Anda di halaman 1dari 36

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA JARINGAN TEGANGAN TINGGI

2.1. Pengertian dan Fungsi Jaringan Tegangan Tinggi Dalam bab ini kita akan membahas mengenai jaringan tegangan tinggi, namun sebelumnya kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan jaringan tegangan tinggi itu sendiri. Dalam dunia teknik tenaga listrik adalah semua jaringan tegangan yang dianggap cukup tinggi, dengan seperangkat alat yang terhubung secara kontinu yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit menuju ke pusat beban (gardu induk). Setiap negara mempunyai standar yang berbeda mengenai kapan dikatakan suatu tegangan itu tinggi (High Voltage disingkat HV) dan kapan disebut tinggi sekali (Extra High Voltage disingkat EHV) atau ultra tinggi (Ultra High Voltage disingkat UHV). Misalnya di AS, suatu tegangan dikatakan tinggi (HV) itu mempunyai nilai tegangan 34.5 kV keatas, EHV 230-765kV dan UHV 765 keatas. Tingkat tegangan yang lebih tinggi ini berfungsi untuk memperbesar daya hantar dari saluran yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, selain itu peningkatan tegangan yang tinggi ini bergantung dari besar tenaga yang harus disalurkan kepusat-pusat beban (load centers) dan jarak yang ditempuh untuk memindahkan tenaga tersebut secara ekonomis.

2.2. Komponen Utama Jaringan Transmisi 2.2.1. Penghantar (Kawat Saluran) Penghantar untuk saluran transmisi lewat udara (Atas Tanah) adalah kawat-kawat tanpa isolasi (Baring, Telanjang) yang padat (Solid), berlilit (Stranded) atau berongga (Hollow) dan terbuat dari logam biasa, logam campuran (Alloy) atau logam paduan (Composite). Untuk tiaptiap fasa penghantarnya dapat berbentuk kawat tunggal maupun kawat berkas (Bundled Conductors). Menurut jumlahnya ada berkas yang terdiri dari dua, tiga atau empat kawat. Kawat berkas dianggap ekonomis untuk tegangan EHV dan UHV.

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Jenis jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga dengan konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%).

Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang sebagai berikut : 1. AAC = All-Alluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium. 2. AAAC = All-Aluminium-Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium. 3. ACSR = Aluminium Conductor, Steel-Reinforced, yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat baja. 4. ACAR =. Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced, yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

Gambar 1. Jenis-jenis Kawat Penghantar Transmisi Listrik

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (aluminium alloy). Untuk saluran saluran transmisi tegangan tinggi, di mana jarak antara dua tiang/menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.

Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai berikut : a. konduktivitas tinggi b. kekuatan tarik mekanikal tinggi c. biaya awalnya mahal tapi pemakaiannya tahan lama d. tidak mudah patah Untuk memenuhi syarat ini biasa digunakan bahan aluminium atau tembaga. Kawat yang dipasang tidak solid melainkan terdiri atas jalinan beberapa kawat (stranded).

2.2.2 Tiang Jaringan Transmisi (Menara) Menurut fungsinya menara terdiri dari 7 macam, yaitu : 1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik. Tower ini digunakan : Dimana jalur transmisi benar-benar berakhir. Dimana jalur transmisi berubah melalui sudut yang besar. Pada setiap persimpangan utama, sabagai sungai besar, sebuah jalan raya penting, suatu lembah besar atau pada interval.

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 2. Dead end tower

2.

Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil.

3.

Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan. Tower ini digunakan dimana jalur transmisi terus dalam garis lurus atau berubah melalui sudut kecil.

Gambar 3. Sespension tower

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.

Gambar 4. Tension tower 5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.

Gambar 5. Transposision tower 6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi.

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 6. Gantry tower

7.

Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang

berbeda tegangan operasinya.

Komponen-komponen Menara/tower Listrik Secara umum suatu menara/tower listrik terdiri dari : - Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub) dengan bumi.

Gambar 7 Pondasi tower (lattice) SUTET 500 kV Gresik Krian

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 8. Pondasi steel 500kV dead end Suralaya - Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi. - Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama tinggi permukaannya.

Gambar 9. Kabel Pentanahan Tower Transmisi

- Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara penambahan atau pengurangan.

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


- Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super structure namun digantikan dengan K frame dan bridge.

- Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang mempunya sudut belokan besar berbentuk segi empat. - K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K frame tidak dikenal di tower jenis pyramid. - K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.

- Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-tengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida.

- Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisan AWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah, dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar.

2.2.3. Isolator Jaringan Transmisi Isolator SUTT / SUTET berfungsi untuk memisahkan konduktor daya dari bumi, antar fasa serta manusia dan benda-benda yang berpotensi bisa membahayakan. Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


1. Fungsi Isolator a. Fungsi isolator dari aspek listrik Mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah. Mengisolasi antara kawat fasa dengan kawat fasa

b. Fungsi isolator dari aspek mekanik Mengatur jarak dan sudut antara kawat dan kawat Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperature dan angin.

2. Jenis-Jenis Isolator Isolator berfungsi untuk mengisolir kawat jaringan yang bertegangan dengan tiang atau menara penyangga kawat jaringan agar arus listrik tidak mengalir dari jaringan tersebut ke tanah. Isolator untuk saluran transmisi diklasifikasikan penggunaannya dan konstruksinya menjadi : 1. Isolator Pendukung, terdiri dari : a. Isolator Pin menengah. b. Isolator Post dalam. : adalah isolator tidak bersayap yang digunakan untuk pasangan : Digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan

Gambar 10. Isolator post

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

c. Isolator Pin-Post : Digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan menengah.

Gambar 11. Isolator pin-post

2. Isolator Gantung digunakan untuk jaringan hantaran udara bertegangan menengah dan tegangan tinggi. Isolator gantung terdiri dari Isolator piring dan isolator silindris a) Jenis pasak (Pin Type Insulator). Biasanya digunakan pada tiang penyangga. b) Jenis batang panjang (Long-Rod). Digunakan untuk tiang penyangga serta area yang banyak terjadi pengotoran akibat garam dan debu. c) Jenis pos saluran (Line Post). Terbuat dari porselin yang tidak dibuat dalam ukuran-ukuran besar dibanding dengan yang lain. d) Isolator tarik

Gambar 12. Isolasi Tarik

2.2.4. Kawat Tanah Kawat tanah yaitu kawat yang dipasang pada puncak tiang menara tanpa isolator sepanjang Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM).

JTT dan JTM

10

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Kawat tanah dipergunakan sebagai pelindung kawat fasa pada saluran udara terhadap sambaran petir. Untuk memenuhi fungsi kawat tanah sebagai pelindung terhadap sambaran petir langsung. Jadi, kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa. Pemasangan kawat tanah harus memenuhi syarat-syarat berikut : 1. Harus cukup tinggi diatas kawat fasa agar dapat menangkap (intercept) pukulan langsung. 2. Harus memenuhi jarak yang cukup terhadap penghantar pada tengah-tengah rentangan. 3. Tahanan tanah kaki tower atau tiang cukup rendah untuk memperkecil tegangan yang melintas pada isolator

JTT dan JTM

11

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


BAB III PENERAPAN JARINGAN TEGANGAN TINGGI

3.1. Letak Jaringan Transmisi pada Sistem Distribusi Energi Listrik (menceritakan letak jaringan transmisi antara SY dan GI / menjelaskan posisi kedudukan JTT antara SY & GI) 3.2. Hubungan Kerja Antara Jaringan Tegangan Tinggi dengan Switchyard dan Gardu Induk 3.2.1. Hubungan Kerja Jaringan Tegangan Tinggi Dengan Switcyard Switcyard merupakan tempat penampung arus dari trafo daya, untuk menyalurkan arus tersebut kepusat-pusat beban merupakan arus dan tegangan yang mempunyai nilai yang besar, hal ini dapat kita lihat dari penampang yang digunakan pada jaringan transmisi tegangan tinggi. Andaikan switchyard mengalami gangguan maka penyaluran daya ke jaringan tegangan tinggi akan tidak optimal. Sedangkan jika yang mengalami gangguan adalah jaringan tegangan tinggi, maka selanjutnya akan mempengaruhi proses kerja dari switchyard.

3.2.2. Hubungan Kerja Jaringan Tegangan Tinggi Dengan Gardu Induk. Andaikan salah satu dari gardu induk mengalami gangguan, maka jaringan tegangan tinggi masih tetap dapat menyuplai tegangan ke beberapa gardu induk lainnya namun penyaluran daya ke gardu induk akan tidak stabil. Andaikan salah satu pider yang ada pada jaringan tegangan tinggi mengalami gangguan, maka tegangan yang diperoleh oleh gardu induk tidak maksimal.

