Anda di halaman 1dari 38

STUDI PEMAKAIAN NH FUSE PADA 3 SAMPEL GARDU

DISTRIBUSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DI PT. PLN


(PERSERO) UP3 FLORES BAGIAN TIMUR

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III Politeknik Negeri Kupang

OLEH

Agustina Irawanti
NIM 1823735021

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


DIPLOMA III
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2021
MOTTO

Kegagalan dan Kesalahan mengajari kita untuk mengambil


pelajaran dan menjadi lebih baik.

i
ABSTRAK

Dalam hal ini PT.PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Flores
Bagian Timur mengalami kendala dalam menyalurkan energi listrik. Untuk
kendala tersebut dikarenakan adanya gangguan yang terjadi pada sistem distribusi
yang diakibatkan oleh arus lebih yang mengakibatkan rusak atau putusnya NH
Fuse. Untuk hal ini menunjukan bahwa perlu adanya tindakan terhadap masalah
NH Fuse tersebut. Dimana untuk NH Fuse yang telah rusak atau putus tidak dapat
diperbaiki, melainkan diganti dengan NH Fuse yang baru, dimana salah satunya
adalah dengan memastikan pemakaian NH Fuse yang terpasang harus sesuai
dengan kapasitas beban pada trafo.
Untuk masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu besar kapasitas
beban tiap fasa dari 3 sampel gardu distribusi jaringan tegangan rendah sebelum
dan setelah penggantian NH-Fuse di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
Pelanggan Flores Bagian Timur dan besar rating NH-Fuse yang sesuai untuk
pembebanan gardu distribusi jaringan tegangan rendah di PT. PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pelayanan Pelanggan Flores Bagian Timur.
Untuk metode yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu, dimana dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data yang
diperoleh melalui dilokasi penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel,
grafik dan persentase kemudian dinarasikan.
Rating NH Fuse yang sesuai berdasarkan pemakaian arus pada beban tiap
fasa pada masing-masing gardu adalah sebagai berikut. Untuk gardu KA 126
sebesar A, gardu KA 148 sebesar A, dan gardu KA 006 sebesar A.

Kata Kunci: Gardu Distribusi, NH Fuse, dan Arus Beban


ABSTRACT

In this case PT. PLN (Persero) Customer Service Implementing Unit for
Eastern Flores experienced problems in distributing electrical energy. For these
problems, there were disturbances in the distribution system caused by
overcurrent which resulted in damage or breakage of the NH Fuse. This shows
that there is a need for action on the NH Fuse problem. Where for the NH Fuse
that has been damage or broken it cannot be repaired, but replaced with a new
NH Fuse, one of which is to ensure that the installed NH Fuse must match with
load capacity on transformer.
The problem that will be discussed in this study, namely the load capacity of
each phase of 3 samples of the low voltage network distribution substation before
and after the replacement of NH Fuse at PT. PLN (Persero) Customer Service
Implementation Unit for Eastern Flores and the appropriate NH Fuse rating for
loading low-voltage network distribution substations at PT. PLN (Persero)
Customer Service Implementation Unit for Eastern Flores.
The method that will be discussed in this study is a descriptive method,
which is done by describing the data obtained through the research location and
then presented in tabular form, graphs and percentages are then narrated.
The appropriate NH Fuse rating based on current usage at the load of each
phase at each substation is as follows. For KA 126 substations of A, KA 148
substations of A, and KA 006 substations of A.

Keywords: Distribution Substation, NH Fuse, and Load Current


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat memperoleh lindungan dan
bimbimngan-Nya selama menyelesaikan penulisan proposal tugas akhir ini
dengan baik. Dengan proposal tugas akhir yang berjudul “STUDI PEMAKAIAN
NH FUSE PADA 3 SAMPEL GARDU DISTRIBUSI JARINGAN TEGANGAN
RENDAH DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PELAYANAN
PELANGGAN FLORES BAGIAN TIMUR”
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan akademi dan untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma 3 jurusan teknik elektro program
studi teknik listrik.
Dalam menyelesaikan proposal tugas akhir ini, penulis banyak menghadapi
masalah dan kesulitan, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka
proposal tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena penulis
mengucapkan terimakasi kepada:
1) Ibu Nonce Farida Tuati SE, M, Si. Selaku direktur politek negeri kupang
2) Bapak Jemsrado Sine ST, M, Eng. Selaku ketua jurusan teknik listrik
3) Bapak Ir. Yustinus S.B Ada’, M. Kes Selaku dosen pembimbing I dalam
penulisan proposal tugas akhir.
4) Ibu Monalisa A. Malelak ST, MT. Selaku dosen pembimbing II dalam
penulisan proposal tugas akhir ini.
5) Orang tua dan keluarga yang telah memberi doa dan dukungan sepenuhnya
untuk penulis agar bisa menyelesaikan proposal tugas akhir ini.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan proposal tugas akhir ini masih
banyak kekurangan yang perlu untuk disempurnakan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun dari
kesempurnaan proposal tugas akhir ini.

