Anda di halaman 1dari 24

BANGUNAN TANGGUL

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Keairan
yang diampu oleh: Drs. Sukadi, M.Pd., M.T.

Oleh:
Yulia Nurwulan
NIM. 1602155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
segala karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas Makalah “Bangunan Tanggul”.
Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
kita terhadap sesama.
Makalah ini merupakan salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Irigasi dan Bangunan Keairan. Harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat untuk
rekan-rekan penulis baik dalam proses pembelajaran di kampus maupun luar
kampus.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
2.1 Pengertian Tanggul ...................................................................... 4
2.2 Bagian Konstruksi Tanggul .......................................................... 5
2.2.1 Bentuk Tipikal Penampang Melintang Tanggul ................ 5
2.2.2 Tipe Tanggul ...................................................................... 6
2.2.3 Elevasi Puncak Tanggul ..................................................... 7
2.2.4 Tinggi Jagaan ..................................................................... 7
2.2.5 Lebar Puncak Tanggul ....................................................... 8
2.2.6 Jalan Inspeksi ..................................................................... 9
2.2.7 Teras Tanggul ................................................................... 10
2.2.8 Gradien/Kemiringan Tanggul .......................................... 10
2.2.9 Bagian Tanggul yang dipengaruhi Air Pasang ................. 11
2.2.10 Tanggul di Tepi Danau dan Tanggul Pasang ................. 11
2.2.11 Tanggul Khusus.............................................................. 12
2.2.12 Tanggul Pelimpah/Terbuka ............................................ 12
2.2.13 Tanggul Pemisah ............................................................ 13
2.3 Perkuatan Tanggul ...................................................................... 13
2.3.1 Konsep Dasar ................................................................... 13
2.3.2 Pemilihan Jenis Konstruksi .............................................. 13
2.3.3 Lokasi dan Panjang Konstruksi ........................................ 13

ii
2.3.4 Alinemen Perkuatan Tanggul ........................................... 14
2.3.5 Elevasi Peekuatan Lereng/Tebing .................................... 14
2.3.6 Pemasangan Perkuatan Lereng/Tebing ............................ 15
2.3.7 Pemilihan Metode Pelaksanaan ........................................ 15
2.3.8 Pelindung Kaki ................................................................. 15
BAB III PENUTUP .................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan................................................................................. 19
3.2 Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bangunan Tanggul ..................................................................... 1


Gambar 2.2 Tanggul....................................................................................... 4
Gambar 2.3 Contoh Bentuk Tipikal Penampang Melintang Tanggul
Tetap ......................................................................................... 5
Gambar 2.4 Aliran Sungai Berkelok-kelok Tajam (Meandering) ................. 6
Gambar 2.5 Rencana Trase Tanggul dari Aliran Sungai Berkelok-
Kelok Tajam (Meandering) ...................................................... 6
Gambar 2.6 Beberapa Cara Peningkatan Tanggul ......................................... 6
Gambar 2.7 Penetapan Elevasi Puncak Tanggul (Sket Penampang
Melintang Tanggul .................................................................... 7
Gambar 2.8 Ilustrasi Jagaan Tanggul Pada Anak Sungai Pada Pertemuan
dengan Sungai Utama.................................................................. 8
Gambar 2.9 Ilustrasi Jagaan Tanggul Pada Anak Sungai Pada Pertemuan
dengan Sungai Utama yang Terpengaruh Aliran Balik
(reverse flow)............................................................................... 8
Gambar 2.10 Penjelasan Tentang Dasar Penetapan Tinggi Jagaan ............... 8
Gambar 2.11 Penjelasan Tentang Penetapan Lebar Puncak Tanggul ............ 9
Gambar 2.12 Penetapan Teras Tanggul ....................................................... 10
Gambar 2.13 Ilustrasi Tinggi Jagaan Tanggul dan Lebar Pada Tanggul
Khusus .................................................................................... 10
Gambar 2.14 Konstruksi Tembok Penahan – berdiri sendiri/Self
Standing (Ilustrasi Pada Tanggul Khusus).............................. 12

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Nilai Tinggi Jagaan Untuk Beberapa Debit Banjir
Rencana ......................................................................................... 7
Tabel 2.2 Debit Banjir Rencana - Lebar Puncak Tanggul ............................. 9

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan
mengendalikan air di sungai maupun danau. Bentuk dan ukuran bangunan
tergantung kebutuhan, kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan
sifat hidrolik sungai. Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih
masif dan tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan bangunan-
bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan bangunannya secara detail
tidak terlalu halus. Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya
berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga mempunyai
efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan lokal (local scoure) di sekililing
bangunan atau di hilir bangunan.
Tanggul adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling
penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat yang
ada disekitar suangi maupun danau tersebut terhadap genangan-genangan
yang disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang pasang). Tanggul
dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul
merupakan bengunan menerus yang sangat panjang serta membutuhkan
bahan urugan yang volumenya sangat besar.

