Dosen Pengajar:
Ir. Hamma S.T., M.T
NIP. 19571231 198803 1 010
Disusun Oleh:
Annisa
42120017
3A D4 TEKNIK LISTRIK
Tugas besar ini berisi tentang hal–hal yang berkaitan dengan model
konstruksi serta penataan, daripada komponen-komponen sistem distribusi .
Selain itu, pada tugas besar ini dibahas lagi secara mendalam mengenai
perencanaan bahan-bahan daripada konstruksi komponen distribusi, mulai dari
konstruksi tiang penyangga hingga konstruksi penghantar
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II TEORI DASAR.........................................................................................4
2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik...............................................................4
2.2 Gardu Distribusi........................................................................................5
2.3 Komponen Utama Konstruksi Gardu Distribusi.....................................12
2.4 Konstruksi Gardu Tiang..........................................................................22
2.5 Jaringan Tegangan Menengah.................................................................24
2.6 Jaringan Tegangan Rendah.....................................................................28
2.7 Pentanahan Sistem Distribusi..................................................................29
BAB III ACUAN PERANCANGAN..................................................................32
3.1 Acuan Perancangan................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................34
4.1 Perhitungan Perencanaan........................................................................34
4.2 Daftar Material........................................................................................43
4.3 Gambar Perancangan...............................................................................47
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................81
5.1 Kesimpulan..............................................................................................81
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
`
BAB I
PENDAHULUAN
5
`
6
`
7
`
BAB II
TEORI DASAR
8
`
9
`
10
`
3. Gardu beton
Gardu Tembok adalah gardu yang seluruh komponen instalasi ada dalam
sebuah bangunan sipil dari batu dan beton (seperti tembok). Kontuksi Bangunan
Gardu ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan terbaik bagi sistem keamanan
Ketenagalistrikan. Biasanya gardu ini difungsikan dengan saluran distribusi jenis
kabel atau SKTM. Berikut ciri gardu distribusi yaitu
Seluruh peralatan berada dalam bangunan beton
Luas gardu minimal 7 x 4 m2
Kapasitas trafo maksimum 2 x 630 kVA
11
`
12
`
13
`
Ns / Np = Ip / Is = Vs / Vp
Keterangan:
Ns = Lilitan sekunder transformator
Np = Lilitan primer transformator
Is = Arus sekunder transformator
Ip = Arus primer transformator
Vp = Tegangan primer transformator
Vs = Tegangan sekunder transformator
14
`
15
`
16
`
AAAC. Akibat dari tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
17
`
18
`
B. Isolator
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk
menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah
berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat
isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara
penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu
dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan
angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling
bersentuhan.
Isolator SUTR adalah suatu alat untuk mengisolasi kawat penghantar dengan
tiang dan traves. Isolator yang baik harus memiliki cirri-ciri, yaitu sudut dan
19
`
lekukkan yang licin dan tidak tajam, guna menghindari kerusakan kawat
penghantar akibat tekanan mekanis pada saat pemasangan. Disamping itu isolator
SUTR harus memenuhi persamaan mekanis, elektris, dan thermis, mempunyai
ketahanan terhadap tembusan dan loncatan arus rambat listrik. Juga tahanan
terhadap gaya mekanis, perubahan suhu, dan cuaca sesuai dengan keadaan kerja
setempat. Pada pemasangan SUTR pemakaian jenis isolator dibedakan sesuai
dengan lokasi berdiri tiang. Untuk tiang yang berdiri ditengahtengah jaringan
yang lurus digunakan isolator pasak type “RM”. Lokasi tiang yang berdiri pada
akhir atau ditikungan jaringan SUTR digunakan isolator pasak jenis Spool
Isolator dan Isolator pasak Type “A”, dan isolator line-post. Sedangkan untuk
tiang penegangan dipergunakan isolator gantung. Sebelum isolator dipasang pada
SUTR terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan secara visual mengenai bentuk
ukuran, dan keadaan isolator itu sendiri.Disamping itu isolator harus terbuat dari
bahan porselen yang diglasir, mempunyai kualitas isolator arus listrik tinggi, tidak
berlapis-lapis, tidak berlubang, dan tidak cacat.Bahan pin isolator harus diglavanis
sehingga tidak mudah berkarat. Pemasangan pin pada poros isolator harus lurus.
