Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Laporan Tugas Akhir Pada Prodi
OLEH
NIM: 1523754067
JURUSAN AKUNTANSI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1523754067
Jurusan : Akuntansi
Mengetahui :
Mengetahui :
Irwan,SE.,M.Si
NIP : 1969
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas Berkat dan
bimbinganNya kegiatan praktek kerja lapangan ( PKL ) ini dapat berjalan dengan baik,
harapannya semoga PKL ini dapat memberi manfaat bagi pengenalan dunia kerja yang
i
akan menjadi tanggung jawab kami kedepannya setelah selesai kuliah. Kegiatan prakrtek
lapangan ( PKL ) ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi bagi kami mahasiswa
semester delapan untuk menyelesaikan tugas akhir / Skripsi.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini bukan semata-mata hasil
kerja penulis sendiri, namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun
tidak langsung. Dan praktek kerja lapangan ( PKL ) ini juga dapat terlaksana dengan baik
dari berbagai pihak . oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan
ii
8. Seluruh staf dan pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang dengan senang hati menolong dan ramah kepada
penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini.
9. Bapa dan Ibu tercinta,yang telah membesarkan dan memberikan dukungan
lewat kekuatan doa, motivasi yang tidak pernah dapat tergantikan oleh
apapun.
10. Dan semua keluarga besar penulis terkhususnya K’fita,k’milda, Adi
Nelson,k’ary,k’minggus,k’yati, serta Semua ponaan ku tersayang ada
Manja,Ifal,Dolfi,Dofan,dan Sarina atas
kasih sayang,suport, doa dan motivasi kepada penulis.
11. Teman – teman seperjuangan Praktek Kerja Lapangan, Eloi Diana Nokas dan
Felitia Banobe yang telah bersama- sama melewati segala situasi baik susah
maupun senang selama kegiatan PKL berlangsung.
12. Teman – teman Kelas VIII A ASP, atas segala motivasi yang sangat
membangun.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek kerja lapangan ( PKL ) merupakan wujud aplikasi terpadu antara
sikap, kemampuan dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
Dengan mengukuti PKL diharapkan dapat menambah pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja
yang sebenarnya. Pelaksanaan PKL diberbagai perusahaan dan instansi
sangat berguna bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman sebelum mereka
memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa akan
mendapatkan bekal dari Praktek Kerja Lapangan yang sudah dilaksanakan. PKL
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaiakn pendidikan diploma IV
akuntansi pada kampus Politeknik Negeri Kupang. Melalui PKL ini mahasiswa
dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab terhadap apa yang
ditugaskan kepadanya. Oleh karena itu semua teori-teori yang dipelajari daru
berbagai mata kuliah di jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Kupang dapat
secara langsung dipraktekan di kantor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Mengingat kebutuhan saat ini bukan hanya sekedar ilmu - ilmu yang
sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan suatu kegiatan yang dapat menambah
ilmu - ilmu yang telah dipelajari sebelumnya pada saat kegiatan perkuliahan, dan
juga ilmu - ilmu yang didapat ketika melaksanakan kegiatan praktek kerja
lapangan ini. D yang berkompeten. Dan untuk Mencapai semua itu , maka
Lembaga Program Studi Akuntansi Sektor Publik Politeknik Negeri Kupang
mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan PKL, sehingga menghasilkan
mahasiwa yang berkompeten. Penulis melakukan PKL di Kantor BPK
Perwakilan Povinsi NTT yang berlokasi di JL. W. J. Lalamentik , untuk
menegtahui tentang sistem dan cara kerja dari kantor tersebut.
1
b. Mengetahui keadaan kerja yang sesungguhnya
c. Mempraktekkan secara langsung dengan ketrampilan yang dimiliki dan
di dapat dari bangku kuliah di suatu instansi atau perusahaan
d. Meningkatkan kualitas SDM bagi calon tenaga kerja yang mandiri dan
profesional .
BAB II
2
amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah
No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa
Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota
Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9
orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R.
Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya
tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di
Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan
peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas
Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW
dan IAR. Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember
1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang
ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap
mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun
1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK
Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus
1949. Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk
Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu
alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal
31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor
menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah
Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS
yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan
Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor
menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan
Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di
Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang
menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan
3
Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan
RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih
tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa
eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR
No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal
keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang
independen dan profesional.Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan
yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum
amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5). Kemudian
dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri
(Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Seiring dengan perkembangan sejarah Indonesia, BPK RI juga
mengalami berbagai perkembangan. Dalam masa reformasi, BPK RI mengambil
langkah strategis untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan. Perwakilan III
BPK RI di Yogyakarta memiliki lingkup pemeriksaan yang terlalu besar meliputi
wilayah Propinsi Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT sejalan
dengan misi BPK RI yang memiliki perwakilan di setiap propinsi, maka
organisasi BPK RI mengalami penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain
dengan ditetapkannya Surat Keputusan BPK RI Nomor 18/SK/I-VIII.3/6/2002,
tanggal 7 Juni 2002 dengan dibentuknya Perwakilan IV BPK RI di Denpasar.
