p=454
Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari
Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga
sampai pada konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu
bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik.
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila
kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV
Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan :
a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, maka
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kawat
penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang
sebagai berikut :
1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari alumunium.
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/menara-listrik-tower-listrik.html
Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik
ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi, saluran transmisi
tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa
saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya
menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat
penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang kawat
penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-
kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa
disebut menara / tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator.
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT)
ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan
PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan
raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah
serta pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-
besinya rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia,
dimana pencurian besi-besi baja pada menara / tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik
tersebut roboh, dan penyaluran energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu.
Suatu menara atau tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu:
Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara / tower listrik dibagi atas 4 macam, yaitu:
1. Lattice tower
2. Tubular steel pole
3. Concrete pole
4. Wooden pole
Gambar 1. Lattice tower
1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower ini hampir
sepenuhnya menanggung gaya tarik.
2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower
penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat), umumnya
mempunyai sudut belokan yang kecil.
3. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya berat,
umumnya tidak mempunyai sudut belokan.
4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar daripada
gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.
5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan perubahan
posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.
6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua Saluran
transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.
7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda
tegangan operasinya.
Menurut susunan / konfigurasi kawat fasa, menara / tower listrik dikelompokkan atas:
Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi dan
diikat menyatu dengan pondasi.
Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata perlu
dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama tinggi
permukaannya.
Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower bagian
atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan tinggi common
body dengan cara penambahan atau pengurangan.
Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross arm
kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super structure namun
digantikan dengan K frame dan bridge.
Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan isolator
kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis
tension yang mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat.
K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm.
K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.
Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-tengah bridge
terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida.
Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET
mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisanAWAS BERBAHAYA TEGANGAN
TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah,
dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar.
Rambu identifikasi tower dan penghantar / jalur, berfungsi untuk memberitahukan identitas tower
seperti: Nomor tower, Urutan fasa, Penghantar / Jalur dan Nilai tahanan pentanahan kaki tower.
Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak berkepentingan untuk
naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki
tower dibawah Rambu tanda bahaya.
Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower hingga super
structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas sewaktu naik maupun turun dari
tower.
Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas tanah galian pondasi.
Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung pada jenis tower .
Demikian sedikit uraian mengenai menara / tower pada saluran transmisi udara, semoga
bermanfaat.
http://ardi-wira.blogspot.co.id/2009_05_01_archive.html
Bagi orang awam, petir merupakan sesuatu yang menakutkan. Tidak sedikit korban yang meninggal
akibat sambaran petir termasuk korban manusia. Tetapi anggapan bagi orang dengan kekhususan
Tenaga Listrik, petir merupakan sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam. Berbagai usaha dilakukan
untuk melindungi peralatan listrik dari petir. Transmisi tenaga listrik lewat saluran udara terbuka
merupakan "sasaran sambaran petir". Untuk itulah diperlukan perlindungan, diantaranya dengan
menggunakan overhead groundwire (kawat tanah).
Pendahuluan
Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi.
Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian
antara permukaan atas dan permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km
dengan temperatur bagian bawah sekitar 60 oF dan temperatur bagian atas sekitar - 60 oF.
Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena di dalam awan terdapat
angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan
sehingga terpisahkan antara muatan positif dan muatan negatif.
Pemisahan muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran petir. Pelepasan muatan
listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan awan, dan antara awan dengan bumi
tergantung dari kemampuan udara dalam menahan beda potensial yang terjadi.
Petir yang kita kenal sekarang ini terjadi akibat awan dengan muatan tertentu menginduksi muatan
yang ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah besar, maka muatan induksi pun makin
besar pula sehingga beda potensial antara awan dengan bumi juga makin besar. Kejadian ini diikuti
pelopor menurun dari awan dan diikuti pula dengan adanya pelopor menaik dari bumi yang
mendekati pelopor menurun. Pada saat itulah terjadi apa yang dinamakan petir.
Panjang kanal petir bisa mencapai beberapa kilometer, dengan rata-rata 5 km. Kecepatan pelopor
menurun dari awan bisa mencapai 3 % dari kecepatan cahaya. Sedangkan kecepatan pelepasan
muatan balik mencapai 10 % dari kecepatan cahaya.
Sistem Perlindungan Petir
Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka muncullah usaha-usaha
untuk mengatasi sambaran petir. Teknik penangkal petir pertama kali ditemukan oleh Benyamin
Franklin dengan menggunakan interseptor (terminal udara) yang dihubungkan dengan konduktor
metal ke tanah. Teknik ini selanjutnya terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan dan diletakkan pada
tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung metal tersebut terlebih dahulu.
Sistem ini memiliki kelemahan di mana apabila sistem penyaluran arus petir ke tanah tidak berfungsi
baik, maka ada kemungkinan timbul kerusakan pada peralatan elektronik yang sangat peka terhadap
medan transien.
2. Dissipation Array System (DAS)
Sistem ini menggunakan banyak ujung runcing (point discharge) di mana tiap bagian benda yang
runcing akan memindahkan muatan listrik dari benda itu sendiri ke molekul udara di sekitarnya.
Sistem ini mengakibatkan turunnya beda potensial antara awan dengan bumi sehingga mengurangi
kemampuan awan untuk melepaskan muatan listrik.
Sistem Perlindungan Petir Pada Transmisi Tenaga Listrik
Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan kata lain benda yang
tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir. Transmisi tenaga listrik di darat
dianggap lebih efektif menggunakan saluran udara dengan mempertimbangkan faktor teknis dan
ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan menjadi sasaran sambaran petir langsung. Apalagi
saluran udara yang melewati perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan awan dan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk disambar petir.