Kupang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
1.5 Batasan Masalah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Peneliti Terdahulu 4
2.2 Gardu Distribusi 4
2.3 Pengertian Transformator 10
2.4 Jenis-Jenis Transformator 11
2.5 Pengertian Jenis-Jenis Transformator 11
2.6 Pembebanan Trafo 12
2.7 Keseimbangan Beban 13
2.8 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 16
2.9 Fungsi PHB-TR 16
2.10 NF-Fuse 17
BAB III METODE PENELITIAN 22
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 22
3.2 Alat dan Bahan 22
3.3 Metode Pengumpulan Data 22
3.4 Teknik Analisa Data 23
3.5 Diagram Alir 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 22

ii
BAB V PENUTUP 22
5.1 Kesimpulan 22
5.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 25

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Gardu Distribusi Tipe Portal dan Diagram Satu Garis 5
Gambar 2.3 Gardu Cantol 6
Gambar 2.4 Gardu Beton 7
Gambar 2.5 Gardu Kios 8
Gambar 2.6 Bagan Satu Garis Konfigurasi π Section Gardu Pelanggan Umum
9
Gambar 2.7 Bagan Satu Garis Pelanggan Khusus 10
Gambar 2.8 Transformator Step-Up 11
Gambar 2.9 Transformator Step- Down 12
Gambar 2.10 Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang 13
Gambar 2.11 Vektor Diagram Arus Tidak Seimbang 14
Gambar 2.12 Diagram Fasor Tegangan Daya Model Fasa Tunggal 15
Gambar 2.13 Fuse Base 17
Gambar 2.14 NH Fuse 18
Gambar 2.15 Puller NH Fuse 19
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 24

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian 22

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya
sarana dan prasarana yang mendukung seperti tersedianya tenaga listrik. Saat
ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik itu untuk kehidupan
setiap hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena
tenaga listrik mudah untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke dalam
bentuk tenaga yang lain. Untuk penyediaan tenaga listrik yang stabil dan
kontinyu merupakan suatu persyaratan yang mutlak yang dimana harus
dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik. Sistem tenaga listrik
merupakan sekumpulan pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu
sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan suatu
kesatuan interkoneksi. Sistem tenaga listrik dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu sistem pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi dan sistem distribusi.
Sistem transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat
pembangkit kepusat beban, sedangkan jaringan distribusi merupakan bagian
dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan. Sistem distribusi itu
sendiri dibedakan atas lima yaitu JTM (Jaringan Tegangan Menengah), JTR
(Jaringan tegangan rendah), transformator, GI (Gardu Induk) dan GD (Gardu
distribusi). Sistem proteksi merupakan sistem yang digunakan untuk
mengamankan peralatan listrik dari gangguan. Gangguan dalam sistem
kelistrikan meliputi gangguan internal dan eksternal. Untuk gangguan internal
meliputi arus bocor, beban lebih dan trafo overload.
Pada dasarnya PT.PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
Flores Bagian Timur mengalami kendala dalam menyalurkan energi listrik.
Untuk kendala tersebut dikarenakan adanya gangguan yang terjadi pada sistem
distribusi yang diakibatkan oleh arus lebih pada 3 sampel gardu distribusi
yaitu gardu KA 162, KA 148, dan KA 006. Alasan mengambil 3 sampel gardu
ini yaitu karena pada gardu-gardu tersebut sering mengalami gangguan
dimana salah satunya yaitu sering terjadi kerusakan yang disebabkan oleh arus
lebih yang dimana mengakibatkan rusak atau putusnya NH Fuse. Untuk hal ini

1
menunjukan bahwa perlu adanya tindakan terhadap masalah NH Fuse
tersebut. Dimana untuk NH Fuse yang telah rusak atau putus tidak dapat
diperbaiki, melainkan diganti dengan NH Fuse yang baru.
Untuk keadaan ini jika dibiarkan secara terus-menerus maka akan
menyebabkan terjadinya penurunan keandalan sistem distribusi dan kualitas
energi listrik pada pengoperasian sistem distribusi, maka diperlukan kualitas
dan tingkat keandalan yang baik, dimana salah satunya adalah dengan
memastikan pemakaian NH Fuse yang terpasang harus sesuai dengan
kapasitas beban pada trafo. Mengingat pentingnya NH Fuse bagi
transformator terhadap kondisi arus lebih disisi tegangan rendah, maka penulis
ingin melakukan penelitian dengan judul “Studi Pemakaian NH Fuse Pada 3
Sampel Gardu Distribusi Jaringan Tegangan Rendah DI PT. PLN
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Flores Bagian Timur”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, untuk rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Berapa besar kapasitas beban tiap fasa dari 3 sampel gardu distribusi
jaringan tegangan rendah sebelum dan setelah penggantian NH-Fuse di PT.
PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Flores Bagian Timur?
2. Berapa besar rating NH-Fuse yang sesuai untuk pembebanan gardu
distribusi jaringan tegangan rendah di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan Flores Bagian Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui besar kapasitas beban tiap fasa dari gardu distribusi
jaringan tegangan rendah sebelum dan setelah penggantian NH-Fuse pada 3
sampel gardu di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
Flores Bagian Timur.
2. Untuk mengetahui besarnya rating NH-Fuse yang sesuai untuk pembebanan
gardu distribusi jaringan tegangan rendah di PT. PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pelayanan Pelanggan Flores Bagian Timur.

