Anda di halaman 1dari 56

http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?

p=454

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari
Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga
sampai pada konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu
bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik.

Berdasarkan sistem transmisi dan kapasitas tegangan yang disalurkan terdiri:

1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV

Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit


dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari
penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh
operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan
mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang
besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang
banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam
pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada
masalah pembiayaan.

2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV

Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila
kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV

Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang


menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah.
Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota,
karena berada didalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga
tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun
tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta
sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya.
Gambr.Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT

Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan :
a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, maka
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kawat
penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang
sebagai berikut :
1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari alumunium.
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

Transmisi. Panjang Transmisi 500 kV sistem tenaga listrik Jawa Bali


Tahun 2010 bertambah menjadi 5.052 kms. Transmisi 150 kV menjadi
12.370 kms, sedangkan Transmisi 70 kV menjadi 3.608 kms.

http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/menara-listrik-tower-listrik.html

Menara Listrik (Tower Listrik)


1/08/2009 HaGe 10 komentar

Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik
ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi, saluran transmisi
tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa
saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya
menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat
penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang kawat
penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-
kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa
disebut menara / tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator.

Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT)
ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan
PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan
raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah
serta pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-
besinya rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia,
dimana pencurian besi-besi baja pada menara / tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik
tersebut roboh, dan penyaluran energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu.

Suatu menara atau tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu:

- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).


- Gaya tarik akibat rentangan kawat.
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.

Jenis-Jenis Menara / Tower Listrik

Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara / tower listrik dibagi atas 4 macam, yaitu:

1. Lattice tower
2. Tubular steel pole
3. Concrete pole
4. Wooden pole
Gambar 1. Lattice tower

Gambar 2. Tubular steel pole

Menurut fungsinya, menara / tower listrik dibagi atas 7 macam yaitu:

1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower ini hampir
sepenuhnya menanggung gaya tarik.

2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower
penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat), umumnya
mempunyai sudut belokan yang kecil.

3. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya berat,
umumnya tidak mempunyai sudut belokan.

4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar daripada
gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.

5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan perubahan
posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.

6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua Saluran
transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.

7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda
tegangan operasinya.

Gambar 3. Tower 2 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).

Gambar 4. Tower 4 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).

Menurut susunan / konfigurasi kawat fasa, menara / tower listrik dikelompokkan atas:

1. Jenis delta, digunakan pada konfigurasi horizontal / mendatar.


2. Jenis piramida, digunakan pada konfigurasi vertikal / tegak.
3. Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower.
Dilihat dari tipe tower, dibagi atas beberapa tipe seperti ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Tipe tower 150 kV

Tabel 2. Tipe Tower 500 kV

Komponen-komponen Menara / Tower listrik

Secara umum suatu menara / tower listrik terdiri dari:


Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub) dengan bumi.

Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi dan
diikat menyatu dengan pondasi.

Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata perlu
dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama tinggi
permukaannya.

Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower bagian
atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan tinggi common
body dengan cara penambahan atau pengurangan.

Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross arm
kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super structure namun
digantikan dengan K frame dan bridge.

Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan isolator
kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis
tension yang mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat.

K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm.
K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.

Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-tengah bridge
terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida.

Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET
mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisanAWAS BERBAHAYA TEGANGAN
TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah,
dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar.

Rambu identifikasi tower dan penghantar / jalur, berfungsi untuk memberitahukan identitas tower
seperti: Nomor tower, Urutan fasa, Penghantar / Jalur dan Nilai tahanan pentanahan kaki tower.

Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak berkepentingan untuk
naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki
tower dibawah Rambu tanda bahaya.

Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower hingga super
structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas sewaktu naik maupun turun dari
tower.

Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas tanah galian pondasi.
Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung pada jenis tower .

Demikian sedikit uraian mengenai menara / tower pada saluran transmisi udara, semoga
bermanfaat.

http://ardi-wira.blogspot.co.id/2009_05_01_archive.html

Transmisi Listrik Jarak Jauh


Pusat pembangkit listrik biasanya terletak jauh dari pemukiman atau pelanggan. Sehingga listrik yang
dihasilkan pusat pembangkit listrik perlu ditransmisikan dengan jarak yang cukup jauh. Transmisi
energi listrik jarak jauh dilakukan dengan menggunakan tegangan tinggi, dengan alasan sebagai
berikut:

Transmisi energi listrik jarak jauh


1. Bila tegangan dibuat tinggi maka arus listriknya menjadi kecil.
2. Dengan arus listrik yang kecil maka energi yang hilang pada kawat transmisi (energi disipasi) juga
kecil.
3. Juga dengan arus kecil cukup digunakan kawat berpenampang relatif lebih kecil, sehingga lebih
ekonomis.
Overhead Ground Wire(OGW),
Perlindungan Transmisi Tenaga Listrik dari Sambaran Petir

Bagi orang awam, petir merupakan sesuatu yang menakutkan. Tidak sedikit korban yang meninggal
akibat sambaran petir termasuk korban manusia. Tetapi anggapan bagi orang dengan kekhususan
Tenaga Listrik, petir merupakan sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam. Berbagai usaha dilakukan
untuk melindungi peralatan listrik dari petir. Transmisi tenaga listrik lewat saluran udara terbuka
merupakan "sasaran sambaran petir". Untuk itulah diperlukan perlindungan, diantaranya dengan
menggunakan overhead groundwire (kawat tanah).
Pendahuluan
Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi.
Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian
antara permukaan atas dan permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km
dengan temperatur bagian bawah sekitar 60 oF dan temperatur bagian atas sekitar - 60 oF.
Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena di dalam awan terdapat
angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan
sehingga terpisahkan antara muatan positif dan muatan negatif.

Pemisahan muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran petir. Pelepasan muatan
listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan awan, dan antara awan dengan bumi
tergantung dari kemampuan udara dalam menahan beda potensial yang terjadi.

Petir yang kita kenal sekarang ini terjadi akibat awan dengan muatan tertentu menginduksi muatan
yang ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah besar, maka muatan induksi pun makin
besar pula sehingga beda potensial antara awan dengan bumi juga makin besar. Kejadian ini diikuti
pelopor menurun dari awan dan diikuti pula dengan adanya pelopor menaik dari bumi yang
mendekati pelopor menurun. Pada saat itulah terjadi apa yang dinamakan petir.

Panjang kanal petir bisa mencapai beberapa kilometer, dengan rata-rata 5 km. Kecepatan pelopor
menurun dari awan bisa mencapai 3 % dari kecepatan cahaya. Sedangkan kecepatan pelepasan
muatan balik mencapai 10 % dari kecepatan cahaya.
Sistem Perlindungan Petir
Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka muncullah usaha-usaha
untuk mengatasi sambaran petir. Teknik penangkal petir pertama kali ditemukan oleh Benyamin
Franklin dengan menggunakan interseptor (terminal udara) yang dihubungkan dengan konduktor
metal ke tanah. Teknik ini selanjutnya terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang efektif.

Sekilas mengenai teknik penangkal petir, dikenal 2 macam sistem, yaitu :

1. Sistem Penangkal Petir

Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan dan diletakkan pada
tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung metal tersebut terlebih dahulu.
Sistem ini memiliki kelemahan di mana apabila sistem penyaluran arus petir ke tanah tidak berfungsi
baik, maka ada kemungkinan timbul kerusakan pada peralatan elektronik yang sangat peka terhadap
medan transien.
2. Dissipation Array System (DAS)

Sistem ini menggunakan banyak ujung runcing (point discharge) di mana tiap bagian benda yang
runcing akan memindahkan muatan listrik dari benda itu sendiri ke molekul udara di sekitarnya.
Sistem ini mengakibatkan turunnya beda potensial antara awan dengan bumi sehingga mengurangi
kemampuan awan untuk melepaskan muatan listrik.
Sistem Perlindungan Petir Pada Transmisi Tenaga Listrik
Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan kata lain benda yang
tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir. Transmisi tenaga listrik di darat
dianggap lebih efektif menggunakan saluran udara dengan mempertimbangkan faktor teknis dan
ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan menjadi sasaran sambaran petir langsung. Apalagi
saluran udara yang melewati perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan awan dan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk disambar petir.

Selama terjadinya pelepasan petir, muatan positif awan akan menginduksi muatan negatif pada
saluran tenaga listrik. Muatan negatif tambahan ini akan mengalir dalam 2 arah yang berlawanan
sepanjang saluran. Surja ini mungkin akan merusak isolasi saluran atau hanya terjadi pelepasan di
antara saluran-saluran tersebut.

Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dan tegangan ekstra tinggi (EHV) cenderung untuk
melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan
ultra tinggi (UHV), desain isolasi lebih cenderung kepada proteksi terhadap surja hubung. Adanya
tegangan lebih ini akan mengakibatkan naiknya tegangan operasi yang tentunya dapat merusak
peralatan-peralatan listrik.

Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada beberapa cara yang dapat diterapkan.
Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah (overhead
groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat tanah akan
menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan daerah/zona tertentu.

Overhead groundwire yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik, diletakkan pada ujung
teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat phasa. Groundwire ini dapat ditanahkan secara
langsung atau secara tidak langsung dengan menggunakan sela yang pendek.

Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi kawat phasa
sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap sambaran petir langsung,
lebih dari satu groundwire digunakan.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa hadirnya groundwire dimaksudkan sebagai tempat sambaran
petir langsung dan dapat melindungi kawat phasa. Zona perlindungan groundwire dapat dinyatakan
dengan parameter sudut perlindungan, yaitu sudut antara garis vertikal groundwire dengan garis
hubung antara groundwire dan kawat phasa. Jika sudut perlindungan tersebut dinyatakan dalam a
dan tinggi groundwire adalah h, maka probabilitas sambaran petir pada groundwire (p) dapat
ditentukan sebagai berikut :
log p = - 4

Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa makin tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang
besar, akan mengakibatkan probabilitas tersebut meningkat. Untuk itu diperlukan pemilihan tinggi
groundwire dan sudut perlindungan yang tepat untuk mendapatkan performa perlindungan yang
baik dari sambaran petir.

Untuk meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan pentanahan yang baik pada setiap menara
listrik. Jika petir menyambar pada groundwire di dekat menara listrik, maka arus petir akan terbagi
menjadi dua bagian. Sebagian besar arus tersebut mengalir ke tanah melalui pentanahan pada
menara tersebut. Sedangkan sebagian kecil mengalir melalui groundwire dan akhirnya menuju ke
tanah melalui pentanahan pada menara listrik berikutnya. Lain halnya jika petir menyambar pada
tengah-tengah groundwire antara 2 menara listrik. Gelombang petir ini akan mengalir ke menara-
menara listrik yang dekat dengan tempat sambaran tersebut.
Usaha Untuk Meningkatkan Performa Perlindungan
Usaha yang paling mudah untuk meningkatkan performa perlindungan adalah dengan menggunakan
lebih dari satu groundwire. Dengan cara ini diharapkan petir akan selalu menyambar pada
groundwire sehingga memperkecil probabilitas kegagalan perlindungan. Cara ini dapat disertai
dengan menggunakan counterpoise, yaitu konduktor yang ditempatkan di bawah saluran (lebih
sering dibenamkan dalam tanah) dan dihubungkan dengan sistem pentanahan dari menara listrik.
Hasilnya, impedansi surja akan lebih kecil.

Usaha-usaha lainnya di antaranya :

* Memasang couplingwire di bawah kawat phasa (konduktor yang disertakan di bawah saluran
transmisi dan dihubungkan dengan sistem pentanahan menara listrik).
* Mengurangi resistansi pentanahan menara listrik dengan menggunakan elektroda pentanahan
yang sesuai.
* Menggunakan arester.

Cara yang terakhir ini boleh dikatakan sebagai alat pelindung yang paling baik terhadap gelombang
surja. Arester inilah yang terus dikembangkan oleh para ahli untuk mendapatkan performa
perlindungan yang makin baik.
Kesimpulan
Pemakaian overhead groundwire dalam saluran transmisi tenaga listrik mempunyai harapan agar
sambaran petir tidak mengenai kawat phasa. Luas zona/daerah perlindungan groundwire tergantung
dari ketinggian groundwire itu sendiri. Probabilitas kegagalan dalam perlindungan akan naik dengan
makin tingginya groundwire dan besarnya sudut perlindungan. Untuk itu diperlukan pemilihan
ketinggian serta sudut perlindungan yang sesuai untuk mendapatkan perlindungan yang baik.

Peningkatan performa perlindungan transmisi tenaga listrik dari sambaran petir yang paling mudah
dilakukan dengan menambah jumlah groundwire. Kombinasi pemakaian groundwire dengan
peralatan-peralatan lainnya sangat diharapkan untuk memperoleh performa perlindungan yang
lebih tinggi di antaranya dengan pemakaian arester yang merupakan alat pelindung modern.

ISOLASI

https://modalholong.wordpress.com/2011/03/25/isolator-saluran-transmisi-hantaran-udara/

ISOLATOR SALURAN TRANSMISI HANTARAN UDARA


Posted on 25/03/2011 by Modal Holong

1. Umum

Isolator mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran arus dari konduktor phasa
ke bumi melalui menara pendukung. Dengan demikian, isolator merupakan bagian penting dalam
sistem transmisi energi listrik. Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator
adalah:

Isolator harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.

Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.

Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor yang terjadi.

Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun cairan-cairan ke
dalam bahan isolator.

Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.

2. Bahan-bahan Isolator

2.1 Isolator Porselen

Porselen berasal dari tanah liat yang mengandung aluminium silikat, kemudian aluminium silikat ini
direaksikan dengan plastik kaolin, felspar, kwarsa dan campuran ini dipanaskan pada tempat
pembakaran dengan suhu yang diatur. Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah liat, 25%
felspar, 25% kwarsa. Isolator yang dihasilkan harus keras, permukaannya halus/licin dan bebas dari
sifat perembesan. Kehalusan bahan pada permukaan akan membebaskan isolator dari jejak air. Sifat
menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan dielektrik, dan adanya kotoran ataupun
gelembung udara di dalam bahan isolator juga akan mengakibatkan penurunan kekuatan dielektrik.

Jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang rendah maka sifat mekaniknya akan menjadi lebih baik,
tetapi bahan tersebut bersifat menyerap air dan ketika bahan tersebut digunakan,
kondisinya mungkin akan memburuk. Sebaliknya jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang lebih
tinggi, sifat menyerapnya akan berkurang, tetapi bahan isolasi tersebut menjadi rapuh. Jadi di dalam
membuat isolator perlu dirancang sedemikian rupa antara kekuatan dielektrik, sifat rembesan
terhadap air dan suhu tempat pengeringannya. Secara mekanis isolator porselen memiliki kekuatan
dielektrik 60.000 V/cm, tekanan dan kuat regangannya adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
2.2 Isolator Gelas

Sering kali gelas digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas diproduksi dengan proses penguatan yaitu
dipanaskan dulu lalu didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan gelas ini memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut :

Kekuatan dielektriknya tinggi kira-kira 140 kV/cm

Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.

Koefisien muai panasnya rendah.

Karena kekuatan dielektriknya tinggi, maka isolator gelas memiliki bentuk yang lebih sederhana
dan bahkan dapat digunakan satu lapis sebagai bahan isolator.

Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit cacat, ketakmurnian
gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoran yang lain dapat dideteksi dengan mudah dan
bersifat homogen.

Daya rentanganya lebih besar dari porselen.

Lebih murah dari pada porselen

Kelemahan dari isolator gelas antara lain :

Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga hal ini dapat
menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran pada permukaan isolator dan mempercepat terjadinya
arus bocor.

Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam bentuk atau model yang
tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya kegentingan-
kegentingan didalam isolator dan keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.

2.3 Isolator Steatite

Steatite adalah magnesium silikat dan dijumpai pada berbagai bagian dari oksida magnesium dengan
silikat. Daya rentang dari isolator steatite jauh lebih besar dibandingkan dengan isolator porselen,
dan dapat menguntungkan jika digunakan pada keadaan dimana isolator mengalami regangan
sempurna misalnya ketika jaringan saluran transmisi mengalami belokan tajam.
3. Klasifikasi Isolator Transmisi Hantaran Udara

Isolator transmisi hantaran udara diklasifikasi menurut penggunaan dan


konstruksinya menjadi isolator gantung (suspension), jenis pasak (pin-type), jenis batang panjang
(long-rod) dan jenis pos-saluran (line post). Gandengan isolator gantung pada umumnya dipakai pada
saluran transmisi tegangan tinggi, sedang isolator batang panjang dipakai ditempat-tempat dimana
pengotoran udara karena garam dan debu banyak terjadi. Kedua jenis yang lain dapat dipakai pada
saluran transmisi yang relatip rendah (kurang dari 22-33 kV).
Pada isolator gantung dikenal dua jenis, yakni clevis type dan ball-and-socket type, yang masing-masing
terbuat dari porselen dengan tutup (cap) dari besi tempaan (malleable iron), yang keduanya diikatkan
pada porselennya dengan semen berkualitas baik.

Keuntungan-keuntungan dari isolator gantung :

1. Setiap unit dirancang untuk tegangan 11 kV sehingga dengan menghubungkan beberapa buah
isolator secara seri, maka sederetan isolator tersebut dapat digunakan untuk setiap tegangan yang
diinginkan.

2. Bila didalam deretan isolator yang telah dihubungkan tersebut salah satu isolator rusak, maka
proses penggantiannya lebih mudah dan harganya relatif lebih murah.

