih dahulu. Misal ACCC
Lisbon adalah setara dengan ACSR-Hawk ditandai dengan diameter konduktor yang sama (teoritis) yaitu
21.793 mm, atau ditandai dengan area aluminium yang hampir sama yaitu 241,7/ 241,3/247,8 mm2 (kecuali
ACCC mencapai 315,5 mm2 karena seluruh kawatnya berbentuk trapezoidal yang dapat meningkatkan
luasan area tanpa memperbesar diameter konduktornya), lihat gambar :
Tabel 01 (dalam mm2)

Tabel 02 (dalam kcmil)

Berikutnya adalah penentuan parameter – parameter penting lainnya yang harus kita masukkan dalam
program, diantaranya adalah :

1. Input Lingkungan/Environmental Input : Sun radiation, Ambient Temperature, Wind, Elevation,


Solar absorptivity, Emissivity, Wind angle.
2. Input Asumsi Pembebanan & Penghematan Pembangkitan/Load & Generation Savings
Assumsions Input : Line length, Voltage, Peak Operations Amps, Load Factor, Loss Factor, Peak
power per circuit, Phases/Circuit (1,2 or 3), Cost of energy generation, Installed Generation cost
3. Initial Sag Temperature (5, 10, 20˚C dst.) & Max Allowable Sag (batas sag yang diijinkan, pada
grafik akan timbul garis putus – putus, 5-8-10 meter dst.)
4. Input Kondisi Cuaca / Wind or Ice load : Temperature, Windspeed (km/hr), Safety factor, Radial
Ice thickness, Ice density, %RTS. Untuk memudahkan user dapat pula memilih pada kolom pilihan
standard NESC berupa pilihan NESC Heavy (cuaca ekstrim), Medium, Light. Juga CSA Heavy, Medium,
Light dan akan otomatis terisi, atau anda dapat memilih asumsi cuaca sesuai keinginan atau
disesuaikan dengan lingkungan atau cuaca dimana konduktor nantinya akan dipasang, dengan
menginput nilai tersendiri.
Setelah menginput semua parameter, maka program akan otomatis menghitung dan menghasilkan
angka/nilai lengkap seperti yang tertera di bawah (klik untuk zoom) :
(download lengkap tabel Comparison dalam PDF tersedia di bawah artikel)
Cermati tabel diatas serta hubungkan dengan konstruksi konduktor dan properties wire + core di tabel
properties.

Hasil input parameter akan tercetak secara otomatis dan terletak di bagian bawah / “footer” tabel.

Untuk melihat hasil Sagging/ Andongan nya dapat dilihat juga pada hasil grafik berikut :

Terlihat, ACSR berbentuk garis lurus yang menanjak seiring dengan pertambahan suhu. Terjadi pemuluran
pada kawat dan steel strand secara signifikan yang menyebabkan nilai Sag terus bertambah (7 m pada
100˚C, yaitu di suhu operasi maximum nya). Sag ACCC-Lisbon masih lebih kecil dari Hi-STACIR-AW dan
ACSR, mengingat Thermal Expansion Composite Core lebih kecil yaitu sebesar 1.61 X 10-6 (selalu lihat
tabel properties sebelumnya diatas untuk memahami ulasan pada paragraf ini). Pergerakan Sag pada
GTACSR lebih landai (seperti kurva), tidak terlihat “Knee Point” (transisi dimana wire sudah tidak lagi
mempunyai tension dan beralih pada core yang memikul tension tersebut) seperti halnya Knee Point yang
ada pada ACCC dan STACIR. Hal ini dimungkinkan adanya rongga/gap + grease antara steel strand dengan
wire trapezoid yang ada diatasnya yang memungkinkan steel dapat bergerak/sliding. Pada kondisi initial
sagging GTACSR, tegangan mekanis hanya terjadi pada steel core. Manfaat lain, tension pada tower pun
rendah (lihat tabel di atas). Pada suhu dibawah 100˚C, dapat berperan seperti layaknya ACSR biasa dan pada
suhu tinggi, konduktor ini dapat berperan sebagai konduktor HTLS (high temperature) seperti grafik
dibawah, unik bukan ?
Jika kita perhatikan grafik dibawah, untuk urusan kemampuan kuat hantar arus (KHA) atau Ampacity,
ACCC-Lisbon memang selau berada paling atas dengan nilai tertinggi mencapai 1317 A, ini merupakan
kerja sukses dari kawat 1350 – O dengan conductivity wire nya yang tinggi 63%, serta filling factor kawat
Aluminium yang juga tinggi hingga 93 – 94%, namun akan terbatas pada suhu operasi max 200˚C sebagai
batas kemampuan Composite Core nya. Disusul oleh Hi-STACIR-AW (1308 A) dan team Yamaha Jepang
GTACSR (1256 A) pada putaran lap ke tiga….(“ups…sorry, kenapa jadi MOTO-GP neeh ?@#?…..”).
Maksudnya, Ampacity keduanya masih dapat merambat naik meski konduktor dihadapkan pada suhu sangat
tinggi sebesar 240˚C, disinilah letak fungsi kawat High Temperature Resistance nya. Perlu diingat kembali
bahwa Sag pada posisi ini sudah mencapai ± 7 m (lihat kembali Grafik Sag). Perpaduan antara Grafik Sag
dan Grafik Ampacity Vs Temperature sangat penting dan tidak dapat dipisahkan (sebaiknya anda kritisi
pada point ini jika mendapati hal yang sama).

Sebagai penutup, secara garis besar, saya sajikan ranking pada tiap category berdasarkan hasil perbandingan
konduktor menggunakan CCP_Software berikut ini (versi : ilmukabel)

HIGHLIGHTS
Perbandingan Konduktor HTLS ini cukup penting dilakukan untuk mengetahui performa, kelebihan dan
kekurangannya sebelum melangkah lebih jauh saat kita ingin melakukan seleksi pada konduktor yang akan
kita pilih atau gunakan. Tentu saja pilihan akhir juga sangat ditentukan pada tujuan awal anda, budget,
kemudahan instalasi, harga aksesoris rekonduktoring yang ekonomis, kemudahan cara pemeliharaan dan
trouble shooting saat menghadapai masalah di kemudian hari, dan banyak lagi faktor lainnya.
Oya….anda dapat mencoba untuk request CCP_Sofware ke CTC Global melalui…
http://www.ctcglobal.com/resources/software atau langsung ke pengisian form nya
di….. http://www.ctcglobal.com/request-free-software

Dapatkan ulasan menarik selanjutnya tentang MILIKEN CONDUCTOR for High Voltage Cable…

1. Download artikel Conductor Comparison ini (PDF)


2. Download hanya Tabel & Grafik hasil Perhitungan CCP_Software diatas (PDF)
FREE ELECTRICAL SOFTWARE (in EXCEL / Visual Basic) :
1. Cable Sizing Software & Voltage Drop
2. Home Electrical Bill Software, Energy Consumption & Electrical Load Calculator
3. Highline Tension Calculator (Spreadsheet)
4. Calculate Technical Losses of Distribusion Line

CCP SOFTWARE, WATCH THE VIDEO :

Share artikel ini jika bermanfaat untuk anda dan orang lain….
Keep in touch……..Thanks….