Gambar 1.1 Bangunan Tanggul

Bahan tanggul yang terbuat dari tanah dapat diperoleh dari hasil galian di
kanan-kiri trase rencana tanggul atau bahkan dapat diperoleh dari hasil

1
pekerjaan normalisasi sungai, berupa galian pelebaran alur sungai, yang
biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan tanggul. Dalam
tahap perencanaan kiranya perlu diperhatiakan, agar hasil dari pekerjaan
normalisasi sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanggul.
Selain itu, tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya
dan setelah menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan
lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan
dengan kemungkinan penurunan yang tidak rata, sehingga perbaikan yang
disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah
merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama
puluhan, bahkan ratusan tahun.
Apabila di beberapa tempat terjadi kerusaka tanggul, perbaikannya
sangat mudah dan cepat menggunakan tanah yang tersedia disekitar lokasi
kerusakan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Bangunan Tanggul?
2. Bagaimana ketentuan Konstruksi dan Perkuatan (Revetment) dari
Bangunan Tanggul?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Bangunan Tanggul.
2. Untuk memahami ketentuan Konstruksi dan Perkuatan Revetment) dari
Bangunan Tanggul.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa khususnya yang mengontrak mata kuliah Irigasi dan Bangunan
Keairan, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memahami

2
kontruksi dan perkuatan bangunan tanggul yang kemudian dapat digunakan
untuk keperluan khususnya dibidang Keairan dan Irigasi.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika pada laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I membahas pengenai pendahuluan dimana didalamnya terdapat latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika
penulisan laporan.
BAB III membahas mengenai pembahasan yang akan diuraikan dari rumusan
masalah yang dipertanyakan pada bab sebelumnya.
BAB IV membahas mengenai kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan
masukan bagi kedepannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanggul


Tanggul memiliki nama lain levee, dike, embankment, yaitu semacam
tembok miring baik buatan maupun alami, dipergunakan untuk mengatur muka
air. Biasanya terbuat dari tanah dan seringkali dibangun sejajar badan sungai
atau pantai. Kata dike kemungkinan berasal dari bahasa Belanda dijk, dimana
pembangunan tanggul telah terjadi sejak abad ke-12. Bangunan Westfriese
Omringdijk selesai dibangun tahun 1250, didirikan dengan menyambung-
nyambubngkan tanggul-tanggul yang sudah berdiri sebelumnya.
Sementara dari bahasa Anglo-Saxon, kata dic diartikan menggali parit dan
membentuk tanah timbunan di atasnya. Tujuan utama dibuatnya tanggul adalah
untuk mencegah terjadinya banjir pada dataran dipinggiran sungai. Tanggul ini
penting peranannya karena dibeberapa tempat sering kali permukaan air sungai
pada saat banjir lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Bagaimanapun, tanggul
juga mengendalikan arah aliran air sungai sehingga tidak mengakibatkan
banjir.

Gambar 2.2 Tanggul

Tanggul juga dapat ditemukan di sepanjang pantai, dimana gundukan pasir


pantainya tidak cukup kuat menahan ombak. Tanggul juga dapat di bangun di
sepanjang pinggir danau atau pantai dengan tujuan membentuk batas
perlindungan terhadap suatu area yang tergenang bahkan pada saat tertentu

4
dapat menjadi suatu perlindungan militer. Tanggul bisa jadi hasil pekerjaan
tanah yang permanen atau hanya konstruksi darurat, biasanya terbuat dari
kantong pasir sehingga dapat dibangun secara cepat saat banjir. Mediterania.
Peradaban Mesopotamia dan China Kuno juga membangun sistem tanggul.

2.2 Bagian Konstruksi Tanggul


2.2.1 Bentuk Tipikal Penampang Melintang Tanggul
Tanggul yang lengkap adalah tanggul dengan ketinggian dan bentuk
tampang yang dibutuhkan untuk melindungi terhadap tinggi banjir rencana dan
dilengkapi dengan konstruksi perkuatan lereng (revetment) dan perlindungan
kaki tanggul, yang dibangun sesuai kebutuhan.
Perbedaan antara elevasi puncak tanggul dan elevasi muka air banjir
rencana disebut tinggi jagaan (free board).