Selama terjadinya pelepasan petir, muatan positif awan akan menginduksi muatan negatif pada
saluran tenaga listrik. Muatan negatif tambahan ini akan mengalir dalam 2 arah yang berlawanan
sepanjang saluran. Surja ini mungkin akan merusak isolasi saluran atau hanya terjadi pelepasan di
antara saluran-saluran tersebut.
Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dan tegangan ekstra tinggi (EHV) cenderung untuk
melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan
ultra tinggi (UHV), desain isolasi lebih cenderung kepada proteksi terhadap surja hubung. Adanya
tegangan lebih ini akan mengakibatkan naiknya tegangan operasi yang tentunya dapat merusak
peralatan-peralatan listrik.
Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada beberapa cara yang dapat diterapkan.
Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah (overhead
groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat tanah akan
menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan daerah/zona tertentu.
Overhead groundwire yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik, diletakkan pada ujung
teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat phasa. Groundwire ini dapat ditanahkan secara
langsung atau secara tidak langsung dengan menggunakan sela yang pendek.
Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi kawat phasa
sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap sambaran petir langsung,
lebih dari satu groundwire digunakan.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa hadirnya groundwire dimaksudkan sebagai tempat sambaran
petir langsung dan dapat melindungi kawat phasa. Zona perlindungan groundwire dapat dinyatakan
dengan parameter sudut perlindungan, yaitu sudut antara garis vertikal groundwire dengan garis
hubung antara groundwire dan kawat phasa. Jika sudut perlindungan tersebut dinyatakan dalam a
dan tinggi groundwire adalah h, maka probabilitas sambaran petir pada groundwire (p) dapat
ditentukan sebagai berikut :
log p = - 4
Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa makin tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang
besar, akan mengakibatkan probabilitas tersebut meningkat. Untuk itu diperlukan pemilihan tinggi
groundwire dan sudut perlindungan yang tepat untuk mendapatkan performa perlindungan yang
baik dari sambaran petir.
Untuk meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan pentanahan yang baik pada setiap menara
listrik. Jika petir menyambar pada groundwire di dekat menara listrik, maka arus petir akan terbagi
menjadi dua bagian. Sebagian besar arus tersebut mengalir ke tanah melalui pentanahan pada
menara tersebut. Sedangkan sebagian kecil mengalir melalui groundwire dan akhirnya menuju ke
tanah melalui pentanahan pada menara listrik berikutnya. Lain halnya jika petir menyambar pada
tengah-tengah groundwire antara 2 menara listrik. Gelombang petir ini akan mengalir ke menara-
menara listrik yang dekat dengan tempat sambaran tersebut.
Usaha Untuk Meningkatkan Performa Perlindungan
Usaha yang paling mudah untuk meningkatkan performa perlindungan adalah dengan menggunakan
lebih dari satu groundwire. Dengan cara ini diharapkan petir akan selalu menyambar pada
groundwire sehingga memperkecil probabilitas kegagalan perlindungan. Cara ini dapat disertai
dengan menggunakan counterpoise, yaitu konduktor yang ditempatkan di bawah saluran (lebih
sering dibenamkan dalam tanah) dan dihubungkan dengan sistem pentanahan dari menara listrik.
Hasilnya, impedansi surja akan lebih kecil.
* Memasang couplingwire di bawah kawat phasa (konduktor yang disertakan di bawah saluran
transmisi dan dihubungkan dengan sistem pentanahan menara listrik).
* Mengurangi resistansi pentanahan menara listrik dengan menggunakan elektroda pentanahan
yang sesuai.
* Menggunakan arester.
Cara yang terakhir ini boleh dikatakan sebagai alat pelindung yang paling baik terhadap gelombang
surja. Arester inilah yang terus dikembangkan oleh para ahli untuk mendapatkan performa
perlindungan yang makin baik.
Kesimpulan
Pemakaian overhead groundwire dalam saluran transmisi tenaga listrik mempunyai harapan agar
sambaran petir tidak mengenai kawat phasa. Luas zona/daerah perlindungan groundwire tergantung
dari ketinggian groundwire itu sendiri. Probabilitas kegagalan dalam perlindungan akan naik dengan
makin tingginya groundwire dan besarnya sudut perlindungan. Untuk itu diperlukan pemilihan
ketinggian serta sudut perlindungan yang sesuai untuk mendapatkan perlindungan yang baik.
Peningkatan performa perlindungan transmisi tenaga listrik dari sambaran petir yang paling mudah
dilakukan dengan menambah jumlah groundwire. Kombinasi pemakaian groundwire dengan
peralatan-peralatan lainnya sangat diharapkan untuk memperoleh performa perlindungan yang
lebih tinggi di antaranya dengan pemakaian arester yang merupakan alat pelindung modern.
ISOLASI
https://modalholong.wordpress.com/2011/03/25/isolator-saluran-transmisi-hantaran-udara/
1. Umum
Isolator mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran arus dari konduktor phasa
ke bumi melalui menara pendukung. Dengan demikian, isolator merupakan bagian penting dalam
sistem transmisi energi listrik. Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator
adalah:
Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor yang terjadi.
Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun cairan-cairan ke
dalam bahan isolator.
2. Bahan-bahan Isolator
Porselen berasal dari tanah liat yang mengandung aluminium silikat, kemudian aluminium silikat ini
direaksikan dengan plastik kaolin, felspar, kwarsa dan campuran ini dipanaskan pada tempat
pembakaran dengan suhu yang diatur. Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah liat, 25%
felspar, 25% kwarsa. Isolator yang dihasilkan harus keras, permukaannya halus/licin dan bebas dari
sifat perembesan. Kehalusan bahan pada permukaan akan membebaskan isolator dari jejak air. Sifat
menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan dielektrik, dan adanya kotoran ataupun
gelembung udara di dalam bahan isolator juga akan mengakibatkan penurunan kekuatan dielektrik.
Jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang rendah maka sifat mekaniknya akan menjadi lebih baik,
tetapi bahan tersebut bersifat menyerap air dan ketika bahan tersebut digunakan,
kondisinya mungkin akan memburuk. Sebaliknya jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang lebih
tinggi, sifat menyerapnya akan berkurang, tetapi bahan isolasi tersebut menjadi rapuh. Jadi di dalam
membuat isolator perlu dirancang sedemikian rupa antara kekuatan dielektrik, sifat rembesan
terhadap air dan suhu tempat pengeringannya. Secara mekanis isolator porselen memiliki kekuatan
dielektrik 60.000 V/cm, tekanan dan kuat regangannya adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
2.2 Isolator Gelas
Sering kali gelas digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas diproduksi dengan proses penguatan yaitu
dipanaskan dulu lalu didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan gelas ini memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut :
Karena kekuatan dielektriknya tinggi, maka isolator gelas memiliki bentuk yang lebih sederhana
dan bahkan dapat digunakan satu lapis sebagai bahan isolator.
Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit cacat, ketakmurnian
gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoran yang lain dapat dideteksi dengan mudah dan
bersifat homogen.
Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga hal ini dapat
menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran pada permukaan isolator dan mempercepat terjadinya
arus bocor.
Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam bentuk atau model yang
tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya kegentingan-
kegentingan didalam isolator dan keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.
Steatite adalah magnesium silikat dan dijumpai pada berbagai bagian dari oksida magnesium dengan
silikat. Daya rentang dari isolator steatite jauh lebih besar dibandingkan dengan isolator porselen,
dan dapat menguntungkan jika digunakan pada keadaan dimana isolator mengalami regangan
sempurna misalnya ketika jaringan saluran transmisi mengalami belokan tajam.
3. Klasifikasi Isolator Transmisi Hantaran Udara
1. Setiap unit dirancang untuk tegangan 11 kV sehingga dengan menghubungkan beberapa buah
isolator secara seri, maka sederetan isolator tersebut dapat digunakan untuk setiap tegangan yang
diinginkan.
2. Bila didalam deretan isolator yang telah dihubungkan tersebut salah satu isolator rusak, maka
proses penggantiannya lebih mudah dan harganya relatif lebih murah.
3. Tekanan mekanis pada rangkaian isolator akan berkurang karena tempat pengikat kawat
penghantarnya fleksibel.
4. Apabila deretan isolator tersebut digantungkan pada menara yang terbuat dari baja maka
konduktor tegangan tinggi hanya sedikit berpengaruh terhadap sambaran kilat, karena penghantar
kawat tersebut posisinya lebih rendah dari pada lengan menara yang ditanahkan dan mempunyai
sifat sebagai penangkal petir.
5. Jika beban yang diberikan pada transmisi bertambah, maka potensial jaringan yang ada dapat
diperbesar lagi dengan menambahkan sejumlah deretan atau rangkaian isolator.
Isolator jenis pasak dan jenis pos-saluran terbuat dari porselen, yang bagian bawahnya diberi tutup
(thimble, cap) besi cor yang disemenkan pada porselen serta pasak baja yang disekrupkan padanya.
Karena jenis ini dipakai secara sendirian (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya
rendah, maka tidak dibuat dalam ukuran-ukuran yang besar.
Jenis batang-panjang mempunyai sedikit bagian logam sehingga tidak mudah menjadi rusak. Oleh
karena rusuknya yang sederhana maka ia mudah tercuci oleh hujan, sehingga jenis ini sesuai sekali
untuk penggunaan pada tempat-tempat yang banyak dikotori garam dan debu
4. Sifat Isolator
4.1 Sifat Listrik
Isolator terdiri dari badan porselen yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian maka
isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Nilai kapasitansi ini akan semakin besar oleh timbulnya
lapisan yang menghantarkan listrik karena kelembaban udara, debu dan bahan-bahan lainnya yang
melekat pada permukaan isolator. Pada jaringan transmisi isolator yang paling dekat dengan
konduktor tegangan tinggi akan memikul tegangan yang terbesar. Dengan memasang busur tanduk
(arching horn), maka distribusi tegangan diperbaiki dan tegangan pada isolator yang paling dekat
dengan kawat fasa akan berkurang. Gambar karakteristik distribusi tegangan isolator rantai dengan
pemasangan busur tanduk pada isolator paling atas dan isolator paling bawah ditunjukkan pada
Gambar 2.5.
Kegagalan listrik pada isolator dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga kecil pada dielektrik
padat (porselen) atau disebabkan terjadinya flashover di sepanjang permukaan isolator. Rongga-
rongga kecil pada isolator ditimbulkan karena isolator dibuat kurang sempurna pada saat
pembuatan, dengan demikian karakteristik listrik dari isolator tersebut kurang baik. Rongga kecil
pada isolator lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan mekanik pada isolator.
Terjadinya flashover menyebabkan kerusakan pada isolator oleh karena panas yang dihasilkan busur
di sepanjang permukaan isolator. Oleh sebab itu isolator harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tegangan pada rongga kecil lebih tinggi dari pada tegangan yang menyebabkan flashover.
4.2 Mekanis
Disamping harus memenuhi persyaratan listrik tersebut diatas, isolator harus memiliki kekuatan
mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya. Porselen, sebagai bagian
utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat-tekan (compressive strength) yang
besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih kecil. Kuat-tariknya biasanya 400-900 kg/cm2,
sedangkan kuat-tekannya 10 kali lebih besar.