No comments
SAG CALCULATION with CCP SOFTWARE (PART 1)
KONDUKTOR

Sag Calculation – ILMUKABEL.COM


Sag Calculation atau Perhitungan Sag/andongan overhead conductor (konduktor yang dipasang pada
tower transmisi) dapat dengan mudah dilakukan menggunakan CCP software. Software ini dapat diinstall
di komputer atau laptop kita dengan tampilan EXCEL. Dibuat oleh CTC Global, produsen Composite
Core yang dipakai di konduktor ACCC/TW sebagai pengganti steel strand
pada ACSR konvensional (silahkan membuka kembali tentang ACCC di PART 1 ). Sag atau andongan itu
sendiri secara sederhana adalah lengkungan ke bawah yang terjadi pada konduktor antara tower/menara
transmisi (dalam satuan meter atau feet). Sag akan bertambah manakala suhu konduktor meningkat saat
diberi arus (lihat kembali tentang sag di PART 3)
Dilihat dari arti CCP itu sendiri yaitu “Conductor Comparison Program”, maka perhitungan Sag disini
sebenarnya adalah merupakan salah satu bagian saja dari keseluruhan perhitungan konduktor yang ada.
Program ini dibuat untuk memudahkan user dalam
melakukan analisa/perbandingan diantara beberapa type dan size konduktor sekaligus tanpa perlu
menghitungnya satu persatu (misalnya : konduktor jenis ACCC/TW vs ACSR vs TACSR vs ACSS vs
ACCR). “Oya..apakah anda pernah mencoba menghitungnya secara manual dengan rumus ?? saya jamin
pasti pusing, ha ha ha….”
Didalam program ini memuat beberapa perhitungan penting yang diperlukan pada konduktor overhead
diantaranya adalah :

 Parameter konduktor seperti DC & AC resistance, Rated strength, Ampacity dll


 Line Losses (rugi – rugi) yang timbul pada transmisi dalam (MWh), bahkan menghitung juga cost yang
timbul pada kurun waktu tertentu sampai 30 th (dalam $)
 Generation Saving (Penghematan Pembangkitan Listrik). Pembangkit listrik menggunakan gas,
minyak, coal dll yang harganya cukup mahal. Perancang harus tahu konduktor mana yang mempunyai
losses tinggi dan tidak, sehingga baik secara langsung atau tidak langsung dapat menghemat biaya
sumber daya pembangkit.
 Initial Sag/Initial Tension
 Sag/Tension pada suhu tertentu (sag pada suhu “peak”, “rated operating”, pada “maximum operating”
dll)
 Sag/Tension pada suhu beku/salju, sag terhadap angin kencang (Wind/ice/cold). Biasanya pada
negara tertentu dengan suhu super dingin (katakanlah -20 ˚C) dan goncangan karena tiupan angin yang
sangat kencang atau badai perlu dilakukan perhitungan sag tersendiri. Sag dan tension pada tower
tentunya akan berbeda pada situasi tersebut. Program ini sudah diperbaharui dan sudah dapat
menghitungya.
 Knee Point Sag Temperature
Berikut adalah snapshot tampilan awal dari salah satu contoh hasil perhitungan perbandingan konduktor
dengan menggunakan CCP Software.

(Klik pada tiap gambar untuk memperjelas)

Berikut ini contoh perbandingan konduktor dari beberapa type konduktor (ACCC LISBON, ACSR HAWK,
Hi-STACIR, ACSS/TW). Dalam pemilihan type konduktor dan size, kita tidak perlu mengetik, cukup klik
pada kolom type konduktor dan size konduktor maka akan keluar daftar yang tersedia.

Dan ini adalah contoh hasil perhitungan Sag/andongan nya :

Kolom sebelah pertama disebelah kiri menjadi “base” / basis konduktor yang akan dibandingkan dengan
jenis konduktor lain di 3 kolom sebelah kanan.

Saya ambil satu contoh saja yaitu untuk ACCC sag dan ACSR sag pada kondisi Maximum Operating
Temperature nya, yaitu pada kolom pertama (ACCC_LISBON) adalah 5.8 meter dan pada kolom kedua
(ACSR 477-HAWK) adalah 6.55 meter (note : kondisi cuacanya saya coba hitung pada kondisi suhu dingin
-20 ˚C dan kecepatan angin 64.4 km/jam). Perlu dicatat bahwa hasil perhitungan dengan beberapa asumsi
cuaca dan atau penentuan parameter lain yang dimasukkan akan menghasilkan Sag yang berbeda – beda
pula. Yang diharapkan adalah nilai Sagging yang kecil, sehingga clearence/jarak aman dari konduktor
terhadap tanah lebih besar.
Dengan perhitungan manual mungkin dapat menghabiskan waktu berjam – jam serta menghabiskan 5
sampai dengan 10 cangkir kopi, namun dengan CCP Software ini, cukup 10 menit saja, dan anda akan akan
mendapatkan hasil perhitungannya sebelum kopi anda habis….”traalaaa”….
Bukan hanya perhitungan Sag/andongan saja namun perhitungan lainnya pun akan anda dapatkan seketika.
Selain itu anda akan mendapat bonus lain berupa tampilan grafik agar memudahkan analisa kita seperti

gambar berikut :

OR WATCH THE VIDEO :


Masih banyak fitur – fitur lain yang tersedia dalam program ini, penasaran….. ?? nantikan ulasan
selanjutnya di CCP_PART 2

Tune on ….. , thanks


Note : agar tidak mengambil seluruhnya data yg tertera pada tabel di atas, karena memerlukan input
data/parameter lain disesuaikan dengan keadaan (data di atas hanyalah sebagai contoh atau ilustrasi)

No comments
(PART 5) SIMPAN UANG ANDA dengan REKONDUKTORING ACCC (Tanpa Tower Baru)
KONDUKTOR
ILMUKABEL.COM – Keunggulan ACCC/TW terakhir yang saya bahas disini adalah bagaimana konduktor
ini ternyata mampu menangani berbagai masalah pelik, rumit dan tak jarang menjadi berkepanjangan di
tanah air kita yang tercinta ini, atau mungkin di semua negara.

Bayangkan, biaya untuk satu jaringan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) PT. PLN
(Perusahaan Listrik Negara) membutuhkan dana Rp. 20 miliar (baca beritanya disini). Pembebasan lahan
baru sering menemui jalan buntu, masyarakat sekitar ingin mendapat harga tanah yang tinggi, hampir diluar
akal (lihat disini) . Sedangkan PLN tentunya mempunyai keterbatasan dana. Demo warga pun sering
membuat pening pejabat PLN, isu radiasi menjadi pemicu konflik ini, ditambah para provokator yang
mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mendapatkan uang. Tak heran, proyek pembangunan
menjadi terbengkalai dalam hitungan bulan hingga tahunan (Hhmmm….).
But don’t worry sobat…..berbagai masalah di atas sudah dapat diatasi dengan memakai konduktor
ACCC/TW ini. Begini ceritanya…..