3.3. Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Jaringan Tegangan Tinggi Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Jenisjenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :

JTT dan JTM

12

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


a). Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. b). Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu ( Time Base Maintenance ). c). Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktuwaktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. d). Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

Berbagai macam pemeliharaan yang pernah terjadi di jaringan SUTT / SUTET antara lain : a. b. c. d. e. f. g. Penggantian isolator pecah Pembersihan isolator karena polusi Perbaikan kawat rantas Pembersihan kawat dari layang-layang Pengecekan member tower termasuk number & danger plate Pemeriksaan pondasi tower (leveling, retak) Pengecekan Tahanan Pentanahan

3.4. Pengaman pada Jaringan Tegangan Tinggi a. Penanggulangan dengan sistem proteksi 1. Proteksi arus lebih 2. Proteksi Jarak

JTT dan JTM

13

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


3. Proteksi Pilot b. Penangkal korona Penangkal korona pada suatu jaringan tegangan tinggi biasanya berbentuk bola yang berwarna orange. Dimana penangkal korona tersebut dipasang ditengah-tengah penghantar. Korona terjadi akibat adanya sambaran petir, dengan adanya penangkal korona maka gangguan korona pada jaringan tegangan tinggi dapat diatasi.

3.5. Jenis Gangguan dan Penanggulangan pada Jaringan Tegangan Tinggi 3.5.1. Gangguan Korona

Ciri-ciri terjadinya gejala korona yaitu gejala korona dapat ditemukan pada Jaringan Tegangan Tinggi yang ditempatkan pada daerah pesisir pantai dan yang ditempatkan pada daerah industri. Diawali dengan menumpuknya kandungan-kandungan atau butiran-butiran garam pada permukaan penghantar yang semakin lama semakin menebal, kadang sampai ketebalan 1 mm. Begitu pula pada penempatan Jaringan Tegangan Tinggi pada daerah industri, dimana butiranbutiran atau limbah padat yang halus yang keluar dari cerobong industri yang datang menempel dipermukaan penghantar. Andaikan ketebalan atau serbuk, baik serbuk garam maupun serbuk industri tidak merata sepanjang penghantar lalu kemudian terjadi petir pada musim hujan maka akan kita temukan terjadinya bunga-bunga api dimasing-masing penghantar. Selanjutnya jika ketebalan serbuk garam atau serbuk limbah industri merata (sama tebalnya) sepanjang penghantar pada daerah tersebut maka sangat berpeluang terjadinya korona. Adapun cara penanggulangannya yaitu: Pengaman (tabung pelindung) yang ada di gardu induk lebih cepat terbuka dibandingkan dengan pengaman (tabung pelindung) yang ada di switchyard.

3.5.2 Gangguan Hubung Singkat Andaikan hubung singkat terjadi di sekitar gardu induk dan jaraknya maksimal 500 meter maka besaran arus atau aliran arus yang datang ke titik gangguan lebih besar yang datang dari sisi gardu induk dibandingkan yang datang dari arah switchyard sekalipun arah arus pada kondisi normal datangnya dari pembangkit.

JTT dan JTM

14

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Adapun penanggulangannya yaitu pengaman (CB) yang ada di gardu induk lebih cepat terbuka dibandingkan dengan pengaman (CB) yang ada di switchyard.

3.5.3 Gangguan Sambaran Petir Andaikan sambaran petir terjadi di sekitar gardu induk dan jaraknya maksimal 500 meter maka besaran arus atau aliran arus yang datang ke titik gangguan lebih besar yang datang dari sisi gardu induk dibandingkan yang datang dari arah switchyard sekalipun arah arus pada kondisi normal datangnya dari pembangkit. Adapun penanggulangannya yaitu pengaman (arrester) yang ada di gardu induk lebih cepat terbuka dibandingkan dengan pengaman (arrester) yang ada di switchyard.

3.6 Rugi-Rugi Daya yang Terjadi pada Jaringan Tegangan Tinggi 3.6.1. Hilangnya Daya Tahanan Hilangnya daya tahan untuk saluran tiga fasa tiga kawat untuk saluran transmisi yang pendek dinyatakan oleh persamaan: P1 = 3 .I2 .R . I Hilang daya seperti dinyatakan diatas dihitung atas dasar I (Arus) pada waktu tertentu. Dari segi ekonomis, hilang tenaga tahunan atau hilang tenaga tahunan rata-rata perlu dipertimbangkan juga. Factor hilang tahunan (Annual Loss Factor) adalah perbandingan antara tenaga tahunan rata-rata dan hilang daya pada beban maksimum

3.6.2. Hilangnya Daya Korona Bila garis tengah (diameter) kawat kecil dibandingkan dengan tegangan transmisi, maka terjadilah gejala tegangan tinggi yang disebut korona. Korona menyebabkan hilang-korona yang biasanya gejala korona baru dipergunakan pada ketinggian tertentu dari permukaan laut dan bila tegangan melebihi EHV.