3. Tekanan mekanis pada rangkaian isolator akan berkurang karena tempat pengikat kawat
penghantarnya fleksibel.

4. Apabila deretan isolator tersebut digantungkan pada menara yang terbuat dari baja maka
konduktor tegangan tinggi hanya sedikit berpengaruh terhadap sambaran kilat, karena penghantar
kawat tersebut posisinya lebih rendah dari pada lengan menara yang ditanahkan dan mempunyai
sifat sebagai penangkal petir.

5. Jika beban yang diberikan pada transmisi bertambah, maka potensial jaringan yang ada dapat
diperbesar lagi dengan menambahkan sejumlah deretan atau rangkaian isolator.

Isolator jenis pasak dan jenis pos-saluran terbuat dari porselen, yang bagian bawahnya diberi tutup
(thimble, cap) besi cor yang disemenkan pada porselen serta pasak baja yang disekrupkan padanya.
Karena jenis ini dipakai secara sendirian (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya
rendah, maka tidak dibuat dalam ukuran-ukuran yang besar.
Jenis batang-panjang mempunyai sedikit bagian logam sehingga tidak mudah menjadi rusak. Oleh
karena rusuknya yang sederhana maka ia mudah tercuci oleh hujan, sehingga jenis ini sesuai sekali
untuk penggunaan pada tempat-tempat yang banyak dikotori garam dan debu

4. Sifat Isolator
4.1 Sifat Listrik

Isolator terdiri dari badan porselen yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian maka
isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Nilai kapasitansi ini akan semakin besar oleh timbulnya
lapisan yang menghantarkan listrik karena kelembaban udara, debu dan bahan-bahan lainnya yang
melekat pada permukaan isolator. Pada jaringan transmisi isolator yang paling dekat dengan
konduktor tegangan tinggi akan memikul tegangan yang terbesar. Dengan memasang busur tanduk
(arching horn), maka distribusi tegangan diperbaiki dan tegangan pada isolator yang paling dekat
dengan kawat fasa akan berkurang. Gambar karakteristik distribusi tegangan isolator rantai dengan
pemasangan busur tanduk pada isolator paling atas dan isolator paling bawah ditunjukkan pada
Gambar 2.5.

Kegagalan listrik pada isolator dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga kecil pada dielektrik
padat (porselen) atau disebabkan terjadinya flashover di sepanjang permukaan isolator. Rongga-
rongga kecil pada isolator ditimbulkan karena isolator dibuat kurang sempurna pada saat
pembuatan, dengan demikian karakteristik listrik dari isolator tersebut kurang baik. Rongga kecil
pada isolator lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan mekanik pada isolator.
Terjadinya flashover menyebabkan kerusakan pada isolator oleh karena panas yang dihasilkan busur
di sepanjang permukaan isolator. Oleh sebab itu isolator harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tegangan pada rongga kecil lebih tinggi dari pada tegangan yang menyebabkan flashover.

4.2 Mekanis

Disamping harus memenuhi persyaratan listrik tersebut diatas, isolator harus memiliki kekuatan
mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya. Porselen, sebagai bagian
utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat-tekan (compressive strength) yang
besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih kecil. Kuat-tariknya biasanya 400-900 kg/cm2,
sedangkan kuat-tekannya 10 kali lebih besar.

4.3 Sifat Thermal

Dalam peralatan dan instalasi pencatu listrik, panas terjadi karena adanya rugi-rugi ohmik pada
konduktor, rugi-rugi dielektrik pada bahan isolasi, rugi-rugi magnetisasi dan rugi-rugi arus Eddy pada
inti besi. Jika dibandingkan dengan bahan logam, bahan isolasi mempunyai stabilitas thermal yang
sangat rendah, sehingga kenaikan suhu yang diijinkan pada bahan isolasi menjadi patokan dalam
menentukan batas suhu kerja dari peralatan. Selama tekanan terus berlangsung pada kondisi operasi
statis, panas dibangkitkan akibat rugi-rugi yang seharusnya disebarkan ke medium sekitarnya. Ada
tiga jenis mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

Untuk memindahkan rugi-rugi panas dengan cepat dari suatu peralatan dibutuhkan bahan yang
mempunyai konduktivitas panas yang baik. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan baik jika digunakan
bahan isolasi kristal, karena susunan kisi-kisi atomnya teratur dan jarak antar atom yang kecil,
sehingga perpindahan atom dapat berlangsung dengan baik.

4.4 Sifat Kimia

Jika ada zat asing dari luar menyusup ke dalam bahan isolasi, maka hal ini dapat menyebabkan
perubahan sifat kimia bahan isolasi tersebut. Hanya bahan anorganik seperti gelas dan bahan
keramik padat yang kedap terhadap zat-zat lain di sekitarnya. Bahan isolasi organik menyerap uap
air secara difusi. Sehingga sifat dielektrik dan listriknya memburuk. Kecepatan difusi tergantung
kepada struktur bahan dan gaya tarik-menarik molekul bahan dengan molekul zat asing.

Sebagai tambahan, penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi (menggelembung) dan


kerusakan elektroda. Sehingga diharapkan bahan isolasi pasangan luar harus memiliki kemampuan
menyerap air yang rendah untuk mencegah pengurangan kekuatan dielektrik.

5. Pasangan Isolator

Dalam kategori pasangan isolator (fittings) termasuk pasangan-pasangan logam dan perlengkapan-
perlengkapan lainnya guna menghubungkan penghantar, isolator dan tiang transmisi.

Pasangan isolator terbuat dari besi atau baja tempaan (malleable) yang ukurannya disesuaikan
dengan tegangan, jenis dan ukuran penghantar, kekuatan mekanisnya, serta konstruksi
penopangnya (supporting structure). Permukaan pasangan logam ini biasanya digalvanis.
5.1 Busur Tanduk

Bila terjadi lompatan api (flashover) pada gandengan isolator, maka isolatornya akan rusak karena
busur apinya. Untuk menghindari kerusakan ini, maka pada gandengan isolator gantung dan isolator
batang panjang (long-rod) dipasang busur tanduk (arching-horns). Busur tanduk ditempatkan pada
bagian atas dan bawah dari gandengan isolator, serta dibentuk sedemikian sehingga busur api tidak
akan mengenai isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara tanduk atas dan bawah biasanya
75-85 % dari panjang gandengan (diperlihatkan pada Gambar 2.7). Tegangan lompatan api untuk
gandengan isolator dengan busur tanduk ditentukan oleh jarak tanduk ini. Busur tanduk biasanya
dipakai untuk saluran transmisi dengan tegangan diatas 110 kV, atau diatas 66 kV didaerah-daerah
dengan tingkat isokeronik yang tinggi. Effek pencegahan korona juga dimiliki oleh busur tanduk.

5.2 Jepitan

Untuk penghantar dipakai pengapit gantungan (suspension clamps) dan pengapit tarikan (tension
clamps) sedang untuk kawat tanah dipakai pengapit sederhana. Ada dua jenis pengapit gantung, yang
satu dengan batang pelindung dan yang lain tanpa batang pelindung (armor rods). Pengapit dipilih
dengan memperhatikan macam dan ukuran kawat, kuat tarik maksimumnya, serta dibentuk
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kelelahan karena getaran (vibration) dan
sudut andongan dari kawat.

6. Kegagalan pada Isolator

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pada suatu isolator adalah :

a. Keretakan Isolator

Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan yang dihasilkan didalam
bahan porselen yang diakibatkan oleh ketidakseragaman pemuaian dan penyusutan yang terdapat
dalam bahan semen, baja, dan porselen yang disebabkan oleh musim panas, dingin, kekeringan dan
kelembaban atau akibat adanya pemanasan pada isolator tersebut. Untuk menghindari keretakan
pada isolator tersebut, maka telah dilakukan beberapa perbaikan dalam desain pembuatannya,
yakni dengan cara menempatkan sejenis pelindung yang kecil diantara lapisan terluar dari porselen
dengan pasak baja sehingga pemuaiannya dapat terlaksana secara merata.
b. Ketidakmurnian Bahan Isolator

Jika bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat buruk, hal ini akan
menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga isolator tidak baik untuk pemakaian yang kontiniu.

c. Sifat Penyerapan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Isolator

Jika bahan porselen yang digunakan dalam pembuatan isolator dipabrikasi pada suhu rendah, maka
hal ini akan mengakibatkan kekeroposan pada isolator tersebut dan dengan alasan ini maka isolator
akan menyerap embun dari lapisan udara atau semen. Kebocoran arus akan dimulai dari isolator
tersebut yang akan menyebabkan kegagalan sebagai akibat dari pemakaian bahan yang digunakan
dalam pembuatan isolator.

d. Bahan Pelapis Isolator Yang Kurang Baik

Bila bahan isolator tidak benar-benar dilapisi pelapis yang baik sebagaimana mestinya, maka air akan
mudah merembes yang dapat menyebabkan menempelnya debu pada permukaan isolator tersebut
yang dapat bersifat sebagai penghantar dan mereduksikan jarak lompatan bunga api listrik.

