disusun oleh:
Balqis Nabila Sanusi
2000424
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan Irigasi dan
Bangunan Air sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Dr. Sudjani, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Struktur Baja II yang telah membimbing penulis dalam penulisan laporan
ini. Selain itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam dalam memudahkan proses pembuatan makalah.
Penulis menyadari dalam laporan ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh
karena itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis nantikan
untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
ii
3.3 Mencari Besarnya Gaya – Gaya Dalam..................................................17
3.5 Balok.......................................................................................................17
3.6 Kolom......................................................................................................19
BAB V PENUTUP.................................................................................................50
5.1 Kesimpulan..............................................................................................50
5.2 Saran........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dasar Perencanaan
Baja adalah bahan komoditas tinggi terdiri dari Fe dalam bentuk kristal
dan karbon. Besarnya unsur karbon adalah 1,6%. Pembuatan baja dilakukan
dengan pembersihan dalam temperatur tinggi. Baja berasal dari biji-biji besi
yang telah melalui proses pengolahan di tempa untuk berbaga keperluan. Besi
murni adalah suatu logam putih kebiruan, selunak timah hitam dan dapat
dipotong dengan pisau. Baja juga mengandung zat arang (C), silikon (Si),
mangan (Mn), pospor (P), dan belerang (S). Sifat baja adalah memiliki
ketangguhan yang besar dan sebagian besar tergantung pada cara pengolahan
dan campurannya. Titik lelehnya sekitar 1460ºC-1520ºC, berat jenisnya
sekitar 7,85 dan angka pengembangannya tiap 1oC.
Baja berasal dari bijih besi yang telah melalui proses pemanasan dan
tempaan. Bijih – Bijih ini mengan terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut :
a. Karbon (c) adalah komponen utama dari baja yang sangat menentukan
sifat baja.
b. Mangan (mn) adalah unsur baja yang menaikan kekuatan dan kekerasan
baja.
c. Silicon (si) merupakan unsur baja yang meningklatkan tegangan leleh,
namun bisa menyebabkan kegetasan jika kadarnya terlalu tinggi.
d. Pospor (P) dan Sulfur (S) adalah unsur yang bisa menaikan kegetasan
sesuai dengan peningkatan kadarnya.
Baja yang sering dipakai untuk bahan struktur konstruksi adalah baja
karbon (carbon steel) dengan kuat tarik sekitar 400 MPa, dan high strength
steel yang mempunyai kakuatan tarik antara 500 MPa sampai dengan 1000
MPa. Untuk baja yang berkekuatan 500 – 600 MPa dibuat dengan
menambahkan secara cermat alloy kedalam baja, sedang untu yang
berkekuatan > 600 MPa selain ditambahkan alloy secara tepat juga
diperlakuakn dengan perlakuan panas (heat treatment). Baja bangunan
dikerjakan menurut cara-cara kerja sebagai berikut :
a. proses-konvertor asam (Bessemer);
10
Mutu Bahan
Untuk balok yang menggunakan bahan baja, maka pemilihan profil baja
yang pada umumnya menggunakan profil baja berbadan lebar, profil baja WF
(‘wide flange’) dilakukan dengan rumus:
M M maksimum
σ= atau W x =
WX σa
di mana :
Wx = momen tahanan profil baja (lihat Tabel Profil)
σa = tegangan ijin baja
Mutu profil baja yang digunakan kolom pada bagian bawah bangunan
lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada kolom bangunan
bagian atas.Profil kolom baja (khususnya untuk kolom dengan bentuk pipa
atau tabung 6 segi empat) pada bagian bawah bangunan lebih tebal
dibandingkan dengan yang digunakan kolom bangunan bagian atas.
Kekuatan Struktur
Pembebanan yang diperhitungkan dalam desain bangunan meliputi beban
mati, beban hidup dan beban sementara seperti angin, gempa , tekanan tanah,
beban dinamis ( beban hidup, beban sementara) perlu diaspadai efek getaran
yang ditimbulkan, jangan sampai amplitudo getaran berbahaya bagi
konstruksi.