Masih ingat pembahasan keunggulan ACCC – HCLS yang mempunyai Current Carrying Capacity 2x
lipat dari ACSR konvensional di PART 4 ? (sebaiknya cek dulu sebentar). Karena ACCC mampu
menghantarkan arus lebih besar, meski dengan luas penampang dan berat konduktor yang relatif sama
(bahkan lebih rendah sedikit), maka memungkinkan penggantian konduktor ACSR yang lama dengan
konduktor ACCC (misal : ACSR 240 bisa diganti dengan ACCC Lisbon). Penggantian konduktor dengan
memanfaatkan tower yang ada, biasa disebut REKONDUKTORING / RECONDUCTORING.
Berikut salah satu contoh rekonduktoring ACCC/TW LISBON di line transmisi 132 Kv di Gujarat, India.

Thanks to : Mr. Richard Sachs for STERLITE

Langkah pertama adalah menarik konduktor existing (ACSR), lalu diikuti dengan penyambungan konduktor
ACCC secara bersamaan. Meski prinsip kerjanya mirip dengan pemasangan ACSR, namun tetap diperlukan
training khusus dalam pemasangannya. Salah satu training yang pernah saya ikuti adalah training
tentang DEAD END and SPLICES INSTALLER.

Didalamnya dibahas bagaimana teknik pemasangan konduktor/jointing pada Dead End, ukurannya, jenis
Tensioner/Bullwheel, ukuran roller, collet, sudut penarikan, teknik press hidrolik dan sebagainya.
Installer harus mempunyai serfikat ini. (Prinsip kerja, aksesoris dan perlengkapan rekonduktoring mungkin
akan di bahas dilain waktu). Note : CTC Corp. sekarang berubah menjadi CTC Global.
Di Indonesia sendiri (PT.PLN) sudah banyak melakukan rekonduktoring ACCC/TW ini, misalnya
saja rekonduktoring ACCC di kota Tangerang, dan di Cigereleng, Bandung keduanya sudah berhasil di
energized.
Dua gambar di bawah adalah contoh rekonduktoring selain ACCC/TW, hanya untuk lebih memperjelas saja
view/landscape antara tower, posisi Bullwheel, dan konduktor pada haspel/drum

Thanks to : 1080.com, NES & Tesmec.com


Penghematan biaya dari sistem rekonduktoring di atas, jelas berdampak sangat signifikan. Menurut Reinaldi
(PT. PLN Sumetera), Cost untuk satu tower pada Transmission Line 150 Kv,adalah seharga kurang lebih
10.000 USD (sudah termasuk material tower dan service of construction cost, namun belum termasuk biaya
area tower). Sehingga jika pembuatan tower baru dapat dihindari, cost di atas dapat dialihkan untuk biaya
yang lain. Jika misalnya penghematan tersebut dikali 1719 tower seperti seperti gambar di bawah..?? (click
untuk memperjelas gambar)

Ketepatan waktu pelaksanaan instalasi dapat lebih tercapai karena tidak terganggu oleh ijin lahan dan pada
akhirnya masyarakat dapat lebih cepat mendapatkan sarana listrik yang lebih memadai.

Penghematan biaya dapat terasa pula dari sisi konsumsi pemakaian sumber daya energi yang dipakai untuk
menghasilkan listrik (contoh di Provinsi Sumatera). Dengan konsumsi energi yang sama dengan ACSR,
maka ACCC akan menghasilkan keluaran energi 2 kali lipat, sehingga bisa lebih berhemat. Minyak, Coal,
Gas paling banyak digunakan, dan harganya sangat mahal.

Dari apa yang sudah dibahas tentang keunggulan – keunggulan konduktor ACCC/TW mulai dari PART
1 sampai dengan PART 5 ini, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa performa ACCC memang lebih baik
dari ACSR konvensional, bagaimana menurut anda ?
Rekonduktoring merupakan pilihan terbaik yang bisa dilakukan, demi untuk mempercepat ketersediaan
kebutuhan energi listrik yang memadai. Saat ini, Indonesia dengan program 35000 Mega Watt nya
merupakan lahan subur bagi industri kabel, kontraktor, atau investor lain untuk segera menyambutnya…..

Get the ACCC INSTALL GUIDE on google play (stringing and installation)

Nantikan topik menarik lainnya di .….


Salam Power……!!!
No comments
ACCC/TW CONDUCTOR (PART 3) Keunggulan Pada Temperature Tinggi dan Low Sag
KONDUKTOR

HTLS (High Temperature Low Sag)


Salam Power….!!!, kembali ke bahasan kita selanjutnya (oya…bagi visitors yang sudah terlanjur mampir
di part 03 ini, saya sarankan mundur sedikit di Part 01 dan Part 02)…let’s go…
Keunggulan ACCC/TW yang ke empat adalah ketahanan terhadap suhu operasi yang tinggi, untuk itu
konduktor ini termasuk golongan konduktor HTLS (High Temperatur Low Sag), namun ada juga pendapat
bahwa ACCC/TW lebih cocok dikategorikan sebagai konduktor HCLS (High Capacity Low
Sag). “waduuh….apalagi nih maksudnya……?”
“Okay….step by step……”
Yang dimaksud suhu operasi tinggi disini yaitu temperatur operasi diatas 100˚ Celcius. ACSR konvensional
bukanlah termasuk HTLS, karena suhu operasinya dibawah 100˚ Celcius. Jika ACSR dioperasikan di atas
itu dalam waktu lama maka akan terjadi perubahan karakteristik kawat Aluminum maupun steel
strand/penggantungnya. Secara kasat mata, sagging/andongan akan terjadi (konduktor melengkung ke
bawah diantara dua tower) karena steel strand sebagai penahan beban kawat Aluminum mulai memanjang
(Elongate/expand), ‘tensile strength’/kuat tariknya akan berkurang, ‘losses’ mulai tinggi, dan umur
konduktor pun akan berkurang. Keadaan operasi tinggi ini biasanya ditemui saat beban listrik naik (misal :
saat sore menjelang malam, saat pengguna banyak menggunakan energi listrik), atau saat terjadi gangguan
listrik di salah satu saluran, sehingga saluran lisrik yang lain harus menerima beban itu dll. (lihat
juga perhitungan Sag disini)
(Thanks to : Freepik.com, and Mr. Jericho, nice shot)
Kembali tentang HTLS, sesuai dengan namanya High Temperature = artinya konduktor harus mampu
beroperasi di atasdiatas 100˚ Celcius, dan Low Sag = artinya dengan temperature tersebut, sag/andongan
adalah minimum (ie. pemuluran penggantung minimum).
1. High Temperature, ini sebenarnya akan mengarah pada pemilihan material kawat konduktor, yang
dicari/dipilih adalah material yang mempunyai kestabilan karakteristik electrical dan mechanical pada
suhu tinggi. Penurunan tensile strength misalnya, atau perubahan conductivity kawat. Tabel di bawah
menjelaskan bagaimana karakteristik dari material kawat tsb.

