Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN JUDUL

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PADA KANTOR BADAN

PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI NUSA

TENGGARA TIMUR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Laporan Tugas Akhir Pada

Prodi Akuntansi Sektor Publik Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Kupang

OLEH

YUSTINA TARRU HAPPU

NIM: 1523754067

PRODI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktek Kerja Lapangan

Pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi NTT

Nama : Yustina Tarru happu

NIM : 1523754067

Jurusan : Akuntansi

Semester : VIII (Delapan)

Kupang, 06 Mei 2019

Mengetahui :

Pendamping Lapangan Dosen Pembimbing

Jasier Goerbada, SE,MBA. Nonce F. Tuati,Se.,M.Si

NIP: 19850117 200603 1 002 NIP : 197411199903 2 003

Mengetahui :

Ketua Jurusan Akuntansi

Irwan,SE.,M.Si

NIP : 1969

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas Berkat dan
bimbinganNya kegiatan praktek kerja lapangan ( PKL ) ini dapat berjalan dengan baik,

i
harapannya semoga PKL ini dapat memberi manfaat bagi pengenalan dunia kerja yang
akan menjadi tanggung jawab kami kedepannya setelah selesai kuliah. Kegiatan prakrtek
lapangan ( PKL ) ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi bagi kami mahasiswa
semester delapan untuk menyelesaikan tugas akhir / Skripsi.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini bukan semata-mata hasil

kerja penulis sendiri, namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun

tidak langsung. Dan praktek kerja lapangan ( PKL ) ini juga dapat terlaksana dengan baik

dari berbagai pihak . oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Direkur Politeknik Negeri Kupang, Ibu Nonce F. Tuati, SE.,M.Si, selaku


pimpinan tertinggi Politeknik Negeri Kupang.
2. Bapak Irwan,SE.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi yang telah
melepaskan dan memberikan bekal kepada penulis sehingga dapat
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini dengan baik.
3. Bapak Thobias E.D. Tomasowa,SE.,MSA,CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Sektor Publik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini.
4. Dosen pembimbing PKL, Ibu Nonce F. Tuati, SE.,M.Si, yang telah
membimbing dan mendampingi penulis sepanjang pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan serta mengoreksi Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dengan
baik.
5. Kepala Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Bapak Edward Ganda Hasiholan Simanjuntak,SE.,MSc, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi
Nusa Tenggara Timur selama 2 bulan.
6. Dosen pembimbing lapangan
7. Bapak Nurendro Adikusumo,SE.,MM.,CAAE.,Ak.,CA selaku Kepala
Subauditoriat NTT II dan Bapak Bebem Adna Bokim,SE selaku Kepala
Subauditoriat NTT II yang telah memberikan kesempatan dan arahan kepada
penulis nn

ii
8. Seluruh staf dan pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang dengan senang hati menolong dan ramah kepada
penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini.
9. Bapa dan Ibu tercinta,yang telah membesarkan dan memberikan dukungan
lewat kekuatan doa, motivasi yang tidak pernah dapat tergantikan oleh
apapun.
10. Dan semua keluarga besar penulis terkhususnya K’fita,k’milda, Adi
Nelson,k’ary,k’minggus,k’yati, serta Semua ponaan ku tersayang ada
Manja,Ifal,Dolfi,Dofan,dan Sarina atas
kasih sayang,suport, doa dan motivasi kepada penulis.
11. Teman – teman seperjuangan Praktek Kerja Lapangan, Eloi Diana Nokas dan
Felitia Banobe yang telah bersama- sama melewati segala situasi baik susah
maupun senang selama kegiatan PKL berlangsung.
12. Teman – teman Kelas VIII A ASP, atas segala motivasi yang sangat memba

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek kerja lapangan ( PKL ) merupakan wujud aplikasi terpadu


antara sikap, kemampuan dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa di
bangku kuliah. Dengan mengukuti PKL diharapkan dapat menambah
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman mahasiswa dalam
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Pelaksanaan PKL diberbagai perusahaan dan instansi sangat
berguna bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman sebelum mereka
memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa akan
mendapatkan bekal dari Praktek Kerja Lapangan yang sudah dilaksanakan.
PKL merupakan salah satu syarat untuk menyelesaiakn pendidikan
diploma IV akuntansi pada kampus Politeknik Negeri Kupang. Melalui
PKL ini mahasiswa dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab
terhadap apa yang ditugaskan kepadanya. Oleh karena itu semua teori-teori
yang dipelajari daru berbagai mata kuliah di jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Kupang dapat secara langsung dipraktekan di kantor Badan
Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Mengingat kebutuhan saat ini bukan hanya sekedar ilmu - ilmu
yang sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan suatu kegiatan yang dapat
menambah ilmu - ilmu yang telah dipelajari sebelumnya pada saat kegiatan
perkuliahan, dan juga ilmu - ilmu yang didapat ketika melaksanakan
kegiatan praktek kerja lapangan ini. D yang berkompeten. Dan untuk
Mencapai semua itu , maka Lembaga Program Studi Akuntansi Sektor
Publik Politeknik Negeri Kupang mewajibkan mahasiswa untuk
melaksanakan PKL, sehingga menghasilkan mahasiwa yang berkompeten.
Penulis melakukan PKL di Kantor BPK Perwakilan Povinsi NTT yang
berlokasi di JL. W. J. Lalamentik , untuk menegtahui tentang sistem dan
cara kerja dari kantor tersebut.