Beban mati adalah beban yang berkaitan dengan berat sendiri dari elemen-
elemen konstruksi bangunan seperti lantai, balok , gelegar, dinding,atap,
kolom, partisi dan bagian-bagian bangunan lainnya yang diperkirakan
mempengaruhi kekuatan struktur.
Beban hidup, adalah beban bergerak yang harus dipikul oleh elemen
struktur sesuai dengan kebutuhan, seperti beban orang pada waktu
pelaksanaan pemasangan konstruksi, beban orang yang diperhitungkan pada
lantai pada bangunan bertingkat, movable partitions ruangan, peralatan dan
mesin produksi yang perlu dipindahkan, furniture dan lain-lainnya. Seperti
disebutkan dalam American National Standard Institut (ANSI), beban hidup
untuk ruang kelas sekolah, apartemen adalah sebesar 40 lb/ft2 atau 1600
M/Pa, beban hidup untuk perkantoran sebesar 50 lb/ft2 atau 2400 MPa. Beban
angin, sesuai dengan teori Bernoulli, dihitung sebesar q=1/2pV2.
Tegangan kerja dalam teori elastis baja adalah merupakan unit tegangan
yang terjadi pada elemen baja akibat gaya atau momen yang dipikul. Gaya
atau momen tersebut terjadi karena beban atau muatan pada struktur baja.
Pada kenyataannya, setiap elemen dari struktur baja harus mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh standar atau peraturan yang mengatur tentang
batasan-batasan yang diizinkan untuk setiap penggunaan baja, sesuai dengan
12
Metode Perhitungan
Metode ASD (Allowable Stress Design) dalam struktur baja telah cukup
lama digunakan, naming beberapa tahun terakhir metode dasain dalam
struktur baja mulai beralih ke metode lain yang lebih rasional, yakni metode
LRFD (Load Resistance and Factor Design). Metode ini didasarkan pada ilmu
probabilitas, sehingga dapat mengamtisipasi segala ketidakpastian dari
material maupun beban.
Oleh karena itu, metode LRFD ini dianggap cukup andal. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1987) telah diganti dengan
Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-
2002 yang berbasis pada metode LRFD.
Sistem perencanaan ASD lebih mengarah kepada Safety Faktor dalam
tegangan. Dari hubungan Tegangan Regangan dapat dilihat maka tegangan
izin yang dipergunakan untuk perencanaan (Design) dengan metode ASD =
2/3 bagian dari tegangan leleh yang terjadi.
Sistem dengan Metode LRFD, dipergunakan tegangan Leleh dengan
memberikan coefficient Factor pada pembebanan dan pada kekuatan bahan
(Strength of Material) antara lain kekuatan memikul Lentur, kekuatan
memikul geser, dan kekuatan memikul aksial yang tergantung dari bentuk
materialnya. Juga akibat perngaruh coificient pembebanan. Dengan kedua
factor tersebut tentunya ketelitian perencanaan akan lebih accurate dibanding
dengan cara metode elastis (ASD).
Faktor Tahanan
Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode
LRFD, ditentukan dalam SNI 03-1729-2002 sebagai berikut ;
a. Komponen struktur yang memikul lentur Φ = 0,90 b.
b. Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial Φ = 0,85
c. Komponen struktur yang memikul gaya Tarik
Terhadap kuat tarik leleh Φ = 0,90
Terhadap kuat tarik fraktur Φ = 0,75
d. Komponen struktur yang memikul gaya aksial dan lentur Φ = 0,90
e. Komponen struktur komposit
Kuat tekan Φ = 0,85
15
Analisis Atap
Perencanaan Atap Gable
Perencanaan desain serta perhitungan struktur portal baja pada
pembangunan PT. C.G.N ini, mengunakan atap tipe pelana karena
hanya mempunyai dua bidang mirip atap yang tepi atasnya bertemu pada
satu garis lurus yang disebut bubungan. Sebagai bahan penutup atap
dipilih zincalume dengan berat penutup atap 10 kg/m2 berdasarkan
PPPURG 1987 (Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung 1987).