3.6.3. Hilangnya Daya Karena Kebocoran Isolator Ionisasi mempunyai hilang daya dielektrik dan hilang daya karena kebocoran. Hilang daya dielektrik disebabkan oleh karena kenyataan bahwa meskipun isolator atau isolasi kabel mempunyai tahanan yang besar sekali, bila mengalir arus konduksi dapat menimbulkan hilang

JTT dan JTM

15

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


daya dielektrik. Hilang daya karena kebocoran pada permukaan isolator disebabkan oleh karena udara sehingga arus dapat mengalir dipermukaan isolator.

JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

2.1

Pengertian dan Fungsi Jaringan Tegangan Menengah Pembangkit listrik adalah suatu rangkaian alat atau mesin yang merubah energi

mekanikal untuk menghasilkan energi listrik, biasanya rangkaian alat itu terdiri dari Turbin dan Generator Listrik. Fungsi dari Turbin adalah untuk memutar Rotor dari Generator Listrik, sehingga dari putaran Rotor itu dihasilkanlah energi listrik. Listrik yang dihasilkan dinaikkan dulu voltagenya menjadi 150 KV s/d 500 KV melalui Trafo Step Up, dan kemudian di Transmisikan melalui jaringan Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) ke Gardu Induk/GI, untuk diturunkan voltagenya menjadi tegangan menengah 20 KV, kemudian tegangan menengah disalurkan melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), ke Trafo-trafo Distribusi. Di trafo-trafo distribusi voltagenya diturunkan dari 20 KV menjadi 220 volt. Dari Trafo-trafo distribusi disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) yang kemudian ke Pelanggan Listrik. Tenaga listrik yang dibangkitkan oleh pusat-pusat pembangkit listrik seperti; air, uap, gas, dsb. Kemudian ditransmisikan untuk disalurkan ke gardu induk dengan melalui jaringan

tegangan tinggi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya dengan menggunakan trafo penaik tegangan untuk kemudian disalurkan lagi ke gardu distribusi melalui jaringan tegangan menengah setelah tegangannya diturunkan menjadi tegangan menengah. Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan jaringan tegangan menengah adalah jaringan yang menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi. Di Indonesia dikenal ada beberapa jaringan tegangan menengah, yaitu; 6 KV, 12KV, 20KV,24 KV, dan 30 KV. Fungsi dari jaringan tegangan menengah adalah untuk menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi setelah terlebih dahulu tegangannya diturunkan menjadi tegangan menengah. Pada umumnya saluran distribusi adalah saluran tegangan menengah 20 kV sesuai dengan standar tegangan menengah di Indonesia. 2.2 Komponen-komponen Utama Jaringan Tegangan Menengah. 16

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Mengingat fungsi Jaringan tegangan menengah adalah menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi maka perlu diperhatikan komponen-komponen utamanya sehingga daya listrik yang disalurkan dari gardu induk dapat tersalurkan dengan baik. Adapun komponen-komponen utama jaringan tegangan menengah adalah sebagai berikut : Kawat penghantar, Tiang listrik, Isolator, Gardu hubung Jenis-jenis pengaman 2.2.1 Kawat penghantar Kawat penghantar untuk saluran transmisi lewat udara adalah kawat-kawat yang isolasi yang padat, berlilit, atau berongga dan terbuat dari logam biasa, logam campuran, atau logam paduan Menurut konstruksinya, kawat dibedakan atas: Kawat padat, Kawat rongga, Kawat berkas. Menurut bahannya, kawat dibedakan atas: Kawat logam campuran, Kawat logam paduan Kawat lilit campuran.

2.2.2 Tiang Listrik Tiang listrik adalah alat yang menunjang kelangsungan penyaluran daya listrik pada sistem saluran udara. Tiang ini jaringan tegangan menengah. terbuat dari kayu/besi beton bertulang dapat dipakai pada

JTT dan JTM

17

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 13. Tiang Jaringan Tegangan Menengah dengan 11 kV.