Gambar 2.3 Contoh bentuk tipikal penampang melintang tanggul lengkap

Dalam menentukan arah trase tanggul agar diperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
a. Supaya dipilih suatu penampang basah sungai yang paling efektif dengan
kapasitas pengaliran maksimum.
b. Agar trase tanggul searah dengan arah arus sungai dan dihindarkan
terjadinya belokan yang tajam.
c. Pada sungai-sungai yang arusnya tidak deras, diusahakan agar kurva
alirannya stabil.
d. Diusahakan agar arah trase tanggul kiri dan tanggul kanan separalel
mungkin dengan alur sungai, dihindarkan adanya perubahan lebar sungai
yang mendadak. Diusahakan agar bantaran cukup lebar, sehingga jarak
antara tepi alur sungai dan kaki tanggul cukup jauh.

5
Gambar 2.4 Aliran sungai berbelok-belok tajam (meandering)

Gambar 2.5 Rencana trase tanggul dari Aliran sungai berbelok-belok tajam
(meandering)

2.2.2 Tipe Tanggul


Ketika dibangun tanggul baru, agar terhindar pada tempat dengan tanah
dasar pondasi yang tidak stabil seperti lapisan sub soil yang lemah. Bila harus
memperbesar tanggul lama, maka perbesaran harus diupayakan dibuat di sisi
daratan. Bila harus dibuat disisi air (disebabkan karena kondisi alinyemen
tanggul yang ada atau bila memerlukan alur cukup luas untuk muka air
tinggi/banjir), maka hal ini dapat dilakukan pada kondisi sungai cukup lebar.

Gambar II.4 - Beberapa cara peningkatan tanggul


Gambar 2.6 Beberapa cara peningkatan tanggul

6
2.2.3 Elevasi Puncak Tanggul
Elevasi (ketinggian) puncak tanggul harus ditentukan berdasar elevasi muka
air banjir rencana ditambah tinggi jagaan (freeboard). Besarnya tinggi jagaan
mengikuti ketentuan/pedoman yang berlaku

Gambar 2.7 Penetapan elevasi puncak tanggul (sket penampang melintang


tanggul)

Keterangan :
HWL = High Water Level atau
MAT = Muka air Tinggi/Muka Air Banjir
Elevasi puncak tanggul = Elevasi maka air banjir rencana + tinggi jagaan

2.2.4 Tinggi Jagaan (Freeboard)


Tinggi jagaan dari tanggul tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan
dalam tabel 2.1, sesuai dengan debit banjir rencana. Oleh karena itu, bila tinggi
tanah di daratan pada tempat dimana tanggul akan dibuat lebih tinggi dari tinggi
banjir rencana dan bila kondisi topografi tidak terdapat kesulitan untuk
pengendalian banjir yang terjadi, tinggi jagaan dapat 0,6 m atau lebih meskipun
debit banjir rencana sampai 200 m3/detik atau lebih.
Untuk bagian anak sungai yang terkena pengaruh back-water (pengaruh
muka air pada sungai induk), tinggi tanggul tidak boleh kurang dari tinggi
tanggul sungai induk. Hal ini juga berlaku bila tidak ada bangunan fasilitas
pengendalian aliran balik.
Tabel 2.1 Daftar nilai tinggi jagaan untuk beberapa debit banjir rencana
Debit Banjir Rencana (m3/detik) Tinggi Jagaan (m)

Kurang dari 200 0,60

7
200 - 500 0,80
500 - 2.000 1,00
2.000 - 5.000 1,20
5.000 - 10.000 1,50

Gambar 2.8 Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada
pertemuan dengan sungai utama

Gambar 2.9 Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada
pertemuan dengan sungai utama yang terpengaruh aliran balik (reverse
flow)

Gambar 2.10 Penjelasan tentang dasar penetapan tinggi jagaan

2.2.5 Lebar Puncak Tanggul


Lebar puncak tanggul disesuaikan dengan debit banjir rencana, dan tidak
boleh kurang dari nilai yang diberikan pada table 2.2. Bila tanah daratan lebih
tinggi dari tinggi muka air banjir rencana dan bila keadaan topografi cukup baik

8
untuk pengendalian banjir, lebar puncak dapat dibuat 3 m atau lebih dengan
tetap memperhatikan debit banjir rencana.
Pada bagian di anak sungai yang terpengaruh oleh backwater, lebar puncak
tanggul ditentukan tidak boleh lebih sempit dari lebar puncak tanggul sungai
utama: Lebar ini juga dipakai bila fasilitas pengendali aliran tersedia, jika
tinggi tanggul dari tanah kurang dari 0,6 m dan hal-hal tertentu yang tidak dapat
dihindari karena alasan topografi, dsb.

