Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK


( JOB PERCOBAAN PROTEKSI TRANSFORMATOR )

Oleh
KELOMPOK B :

MUH ARIF RAHMANSYAH


44217022

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI JURUSAN TEKNIK


MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2020
PROTEKSI TRANSFORMATOR

Proteksi transformator teridiri dari dua suku kata yakni proteksi dan
transformator. Proteksi menurut KBBI adalah pelindungan dan transformator
adalah mesin listrik yang bekerja mengubah energi listrik tanpa mengubah
bentuknya cuman mengubah nilai besaran tegangannya saja. Pada job praktikum
proteksi transformator ini, cakupan pembelajarannya menggabungkan dua mata
kuliah yakni distribusi dan mesin listrik.

Menurut Gabriel, J.T, (2001), transformator atau trafo merupakan alat


yang dipakai untuk mengubah tegangan AC dari suatu harga menjadi suatu harga
yang diinginkan. Trafo dirancang untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
bolak balik. Trafo terdiri atas dua kumparan kawat berpenyekat, yang disebut
kumparan  primer dan kumparan sekunder, dililitkan mengelilingi teras besi yang
sama.

Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dipergunakan untuk


mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan
digunakan untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian
lainnya tanpa merubah frekuensi. Transformator disebut peralatan statis karena
tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau generator.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan
dan satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer
dan kumparan sekunder.

Transformator memiliki prinsip kerja yang teridiri dari tiga komponen


dasar yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi dimana ketika lilitan
primer di berikan tegangan yang dililitkan pada inti besi akan menginduksi ke
lilitan sekunder yang sebelumnya telah dililitkan pada inti besi juga.
Gambar 1. Prinsip Transformator satu fasa

Keterangan gambar :
U1 : tegangan primer
U2: tegangan sekunder
I1: arus primer
I2: arus sekunder
ep: GGL induksi pada kumparan primer
es: GGL induksi pada kumparan sekunder
Np: lilitan primer
Ns: lilitan sekunder
Φb: fluks magnet bersama
Z : beban

Gambar 2. Transformator 3 Fasa


Gambar 3. Rangkaian Ekivalen Transformator
Jika di lihat dari sudut mata kuliah mesin listrik maka transformator tiga
fasa mempelajari tentang empat bentuk hubungan bilitan pada sisi primer dan
sekunder yakni Y −Y , ∆−∆, Y −∆ dan ∆−Y

1. Jenis-jenis transfomator daya


a. Jenis transformator daya berdasarkan bentuk belitan
Adapun jenis trafo ini adalah sebagai berikut :
 Hubungan bintang – bintang (Y-Y)
Pada hubungan ini termial-terminal ini ditandai secara
subtraktif sesuai aturan dengan tegangan primer ditentukan
sebagai A, B, dan C sedangkan sekunder sebagai a, b, dan c.
perlu diingat bahwa jika tegangan primer adalah V1
sedangkan V2, maka tegangan primer dan sekunder pada
setiap trafo adalah V1 dan V2 / √ 3 seperti terlihat pada
gambar dibawah ini :

Gambar 4. hubungan bintang-bintang (Y-Y)

 Hubungan bintang/delta (Y/∆ )


Diagram penyambungan pada hubungan ini dimana polaritas
semuanya subraktif dan juga terlihat kedudukan relatif dari
tegangan-tegangan per fasa (fasa ke netral) terlihat bahwa
terdapat pergeseran sudut 30⁰ antara tegangan jaringan
primer dan sekunder. Jika tegangan jaringan adalah V1 dan
V2, maka trafo harus dirancang agar primernya bekerja pada
tegangan V1/ √ 3 dan sekundernya pada V2 seperti tampak
pada gambar dibawah ini.

Gambar 5. Hubungan
bintang/delta (Y/∆ )

 Hubungan delta/bintang (∆ /Y)


Dengan kembali menganggap bahwa polaritas semua trafo
adalah subraktif, diagram penyambungan pada hubungan ini
menunjukkan hubungan waktu fasa antara tegangan primer
dan sekunder, disini terdapat pergeseran sudut 90°, tetapi
arahnya berlawanan dengan gambar. Trafo ini dirancang agar
primernya bekerja pada tegangan V1/√ 3 seperti pada gambar
berikut:

Gambar 5. Hubungan
delta/bintang (∆ /Y)
 Hubungan delta/delta (∆ /¿)
Pada gambar dibawah ini masing-masing polaritas
subraktif dihubungkan secara ∆ , baik sisi primer maupun
sekunder. Semua belitan primer dirancang untuk bekerja
pada tegangan penuh V1, sedangkan belitan sekunder
dirancang untuk mampu bekerja pada tegangan penuh V2,
disini juga tidak terdapat pergeseran sudut fasa antara primer
dan sekunder seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6. Hubungan delta/delta (∆ /¿)

b. Jenis trafo daya berdasarkan konstruksinya


Jenis ini dibagi menjadi dua macam yaitu:
 Core type (jenis inti), yaitu bila kedudukan kumparan ∆
mengelilingi inti dimana kumparan dapat berbentuk bundar
dan dapat berbentuk segi empat. Trafo ini untuk jenis daya
dan tegangan yang tinggi.
Kelebihan-kelebihan tipe inti adalah:
a. Pendinginan lebih baik dan merata pada bagian teras.
b. Volume inti besi dan dimensinya relatif lebih kecil
sehingga lebih ringan
c. Penggantian dan pemeriksaaan belitan relatif lebih
muda.
d. Jumlah lilitannya relatif lebih banyak sehingga dapat
digunakan untuk tegangan yang lebih tinggi.
Kekurantgan dari tipe inti adalah masih memiliki fluks
bocor yang lebih besar.
 Shell tipe (jenis cangkang atau kulit), yaitu bila kumparan
dikelilingi inti. Trafo ini biasanya digunakan untuk trafo
satu fasa atau trafo dengan kapasitas kecil dengan kata lain
trafo yang mempunyai daya dan tengangan yang rendah.
Kelebihan tipe cangkamg yaitu:
Fluks bocor lebih kecil dan pendinginannya leebih baik
dan merata pada teras inti besi dan dimensinya lebih besar
sehingga lebih berat.
c. Jenis trafo berdadarkan kapasitas dan tegangan
Jenis ini dibagi atas:
a. Step down untuk daya : 25 kVA, 50 kVA, 100 kVA, 160
kVA.
Untuk Tegangan : 150 KV/70 KV, 70 KV/30 KV, 30 KV/12
KV
b. Step up untuk daya: 200 kVA, 250 kVA, 360 kVA, 475
kVA.
Untuk Tegangan : 6 KV/ 24 KV, 9 KV/ 150 KV, 150 KV/
500 KV

d. Jenis berdasarkan sistem pendinginan


Jenis ini terbagi atas dua macam yaitu:
1. Trafo pendinginan alami
2. Trafo pendinginan buatan
e. Jenis trafo berdasarkan kontruksi inti trafo
Sehubungan dengan jenis trafo jenis ini berdasarkan posisi
lilitan kumparan terhadap inti maka trafo dibedakan menjadi 3:
 Bentuk L, inti trafo disusun dari plat-plat yang berasal dari
fero magnetik yang berbentuk hurup L yang disusun saling
mengisi.
 Bentuk E, dimana tiap lapisan inti dibuat dari bahan
feromagnetik yang disusun saling mengisi.
 Bentuk F, tiap lapisan disusun saling mengisi yang terbuat
dari bahan feromagnetik.
2. Prinsip kerja transformator daya
Prinsip kerja transformator daya dinyatakan dalam dua hukum
yaitu :
a. Hukum utama dalam transformator adalah hukum induksi
faraday. Menurut hukum ini suatu gaya listrik melalui garis
lengkung yang tertutup, adalah berbanding lurus dengan
perubahan persatuan waktu daripada arus induksi atau fluks
yang dilingkari oleh garis lengkung itu.
b. Menurut hukum lorentz teori transformator adalah arus bolak-
balik yang mengalir mengelilingi inti besi maka inti besi itu
akan mengubah menjadi magnet dan apabila magnet tersebut
dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan
tersebut akan terjadi beda tegangan seperti terlihat pada gambar
berikut ini :
3. Komponen – komponen Transformator daya
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yaitu :
1. Bagian utama transformator
 Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat
dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk
mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan
oleh “Eddy Current”.
 Kumparan trafo/ belitan trafo
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu
kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti
besi maupun kumparan lain dengan isolasi padat seperti
karton, pertinaks dll. Transformator terdapat kumparan
primer dan kumparan sekunder jika kumparan primer
dihubungkan dengan tegangan/ arus bolak balik maka pada
kumparan tersebut timbul fluks yang menimbulkan induksi
tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian
beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut,
sehingga kumparan berfungsi sebagai alat transformasi
tegangan dan arus.
 Kumparan tertier
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan
tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan
tersebut kumparan tertier selalu di hubungkan delta.
Kumparan tertier sering dipergunakan juga untuk
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator
sinkrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun
demikian tidak semua trafo daya mempunyai kumparan
tertier.
 Minyak trafo
Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan
intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo
tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai media pemindah panas
(disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin
dan isolasi.
Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
o Kekuatan isolasi tinggi
o Penyalur panas yang baik berat jenis yang kecil, sehingga
partikel-partikel dalam meinyak dapat mengendap dengan
cepat.
o Viskositas yang rendahagar lebih mudah bersirkulasi dan
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik.
o Titik nyala yang tinggi tidak mudah menguap yang dapat
membahayakan
o Tidak merusak bahan isolasi padat
o Sifat kimia yang stabil.
Gambar 7. Sampel Minyak Trafo
 Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan liar melalui
sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yanhg diselubungi
oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor dengan tangki trafo.