Thanks to : EPRI, for California Energy Commission


1. Hard drawn Aluminum 1350 dengan proses penarikan kawat biasa (Drawing Process), suhu yang
dapat dioperasikan pada operasi continues (beban arus listik normal) hanya mampu beroperasi pada
90˚ Celcius dan saat ada beban lebih (emergency), hanya 125˚ Celcius.
2. Thanks to Japan, membuat improvement dengan TAL dan ZTAL, material kawatnya mampu
bertahan pada suhu 150˚C dan 210˚C. Konduktor ini sangat familiar dengan sebutan T-ACSR.
Peningkatan kekuatan/ketahanan ini terletak pada bahan yang dicampurkan pada Aluminum
yaitu Zirconium. Untuk mengetahuinya terdapat uji sample pada kawat yaitu Tensile Strength Ratio.
Pada saat kawat diuji dengan ageing/pemanasan sampai dengan 230˚C, penurunan Tensile strength
sebelum dan sesudah dipanaskan tadi tidak boleh kurang dari 90%, artinya Tensile strength
kawat tidak boleh turun 10% setelah dipanaskan. Ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan kawat jika
pada nanti saat pemakaiannya melebihi dari suhu operasi normal (emergency). Untuk membuatnya
cukup sulit, karena kontradiktif antara Tensile strength dengan Conductivity. Jika Tensile strength terlalu
kuat, maka Conductivity biasanya akan terpengaruh turun, atau bisa juga terjadi crack pada
kawat. Diperlukan komposisi Al dan Zr yang baik untuk tetap menyeimbangkan antara tensile,
conductivity dan ketahanannya pada suhu yang tinggi. Namun demikian, condutivity kawat terbatas
di 60%.
3. Terakhir adalah Fully Annealed Aluminum 1350 – 0 (check it out again in Part 2). Suhu operasi
kawat ini mampu menembus ke angka 350˚C, tanpa akan mengalami perubahan properties yang
berarti Selain itu kemampuan ini diiringi dengan kelebihan lain, yaitu conductivity kawat akan naik dari
normal 61.8% menjadi 63% minimum, sehingga arus yang akan dibawa pun semakin baik. Bisa jadi,
atas dasar itulah konduktor ACCC/TW menggunakan kawat type 1350 – O fully annealed. Namun
demikian, meski suhu operasi material – material kawat yang digunakan pada konduktor HTSL relatif
tinggi, ada hal lain yang menjadi perhatian, yaitu kemampuan material penggantung/penguat/support
nya, materialconnector dll. Material penggantung ACCC/TW adalah Carbon Fiber Compostie Core,
kemampuan suhunya adalah di 180˚C (continues) s.d 200˚C (emergency). Pada ACSR dengan
penguat steel strand kemampuannya berada di bawah 100 ˚C, di atas itu steel akan memanjang/expand
(sag). Kemampuan material kawat sangatlah penting untuk meningkatkan performa konduktor, namun
demikian perlu dibarengi juga dengan keandalan material penggantungya (mungkin akan diterangkan di
“next part”)

ACCC SAG TEST Vs ACSR


Berikut adalah salah satu contoh uji coba ketahanan suhu dan sag pada ACCC/TW dengan ACSR

Saat di ‘Energized’/dialiri arus, ternyata terbukti, setelah konduktor mencapai suhu 110 ˚C, ACSR sudah
mengalami pemuluran/sagging sangat signifikan, dan pada ACCC/TW, tercatat sedikit sekali sagging
yang terjadi, jauh dibandingakan dengan ACSR tersebut. (ACSR = right side, ACCC/TW = left
side). Parameter yang diperhatikan/diukur disini antara lain adalah Ampere, waktu, temperatur konduktor,
kecepatan & arah angin, tension/tarikan kedua konduktor, temperature lingkungan, temperature dead end
(pemegang konduktor), tinggi sagging, panjang/’span’ konduktor dll.

Watch the ACCC LISBON SAG Vs ACSR here :


Dibawah ini adalah ilustrasi pemasangan konduktor di atas tower (location : Kota Bandung, Jawa Barat,
Indonesia)

SAMPLE OF ACCC INSTALLATION


“Oh my god….Woooww….watch out guys…..be careful……!!!” (heey…where is SUPERMAN…..??)
Penggunaan konduktor ACCC/TW ini ternyata sudah cukup banyak di Indonesia (digunakan oleh PT.PLN)
tersebar dibeberapa wilayah dan sudah cukup terasa manfaatnya. Pabrikan penyumbang terbesar salah
satunya adalah PT.KMI Wire and Cable Tbk, berhasil memproduksi lebih dari 8000 km, termasuk ekspor
ke Vietnam dan Nigeria.
Selanjutnya, bagaimana ACCC/TW bisa dikatakan juga dalam kategori HCLS (High Capacity Low
Sag) ??
Nantikan ulasannya yang lebih menarik di part 04…..Thanks

No comments
(PART 2) KEUNGGULAN KONDUKTOR ACCC/TW (Aluminum Conductor with Composite Core /
Trapezoidal Wire)
KONDUKTOR
Salam “POWER” …!!!
Sebelum membaca ini, sebaiknya buka kembali apa yang sudah dibahas sebelumnya di Part 01
Kita lanjutkan sebagai berikut :……

Keunggulan yang ketiga adalah nilai Conductivity kawat di design untuk mencapai nilai tertinggi nya
yaitu hingga mencapai 63.0 % (minimum), nilai yang fantastis yang mesti dicapai. Konduktor ACCC/TW
ini menggunakan Aluminum 1350, kelas “EC” grade (Electrical Conductor), dengan tingkat kemurnian
tinggi yaitu 99.5 % Aluminum atau lebih. kita tahu bahwa dalam kondisi normal, Electrical Conductivity
1350 EC pada 68˚ F adalah 61.8% min (IACS) . Mengapa saya katakan fantastis ? karena untuk
meningkatkan 0.5% conductivity saja sudah cukup sulit, apalagi harus meningkatkannya hingga 1% lebih.
Namun, disitulah letak keunikan dan menjadi nilai jual dari ACCC/TW. Karena dari tahap inilah tujuan
utama konduktor ini dapat tercapai, yaitu dapat menghantarkan listrik 2x lipat dari ACSR biasa. (lihat
screen shot dibawah ini di sebelah kanan, Conductivity wire adalah 63%)

(thanks to : www.kmi.co.id), selengkapnya dapat anda lihat disini atau di sini (pdf)