Untuk memperoleh bentuk atap yang diinginkan, dipilih konstruksi
atap portal gable (single beam) karena pemakaian single beam untuk
konstruksi atap lebih ekonomis dibandingkan dengan pemakaian rangka
kuda-kuda yang membutuhkan lebih banyak material baja.
Dimensi Gording
Penentuan dimensi gording dilakukan dengan cara coba-coba dengan
melihat tabel profil baja. Gording yang dierencakan harus mampu memikul
beban yang direncanakan. Dalam merencanakan gording harus efektif dan
efesien.
Fungsi gording yaitu untuk menahan beban yan bekerja di atasnya lalu
menyalurkan beban tersebut kepada konstruksi kuda-kuda.
Gording ditempatkan tegak lurus bidang penutup atap dan beban mati Px
bekerja vertical, P diuraikan pada sumbu X dan sumbu Y, sehingga diperoleh:
Px1 = q . sin α
Py1 = q . cos α
Gording diletakkan di atas beberapa tumpuan (kuda-kuda), sehingga
merupakan balok menerus di atas beberapa tumpuan dengan reduksi momen
lentur maksimum adalah 80 %.
trackstang yaitu beban-beban yang sejajar bidang atap (sumbu x), maka
gaya yang bekerja adalah gaya tarik Gx dan Px
2. Dimensi Ikatan Angin
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal ( axial ) tarik saja.
Adapun cara kerjanya adalah apabila salah satu ikatan angin bekerja
sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak menahan gaya apa – apa.
Sebaliknya apabila arah angin berubah, maka secara bergantian batang
tersebut bekerja sebagai batang tarik.
3. Dimensi Batang dan balok
Dalam mendimensi batang dan abalok tentu harus menganalisis dulu
beban pada balok tersebut. Seperti halnya pada perencanaan gording
dalam mendimensi balok pun harus efeltik dan efisien. Dengan cara
mencoba-coba dengan pendekatan beban yang ada.
Balok
1. Perencanaan Struktur Balok
19
Dimana :
h = Tinggi balok
b = lebar sayap
tb = tebal badan
ts = tebal sayap
L = jarak antara dua titik dimana tepi tertekan dari balok itu ditahan
terhadap kemungkinan terjadi.
Menghitung kelangsingan angka kelangsingan λ
Lk
λ= → syarat berubah bentuk ω × σ KIP ≤ σ I
iy
2 2
π E π E
σ KIP = =
( )
2 2
λy I
Iy
Syarat kontrol tegangan, θ ambil = 1 (PPBBI)
N nx Mx
1) ω max ¿ + 0,85× θ × × ≤σ
A nx−1 Wx
N θ∗Mx
2) + ≤σ
A Wx
Jika λx > λy maka menekuk terhadap sumbu – x dan karena sumbu tekuk =
sumbu lentur maka perlu faktor amplikasi nx (buka PPBBI hal 37)
σ EX × A
nx=
N
Kontrol tegangan lentur
20
M max
σ= ≤σ
Wx
Kontrol Terhadap gaya geser
D × Sx
τ=
t b × Ix
τ ≤ τ =0,6 σ
Kontrol terhadap lendutan
5 q ×l 4
fx= ×
384 E × lx
Dimana,
1
f maks= ×L
250
Kolom
1. Perencanaan Struktur Kolom
- Batasan parameter kelangsingan batang tekan harus memenuhi
persamaan yang ditentukan.
- Cek kelangsingan penampang.