e. Lompatan Bunga Api Listrik (Flashover)

Bila terjadi lompatan bunga api listrik dari suatu kawat ke kawat yang lain maka hal ini akan
menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada isolator dan dapat menyebabkan pecahnya isolator
tersebut.

f. Tekanan Mekanis

Pada saat penarikan kawat-kawat penghantar pada suatu pemasangan jaringan maka isolator akan
mengalami tekanan mekanis, sehingga bila bahan digunakan kurang baik, maka hal ini dapat
menyebabkan kerusakan atau pecahnya isolator.

g. Terjadinya Hubung Singkat

Terkadang gangguan alam seperti kumpulan burung yang hinggap atau pepohonan yang mengena
pada kawat penghantar maupun isolator dapat mengakibatkan terjadinya arus hubung singkat,
kondisi ini merupakan penyebab terjadinya kegagalan dari suatu isolator. Keadaan seperti ini hanya
mungkin terjadi bila jarak antar konduktor lebih kecil dari standar yang telah ditentukan.

http://anak-elektro-ustj.blogspot.co.id/2013/03/sistem-proteksi-tenaga-listrik.html

SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK


Fungsi Sistem Proteksi.
Pada dasarnya semua konstruksi jaringan distribusi tidak ada yang benar-benar aman dari
gangguan yang datangnya dari dalam sistem itu sendiri maupun dari dari luar sistem.
Gangguan tersebut merupakan potensi yang merugikan ditinjau dari beberapa hal, maka
perlunya dipasang sistem proteksi yang berfungsi sebagai berikut:
Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya
Menjaga keselamatan umum
Meningkatkan kontinuitas pelayanan
Pada sistem distribusi 20 kV hal yang terpenting pada sistem proteksi selain alat proteksi itu
sendiri, sistem pentanahan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem
proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan fasa yang bocor ke tanah, maka bila sistem
pentanahan tidak sesuai dengan sistem distribusi yang diproteksi, maka alat proteksi tidak
akan bekerja dengan benar, sehingga dapat merusak peralatan jaringan maupun
membahayakan keselamatan manusia.
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola, sehingga sistem
proteksinya juga berbeda-beda. Pada perencanaan konstruksi jaringan distribusi untuk
menentukan komponen jaringan, misalnya penghantar, harus dipertimbangkan besarnya arus
gangguan hubung singkat ketanah dan selanjutnya sistem proteksi yang sesuai, sehingga
tujuan membangun konstruksi jaringan distribusi yang aman dan menguntungkan dapat
tercapai.

Prinsip Kerja Sistem Proteksi


Melakukan koordinasi dengan tegangan sistem tegangan tinggi seperti:
Gardu Induk (GI)
Transmisi
Pembangkitan
Mengamankan peralatan dari kerusakan dan gangguan.
Menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Melokalisir gangguan.
Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan (manuver).
Mengurangi frekwensi pemutusan.
Syarat-Syarat Sistem Proteksi
Peka (sensitif).
Cermat (selektivitas).
Andal (reliability).
Cepat.
PENYEBAB GANGGUAN DAN PERELATAN PROTEKSINYA
Gangguan Pada Pembangkit / Generator.

Satu fasa ke tanah
Dua fasa ke tanah
Tiga fasa ke tanah
Dapat mengakibatkan teganggan dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak
seimbang, sehingga gangguan ini dapat merusak sistem dan juga dapat menyebabkan
kerusakan pada Generator dan motor pengerak, sehingga dapat menyebabkan pemadaman
aliran listrik. Oleh kerena itu dibutuhkan alat proteksi yang andal untuk mengamankan atau
melindungi peralatan-peralatan yang ada di pembangkit energi listrik. mempercepat atau
melokalisir apabila terjadi gangguan.
Proteksi yang digunakan adalah:
Pemutus Tenaga / Circuit Breaker ( PMT/CB)Pemutus Daya
(PMT) atauCircuit breaker (CB) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik
yang berfungsi untuk memutuskan hubungan antara sisi sumber tenaga listrik
dan sisi beban yang dapat bekerja secara otomatis ketika terjadi gangguan atau
secara manual ketika dilakukan perawatan atau perbaikan.
Relay ProteksiPenggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja
otomatis perlu dilengkapi dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi
perubahan keadaan yang terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa
gulungan yang diberi daya dari sumber DC melalui saklar yang dioperasikan
dengan peralatan khusus yang disebut relai (relay). Relai merupakan suatu
peralatan yang dilengkapi dengan kontak-kontak yang mampu merubah
rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus tenaga yang dilengkapi dengan relai
digunakan sebagai peralatan perlindungan suatu sistem tenaga dari
kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan.

Gangguan Pada Saluran Transmisi.


Gangguan ini relatif jarang karena lokasinya memakai tower yang tinggi, namun tetap
bisa terjadi, terutama gangguan yang disebabkan oleh petir, kawat yang putus atau disabotasi.
Contoh sabotase adalah menggergaji tower sehingga tower menjadi roboh. Proteksi yang
digunakan adalah:
Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :
Kawat Tanah Atau Grounding.
Zeus L.E.C Lightning Event Counter.Dipasang di sepanjang jalur SUTT yang
berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan (sambaran) petir secara
langsung. Pentanahan tiang untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground wire)
akibat terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat baja yang di klem
pada pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower (tiang) SUTT.

Gangguan Pada Gardu Induk (GI).


Banyak sekali penyebab gangguan di gardu induk, seperti trafo jebol karena overload
atau karena tua, oli trafo yang bocor, tersambar petir, isolator tembus, percikan api atau
korona, kelembaban tinggi, peralatan pendukung terbakar dan lain-lain. Proteksi yang
digunakan adalah:
Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang
antara titik netral trafo dengan pentanahan, dan Neutral Grounding Resistance
(NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang terjadi.
Circuit Breaker (CB) adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk
memutus rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Circuit breaker (CB)
dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada saat
terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB mengeluarkan (menyebabkan
timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi dengan pemadam busur api.
Lightning Arrester (LA) Berfungsi untuk melindungi
(pengaman) peralatan listrik di gardu dari tegangan lebih akibat
terjadinya sambaran petir (lightning surge) pada kawat transmisi,
maupun disebabkan oleh surya hubung (switching surge). Dalam
keadaan normal (tidak terjadi gangguan) LA bersifat isolatif atau tidak
bisa menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan
LA akan bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.
Relay
Penggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis perlu
dilengkapi dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi perubahan
keadaan yang terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa gulungan yang
diberi daya dari sumber DC melalui saklar yang dioperasikan dengan peralatan
khusus yang disebut relai (relay). Relai merupakan suatu peralatan yang
dilengkapi dengan kontak-kontak yang mampu merubah rangkaian lain. Oleh
karena itu pemutus tenaga yang dilengkapi dengan relai digunakan sebagai
peralatan perlindungan suatu sistem tenaga dari kemungkinan kerusakan yang
diakibatkan oleh gangguan.

Gangguan Pada JTM.


Banyak sekali gangguan yang dialami oleh Jaringan tegangan menengah (JTM)
misalnya tertimpa pohon, terkena sayap burung atau kelelawar, kerangka layang-layang yang
menempel atau lengket di jaringan, tiang TV yang roboh dan kena jaringan, fuse
(pengaman/sekering) tegangan menengah putus, dan lain sebagainya. Proteksi yang
digunakan adalah:
Lightning Arresteradalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan surja yang terjadi ketika
terjadi sambaran petir. Sambaran petir pada jaringan hantaran udara sistem
tenaga listrik merupakan suntikan muatan listrik yang menimbulkan kenaikan
tegangan sesaat yang cukup besar pada jaringan. Agar tegangan lebih tersebut
tidak merusak isolasi peralatan pada jaringan, maka dipasang pelindung yang
akan mengalirkan surja petir tersebut ke tanah.
IsolatorIsolator mempunyai peranan penting untuk mencegah
terjadinya aliran arus dari konduktor phasa ke bumi melalui menara
pendukung (tiang). Dengan demikian, isolator merupakan proteksi dalam
sistem transmisi energi listrik.
Gangguan Pada Distribusi atau JTR.
Gangguan tegangan rendah atau distribusi yang sering ada seperti tidak setabilnya
tegangan listrik, kendornya sambungan, kabel terseret oleh mobil besar seperti truk atau bis,
tiang ditabrak mobil, kabel meleleh karena terlalu panas, tertimpa pohon dan lain
sebagainya.Proteksi yang digunakan adalah:
Fuse Cut Out (FCO)Cut out biasanya digunakan pada jaringan
distribusi 20 kV untuk proteksi trafo distribusi dari arus lebih akibat hubung
singkat, dan juga diletakkan pada percabangan untuk proteksi jaringan. Prinsip
kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan
putus, seperti yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari pegangan
atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke
Trafo.
Sekring Gardu / Pelebur TR biasanya digunakan pada jaringan
distribusi 20 kV untuk proteksi jaringan tegangan rendah (JTR) dari arus lebih
akibat hubung singkat. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus
maka fuse pada sekring akan putus, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke
jaringan tegangan rendah (JTR).
Gangguan Saluran Rumah (APP).
Gangguan yang sering terjadi berupa teganggan yang tidak setabil naik dan turunnya
daya listrik, KWH meter rusak dan MCB lemah atau rusak. Poteksi yang digunakan adalah:
Miniature Circuit Breaker (MCB)Miniature circuite breaker atau
MCBmerupakan komponen listrik yang bekerja dengan sistem thermal atau
panas. Didalamnya terdapat bimetal, dimana bila arus listrik yang mengalir
melebihi ukuran tertentu (karena kelebihan beban atau terjadi hubung singkat)
dariMCB ini, maka bimetal ini secara mekanis akan memutus aliran listrik dan
menggerakkan tuas ke posisi OFF. Secara umum fungsi MCB antara lain :
1. Membatasi Penggunaan daya Listrik.
2. Mematikan listrik secara otomatis apabila terjadi hubungan
singkat.
3. Membagi daya pada instalasi rumah menjadi beberapa bagian,
sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik.