Gambar 8. Bushing Transformator

 Tangki dan konsevator


Pada umum ya bagian-bagian dari trafo yang terendam
minyak trafo berada (ditempatkan) dalam tanagki. Untuk
menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi
dengan konservator. Terdapat beberapa jenis tangki
diantaranya adalah:
a. Jenis sirip (tank corrugated) badan tangki terbuat dari
pelat baja bercanai dingin yang menjalani penekukan,
pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk
memebentuk badan tangki bersirip dengan siripnya
berfungsi sebagai radiator pendingin dan alat bernapas
pada saat yang sama. Tutup dan tangki terbuat dari plat
baja bercanai panas yang kemudian dilas sambung
kepada badan tangki bersirip membentuk tangki
corrugated ini. Umumnya transformator di bawah 4000
kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated.

Gambar 9. Konservator

b. Jenis tangki conventional beradiator, jenis tangkiterdisi


dari badan tangki dan tutup yang terbuat dari mild steel
plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan dilas untuk
dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang
radiator jenis panel terbuat dari plat baja bercanai dingin
(cold rolled steel sheets). Transformator ini umumnya
dilengkapi dengan konservator dan digunakan untuk
25.000,00 kVA, yang ditunjukkan pada gambar.
c. Hermatically sealed tank with N2 cushined, tipe tangki
ini sama dengan jenis conventional tetapi di atas
permukaan minyak terdapat gas nitrogen untuk
mencegah kontak antara minyak dengan udara luar.
PROTEKSI PERALATAN
PEMBANGKIT
1. PROTEKSI PERALATAN PEMBANGKIT
1.1 Lingkup (scope) Relay Proteksi Pembangkit
Gambar 10. Relay Proteksi Pembangkit

Keterangan :
A : Penggerak mula (turbin air, turbin uap, turbin gas dan diesel)
B : Generator
C : Transformator generator (generator transformator) atau transformator
utama (main transformator)
D : Transformator bantu utama (main auxiliary transformer atau satsion
service transformer).
E : Transformator bantu cadangan (reserve auxilliarytransformer) atau
transmorfator start (starting transformer)
F : Motor-motor pemakaian sendiri
B, C, D, F, adlah lingkup relay proteksi pembangkit.

1.2 Tujuan Pengaman Generator


Untuk mencegah kerusakan generator akibat gangguan atau ketidak
normalan yang terjadi didaerah pengaman generator.
Generator adalah salah satu peralatan dari system tenaga listrik yang
sangat penting dan mahal.
Untuk mengisolir gangguan pada generator tidak hanya dengan
membuka PMT saja tetapi juga membuka penguat medan dan menutup bahan
bakar, ke penggerak mula karena generator akan ttap mensupply power ke
belitan stator yang terganggu.

Kondisi Abnormal :
 Gangguan diluar (external fault)
 Gangguan pada belitan stator
 Pembebanan tak seimbang
 Gangguan belitan penguat (rotor earth fault)
 Tegangan lebih
 Kekurangan penguat medan
 Daya balik atau generator beroperasi sebagai motor.

1.3 Diagram Tunggal Proteksi Pembangkit/PLTA


Gambar 11. Diagram Tunggal Proteksi Pembangkit/PLTA
Gambar 12. Diagram Tuggal Proteksi Pembangkit/PLTA
1.4 Macam-macam gangguan Generator dan Akibatnya
Macam-macam gangguan pada generator dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Gangguan listrik (electrical fault)
b. Gangguan mekanis/panas (mechanical ot thermal fault)
c. Gangguan sistim(system fault)
Sehingga,
a. Gangguan listrik (electrical fault)
Jenis gangguan ini adalah gangguan yang timbul dan terjadi pada
bagian-bagian listrik dari generator. Gangguan-gangguan tersebut
antara lain:
1. Hubung singkat 3 (tiga) fasa
Terjadinya arus lebih pada stator yang dimaksud adalah arus lebih
yang timbul akibat terjadinya hubungan singkat tiga fasa (three
phasa fault). Gangguan ini akan menimbulkan loncatan bunga api
dengan suhu tinggi yang akan melelehkan belitan dengan resiko
terjadinya kebakaran jika isolasi tidak terbuat dari bahan yang anti
api ( non flameable).
2. Hubung sngkat 2 (dua) fas
Gangguan hubung singkat 2 fasa (unbalance fault) lebih berbahaya
disbanding gangguan hubung singkat tiga fasa ( three fasa faut),
karenadisamping akan terjadi kerusakan pada beltan akan timbul
pula vibrasi pada kumparan stator. Kerusakan lain yang akan
timbul adalah pada pros (shaft)dan kopling turbin akibat danya
moment punter yang besar.
3. Stator hubung singkat satu fasa ke tanah (statotr ground fault)
Kerusakan akibat gangguan 2 fasa atau antara fasa konduktor
kadang-kadang masih dapat diperbaiki dengan menyambung
(taping) atau mengganti sebagian konduktor, tetapi kerusakan
laminasi besi (iron lamination) akibat gangguan satu fasa ketanah
yang menmbulkan bunga api dan merusak isolasi dan inti besi
adalah kerusakan serius yang perbaikannya dilakukan secara total.
Gangguan jenis ini meskiput kecil harus segera diproteksi
4. Rotor huhung singkat tanah (field ground)
Pada rotor generator yang belitannya tidak ihubungkan ke tanah
(unground system), bila salah satu sisi terhubung ke tanah belum
menjadikan masalah tetapi apabila sisi lainnya kemudian
terhubung ke tanah, sementara sisi sebelumnya tidak terselesaikan
maka akan terjadi kehlangan aus pada sebagian belitan yang
terhubung singkat melalui tanah. Akibatnya terjadi ketidak
seimbangan fluksi yang menimbulkan vibrasi yang berlebihan dan
kerusakan atal pada rotor.
5. Kehilangan medan penguat (loss of excitation)
Hilangnya medan penguat akan membuat putaran mesin naik dan
berfugsi sebagai generator induksi. Kondisi ini akan berakibat
pemanasan lebih pada rotor dan pasak (slot wedges), akibat arus
induksi yan besirkulasi pada rotor.
Kehiangan medan penguat dapat dimungkinkan oleh:
a. Jatuhnya (trip) saklar penguat
b. Hubung singkat pada belitan penguat
c. Kerusakan kontak-kontak sikat arang pada system penguat
d. Kerusakan pada sistimAVR
6. Tegangan lebih (over voltage)
Tegangan yang berlebihan melapaui batas maximum yang di
ijinkan dapat berakibat tembusnya (break down) desain isolasi
yang akhrnya akan menimbulkan hubungan sinkat antara belitan.
Tegangan lebh dapat dimungkinkan oleh mesin putaran lebih
(over speed) atau kerusakan pada pengatur trgangan otomatis
(AVR).
b. Gangguan mekanis/panas (mechanical or thermal fault)
Jenis-jenis gangguan mekanik atau panas antara lain:
1. Generator berfungsi sebagai motor (motoring)
Motoring adalah peristiwa berubah fungsinya generator
menjadi menjadi motor akibat daya balik (revers power). Daya
balik terjadi disebabkan oleh turunnya daya masukan dari
penggerak utama (primer mover). Dampak kerusakan aSkibat
pemanasanlebih pada sudu-sudunya, kavitasi pada sudu-sudu
turbin ar, dan ketidak stabilan pada turbin gas.
2. Pemanasan lebih setempat
Pemanasan setempat pada sebagian stator dapat dimungkinkan
oleh:
a. Kerusaka laminasi
b. Kendornya bagian-bagan tertentu dalam generator
seperti : pasak-pasak stator (stator wedges) terminal
ujung-ujung belitan dan sebagainya.
3. Kesalahan parallel
Kesalahan dala memparalel generator karena syarat-syarat
sinkron tidak terpenuhu dapat mengakbatkan kerusakan pada
bagian poros dan koplinggenerator dan penggerak utamanya
karena terjadinya momen puntir. Kemungkinan kerusakan lain
timbul adalah kerusakan PMT dan kerusakan pada kumparan
stator akibat adanya kenaikan tegangan sesaat.
4. Gangguan pendingin stator
Gangguan pada system pendingin stator (pendingin dengan
media udara, hydrogen atau air) akan mengakibatkan kenaikan
suhu belitan stator. Apabila suhu belitan melampaui batas
ratingnay akan berakibat kerusakan belitan.
c. Ganggua system (system fault)
Generator dapat terganggu akibat adanya ganguan yang datang atau
terjadi pada system.
Gangguan-gangguan system yang umumnya terjadi antara lain:
1. Frekwensi operasi yang tidak normal (abnormal frequvcy
operation)
Perubaha frekwensi keluar dari batas-batas normal disitem
dapat berakibat ketidakstbila pada turbin generator.
Perusahaan frekwensi system dapat dimunkinkan oleh
tripnya unit-unit pembangkit atau penghantar (transmisi)
2. Lepas sinkron (loss of synchron)
Adanya gangguan disistem akibat perubahan beban
mendadak,switching, hubung singkat dan peristiwa lainnya
yang cukup besar akan menimbulkan ketidakstabilan
system.
Apabila peristiwa ini cukup lama dan melampaui batas-
batas ketidak stabilan generator, generator akan kehilangan
kondisi parallel. Keadaan ini akan menghasilkan arus
puncak yang tinggi dan penyimpangan frekwensi operasi
keluar dari yang seharusnya sehingga akan menyebabkan
terjadinya stress pada belitan generator, gaya puntir yang
berfluktuasi dan resonansi yang akan merusak turbin
generator. Pada kondisi ini generator harus dilepas dari
system.
3. Penggunaan cadangan (back up protection)
Kegagalan fungsi proteksi didepan generator pada saat
terjadi gangguan di system akan menyebabkan gangguan
masuk dan dirasakan oleh generator. Umtuk ini perlu
pemasangan cadangan.
4. Arus beban kumparan yang tidak seimbang (unbalanced
armature current). Pembebanan yang tidak seimbang pada
system atau adanya gangguan satu fasa dan dus fasa pada
sitem yang menyebabkan beban generator tidak seimbang
dan menyebabkan beban generatoer tidak seimbang dan
menimbulkan arus urutan negative.
Arus urutan negative yang melebihi akan menginduksi arus
medan berfrekwensi rangkap dengan arah berlawanan
dengan putaran rotor dan aka menginduksi arus pada rotor
yang akan menyebabkan adanya pemanasan lebih dan
kerusakan pada bagian-bagian kontruski rotor.
1.5 Macam Relay Proteksi Generator dan Fungsinya
1.5.1 Relay Arus Lebih
Relay ini berfungsi sebagai pengaman generator terhadap
gangguan yang terjadi di depan PMT generator baik gangguan antar fasa
maupun fasa tanah. Untuk generator yang kapasistasnya mencapai 500
KVA dipasang Relay arus lebih dengan penundaan waktu tertentu dengan
unit sesaat (instantaneous)
Namun bilamana timbul akumulasi waktu dipasang relay arus lebih
waktu terbalik (Inversetime OCR) dengan unit sesaat. Pada generator yang
kapasitasnya lebih besar dari 5 WVA dipasang relay arus lebih waktu
terbalik dengan tegangan penahan atau relay arus lebih waktu terbalik
dengan control tegangan.