Pemasangan pin pada poros idolator dilakukan dengan coran timah hitam.
Dalam jaringan SUTM ini mempergunakan isolator jenis sangga dan isolator
suspension (isolator gantung). Di dalam pemasangan isolator suspension maupun
isolator sangga, diperiksa baut dan mur yang ada harus dikunci dengan kuat.
Isolator itu dipasang pada traves dengan mengunci mur dan baut yang terdapat
pada plat penegang. Di dalam memasang isolator suspension dilakukan setiap satu
persatuan unit. Setiap satu jaringan SUTM yang terdapat sambungan saluran
udara pada tiang, dibutuhkan senam unit isolator suspension dan satu isolator
sangga. Isolator sangga berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar yang
ditengah jaringan melintasi traves. Sebagai pengunci kawat penghantar
dibutuhkan enam buah klem penyambung yang terbuat dari bahan yang sama
dengan bahan penghantar. Pada traves diakhiri saluran SUTM dipakai tiga unit
isolator suspension.
1. Isolator Tumpu (Pin Insulator)
20
`
21
`
22
`
23
`
Gambar 2. 17 NH fuse
E. Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat
penghantar. Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu:
a. Sambungan lurus (Joint Sleeve Connector),
b. sambungan percabangan paralel (Groove Connector), dan
c. sambungan sementara yang bisa dibuka pasang (Live Line Connector) .
Joint Sleeve Connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk
sambungan penghantar pada posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor
yang digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pencabangan. Live Line
connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk pekerjaan dalam keadaan
bertegangan (PDKB).
Gambar 2. 18 Konektor
F. Transformator Distribusi Fasa 3
Pengertian Transformator Distribusi, Tujuan dari penggunaan transformator
distribusi adalah untuk menaikkan dan menurunkan tegangan utama dari sistem
24
`
2. Tiang besi
Tiang besi yang digunakan adalah jenis tiang yang terbuat dari pipa besi
yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.
Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih
diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan tiang beton. Pilihan utama
juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah
dibandingkan dengan tiang beton akibat wilayah tersebut belum ada pabrik beton.
Tabel 3 Spesifikasi tiang besi
3. Tiang beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan di seluruh PLN
Karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk
terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.
25
`
26
`
27
`
28
`
Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel
Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian
atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan
utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas
pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian
daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk
keamanan pada tegangan 20 kV. Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada
sistem distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus
tenaga dari transformator 25 penurun tegangan Gardu Induk atau transformator
penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga
peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20 kV
- 231/400V.
B. Konstruksi JTM
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi
termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini
terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang
digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar
telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan
penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait
dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus
dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan
atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. Termasuk 26 dalam
kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar yang
digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single
core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan
sentuh yangdipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan
temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.
29
`
30
`
31
`
32
`
33
`
Plastic strap
Joint sleeve
PressType( Al – Al ; Al – Cu)
Connector press type
Piercing Connector Type
Elektroda Pembumian
Penghantar Pembumian
Pipa galvanis
Turn buckle
Guy-wire insulator
Ground anchor set
Steel wire
Guy-Anchor
Collar bracket
Terminating thimble
U – clamp
Connector Block
2.7 Pentanahan Sistem Distribusi
A. Pentanahan Titik Netral
Besarnya tahanan pentanahan tidak boleh lebih dari 5 Ohm, bila belum
tercapai maka harus berusaha untuk mendapatkan hasil sesuai yang dikehendaki
(5 Ohm). Khusus untuk jaringan tegangan rendah yang berada dibawah jaringan
tegangan menengah, tanahan pentanahan igamb tidak boleh kurang dari 0.2 Ohm.