http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/03/perlengkapan-gardu-induk.html

Perlengkapan Gardu Induk


3/26/2009 HaGe 8 komentar

Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan
peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
perimer. Perlengkapan peralatan listrik tersebut antara lain:

1. Busbar atau Rel


Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT
dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Ada
beberapa jenis konfigurasi busbar yang digunakan saat ini, antara lain:

- Sistem cincin atau ring, semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk
seperti ring/cicin.

gambar 1. Sistem Cincin atau ring

- Busbar Tunggal atau Single busbar, semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada
satu / single busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir
dari suatu transmisi.
Gambar 2. Sistem busbar tunggal atau single busbar

- Busbar Ganda atau double busbar, Adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar .
Sistem ini sangat umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif
untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.

Gambar 3. Sistem Busbar Ganda atau double Busbar.

- Busbar satu setengah atau one half busbar, gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai
dua busbar juga sama seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada
Gardu induk Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan sistem.
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang secara seri.
Gambar 4. Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar.

2. Ligthning Arrester
biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik pada
instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge) maupun
oleh surja hubung ( Switching Surge ).

3. Transformator instrument atau Transformator ukur


Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen. Tranformator
instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:

- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk indikator, relai dan alat
sinkronisasi.

- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan rendah dan besarnya
dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung sedangkan untuk arus yang
mengalir besar, maka harus dilakukan pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan trafo
arus (sebutan untuk trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus berfungsi juga
untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.

- Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan untuk membantu


beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut. Dan merupakan pasokan utama untuk alat-
alat bantu seperti motor-motor listrik 3 fasa yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak
trafo beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pemasok utama
sumber tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana sumber DC ini merupakan sumber utama jika
terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja
walaupun tidak ada pasokan arus AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab selain fungsi utama
diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim sirkulasi pada ruang baterai, sumber
pengggerak mesin pendingin (Air Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan
elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara 20C -28C.

Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah pembagian
beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Juga
diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC
sebagai penggerak utamanya. Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.

4. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)


Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.

5. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)


Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus
beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu menghubungkan atau memutus
beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh
karena itu sakelar pemutus dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media
udara dan gas SF6. Mengenai PMT atau CB ini sudah dibahas pada artikel sebelumnya di sini dan sini.

6. Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang berfungsi untuk
menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat akan dilakukan
perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya
apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka)

7. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah fasa yang dipakai
untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau transformator, dengan mengatur daya
reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat
tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau kapasitor shunt dan
reaktor shunt.

7. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi


Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) interface dari berbagai
masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik berupa data digital dan data analog dan dirubah
dalam bentuk data frekwensi tinggi (50 kHz sampai dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan
bersama tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu
tetapi secara paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana komunikasi suara
dan komunikasi data serta tele proteksi dengan memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan
yang terdapat pada penghantar tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar tak bertegangan maka
Power Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan
demikian diperlukan peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi dari
energi listrik di ujung-ujung penghantar. Materi ini akan dibahas lebih lanjut pada artikel selanjutnya.

8. Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)


Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik
saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan
memberikan pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Sedangkan papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang
dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan, sehingga memudahkan
petugas untuk mengetahui rele proteksi yang bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.

http://aguspurbaproteksi.blogspot.co.id/

PROTEKSI / PENGAMAN

PADA

TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Agus Purba ( 510 333 1003 )

Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro ( Eks 2010 )

( agusleepurba@gmail.com )

Abstrak

Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA,
PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegangannya oleh transformator step-up yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi
mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV dalam praktek saat
ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan, maka sampailah
tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-
down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer.
Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah
tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan
Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-
gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220 volt, lalu disalurkan melalui
jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Maka Harus
Diperlukan Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan
listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan.
PENDAHULUAN

Pengertian Sistem Tenaga Listrik

Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari :

Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant) Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana
terdapat turbin

sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang membangkitkan listrik.

Biasanya dipusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk. Peralatan utama

pada gardu induk antara lain : transformer, yang berfungsi untuk menaikan

tegangan generator (11,5 kV) menjadi tegangan transmisi /tegangan tinggi (150kV)

dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Jenis pusat pembangkit yang umum

antara lain PLTA (pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pusat Listrik Tenaga

Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir).

PEMBAHASAN

I. Transmisi Tenaga Listrik

Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik

(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga

dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.

III. Sistem Distribusi

Merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari : Pusat Pengatur (Distribution

Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV dan 20kV, yang juga

biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel

tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur

tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi tegangan


rendah (380V, 220V) yang menghasilkan tegangan kerja/ tegangan jala-jala untuk

industri dan konsumen.

Gambar 1 Alur sistem Tenaga Listrik

Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant)

seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi

setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator step-up yang adadipusat listrik.
Saluran transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan 70kV, 150kV,atau 500kV. Khusus untuk
tegangan 500kV dalam praktek saat ini disebut sebagaitegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik
disalurkan, maka sampailah teganganlistrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya
menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai
tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer
PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan
distribusi primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan
lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220
volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen)
PLN. Pelanggan pelanggan dengan daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan
Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan menengah, bahkan ada
pula pelanggan yang terhubung pada jaringan transmisi, tergantung dari besarnya daya tersambung.
Setelah melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan sambungan Rumah
(SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik
pelanggan tergantung pada besarnya daya tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui
kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN
umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah

instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk

ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.
Pada makalah ini hanya akan dibahas pada bagian sistem transmisi tenaga listrik II. Pengertian
Transmisi Tenaga Listrik Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat

pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution sehingga

dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik melalui suatu bahan

konduktor.

Gambar 2 Diagram Blok Umum Sistem Tenaga Listrik

Gambar diatas menunjukkan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi

tenaga listrik. Yang terdiri dari dua stasiun pembangkit (generating station) G1 dan

G2, beberapa substation yaitu hubungan antar substation (interconnecting substation)

dan untuk bagian komersial perumahan (commercial residential), dan industrial

loads. Transmisi berada pada bagian yang diberi arsir tebal. Fungsi dari bagian

transmission substation menyediakan servis untuk merubah dalam menaikan dan

menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi

regulasi tegangan. Standarisasi range tegangan internasional yaitu 345 kV hingga 765 kV untuk
Saluran tegangan Ekstra Tinggi dan 115 kV hingga 230 kV untuk saluran tegangan Tinggi. Standarisasi
tegangan Transmisi listrik di Indonesia adalah 500 kV untuk Saluran ekstra Tinggi dan 150 kV untuk
saluran Tegangan tinggi Pada sistem tenaga listrik, jarak antara pembangkit dengan beban yang
cukup jauh,

akan menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan oleh rugirugi

pada jaringan. Sehingga dibutuhkan suatu peralatan untuk memperbaiki kualitas

tegangan dan diletakkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. SVC (Static
Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady state dan dinamika
voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada jaringan transmisi berjarak jauh dan berbeban
tinggi (heavily loaded). Synchronous Condenser, sebagai generator pensuplay arus gangguan, dan
transformer dengan taps yaang variabel, Ini adalah jenis khusus transformator listrik yang dapat
menambah atau mengurangi

powered gulungan kawat, sehingga meningkatkan atau menurunkan medan magnet dan tegangan
keluaran dari transformator. Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran listrik
dari tegangan medium menjadi tegangan rendah dengan transformator step-down, dimana memiliki
tap otomatis dan memiliki kemampuan untuk regulator tegangan rendah. Tegangan rendah meliputi
rentangan dari 120/240V single phase sampai 600V, 3 phase. Bagian ini melayani perumahan,
komersial dan institusi serta industri kecil. Interconnecting substation, pada bagian ini untuk
melayani sambungan percabangan transmisi dengan power tegangan yang berbeda serta untuk
menambah kestabilan pada keseluruhan jaringan. Setiap substation selalu memiliki Circuit Breakers,
Fuses, lightning arresters untuk pengaman peralatan. Antara lain dengan penambahan kontrol
peralatan, pengukuran, switching, pada setiap bagian substation. Energi listrik yang di transmisikan
didisain untuk Extra-high Voltage (EHV), High Voltage (HV), Medium Voltage (MV), dan Low Voltage
(LV). Klasifikasi nilai tegangan ini dibuat berdasarkan skala standarisasi tegangan yang di tunjukkan
pada tabel.