2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penulisan Proposal Penelitian ini yaitu:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan serta cara dalam menentukan rating atau
KHA NH Fuse yang tepat untuk digunakan.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pengembangan penulisan dan
penelitian karya ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan studi pemakaian
NH Fuse.
3. Bagi Obyek Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan
rating NH Fuse yang tepat untuk digunakan.
4. Bagi Peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
sebagai acuan bagi peneliti lanjutan terutama dalam pembahasan tentang
perhitungan rating NH Fuse yang tepat untuk digunakan.
1.5 Batasan Masalah
Sesuai dengan judul proposal penelitian ini, maka penulis membatasi masalah
yaitu:
1. Hanya membahas cara menghitung besar kapasitas beban tiap fasa dari
gardu distribusi jaringan tegangan rendah, sebelum dan setelah
penggantian NH-fuse pada 3 sampel gardu distribusi, yaitu gardu KA 162,
KA 148, dan KA 006 di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
Pelanggan Flores Bagian Timur.
2 Hanya membahas cara menentukan besarnya rating NH-Fuse yang sesuai
untuk pembebanan gardu distribusi jaringan tegangan rendah di PT. PLN
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Flores Bagian Timur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peneliti Terdahulu


Menurut Chaerul Arifin, Bambang Satriyo Purwito dan Ahmad
Sholihuddin (2017). Gardu distribusi merupakan suatu tempat atau bangunan
instalasi yang di dalamnya terdapat alat-alat pemutus, penghubung, pengaman
dan transformator distribusi untuk mendistribusikan tenaga listrik sesuai
dengan kebutuhan tegangan konsumen.
Menurut Bimo Putra Prakoso dan Joko Dwi Santoso (2019). Gangguan
didalam PHB-TR lebih banyak disebabkan oleh NH Fuse yang putus, salah
satu penyebab putusnya NH Fuse adalah gangguan pada jaringan tegangan
rendah, misalnya pohon yang menimpa jaringan, layang-layang dan los
kontak pada jaringan tegangan rendah (JTR) sehingga menyebabkan
terjadinya beban lebih. Gangguan NH Fuse bila tidak cepat ditangani
tentunya akan menyebabkan banyak kerugian baik itu dari pihak pelanggan
maupun dari pihak PLN.
2.2 Gardu Distribusi
Gardu Distribusi merupakan suatu bangunan gardu listrik yang berisi atau
terdiri dari instalsi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-
TM), Transformator Distribusi dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para
pelanggan baik tegangan menengah 20 KV maupun tegangan rendah 220/380
Volt.
Konstruksi gardu distribusi dirancang berdasarkan optialisasi biaya
terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus
disesuaikan dengan peraturan pemda setempat.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
1. Menurut Jenis pemasangannya
Untuk jenis pemasangannya, gardu distribusi dibedakan menjadi dua
bagian yaitu:

4
1) Gardu Distribusi Pasangan Luar
Gardu distribusi pasangan luar merupakan gardu yang memiliki trafo
dan PHB terpasang pada tiang jaringan dengan kapasitas
transformator yang terbatas. Gardu distribusi pasangan luar juga
merupakan gardu yang dimana untuk seluruh komponennya
diletakan/ditempatkan diluar dengan kapasitas transformator kecil.
Gardu distribusi pasangan luar dipasok melalui jaringan saluran
udara. Untuk gardu distribusi pasangan luar terdiri dari dua tipe
yaitu:
a. Gardu Distribusi Tipe Portal
Gardu distribusi tipe portal merupakan gardu tiang tipe terbuka
(Outdoor) dengan kontruksi ditopang oleh dua tiang atau lebih.
Dudukan transformer diletakan minimal sekitar 3meter diatas
permukaan tanah. Karena trafo berada diatas dan semakin besar
daya trafo maka semakin berat trafo maka daya maksimal pada
gardu portal adalah 400 kVA. Gardu portal juga karena ditopang
oleh dua tiang atau lebih maka kapasitas trafo minimal adalah 160
kVA lebih besar dari kapasitas gardu cantol. Biasanya gardu tipe
ini disambungkan dengan saluran distribusi udara.
Gardu distribusi tipe portal dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Gardu Distribusi Tipe Portal dan Diagram Satu Garis
Sumber: Asis, M, (2013)

5
b. Gardu Distribusi Tipe Cantol
Pada gardu distribusi tipe cantol transformator dengan daya
kurang lebih 100 kVA tiga fasa ataupun 1 fasa. Untuk
transformator yang dipasang adalah jenis transformator CSP
(completety self protected transformator) yang peralatan
switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tengki
transformator. Untuk perlengkapan perlindungan transformator
tambahan yaitu LA (Lightining Arrester) dipasang terpisah
dengan penghantar pembumiannya yang dihubung langsung
dengan badan transformator.
Perlengkapan hubung bagi tegangan rendah maksimum jurusan
dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur
dengan tipe NH, NT sebagai pengaman jurusan.
Gardu distribusi tipe cantol dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Gardu Cantol


Sumber. Suswanto. 2019
2) Gardu Distribusi Pasangan Dalam
Gardu Distribusi Pasangan Dalam adalah gardu konstruksi beton
dengan kapasitas transformator besar, dipakai untuk daerah padat beban
tinggi dengan konstruksi instalasi yang berbeda dengan gardu pasangan
luar.

6
Gardu distribusi pasangan dalam terdiri dari dua tipe yaitu:
a. Gardu beton atau gardu tembok
Gardu beton adalah gardu distribusi tipe pasangan dalam, karna
pada umumnya seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator,
peralatan switching dan proteksi terangkai dalam bangunan sipil yang
dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi bangunan
pelindung yang terbuat dari beton (masonrywall build) dalam semua
peralatan pembangunan yang dirancang dan dipasang pada lokasi
sesuai dengan ukuran bangunan gardu.
Peralatan hubung bagi tegangan menengah (PHB-TM) pada gardu
beton berbentuk lemari yang disebut kubikel dan difungsikan sebagai
alat penghubung pemutus pada sisi tegangan menengah. Sedangkan
peralatan hubung bagi pada tegangan rendah (PHB-TR) berbentuk
rangka terbuka tanpa panel pelindung yang disebut rak TR dan
memiliki cabang jurusan yang akan menyalurkan tegangan listrik ke
jaringan tegangan rendah.
Untuk Gardu Beton Luas gardunya minimal 7x4 m dan kapasitas
trafo maksimum 2x630 kVA.
Gardu distribusi tipe cantol dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Gardu Beton