Tabel 2.2 Debit banjir rencana - lebar puncak tanggul


Debit Banjir Rencana Lebar Puncak
(m3/detik) Tanggul (m)
Kurang dari 500 3
500 - 2.000 4
2.000 - 5.000 5
5.000 - 10.000 6
> 10.000 7

Gambar 2.11 Penjelasan tentang penetapan lebar puncak tanggul

2.2.6 Jalan Inspeksi


Tanggul hendaknya dilengkapi dengan jalan inspeksi dengan struktur
seperti tersebut di bawah, untuk mengontrol sungai, aktivitas penanggulangan
banjir pada saat banjir :
a. Bila terdapat jalan pengganti, jalan inspeksi tidak perlu dibuat.

9
b. Bila tanggul dari beton atau sheet pile baja atau dari material sejenisnya,
tersedia seluruhnya atau sebagian, atau bila perbedaan tinggi antara
tanggul dan permukaan tanah daratan kurang dari 0,6 m :
1) Lebar minimal 3 m
2) Tinggi bersih 4,5 m atau lebih

2.2.7 Teras Tanggul


Pada ketentuan teras tanggul alangkah baiknya dibuat dengan
memperhatikan beberapa aspek, diantaranya tiga aspek berikut ini:
a. Teras tanggul harus disediakan di tengah tanggul, bila tidak mungkin
dihindari karena keadaan topografi dan alasan khusus lainnya.
b. Teras tanggul disediakan tiap 3 m - 5 m dari puncak pada sisi yang
berhubungan dengan air bila tinggi tanggul 6 m atau lebih, dan setiap 2 m -
3 m dari puncak di sisi daratan bila tinggi tanggul 4 m atau lebih.
c. Lebar minimal 3 m.

Gambar 2.12 Penempatan teras tanggul

Gambar 2.13 Ilustrasi tinggi jagaan tanggul dan lebar pada tanggul khusus

2.2.8 Gradien/Kemiringan Tanggul


Gradien kemiringan tanggul harus merupakan gradien yang landai sebesar
20% atau kurang. Hal ini tidak selalu diperlukan bila permukaan ditutup
dengan beton ataupun material sejenis.

10
2.2.9 Bagian Tanggul yang Dipengaruhi Air Pasang
Elevasi bagian tanggul yang di pengaruhi air pasang (dibagian pada
tempat dimana elevasi muka air pasang lebih tinggi dari banjir rencana) harus
lebih tinggi dari :
a. Elevasi (ketinggian) yang disebut pada Tabel 2.1, atau
b. Elevasi dari ketinggian muka air pasang rencana ditambah kenaikan tinggi
uprush (karena gelombang) yang dipakai sebagai bahan pertimbangan.
Lebar puncak di tentukan dengan mempertimbangkan struktur dari
tanggul, dan lebar puncak yang telah diuraikan sebelumnya.

2.2.10 Tanggul Di Tepi Danau dan Tanggul Pasang


Tanggul tepi danau dibangun di sekeliling danau atau rawa-rawa dan
tanggul pasang dibangun di muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Kedua jenis tanggul tersebut diperhitungkan juga daya tahannya
terhadap gaya-gaya hempasan ombak baik dari danau maupun dari laut.
Tinggi dan lebar puncak tanggul ditepi danau harus di spesifikasikan
seperti di bawah ini, terlepas dari spesifikasi pada Tabel 2.1, dan Tabel 2.2. di
atas.
a. Tinggi ditentukan dengan pertimbangan tinggi banjir rencana, uprush,
tiupan angin, dan sebagainya.
b. Lebar puncak di tentukan dengan pertimbangan tinggi tanggul dan kondisi
daerah sekitarnya.

2.2.11 Tanggul Khusus


Pada pemukiman yang padat penduduknya, biasanya biaya pembebasan
tanah untuk pembangunan tanggul sangat tinggi. Dalam keadaan demikian
untuk mengurangi areal tanah yang harus dibebaskan, biasanya tanggul dibuat
berupa dinding pasangan atau dinding beton.
Bila spesifikasi pada uraian sebelumnya sukar sekali diterapkan (karena
kondisi topografi atau alasan khusus lainnya), struktur berikut ini dapat
digunakan, di luar spesifikasi tersebut.