Tabel 2 (perbandingan seri Aluminum, thanks to MWS Wire Industries, 31200 Cedar Valley Drive, Westlake
Village, MWS wire industries)
Pertanyaan selanjutnya…bagaimana bisa mendapatkan nilai conductivity setinggi itu ?
Jika kita lihat dalam standard nya, terdapat keterangan “1350 – O” tempered Aluminum, dalam kelas basic
heat treatment, “O”menunjukkan bahwa terdapat perlakuan panas yang diberikan, atau biasa
disebut “annealed”, yaitu proses pemanasan dengan suhu dan waktu tertentu. Cara ini menghasilkan
tingkat Ductility kawat yang tinggi dan tensile strength yang rendah dibawah 100 N/mm2. Proses fully
annealed ini mengakibatkan kawat menjadi sangat lunak. Elongasi/pemuluran kawat pun semakin
tinggi, diatas 15%.
Berikut adalah screen shot dari contoh data sheet yang menunjukkan keterangan di atas : (Thanks to : CTC
data sheet)
“H 19” juga ditegaskan pada standard. Hal ini menunjukkan tidak ada lagi perlakuan panas yang
dibutuhkan/ditambahkan, jika ada perlakuan lain yang dilakukan pada kawat tsb, seperti cold working
atau strain hardening (strain hardening mungkin saja terjadi saat kawat dipilin/stranding).
Meski demikian, pada kenyataannya tidak akan semudah itu, perlu pengetahuan yang baik tentang
komposisi material dan heat treatment process, tentunya ada trik – trik khusus yang diperlukan.

Kunci utama adalah pada keberhasilan proses – proses di atas, termasuk profile kawat dan dimensi. Jika
gagal pada tahap ini….tidak ada lagi yang perlu dilanjutkan….

(soft wire)
Inspeksi dan kontrol ketat terhadap kualitas properties kawat, baik electrical & mechanical sangatlah
penting. Handling proses yang apik disertai dokumentasi yang lengkap merupakan syarat utama. Dapat
dipastikan, produsen konduktor ACCC/TW ini tentunya mempunyai sistem produksi & quality management
yang handal.

By using our site you agree to our Cookie policy

Don't show again for 30 days

 Sign In
 Register
 Most Popular
 Art & Photos
 Automotive
 Business
 Career
 Data & Analytics
 Design
 Education
 Hi-Tech
+ BROWSE FOR MORE

 Home
 Documents
 konduktor ACSR

Permasalahan utama dari pengoptimalan saluran transmisi tersebut adalah

tegangan tarik dan andongan yang timbul pada konduktor tersebut menjadi lebih

besar, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan arus

saluran terhadap tegangan tarik dan andongan konduktor, dengan demikian

diharapkan dari hasil penelitian ini akan berguna untuk membangun struktur

konstruksi saluran transmisi yang sesuai dengan sifat dari konduktor tersebut.

Sebagai model simulasi digunakan saluran transmisi tegangan tinggi 500 kV

dengan data-data konduktor ACSR yang sesuai dengan yang ada di lapangan.

Temperatur konduktor dihitung berdasarkan persamaan keseimbangan panas.

Metode Ruling Span digunakan untuk menentukan panjang span equivalen.

Sementara itu metode Catenary digunakan untuk menghitung tegangan tarik dan

andongan konduktor tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan Kemampuan hantar arus untuk konduktor ACSR berpenampang

392,8 mm

adalah 940 Ampere pada temperatur kerja maksimum 90

C dan 780

Ampere pada temperatur pembebanan harian 75

C.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Bahan Penghantar (konduktor) adalah zat atau bahan yang bersifat dapat

menghantarkan, baik listrik maupun kalor. Umumnya penghantar memiliki

sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor yang dapat berupa zat padat dan

cair. Konduktor adalah bahan yang di dalamnya banyak terdapat elektron bebas

yang mudah untuk bergerak. Tarikan antara elektron yang berada dalam edaran

paling luar dan intinya adalah sangat kecil, hingga dalam suhu normal pun ada

satu atau lebih elektron yang terlepas dari atomnya.Terdapat dua jenis konduktor

yaitu bahan konduktor yang baik yang mempunyai tahanan jenis yang kecil dan

konduktor yang kurang baik yaitu konduktor yang memiliki tahanan jenis yang

besar.

Kawat penghantar yang biasa digunakan (konvensional) untuk saluran

transmisi udara adalah kawat penghantar alumunium jenis ACSR (Aluminium

Conductor Steel Reinforced) yaitu kawat berlilit dengan inti serat baja di tengah

yang dikelilingi oleh lapisan lapisan serat aluminium Kelebihan konduktor jenis
17

ACSR adalah harganya yang relative murah, pemasangan pada saluran transmisi

yang tidak memerlukan isolasi serta sifat bahan aluminium yang baik untuk

menghantarkan arus. Kelemahan konduktor jenis ACSR adalah pada suhu 90° C

bahan ini memuai dan memiliki tahahan jenis yang tinggi.

4.2 Saran

Saya sebagai pihak penulis menyarankan bahwa untuk transmisi tegangan

tinggi sebaiknya menggunakan penghantar lain selain ACSR(Aluminium


Conductor Steel Reinforced) karena meskipun jenis penghantar tersebut sudah

bagus namun masih ada kekurangan pada saat terjadi suhu tinggi karena

penghantar jenis ini hanya tahan hingga suhu 90°C, sehingga diharapkan mampu

merancang sirkuit jaringan baru yang lebih baik.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Ricky Tripoetra ”konduktor”

https://www.academia.edu/7051428/Konduktor
(Diakses pada 24 oktober 2014
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/chairul.hudaya/material/konduktor.pdf
(Diakses pada 24 oktober 2014)
18
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32765441/Bahan_pengh

antar.pptx
(Diakses pada 25 oktober 2014)
http://blog.ub.ac.id/reza04ub/2013/10/29/makalah-daya-hantar-listrik/
(Diakses pada 25 oktober 2014)
http://elkaasik.com/efek-kulit-skin-effect-pada-induktor/
(Diakses pada 10 November 2014)
PENGHANTAR TERMAL ACCR PADA SUTET 500KV”
19
prev
next