Sumber. Suswanto. 2019

7
b. Gardu Kios atau Gardu Metal Clad
Gardu kios merupakan gardu distribusi tenaga listrik yang
kontruksi pembuatannya terbuat dari bahan kontruksi baja, fiberglas
atau kombinasinya. Gardu ini dibangun dilokasi yang tidak
memungkinkan didirikannya gardu beton atau gardu tembok. Karena
sifatnya Mobilitas, maka kapasitas transformator yang terpasang
terbatas maksimum 400 kVA.
Gardu Kios dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Gardu Kios


Sumber. Abdul Kadir (2000)
2. Menurut Jenis Konstruksinya
Menurut jenis konstruksinya hanya terdapat satu gardu yaitu transformator
dan peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang
dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan
beton.
3. Menurut Jenis Penggunaannya
a. Gardu Pelanggan Umum
Umumnya konfigurasi peralatan gardu pelanggan umum adalah
π section, sama halnya seperti gardu tiang yang dicatu dari Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Karena keterbatasan lokasi dan
pertimbangan kehandalan yang dibutuhkan, bisa saja konfigurasi
gardu berupa T section dengan catu daya disuplai dari PHB-TM
gardu terdekat yang disebut dengan Gardu Antena.

8
Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari gardu pelanggan
umum biasa, maka gardu dipasok oleh Saluran Kabel Tegangan
Menengah (SKTM) lebih dari satu penyulang sehingga jumlah
saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakan secara otomatis
atau biasa disebut ACOS (automatic change over switch) atau secara
remote control.
Bagan Satu Garis Pelanggan Umum dapat dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Bagan Satu Garis Pelanggan Umum


Sumber. Abdul Kadir (2000)
b. Gardu Penggunaan Khusus
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga
listrik bagi pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama
peralatan hubung dan proteksi, gardu ini dilengkapi dengan alat-alat
ukur yang dipersyaratkan untuk pelanggan dengan daya lebih dari
197 kVA. Komponen utama gardu distribusi adalah peralatan
Perlengakapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM)
proteksi dan pengukuran tegangan menengah dan transformator
sebagai penurun tegangan yang berada pada sisi pelanggan
kepemilikan dan tanggung jawab PT. PLN (Persero). Pada umumnya
gardu pelanggan khusus ini dapat juga dilengkapi dengan
transformator untuk melayani pelanggan umum.

9
Bagan satu garis pelanggan khusus dapat dilihat pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Bagan Satu Garis Pelanggan Khusus


Sumber. Abdul Kadir (2000)
Keterangan:
TP : Pengaman Transformator
PMB : Pemutus Beban
PT : Trafo Tegangan
PMT : Pemutus Tenaga
SP : Sambungan Pelanggan
4. Gardu Hubung
Gardu Hubung atau disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu
yang umunya digunakan dalam sistem distribusi primer yang berfungsi
sebagai pembagi dan penghubung tegangan menengah dalam suatu sitem
penyaluran tenaga listrik.
Gardu Hubung merupakan tipe gardu distribusi pasangan dalam dengan
prinsip kerjanya sebagai gardu titik tengah yang menerima inputan dari
beberapa sumber tegangan dari penyulang Gardu Induk maupun sumber
lain. Tegangan disimpulkan pada rel atau busbar PHB untuk
ditransformasikan ke penyulang lain dan sebagai cadangan bila terjadi
gangguan atau pemeliharaan, agar tidak terjadi pemadaman total dalam
sistem tersebut.
2.3 Pengertian Transformator
Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk
memindahkan atau menyalurkan tenaga listrik tegangan menengah menjadi
tegangan rendah ataupun sebaliknya.

10
Transformator juga merupakan suatu alat magnet elektrik yang sederhana,
andal, dan evisien untuk mengubah tegangan arus bolak balik dari suatu
tingkat ke tingkat yang lain. Transformator berfungsi untuk
mentransformasikan daya (arus dan tegangan) sistem AC ke sistem arus dan
tegangan lain pada frekuensi yang sama menggunakan prinsip
elektromagnetik.
2.4 Jenis-Jenis Transformator
Adupun jenis-jenis dari transformator yaitu:
1. Transformator penaik tegangan (step-up)
2. Tranformator penurun tegangan (step down)
2.5 Pengertian Jenis-Jenis Transformator
1. Transformator Penaik tegangan (step-up)
Transformator penaik tegangan (Step-Up) adalah transformator yang
memiliki lilitan sekunder lebih banyak dari lilitan primer sehingga
berfungsi sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi
tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
Transformator Step-Up dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Transformator Step-Up


Sumber. Tondok, Y, P., Patras, L. S., & Lisi, F. (2009)
2. Transformator penurun tegangan (step-down )
Transformator penurun tegangan (Step-down) adalah transformator
yang memiliki lilitan sekunder lebih sedikit dari pada lilitan primer,
sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini
sangat mudah ditemui terutama dalam adaptor AC-DC.