1.5.2 Relay Arus Lebih Dengan Tegangan Penahan


Relay ini mendeteksi besaran arus dan tegangan dari generator.
Relay akan bekerja bila arus yang mengalir pada kumparan arus sebagai
dengan tegangan penahan (restraint voltage).
Karakteristik kerja dari relay jenis ini dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:

Gambar 13. Karakteristik Relay Arus Lebih


Dengan Tegangan Penahan
Karakteristik waktu dari relay jenis ini dipengaruhi oleh besaran
tegangan penahan.

1.5.3 Relay Arus Lebih Dengan Tegangan Kontrol


Relay ini mendeteksi besaran arus dan tegangan generator. Relay
ini akan bekerja bila arus yang mengalir pada kumparan arus melebihi
settingnya dan tegangan yang masuk pada kumparan tegangan turun lebih
rendah dari harga settingnya. Karakteristik kerja dari relay ini dapat dilihat
pada gambar 14.

Gambar 14. Karakteristik Relay Arus Lebih Dengan


Tegangan Kontrol

Prinsip Relay Arus Lebih Dengan Tegangan Kontrol.


- Mengubah setting tegangan dengan menggeser garis b-c kearah Y
- Mengubah setting arus dengan menggeser garis a – ke arah x.
- Karakteristik waktu dari relay ini adalah mempunyai karakteristik
inverse.

Relay ini terdiri dari dua elemen yaitu elemen arus lebih dengan
elemen tegangan kurang.

1.5.4 Relay Diferensial.


Relay ini berfungsi sebagai pengaman utama dari generator
maupun Trafo Genaerator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa
dan fasa tanah di daerah pengamannya. Jenis relay diferensial yang
digunakan adalah relay Diferensial Persentage; perhatikan gambar 15.
Gambar 15. Prinsip Pengaman Diferensial

Batas daerah pengaman dari generator adalah antara CT1 dan CT2.
Dalam keadaan normal atau gangguan di luar makam arus pada kumparan
kerja Io = 0 dan arus pada kumparan penahan IR = 0, maka relay tidak
bekerja.
Dalam keadaan gangguan di daerah pengamanannya maka arus Io

Io
≠ o dan arus IR ≠ o. Karena >¿ Kr (factor restraint), maka relay akan
IR
kerja. Perhatikan karakterisitik relay Dferensial pada gambar 26.

Gambar 16. Karakteristik Relay Diferensial Persentase


Gambar 17. Sambungan relay diferensial untuk generator
yang dihubung bintang

Gambar 18. Sambungan relay diferensial overall


.7.5. Relay stator Hubung Tanah.
Relay stator oleh sistem pentanahan generator dipengaruhi oleh
sistem pentanahan generator. Sistem pentanahan pada generator dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
- Pentahanan langsung
- Pentahanan dengan tahanan
- Pentahanan dengan reaktansi
- Pertahanan dengan trafo distribusi

Pentanahan dengan tahanan dan reaktansi disebut pertahanan


impedansi. Pada sistem pentanahan ini arus urutan nol digunakan untuk
mengerjakan relay.
Relay yang digunakan adalah relay arus lebih. Prinsip pengamanan
stator hubung tanah pada pentanahan impedansi dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut:
Gambar 19. Relay stator hubung tanah pada
pentanahan impedansi

Untuk sistem pentanahan dengan trafo distribusi relay tegangan


lebih digunakan untuk mendeteksi tegangan urutan nol. Prinsip
pengamanan stator hubung tanah pada pentanahan trafo distribusi
ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut :

Gambar 20. Relay Tegangan lebih pada


pentanahan Trator Distribusi

2.7.6 Pengaman rotor hubung tanah.


Prinsip pengaman rotor hubung tanah ada dua cara :
Dengan memasang tahanan tinggi yang paralel dengan belitan rotor
dan di pasang voltmeter seperti pada gambar 25.Bila terjadi gangguan
pada rotor, maka voltmeter akan menyimpang. Kelemahan sistem ini
adalah bila terjadi gangguan tepat ditengah belitan motor, maka voltmeter
tidang menyimpang. Untuk itu dipasang kontak B yang sewaktu-waktu
digunakan untuk mengontrol apakah terjadi gangguan ditengah rotor atau
tidak.

Gambar 21. Pengaman rotor hubung tanah

Metoda kedua adalah dengan menggunakan relay rotor hubung


tenah dengan menggunakan relay rotor hubung tanah seperti gambar 26a.
Bila tidak terjadi gangguan maka rangkaiann arus searah dari relay akan
terbuka sehingga relay tidak kerja. Tetapi bila ada gangguan maka
rangkaian (sirkuit) searah akan tertutup sehingga relay akan bekerja.

Gambar 22 Relay Rotor Gangguan tanah


2.7.7 Relay arus lebih urutan negatip
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi arus urutan negatif yang
timbul bila terjadi gangguan tak seimbang. Arus ini akan menimbulkan
medan magnet yang berlawanan arah terhadap rotor dan menghasilkan
arus putar pada permukaan rotor. Arus putar ini akan menimbulkan panas
dan bila panasnya berlebihan dapat merusak generator. Relay ini
mempunyai filter yang dapat membedakan arus urutan nol positif dengan
arus urutan negatif.

Perhatikan gambar 23

Gambar 23

Relay arus lebih urutan negatif mempunyai karakteristik yang


disesuaikan dengan generator yang diproteksi. Hubungan secara
rumus adalah :
I2 t = K
I2 = waktu dalam detik
T = waktu dalam detik
K = Karakteristik kerja

Rumus di atas menunjakkan hubungan antara arus urutan


negatif dan batas waktu yang diizinkan mengalir pada generator.
Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa arus fungsi waktu
adalah inverse, yaitu makin besar arus urutan negatif makin cepat
kerja relay.

2.7.8 Relay daya balik


Relay ini berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif ke arah
generator. Berubahnya aliran daya aktif kearah generator menyebabkan
generator bekerja sebagi motor. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
rendahnya input dari penggerak mula. Relay ini harus mempunyai respon
yang sangat sensitif terhadap gejala awal daridaya balik. Prinsip kerja dari
relay ini pada dasarnya sama dengan wattmeter. Kontak elemen kearah D
akan menutup bila aliran daya aktif menuju generasi CV, setelah waktu
tunda tertentu kemudian akan menjatuhkan PMT.

Gambar 24. Pengaman Daya Balik (Westing house, relay CRV-1)

a. Prolonged overloading, dapat disebabkan oleh beban mekanis


yang kontinyu atau beban lebih yang berubah-ubah dalm
periode sesaat (cyclic overloading)
b. Stalling, keadaan diman motor tidak dapat berputar pada waktu
start akibat beban yang berlebihan (beban macet dsb). Stalling
menyerap arus/tenaga listrik yang sangat besar yang dapat
menimbulkan kerusakan total belitan motor akibat panas yang
berlebihan.