4
Wilayah pemeriksaan Perwakilan IV BPK RI di Denpasar mencakup
Propinsi Bali, NTT, NTB, Maluku dan Papua. Kepala Perwakilan pertama di
Perwakilan IV BPK RI di Denpasar adalah Drs. Supriyanto. Namun sebelum
berubah menjadi Kepala Perwakilan ada 2 pejabat yang membawahi wilayah Bali
dengan jabatan Kepala Satuan Audit Pemeriksaan (SAP) II Denpasar.
Pada tahun 2004 sesuai dengan SK No.12/SK/I-VIII.3/7/2004 tentang organisasi
dan tata laksana Badan Pemeriksa Keuangan organisasi pelaksana BPK RI, yang
antara lain menyebutkan bahwa Perwakilan IV BPK RI di Denpasar berubah
menjadi Perwakilan V BPK RI di Denpasar dan mencakup wilayah pemeriksaan
Provinsi Bali, Provinsi NTT, dan Provinsi NTB (Perwakilan di Jayapura sudah
berdiri). Dalam rangka memenuhi amanat Undang-undang Dasar 1945, kemudian
dituangkan dalam Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15
Juni 2007, dibentuklah Perwakilan BPK RI di Kupang, dengan Kepala
Perwakilan Ir. M.Yusuf Guntur yang diangkat dengan Surat Keputusan Sekretaris
Jenderal BPK Nomor 146/SK/VIII-VIII.1/7/2007 tanggal 19 Juli 2007. Kantor
Perwakilan BPK RI di Kupang secara resmi dibuka oleh Ketua BPK RI Bapak
Anwar Nasution pada 27 Juli 2007.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan
amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah
No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa
Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota
Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9
orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R.
Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya
tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di
Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan
peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas
Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW
dan IAR. Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember
1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang
5
ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap
mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun
1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK
Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus
1949. Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk
Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu
alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal
31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor
menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah
Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS
yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan
Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor
menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan
Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di
Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang
menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan
Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan
RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih
tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa
eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR
No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal
6
keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang
independen dan profesional.Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan
yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum
amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5). Kemudian
dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri
(Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Seiring dengan perkembangan sejarah Indonesia, BPK RI juga
mengalami berbagai perkembangan. Dalam masa reformasi, BPK RI mengambil
langkah strategis untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan. Perwakilan III
BPK RI di Yogyakarta memiliki lingkup pemeriksaan yang terlalu besar meliputi
wilayah Propinsi Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT sejalan
dengan misi BPK RI yang memiliki perwakilan di setiap propinsi, maka
organisasi BPK RI mengalami penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain
dengan ditetapkannya Surat Keputusan BPK RI Nomor 18/SK/I-VIII.3/6/2002,
tanggal 7 Juni 2002 dengan dibentuknya Perwakilan IV BPK RI di Denpasar.
Wilayah pemeriksaan Perwakilan IV BPK RI di Denpasar mencakup
Propinsi Bali, NTT, NTB, Maluku dan Papua. Kepala Perwakilan pertama di
Perwakilan IV BPK RI di Denpasar adalah Drs. Supriyanto. Namun sebelum
berubah menjadi Kepala Perwakilan ada 2 pejabat yang membawahi wilayah Bali
dengan jabatan Kepala Satuan Audit Pemeriksaan (SAP) II Denpasar.
Pada tahun 2004 sesuai dengan SK No.12/SK/I-VIII.3/7/2004 tentang organisasi
dan tata laksana Badan Pemeriksa Keuangan organisasi pelaksana BPK RI, yang
antara lain menyebutkan bahwa Perwakilan IV BPK RI di Denpasar berubah
menjadi Perwakilan V BPK RI di Denpasar dan mencakup wilayah pemeriksaan
Provinsi Bali, Provinsi NTT, dan Provinsi NTB (Perwakilan di Jayapura sudah
berdiri). Dalam rangka memenuhi amanat Undang-undang Dasar 1945, kemudian
dituangkan dalam Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15
Juni 2007, dibentuklah Perwakilan BPK RI di Kupang, dengan Kepala
7
Perwakilan Ir. M.Yusuf Guntur yang diangkat dengan Surat Keputusan Sekretaris
Jenderal BPK Nomor 146/SK/VIII-VIII.1/7/2007 tanggal 19 Juli 2007. Kantor
Perwakilan BPK RI di Kupang secara resmi dibuka oleh Ketua BPK RI Bapak
Anwar Nasution pada 27 Juli 2007.