Dalam peralatan dan instalasi pencatu listrik, panas terjadi karena adanya rugi-rugi ohmik pada
konduktor, rugi-rugi dielektrik pada bahan isolasi, rugi-rugi magnetisasi dan rugi-rugi arus Eddy pada
inti besi. Jika dibandingkan dengan bahan logam, bahan isolasi mempunyai stabilitas thermal yang
sangat rendah, sehingga kenaikan suhu yang diijinkan pada bahan isolasi menjadi patokan dalam
menentukan batas suhu kerja dari peralatan. Selama tekanan terus berlangsung pada kondisi operasi
statis, panas dibangkitkan akibat rugi-rugi yang seharusnya disebarkan ke medium sekitarnya. Ada
tiga jenis mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Untuk memindahkan rugi-rugi panas dengan cepat dari suatu peralatan dibutuhkan bahan yang
mempunyai konduktivitas panas yang baik. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan baik jika digunakan
bahan isolasi kristal, karena susunan kisi-kisi atomnya teratur dan jarak antar atom yang kecil,
sehingga perpindahan atom dapat berlangsung dengan baik.
Jika ada zat asing dari luar menyusup ke dalam bahan isolasi, maka hal ini dapat menyebabkan
perubahan sifat kimia bahan isolasi tersebut. Hanya bahan anorganik seperti gelas dan bahan
keramik padat yang kedap terhadap zat-zat lain di sekitarnya. Bahan isolasi organik menyerap uap
air secara difusi. Sehingga sifat dielektrik dan listriknya memburuk. Kecepatan difusi tergantung
kepada struktur bahan dan gaya tarik-menarik molekul bahan dengan molekul zat asing.
5. Pasangan Isolator
Dalam kategori pasangan isolator (fittings) termasuk pasangan-pasangan logam dan perlengkapan-
perlengkapan lainnya guna menghubungkan penghantar, isolator dan tiang transmisi.
Pasangan isolator terbuat dari besi atau baja tempaan (malleable) yang ukurannya disesuaikan
dengan tegangan, jenis dan ukuran penghantar, kekuatan mekanisnya, serta konstruksi
penopangnya (supporting structure). Permukaan pasangan logam ini biasanya digalvanis.
5.1 Busur Tanduk
Bila terjadi lompatan api (flashover) pada gandengan isolator, maka isolatornya akan rusak karena
busur apinya. Untuk menghindari kerusakan ini, maka pada gandengan isolator gantung dan isolator
batang panjang (long-rod) dipasang busur tanduk (arching-horns). Busur tanduk ditempatkan pada
bagian atas dan bawah dari gandengan isolator, serta dibentuk sedemikian sehingga busur api tidak
akan mengenai isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara tanduk atas dan bawah biasanya
75-85 % dari panjang gandengan (diperlihatkan pada Gambar 2.7). Tegangan lompatan api untuk
gandengan isolator dengan busur tanduk ditentukan oleh jarak tanduk ini. Busur tanduk biasanya
dipakai untuk saluran transmisi dengan tegangan diatas 110 kV, atau diatas 66 kV didaerah-daerah
dengan tingkat isokeronik yang tinggi. Effek pencegahan korona juga dimiliki oleh busur tanduk.
5.2 Jepitan
Untuk penghantar dipakai pengapit gantungan (suspension clamps) dan pengapit tarikan (tension
clamps) sedang untuk kawat tanah dipakai pengapit sederhana. Ada dua jenis pengapit gantung, yang
satu dengan batang pelindung dan yang lain tanpa batang pelindung (armor rods). Pengapit dipilih
dengan memperhatikan macam dan ukuran kawat, kuat tarik maksimumnya, serta dibentuk
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kelelahan karena getaran (vibration) dan
sudut andongan dari kawat.
a. Keretakan Isolator
Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan yang dihasilkan didalam
bahan porselen yang diakibatkan oleh ketidakseragaman pemuaian dan penyusutan yang terdapat
dalam bahan semen, baja, dan porselen yang disebabkan oleh musim panas, dingin, kekeringan dan
kelembaban atau akibat adanya pemanasan pada isolator tersebut. Untuk menghindari keretakan
pada isolator tersebut, maka telah dilakukan beberapa perbaikan dalam desain pembuatannya,
yakni dengan cara menempatkan sejenis pelindung yang kecil diantara lapisan terluar dari porselen
dengan pasak baja sehingga pemuaiannya dapat terlaksana secara merata.
b. Ketidakmurnian Bahan Isolator
Jika bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat buruk, hal ini akan
menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga isolator tidak baik untuk pemakaian yang kontiniu.
Jika bahan porselen yang digunakan dalam pembuatan isolator dipabrikasi pada suhu rendah, maka
hal ini akan mengakibatkan kekeroposan pada isolator tersebut dan dengan alasan ini maka isolator
akan menyerap embun dari lapisan udara atau semen. Kebocoran arus akan dimulai dari isolator
tersebut yang akan menyebabkan kegagalan sebagai akibat dari pemakaian bahan yang digunakan
dalam pembuatan isolator.
Bila bahan isolator tidak benar-benar dilapisi pelapis yang baik sebagaimana mestinya, maka air akan
mudah merembes yang dapat menyebabkan menempelnya debu pada permukaan isolator tersebut
yang dapat bersifat sebagai penghantar dan mereduksikan jarak lompatan bunga api listrik.
Bila terjadi lompatan bunga api listrik dari suatu kawat ke kawat yang lain maka hal ini akan
menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada isolator dan dapat menyebabkan pecahnya isolator
tersebut.
f. Tekanan Mekanis
Pada saat penarikan kawat-kawat penghantar pada suatu pemasangan jaringan maka isolator akan
mengalami tekanan mekanis, sehingga bila bahan digunakan kurang baik, maka hal ini dapat
menyebabkan kerusakan atau pecahnya isolator.