11
Struktur harus mempunyai tembok penahan dengan pasangan pada puncak
tanggul yang lebar puncaknya dispesifikasikan pada pada Tabel 2.2 pada bab
ini, pada ketinggian muka air banjir rencana (elevasi diatas elevasi muka air
pasang rencana untuk bagian tanggul yang dipengaruhi oleh air pasang):
Apabila masih tetap sulit, maka digunakan struktur serupa yang berdiri
sendiri, menggunakan beton, sheet piles baja dan sebagainya.

Gambar 2.13 Konstruksi tembok penahan-berdiri sendiri/self standing


(ilustrasi pada tanggul khusus)

2.2.12 Tanggul Pelimpah/Terbuka


Tanggul dengan tujuan khusus, seperti tanggul pelimpah, tanggul
pengantar, tanggul pembagi, dan lain sebagainya harus direncanakan menurut
fungsinya.
Pada sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapat dibangun
tanggul-tanggul yang tidak menerus, tetapi terputus-putus disebut sebagai
tanggul pelimpah/terbuka. Dengan demikian puncak banjir yang tinggi tetapi
periode waktunya pendek dapat dipotong, karena sebagian banjir mengalir
keluar melalui celah-celah antara tanggul-tanggul tersebut memasuki areal-
areal di belakang tanggul yang dipersiap-kan untuk penampungan banjir
sementara. Biasanya areal-areal penampungan tersebut dikelilingi tanggul-
tanggul pula. Setelah banjir mereda, maka air yang tertampung tersebut,
kemudian mengalir kembali ke dalam sungai melalui celah-celah ini. Jadi
tidak diperlukan adanya pintu-pintu atau pelimpah serta bangunan pelengkap
lainnya.

12
2.2.13 Tanggul Pemisah
Tanggul semacam ini dibangun di antara dua buah sungai yang
berdekatan, agar arus sungai pada muara kedua sungai tersebut tidak saling
mengganggu, terutama pada sungai-sungai yang kemiringannya dan kondisi
hidrologinya berbeda. Selain itu pada sungai-sungai yang banyak
mengandung sedimen dapat dihindarkan terjadinya pengendapan pada
pertemuan kedua sungai tersebut dan perbedaan permukaan air di muara
masing-masing sungai dapat disesuaikan secara individual.

2.3 Perkuatan Tanggul (Revetment)


2.3.1 Konsep Dasar
Secara umum untuk perencanaan revetment, meliputi: letak bangunan,
perluasannya, cara pembangunan, dan lain-lain harus ditentukan dengan
mempertimbangkan terhadap regim sungai, bentuk potongan memanjang dan
melintang, gradien kemiringan tanggul, jenis tanah, dan lain-lain.

2.3.2 Pemilihan Jenis Konstruksi


Revetment termasuk di dalamnya revetment untuk muka air tinggi (high-
water) untuk melindungi lereng sisi dalam alur yang disebabkan oleh muka air
tinggi, dan revetment untuk muka air rendah (low-flow revetment)
dimaksudkan untuk pemeliharaan alur untuk pengaliran debit kecil. Revetment
untuk aliran muka air tinggi/banjir yang dipasang pada tanggul, disebut
pelindung tanggul (levee revetment). Pada tempat dimana pondasi revetment
diperkirakan tergerus (scoured) oleh hempasan air atau daya aliran yang kuat,
pelindung kaki harus juga digunakan secara bersamaan.

2.3.3 Lokasi dan Panjang Konstruksi


a. Tempat konstruksi dan panjang tembok penguat (revetment) harus
ditentukan dengan mempertimbangkan perubahan fenomena hidrolis pada
jalur air, dan sebagainya.
b. Revetment tebing atau tanggul yang berhubungan dengan ambang dasar
sungai ('ground-sill‘) atau bendung harus dipasang pada bagian yang lebih