1. Kondisi sistim penyaluran Tenaga (Powe Suplay) yang tidak normal


Adanya ketidak normalan pada sistim penyaluran tenaga pada motor-
motor listrik yang dapat terjadi antara lain :
a. Tegangan tidak seimbang (unbalance voltage)
Suplay tegangan yang tidak seimbang menyebabkan
terjadinya pemanasan rotor akibat adanya arus urutan negatif
pada belitan stator.
Tenaga yang tidak seimbang dapat dimungkinkan oleh:
- Putusnya salah satu pengamanan lebur (fuse)
- Rangkaian terbuka (opened circuit)
- Hubung singkat di sistim
b. Urutan fasa terbalik (Phase Reversal)
Arah putaran motor-motor induksi tergantung urutan fasa dari
tegangan suplai. Terbaliknya urutan fasa biasanya disebabkan
kesalahan pemasangan kembali terminal suplai setelah
perbaikan motor. Urutan fasa yang terbalik menyebabkan
motor berputar dengan arah yang salah (kebalikan). Untuk
motor-motor tertentu putaran motor yang terbalik akan sangat
berbahaya bagi peralatan atau beban yang berputar. Relay
proteksi urutan fasa terbalik harus dilengkapi untuk jenis-jenis
motor (misalnya boiler feed pump).

c. Tegangan kurang atau lebih (under voltage, over voltage).


Suplai tegangan yang kurang/rendah dapat menyebabkan
kenaikan arus motor pada beban yang sama, sehingga belitan
motor akan mengalami pemanasan lebih. Sementara tegangan
yang berlebihan dapat menyebabkan umur isolasi menurun
bahkan tembusnya kekuatan isolasi.
d. Frekuensi rendah (under frequency)
Turunnya frekuensi suplai menyebabkan turunnya putaran
motor yang berarti pula turunnya kemampuan motor. Apabila
motor dipaksa untuk memutar beban yang sama, motor akan
menderita beban lebih.

2. Gangguan pada motor itu sendiri.


Gangguan-gangguan berikut yang ada pada motor itu sendiri
adalah disebabkan atau diawali oleh adanya ketidak normalan yang
terjadi seperti tersebut pada poin 1 dan 2 antara lain:
a. Gangguan hubung singkat antar fasa
b. Gangguan hubung singkat fasa ke tanah
c. Gangguan fasa terbuka (open circuit)
d. Gangguan mekanis (bantalan, poros, dan sebagainya).
PROTEKSI
PERALATAN GARDU
INDUK
2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI GARDU INDUK

2.1.1 Pengertian Gardu Induk


Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari rel daya, peralatan bagi
trafo, reaktor, peralatan ukur dan pengaman yang merupakan bagian dari suatu
sistem tenaga listrik. Sebenarnya suatu gardu induk adalah suatu pusat beban
konsumen yang disambung melalui saluran atau jaringan distribusi.
Gardu induk adalah suatu instalasi listrik yang berfungsi untuk
transformasi tegangan dan pengaturan penyaluran tenaga listrik dari pusat
Pembangkit ke pusat beban. Instalasi listrik yang berfungsi utama untuk
menurunkan tegangan dengan alat penurun tegangan atau trafo step-down dari
tegangan tinggi pada saluruan transmisi kepada teganagan distribusi atau tegangan
menegah meskipun dalam hal ini menang ada konsumen yang langsung
menyambung pada sistem tegangan tinggi.

Gambar 25 gardu induk


2.1.2 Proteksi Peralatan Gardu Induk

Gambar 26 scope
relay proteksi gardu induk

Keterangan :
A= Rel busbar
B= saluran udara tegangan tinggi
C=Transformator tenaga
D=penyulang tegangan menengah

2.1.3 Fungsi Gardu Induk


Gardu induk merupakan suatu unit yang melayani beban pada suatu
kawasan tertentu, tentu saja akan melayani beban yang tidak konstan sepanjang
waktu, sehingga apabila pengaturan pembebanan pada gardu induk terlambat atau
tidak terlakasana maka kemungkinannya adalah adanya penurunan frekuensi pada
konsumen bila daya yang dibangkitkan kurang dari daya yang dibutuhkan oleh
konsumen, sedangkan sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan lebih tinggi dari
daya yang dibutuhkan maka akan terjadi kenaikan frekuensi.
Selain itu gardu induk juga berfungsi untuk mengatur pola pembangkitan
tenaga listrik yaitu dengan pengaturan jumlah tenaga yang harus dibangkitkan
pada suatu pusat listrik sumber energinya.
2.2 Jenis Gardu Induk
a. Berdasarkan pelayanannya :
Gardu transmisi mulai TET, TT dan gardu distribusi yaitu pada tegangan
menengah.
b. Berdasarkan penempatannya:
1. Jenis pasangan luar: terdiri dari peralatan tegangan tinggi pasangan luar,
misalnya trafo utama, peralatan (switchgear), isolator dan sebagainya.
Ditempatkan diudara terbuka.
2. Jenis pemasangan dalam: seperti meja penghubung (switch-board) dan
batere GI untuk transmisi yang mempunyai kondensor sinkron
pasangan dalam yang disebut sisi tersier trafo utama
3. Jnis mobil: Gardu Induk jenis mobil ini dilengkapi dengan peralatan
diatas kereta hele (trailer) atau semacam truck. Gardu induk dipakai
dalam keadaan gangguan di suatu Gardu Induk guna pencegahan beban
lebih berkala dan guna pemakaian sementara ditempat pembangunan.
Gardu Induk ini banyak digunakan untuk kereta listrik. Untuk
penyediaan tenaga listrik, gardu induk ini tidak dipakai secara luas
melainkan sebagai transformator atau peralatan penghubung yang
mudah dipindahkan diatas kereta hele atau truck memenuhi kebutuhan
dalam keadaaan darurat.
c. Menurut isolasinya:
1. Gardu induk menggunakan udara guna mengisolir bagian-bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan / tanah.
2. Gardu induk berisolasi gas.
Isolasi gas yang dipergunakan adalah SF6 pada tekanan tertentu.
d. Menurut rel:
Gardu induk dengan satu rel (single busbar), GI dengan 2 rel (double
busbar) dan GI dengan 2 rel 1,5 (one and half circuit breaker).
Pemilihan jenis gardu ditentukan oleh kondisi dari tempat dimana gardu
induk itu akan dibangun, dan oleh faktor ekonomi berdasarkan harga
tanah.

2.3 Komponen-Komponen Gardu Induk


1. Transformator Utama (transformator distribusi penurun tegangan )
Pada gardu induk transformator merupakan salah satu komponen utama
yang memegang peranan penting karena trafo ini pada gardu induk
digunakan untuk menurunkan tegangan dari JTT ke JTM (150-20 KV).
Trafo yang biasa digunakan pada gardu induk adalah trafo 3-fasa karena
lebih menguntungkan dalam hal pondasi, disamping itu adanya
peningkatan dan pengandalan trasnformator dan makin kuatnya hubungan
timbal balik dari sistem tenaga.

Pada GI transformator merupakan salah satu komponen utama


yang memegang peranan penting karena trafo ini pada GI
digunakan untuk menurunkan tegangan dari JTT ke JTM ( 60 –
20 kV ). Transformator dengan tegangan di atas 60 kV, titik
netralnya kebanyakan ditanahkan secara langsung dengan
maksud untuk menghemat biaya operasi. Untuk trafo dengan
tegangan di bawah 60 kV, titik netralnya kebanyakan
ditanahkan melalui impedansi berupa tahanan atau kumparan
dengan tujuan menghasilkan arus gangguan hubung tanah yang
cukup besar agar relai hubung tanah bekerja.
Transformator yang biasa digunakan pada gardu induk adalah
transformator 3 – fasa karena lebih menguntungkan dalam hal
pondasi, pengawatan dan ruang yang diperlukan, di samping itu
adanya peningkatan dalam keandalan transformator dan makin
kuatnya hubungan timbal balik dari sistem tenaga.
Berbagai hubungan yang digunakan pada gardu induk
digunakan hubungan Y – Y, ∆ - ∆, ∆ - Y, Y - ∆. Hubungan Y
menguntungkan untuk trafo dengan isolasi yang dikurangi pada
titik netral, pemasangan pengubah tap beban dan sebagainya.
Lilitan dengan hubungan Y umum dipakai khas lebih dari 100
kV. Dalam hubungan Y – Y ditambahkan hubungan ∆ sebagai
gulungan tersier untuk menyerap arus harmonis ketiga dan
untuk pemakaian sendiri atau alat pengubah fasa.
Gambar 27 Transformator Distribusi Penurun Tegangan

2. Peralatan penghubung
Saluran transmisi dan distribusi dihubungkan dengan gardu induk. Jadi,
gardu induk ini merupakan tempat pemusatan dari tenaga yang
dibangkitkan dan terinterkoneksi dari sistem transmisi dan distribusi
kepada para pelanggan. Saluran transmisi dan distribusi ini dihubungkan
dengan ril (bus) melalui transformator utama setiap saluran mempunyai
pemusatan beban atau circuit breaker dan pemisah (disconected switch)
pada posisi keluarnya. Pemusatan beban ini dipakai untuk menghubungkan
atau melepaskan beban. Jika terjadi gangguan pada saluran transmisi atau
alat lain, pemutus beban dipakai untuk memutuskan hubungan secra
otomatis.
Peralatan penghubung yang dimaksud adalah sbb :
a. Pemisah (PMS).
b. Pemutus beban (PMT).
c. Saklar beban (load switch).
d. Sekering tenaga.
e. Panel kontrol dan kotak hubung tertutup.
f. Aresster.
g. Peralatan-peralatan lain.
h. Bangunan (gedung) gardu induk
Disamping peralatan tersebut diatas ada peralatan pembantu (auxelery)
seperti alat pendingin, alat pencuci isolator, batere, pengisi batere,
kompressor, sumber tenaga, alat penerangan dan sebagainya. Dalam
operasinya gardu induk berhubungan dengan pusat pembagi beban (load
dispatching center). Oleh karena itu, harus ada pula peralatan komunikasi.
Disamping gardu induk yang sering dilengkapi dengan peralatan
komunikasi untuk pengukur jarak jauh atau telemering atau superfisi.