2.2.2.1 Jenis tiang listrik berdasarkan fungsinya

JTT dan JTM

18

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


- Tiang awal/tiang akhir tiang yang dipasang pada permulaan /akhir penarikan kawat hantaran. - Tiang penyangga ialah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar. - Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menahan tiang

awal/akhir, tiang sudut, dan tiang penegang agar kemungkinan tiang miring akibat gaya tarik kawat penghantar terhindari. - Tiang penegang adalah tiang yang dipasang pada jaringan transmisi yang lurus.

2.2.2.2 Jenis tiang listrik berdasarkan bahannya - Tiang baja Tiang baja adalah tiang yang terbuat dari baja dan memiliki satu pondasi untuk semua bagian kakinya. Tiang baja terbagi menjadi tiang persegi ,tiang segitiga, tiang pipa baja, dan tiang panzer. - Tiang beton bertulang Tiang beton bertulang diklasifikasikan menurut cara pembuatannya yaitu; pembuatan di pabrik atau pembuatan setempat (local). Sedangkan menurut cara menghimpunnya, tiang beton dibedakan atas tiang jenis tunggal ,tiang jenis H, tiang jenis A atau jenis gerbang kuil. - Tiang kayu Menurut survey yang dilakukan oleh lembaga masalah ketenagaan dalam tahun 1961, jenis kayu yang banyak digunakan oleh perusahaan listrik negara terutama untuk distribusi adalah kayu ulin, jati, rasamala, nani, giani, bakau. Kecuali kayu ulin yang keras, kayu-kayu lainnya diawetkan dengan berbagai cara.

2.2.3 Isolator Kawat penghantar pada saluran udara diletakkan di atas penopang sebuah isolator. Peletakan isolator harus diperhatikan jarak konduktor dengan tumpuan karena mempengaruhi ketahanan isolator terhadap lompatan tegangan inpuls. Isolator tumpu banyak digunakan untuk saluran udara tegangan menengah karena lebih ekonomis dari isolator gantung. Bahan untuk membuat jenis isolator bermacam-macam, beling (glass), keramik, dan lain-lain.

JTT dan JTM

19

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Isolator untuk saluran jaringan tegangan menengah penggunaan menjadi: isolator tarik, dimana isolator ini digunakan pada tiang awal atau akhir, tiang penegang atau tiang tarik. diklasifikasikan menurut

Gambar 14. isolator tarik Isolator tumpu, dimana isolator ini digunakan untuk menumpu atau menyangga kawat penghantar pada tiang penyangga.

JTT dan JTM

20

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Gambar 15.Isolator Tumpu

2.2.4 Gardu Hubung Gardu hubung berfungsi untuk menghubungkan antara distribusi jaringan tegangan menengah yang satu dengan jaringan tegangan menengah yang lainnya dan dengan dilengkapi dengan LBS.

2.2.5. Jenis-jenis pengaman Peralatan pengaman yang dipakai pada jaringan tegangan menengah adalah sebagai berikut : 2.2.5.1. Pemutus Beban Dalam suatu jaringan listrik seringkali terjadi kerusakan yang tidak terduga, oleh karena itu diperlukan alat pemutus beban jika terjadi kerusakan disalah satu jalur transmisi kerusakan tersebut tidak mempengaruhi jalur yang lain. Peralatan-peralatan yang masuk dalam kateg

Recloser Recloser adalah alat pemutus rangkaian berupa pemutus tenaga yang mempunyai

kemampuan memutuskan arus lebih kemudian menutup kembali secara otomatis sehingga dapat terhubung dan daya listrik tersalurkan kembali. Menurut jenis jaringan, recloser dibagi atas dua jenis yaitu recloser phasa tunggal yang dipakai pada cabang atau tap saluran daya tiga phasa, recloser phasa tiga, digunakan jika pelepasan seluruh phasa tiga diinginkan pada setiap gangguan menetap.

JTT dan JTM

21

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Berdasarkan alat penggeraknya, maka recloser dibagi atas dua yaitu dengan sistem hidrolik dan elektronik. Sistem hidrolik digunakan pada saluran recloser phasa tunggal dan kadang-kadang juga pada tiga phasa. Penggunaan recloser dengan sistem elektronik lebih baik dari sistem hidrolik.

Gambar 16.Recloser

pemutus beban yaitu:

Circuit Breaker (CB) Circuit Breaker adalah peralatan saklar yang mampu mengalirkan dan memutuskan aliran

listrik dalam kondisi normal maupun tidak normal dan bekerja secara otomatis. Pengaman ini didesain bukan untuk sering dipakai, tetapi mampu menyambung dan memutus arus termasuk arus lebih (over current).

Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) Saklar pemutus beban (LSB) digunakan untuk memutuskan dan memisahkan

jaringan dari saluran utama. Saklar pemutus beban dibedakan atas dua jenis, yaitu saklar dengan kontak di udara dan kontak di dalam minyak. Pada perkembangannya saklar pemutus udara disempurnakan menjadi saklar pemutus beban (Load Break Switch).

JTT dan JTM

22

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 17. LBS (Load Break Switch)

2.2.5.2. Pemisah Beban (Disconecting Switch) Pemisah beban (DS) digunakan untuk memisahkan bagian dari rangkaian tertentu dalam satu sistem dan hanya dapat diproses (dioperasikan ) pada beban nol. Untuk mencegah Disconecting Switch, maka digunakan interconecting dengan disconecting tertentu. Air Break Switch (ABS) Air Break Switch (ABS) adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk memisahkan bagian-bagian saluran jaringan tegangan menengah (JTM) dan juga digunakan untuk menyalurkan daya. Alat pengaman ini biasanya dipasang di sekitar gardu distribusi (ujung jaringan tegangan menengah).

Gambar 18. Air Break Switch (ABS) Sekering pemisah (Fuse Cut Out)

JTT dan JTM

23

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Sekering pemisah (Fuse cut out) pada jaringan distribusi tegangan menengah ada dua jenis, yaitu jenis tertutup dan terbuka. Untuk mengetahui rating sekering pemisah harus diketahui frekuensi, kapasitas penyaluran arus kontinus, tegangan normal, tegangan maksimum menurut perencanaan dan kapasitas gangguan.

Gambar 19. FCO (Fuse Cut Out)

Relay Relay banyak digunakan untuk melindungi jaringan distribusi tegangan menengah dari

gangguan, terutama gangguan arus lebih. Relay arus lebih, digunakan untuk menggerakkan pemutus tenaga. Relay-relay arus lebih dikenal ada dua macam yaitu: jenis sesaat (instantaneous) dan jenis kelambatan (delay kerja).

kerja relay itu bervariasi antar 0,016 dan 0,1 detik.

JTT dan JTM

24

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 20. Relay

JTT dan JTM

25

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Sectionalizer Sectionalizer adalah alat pengaman yang bekerja secara otomatis memisahkan bagian yang terganggu dari sistem jaringan. Alat ini mempunyai pendeteksi arus jaringan yang menggerakkan alat penghitung kerja pada alat pengaman cadangan.

Gambar 21. Bentuk-bentuk Sectionalizer

2.3.

Saluran Distribusi Primer (saluran distribusi jaringan tegangan menengah) Saluran - saluran primer pada umumnya berupa tiga fase tiga kawat. Desain dan ukuran

konduktornya ditentukan oleh besarnya turun tegangan yang diizinkan pada ujung saluran yang terjauh. Biasanya terjadi bahwa konduktor kabel yang keluar dari gardu induk berukuran lebih besar dari pada kabel atau saluran yang berada jauh di ujung. Hal ini disebabkan bahwa pada awal saluran arus listrik yang mengalir lebih besar dibanding dengan pada ujung saluran. Adapun jenis-jenis sistem distribusi primer atau distribusi jaringan tegangan menengah adalah sebagai berikut:

JTT dan JTM

26

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 22. Saluran Distribusi Umum

2.3.1. Sistem Radial Sistem jaringan distribusi radial merupakan tipe yang paling sederhana dan paling umum digunakan terutama untuk melayani daerah dengan kerapatan beban rendah. Jaringan ini mempunyai kendala yang rendah serta mempunyai jatuh tegangan yang sangat besar pada ujung saluran jaringan tegangan menengah tersebut.
GD LBS

Fedder 1

GI

DS

Fedder 2
GH

Gambar 23. Jaringan distribusi radial 27

JTT dan JTM

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Keterangan gambar: GI : Gardu induk Load break switch GD GH : Gardu distribusi : Gardu Hubung

LBS :

2.3.2. Sistem Distribusi Loop Sistem distribusi loop adalah sistem distribusi berbentuk suatu lingkaran tertentu yaitu dari satu gardu induk disalurkan melewati daerah beban dan kembali ke gardu semula. Sistem distribusi loop ini merupakan perkembangan dari sistem radial yang pada operasinya dapat bekerja sebagai sistem radial biasa.