11
Transformator Step-Down dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Transformator Step- Down


Sumber. Tondok, Y, P., Patras, L. S., & Lisi, F. (2009)
2.6 Pembebanan Trafo
Transformator distribusi merupakan alat yang memegang peran penting
dalam sistem distribusi. Transformator distribusi mengubah tegangan
menengah menjadi tegangan rendah, transformator distribusi yang umum
digunakan adalah transformator Step-Down 20 KV/400 KV tegangan fasa ke
fasa, sedangkan tegangan rendah adalah 220/380 V. Karena terjadi drop
tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat diatas 380 V, agar tegangan
pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380 V.
Menurut PT. PLN (Persero) transformator distribusi diusahakan agar tidak
dibebani lebih dari 80 % atau dibawah 40 %, jika melebihi atau kurang dari
nilai tersebut transformator bisa dikatakan overload, jadi diusahakan agar trafo
tidak dibebani keluar dari range tersebut. Bila beban trafo terlalu besar maka
dilakukan penggantian trafo atau penyisipan trafo.
Rumus berikut adalah untuk melihat besar kapasitas trafo yang ada.
Berikut rumus untuk menghitung kapasitas trafo:
KVA Beban = (IR× VR-N ) + (IS× VS-N) + (IT × VT-N )………………..…(2.1)
KVA Beban
% Presentese beban transformator = ×100 %..........................(2.2)
KVA Trafo

12
Keterangan:
% beban = Persentase Pembebanan Transformator (%)
IR = Arus Fasa R (A)
IS = Arus Daya Semu (VA)
IT = Arus fasa T (A)
VS = Tegangan Daya Semu (V)
VR = Tegangan Fasa R (V)
VT = Tegangan Fasa T (V)
2.7 Keseimbangan Beban
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang yaitu suatu keadaan dimana
ketiga vektor arus dari masing-masing fasa (R, S, dan T) mempunyai nilai
yang sama besar. Dan perbedaan sudut dari ketiga vektor fasa adalah masing-
masing berbeda 1200.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang yaitu keadaan
dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Ada
beberapa hal yang terjadi apabila mengalami keadaan tidak seimbang yaitu
Vektor arus pada fasa (R, S, dan T) mempunyai nilai yang sama besar tetapi
sudut antar fasa satu dengan yang lain tidak membentuk 120º.
Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang dapat dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang


Sumber. Sentosa, dkk. (2006)
Dari gambar diatas menunjukan bahwa vektor diagram arus dalam keadaan
seimbang, dimana disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya
yaitu IR, IS dan IT adalah arus nol sehingga tidak muncul dengan netral.

13
Vektor Diagram Arus Tidak Seimbang dapat dilihat pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Vektor Diagram Arus Tidak Seimbang


Sumber. Sentosa, dkk. (2006)
Dari gambar diatas menunjukan vektor diagram arus dalam keadaan tidak
seimbang, dimana disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya
(IN) adalah tidak sama dengan nol sehingga muncul suatu besaran yaitu arus
netral ini berpengaruh pada besar dan faktor ketidakseimbangannya. Dalam
sistem tenaga listrik 3 fasa ideal, arus netral adalah jumlah vektor dari arus
tiga fasa harus sama dengan nol dibawah kondisi operasi normal, beberapa
ketidakseimbangan fasa terjadi mengakibatkan arus netral kecil.
1. Penyaluran Dan Susut Daya Pada Keadaan Arus Seimbang
Misalkan daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan
penghantar Netral. Apabila pada penyaluran daya arus fasa dalam keadaan
seimbang, maka besar daya dapat diyatakan sebagai berikut:
P = 3.[V].[I].cos φ ......................................................................................(2.3)
Dimana:
P = Daya Pada Ujung Kirim
V = Tegangan Pada Ujung Kirim
cos φ = Faktor Daya
Daya yang sampai pada ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi
penyusutan dalam saluran. Punyusutan daya ini dapat diterangkan dengan
menggunakan diagram fasor tegangan saluran model fasa tunggal.

14
Diagram Fasor Tegangan Daya Model Fasa Tunggal dapat dilihat pada gambar
2.12

Gambar 2.12 Diagram Fasor Tegangan Daya Model Fasa Tunggal


Sumber. Liyanto (2015)
Model ini dibuat dengan asumsi arus pemusatan kapasitif pada saluran cukup
kecil sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian besarnya arus ujung kirim
sama dengan arus ujung terima. Besar daya pada ujung terima adalah:
P’ = 3. [V]. [I]. cos φ’.................................................................................. (2. 4)
Selisih antara P pada persamaan (2.3) dan P’ pada persamaan (2.4)
memberikan susut daya saluran, yaitu:
P1 = P- P’
= 3. [V]. [I]. cos φ – 3. [V]. [I]. cos
= 3. [ I ]. [V]. cos φ – [V]. cos
2. Ketidakseimbangan Beban
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi tidak
seimbang, besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b dan c
adalah sebagai berikut:
[IR] = a [I] .....................................................................................................(2.5)
[IS] = b [I] .....................................................................................................(2.6)
[IT] = c [I] .....................................................................................................(2.7)
Dengan IR, IS dan IT berturut adalah arus R, S dan T telah disebutkan diatas
bahwa faktor daya ketiga fasa dianggap sama walaupun besar arusnya berbeda-
beda. Dengan anggapan seperti ini besarnya daya yang disalurkan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
P = ( a + b + c). [V]. [I] .Cos φ .................................................................... (2.8)