2.4 Komponen Penunjang Gardu Induk yang Terkait dengan Busbar


1. Lighting Arrester
Berfungsi untuk mengamankan instalasi (peralatan listrik pada instalasi)
dari ganggungan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir
maupun oleh surja petir :
2. Pemisah (PMS)
a) Pemisah tanah
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang
timbul sesudah SUTT di putuskan, atau induksi tegangan dari
penghantar, hal ini perlu untuk keamanan dari orang yang bekerja
pada instalasi
b) Pemisah peralatan
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan yang
bertegangan. Pemisah di operasikan tanpa beban
3. Pemutus Tenaga (PMT)
Berfungsi untuk memutuskan hubungan tenaga listrik dalam keadaan
gangguan maupun dalam keadaan berbeban dan proses ini harus dapat
dilakukan dengan cepat. Pemutus tenaga listrik dalam keadaan
gangguan akan menimbulkan arus yang relatif besar, pada saat tersebut
PMT bekerja sangat berat. Bila kondisi peralatan PMT menurun karena
kurangnya pemeliharaan, sehingga tidak sesuai lagi kemampuan dengan
daya yang diputuskannya, maka PMT tersebut akan dapat rusak
(meledak).
4. Trafo Tegangan
Berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah,
yang diperlukan untuk alat-alat ukur (pengukuran) dan alat pengaman
(proteksi).
5. Trafo Arus
Berfungsi untuk menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi
arus kecil pada tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan
pengaman (proteksi).

6. Rail
Rail berfungsi sebagai titik pertemuan/ hubungan trafo-trafo tenaga
SUTT-SUTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga/ daya listrik. Bahan dari rail ini umumnya terbuat
dari bahan tembaga (bar copper atau hollow conductor). ACSR,
Almalec atau Alluminium (bar alluminium atau hollow conductor).
7. Trafo Tenaga
Trafo tenaga berfungsi untuk menyalurkan tenaga/ daya dari tegangan
tinggi ke tegangan menengah atau sebaliknya (mentransformasikan
tegangan).
8. Panel Kontrol
Jenis-jenis panel kontrol yang ada dalam suatu Gardu Induk terdiri dari
panel kontrol utama, panel kontrol rele, panel pemakaian sendiri.
a) Panel control utama terdiri dari panel instrument dan panel operasi.
Pada panel instrumen terpasang alat-alat ukur dan idikator
gangguan, dari panel ini alat-alat tersebut dapat diawasi dalam
keadaan sedang operasi. Pada panel operasi terpasang sakelar dan
diagram rail. Diagram rail (mimic bus), sakelar dan lampu
indikator diatur letak dan hubungannya sesuai dengan rangkaian
yang sesungguhnya sehingga keadaannya dapat dilihat dengan
mudah.
Gambar 28. Kontrol pada Gardu Induk
b) Pada panel rele terpasang rele pengaman untuk SUTT, rele
pengaman untuk trafo dan sebagainya. Bekerjanya rele dapat
diketahui dari penunjukkan pada rele itu sendiri dan pada indikator
gangguan dipanel kontrol utama. Pada Gardu Induk ada yang
memanfaatkan sisi depan dari panel di pakai sebagai panel utama
dengan instrumen dan sakelar, kemudian sisi belakangnya dipakai
sebagai panel rele, dan ada pula pada gardu Induk jika
rangkaiannya sudah rumit, maka panel rele terpasang dalam panel
sendiri.
9. Batere
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu harus
mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka batere dipakai
sebagai sumber tenaga kontrol dan proteksi di dalam Gardu Induk.
Peranan dari batere ini adalah sangat penting karena justru pada saat
gangguan terjadi, batere inilah yang merupakan sumber tenaga untuk
menggerakkan alatalat kontrol dan proteksi.
Ada dua jenis batere yang dikenal antara lain :
 Batere timah hitam (lead acid storage battery)
 Batere alkali (alkaline storage battery)
10. Sistem Pentanahan titik netral
Pentanahan titik netral suatu sistem dapat melalui kumparan petersen,
tahanan (resistor) atau langsung (solidly) yang berfungsi untuk
menyalurkan arus gangguan phase ke tanah pada sistem. Arus yang
melalui pentanahan merupakan besaran ukur untuk alat proteksi . Pada
trafo yang sisi primernya ditanahkan dan sisi sekundernya juga
ditanahkan, maka gangguan phase ketanah disisi primer selalu
dirasakan pada sisi sekunder, dan sebaliknya.
11. Kapasitor
Kapasitor berfungsi untuk memperbaiki faktor kerja dan tegangan dari
jaringan tenaga listrik.

Gambar 29 Capasitor Bank Terpasang Pada Gardu Induk


(Perbaikan Faktor Daya)
PROTEKSI PERALATAN
JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH
3.1 Komponen Utama Jaringan Tegangan Menengah.
Mengingat fungsi jaringan tegangan menengah adalah menyalurkan daya
listrik dari gardu induk ke gardu distribusi maka perlu diperhatikan komponen-
komponen dengan baik. Adapaun komponen-komponen utama jaringan tegangan
menengah adalah sebagai berikut:
1. Kawat penghantar;
2. Tiang listrik;
3. Isolator;
4. Gardu hubung;
5. Jenis-jenis pengaman.

3.1.1 Kawat Penghantar


Kawat penghantar untuk saluran transmisi lewat udara adalah kawat-
kawat yang isolasi yang padat, berlilit, atau berongga dan terbuat dari
logam biasa, logam campuran, atau logam paduan

Menurut konstruksinya, kawat dibedakan atas:


1. Kawat padat;
2. Kawat rongga;
3. Kawat berkas.

Menurut bahannya, kawat dibedakan atas:


1. Kawat logam campuran;
2. Kawat logam paduan;
3. Kawat lilit campuran.

3.1.2 Tiang Listrik

Tiang listrik adalah alat yang menunjang kelangsungan penyaluran


daya listrik pada sistem saluran udara, karena tiang inilah tempat
bergantungnya penghantar berarus dari sumber ke konsumen. Tiang ini
terbuat dari besi atau beton bertulang.
Gambar 30. Tiang Jaringan Tegangan Menengah.

 Jenis tiang listrik berdasarkan fungsinya


1. Tiang awal/tiang akhir tiang yang dipasang pada permulaan/akhir
penarikan kawat hantaran.
2. Tiang penyangga ialah tiang yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat
penghantar.
3. Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menahan tiang
awal/akhir, tiang sudut, dan tiang penegang agar kemungkinan
tiang miring akibat gaya Tarik kawat penghantar terhindari.
4. Tiang penegang adalah tiang yang dipasang pada jaringan transmisi
yang lurus.

 Jenis tiang listrik berdasarkan bahannya

1. Tiang besi
Tiang besi adalah tiang yang terbuat dari besi berbentuk silinder
dan memiliki satu pondasi untuk semua bagian kakinya.

2. Tiang beton bertulang


Tiang beton bertulang diklasifikasikan menurut cara
pembuatannya yaitu; pembuatan di pabrik atau pembuatan
setempat (lokal). Sedangkan menurut cara menghimpunya, tiang
beton dibedakan atas tiang jenis tunggal, tiang jenis H tiang jenis A
atau jenis gerbang kuil.

Gambar 31. Tiang besi


Gambar 32. Tiang beton

3. Tiang kayu
Jenis kayu yang banyak digunakan oleh perusahaan listrik
negara terutama untuk distribusi adalah kayu ulin, jati, rasamala,
nani, giani, bakau. Kecuali kayu ulin yang keras, kayu-kayu
lainnya diawetkan dengan berbagai cara.
Jenis tiang kayu ini digunakan pada era tahun 1890, pada
jalan poros pedesaan yang letakknya tidak jauh dari jalan raya,
pada era ini harga logam lebih mahal dari pada kayu. Untuk
pembuatan tiang kayu ini, bahannya tidak terlalu sulit didapatkan
karena cukup dengan menebang pohon dan membentuknya yang
diketahui sifatnya padat dan keras kemudian diproses.

3.1.3 Isolator

Kawat penghantar pada saluran udara diletakkan di atas penopang sebuah


isolator. Peletakan isolator harus diperhatikan jarak konduktor dengan tumpuan
karena mempengaruhi ketahanan isolator terhadapt lompatan tegangan inpuls.
Isolator tumpu banyak digunakan untuk saluran udara tegangan menengah karena
lebih ekonomis dari isolator gantung. Bahan untuk membuat jenis isolator
bermacam-macam, beling (glass), keramik, dan lain-lain.
Isolator untuk saluran jaringan tegangan menengah diklasifikasikan
menurut penggunaan menjadi:
1. Isolator Tarik, dimana isolator ini digunakan pada tiang awal atau akhir, tiang
penegang atau tiang Tarik.
Gambar 33. Isolator Tarik
2. Isolator tumpu, dimana isolator ini digunakan untuk menumpu atau
menyangga kawat penghantar pada tiang penyangga.