- Kolom aharus aman terhadap kuat tekan
2. Dasar Perhitungan
Batasan parameter kelangsingan batang tekan harus memenuhi persamaan
berikut :
L
r min ≥
250
Mencari luas bruto minimum :
Pu∗ω
min Ag= ; dimana ϕ = 0,85
ϕ∗fy
Nilai ω berdasarkan nilai λ :
1
λc= ×
Lk fy
π rmin E √
Jika λc ≥ 1,2 maka nilai ω = 1,25 λc2
Kontrol penampang :
1. Chek kelangsingan penampang
a) Pelat sayap
b 170
λ< λp λ< λp=
2 tf √ fy
b) Pelat badan
h 1680
λ< λp λ=
tb √ fy
2. Kuat tekan rencana kolom, ØPn
∅ Pn=0,85 × Ag× Fy
Pu
≤ 0,2
∅ Pn
Pu Mux
+ ≤ 1,0
2 ∅ Pn ∅ bMnx
3. Kuat lentur rencana kolom, ØMnx
Mnx = Fy × Wx
4. Rasio Tegangan Total
Pu Mux
+ ≤ 1,0
2 ∅ Pn ∅ bMnx
Perhitungan Sambungan
a. Sambungan-sambungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga momen
plastis yang direncanakan dapat terjadi.
b. Sambungan –sambungan harus direncanakan demikian rupa sehingga di
sendi-sendi plastis dapat terjadi putaran yang cukup.
22
Data Perhitungan
1,891 m
1,891 m
L = 24 m
Gambar 6. Gambar Jarak Gording
B. Menghitung Dimensi Gording
Untuk dimensi gording dicoba dengan menggunakan profil baja
kanal C-12. Diperoleh data-data dari tabel profil konstruksi baja
sebagai berikut:
F = 17,0 cm2
g = 13,4 kg/m
Ix = 364 cm4
Iy = 43,2 cm4
Wx = 60,7 cm3
Wy = 11,1 cm3
a. Beban Mati
- Berat gording (q)
g1 = 13,4 kg/m
- Berat penutup atap
Berat zincalume sebesar 4,86 kg/m2, maka dijadikan beban merata.
g2 = jarak gording . berat sendiri atap
= 1,891 m . 4,86 kg/m2
= 9,190 kg/m
- Berat Sambungan
g3 = 10% . berat gording
= 10% . 13,4 kg/m
= 1,34 kg/m
Berat Mati = g1 + g2 + g3
Σg = 13,4 + 9,190 + 1,34
= 23,93 kg/m
Gambar 7. Gaya Kerja Gording Beban Mati
Gording diletakkan tegak lurus dengan bidang penutup atap,
sedangkan beban mati (g) bekerja pada arah vertikal, maka beban
harus diuraikan menjadi sebagai berikut:
gx = q . sin α = 23,93. Sin 25° = 10,05 kg/m
gy = q . cos α = 23,93. Cos 25° = 21,53 kg/m
Mmaks = 0,80 . (⅛. g. l2)
b. Beban Hidup
Beban hidup (P) diambil sebesar 100 kg (berdasarkan PPPURG
1987) sebagai beban terpusat, misalnya beban yang diakibatkan oleh
pekerja dengan seperangkat perkakasnya dan bekerja di tengah-tengah
bentang gording.
Gambar 8. Gaya Kerja Gording Beban Hidup
c. Beban Angin
Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap. Tekanan
angin bergantung pada bentuk dan tinggi konstruksi, kemiringan atap,
serta lokasi bangunan yang akan dibangun.