Kategori sistem distribusi listrik dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Sistem Transmisi, dimana saluran tegangan antara 115kV sampai 800kV

2. Sistem Distribusi, dimana rentangan tegangan antara 120V sampai 69kV.

Distribusi listrik ini di bagi lagi menjadi tegangan menengah (2,4kV sampai

69kV) dan tegangan rendah (120V sampai 600V).


III. Saluran Transmisi

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari
Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumer
pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe
Saluran Transmisi Listrik Penyaluran tenaga listrik pada transmisi menggunakan arus bolak-balik (AC)
ataupun juga dengan arus searah (DC). Penggunaan arus bolak-balik yaitu dengan

sistem tiga-fasa atau dengan empat-fasa.

Saluran Transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan sistem yang
banyak digunakan, mengingat kelebihan sebagai berikut :

Mudah pembangkitannya

Mudah pengubahan tegangannya

Dapat menghasilkan medan magnet putar

Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan.

1. Kategori Saluran transmisi

Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu

a. Saluran Udara (Overhead Lines), sakuran transmisi yang menyalurkan

energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara

atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara antara lain :

1. Mudah dalam perbaikan

2. mudah dalam perawatan


3. mudah dalam mengetahui letak gangguan

4. Lebih murah

Kerugian :

1. karena berada diruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap

kehandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan dari luar, seperti

gangguan hubungan singkat, gangguan tegangan bila tersambar petir, dan

gangguan lainnya.

2. dari segi estetika/keindahan kurang, sehungga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk
transmisi di dalam kota.

Gambar 3 Saluran Listrik Udara Tegangan Tinggi

b. Saluran kabel bawah tanah (underground cable),

saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah.
Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam
tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga

tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun

tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta

sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya.


Gambar 4 Saluran Listrik Bawah tanah

Gambar 5 Saluran Bawah Laut

c. Saluran Isolasi Gas

Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi

dengan gas, misalnya: gas SF6, seperti gambar Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat
tinggi maka saluran ini jarang digunakan
Gambar 6 Saluran Listrik Isolasi Gas

2. Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan

Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik dengan

menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line), namun

transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat

lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV),

Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan
Rendah (LV). Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi adalah berfungsi menyalurkan energi listrik dari
satu substation (gardu) induk ke gardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan
antara tiang (tower) melalui isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi yang
berlaku diindonesia adalah 30kV, 70kV dan 150kV. Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi
listrik dibagi menjadi :

1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV

Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit

dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat
direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi
terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang
besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang

banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET
adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada

masalah pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV

Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai

150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1

sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan

penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila

kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing

phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas

konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari saluran transmisi ini ialah
100km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka

tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi

menjadi rendah.

3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV

Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa

pertimbangan :

a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat

sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.

b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari

masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.

c. Pertimbangan keamanan dan estetika.

d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

3. Komponen Saluran Transmisi Tenaga Listrik

Saluran transmisi tenaga listrik terdiri atas konduktor, isolator, dan infrastruktur

tiang penyangga.

1. Konduktor

Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi selalu

tanpa pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat berbahan tembaga atau

alumunium dengan inti baja (steel-reinforced alumunium cable/ACSR)


telanjang besar yang terbentang untuk mengalirkan arus listrik.

Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan antara lain :

1. Tembaga dengan konduktivitas 100% (cu 100%)

2. Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%)

3. Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

2. Isolator

Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan bagian konduktor
terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan bahan
isolasi sintetik juga sering digunakan disini. Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk
melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk
mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan

fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan

beban konduktor. Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin
atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator

diklasifikasikan menjadi :

a. Isolator jenis pasak

b. Isolator jenis pos-saluran

c. Isolator jenis gantung

Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tagangan
kerja relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng
menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh
penggunaanya yaitu jika satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang
digunakan adalah 150 kV, maka jumlah piring isolatornya

adalah 10 pringan.

Komponen-komponen Menara/tower Listrik

Secara umum suatu menara/tower listrik terdiri dari :

- Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower

(stub) dengan bumi.


Gambar 7 Pondasi tower (lattice) SUTET 500 kV Gresik Krian

Gambar 8 Pondasi steel 500kV dead end Suralaya

IV. Proteksi Sistem Transmisi Listrik

Saluran transmisi listrik merupakan suatu sistem yang kompleks yang mempunyai

karakteristik yang berubah-ubah secara dinamis sesuai keadaan sistem itu sendiri.

Adanya perubahan karakteristik ini dapat menimbulkan masalah jika tidak segera

antisipasi. Dalam hubungannya dengan sistem proteksi/ pengaman suatu sistem

transmisi, adanya perubahan tersebut harus mendapat perhatian yang besar mengingat saluran
transmisi memiliki arti yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Masalah-masalah yang
timbul pada saluran transmisi, diantaranya yang utama adalah :
1. Pengaruh Perubahan Frekuensi Sistem

Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus menerus dalam suatu nilai

batas tertentu. Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat merugikan

baik terhadap peralatan ataupun sistem transmisi itu sendiri. Pengaruh yang

disebabkan oleh perubahan frekuensi ini terhadap saluran transmisi adalah

pengaruh pada rekatansi. Dengan perubahan frekuensi dari 1 ke 1 dengan kenaikan 1,


reaktansi dari saluran akan berubah dari X ke X dengan kenaikan X. Perubahan rekatansi ini akan
berpengaruh terhadap pengukuran impedansi sehingga impedansi yang terukur karena adanya
perubahan pada nilai komponen reaktansinya akan berbeda dengan nilai sebenarnya.

2. Pengaruh Dari Ayunan Daya Pada Sistem

Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan (generator) akibat hilangnya sinkronisasi
salah satu generator sehingga sebagian generator menjadi motor dan sebagian berbeban lebih dan
ini terjadi bergantian atau berayun. Adanya ayunan daya ini dapat menyebabkan kestabilan sistem
terganggu. Ayunan daya ini harus segera diatasi dengan melepaskan generator yang terganggu. Pada
saluran transmisi adanya ayunan daya ini tidak boleh membuat kontinuitas pelayanan terganggu,
tetapi perubahan arus yang terjadi pada saat ayunan daya bisa masuk dalam jangkauan sistem
proteksi sehingga memutuskan aliran arus pada saluran transmisi.

3. Pengaruh gangguan pada sistem transmisi

Saluran transmisi mempunyai resiko paling besar bila mengalami gangguan, karena ini akan berarti
terputusnya kontinuitas penyaluran beban. Terputusnya penyaluran listrik dari pusat pembangkit ke
beban tentu sangat merugikan bagi pelanggan terutama industri, karena berarti terganggunya
kegiatan operasi diindustri tersebut. Akan tetapi adakalanya gangguan tersebut tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi akibat adanya

gangguan tersebut atau memisahkan bagian yang terganggu dari sistem.

Gangguan pada saluran transmisi merupakan 50% dari seluruh gangguan yang

terjadi pada sistem tenaga listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang

terbesar adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yaitu sekitar 85%

dari total gangguan pada transmisi saluran udara. Sistem proteksi sistem tenaga listrik adalah
pengisolasian kondisi abnormal pada

sistem tenaga listrik untuk meminimalisir pemadaman dan kerusakan yang lebih

lanjut. Dalam merancang sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi, yaitu :

1. Ekonomi, peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomi

2. Selektif, dapat mendeteksi dan mengisolasi gangguan


3. ketergantungan, proteksi hanya bekerja jika t5erjadi gangguan.

4. Sensitif, mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang ditentukan, walaupun gangguannya
kecil.

5. mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat mungkin

6. Stabil, proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal.

7. keamanan, memastikan proteksi tidak bekerja jika terjadi gangguan

Proteksi pada sistem transmisi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan

sistem yang terdiri dari komponen-komponen berikut :

1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah
trip kepada Pemutus tegangan (PMT)

2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran

listrikprimer dari sistem yang diamankan ke relay (besaran Listrik Sekunder).

a. pemutus tenaga untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.

b. Baterai beserta alat pengisi (Baterai Charger) sebagai sumber tenaga untuk

bekerjanya relay, peralatan Bantu triping.

c. pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkuit sekunder (arus dan/atau

tegangan), sirkuit triping dan peralatan Bantu. Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri
dari 3 bagian utama seperti

pada blok diagaram dibawah :

Gambar 9 Blok diagram Relay proteksi

Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :


1. Elemen peengindra, elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran

listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainyatergantung relay yang

dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya,

apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam

keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirim ke elemen

pembanding.