Terkadang gangguan alam seperti kumpulan burung yang hinggap atau pepohonan yang mengena
pada kawat penghantar maupun isolator dapat mengakibatkan terjadinya arus hubung singkat,
kondisi ini merupakan penyebab terjadinya kegagalan dari suatu isolator. Keadaan seperti ini hanya
mungkin terjadi bila jarak antar konduktor lebih kecil dari standar yang telah ditentukan.
http://anak-elektro-ustj.blogspot.co.id/2013/03/sistem-proteksi-tenaga-listrik.html
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/03/perlengkapan-gardu-induk.html
Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan
peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
perimer. Perlengkapan peralatan listrik tersebut antara lain:
- Sistem cincin atau ring, semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk
seperti ring/cicin.
- Busbar Tunggal atau Single busbar, semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada
satu / single busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir
dari suatu transmisi.
Gambar 2. Sistem busbar tunggal atau single busbar
- Busbar Ganda atau double busbar, Adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar .
Sistem ini sangat umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif
untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.
- Busbar satu setengah atau one half busbar, gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai
dua busbar juga sama seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada
Gardu induk Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan sistem.
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang secara seri.
Gambar 4. Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar.
2. Ligthning Arrester
biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik pada
instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge) maupun
oleh surja hubung ( Switching Surge ).
- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk indikator, relai dan alat
sinkronisasi.
- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan rendah dan besarnya
dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung sedangkan untuk arus yang
mengalir besar, maka harus dilakukan pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan trafo
arus (sebutan untuk trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus berfungsi juga
untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah pembagian
beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Juga
diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC
sebagai penggerak utamanya. Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.
6. Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang berfungsi untuk
menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat akan dilakukan
perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya
apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka)
7. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah fasa yang dipakai
untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau transformator, dengan mengatur daya
reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat
tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau kapasitor shunt dan
reaktor shunt.
http://aguspurbaproteksi.blogspot.co.id/
PROTEKSI / PENGAMAN
PADA
( agusleepurba@gmail.com )
Abstrak
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA,
PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegangannya oleh transformator step-up yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi
mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV dalam praktek saat
ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan, maka sampailah
tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-
down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer.
Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah
tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan
Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-
gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220 volt, lalu disalurkan melalui
jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Maka Harus
Diperlukan Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan
listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan.
PENDAHULUAN
Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant) Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana
terdapat turbin
sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang membangkitkan listrik.
Biasanya dipusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk. Peralatan utama
pada gardu induk antara lain : transformer, yang berfungsi untuk menaikan
tegangan generator (11,5 kV) menjadi tegangan transmisi /tegangan tinggi (150kV)
dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Jenis pusat pembangkit yang umum
antara lain PLTA (pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pusat Listrik Tenaga
Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir).
PEMBAHASAN
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV dan 20kV, yang juga
biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel
tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant)
seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi
setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator step-up yang adadipusat listrik.
Saluran transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan 70kV, 150kV,atau 500kV. Khusus untuk
tegangan 500kV dalam praktek saat ini disebut sebagaitegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik
disalurkan, maka sampailah teganganlistrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya
menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai
tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer
PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan
distribusi primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan
lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220
volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen)
PLN. Pelanggan pelanggan dengan daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan
Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan menengah, bahkan ada
pula pelanggan yang terhubung pada jaringan transmisi, tergantung dari besarnya daya tersambung.
Setelah melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan sambungan Rumah
(SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik
pelanggan tergantung pada besarnya daya tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui
kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN
umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah
instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk
ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.
Pada makalah ini hanya akan dibahas pada bagian sistem transmisi tenaga listrik II. Pengertian
Transmisi Tenaga Listrik Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat
dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik melalui suatu bahan
konduktor.
Gambar diatas menunjukkan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi
tenaga listrik. Yang terdiri dari dua stasiun pembangkit (generating station) G1 dan
loads. Transmisi berada pada bagian yang diberi arsir tebal. Fungsi dari bagian
regulasi tegangan. Standarisasi range tegangan internasional yaitu 345 kV hingga 765 kV untuk
Saluran tegangan Ekstra Tinggi dan 115 kV hingga 230 kV untuk saluran tegangan Tinggi. Standarisasi
tegangan Transmisi listrik di Indonesia adalah 500 kV untuk Saluran ekstra Tinggi dan 150 kV untuk
saluran Tegangan tinggi Pada sistem tenaga listrik, jarak antara pembangkit dengan beban yang
cukup jauh,
akan menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan oleh rugirugi
tegangan dan diletakkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. SVC (Static
Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady state dan dinamika
voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada jaringan transmisi berjarak jauh dan berbeban
tinggi (heavily loaded). Synchronous Condenser, sebagai generator pensuplay arus gangguan, dan
transformer dengan taps yaang variabel, Ini adalah jenis khusus transformator listrik yang dapat
menambah atau mengurangi
powered gulungan kawat, sehingga meningkatkan atau menurunkan medan magnet dan tegangan
keluaran dari transformator. Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran listrik
dari tegangan medium menjadi tegangan rendah dengan transformator step-down, dimana memiliki
tap otomatis dan memiliki kemampuan untuk regulator tegangan rendah. Tegangan rendah meliputi
rentangan dari 120/240V single phase sampai 600V, 3 phase. Bagian ini melayani perumahan,
komersial dan institusi serta industri kecil. Interconnecting substation, pada bagian ini untuk
melayani sambungan percabangan transmisi dengan power tegangan yang berbeda serta untuk
menambah kestabilan pada keseluruhan jaringan. Setiap substation selalu memiliki Circuit Breakers,
Fuses, lightning arresters untuk pengaman peralatan. Antara lain dengan penambahan kontrol
peralatan, pengukuran, switching, pada setiap bagian substation. Energi listrik yang di transmisikan
didisain untuk Extra-high Voltage (EHV), High Voltage (HV), Medium Voltage (MV), dan Low Voltage
(LV). Klasifikasi nilai tegangan ini dibuat berdasarkan skala standarisasi tegangan yang di tunjukkan
pada tabel.