- Kemiringan atap = 25°
- Jarak gording (a) = 1,891 m
- Beban angin kiri (q1) = 80 kg/m2
- Beban angin kanan (q2) = 50 kg/m2
- Koefisien angin tekan (c)
Ct = (0,02 . ) - 0,4
= (0,02 . 25) -0,4
= 0,1
- Koefisien angin hisap (c’)
Ch = - 0,4
Kombinasi Pembebanan :
Akibat beban tetap
Mx = Mx1 + Mx2 = 25,125 + 42,262 = 67,387 kg.m
My = My1 + My2 = 53,825 + 90,631 = 144,456 kg.m
Akibat beban angin
Mx = Mx1 + Mx2 + Mx3 = 25,125 + 42,262 + 0 = 67,387 kg.m
My = My1 + My2 + My3 = 53,825 + 90,631 + 37,82= 182,276 kg.m
Akiban beban air hujan
Mx = Mx1 + Mx2 + Mx3 + Mx4 = 25,125 + 42,262 + 0 + 39,71
= 107,097 kg.m
My = My1 + My2 + My3 + My4 = 53,825 + 90,631 + 37,82 + 85,095
= 267,371 kg.m
e. Kontrol Tegangan
Catatan : Kalau > σ , dimensi gording diperbesar.
Diketahui
Wx = 60,7 cm3
Wy = 11,1 cm3
f. Kontrol Lendutan
¿ 1
Syarat lendutan ( f ) = 180 . L
¿
f = 1 . 500= 2,77 cm
180
Ix = 364 cm4
Iy = 43,2 cm4
Akibat beban mati
gx = 10,05 kg/m = 0,1005 kg/cm
gy = 21,53 kg/m = 0,2153 kg/cm
¿
f x 1=5 ⋅ g x ⋅¿ ¿ ≤ f
= 0,9015cm = 2,77 cm OK!
¿
f y 1=5 ⋅g y ⋅ ¿¿ ≤ f
= 0,229cm = 2,77 cm OK!
Akibat beban hidup
Px = 42,262 kg
Py = 90,631 kg
¿
f x 2=Px ⋅ ¿ ¿ ≤ f
= 0,143cm = 2,77 cm OK!
¿
f y 2=Py ⋅¿ ¿ ≤ f
= 0,308 cm = 2,77 cm OK!
Akibat angin
Wx = 0 kg/m = 0 kg/cm
Wy = 15,128 kg/m = 0,15128 kg/cm
f x 3=5 ⋅ Wx ⋅¿ ¿= 0
¿
f y 3=5 ⋅Wy ⋅¿ ¿ ≤ f
= 0,161cm = 2,77 cm OK!
Kontrol :
¿
fxtotal = (fx1 + fx2 + fx 3) < f
= (0,9015 + 0,1439 + 0) < 2,77 cm
= 1,0454 cm < 2,77 cm ……….OK!
¿
fytotal = (fy1 + fy2 + fy3) < f
= (0,229 + 0,3087 + 0,161) < 2,77 cm
= 0,6987 cm < 2,77 cm ……….OK!
f = √ fx + fy
¿
2 2
< f
=√ 1,04542 +0,6987 < 2,77 cm
= 1,257 cm < 2,77 cm ……….OK!
Dimensi profil yang digunakan yaitu baja kanal C-12 (aman)
P N 716,67
≤ σ̄ →
= Fn Fn = σ = 1600 = 0,447 cm2
Fbr = 125% . Fn = 1,25 . 0,447 = 0,558 cm2
Fbr = ¼ . . d2
d=
√ 4. Fbr
π
=
√
4 . 0,558
3,14
= 0,843 cm = diambil 0,8 cm = 8 mm
P 671,52 kg 2
Kontrol : σ = = =1502,281 2 <1600 kg cm …….OK!
Fn 0,447 cm
2. Perhitungan Ikatan Angin Kanan
P angin kanan x Luas Kuda−Kuda 50 . 67,152
P= = =419,7 kg
banyak gording(n) 8
N dicari dengan syarat keseimbangan P = Gaya Tekan Angin
Panjang miring atap 1,891
Tan = = =0,37
jarak antar portal 5
β=arctan 0,37=20,304 °
H = 0 →Nx = P→ N . Cos = P
P 419,7 kg
N = Cos β = cos 20,304 ° = 447,918 kg
P N 447,918
≤ σ̄ →
= Fn Fn = σ = 1600 = 0,2799 cm2
Fbr = 125% . Fn = 1,25 . 0,2799 = 0,349 cm2
Fbr = ¼ . . d2
d=
√ 4. Fbr
π
=
√
4 . 0, 349
3,14
= 0,666 cm = diambil 0,8 cm = 8 mm
P 419,7 kg 2
Kontrol : σ = = =1499,464 2 <1600 kg cm …….OK!