Khusus untuk grounding Arrester tidak dibenarkan sama sekali digabungkan
dengan peralatan lainnya. Grounding tersebut dari copper clad earting rod 2.23
meter atau pipa galvanized diameter 1.5 inchi dengan Panjang tidak boleh kurang
dari 3 meter. Copper clad earting rod atau pipa galvanized harus dipasang /
ditancapkan tegak lurus kedalam tanah hingga berada 0.3 meter dibawah
permukaan tanah. Copper clad earting rod dihubungkan ke peralatan yang
ditanahkan dengan menggunakan kawat BC 50 mm2. Semua sambungan kawat
BC dimasukkan 29 kedalam pipa igambard yang ditempelkan ke tiang.
34
`
35
`
Suatu igamb dapat dikatakan ditanahkan reatansi bila suatu impendansi yang
lebih induktif, disiipkan dalam titik netral trafo (generator) dengan tanah.
3. Pentanahan langsung (effective grounding) Pentanahan netral yang sederhana
dimana hubungan langsung dibuat antara netral dengan tanah. Jika tegangan
seimbang, juga kapasitasi fasa ke tanah sama, maka arus-arus kapasitansi fasa
tanah akanmenjadi sama dan saling berbeda fasa 1200 satu sama lainnya. Titik
netral dari impedansi adalah pada potensial tanah dan tidak ada arus yang
mengalir antara netral impedansi terhadap netral trafo tenaga.
4. Pentanahan melalui igamba yang impedansinya dapat berubah- ubah
(resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen Coil.
BAB III
ACUAN PERANCANGAN
36
`
37
`
38
`
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Daya Pelanggan
Daya yang digunakan pelanggan dihitung untuk menentukan kapasistas
trafo yang nantinya akan digunakan. Penggunaan daya pelanggan, di hitung
berdasarkan jumlah palanggan yang digolongkan menjadi dua golongan tarif daya
yaitu:
1. Golongan 900 VA = 70%, dari total konsumen
2. Golongan 1300 VA = 30%, dari total konsumen
Total konsumen dihitung berdasarkan jumlah tiang yang melayani konsumen
yang terhubung pada satu kelompok gardu portal. Di asumsikan, setiap 1 tiang
melayani 7 pelanggan. Maka, daya pelanggan unt setiap kelompok gardu portal
adalah:
1. Gardu portal A
Jumlah tiang yang dilayani gardu portal A adalah 44 tiang
a. Untuk pelanggan 900 VA:
¿ jumlah tiang x 7 x 70 % x 900VA
¿ 44 x 7 x 70 % x 900 VA
¿ 194,04 kVA
b. Untuk pelanggan 1300 VA:
¿ jumlah tiang x 7 x 30 % x 1300V
¿ 44 x 7 x 30 % x 1300VA
¿ 120,12 kVA
39
`
2. Gardu portal B
Jumlah tiang yang dilayani gardu portal B adalah 44 tiang
a. Untuk pelanggan 900 VA:
¿ jumlah tiang x 7 x 70 % x 900VA
¿ 44 x 7 x 70 % x 900 VA
¿ 194,04 kVA
b. Untuk pelanggan 1300 VA:
¿ jumlah tiang x 7 x 30 % x 1300V
¿ 44 x 7 x 30 % x 1300VA
¿ 120,12 kVA
c. Maka, total daya untuk gardu portal B
¿ 194.040+120.120
¿ 314,16 kVA
d. Daya ketika beban puncak
beban puncak=faktor keserempakan x total daya
beban puncak=0.4 x 314,16 kVA
beban puncak=125,6 kVA
B. Kapasitas Trafo
Berdasarkan peraturan manajemen trafo distribusi PLN, pembebanan
transformator distribusi maksimal adalah 80% dari beban penuhnya. Jadi, untuk
menentukan kapasitas trafo, dihitung pada kondisi 100% dengan total 80% adalah
hasil perhitungan beban puncak sebelumnya.