1
1.1 Tujuan Penulisan

Tujuan praktek Kerja Lapangan adalah untuk :


a. Sebagai salah satu syarat pendidikan yang ditempuh di Politeknik
Negeri Kupang”
b. Mengetahui keadaan kerja yang sesungguhnya
c. Mempraktekkan secara langsung dengan ketrampilan yang dimiliki
dan di dapat dari bangku kuliah di suatu instansi atau perusahaan
d. Meningkatkan kualitas SDM bagi calon tenaga kerja yang mandiri
dan profesional .
1.2 Metode Penulisan

1. Metode Observasi

Adalah cara pengumulan data dan informasi dengan

melakukan pengamatan secara langsung dan turut serta dalam

pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan penulis selama PKL

berlangsung pada setiap unit kerja pelaksanaan PKL.

2. Metode Wawancara
Adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada pembimbing atau staff
karyawan, jika ada masalah atau pekerjaan yang susah di mengerti.
3. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data melaui data-data dari
buku-buku yang telah diberikan oleh pegawai yang bersangkutan
untuk dipelajari penulis.

2
BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI

2.1 Sejarah berdirinya BPK RI dan BPK Perwakilan Provinsi NTT

Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk


memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan
Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut
telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28
Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada
tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang.
Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang
pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R.
Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan
suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada
semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan
kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan
Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-
undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene
Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan
IAR. Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember
1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari
Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di
Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23
ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang
diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950
No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949. Dengan terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan Piagam
Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan
Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu
alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai
tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua
Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan

3
RIS berkantor di Bogor menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer
pada masa pemerintah Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas
Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950
digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950
dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas
Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari
unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene
Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang
menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian
Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi
Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi
Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan
Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan
Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan
pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan
telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang
Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai
lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan
kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih
dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.Untuk
lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK
RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5). Kemudian
dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab
tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh
ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;

4
 UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
 UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
 UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Seiring dengan perkembangan sejarah Indonesia, BPK RI juga
mengalami berbagai perkembangan. Dalam masa reformasi, BPK RI
mengambil langkah strategis untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.
Perwakilan III BPK RI di Yogyakarta memiliki lingkup pemeriksaan yang
terlalu besar meliputi wilayah Propinsi Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur,
Bali, NTB dan NTT sejalan dengan misi BPK RI yang memiliki
perwakilan di setiap propinsi, maka organisasi BPK RI mengalami
penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain dengan ditetapkannya Surat
Keputusan BPK RI Nomor 18/SK/I-VIII.3/6/2002, tanggal 7 Juni 2002
dengan dibentuknya Perwakilan IV BPK RI di Denpasar.
Wilayah pemeriksaan Perwakilan IV BPK RI di Denpasar
mencakup Propinsi Bali, NTT, NTB, Maluku dan Papua. Kepala
Perwakilan pertama di Perwakilan IV BPK RI di Denpasar adalah Drs.
Supriyanto. Namun sebelum berubah menjadi Kepala Perwakilan ada 2
pejabat yang membawahi wilayah Bali dengan jabatan Kepala Satuan
Audit Pemeriksaan (SAP) II Denpasar.
Pada tahun 2004 sesuai dengan SK No.12/SK/I-VIII.3/7/2004 tentang
organisasi dan tata laksana Badan Pemeriksa Keuangan organisasi
pelaksana BPK RI, yang antara lain menyebutkan bahwa Perwakilan IV
BPK RI di Denpasar berubah menjadi Perwakilan V BPK RI di Denpasar
dan mencakup wilayah pemeriksaan Provinsi Bali, Provinsi NTT, dan
Provinsi NTB (Perwakilan di Jayapura sudah berdiri). Dalam rangka
memenuhi amanat Undang-undang Dasar 1945, kemudian dituangkan
dalam Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni
2007, dibentuklah Perwakilan BPK RI di Kupang, dengan Kepala
Perwakilan Ir. M.Yusuf Guntur yang diangkat dengan Surat Keputusan
Sekretaris Jenderal BPK Nomor 146/SK/VIII-VIII.1/7/2007 tanggal 19 Juli
2007. Kantor Perwakilan BPK RI di Kupang secara resmi dibuka oleh
Ketua BPK RI Bapak Anwar Nasution pada 27 Juli 2007.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan

5
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat. Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan
Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946
tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari
1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu
Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan
sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno.
Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya
tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi
di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara
masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku
bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa
Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR. Dalam Penetapan
Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Negara
Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai
Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945;
Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK
Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1
Agustus 1949. Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Serikat (RIS) berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember
1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di
Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai
Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang
sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di
Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor
menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah
Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas
Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950
digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950
dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas

6
Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari
unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene
Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang
menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian
Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi
Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi
Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan
Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan
Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan
pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan
telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang
Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai
lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan
kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih
dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.Untuk
lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK
RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5). Kemudian
dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab
tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh
ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
 UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
 UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
 UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Seiring dengan perkembangan sejarah Indonesia, BPK RI juga
mengalami berbagai perkembangan. Dalam masa reformasi, BPK RI
mengambil langkah strategis untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.