out of 20

KONDUKTOR ACSR

DownloadReport

 Published on
13-Apr-2016
 View
36
 Download
28

DESCRIPTION
klasifikasi ACSR yang baik

TRANSCRIPT
ACSR SEBAGAI KONDUKTOR YANG KURANG BAIK KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas keagunganNya kepada kami sebagai penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “konduktor yang kurang baik” Saya sebagai penulis menyadari
bahwa apa yang penulis torehkan dan tersusun dalam makalah ini memiliki nilai yang sangat sederhana.
Tentu pernyataan ini dilatarbelakangi oleh kemampuan penulis yang sangat terbatas baik dari segi wawasan,
pendapat, atau pun pengetahuan umum yang ada dalam diri penulis. Tetapi sebagai penulis yang mempunyai
kemampuan dan tekad dalam berkarya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, serta pihak-pihak yang telah banyak
memberikan kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata mohon maaf bila ada hal-hal yang kurang
berkenan dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak agar bisa memberikan kritik sehat
terhadap makalah ini sehingga karya ini dapat memiliki mutu dan bobot yang lebih baik dikemudian hari.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Bukit Jimbaran, September 2014 Penulis i DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATAPENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang………………………………………………………… 4 1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………. 5 1.3 Tujuan
Penulisan……………………………………………………… 6 1.4 Manfaat
Penulisan…………………………………………………… 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan
Teori 7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penghantar Transmisi Tegangan Tinngi 14 BAB IV
PENUTUP 4.1 Kesimpulan 16 4.2 Saran 16 BAB V DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka 17 ii BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam adalah unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras yang
tergolong penghantar panas dan listrik baik. Benda logam pada awalnya dibuat dari bijih logam, dimana
bijih logam dapat diperoleh dengan cara menambang baik yang berupa bijih logam murni maupun yang
bercampur dengan materi lain. Bijih logam yang diambil dalam keadaan murni yakni adalah emas, platina,
perak dan lainnya, sedangkan bijih logam yang bercampur dengan unsur lain, fosfor, silikon, karbon, serta
pasir. Karena logam dapat mengahantarkan panas ataupun listrik dengan baik maka logam tergolong bahan
yang bersifat konduktif. Penghantar (konduktor) adalah zat atau bahan yang bersifat dapat menghantarkan,
baik listrik maupun kalor. Umumnya penghantar memiliki sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor
yang dapat berupa zat padat dan cair. Konduktor adalah bahan yang di dalamnya banyak terdapat elektron
bebas yang mudah untuk bergerak. Tarikan antara elektron yang berada dalam edaran paling luar dan intinya
adalah sangat kecil, hingga dalam suhu normal pun ada satu atau lebih elektron yang terlepas dari atomnya.
Elektron bebas ini bergerak-gerak secara acak dalam ruang di celah atom-atom. Gerakan elektron-elektron
ini dinamakan bauran (difusi). Bahan-bahan yang bersifat konduktor ini biasanya digunakan untuk membuat
alat-alat yang sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energi, misalnya panci, setrika, kabel dan solder.
Bahan konduktor terdapat dua jenis yakni bahan konduktor listrik dan bahan konduktor panas. Konduktor
dalam bidang elektronika adalah bahan yang mampu menghantarkan listrik dengan baik. Bahan penghantar
listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Umumnya bahan yang baik digunakan sebagai konduktor
listrik adalah logam. Logam yang memiliki sifat sebagai konduktor dapat diperoleh dalam jumlah yang
cukup adalah besi, tembaga, seng, timah, aluminium, baja dan lainnya. Pemilihan logam sebagai bahan
konduktor tentu tidak sembarang namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti daya hantar
listrik, koefisien suhu tahanan, daya hantar panas, kekuatan tegangan tarik dan berat total serta losses.
Dengan memperhatikan kriteria pemilihan bahan logam sebagai konduktor tersebut diharapkan kita mampu
memilih bahan logam yang tidak hanya sekedar mampu menghantarkan listrik namun juga bersifat efektif
serta efisien secara teknis. Selain konduktor yang baik ternyata terdapat juga konduktor yang kurang baik
yaitu konduktor yang memilik tahanan jenis yang besar. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa itu yang disebut bahan
konduktor yang kurang baik? 2. Apa saja jenis bahan konduktor yang termasuk konduktor kurang baik? 3.
Bahan konduktor apa yang paling cocok untuk Transmisi tegangan tinggi? 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1
Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud bahan konduktor 2. Untuk mengetahui sifat
sifat dari bahan konduktor 3. Untuk mengetahui apa saja bahan yang yang termasih bahan konduktor yang
kurang baik 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Tujuan khusus penyusunan paper ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah bahan listrik 2. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang bahan konduktor khususnya bahan
konduktor yang kurang baik 1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. Manfaat Teoritis Dengan dibuatnya tugas paper
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fakultas Teknik khususnya Mahasiswa Teknik Elektro.
Berikut manfaat yang penulis harapkan melalui makalah ini Mahasiswa Teknik Elektro diharapkan dapat
mengetahui apa itu bahan konduktor khususnya bahan konduktor yang kurang baik. 1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini adalah hanya membahas bahan konduktor listrik dan tidak membahas
konduktor panas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1 Penghantar
Penghantar adalah zat yang dapat menghantarkan arus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena
sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis
yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. 2.1.2 Definisi Konduktor Konduktor adalah bahan
yang di dalamnya banyak terdapat elektron bebas mudah untuk bergerak.Tarikan antara elektron yang
berada dalam edaran paling luar dan intinya adalah sangat kecil, hingga dalam suhu normal pun ada satu
atau lebih elektron yang terlepas dari atomnya. Elektron bebas ini bergerak-gerak secara acak dalam ruang
di celah atom-atom.Gerakan elektron-elektron ini dinamakan bauran ( difusi ). Konduktor yang baik adalah
yang memiliki tahanan jenis yang kecil Sebab makin besar tahanan listrik maka makin besar disipasi kalor
akibat adanya aliran listrik sehingga makin banyak energi listrik yang hilang. Persamaan Ohm menyatakan
bahwa tahanan listrik suatu bahan berbanding lurus dengan panjang dan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Jadi, untuk memperkecil tahanan listrik kabel maka luas penampang kabel harus diperbesar..
Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut
memiliki tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat
mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak digunakan. Sedangkan
konduktor yang kurang baik memiliki tahanan jenis yang besar. 2.1.3 Daya Hantar Listrik Daya hantar
listrik adalah kemapuan benda dalam menghantarkan listrik. Listrik dapat berjalan disebabkan oleh adanya