Distribusi listrik ini di bagi lagi menjadi tegangan menengah (2,4kV sampai
Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari
Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumer
pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe
Saluran Transmisi Listrik Penyaluran tenaga listrik pada transmisi menggunakan arus bolak-balik (AC)
ataupun juga dengan arus searah (DC). Penggunaan arus bolak-balik yaitu dengan
Saluran Transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan sistem yang
banyak digunakan, mengingat kelebihan sebagai berikut :
Mudah pembangkitannya
Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan.
energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara
atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara antara lain :
4. Lebih murah
Kerugian :
kehandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan dari luar, seperti
gangguan lainnya.
2. dari segi estetika/keindahan kurang, sehungga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk
transmisi di dalam kota.
saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah.
Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam
tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga
tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun
tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta
Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi
dengan gas, misalnya: gas SF6, seperti gambar Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat
tinggi maka saluran ini jarang digunakan
Gambar 6 Saluran Listrik Isolasi Gas
Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line), namun
transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat
Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan
Rendah (LV). Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi adalah berfungsi menyalurkan energi listrik dari
satu substation (gardu) induk ke gardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan
antara tiang (tower) melalui isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi yang
berlaku diindonesia adalah 30kV, 70kV dan 150kV. Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi
listrik dibagi menjadi :
dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat
direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi
terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang
besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang
banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET
adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada
masalah pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari saluran transmisi ini ialah
100km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka
tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi
menjadi rendah.
Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan :
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
Saluran transmisi tenaga listrik terdiri atas konduktor, isolator, dan infrastruktur
tiang penyangga.
1. Konduktor
Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi selalu
2. Isolator
Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan bagian konduktor
terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan bahan
isolasi sintetik juga sering digunakan disini. Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk
melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk
mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan
fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan
beban konduktor. Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin
atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator
diklasifikasikan menjadi :
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tagangan
kerja relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng
menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh
penggunaanya yaitu jika satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang
digunakan adalah 150 kV, maka jumlah piring isolatornya
adalah 10 pringan.
- Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower
Saluran transmisi listrik merupakan suatu sistem yang kompleks yang mempunyai
karakteristik yang berubah-ubah secara dinamis sesuai keadaan sistem itu sendiri.
Adanya perubahan karakteristik ini dapat menimbulkan masalah jika tidak segera
transmisi, adanya perubahan tersebut harus mendapat perhatian yang besar mengingat saluran
transmisi memiliki arti yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Masalah-masalah yang
timbul pada saluran transmisi, diantaranya yang utama adalah :
1. Pengaruh Perubahan Frekuensi Sistem
Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus menerus dalam suatu nilai
batas tertentu. Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat merugikan
baik terhadap peralatan ataupun sistem transmisi itu sendiri. Pengaruh yang
Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan (generator) akibat hilangnya sinkronisasi
salah satu generator sehingga sebagian generator menjadi motor dan sebagian berbeban lebih dan
ini terjadi bergantian atau berayun. Adanya ayunan daya ini dapat menyebabkan kestabilan sistem
terganggu. Ayunan daya ini harus segera diatasi dengan melepaskan generator yang terganggu. Pada
saluran transmisi adanya ayunan daya ini tidak boleh membuat kontinuitas pelayanan terganggu,
tetapi perubahan arus yang terjadi pada saat ayunan daya bisa masuk dalam jangkauan sistem
proteksi sehingga memutuskan aliran arus pada saluran transmisi.
Saluran transmisi mempunyai resiko paling besar bila mengalami gangguan, karena ini akan berarti
terputusnya kontinuitas penyaluran beban. Terputusnya penyaluran listrik dari pusat pembangkit ke
beban tentu sangat merugikan bagi pelanggan terutama industri, karena berarti terganggunya
kegiatan operasi diindustri tersebut. Akan tetapi adakalanya gangguan tersebut tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi akibat adanya
Gangguan pada saluran transmisi merupakan 50% dari seluruh gangguan yang
terjadi pada sistem tenaga listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang
terbesar adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yaitu sekitar 85%
dari total gangguan pada transmisi saluran udara. Sistem proteksi sistem tenaga listrik adalah
pengisolasian kondisi abnormal pada
sistem tenaga listrik untuk meminimalisir pemadaman dan kerusakan yang lebih
lanjut. Dalam merancang sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi, yaitu :
4. Sensitif, mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang ditentukan, walaupun gangguannya
kecil.
Proteksi pada sistem transmisi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan
1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah
trip kepada Pemutus tegangan (PMT)
2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran
b. Baterai beserta alat pengisi (Baterai Charger) sebagai sumber tenaga untuk
tegangan), sirkuit triping dan peralatan Bantu. Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri
dari 3 bagian utama seperti
dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya,
pembanding.
besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.
cepat pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk
Transformator arus (CT) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang
diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat
pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan
membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay. Apabila besaran tersebut tidak
setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan bekerja mnearik
kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh
atau trip-coil untuk bekerja melepas PMT
Perlengkapan Gardu Transmisi
tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk
pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan
tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang
- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran
daya dan
4. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS), Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan
listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan.
5. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB), Berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban normal
atau pada saat terjadi arus gangguan).
6. Sakelar Pentanahan, Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi
yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat
akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem.
7. Kompensator, alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan
9. Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
Kawat Tanah atau Earth Wire (kawat petir/kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa
menyambar dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka akan
tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension
dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang
menghubungkan pada tower agar arus petir dapat terbuang ketanah lewat tower.
Umtuk keperluan perbaikan mutu pentanhan maka dari kawat jumper ini
kawat pentanahan.