LBS

ABS DS

DS
GH

Gambar 24. Jaringan distribusi loop Keterangan gambar: ABS : GD GH : : Air break switch Gardu distribusi Gardu Hubung GI LBS DS : Gardu induk : Load break switch : Disconection Switch

2.3.3. Sistem Distribusi Grid/Network Pada sistem ini memungkinkan gardu distribusi di suplay dari dua atau lebih gardu induk yang saling dihubungkan seolah-olah membentuk sebuah jaring. Kelebihan dari sistem ini adalah kualitas pelayanannya maupun mutu tegangannya jauh lebih baik dari sistem radial dan loop tetapi kelemahannya membutuhkan investasi yang besar dalam penyediaannya.

JTT dan JTM

28

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

LBS GD

ABS DS GI DS

GH

Gambar 25. Jaringan distribusi Grid/Network

ABS : GD GH : :

Air break switch Gardu distribusi Gardu Hubung

GI LBS DS

: Gardu induk : Load break switch : Disconection Switch

2.3.4. Sistem Distribusi Spindle Sistem distribusi spindle adalah sistem radial dengan gardu hubung dengan saluran cepat (express feeder) sehingga memungkinkan gardu distribusi salah satu feeder di suplay dari ekspress feeder. Dari sistem tersebut tingkat kelangsungan pelayanan daya listrik akan lebih baik bila dibandingkan sistem radial biasa. Penggunaan jaringan ini biasanya digunakan di negaranegara maju karena lebih efisien,aman, dan tidak mengurangi tatanan kota yang biasa disebut jaringan undeground (bawah tanah).

CB

GD

DS

JTT dan JTM

29

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Express Feeder
GI

GH

Gambar 2.13 jaringan distribusi spindle

Keterangan gambar: CB GD DS : Circuit breaker : Gardu distribusi : Disconection Switch GI GH : : Gardu induk Gardu Hubung

2.3.5. Sistem Distribusi Cluster Jaringan ini pada prinsipnya sama dengan spindle yakni underground( bawah tanah), perbedaannya adalah pada jaringan cluster terdapat gardu hubung, saluran utamanya dihubungkan ke penyulang cabang dengan menggunakan LBS.

JTT dan JTM

30

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

GI

LBS DS

CB

Gambar 2.14 Jaringan distribusi Cluster

Express Feeder

GD

JTT dan JTM

31

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


DS

2.4 Diagram Line Jaringan Tegangan Menengah (JTM)


GD

GI LBS

ABS GH

FCO Out)

(Fuse

Cut

Arrester

220 kV/380 V

LVF

JTR

Gambar 2.15 Diagram Line Jaringan Tegangan Menengah

2.5

GARDU TRAFO TIANG 3 PHASA DENGAN TRAFO MAX 160 kVA -20 KONSTRUKSI 2 TIANG BESI

JTT dan JTM

32

Transmisi dan distribusi Energi Listrik

Gambar 2.16 Gardu trafo tiang 3 phasa dengan trafo max 160 kva -20 kv kontruksi 2 tiang besi.

BAB III GANGGUAN DAN CARA PENANGGULANGANNYA,

3.1. Jenis-Jenis Gangguan Pada Jaringan Tegangan Menengah

JTT dan JTM

33

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


Oleh karena letaknya yang tersebar diberbagai daerah maka saluran distribusi jaringan tegangan menengah banyak mengalami gangguan-gangguan baik yang disebabkan oleh alam maupun gangguan akibat dari kesalahan lapangan. 3.1.1. Hubung-singkat fasa ke fasa Pada jaringan tegangan menengah biasa terjadi hubung singkat yang disebabkan adanya sambaran petir,pohon tumbang dan gangguan alam lainnya. Semua itu merupakan penyebabpenyebab kerusakan yang paling sering terjadi. Hal tersebut mengakibatkan over current yang cukup besar dan akan mencapai rating arus CB, maka CB yang ada pada gardu induk terbuka secara otomatis. 3.1.2. Hubung-singkat satu fasa maupun dua fasa ke tanah Gangguan hubung-singkat baik itu satu fasa maupun dua fasa ke tanah yang terjadi pada jaringan tegangan menengah, akan menyebabkan tegangan peralihan yang besar yang disebabkan oleh busur listrik (arching ground). Selain itu gangguan ini terjadi jika proses pentanahan tidak bekerja secara optimal. 3.1.3. Gangguan tegangan lebih Pada gangguan tegangan lebih ini disebabkan oleh tegangan lebih switching, tegangan lebih sambaran petir maupun tegangan lebih temporer. Dengan gangguan-gangguan tersebut maengakibatkan jaringan setelahnya tidak terlayani sebagaimana mestinya.