7
Perwakilan III BPK RI di Yogyakarta memiliki lingkup pemeriksaan yang
terlalu besar meliputi wilayah Propinsi Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur,
Bali, NTB dan NTT sejalan dengan misi BPK RI yang memiliki
perwakilan di setiap propinsi, maka organisasi BPK RI mengalami
penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain dengan ditetapkannya Surat
Keputusan BPK RI Nomor 18/SK/I-VIII.3/6/2002, tanggal 7 Juni 2002
dengan dibentuknya Perwakilan IV BPK RI di Denpasar.
Wilayah pemeriksaan Perwakilan IV BPK RI di Denpasar
mencakup Propinsi Bali, NTT, NTB, Maluku dan Papua. Kepala
Perwakilan pertama di Perwakilan IV BPK RI di Denpasar adalah Drs.
Supriyanto. Namun sebelum berubah menjadi Kepala Perwakilan ada 2
pejabat yang membawahi wilayah Bali dengan jabatan Kepala Satuan
Audit Pemeriksaan (SAP) II Denpasar.
Pada tahun 2004 sesuai dengan SK No.12/SK/I-VIII.3/7/2004 tentang
organisasi dan tata laksana Badan Pemeriksa Keuangan organisasi
pelaksana BPK RI, yang antara lain menyebutkan bahwa Perwakilan IV
BPK RI di Denpasar berubah menjadi Perwakilan V BPK RI di Denpasar
dan mencakup wilayah pemeriksaan Provinsi Bali, Provinsi NTT, dan
Provinsi NTB (Perwakilan di Jayapura sudah berdiri). Dalam rangka
memenuhi amanat Undang-undang Dasar 1945, kemudian dituangkan
dalam Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni
2007, dibentuklah Perwakilan BPK RI di Kupang, dengan Kepala
Perwakilan Ir. M.Yusuf Guntur yang diangkat dengan Surat Keputusan
Sekretaris Jenderal BPK Nomor 146/SK/VIII-VIII.1/7/2007 tanggal 19 Juli
2007. Kantor Perwakilan BPK RI di Kupang secara resmi dibuka oleh
Ketua BPK RI Bapak Anwar Nasution pada 27 Juli 2007.
2.2 Visi, Misi, Dasar Hukum dan Nilai dasar Badan Pemeriksa Keuangan
Perwakilan Provinsi NTT
2.2.1. Visi

Menjadi pendorong pengelolaan Keuangan Negara untuk


mencapai tujuan Negara melalui pemeriksaan yang berkualitas dan
bermanfaat .
2.2.2. Misi

1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara


secara bebas dan mandiri; dan

8
2. Melaksanakan tata kelola organisasi yang berintegritas,
independen, dan profesional.
2.2.3. Dasar Hukum

Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya untuk


memeriksa tanggung jawab pengelolaan keuangan negara, sejak
tanggal 9 November 2001 Landasan Hukum BPK-RI sesuai dengan
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah Bab VIII A Pasal 23 E, Pasal 23 F,
serta Pasal 23 G UUD 1945 :
 Pasal 23 E
1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas
dan mandiri.
2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sesuai dengan
kewenangannya.
3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan Undang-Undang.
 Pasal 23 F
1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh
anggota.
 Pasal 23 G
1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di Ibukota Negara
dan memiliki perwakilan di setiap Propinsi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan
diatur dengan Undang-Undang.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan Sebagai Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan

9
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara
2.2.4. Nilai Dasar

Pencapaian cita-cita yang tertuang di dalam visi dan misi akan


dilaksanakan oleh seluruh pegawai dengan berlandaskan pada nilai-
nilai dasar sebagai berikut:

1) Integritas
Kami membangun nilai integritas dengan bersikap jujur,
objektif, dan tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan
keputusan.
2) Independensi
Kami menjunjung tinggi independensi, baik secara
kelembagaan, organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang
berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, kami bebas dalam sikap
mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan/atau
organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.
3) Profesionalisme
Kami membangun nilai profesionalisme dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta
berpedoman kepada standar yang berlaku.

2.2.5. Gj

2.2.6. Ic

10
2.2.7.

11

Anda mungkin juga menyukai