2. 2 Lokasi Kantor Perwakilan Provinsi NTT
BPK Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur berlokasi di Jl.
Lalamentik No.91 Oebobo - Kupang, Nusa Tenggara Timur – 85111 Telepon
(0380) 840600 Faks. (0380) 84601).
2. 3 Visi dan Misi
2.3.1. Visi
Menjadi pendorong pengelolaan Keuangan Negara untuk
mencapai tujuan Negara melalui pemeriksaan yang berkualitas dan
bermanfaat .
2.3.2. Misi
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara secara
bebas dan mandiri; dan
2. Melaksanakan tata kelola organisasi yang berintegritas, independen, dan
profesional.
2. 4 Struktur Organisasi
Nomor : 3/K/I-XIII.2/7/2014
Tanggal :10 juli 2014
STRUKTUR ORGANISASI
BPK PERWAKILAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
KEPALA PERWAKILAN
Ir. Adi Sudibyo, M.M.
KEPALA SEKRETARIAT
Lisinius S. Sitanggang,
S.E.,M.Comm., Ak., CIA
BAB III
DASAR TEORITIS
9
Audit Kepatuhan adalah audit yang memverifikasi/ memeriksa
bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan-pelayanan masyarakat
telah disetujui dan sesuai dengan undang-undang ; dan
3. Audit Kinerja ( Performance Audit )
Audit kinerja merupakan peluasan dari audit keuangan dalam hal
tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja fokusnya pada pemeriksaan pada
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan
kinerja entitas atau fungsi audit. Audit kinerja adalah suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan
efisiensi operasi, evektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan
kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan hukuman yang berlaku ,
menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasiakan hasilnya
kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
3.2 Dasar Hukum
10
1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23 G
1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di Ibukota Negara dan
memiliki perwakilan di setiap Propinsi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan Undang-Undang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan Sebagai Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara
fv
3.3 Tugas dan Wewenang BPK
3.3.1. Tugas
Penyusunan Renstra BPK 2016 sampai 2020, tugas dan wewenang BPK
RI sebagaimana diatur UU Nomor 15 tahun 2006 tentang badan pemeriksa
keuangan menjadi landasan tugas BPK RI antara Lain;
1) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara.
2) Melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang
diperiksa sesuai standar pemeriksaan keuangan Negara.
11
3) Menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara kepada kelembagaan perwakilan dalam ; DPR, DPD
dan DPRD serta Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota untuk digunakan
sesuai tugas dan kewenangannya.
4) Menyerahkan hasil pemeriksaan secara tertulis kepada presiden,
Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
5) Melaporkan unsure pidana yang ditemukan dalam pemeriksaan kepada
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsure
pidana dalam pemeriksaan tersebutt.
6) Memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan
oleh pejabat, dengan memberitahuka hasilnya secara tertulis kepada
DPR, DPD dan DPRD.
3.3.2. Alam melaksanakan tugas, BPK memiliki wewenang antara lain;
1) menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta
menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;
2) meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan
lain yang mengelola keuangan negara;
3) melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,
surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
4) menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK;
5) menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan
dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
12
6) menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
7) menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK;
8) membina jabatan fungsional Pemeriksa;
9) memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
10) memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.
3.4 Nilai-Nilai Dasar
1) Integritas
Kami membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, objektif,
dan tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
2) Independensi
Kami menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan,
organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi yang dapat
mempengaruhi independensi.
3) Profesionalisme
Kami membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan
prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman
kepada standar yang berlaku.
13
Dalam memastikan tercapainya visi dan misi, maka ditetapkan dua tujuan
strategis, yaitu:
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Nama Tempat PKL
Instansi/Lembaga tempat PKL Penulis adalah Badan pemeriksa keuangan
Republik Indonesia yaitu kantor BPK Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) yang berlokasi di JL. W. J. Lalamentik Oebobo-Kupang. BPK perwakilan
14
Provinsi NTT memiliki Predikat sebagai Lembaga tinggi Negara yang bertugas
memeriksa Keuangan Negara Khususnya Keuangan Daerah Provinsi NTT, serta
BUMD dan Lemabaga terkait.