3.2.

Cara Penanggulangan Gangguan pada Jaringan Tegangan Menengah

3.2.1. Hubung-singkat fasa ke fasa Gangguan hubung singkat ini dapat diatasi oleh CB (pemutus beban) yang ada pada gardu induk akan bekerja sebagaimana fungsinya secara otomatis dan LSB yang ada pada gardu distribusi dibuka pada saat mengatasi gangguan tersebut agar kerusakannya tidak menyebar ke tempat yang lain.

JTT dan JTM

34

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


3.2.2. Hubung-singkat satu fasa maupun dua fasa ke tanah Gangguan baik satu fasa maupun dua fasa ke tanah yang terjadi pada JTM, hal ini dapat di atasi atau dianulir oleh sistem proteksi over current relay yang ada pada gardu induk secara otomatis.

3.2.3. Gangguan tegangan lebih Gangguan tegangan lebih, baik tegangan lebih switching, tegangan lebih sambaran petir maupun tegangan lebih temporer, masing-masing dapat diatasi oleh pengaman yang ada pada gardu induk berdasarkan fungsinya masing-masing. Contohnya CB yang dapat mengalirkan dan memutuskan aliran listrik dalam kondisi normal maupun tidak normal. Sedangkan LSB digunakan untuk memutuskan atau memisahkan jaringan dari saluran utama.

BAB IV HUBUNGAN KERJA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH DENGAN GARDU INDUK DAN GARDU DISTRIBUSI

Sebagai mana kita ketahui bahwa jaringan tegangan menengah terletak diantara gardu induk dan gardu distribusi .pada sistem pendistribusian energi listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke berbagai konsumen, peranan jaringan tegangan menengah sangat menentukan kualitas dan fleksibilitas pelayanan terhadap berbagai macam konsumen. 4.1 Hubungan Kerja Jaringan Tegangan Menengah Dengan Gardu Induk. Perlu diketahui bahwa bagaimanapun juga kinerja jaringan tegangan menengah sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan suatu gardu induk yang melayaninya. Untuk itu

JTT dan JTM

35

Transmisi dan distribusi Energi Listrik


koordinasi kerja antar gardu induk dengan jaringan tegangan menengah harus memenuhi standar kerja operasional agar dapat bekerja secara optimal. Dengan demikian segala bentuk gangguan yang terjadi pada jaringan tegangan menengah diharapkan semua pengaman yang ada di gardu induk harus dapat bekerja dan mengisolirnya secara maksimal. Jika terjadi gangguan pada JTM maka gardu induk tidak bekerja secara optimal menyalurkan daya. CB yang ada pada gardu induk akan terbuka secara otomatis. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan membuka LBS yang ada pada JTM. Setelah gangguan teratasi maka terlebih dahulu LBS ditutup yang ada pada JTM setelah itu CB di tutup kembali dan daya yang disalurkan kembali bekerja seperti biasanya. Dengan prosedur seperti itu adalah untuk mengurangi kerusakan terhadap jaringan-jaringan setelahnya. 4.2. Hubungan Kerja Jaringan Tegangan Menengah Dengan Gardu Distribusi Perlu diketahui bahwa kinerja suatu gardu distribusi sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan penyaluran daya pada jaringan tegangan menengah .Untuk itu koordinasi kerja antara JTM dengan gardu distribusi harus memenuhi standar operasional agar dapat bekerja secara optimal. Dengan demikian segala bentuk gangguan yang terjadi pada gardu distribusi harus diatasi secepat mungkin agar JTM tetap menyalurkan daya secara optimal. Jika terjadi gangguan pada trafo yang ada pada gardu distribusi maka pengamanpengaman yang ada pada JTM akan terputus dengan gardu distribusi dengan demikian penyaluran daya yang pada JTM tidak bekerja secara optimal/seimbang. Contoh gangguan yang terjadi di gardu distribusi: Faktor internal ,yaitu terjadinya pemanasan pada trafo yang ada pada gardu distribusi sehingga pengaman yang ada pada gardu distribusi akan bekerja dalam hal ini JTM akan terputus dengan gardu distribusi, dengan demikian terjadi penyaluran daya yang tidak seimbang oleh JTM. Faktor eksternal, yaitu tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir di sekitar gardu distribusi, hal ini dapat diatasi oleh arrester yang ada pada gardu distribusi.

JTT dan JTM

36

Anda mungkin juga menyukai