Gambar 34. Isolator Tumpu

3.1.4 Cross Arm / Treverse


Cross arm berfungsi sebagai tempat dudukan isolator, menerima beban
tarikan atau tumpuan dari penghantar sehingga sering kedudukannya menjadi
berubah, memutar kesamping atau miring ke bawah sehingga jarak antara
penghantar dengan penghantar atau penghantar dengan tiang menjadi berubah.
Salah satu akibat dari hal-hal ini adalah terjadi hubungan singkat antar penghantar
dengan penghantar atau penghantar dengan tiang.

Gambar 35. Cross Arm / Treverse


Untuk mencegah hal tersebut, pemeliharaan terhadap traverse sangat diperlukan
antara lain:
 Memeriksa kekurangan mur baut pengikat traverse ketiang;
 Memeriksa keadaan kelainan plat traverse atau palang penyangga serta
kekurangan mur bautnya;

 Memeriksa adanya karat.

3.1.5 Lemari Hubung


Lemari hubung berfungsi untuk menghubungkan antara dstribusi jaringan
tegangan menengah yang satu dengan jaringan tegangan menengah yang lainnya
dan sambungan dari jaringan tegangan menengah yang telah diturunkan menjadi
jaringan tegangan rendah. Dalam lemari ini juga pengaman seperti DS dan CB
ditempatkan.
\

Gambar 36. Lemari Hubung


3.1.6 Jenis-jenis pengaman
Dalam suatu jaringan listrik tegangan menengah, sering kali pula terjadi
kerusakan yang tidak terduga, oleh karena itu diperlukan alat proteksi atau
pengaman jika terjadi kerusakan diasalah satu jalur transmisi kerusakan tersebut
agar tidak mempengaruhi jalur yang lain.
3.1.6.1 Circuit Breaker (CB)
Circuit Breaker adalah peralatan proteksi yang mampu memutuskan aliran
listrik dan bekerja secara manual. Pengaman ini didesain bukan untuk sering
dipakai, tetapi alat ini akan trip dengan sendirinya apabila ada arus di atas
ratingnya (over current) dan di ON-kan kembali secara manual dengan menaikkan
tuasnya karena letak komponen ini ada dalam lemari hubung pada gardu
distribusi.

Gambar 37. Circuit


Breaker

3.1.6.2 Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch)


Saklar pemutus beban (LBS) digunakan untuk memutuskan dan
memisahkan jaringan dari saluran utama. Saklar pemutus beban dibedakan atas
dua jenis, yaitu saklar dengan kontak di udara dan kontak di dalam minyak. Pada
perkembangannya saklar pemutus udara disempurnakan menjadi saklar pemutus
beban (Load Break Switch).

Gambar 38. LBS (Load Break Switch)

3.1.6.3 Pemisah Beban (Disconnecting Switch)

Pemisah beban (DS) digunakan untuk memisahkan bagian jaringan yang


bagus dari jaringan yang bermasalah dalam satu sistem jaringan dan hanya dapat
dioperasikan pada tegangan nol. Untuk mencegah tegangan lebih switching.
Komponen ini akan berfungsi pada saat ada penanggulangan gangguan pada
jaringan saja.

3.1.6.4 Sekring pemisah (Fuse Cut Out)

Sekring pemisah (Fuse cut out) berfungsi memutuskan bila ada arus lebih
pada jaringan JTM sebelum masuk ke trafo step down JTR. Pada jaringan
distribusi tegangan menengah ada dua jenis, yaitu jenis tertutup dan terbuka.
Untuk mengetahui rating sekering pemisah harus diketahui frekuensi, kapasitas
penyaluran arus kontinyu, tegangan normal, tegangan maksimum menurut
perencanaan dan kapasitas gangguan.
Gambar
39. FCO (Fuse Cut
Out)

3.1.6.5 Air Break Switch (ABS)

Air Break Switch (ABS) adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk
memisahkan bagian-bagian saluran jaringan tegangan menengah (JTM) dan juga
digunakan untuk menyalurkan daya. Alat pengaman ini biasanya dipasang di
sekitar gardu distribusi (ujung jaringan tegangan menengah).
Gambar 40. Air Break Switch (ABS)
3.1.6.6 Recloser

Recloser adalah alat pemutus rangakaian berupa pemutus tenaga yang


mempunyai kemampuan memutuskan arus lebih kemudian menutup kembali
secara otomatis sehingga dapat terhubung dan arus listrik tersalurkan kembali.
Menurut jenis jaringan, recloser dibagi atas dua jenis yaitu recloser phasa
tunggal yang dipakai pada cabang atau tap saluran tiga phasa, recloser phasa
tunggal yang dipakai pada cabang attap saluran daya tiga phasa, recloser phasa
tiga digunakan jika pelepasan seluruh phasa tiga diinginkan pada setiap
gangguan menetap.
Berdasarkan alat penggeraknya, maka recloser diabgi atas dua yaitu degan
sistem hidrolik dan elektronik. Sistem hidrolik digunakan pada saluran recloser
phasa tunggal dan kadang-kadang juga pada tiga phasa. Penggunaan recloser
dengan sistem elektronik lebih baik dari sistem hidrolik.

Gambar 41. Recloser


3.1.6.7 Relay
Relay banyak digunakan untuk melindungi jaringan distribusi tegangan
menengah dari gangguan, terutama gangguan arus lebih. Relay arus lebih,
digunakan untuk menggerakkan pemutus tenaga. Relay-relay arus lebih dikenal
ada dua macam yaitu jenis sesaat (instantaneous) dan jenis kelambatan (delay
kerja). Waktu kerja relay itu bervariasi antar 0,016 dan 0,1 detik.

Gambar 42. Relay

3.1.6.8 Sectionalizer
Sectionalizer adalah alat pengaman yang bekerja secara otomatis
memisahkan bagian yang terganggu dari sistem jaringan. Alat ini mempunyai
pendeteksi arus jaringan yang menggerakkan alat penghitung kerja pada alat
pengaman cadangan.
Gambar 4.3 Bentuk bentuk sectionalizer.

3.2 Sistem Pentanahan Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

3.2.3 Fungsi Sistem Proteksi dan Pentanahan


Pada dasarnya semua konstruksi jaringan distribusi tidak ada yang
benar-benar aman dari gangguan yang datangnya dari dalam sistem itu sendiri
maupun dari luar sistem. Gangguan tersebut merupakan potensi yang
merugikan ditinjau dari beberapa hal, maka perlunya dipasang sistem proteksi
yang berfungsi sebagai berikut:
 Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya;
 Menjaga keselamatan umum;
 Meningkatkan kontinuitas pelayanan.

Pada sistem distribusi 20 kV hal yang terpenting pada sistem proteksi


selain alat proteksi itu sendiri, sistem pentanahan juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam sistem proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan
fasa yang bocor ke tanah, maka bila sistem pentanahan tidak sesuai dengan
sistem distribusi yang diproteksi, maka alat proteksi tidak akan bekerja dengan
benar, sehingga dapat merusak peralatan jaringan maupun membahayakan
keselamatan manusia.
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola,
sheingga sistem proteksinya juga berbeda-beda.
Pada perencanaan konstruksi jaringan distribusi untuk menentukan
komponen jaringan, misalnya penghantar, harus dipertimangkan besarnya arus
gangguan hubung singkat ke tanah dan selanjutnya sistem proteksi yang
sesuai, sehingga tujuan membangun konstruksi jaringan distribusi yang aman
dan menguntungkan dapat tercapai.

3.2.4 Prinsip Kerja Sistem Proteksi


 Melakukan koordinasi dengan tegangan sistem tegangan tinggi
(GI, Transmisi, Pembangkitan);
 Mengamankan peralatan dari kerusakan dan gangguan;
 Menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan;
 Melokalisir gangguan;
 Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
(manuver);
 Mengurangi frekwensi pemutusan.

3.2.5 Syarat-syarat Sistem Proteksi


 Peka (sensitif);
 Cermat (selektivitas);
 Andal (reliability);
 Cepat.

3.3 Bentuk-Bentuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Saluran-saluran primer pada umumnya berupa tiga fase tiga kawat. Desain
dan ukuran konduktornya ditentukan oleh besarnya turun tegangan yang diizinkan
pada ujung saluran yang terjauh. Biasanya terjadi bahwa konduktor kabel yang
keluar dari gardu induk berukuran lebih besar dari pada kabel atau saluran yang
berada jauh di ujung. Hal ini disebabkan bahwa pada awal saluran arus listrik
yang mengalir lebih besar dibanding dengan pada ujung saluran. Adapun jenis-
jenis sistem distribusi primer atau distribusi jaringan tegangan menengah adalah
sebagai berikut:
1. Bentuk jaringan udara jaringan tegangan menengah:
 Radial;
 Loop;
 Grid.

2. Bentuk jaringan bawah tanah jaringan tegangan menengah:


 Spindel;
 Cluster.

Pendistribusian daya dari gardu induk melalui jaringan tegangan


menengah dengan bentuk jaringan bawah tanah, dalam hal ini bentuk jaringan
spindle dan cluster menggunakan gardu beton/batu. Gardu beton merupakan gardu
distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton, gardu jenis ini
termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua peraltan
penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam bangunan
beton.