15
Apabila persamaan (2.7) dan persamaan (2.8) menyatakan daya yang
besarnya sama, maka dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh
persyaratan koefisien a, b dan c adalah:
a + b + c = 3 ..................................................................................................(2.9)
Dengan anggapan yang sama, arus yang mengalir dipenghantar netral dapat
dinyatakan sebagai berikut:
IN = IR + IS + IT ............................................................................................(2.10)
Susut daya saluran adalah jumlah susut pada penghantar fasa dan
penghantar netral adalah=
Pl = { [IR2] + [ IS2] + [IT2]} . R + [IN2]. RN .................................................(2.11)
= ( a2 + b2 + c2) [ I]2 R + (a2 + b2 + c2 – ab –bc ) [IN]2........................... (2.12)
Dengan RN adalah tahanan penghantar netral.
2.8. Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR)
Papan hubung bagi tegangan ( PHB-TR) adalah suatu kombinasi dari satu
atau lebih perlengkapan hubung bagi tegangan rendah dengan peralatan
kontrol, peralatan ukur dan pengaman pengendali yang saling berhubungan,
keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan mekanis pada
bagian-bagian penyangganya. Secara umum papan hubung bagi tegangan
rendah (PHB-TR) sesuai SPLN 118-3-1-1996 untuk pemasangan dalam
adalah adalah jenis pemasangan terbuka.
Papan hubung bagi tegangan rendah (PHB-TR) jenis terbuka adalah suatu
rakitan papan hubung bagi (PHB) yang terdiri dari susunan penyangga
peralatan proteksi dan peralatan hubung bagi dengan seluruh bagian-bagian
yang bertegangan dan terpasang tanpa isolasi. Jumlah jurusan
pertransformator atau gardu distribusi sebanyak-banyaknya 8 jurusan,
disesuaikan dengan besar daya transformator dan kemampuan hantar arus
(KHA) penghantar jaringan tegangan rendah yang digunakan pada PHB-TR.
2.9 Fungsi PHB-TR
Fungsi PHB-TR yaitu sebagai penghubung dan pembagi atau sebagai
pendistribusian tenaga listrik dari output trafo sisi tegangan rendah ke rel
pembagi dan diteruskan menuju Jaringan Tegangan Rendah melalui kabel
jurusan yang dinamakan oleh NH Fuse pada jurusan masing-masing.

16
Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan (loses) saat ini
banyak unit PLN untuk tidak memfungsikan rangkaian pengukuran maupun
rangkaian kontrolnya. Untuk hal ini dimaksudkan agar tidak banyak lagi
energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun control yang dapat terbuang
untuk keperluan control dan pengukuran itu sendiri secara terus menerus.
2.10 Komponen-komponen pada PHB-TR
Suatu Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) mempunyai
beberapa komponen, yaitu:
1. Saklar Utama
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik dari
transformator (keluaran 220/380 V) ke peralatan listrik didalam PHB dan
kepelanggan.
2. Busbar/Rel
Berfungsi sebagai pembagi tenaga listrik yang dibuat sesuai dengan
kapasitas transformatornya. Busbar/Rel terbuat dari tembaga berlapis logam
anti karat. Penyambungan dan pemasangan rel busbar ini hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan mur baut. Pemboran lubang berulir pada
tembaga tidak dianjurkan. Untuk setiap sambungan busbar ini dilapisi dengan
timah dan perak.
1) Busbar Fasa: Merah (R), Kuning (S), Hitam (T)
2) Busbar Netral: Biru (N)
3. Fuse Base
Fuse Base adalah kedudukan dasar NH Fuse dimana untuk komponen ini
berbentuk jepitan dengan dua permukaan bidang kontak. Fuse Base berfungsi
untuk menjepit NH Fuse dan sebagai titik kontak penghubung antara busbar
dan saluran pambagi serta merupakan alat kontak yang terbuat dari tembaga.
Untuk nilai pengenal fuse base sekurang-kurangnya harus sama dengan arus
pengenal NH Fuse, dimana untuk Fuse Base yang dipasang tidak boleh
kurang dari arus pengenal NH Fuse.

17
Fuse Base dapat dilihat pada gambar 2.13

Gambar. 2.13 Fuse Base


Sumber. Izhar . 2014
4. NH Fuse
Menurut buku PLN 1 (2010) NH Fuse adalah komponen pengaman
kelistrikan yang berfungsi sebagai pengaman arus lebih dan hubung singkat,
dan biasa digunakan untuk tegangan menengah atau untuk pengaman arus
yang besar. NH Fuse sering digunakan sebagai pengaman untuk trafo pada
tiang listrik tegangan menengah.
Menurut buku PLN 1 (2010) didalam NH Fuse terdapat kawat lebur yang
berfungsi sebagai penghantar arus dan juga sebagai pengaman dari beban
lebih dan hubung singkat. Apabila terjadi arus lebih atau hubung singkat,
maka kawat lebur tersebut akan mengalami kenaikan suhu dan akan melebur
(putus), sehingga arus listrik yang melalui NH Fuse akan terputus. Apabila
kawat lebur sudah terputus maka fuse sudah tidak berfungsi dan harus
diganti.
NH Fuse dapat dilihat pada gambar 2.14

Gambar 2.14 NH Fuse


Sumber. Izhar . 2014

18
NH Fuse agar dapat terpasang pada dudukan NH Fuse atau Fuse Base maka
digunakan alat yang namanya Puller NH Fuse. Dimana Puller ini berfungsi
sebagai alat untuk memasang dan membuka NH Fuse pada Fuse Base atau
dudukan NH Fuse.
Untuk puller NH Fuse dapat dilihat pada gambar 2.15