Fn 0,2799 cm
P P P
P P P P
P P
P/2 P P P/2
3
b 5,596
c
2 = 25o 4 m
a d 8m
1 5
24
m
Gambar 13. Beban yang bekerja pada portal
Sebelum mendimensi portal gable, hal terpenting yang pertama
dilakukan adalah mengidentifikasi beban yang bekerja pada
konstruksi. Beban tersebut nantinya akan menentukan ekonomis atau
tidaknya suatu dimensi portal. Distribusi pembebanan pada atap
adalah:
Data-data yang diperlukan:
a. Jarak antar portal (L) = 5 m
b. Bentang kuda-kuda = 24 m
c. Kemiringan atap = 25°
d. Jarak gording = 1,891 m
e. Dimensi kuda-kuda (dicoba) = IWF 450x300x10x15
f. Berat sendiri penutup atap (g2) = 4,86 kg/m²
g. Beban hidup (P) = 100 kg
h. Beban angin (W) = 80 kg/m2 ( kiri) dan 50 kg/m2 ( kanan)
Pembebanan pada balok gable akibat beban-beban yang dipikul oleh
gording dengan bentang 3 m :
a. Akibat beban mati
Berat sendiri penutup atap
P = Berat penutup atap . jarak gording . L
=4,86 . 1,891 . 5
= 45,951 kg
Berat sendiri gording
P = berat gording (canal-12) . L
= 13,4 . 5
= 67 kg
Berat kuda kuda
P = berat IWF(450x300x10x15) . jarak gording
P = 124 . 1,891
= 234,484 kg
Berat sendiri branching (25% berat kuda kuda)
P = 25% x P kuda-kuda
= 0,25 x 234,484 kg
= 58,621 kg
Total beban mati
Ptot = 45,951 + 67+ 234,484 + 58,621 = 406,056 kg
½ Ptot = ½ (406,056) = 203,028 kg
Akibat beban hidup
P = 100 kg
½ P = 50 kg
Didapat berat total akibat beban mati (P) dan (½P) yang
dijadikan sebagai beban yang dipikul oleh gording.
B. Perhitungan Momen
Perhitungan momen dihitung dengan menggunakan SAP 2000
dimana untuk kombinasi pembebanannya yaitu ;
- Kombinasi 1 ( 1,2 DL + 1,6 LL )
- Kombinasi 2 ( 1,2 DL + 0,5 LL + 0,8 WL )
Sebagaimana hasil output SAP yang terdapat dalam tabel
dibawah ini.
Momen Elastis
No Batang Gaya batang Maksimum
Kombinasi 1 Kombinasi 2 kanan Kombinasi 2 kiri
1 30874.92 27912.81 28873.76 30874.92
2 33311.63 29770.4 30581.33 33311.63
3 33321.28 30201.4 31266.11 33321.28
4 30865.27 27481.82 28188.97 30865.27
Gaya Lintang
No Batang Gaya batang Maksimum
Kombinasi 1 Kombinasi 2 kanan Kombinasi 2 kiri
1 8023.32 7210.4 7431.89 8023.32
2 8311.32 7365.13 7513.94 8311.32
3 8312.05 7757.68 8141.66 8312.05
4 8023.32 7210.4 7431.89 8023.32
11
450
18
L b
1.) ≥1,25 = 189,1 ≥1,25 300
h ts 450 18
=40,90 ≤ 75 … .OK !