Gambar 15. Gardu beton pada JTM saluran bawah tanah


3.4 Line Diagram Jaringan Tegangan Menengah

Gambar Bentuk JTM model loop

3.5 Gardu trafo tiang 3 phasa dengan trafo max 160 kva -20 kV
konstruksi 2
tiang besi
Gambar 16. Gardu trafo tiang 3 phasa dengan trafo max 160 kva - 20 kv
konstruksi 2 tiang besI
3.6 Bentuk Jaringan Radial

Gambar 17. Sistem distribusi radial


Sistem jaringan distribusi radial merupakan tipe yang paling sederhana
dengan keandalan tinggi dan ekonomis serta paling umum digunakan terutama
untuk melayani daerah dengan kerapatan beban rendah. Jaringan ini mempunyai
kendala yang rendah akan tetapi mempunyai jatuh tegangan yang sangat besar
pada ujung saluran jaringan tegangan menengah tersebut.
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak
digunakan di daerah pedesaan / sistem yang kecil. Untuk lebih jelasnya silahkan
lihat gambar 17.
3.7 Bentuk Jaringan Loop

Gambar 18. Sistem distribusi loop

Sistem distribusi loop adalah sistem distribusi berbentuk siklus tertutup


yaitu dari satu gardu induk disalurkan melewati daerah beban dan kembali ke
gardu semula. Sistem distribusi loop ini merupakan perkembangan dari sistem
radial pada operasinya dapat bekerja sebagai sistem radial biasa.
Sebagai akibat dari diperlikannya kehandalan yang lebih tinggi umumnya
sistem ini diapsok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk
lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi, karena hal ini
diperlukan untuk manipulasi beban pada saat terjadi gangguan.
3.8 Sistem Distribusi Grid/Network

Gambar 19. Sistem distribusi grid/network

Pada sistem ini memungkinkan gardu distribusi di suplay dari dua atau lebih
gardu induk yang saling dihubungkan seolah-olah membentuk sebuah jaring.
Kelebihan dari sistem ini adalh kualitas pelayanannya mapun mutu tegangannya
jauh lebih baik dari sistem radial dan loop tetapi kelemahannya membutuhkan
investasi yang besar dalam penyediaannya.
Kelebihan lain dari sistem ini adalh apabila terjadi gangguan dibagian
tengah jaringan maka tidak semua beban mati total karena pada gangguan dapat
dilokalisasi dengan persediaan DS yang banyak pada jaringan dan pada waktu
yang tidak lama gangguan dapat diperbaiki tanpa mematikan semua beban
sehingga pembangkit tidak mengalami over speed yang diakibatkan jatuh beban
3.9 Sistem Distribusi Spindle

Gambar 20. Sistem distribusi spindle

Sistem distribusi spindle adalah sistem radial dengan gardu hubung dengan
saluran cepat (express feeder) sehingga memungkinkan gardu distribusi salah satu
feeder di suplay dari ekspress feeder. Dari sistem tersebut tingkat kelangsungan
pelayanan daya listrik akan lebih baik bila dibandingkan sistem radial biasa.
Penggunaan jaringan ini biasanya digunakan di negara-negara maju karena lebih
efisien, aman, dan tidak mengurangi tatanan kota yang biasa disebut jaringan
underground (bawah tanah), pada perkotaan jaringan ini adalah pilihan yang tepat
karena di samping aspek keindahan juga aspek keamanan yang bagus karena di
daerah perkotaan banyak gedung-gedung bertingkat yang lebih tinggi dari
jaringan.
Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di distribusi memiliki
kehandalan yang relative tinggi karena disediakan satu express feeder / penyulang
tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubuung biasanya pada tiap
penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik
manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.

3.9.1 Sistem Distribusi Cluster

DARI JTT
GH

CB
GARDU INDUK

TRAFO

CB
LBS DS

LBS LBS LBS EXPRESS FEEDER

DS DS DS

GD GD GD

GD
DS
ABS ABS
ABS

GD GD

GD ABS GD DS
ABS
ABS

GD

GD GD GD
ABS ABS DS

ABS

Gambar 2.18 Sistem Distribusi Cluster

Gambar 20. Sistem distribusi cluster


KETERANGAN :
GI : Gardu induk GD : Gardu distribusi
LBS : Load break switch CB : Circuit Beaker
DS : Disconection Switch ABS : Air Breake Switch
GH : Gardu Hubung

Jaringan ini pada prinsipnya sama dengan spindle yakni underground


(bawah tanah), perbedaannya adalah pada jaringan cluster terdapat gardu hubung,
saluran utamanya dihubungkan ke penyulang cabang dengan menggunakan LBS.
Pihak PLN cenderung memilih model cluster pada daerah danau dan pesisir
pantai karena model jaringan ini didesain untuk daerah tersebut

3.1.6 Gardu Trafo Tiang 3 Phasa Dengan Trafo Max 150 Kv-20 Kv
Dengan Konstruksi 2 Tiang Besi
Gambar 21. Gardu trafo tiang 3 phasa daengan trafo max 150 kva – 20 kv
dengna konstruksi 2 tiang besi.

PROTEKSI PERALATAN
PADA GARDU DISTRIBUSI
4.1 Gardu Distribusi

Gardu ini mendapat suplai daya dari Gardu Induk melalui JTM
dengan besaran tegangan : 6 KV, 12 KV, 20 KV, 24 KV dan 30 KV
Gardu Distribusi diperlengkapi berbagai macam komponen
pendukung antara lain :
 CB disisi JTM guna melepaskan hubungan rangkaian antara
JTM dengan G.D jika terjadi gangguan pada JTM jarak tertentu
dari Gardu Distribusi dan atau dari Gardu Distribusi itu sendiri.
 Arrester, diperuntukkan guna mengamankan sambaran petir
yang mungkin terjadi sekitaran sisi input GD (sisi tegangan
menengah)
 FCO (Fuse Cut Out), fuse ini biasanya dipasang sisi sekunder
Trafo distribusi, guna mengamankan Trafo distribusi dari
gangguan hubung singkat dari sisi JTR.
 HVF (Hight Voltage Fuse), guna mengamankan gangguan
Tegangan lebih yang mungkin terjadi dari sisi 3 phasa (380 V)
JTR
 LVF (Low Voltage Fuse), guna mengamankan gangguan
Tegangan lebih yang mungkin terjadi dari sisi 1 phasa (220 V)
JTR
Konsumen

GD JTR
LVF

n
e
m
u
s
n
o
K
GI GD HVF LVF

LVF

GD GD

Konsumen Konsumen

Gambar 22 Line diagram Jaringan Tegangan Rendah dari Sumber Gardu


Induk

4.2 Pengaman External Trafo Distribusi


4.2.1 Arrester
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan tenaga listrik terhadap Suraya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi sistem tenaga listrik dengan cara
membatasi surya tegangan yang lebih dan mengalirkannya ke tanah.
Berhubungan dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
sistem 50 Hz untuk waktu yang tak terbatas dan harus dapat melewatkan
surya arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan
pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui
arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan
tegangan lebih eksternal, arrester juga melindungi peralatan yang
diakibatkan oleh tegangan lebih internal seperti surya hubung, selain itu
arrester juga merupakan kunci dari koordinasi isolasi suatu sistem tenaga
listrik. Bila surja (surge) datang ke gardu induk arrester bekerja
melepaskan muatan listrik (discharge) serta mengurangi tegangan
abnormal yang akan mengenai peralatan gardu induk.

4.2.1.1 Prinsip Kerja Arrester


Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolator tetapi bila timbul
surja arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran
aurs yang tinggi ke tanah. Setelah surja itu hilang arrester harus dengan
cepat kembali menjadi isolasi

4.2.1.2 Arrester ini terdiri dari dua unsur, yaitu:


1. Sela Api (Spark gap)
2. Tahanan kran (valve resistor)

Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari


tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh
tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Seringkali masalah ini dapat
dipecahkan hanya dengan menerapkan cara-cara khusus pengaturan
tegangan (voltage control) oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari
tiga unsur diantaranya, yaitu:
1. Sela Api (spark gap)
2. Tahanan kran (valve resistor)
3. Tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian tegangan
(grading sistem)

4.2.1.3 Macam-macam Arrester

1. Arrester jenis ekspulsi (explusion type) atau tabung pelindung


(protektor).
Pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang ada dalam tabung serat
dan
sela percik batang yang ada di luar udara atau disebut juga sela seri.

2. Arrester katup (value type)


Arrester jenis katup ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri
yang
terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak
linear

Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela


seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup
tinggi, alat tersebut menjadi penghantar. Sela seri itu tidak bisa
menghantar. Sela seri itu tidak bisa memutuskan arus usulan. Dalam hal
ini ia dibantu oleh tahanan tak linear yang mempunyai karakteristirk
tahanan arus kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus
susulan dari frekuensi dasar terlihat pada karakteristik volt ampere.

4.2.1.4 Arrester jenis katup ini dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Arrester katup jenis gardu (Station)


2. Arrester katup jenis saluran (intermediate)
3. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin (Distribution)

 Arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistem


tenaga listrik.
 Arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta mengurangi
tegangan abnormal
yang akan mengenai peralatan GI itu selain surge (petir atau
hubung) dilepaskan melalui Arrester, arus masih mengalir
karena adanya tegangan sistem, arus ini disebut arus dinamik
atau arus susulan.
 Arrester mempunyai elemen katup (valve element) yang terdiri
dari tahanan tak-linier, yang terpasang seri dengan elemen sela
(gap element).

Tegangan di antara terminal Arrester pada waktu pelepasan ditunjukkan


karena adanya jarak antara Arrester dan alat yang dilindungi serta
adanya pantulan surja, maka tegangan pada terminal dari alat yang
dilindungi lebih tinggi dari tegangan.