2. Elemen Pembanding, elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebh

dahulu besaran itu diterima oleh elemen pengindera untuk membandingkan

besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.

3. Elemen pengukur, elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara

cepat pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk

membuka PMT atau kmemberikan sinyal. Pada sistem proteksi menggunakan

relay proteksi sekunder seperti gambar :

Gambar 10 Rangkaian Proteksi Relai

Transformator arus (CT) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang
diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat
pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan
membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay. Apabila besaran tersebut tidak
setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan bekerja mnearik
kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh
atau trip-coil untuk bekerja melepas PMT
Perlengkapan Gardu Transmisi

1. Busbar atau Rel, Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo

tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk

menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik.

2. Ligthning Arrester, biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai

pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan

tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge).

3. Transformator instrument atau Transformator ukur, Untuk proses

pengukuran. Antara lain :

- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan

tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang

berguna untuk indikator, relai dan alat sinkronisasi.

- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran
daya dan

energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.

- Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan

untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut.

4. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS), Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan
listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang

bertegangan.

5. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB), Berfungsi untuk

menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban normal
atau pada saat terjadi arus gangguan).

6. Sakelar Pentanahan, Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi
yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat
akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem.

7. Kompensator, alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan

pada saluran transmisi atau transformator. SVC (Static Var Compensator)

berfungsi sebagai pemelihara kestabilan


8. Peralatan SCADA danTelekomunikasi, (Supervisory Control And Data

Acquisition) berfungsi sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data

serta tele proteksi dengan memanfaatkan penghantarnya.

9. Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu

peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya

kerusakan peralatan akibat gangguan.

Kawat Tanah (Grounding)

Kawat Tanah atau Earth Wire (kawat petir/kawat tanah) adalah media untuk

melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa

dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir

menyambar dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka akan

mengakibatkan kawat fasa tersambar dan menyebabkan gangguan. Kawat pada

tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension

dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang

menghubungkan pada tower agar arus petir dapat terbuang ketanah lewat tower.

Umtuk keperluan perbaikan mutu pentanhan maka dari kawat jumper ini

ditambahkan kawat lagi menuju ke tanah yang kemudian dihubungkan dengan

kawat pentanahan.

Bahan Earth Wire terbuat dari steel yang sudah di galvanis, maupun sudah dilapisi

dengan alumunium. Jumlah kawat tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat

fasa, namun umumnua disetiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya

satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar

sehingga kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara groun wire dengan fasa di

tower adalah sebesar jarak antar kawat fasa.


Komponen Pengaman

- Komponen pengaman (pelindung) pada transmisi tenaga listrik memiliki fungsi

sangat penting

- Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :

- Kawat tanah, grounding dan perlengkapannya, dipasang di sepanjang jalur

SUTT. Berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan

(sambaran) petir secara langsung.

- Pentanahan tiang, Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground

wire) akibat terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat

baja yang di klem pada pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower

(tiang) SUTT.

- Jaringan pengaman, berfungsi untuk pengaman SUTT dari gangguan yang

dapat membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada di bawahnya

yang tingginya melebihi tinggi yang dizinkan

- Bola pengaman, dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu lintas

udara

Gangguan sistem tenaga listrik

Pada dasarnya suatu sistem tenaga listrik harus dapat beroperasi secara terusmenerus

secara normal, tanpa terjadi gangguan. Akan tetapi gangguan pada sistem

tenaga listrik tidak dapat dihindari. Gangguan dapat disebabkan oleh beberapa hal

berikut :

- Gangguan karena kesalahan manusia (kelalaian)

- Gangguan dari dalam sistem, misalnya karena faktor ketuaan, arus lebih,

tegangan lebih sehingga merusak isolasi peralatan.

- Gangguan dari luar, biasanya karena faktor alam. Contohnya cuaca, gempa, petir,

banjir, binatang, pohon dan lain-lain.

Jenis-jenis gangguan
Jenis gangguan bila ditinjau dari sifat dan penyebabnya dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

- Beban lebih, ini disebabkan karena memang keadaan pembangkit yang kurang

dari kebutuhan bebannya.

- Hubung singkat, jika kualitas isolasi tidak memenuhi syarat, yang mungkin

disebabkan faktor umur, mekanis, dan daya isolasi bahan isolator tersebut.

- Tegangan lebih, yang membahayakan isolasi peralatan di gardu.

- Gangguan stabilitas, karena hubung singkat yang terlalu lama.

Daftar Pustaka

[1] William.D.Stevenson, Analisis Sistem Tenaga Listrik, Edisi 4

[2] Aslimeri,dkk, Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2

[3]http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener33a.html

[4] http://dunia-listrik.blogspot.com/

[5] www.google.co.id searching Transmisi Tenaga Listrik

[6]http://my.opera.com/rommye/blog/show.dml/6820871

[7] http://image.made-inchina.

com/2f0j00TMnaDQOJCtiN/Conductor.jpg

[8]http://www.myinsulators.com/acw/bookref/insulator/cottonfig10.11.

jpg

[9] http://www.djlpe.esdm.go.id

http://unimed-proteksisistemtenagalistrik.blogspot.co.id/2012/06/proteksi-sistem-tenga-
listrik.html

PROTEKSI SISTEM TENGA LISTRIK

PROTEKSI SISTEM TENGA LISTRIK

Pidelis S Purba
5103331026

Program Studi Pend. Teknik Elektro

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


Abstrak

Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di rancang untuk
mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari
sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara keduanya. Informasi yang diperoleh
dari sistem tenaga listrik akan digunakan untuk membandingkan besarannya dengan besaran
ambang-batas (threshold setting) pada peralatan

proteksi. Apabila besaran yang diperoleh dari sistem melebihi setting ambang-batas peralatan
proteksi, maka sistem proteksi akan bekerja untuk mengamankan kondisi tersebut. Peralatan
proteksi pada umumnya terdiri dari beberapa elemen yang dirancang untuk mengamati kondisi
sistem dan melakukan suatu tindakan berdasarkan kondisi sistem

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proteksi transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran daya dari satu tempat ke
tempat yang lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi tenaga listrik yang baik salah satunya
adalah aman selain andal dan ekonomis. Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin
bahwa dalam transmisi tenaga lisrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam
transmisi tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan transmisi dari
gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh pemindahan daya
listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga listrik. Dengan proteksi
yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada sebuah gangguan yang bersifat sementara.
Jika proteksi transmisi tenaga listrik baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam
suatu transmisi terjadi gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan yang
lain dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat dipadukan menjadi
nilai andal. Andal yang dimaksud disini adalah tidak membahayakan manusia yang berada disekitar
transmisi tenaga listrik sehingga manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami
gangguan kesehatan maupun gangguan material.

Pembuatan karya tulis ini berdasarkan tugas mata kuliah konsentrasi yaitu sistem proteksi. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut,

B. Rumusan masalah

Dalam karya tulis ini saya akan membahas beberapa permasalasahan. Diantaranya adalah :

1. Apakah Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik?


2. Apa saja yang termasuk dalam alat proteksi tenaga listrik?
3. Bagaimana proteksi transmisi tenaga listrik itu bekerja?
4. Dimanakah proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan?

C. Batasan Masalah

Mengingat permasalahan dalam gangguan pada sistem tenaga listrik sangat luas maka penulisan
makalah ini akan dibatasi pada pengertian proteksi transmisi tenaga listrik, bagaimana proteksi
tersebut bekerja, dimana letak porteksi tersebut, dan apa saja alatnya.

D. Tujuan

Tujuan penyusun karya tulis ini yang pertama adalah untuk memenuhi tungas mata kuliah sistem
proteksi sistem tenaga listrik. Yang kedua adalah agar para penyusun mendapatkan ilmu dan
kompetensi yang lebih dalam hal proteksi, terutama proteksi transmisi tenaga listrik. Yang ketiga
adalah agar karya tulis ini dapat dijadikan sumber referensi oleh para pembaca sebagai dasar
pemikiran untuk dikembangkan atau untuk dilengkapi.

E. Manfaat

Manfaat yang diperoleh setelah membaca karya tulis ini adalah pembaca mengetauhi proteksi
transmis tenaga listrik yang digunakan pada umumnya, bagaimana proteksi tersebut bisa bekerja,
penerapannya dibagian sebelah mana, dan macam alat pengaman transmisi tenaga listrik.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik

Gambar 1. Gambar jaringan sistem tenaga listrik


Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang pada peralatan-
peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation
distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman. Proteksi
transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi gangguan peralatan
yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk
saat terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja
dapat melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat
melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang
haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang sedang melaukukan perawatan.