arus listrik. Arus listrik yang mengalir dalam penghantar mengalami tahanan dari penghantar itu sendiri.
Kita dapat menghitung besarnya suatu tahanan dengan persamaan yaitu: Jadi semakin besar tahanan jenis (p)
maka nilai hambatan (R) semakin besar menyebabkan bahan konduktor menjadi bahan yang kurang baik
untuk digunakan. 2.1.2. Jenis Bahan Konduktor Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan
mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi. 3. Koefisien muai panjangnya kecil. 4. Modulus kenyalnya
(modulus elastisitas) cukup besar. 2.1.3.Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor 1. Logam
biasa, seperti: tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya. 2.Logam campuran (alloy), yaitu sebuah logam
dari tembaga atau aluminium yang diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain, yang
gunanya untuk menaikkan kekuatan mekanisnya. 3. Logam paduan (composite), yaitu dua jenis logam atau
lebih yang dipadukan dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding). 2.1.4 Macam-
macam bahan penghantar Fungsi penghantar pada teknik listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari
satu titik ke titik lain.Contoh bahan penghantar, antara lain : tembaga, aluminium, baja, seng, dl. 1.
Aluminium Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3, (-nya 1,4. 105, titikleleh 6580C dan tidak
korosif. Daya hantar aluminium sebesar 35 m/ohm.mm2ataukira-kira 61, 4 % daya hantar
tembaga.Aluminium murni dibentuik karena lunak, kekuatan tariknya hanya 9 kg/mm2.Untuk itujika
aluminium digunakan sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu diperkuat dengan baja atau
paduan aluminium.Penggunaan yang demikian misalnyapada : ACSR (Aluminium Conductor Steel
Reinforced), ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced). Berikut Gambar Penampang penghantar
dari aluminium Gambar 1.1 Komposisisi ACSR 2. Baja Baja merupakan logam yang terbuat dari besi
dengan campuran karbon. Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu :
baja dengan kadar karbon rendah ( 0 – 25 %), baja dengan kadar karbon menengah (0,25 – 0,55 %), dan baja
dengan kadar karbon tinggi ( di atas 0,55 %). Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu : , tetapi digunakan
pada penghantar transmisi yaitu ACSR, dimana fungsi baja dalam hal ini adalah untuk memperkuat
konduktor aluminium secara mekanis setelah digalvanis dengan seng. Keuntungan dipakainya baja pada
ACSR adalah menghemat pemakaian aluminium. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dibuat
penghantar bimetal (berbeda dengan termal bimetal pada pengaman) seperti gambar berikut: Gambar 1.2
penampang ACSR Sumber:bahan listrik, muhaimin 1993 Keuntungan dari penghantar dengan menggunakan
bimetal, antara lain : a. Pada arus bolak balik ada kecenderungan arus melalui bagian luar konduktor (efek
kulit) b. Dengan melapisi baja menggunakan tembaga, maka baja sebagai penguat penghantar terhindar dari
korosi. Pemakaian penghantar bimetal selain untuk kawat penghantar adalah untuk busbar, pisau hubung,
dan lain-lain. 2.1.4 Kriteria Pemilihan Bahan Logam sebagai Konduktor Konduktor dalam bidang
elektronika adalah bahan yang mampu menghantarkan listrik dengan baik. Bahan penghantar
listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Umumnya bahan yang baik digunakan sebagai konduktor
listrik adalah logam. Pemilihan logam sebagai bahan konduktor tentu tidak sembarang namun terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti daya hantar listrik, koefisien suhu tahanan, daya hantar panas,
kekuatan tegangan tarik dan timbulnya gaya elektro motoris termo. Dengan memperhatikan kriteria
pemilihan bahan logam sebagai konduktor tersebut diharapkan kita mampu memilih bahan logam yang tidak
hanya sekedar mampu menghantarkan listrik namun juga bersifat efektif serta efisien secara teknis. a. Daya
Hantar Listrik Arus listrik yang mengalir dalam penghantar selalui mengalami tahanan dari penghantar itu
sendiri. Besarnya tahanan tergantung bahannya, dan besarnya tahanan tiap meter dengan penampang 1 mm2
pada suhu 200C dinamakan tahanan jenis yang dihitung dengan persamaan: R = ρ ℓ
…………………………………………………………….(2.1) A atau ρ = R A
…………………………………………………….............(2.2) ℓ dimana R: besar tahanan salam satuan
ohm, ℓ: panjang kawat dalam satuan meter, A: penampang kawat dalam satuan m2, dan (: tahanan jenis
dalam satuan Daya hantar jenis adalah kebalikan dari tahanan jenis, dirumuskan: γ = 1
…………………………………………………………...(2.3) ρ satuan , dimana (: gamma dan S: Siemens b.
Koefisien Suhu Tahanan Suatu bahan akan mengalami perubahan isi apabila terjadi perubahan suhu,
memuai jika suhu naik dan menyusut jika suhu dingin, tentunya akan mempengaruhi besar nilai tahanannya,
yang dapat dihitung dengan persamaan : R = R0 { 1 + ( (t – t0) }
………………………………………………..(2.4) Dengan R0: besar tahanan awal (Ω), R: besar tahanan
akhir (Ω), t0: suhu awal (0C), t: suhu akhir (0C), dan (: koefiien suhu tahanan. c. Daya Hantar Panas Daya
hantar panas ini menunjukkan jumlah panas yang melalui lapisan bahan tiap satuan waktu dalam satuan
kkal/m.jam, derajat. Pada umumnya logam mempunyai daya hantar panas yang tinggi sedangkan pada
bahan-bahan bukan logam rendah. d. Kekuatan Tegangan Tarik Sifat mekanis ini penting untuk hantaran di
atas tanah, maka bahan yang dipakai harus diketahui kekuatannya lebih-lebih menyangkut tegangan tinggi.
Penghantar listrik dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Yang berbentuk padat umumnya logam, elektrolit
dan logam cair (air raksa) merupakan penghantar cair, dan udara yang diionisaikan dan gas-gas mulia
(neon), kripton, dan lainnya sebagai penghantar bentuk gas. 2.1.5 Skin Effect (Efek Kulit) Pada Saluran
Transmisi efek kulit adalah kecenderungan elektron untuk tidak mengalir pada bagian tengah penampang
melintang dari batang konduktor, jadi elektron akan cenderung lewat bagian tepi-tepinya dekat permukaan
konduktor. Ini akan membatasi luas area penampang melintang dari konduktor secara efektif. Percuma
batang-batang konduktor dibuat tebal-tebal (diameter lebar) tapi elektron hanya lewat pada bagian pinggir
saja. Dengan kata lain efek kulit ini akan menyebabkan resistansi dari konduktor meningkat, Gambar 1.3
Jalur arus AC dan DC Sumber: http://elkaasik.com/efek-kulit-skin-effect-pada-induktor/ Resistansi elektris
dari konduktor pada semua bagian penampang melintang disebut resistansi DC, sedangkan resistansi AC
adalah resistansi yang meningkat akibat dari efek kulit. Seperti yang anda dapat lihat, pada frekuensi tinggi
arus AC akan menghindar melewati bagian tengah penampang melintang dari konduktor. Batang konduktor
yang secara fisik terlihat berbentuk solid, maka seakan-akan batang tersebut seperti berlubang apabila
digunakan untuk listrik AC. Pada beberapa penerapan di radio (umumnya pada bagian antenna) efek ini
akan dipelajari. Karena frekuensi radio (RF) yang merupakan arus bolak balik (AC), maka elektron akan
enggan untuk melewati bagian tengah konduktor. Oleh karena itu, pada penggunaan pemancar-pemancar
antenna RF berdaya besar, batang-batang konduktornya sengaja dibuat berlubang dibagian tengahnya, tidak
dibuat solid. Batang konduktor yang berongga ini akan menjadi lebih ringan dan biaya pembuatannya juga