Oleh karena itu, jarak Arrester dan alat yang dilindungi harus dibuat
sependek mungkin.

Untuk pengamanan terhadap surja hubung (switch surge), Arrester


sebaiknya dipasang di antara transformator, yang memang menjadi
tujuan utama perlindungan ini, dan pemutus bebannya.
Pertimbangannya adalah bahwa Arrester itu akan dapat juga menyerap
surja dari pemutusan arus pembangkit.
Perbandingan antara tegangan pelepasan dan tegangan dasar disebut
perbandingan tingkat pelepasan (discharge level ratio : DLR). Makin
rendah perbandingan ini, makin baik karakteristik Arrester.

Akhir-akhir ini telah dibuat Arrester dengan DLR kurang dari 3,0.

4.2.1.5 Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi Arrester adalah


sebagai berikut:

a. Tegangan percikan (spark over voltage) dan tegangan


pelepasannya (discharge voltage), yaitu tegangan
yang terminalnya pada waktu pelepasan harus cukup rendah
sehingga dapat mengamankan isolasi.
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik, dan dapat
bekerja terus seperti semula.

Gambar 23 Arrester
4.2.2 Fuse Cut Out

Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan
bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan
disesuaikan ukurannya untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah
rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link
sebagai pisau pemisahnya dan dapat diidentifikasi dengan hal-hal seperti
berikut:

1. Tegangan Isolasi Dasar (TID) pada tingkat distribusi


2. Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan proteksi trafo
3. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang
4. Dihubungkan ke sistem distribusi dengan batas-batas tegangan
operasinya

Fuse Cut Out biasanya dipasang pada gardu distribusi yang mempunyai
sisi tegangan yang disuplai oleh hantaran udara.
Secara umum pemasangan Fuse cut out pada sisi input gardu distribusi
berfungsi:
 Memisahkan peralatan gardu distribusi dari saluran distribusi primer
 Memutuskan sehubungan antara saluran distribusi primer dengan
peralata utama gardu distribusi, bila pada sisi saluran distribusi
primer terjadi gangguan hubung singkat atau beban tidak seimbang.

Gambar24 Fuse Cut Out


4.2.3 Circuit Breaker (CB)

Circuit Breaker seperti halnya sekering adalah merupakan alat


proteksi, walaupun circuit breaker dilengkapi dengan fasilitas untuk
switching.

4.2.3.1 Rating dan Aplikasi

Dibandingkan dengan sekering, pemakaian circuit breaker lebih


bervariasi. Range circuit breaker dapat dikenal mulai dari type miniature
circuit breaker (MCB) yang banyak digunakan untuk rangkaian
penerangan sampai dengan yang kapasitasnya mega volt ampere pada
powerhouse. Untuk keperluan proteksi komersial dan industry lebih
banyak digunakan type Moulded Case Circuit Breaker (MCCB). Untuk
pemakaian proteksi sistem 3 phasa lebih baik menggunakan cicrcuit
breaker 3 phasa daripada menggunakan sekering, karena cicrcuit breaker
akan memberikan pemutusan secara simultan untuk 3 phasa dibandingkan
dengan sekering.

4.2.3.2 Klasifikasi Circuit Breaker

Sebagaimana sekering, fungsi proteksi circuit breaker adalah untuk


memproteksi beban lebih dan hubung singkat. Klasifikasi circuit breaker
ditentukan melalui triping action circuit breaker itu sendiri yaitu:

1) Thermal
2) Magnetic
3) Thermal-Magnetic
4) Solid state atau elektronik

 Thermal
Untuk keperluan triping type ini menggunakan bimetal yang dipanasi
melalui arus beban lebih karena bimetal mengambil waktu untuk
menaiikan panas, maka type circuit breaker ini mempunyai
karakteristik inverse time limit untuk proteksi. Waktu untuk trip
tergantung pada kondisi temperature ruang jadi sangat cocok untuk
proteksi kabel atau proteksi yang memerlukan kelambatan waktu
pemutusannya.
 Magnetic
Type ini arus beban yang lewat melalui kumparan elektrik magnetic
akan menarik inti jangkar dan secara mekanik akan melepaskan
pegangan circuit breaker dalam posisi “ON” (terjadi proses tripping).
Magnetic Circuit Breaker akan melengkapi trip segera (instantaneous)
terutama pada overload yang cukup beart (biasanya 10 kali arus beban
penuh) atau pada keadaan hubung singkat. Karena medan magnet
cukup kuat untuk menarik jangkar. Karena magnetic circuit breaker
type ini operasionalnya bebas dari pengaruh suhu ruang, maka
proteksi ini lebih cenderung untuk proteksi hubung singkat.
 Thermal Magnetic
Circuit breaker type ini dilengkapi dengan thermal elemen untuk
mendapatkan karakteristik dengan kelembatan waktu pemutusan (time
delay characteristic) dari fasilitas pengaruh temperature ruang.
Sedangkan action magnetic diperlukan untuk pemutusan segera. Bila
terjadi beban lebih, maka diperlukan waktu untuk memanasi elemen
bimetal (time delay). Dengan bebna lebih yang sangat besar atau
hubung singkat, maka elemen magnetic yang akan mempengaruhi
waktu tripping dan diatur 10 kali arus nominal untuk melengkapi
secara lengkap pemutusan instantaneous dengan interupping time
0,01.

Gambar 25 CB dengan minyak volume besar


Gambar26 Circuit Breaker yang dilengkapi dengan DS

4.2.4 Air Break Switch (ABS)

Air Break Switch (ABS) adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk
memisahkan bagian-bagian saluran jaringan tegangan menengah (JTM)
dan juga digunakan untuk menyalurkan daya. Alat pengaman ini biasanya
dipasang di sekitar gardu distribusi (ujung jaringan tegangan menengah

Gambar 27 Air Break Switch (ABS)


4.2.5 Disconecting Switch

Pemisah beban (DS) digunakan untuk memisahkan bagian dari


rangkaian tertentu dalam satu sistem dan hanya dapat diproses
(dioperasikan) pada beban nol. Untuk mencegah Disconecting Swicth,
maka digunakan interconnecting dengan disconnecting tertentu

Gambar 28 Disconnection Switch dan Penggeraknya


4.3 Pengaman Internal Trafo Distribusi

4.3.1 Relay Bucholtz

Prinsip kerja dari Relai bucholtz:

ila di dalam bejana transformator terjadi suatu gangguan, maka


minyak akan mengalami pemanasan lebih, sehingga gas akan terbentuk
didalam minyak itu. Terbentuknya gas dapat terjadi secara perlahan-lahan
atau pun secara cepat tergantung dari jenis gangguan yang terjadi apakah
gangguan kecil atau hubung singkat yang mengakibatkan mengalirnya
suatu arus hubung singkat yang besar. Pembentukan gas itu merupakan
alat untuk mendeteksi terjadinya gangguan didalam bejana transformator,
misalkan suatu gangguan kecil didalam trafo, sehingga terbentuk sejumlah
gas di dlaam minyak, pembentukan gas ini terjadi secara perlahan-lahan,
dan gas

gambar 29 relay buchloz

itu akan kelaur pada titik D, memasuki ruang Bucholtz, da akan


terperangkap dan terkumpul, hal ini akan mengakibatkan bekerjanya saklar
A1, dan alarm akan berbunyi.

4.3.2 Pengaman Tekanan Lebih

Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastic, tembaga atau
katup berpegas, berfungsi sebagaipengaman tangka trafo terhadap
kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangka yang akan pecah pada
tekanan tertentu dan kekuatannnya ebih rendah dari kekuatan tangka trafo.

4.3.3 Relay Tekanan Lebih

Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholtz, yakni


mengamankan terhadap gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya
bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan
P.M.T.

4.3.3 Relay Diferensial

Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara


lain flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan
tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda
kumparan.

Gambar 30 Proteksi Differensial yang terdapat pada Trafo Daya


(Hubungan Y-)

Gambar 31 Difrensial Relay


4.3.4 Relay Arus Lebih

Berfungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang


diperkenankan lewat dari trafo tersebut dna arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau ganggusn hubung singkat.

Gambar 32 Proteksi Arus Lebih

4.3.5 Relay Tangki tanah

Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat


antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan
pada trafo.

4.3.6 Relay Hubung Singkat

Berfungsi untuk mengamankan tarfo bila terjadi gangguan hubung


singkat satu fasa ke tanah.

4.3.7 Rele Termis

Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan


isolasi kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus
lebih. Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperature.
4.4 Isolator Gardu Distribusi
Isolator berfungsi memisahkan bagian yang bertegangan dan bagian
yang tidak bertegangan atau bagian yang berhubungan dengan bumi, misalnya
kawat penghantar dengan tiang listrik. Berdasarkan penggunaannya isolator
dapat dibagi atas:

4.4.1 Isolator tumpu

Digunakan untuk menopang atau menahan kawat penghantar pada


jaringan lurus.
4.4.2 Isolator Aspan
Bisanya digunakan pada jaringan distribusi primer dan jaringan
distribusi sekunder.
4.4.3 Isolator Tarik
Digunakan pada penopang tiang listrik sehingga bagian bawah
dari penopang tidak bertegangan bila bagian atas penopang
bertegangan.
4.4.4 Isolator Post
Digunakan pada gardu distribusi seperti bushing transformator
4.4.5 Isolator Spool
Digunakan pada table distribusi untuk memisahkan bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.

Anda mungkin juga menyukai