Sebagai langkah awal pelaksanaan PKL, Penulis dan mahasiswa PKL
Lainnya dibagikan di Sub-Subbagian dari instansi BPK Perwakilan Provinsi
NTT. Saya sendiri di tempatkan di subbagian Auditorat NTT 1 dan NTT II.
4.2 Deskripsi kerja BPK Perwakilan NTT pada Subbagian Auditorat
4.2.1. Sub Auditorat NTT I
Sub Auditorat NTT I mempunya tugas sebagai berikut:
1. pada lingkup pemerinta provinsi NTT, kabupaten alor,kab kupang,kab
lembata,BUMD dan lembaga terkait dilingkungan entitas :
a. Merumuskan rencana kegiatan
b. Mengusulkan tim pemeriksa
c. Melakukan pemerolehan keyakinan mutu hasil pemeriksaan
d. Mengoptimalisasi hasil pemantauan penyelesain negara
e. Menyusun bahan penjelasan kepada pemerintah daerah dan DPRD
tenyang hasil pemeriksaan
f. Mengevaluasi kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh pemeriksa
BPK,pemeriksa yang bekerja untuk dab atas nama BPK,dan akuntan
publik berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
g. Mengoptimalisasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan dalam rangka
penyusunan sumbangan IHPS,baik yang pemeriksanya dilaksanakan oleh
Spemeriksa BPK maupun oleh pemeriksa yang bekerja untuk dan atas
nama BPK
h. Melakukan pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan aparat
pengawasan internal pada entitas terperiksa
i. Memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
j. Menyiapkan bahan perumusan pendapat BPK yang akan disampaikan
kepada pemangku kepentingan yang diperlukan karena sifat pekerjaannya
k. Melakukan pemutahiran data pada aplikasi SMP dan DEP
15
Sub Auditorat NTT II memiLiki Tugas Sebagai berikut:
1. Pada lingkungan pemerintah Kab Ende,kab nagakeo, kab ngada,kab
sikka ,kab kota kupang, kab manggarai,kab manggarai barat,kab
manggarai timur,kab sumba barat,kab sumbah tengah, kab sumba
barat daya, kab sumba timur,BUMN dan lembaga terkait dilingkungan
entitas untuk :
a) Merumuskan rencana kegiatan
b) Mengusulkan tim pemeriksa
c) Melakukan pemerolehan keyakinan mutu hasil pemeriksaan
d) Mengoptimalisasi hasil pemantauan penyelesaian kerugian
negara
e) Menyusun bahan penjelasan kepada peemerintah daerah dan
DPRD tentang hasil pemeriksaan
f) Mengevaluasi kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh
pemeriksaan BPK, pemeriksa yang bekerja untuk dan atas nama
BPK,dan akuntan publik berdasarka ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
g) Mengompilasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan dalam
rangka spenyusunan sumbangan IHPS,baik pemeriksaannya
dilaksanakan oleh pemeriksa BPK maupun olek pemeriksa yang
bekerja untuk dan atas nama BPK
h) Melakukan pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan denga
aparat pengawasan internal pada entitas terperiksa
2. Menyiapkan bahan penyusuna laporan akuntabilitas kinerja BPK RI
perwakilan provinsi NTT SS
3. Subauditorat NTT II 42
Kepala Subauditorat NTT II 1
16
Jumlah 43
4. Sekretariat 54
a. Kepala Sekretariat Perwakilan 1
b. Subbagian Sumber Daya Manusia 7 1 Kasubag,3 PNS,3 TTT
c.Subbagian Keuangan 7 1 Kasubag,6 PNS
d.Subbagian Umum dan TI 30 1 Kasubag,8 PNS,21 TTT
e.Subbagian Humas dan TU Kalan 7 1 Kasubag,6 PNS
f.Subbagian Hukum 2 1Kasubag, 1 PNS
5 BPK Perwakilan Provinsi NTT 2
Jumlah 141
Data pegawai pada BPK Perwakilan Provinsi NTT Menurut Organisasi
17
Jumlah 24
18
Data pegawai pada BPK Perwakilan Provinsi NTT Menurut Organisasi
1. Setiap surat masuk dan surat keluar yang harus di berikan tidak
dicantumkan nama lengkap ,begitupun di setiap meja pegawai tidak
terpajang nama lengkap, walaupun terpajang sebagian besar pegawai
masih memajangkan nama2 pegawai lama atau yang telah dipindahkan
ke ruangan lain sehingga penulis kesulitan dalam membagikan dokumen
tersebut.
19
2. Gb
3. J
4.4
20