Bahan Earth Wire terbuat dari steel yang sudah di galvanis, maupun sudah dilapisi
dengan alumunium. Jumlah kawat tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat
fasa, namun umumnua disetiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya
satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar
sehingga kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara groun wire dengan fasa di
sangat penting
- Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :
- Pentanahan tiang, Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground
wire) akibat terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat
baja yang di klem pada pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower
(tiang) SUTT.
dapat membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada di bawahnya
- Bola pengaman, dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu lintas
udara
Pada dasarnya suatu sistem tenaga listrik harus dapat beroperasi secara terusmenerus
secara normal, tanpa terjadi gangguan. Akan tetapi gangguan pada sistem
tenaga listrik tidak dapat dihindari. Gangguan dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut :
- Gangguan dari dalam sistem, misalnya karena faktor ketuaan, arus lebih,
- Gangguan dari luar, biasanya karena faktor alam. Contohnya cuaca, gempa, petir,
Jenis-jenis gangguan
Jenis gangguan bila ditinjau dari sifat dan penyebabnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
- Beban lebih, ini disebabkan karena memang keadaan pembangkit yang kurang
- Hubung singkat, jika kualitas isolasi tidak memenuhi syarat, yang mungkin
disebabkan faktor umur, mekanis, dan daya isolasi bahan isolator tersebut.
Daftar Pustaka
[3]http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener33a.html
[4] http://dunia-listrik.blogspot.com/
[6]http://my.opera.com/rommye/blog/show.dml/6820871
[7] http://image.made-inchina.
com/2f0j00TMnaDQOJCtiN/Conductor.jpg
[8]http://www.myinsulators.com/acw/bookref/insulator/cottonfig10.11.
jpg
[9] http://www.djlpe.esdm.go.id
http://unimed-proteksisistemtenagalistrik.blogspot.co.id/2012/06/proteksi-sistem-tenga-
listrik.html
Pidelis S Purba
5103331026
Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di rancang untuk
mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari
sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara keduanya. Informasi yang diperoleh
dari sistem tenaga listrik akan digunakan untuk membandingkan besarannya dengan besaran
ambang-batas (threshold setting) pada peralatan
proteksi. Apabila besaran yang diperoleh dari sistem melebihi setting ambang-batas peralatan
proteksi, maka sistem proteksi akan bekerja untuk mengamankan kondisi tersebut. Peralatan
proteksi pada umumnya terdiri dari beberapa elemen yang dirancang untuk mengamati kondisi
sistem dan melakukan suatu tindakan berdasarkan kondisi sistem
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran daya dari satu tempat ke
tempat yang lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi tenaga listrik yang baik salah satunya
adalah aman selain andal dan ekonomis. Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin
bahwa dalam transmisi tenaga lisrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam
transmisi tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan transmisi dari
gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh pemindahan daya
listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga listrik. Dengan proteksi
yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada sebuah gangguan yang bersifat sementara.
Jika proteksi transmisi tenaga listrik baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam
suatu transmisi terjadi gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan yang
lain dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat dipadukan menjadi
nilai andal. Andal yang dimaksud disini adalah tidak membahayakan manusia yang berada disekitar
transmisi tenaga listrik sehingga manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami
gangguan kesehatan maupun gangguan material.
Pembuatan karya tulis ini berdasarkan tugas mata kuliah konsentrasi yaitu sistem proteksi. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut,
B. Rumusan masalah
Dalam karya tulis ini saya akan membahas beberapa permasalasahan. Diantaranya adalah :
C. Batasan Masalah
Mengingat permasalahan dalam gangguan pada sistem tenaga listrik sangat luas maka penulisan
makalah ini akan dibatasi pada pengertian proteksi transmisi tenaga listrik, bagaimana proteksi
tersebut bekerja, dimana letak porteksi tersebut, dan apa saja alatnya.
D. Tujuan
Tujuan penyusun karya tulis ini yang pertama adalah untuk memenuhi tungas mata kuliah sistem
proteksi sistem tenaga listrik. Yang kedua adalah agar para penyusun mendapatkan ilmu dan
kompetensi yang lebih dalam hal proteksi, terutama proteksi transmisi tenaga listrik. Yang ketiga
adalah agar karya tulis ini dapat dijadikan sumber referensi oleh para pembaca sebagai dasar
pemikiran untuk dikembangkan atau untuk dilengkapi.
E. Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah membaca karya tulis ini adalah pembaca mengetauhi proteksi
transmis tenaga listrik yang digunakan pada umumnya, bagaimana proteksi tersebut bisa bekerja,
penerapannya dibagian sebelah mana, dan macam alat pengaman transmisi tenaga listrik.
BAB II
PEMBAHASAN
untuk mengidentifikasi gangguan, memisahkan bagian instalasi yang terganggu dari bagian lain yang
masih normal dan sekaligus mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar, serta memberikan informasi / tanda bahwa telah terjadi gangguan, yang pada umumnya
diikuti dengan membukanya PMT.
Pemutus Tenaga ( PMT ) untuk memisahkan / menghubungkan satu bagian instalasi dengan
bagian instalasi lain, baik instalasi dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas
dari bagian-bagian instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebihSedangkan untuk syarat
yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi adalah Sensitif : yaitu mampu merasakan gangguan
sekecil apapun
Andal : yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja bila tidak
diperlukan (security).
Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti system tersebut tidak
merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan
gangguan tersebut namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem
tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama. Gangguan pada transmisi tenaga
listrik dapat berupa :
GANGGUAN SISTEM
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada transformator,
reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.
Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi terdiri dari
Gangguan Fasa
Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau tidak.Meliputi gangguan hubung singkat
dua fasa dan tiga fasa.Hubung singkat ditandai dengan:
Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara langsung atau tidak langsung. (tiang, badan
trafo, selubung timah kabel).