__ __
[
c −250
Jika 250 < c1 ≤ c2 ; maka σ kip = σ - 2
c 1 −250
] __
. 0.30 . σ
c1
__ __
Jika c1 ≥ c2 ; maka σ kip = c2 . 0.7 . σ
L/4
0,7L
KL = L KL = L/2
L
L
L/4
= diambil 1
Dari koefisien tekuk () baja Fe 360 diperoleh:
ω x=22 → 1,00ω y =56 →1,23 Syarat PPBBI
19247,05 9168,34 2 2 19247,05
1 ¿1,00 + 0,85.1.1 =97,189 kg /cm ≤ 1600 kg/cm 2¿ 1,23 +0,8
157,4 2,550 157,4
19247,05 9168,34
3¿ +1 =98,964 kg /cm 2 ≤ 1600 kg /cm2
157,4 775
Jadi, profil IWF 450 ×300 ×11 ×18 dapat digunakan dengan aman
terhadap tekuk.
t tt
2 t r
ts IWF 450 x 300 x 11 x 18
tc
n = 1500
a. Flange
n 1500
= =5
b 300
n
tt = ts ( 1 + 0,1 ( b – 4))
= (18) × (1 + 0,1 (5 - 4))
= 19,8 mm
tc = tt / Cos Ө
= 19,8 / Cos 250
= 21,846 mm
b. Transfer Stiffners
ttr = tc Sin 250
= 21,846 × 0,28
= 9,232 mm
b 300
= = 17,647
17 17
b
9,232 < .......................... Diambil ttr = 9,232 mm 9
17
mm
tt = tc = 21,846 mm 22 mm
c. Diaonal Stiffners
1) = tt √ 2 −0,82 ( whb )
= 22 √ 2−0,82 ( 1,8300. 450 ) = 28,898 mm
2) = (1-tan Ө) t √ 2
= (1-tan 25) 18 √ 2 = 10,870 mm
b 300
3) = = = 17,647 mm
17 17
Diambil ts = 18 mm
IWF 450.300.11.18
Gambar 19. Sambungan Las untuk Join 3
a. Puncak
Plat pengaku disini harus cukup kuat untuk meneruskan gaya flange
σy.As = 2 x σy x Af Sin Ө
b . tp = 2 x ts Sin Ө
= 2 x 18 Sin 25o = 15,214 mm
Diambil ts = 15 mm
b. Voute
Diketahui :
M max = 30874,92 kgm
Geometry : Diambil sudut Ө = 150 (Minimum 120)
h = 450 mm = 45 cm
b
W p = × ( h−t ) +t p (h−2t)2
tb
30 1,8 2
¿ × ( 45−1,8 ) + (45−2(1,8))
1,1 4
¿ 1952,73 cm 4
Kontrol:
Mh=30874,92 kgm=3087492tm
Mh 3087492 4 4
= =1286,455 cm ≤ 1952,73 cm … .OK !
σy 2400
C. Perhitungan Pelat Landas/Perletakan Sendi untuk Join q
Kolom IWF
450.300.11.18
Concrete Grouting
Base Plat T = 20mm
Angkur Baut 419
Kolom 50 x 50 cm
σa+σb
q= ×b
2
1600+ 8
¿ × 50
2
2
¿ 40200 kg /cm
M I −I =q × s ×e
¿ 40200 ×10 × 5
¿ 2.010 .000 kg
8. Menentukan Tebal Plat
t=
√ 6× M I− I
b×σ
=
√
6 × 2.010.000
50 ×1600
=12,278 mm
D. Perhitungan Las
Gambar 23. Penampang Las
Las ditempatkan pada sekeliling profil harus sanggup menerima
momen yang bekerja untuk tebal las 1 cm. Las-las itu mempunyai I
Las.
( )
2
1 3 1 1
I Las=2 × ×1 ( 20 ) +2 ( 30 ) ×1 × 50+ ×18
12 2 2
¿ 70693,33 cm4
Gaya pada las yang menghubungkan flens dengan base plate:
M×Y 70693,33 ×18
P= ×1= ×1=18 kg
I Las 70693,33
2
Alas =2 ( 1 )( 30 ) +2 ×1 ×18=96 cm
18 ×(30+ 30+20+20) 2
τ las = =18,75 kg/cm
96
18,75
Tebal las= =0,0202 cm
0,58 ×1600
Maka, diambil tebal las 0,6 cm karena tebal minimal.