Gambar 2.15 Puller NH Fuse


Sumber. Izhar . 2014
a. Prinsip Kerja NH Fuse
Prinsip kerja dari NH Fuse yaitu dimana NH Fuse bekerja berdasarkan
panas yang terjadi pada elemen lebur akibat arus yang mengalir pada elemen
pengaman lebur. Pada keadaan normal, arus yang mengalir pada elemen
leburnya lebih kecil dari arus nominal dari pelebur, maka suhu elemen lebur
konstan. Pada keadaan arus yang melebihi arus nominalnya, maka suhu
elemen peleburnya akan naik dengan cepat dan bila titik cairnya dicapai,
maka elemen leburnya akan terputus.
b. Karakteristik NH Fuse
NH Fuse adalah singkatan dari (N) yaitu Nieder Spannung yang artinya
Tegangan Rendah dan singkatan dari (H) yaitu Hoch Leistung yang artinya
arus besar. Maka, NH Fuse merupakan alat proteksi pada jaringan jaringan
tegangan rendah yang terpasang pada PHB-TR. NH Fuse berfungsi sebagai
pengaman lebur utama apabila terjadi beban lebih atau gangguan hubung
singkat antar fasa atau fasa ke bumi pada JTR (Jaringan Tegangan Rendah).
Pada NH Fuse diperoleh kawat lebur yang berguna untuk penghantar arus
dan juga sebgai proteksi beban lebih dan gangguan hubung singkat, dan juga
terdapat pasir kuarsa, dimana tujuannya agar pada waktu terjadi pemutusan

19
elemen lebur gas yang terjadi tidak terlalu banyak. Sehingga apabila
digunakan ditempat yang sempit tidak jadi masalah.
NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang berfungsi
sebagai pemutus atau pengaman terhadap arus lebih. NH Fuse digunakan
untuk tegangan rendah dengan arus besar. Dimana untuk NH Fuse itu sendiri
didefinisikan dari dua huruf yang didasarkan dari penggunaannya, yaitu gG
(general use) untuk melindungi sirkit dari beban lebih dan arus pendek.
Untuk standar rating NH Fuse nya yaitu 300 A. Untuk menghindari
kerusakan atau putusnya NH Fuse, maka sebelumnya harus menentukan
kelayakan rating NH Fuse yang harus dipasang sesuai dengan kapasitas
beban trafo. Dimana dalam menentukan rating NH Fuse yang sesuai dengan
kapasitas beban trafo, dapat melakukan perhitungan terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus berikut.
Berikut ini rumus untuk menghitung persamaan Arus NH Fuse untuk beban
Trafo:
P
In = ............................................................................................ (2.13)
√3 . V
Keterangan:
In = Arus Netral (A )
P = Kapasitas Transformator (VA)
V = Tegangan Fasa-Fasa (V)
√ 3 = 1,732
Arus tiap jurusan = In/ jumlah banyaknya jurusan ................................ (2.14)
KHA NH Fuse Dipilih = Arus Setiap Jurusan x 0,9................................(2.15)
Dimana Faktor kali 0,9 adalah faktor keamanan untuk beban trafo.
Misalnya perhitungan arus NH Fuse dengan kapasitas transfomator 400
kVA, ratio tegangan 20 kV/231–400 Volt dan jumlah tiap jurusan 4 jurusan.
Penyelesaian:
Diketahui:
Kapasitas Transformator = 400 kVA
Ratio tegangan = 20 kV/231– 400 Volt
Jumlah tiap jurusan = 4 jurusan

20
Dimana untuk kapasitas transformator = 400 kVA dibawakan ke VA=
400x1000 VA = 400.000 VA
Jadi, kapasitas transformator = 400.000 VA
Phase-Netral = 231 Volt
Fasa-fasa = 400 Volt
P
In =
√3 . V
400.000 VA
In =
√ 3 × 400V
400.000 VA
In =
692,82V
In = 577,35 A
Arus tiap jurusan = In/ jumlah banyaknya jurusan
Arus tiap jurusan = 577,35 /4
Arus tiap jurusan = 144, 33 A
Mencari nilai KHA (Kemampuan Hantar Arus) atau rating NH Fuse
KHA NH Fuse Dipilih = Arus Tiap Jurusan x 0,9
KHA NH Fuse Dipilih = 144,33 A x 0,9
KHA NH Fuse Dipilih = 129,89 A
Pada perhitungan rating NH Fuse dengan kapasitas transformator 400
kVA didapatkan nilai KHA NH Fuse sebesar 129,89 A. Karena tidak ada
rating NH Fuse yang sesuai dengan perhitungan, maka digunakan rating NH
Fuse yang mendekati nilai KHA NH Fuse yang didapat tersebut yaitu dengan
rating NH Fuse 125 A. Karena nilai kapasitas dari NH Fuse ini mendekati
nilai KHA NH Fuse yang didapat.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Adapun lokasi dan waktu penelitian sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian, penulis melakukan penelitian di PT. PLN
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Flores Bagian Timur
(FBT).
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan penulis untuk melakukan penelitian adalah
selama 3 bulan dengan perencanaan jadwal ditunjukan pada tabel 3.1
dibawah ini.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahun 2021
Agustus September Oktober
N Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
o
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Penelitian
5. Penyusunan TA
6. Ujian TA
7. Revisi & Penjilidan

3.2 Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Alat Ukur (Avometer dan Tang Ampere)
b. Alat K3 (Helm, Sarung Tangan, dan Sepatu)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Adapun beberapa metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun
Proposal Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

a. Metode Pustaka

22
Jenis metode pengambilan data dengan cara mengumpulkan materi
dari buku-buku referensi, skripsi, jurnal, majalah dan internet yang
mendukung atau berkaitan langsung dengan obyek yang diteliti.
b. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
dilapangan pada saat pekerjaan.
c. Metode Wawancara (Interview)
Jenis metode bentuk komunikasi secara lisan yang dilakukan oleh
pewawancara dan narasumber secara langsung untuk mengumpulkan
informasi.
3.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan proposal tugas akhir
ini adalah teknik analisa data deskriptif, yaitu dimana dilakukan dengan cara
mendeskripsikan data-data yang diperoleh melalui dilokasi penelitian
kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan persentase kemudian
dinarasikan.