2. Relay Proteksi
ELEMEN PEMBANDING
Elemen ini berfungsi menerimabesaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen
pengindera untukmembandingkan besaran listrikpada saat keadaan normal denganbesaran arus
kerja relai.
ELEMEN PENGINDERA
Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya,apakah keadaan yang diproteksi itu
mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan
keelemen pembanding.
ELEMEN PENGUKUR
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan
segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk kemudian
mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran yang dideteksinya.
a) Relay Primer; besaran yang dideteksi misalnya arus, dideteksi secara langsung.
b) Relay Sekunder; besaran yang dideteksi, melalui alat-alat bantu misalnya trafo arus/trafo
tegangan
Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu kumparan magnit dan kumparan induksi
3. Jenis-jenis Relay
Merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada
Jaringan Tegangan tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga. Rele ini
berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.
Relay invers; waktu kerjanya tergantung kepada besarnya arus hubung singkat, makin besar makin
cepat. Pada koordinasi antara relay-relay invers berlaku koordinasi arus dan waktu sekaligus.
Relay Cepat; digunakan dalam kombinasi dengan relay definit/invers apabila diperlukan waktu kerja
yang lebih cepat misalnya jika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat besar.
Relay Definit; bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya arus hubung singkat yang melaluinya.
Waktu kerjanya disetel tertentu dan biasanya dikoordinasikan dengan waktu kerja pengaman
didepan dan dibelakangnya.
b) Relay Diffrensial
Relay Differensial pada prinsipnya adalah sama saja dengan relay arus lebih hanya saja lebih peka
karena harus bekerja terhadap arus yang kecil. Perbedaan dengan relay arus lebih terletak pada
rangkaian listrik yang bertugas mendeteksi arus.
Gambar 4. Skema dan bentuk fisik relay diffrensial
Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap tanah
didalam daerah pengaman transformator khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak
dapat dirasakan oleh RELE differential, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi.
d. Relai Bucholtz
Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan ( bunga )
api dan pemanasan setempat dalam minyak transformator. Penggunaan rele deteksi gas (Bucholtz)
pada Transformator terendam minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan
pada gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating yang umumnya
menghasilkan gas.
Relai Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah tap (tapchanger) dari transformator.
Tap changer adalah alat yang terpasang pada trafo,berfungsi untukmengatur tegangan keluaran
(sekunder) akibat beban maupun variasitegangan pada sistem masukannya (input).
Tap changer umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan,dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan minyak tangki utama.
Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan pada sistem tap changer
,digunakan pengaman yang biasa disebut :RELE JANSEN (bucholznya Tap changer).
Jenis dan tipe rele jansen bermacam-macam bergantung pada merk Trafo: misalnya RS 1000,LF
15,LF 30.
Rele jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyaktap changer.
Konstruksi dan prinsif kerjanya adalah seperti relay arus lebih, hanya rangkaian arusnya yang
bertugas mendeteksi arus zero sequenze yang berbeda. Juga karena arus zero sequenze ini ordenya
lebih kecil maka relay arus zero sequenze ini juga harus lebih peka dari relai arus lebih.
Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa IR, IS, dan ITsama besarnya (Simetris)
masing-masing berbeda fasa 1200 , sehingga arus melewati kumparan Zo =0. tetapi apabila ada
gangguan hubung tanah maka keadaan arus setiap fasa tidak simetris lagi dan mengalirkan
komponen arus urutan nol lewat kumparan Zo sehingga relai arus zero Sequenze bekerja.
Gambar 8. Rangkaian arus relai zero sequencec cureent dan diagram vektornya
Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih pada transformator,
dipasang pada transformator tenaga dan bekerja dengan menggunakan membrane.Tekanan lebih
terjadi karena adanya flash over atau hubung singkat yang timbul pada belitan transformator tenaga
yang terendam minyak, lalu berakibat decomposisi dan evaporasi minyak, sehingga menimbulkan
tekanan lebih pada tangki transformator.
H. Relai Impedansi
Relay impedansi disebut juga relay jarak atau impedance relay atau Distance
relay. Disebut relay impedansi karena mendeteksi impedansi tapi disebut relay jarak karena bersifat
mengukur jarak. Rele ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho, quadralateral, reaktans, dll.
Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti putt, pott dan blocking. Jika
tidak terdapat teleproteksi maka rele ini berupa step distance saja
I. Directional Comparison Relay.
Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika kedua relai pada
penghantar merasakan gangguan di depannyamaka relai akan bekerja. Cara kerjanya ada yang
menggunakan directional impedans, directional current dan superimposed
Rele hubung tanah merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan
terpasang pada jaringan Tegangan tinggi,Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator
tenaga.
Gambar 12. Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR
Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang berguna untuk memutuskan dan
menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke beban secara langsung dan aman, baik
pada kondisi normal maupun saat terdapat gangguan. Berdasarkan media pemutus listrik /
pemadam bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:
Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peralatan untuk menjadi pemutus
daya :
b. Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam keadaan berbeban ataupun dalam keadaan
hubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu sendiri.
L. Relay Suhu
Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari kerusakan akibat adanya suhu yang
berlebihan. Ada 2 macam relay suhu pada transformator, yaitu :
Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada minyak isolasi transformator. Pada saat
transformator bekerja memindahkan daya dari sisi primer ke sisi sekunder, maka akan timbul panas
pada minyak isolasi, akibat rugi daya maupun adanya gangguan pada transformator.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan
listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution)
dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman.
Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk kemudian
mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran yang dideteksinya.
DAFTAR PUSTAKA
November 2007
Arismunandar, A dan Kuwahara, S. 1972. Teknik Tenaga Listrik, jilid III gardu induk.Jakarta: PT.
Pradnya Paramita