E. Perhitungan Pondasi
Pada perencanaan bangunan CV. Dianning Sri Sejahtera Cibulakan -
Cugenang no.45 Cianjur ini digunakan pondasi telapak dengan pertimbangan
sebagai berikut. Letak lapisan tanah keras tidak begitu dalam, dan berdasarkan
pengujian di lokasi proyek tanah keras terdapat pada kedalaman 3 meter di bawah
muka tanah, maka alternatif terbaik untuk pondasi ini adalah pondasi telapak,
dimana tanah keras maksimal terletak pada kedalaman 2,4 meter.
Maksud Pondasi telapak adalah elemen-elemen struktur yang mentransfer
beban-beban, atau beban-beban lateral/tekanan tanah, kelapisan tanah dasar
pondasi. Jika beban-beban tersebut ditransfer sebagaimana mestinya maka
pondasi harus direncanakan untuk menahan kelebihan penurunan atau rotasi,
untuk mereduksi perbedaan penurunan dengan faktor keamanan cukup terhadap
perpindahan horizontal dan guling atau dengan perkataan lain pondasi berfungsi
meneruskan beban-beban dari kolom (upper structure) kelapisan tanah tapak
pondasi. Pondasi telapak adalah termasuk jenis pondasi dangkal.
qc
σt = SF
dimana :
qc = tekanan ujung konus (kg/cm2)
SF = safety factor (diambil 2)
Ny = faktor daya dukung tanah (kg/cm2)
qc
Ny = 0,8
Daya dukung untuk taksiran sebesar 25 mm menurut Mayerhorf
qc
σa = 0,3
3.1.1 Perhitungan Pondasi Telapak
Perhitungan dimensi pondasi telapak setempat dengan beban konsentris.
Sebutlah ukuran fondasi, B x L, (B = lebar pondasi yang ditinjau, L = panjang
pondasi), dimana B adalah searah dengan arah analisis hitungan.
Hitunglah dimensi rencana pondasi telapak sebagai berikut :
Bujur sangkar, dengan formula :
()
1
P 2
qa
B=
dimana :
P = total kombinasi beban kerja
qa = daya dukung tanah izin
α=
(
3 0,5−
e
B )
∑P
σ=α. A (kg/m2)
Penulangan Kolom :
Chek rasio ukuran kolom
tinggi
lebar < 3
As = ρ min . Ag (mm2)
Perhitungan Sengkang :
Vu = q . l (N)
Kekuatan geser beton
1
√ f .c. bw . d
Vc = 6 (N)
Φ . Vc (N)
Φ . Vc < Vu
Minimum sengkang yang harus dipakai
d
Spasi maksimum s = 2
Maka diameter dan jarak sengkang didapat
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari perhitungan perencanan yang telah dilakukan, dapat diketahui
hasil perencanaan konstruksi portal baja dengan data-data sebagai berikut :
1. Deskripsi
Type Konstruksi : Portal gable
Bahan penutup atap : Zincalume
Jarak portal :5m
Panjang bentang : 24 m
Tinggi kolom :8m
Kemiringan atap (α) : 250
Alat sambung : Las dan baut
2. Dimensi Portal
Dimensi gording : Profil Baja Kanal C-12
Dimensi batang tarik (trackstang) : ϕ 8 mm
Dimensi ikatan angin : ϕ 8 mm
Dimensi balok gable : profil IWF 450.300.11.18
Dimensi kolom gable : profil IWF 450.300.11.18
Saran
Pada perhitungan, diperlukan ketelitian yang tinggi dalam menentukan
ukuran dan dimensi. Sehingga disarankan menggunakan kalkulator yang
sudah dilakukan percobaan agar tidak terjadi kesalahan pada perhitungannya.
DAFTAR PUSTAKA