3.5 Diagram Alir Penelitian

23
Diagram Alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 diagram blok.

Start

Persiapan

Studi Pustaka

Pengambilan data NH Fuse

Analisis Data Penggantian NH Fuse

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

25
BAB V
PENUTUP

5.1

26
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Chaerul, Bambang S. Purwito, dan Ahmad Sholihuddin, (2017). Studi


Analisa Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Beban Lebih
di PT. PLN (Persero) Area Kediri UPJ Rayon Srengat Blitar
Prakoso, B. & Santoso, J. D (2019). Rancangan Protype sistem Peringatan Dini
Gangguan Pembatas Arus Listrik Pada PHB-TR
Asis M, (2013). Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga
Listrik PT. PLN PUSAT. Jakarta Selatan
Daman Suswanto 2019. Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung
Tenaga Listrik. PT. PLN (Persero) Jakarta Selatan
Abdul Kadir 2000. Distribusi Dan Utilisasi Listrik Ketiga, Penerbit: Erlangga
Tondok, Y, P. Patras, L. S., & Lisi, F. (2009). Perencanaan Transformator
Distribusi 125 KVA Jurnal Teknik Elektro Dan Komputer, 8 (2), 83-92
Sentosa, dkk. 2006. Pengaruh Ketidakseimbangan Beban terhadap Arus Netral
Dan Losses Trafo Distribusi. Jurnal Teknik Elektro Vol.6.1 Surabaya
Universitas Kristen Petra
Liyanto (2015). Transmisi Daya Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya
Izhar. (2014). Studi Analisis Gangguan Perangkat Hubung Bagi Tegangan
Rendah dan Upaya Mengatasinya Di PLN Area Tanjung Priok. Energi &
kelistrikan, 9 (1), 15-19. Jurnal, R. T (2017)
PT. PLN PERSERO. 2010. Buku 1: Kriteria Desain Enjinering Konstruksi
Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta

27
STUDI PEMAKAIAN NH FUSE PADA 3 SAMPEL GARDU
DISTRIBUSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DI PT.PLN
(PERSERO) UP3 FLORES BAGIAN TIMUR

Nama Mahasiswa : Agustina Irawanti


NIM : 1823735021
Dosen Pembimbing : Ir. Yustinus S. B Ada’, M.Kes,
Monalisa A. Malelak, S.T, M.T,

RINGKASAN

Sistem transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat


pembangkit kepusat beban, sedangkan jaringan distribusi merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan. Sistem distribusi itu sendiri
dibedakan atas lima yaitu JTM (Jaringan Tegangan Menengah), JTR (Jaringan
tegangan rendah), transformator, GI (Gardu Induk) dan GD (Gardu distribusi).
Pada dasarnya PT. PLN (Persero) UP3 FBT mengalami kendala dalam
menyalurkan energi listrik. Untuk kendala tersebut dikarenakan adanya gangguan
yang terjadi pada sistem distribusi yang diakibatkan oleh arus lebih pada 3 sampel
gardu distribusi yaitu gardu KA 162, KA 148, dan KA 006. Alasan mengambil 3
sampel gardu ini yaitu karena pada gardu-gardu tersebut sering mengalami
gangguan dimana salah satunya yaitu sering terjadi kerusakan yang disebabkan
oleh arus lebih yang dimana mengakibatkan rusak atau putusnya NH Fuse. Untuk
hal ini menunjukan bahwa perlu adanya tindakan terhadap masalah NH Fuse
tersebut. Dimana untuk NH Fuse yang telah rusak atau putus tidak dapat
diperbaiki, melainkan diganti dengan NH Fuse yang baru. Untuk keadaan ini jika
dibiarkan secara terus-menerus maka akan menyebabkan terjadinya penurunan
keandalan sistem distribusi dan kualitas energi listrik pada pengoperasian sistem
distribusi, maka diperlukan kualitas dan tingkat keadalan yang baik, dimana salah
satunya adalah dengan memastikan pemakaian NH Fuse yang terpasang harus
sesuai dengan kapasitas beban pada trafo.

28
Pada kenyataannya adalah masalah yang akan dibahas yaitu berapa besar
kapasitas beban tiap fasa dari gardu distribusi jaringan tegangan rendah sebelum
dan setelah penggantian NH Fuse di PT. PLN UP3 FBT, dan berapa besar rating
NH Fuse yang sesuai untuk pembebanan gardu distribusi jaringan tegangan
rendah.
Untuk metode yang akan digunakan dalam menyusun proposal tugas akhir ini
adalah Metode pustaka yaitu, jenis metode pengambilan data dengan cara
mengumpulkan materi dari buku-buku referensi, skripsi, jurnal, majala dan
internet yang berkaitan dengan obyek yang diteliti, observasi yaitu pengumpulan
data dengan cara mengamati secara langsung dilapangan pada saat pekerjaan, dan
wawancara (interview) yaitu komunikasi secara lisan yang dilakukan oleh
pewawancara dan narasumber secara langsung untuk mengumpulkan informasi.

29

Anda mungkin juga menyukai