40
`
Maka kapasitas trafo yang digunakan pada masing-masing gardu portal adalah :
Tabel 7 Spesifikasi Trafo distribusi
beban puncak
Kapasitas Trafo100 %=
0.8
125.664 VA
Kapasitas Trafo100 %=
0.8
Berdasarkan gambar diatas trafo yang sesuai untuk digunakan pada Gardu
portal A adalah trafo dengan kapasitas 200 KVA.
2. Trafo gardu portal B
beban puncak
Kapasitas Trafo100 %=
0.8
125.664 VA
Kapasitas Trafo100 %=
0.8
Berdasarkan gambar diatas trafo yang sesuai untuk digunakan pada Gardu
Portal B adalah trafo dengan kapasitas 200KVA.
41
`
S
¿
V x √3
42
`
Maka, FCO yang sesuai digunakan pada Gardu portal A yaitu dengan
kapasitas arus pengenanl minimum 6,3 Amp.
D. Menentukan NH Fuse
Untuk menentukan NH fuse perlu diketahui arus nominal yang mengalir
dengan rumus.
S
I=
V x √3
Sehingga arus nominal masing-masing gardu dapat di tentukan:
1. Gardu portal A
200.000 200.000
I= =
380 x √ 3 658.18
I =303,8 Amp
2. Gardu Portal B
200.000 200.000
I= =
380 x √ 3 658.18
I =303,8 Amp
Arus Nominal
NH Fuse= x 0,9
jumlah jurusan
43
`
2. Gardu Portal B
303,8
NH Fuse= x 0,9
3
¿ 91,14
Maka NH Fuse yang digunakan untuk setiap jurusan berdasarkan tabel KHA
NH fuse adalah 100A.
44
`
S
I=
V x √3
Maka, luas penampang yang dapat digunakan berdasarkan tabel KHA kabel di
atas adalah 95 mm2.
2. Gardu Portal B
200.000 200.000
I= =
380 x √ 3 658.18
I =303,8 Amp ≈ 335 Amp
Maka, luas penampang yang dapat digunakan berdasarkan tabel KHA kabel
diatas adalah 95 mm2.
45
`
c) Jurusan 3
panjang penghantar=18 x 42
panjang penghantar=756 m
b. Gardu Portal B
a) Jurusan 1
panjang penghantar = jumlah gawang x 42
panjang penghantar=15 x 42
panjang penghantar=630 m
b) Jurusan 2
panjang penghantar=13 x 42
panjang penghantar=546 m
46
`
c) Jurusan 3
panjang penghantar=18 x 42
panjang penghantar =756 m
47
`
48
`
49
`
50
`
51
`
52
`
53
`
54
`
55
`
56
`
57
`
58
`
59
`
60
`
61
`
62
`
63
`
64
`
65
`
66
`
67
`
68
`
69
`
70
`
71
`
72
`
73
`
74
`
75
`
76
`
77
`
78
`
79
`
80
`
81
`
82
`
83
`
84
`
85
`
86
`
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perancangan proyek distribusi, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik, pada umumnya menggunakan tegangan menengah dan
tegangan rendah, melalui JTM dan JTR, dimana tegangan menengah (20 KV) diturunkan menjadi
tegan rendah (220/380 V) melalui gardu distribusi.
2. Penentuan jenis konstruksi yang dipilih untuk setiap tiang, Sangat dipengaruhi oleh besarnya sudut
yang terbentuk dari jaringan, dimana dibutuhkan metode untuk memikul beban mekanik yang timbul
serta mempertahankan posisi tiang selalu tegak lurus sehingga lendutan yang terjadi tetap memenuhi
standar.
3. Setelah menyelesaikan tugas ini, mahasiswa dapat merancang, melaksanakan, dan mengawasi proyek
kelistrikan, khususnya jaringan distribusi tegangan rendah berdasarkan PUIL dan standard konstruksi
PLN
87
48