Tujuan dari sistem proteksi adalah

untuk mengidentifikasi gangguan, memisahkan bagian instalasi yang terganggu dari bagian lain yang
masih normal dan sekaligus mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar, serta memberikan informasi / tanda bahwa telah terjadi gangguan, yang pada umumnya
diikuti dengan membukanya PMT.

Pemutus Tenaga ( PMT ) untuk memisahkan / menghubungkan satu bagian instalasi dengan
bagian instalasi lain, baik instalasi dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas
dari bagian-bagian instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebihSedangkan untuk syarat
yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi adalah Sensitif : yaitu mampu merasakan gangguan
sekecil apapun

Andal : yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja bila tidak
diperlukan (security).

Selektif : yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.

Cepat : yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya

Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti system tersebut tidak
merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan
gangguan tersebut namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem
tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama. Gangguan pada transmisi tenaga
listrik dapat berupa :

GANGGUAN SISTEM

Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada transformator,
reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.

GANGGUAN NON SISTEM


Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenis nya antara lain kerusakan
komponen relai, kabel kontrol terhubung singkat dan interferensi / induksi pada kabel kontrol.

Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi terdiri dari

Gangguan Fasa

Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau tidak.Meliputi gangguan hubung singkat
dua fasa dan tiga fasa.Hubung singkat ditandai dengan:

- Turunnya tegangan sistem jaringan.

- Kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek

Gangguan Tanah

Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara langsung atau tidak langsung. (tiang, badan
trafo, selubung timah kabel).

2. Relay Proteksi

Gambar 2. Skema diagram relay proteksi

ELEMEN PEMBANDING

Elemen ini berfungsi menerimabesaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen
pengindera untukmembandingkan besaran listrikpada saat keadaan normal denganbesaran arus
kerja relai.

ELEMEN PENGINDERA

Elemen ini berfungsi untukmerasakan besaran-besaran listrik,seperti arus, tegangan, frekuensi,dan


sebagainya tergantung relai yang dipergunakan.

Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya,apakah keadaan yang diproteksi itu
mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan
keelemen pembanding.
ELEMEN PENGUKUR

Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan
segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.

Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk kemudian
mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran yang dideteksinya.

Berdasarkan cara mendeteksi besaran:

a) Relay Primer; besaran yang dideteksi misalnya arus, dideteksi secara langsung.

b) Relay Sekunder; besaran yang dideteksi, melalui alat-alat bantu misalnya trafo arus/trafo
tegangan

Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu kumparan magnit dan kumparan induksi

3. Jenis-jenis Relay

a) Relay Arus Lebih

Merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada
Jaringan Tegangan tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga. Rele ini
berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.

Jenis Relay Arus Lebih:

Relay invers; waktu kerjanya tergantung kepada besarnya arus hubung singkat, makin besar makin
cepat. Pada koordinasi antara relay-relay invers berlaku koordinasi arus dan waktu sekaligus.

Relay Cepat; digunakan dalam kombinasi dengan relay definit/invers apabila diperlukan waktu kerja
yang lebih cepat misalnya jika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat besar.
Relay Definit; bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya arus hubung singkat yang melaluinya.
Waktu kerjanya disetel tertentu dan biasanya dikoordinasikan dengan waktu kerja pengaman
didepan dan dibelakangnya.

Gambar 3. Bentuk fisik dari relay arus lebih

b) Relay Diffrensial

Relay Differensial pada prinsipnya adalah sama saja dengan relay arus lebih hanya saja lebih peka
karena harus bekerja terhadap arus yang kecil. Perbedaan dengan relay arus lebih terletak pada
rangkaian listrik yang bertugas mendeteksi arus.
Gambar 4. Skema dan bentuk fisik relay diffrensial

c. Relai gangguan tanah terbatas

Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap tanah
didalam daerah pengaman transformator khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak
dapat dirasakan oleh RELE differential, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi.

Gambar 5. Single diagram Rele Gangguan Tanah Terbatas

d. Relai Bucholtz

Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan ( bunga )
api dan pemanasan setempat dalam minyak transformator. Penggunaan rele deteksi gas (Bucholtz)
pada Transformator terendam minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan
pada gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating yang umumnya
menghasilkan gas.

Gambar 6. Bentuk fisik dari relai Bucholtz


e. Relai jansen

Relai Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah tap (tapchanger) dari transformator.

Tap changer adalah alat yang terpasang pada trafo,berfungsi untukmengatur tegangan keluaran
(sekunder) akibat beban maupun variasitegangan pada sistem masukannya (input).

Tap changer umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan,dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan minyak tangki utama.

Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan pada sistem tap changer
,digunakan pengaman yang biasa disebut :RELE JANSEN (bucholznya Tap changer).

Jenis dan tipe rele jansen bermacam-macam bergantung pada merk Trafo: misalnya RS 1000,LF
15,LF 30.

Rele jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyaktap changer.

Gambar 7. Bentuk fisik dari relai Jensen

F. Relai zero sequenze current

Konstruksi dan prinsif kerjanya adalah seperti relay arus lebih, hanya rangkaian arusnya yang
bertugas mendeteksi arus zero sequenze yang berbeda. Juga karena arus zero sequenze ini ordenya
lebih kecil maka relay arus zero sequenze ini juga harus lebih peka dari relai arus lebih.

Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa IR, IS, dan ITsama besarnya (Simetris)
masing-masing berbeda fasa 1200 , sehingga arus melewati kumparan Zo =0. tetapi apabila ada
gangguan hubung tanah maka keadaan arus setiap fasa tidak simetris lagi dan mengalirkan
komponen arus urutan nol lewat kumparan Zo sehingga relai arus zero Sequenze bekerja.
Gambar 8. Rangkaian arus relai zero sequencec cureent dan diagram vektornya

G. Relai tekan lebih

Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih pada transformator,
dipasang pada transformator tenaga dan bekerja dengan menggunakan membrane.Tekanan lebih
terjadi karena adanya flash over atau hubung singkat yang timbul pada belitan transformator tenaga
yang terendam minyak, lalu berakibat decomposisi dan evaporasi minyak, sehingga menimbulkan
tekanan lebih pada tangki transformator.

Gambar 9. Bentuk fisik dari relai tekan lebih

H. Relai Impedansi

Relay impedansi disebut juga relay jarak atau impedance relay atau Distance
relay. Disebut relay impedansi karena mendeteksi impedansi tapi disebut relay jarak karena bersifat
mengukur jarak. Rele ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho, quadralateral, reaktans, dll.
Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti putt, pott dan blocking. Jika
tidak terdapat teleproteksi maka rele ini berupa step distance saja
I. Directional Comparison Relay.

Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika kedua relai pada
penghantar merasakan gangguan di depannyamaka relai akan bekerja. Cara kerjanya ada yang
menggunakan directional impedans, directional current dan superimposed

Gambar 11. Gambar single line diagram directional comparison relai

J. Relai hubung tanah (GFR)

Rele hubung tanah merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan
terpasang pada jaringan Tegangan tinggi,Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator
tenaga.
Gambar 12. Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR

K. Circuit Breaker (CB)

Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang berguna untuk memutuskan dan
menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke beban secara langsung dan aman, baik
pada kondisi normal maupun saat terdapat gangguan. Berdasarkan media pemutus listrik /
pemadam bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:

1. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.

2. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media berupa vakum.

3. Gas Circuit Breaker (GCB), menggunakan media berupa gas SF6.

4. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa minyak.

Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peralatan untuk menjadi pemutus
daya :

a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu.

b. Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam keadaan berbeban ataupun dalam keadaan
hubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu sendiri.

c. Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi.

L. Relay Suhu

Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari kerusakan akibat adanya suhu yang
berlebihan. Ada 2 macam relay suhu pada transformator, yaitu :

a. Relay Suhu Minyak

Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada minyak isolasi transformator. Pada saat
transformator bekerja memindahkan daya dari sisi primer ke sisi sekunder, maka akan timbul panas
pada minyak isolasi, akibat rugi daya maupun adanya gangguan pada transformator.

b. Relay Suhu Kumparan


Relay ini hampir sama dengan relay suhu minyak. Perbedaannya terletak pada sensornya. Sensor
relay suhu kumparan berupa elemen pemanas yang dialiri arus dari transformator arus yang
dipasang pada kumparan-kumparan transformator.

Gambar 13. Rangakaian relai suhu

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan
listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution)
dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman.

Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk kemudian
mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran yang dideteksinya.

DAFTAR PUSTAKA

ABB. 2007. ANSI / IEC three-phase recloser OVR http://www.abb.comDownload 16th

November 2007

Arismunandar, A dan Kuwahara, S. 1972. Teknik Tenaga Listrik, jilid III gardu induk.Jakarta: PT.
Pradnya Paramita

Anda mungkin juga menyukai