lebih murah. Yang perlu diingat adalah resistansi ini bukanlah impedansi, dan ini juga bukan merupakan
efek reaktif, baik itu induktif atau kapasitif. Ini adalah penyederhanaan dalam memperkirakan resistansi
murni dari suatu konduktor yang disebabkan oleh efek kulit (skin effect) saat konduktor tersebut dialiri oleh
arus AC. Reaktansi, dan efek kombinasi dari reaktansi dan resistansi (atau impedansi), adalah hal yang
berbeda dengan resistansi efek kulit ini. Faktor yang mempengaruhi efek kulit (skin effect)dalam jalur
transmisi. Efek kulit pada sistem ac tergantung pada sejumlah faktor seperti sebagai berikut : 1) Bentuk
konduktor. 2) Jenis material. 3) Diameter konduktor. 4) Operasional frekuensi. BAB III HASIL DAN
PEMBAHASAN 3.1 Penghantar Transmisi Tegangan Tinngi Kawat penghantar yang biasa digunakan
(konvensional) untuk saluran transmisi udara adalah kawat penghantar alumunium jenis ACSR (Aluminium
Conductor Steel Reinforced) yaitu kawat berlilit dengan inti serat baja di tengah yang dikelilingi oleh
lapisan–lapisan serat aluminium (gambar 1) . Konduktor jenis ini mempunyai sifat tahan panas yang terbatas
walaupun konduktivitas listriknya tinggi, karena menggunakan bahan aluminium jenis EC grade sehingga
tidak dapat memberikan peningkatan kemampuan hantar arus. Pada umumnya konduktor konvensional
mempunyai batas temperatur yang diijinkan tidak melebihi 75°C pada pembebanan harian dan pada keadaan
beban darurat dapat meningkat hingga 90°C .Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR
(Almunium Conductorn Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat mekanik
tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi. Karena sifat electron lebih menyukai
bagian luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTETI.
Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR, yaitu kawat steelnya
dilapisi dengan almunium. Gambar 1.4.ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced) Sumber:
http://www.vericable.com/cables/overheadcable/acsr-cable.htm Saat sebuah kawat konduktor direntangkan
diantara dua buah titik A dan B maka kawat tersebut akan mengikuti garis lengkung AB yang karena
beratnya sendiri akan melengkung kebawah. Besar lengkungan ini akan sangat tergantung dari berat dan
panjang kawat. Berat kawat ini yang akan menimbulkan tegangan tarik dalam satuan kg/mm2 pada
penampang kawat tersebut. Jika tegangan tarik yang dialami oleh kawat konduktor ini terlampau besar maka
akan mengakibatkan kawat konduktor putus atau dapat juga mengakibatkan menara penyangga menjadi
rusak dan roboh karena tidak dapat menahan tegangan yang timbul. Tegangan tarik yang timbul bukan saja
disebabkan oleh berat kawat saja tetapi juga dipengaruhi oleh bermacam-macam beban yang timbul pada
kawat tersebut seperti beban angin, beban salju yang melekat pada kawat didaerah yang bercuaca dingin.
Menurut hukum Stokes adanya beban tegangan tarik ini akan mengakibatkan bertambah panjangnya kawat
sesuai dengan modulus elastisitasnya. Hal lain yang akan mengakibatkan pertambahan panjang adalah
pemuaian karena suhu yang tinggi yang timbul pada konduktor. Suhu yang tinggi ini dapat diakibatkan oleh
banyak hal, salah satunya adalah karena timbulnya rugi-rugi tembaga karena arus beban yang lewat pada
konduktor tersebut. Semakin besar arus beban yang lewat akan menyebabkan kerugian berupa panas
semakin tinggi yang pada akhirnya akan menambah beban berupa panas pada kawat konduktor tersebut.
Permasalahan utama dari pengoptimalan saluran transmisi tersebut adalah tegangan tarik dan andongan yang
timbul pada konduktor tersebut menjadi lebih besar, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan arus saluran terhadap tegangan tarik dan andongan konduktor, dengan demikian
diharapkan dari hasil penelitian ini akan berguna untuk membangun struktur konstruksi saluran transmisi
yang sesuai dengan sifat dari konduktor tersebut. Sebagai model simulasi digunakan saluran transmisi
tegangan tinggi 500 kV dengan data-data konduktor ACSR yang sesuai dengan yang ada di lapangan.
Temperatur konduktor dihitung berdasarkan persamaan keseimbangan panas. Metode Ruling Span
digunakan untuk menentukan panjang span equivalen. Sementara itu metode Catenary digunakan untuk
menghitung tegangan tarik dan andongan konduktor tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan Kemampuan hantar arus untuk konduktor ACSR berpenampang 392,8 mm2 adalah 940
Ampere pada temperatur kerja maksimum 90oC dan 780 Ampere pada temperatur pembebanan harian
75oC. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Bahan Penghantar (konduktor) adalah zat atau bahan yang
bersifat dapat menghantarkan, baik listrik maupun kalor. Umumnya penghantar memiliki sifatnya yang
konduktif maka disebut konduktor yang dapat berupa zat padat dan cair. Konduktor adalah bahan yang di
dalamnya banyak terdapat elektron bebas yang mudah untuk bergerak. Tarikan antara elektron yang berada
dalam edaran paling luar dan intinya adalah sangat kecil, hingga dalam suhu normal pun ada satu atau lebih
elektron yang terlepas dari atomnya.Terdapat dua jenis konduktor yaitu bahan konduktor yang baik yang
mempunyai tahanan jenis yang kecil dan konduktor yang kurang baik yaitu konduktor yang memiliki
tahanan jenis yang besar. Kawat penghantar yang biasa digunakan (konvensional) untuk saluran transmisi
udara adalah kawat penghantar alumunium jenis ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced) yaitu
kawat berlilit dengan inti serat baja di tengah yang dikelilingi oleh lapisan lapisan serat aluminium
Kelebihan konduktor jenis ACSR adalah harganya yang relative murah, pemasangan pada saluran transmisi
yang tidak memerlukan isolasi serta sifat bahan aluminium yang baik untuk menghantarkan arus.
Kelemahan konduktor jenis ACSR adalah pada suhu 90° C bahan ini memuai dan memiliki tahahan jenis
yang tinggi. 4.2 Saran Saya sebagai pihak penulis menyarankan bahwa untuk transmisi tegangan tinggi
sebaiknya menggunakan penghantar lain selain ACSR(Aluminium Conductor Steel Reinforced) karena
meskipun jenis penghantar tersebut sudah bagus namun masih ada kekurangan pada saat terjadi suhu tinggi
karena penghantar jenis ini hanya tahan hingga suhu 90°C, sehingga diharapkan mampu merancang sirkuit
jaringan baru yang lebih baik. BAB V DAFTAR PUSTAKA Ricky Tripoetra ”konduktor”
https://www.academia.edu/7051428/Konduktor (Diakses pada 24 oktober 2014
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/chairul.hudaya/material/konduktor.pdf (Diakses pada 24 oktober 2014)
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32765441/Bahan_penghantar.pptx (Diakses pada 25
oktober 2014) http://blog.ub.ac.id/reza04ub/2013/10/29/makalah-daya-hantar-listrik/ (Diakses pada 25
oktober 2014) http://elkaasik.com/efek-kulit-skin-effect-pada-induktor/ (Diakses pada 10 November 2014)
Suprihadi Prasetyono “KAJIAN MEKANIS PENGGUNAAN PENGHANTAR TERMAL ACCR PADA
SUTET 500KV” DAFTAR GAMBAR

Sumber web: · http://www.vericable.com/cables/overheadcable/acsr-cable.htm · http://elkaasik.com/efek-


kulit-skin-effect-pada-induktor/ Sumber buku: bahan listrik, muhaimin 1993 baja tembaga 18
_1477761499.unknown _1477761500.unknown _1477761498.unknown

Anda mungkin juga menyukai