13
panjang 10 m dari ujung hulu ground sill atau bendung atau 5 m dari ujung
hulu bronjong (mattres) pada pias dibagian hulu, ke lebih panjang 15 m dari
ujung hilir apron, 5 m dari ujung hilir bronjong pada pias bagian hilir dari
bronjong dibagian hilir, diluar kasus pada dasar batuan (bed-rock), dan
sebagainya dalam bagian-bagian susunan bumi (geologic features).
c. Tentang perpanjangan revetment suatu sungai dari saluran dimana suatu
pintu melintasi 2 akan dipasang. Bila ground-sill atau bendung akan
membaca 'pintu', ‘ruas bagian hulu' akan membaca ‘ruas bagian hulu” dari
sungai atau alur dengan pintu perpotongan dan “ruas bagian hulu” akan
membaca “ruas bagian hilir dari sungai atau alur dengan pintu perpotongan”
d. Revetment suatu tebing atau tanggul dengan pintu atau saluran melintas
harus di berikan pada bagian penutup berturut-turut 10 m pada pias teratas
dan pias terbawah dari pintu. Namun hal yang sama tidak akan
dipergunakan pada saluran kecil yang tidak lebih besar dari 0,5 m luas
potongannya, saat ketidak-harusan tersebut dikenal karena kondisi topografi
dan sebagainya.
e. Revetment yang berkaitan dengan pembangunan suatu jembatan harus
diletakkan pada bagian arah ke pias teratas dan pias terbawah dari ujung
hulu dan hilir jembatan berturut-turut dengan besarnya hubungan lebih
besar dari pada setengah panjang jarak jembatan (30 m jika panjang jarak
lebih besar dari 30 m) sebagai mana ol eh "Structural Standard", dan
sebagainya. Asalkan besarnya tidak akan kurang dari 10 m.

2.3.4 Alinemen Perkuatan Tanggul


Alinemen dari suatu revetment harus dibuat sehalus mungkin, dengan
mempertimbangkan arah aliran.

2.3.5 Elevasi Perkuatan Lereng/Tebing


Pada umumnya tinggi revetment tanggul dibuat dengan menggunakan
prinsip harus setinggi muka air banjir rencana. Namun juga harus dibuat
setinggi puncak tanggul jika diperlukan, pada suatu kolam penampungan, suatu
tempat dengan lebar sungai yang cukup lebar, sebuah tempat dengan lebar

14
sama dengan lebar sungai, sebuah tempat yang mempunyai angin dan
gelombang di sekitar muara sungai dan sebagainya dan pada sungai dengan
aliran yang deras.
Revetment untuk aliran lambat harus dibuat setinggi elevasi yang
diperlukan, disesuaikan dengan keadaan alur air.

2.3.6 Pemasangan Perkuatan Lereng/Tebing

Gambar 2.14 Pemasangan perkuatan lereng/tebing

Dasar revetment harus diletakkan cukup dalam didalam tanah (ditanam)


agar aman terhadap pengaruh gerusan dasar sungai pada terjadi aliran-aliran
dengan elevasi muka air tinggi (waktu terjadi banjir).

Gambar 2.15 Contoh kasus pada air dalam

2.3.7 Pemilihan Metode Pelaksanaan


Metode pembangunan harus dipilih menurut kekasaran material dasar
sungai, kekuatan dari aliran atau gradien kemiringan pada tempat revetment
direncanakan di sungai.

15
2.3.8 Pelindung Kaki
Metode pembangunan, lebar, ketebalan, dan lain-lain. dari pelindung kaki
harus ditetapkan menurut kekasaran dasar, sungai kekuatan aliran,kedalaman
air dan variasi dasar sungai. Ketinggian puncak pelindung kaki tidak akan lebih
dari ketinggian dasar sungai rencana (ketinggian dasar sungai yang ada, jika
ketinggian dasar sungai yang ada lebih rendah dari pada ketinggian dasar
sungai rencana). Namun juga untuk hal yang sama tidak harus diterapkan,
apabila tidak tepat saat ada anggaran yang sesuai dari besarnya kedalaman air
kondisi dasar, dan lain-lain.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan
mengendalikan air di sungai maupun danau. Bentuk dan ukuran bangunan
tergantung kebutuhan, kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan
sifat hidrolik sungai.
Tanggul memiliki nama lain levee, dike, embankment, yaitu semacam
tembok miring baik buatan maupun alami, dipergunakan untuk mengatur muka
air. Biasanya terbuat dari tanah dan seringkali dibangun sejajar badan sungai
atau pantai. Tanggul juga merupakan suatu konstruksi bangunan/prasana yang
berfungsi untuk perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian
sungai.
Pada umumnya tinggi revetment tanggul dibuat dengan menggunakan
prinsip harus setinggi muka air banjir rencana. Namun juga harus dibuat
setinggi puncak tanggul jika diperlukan, pada suatu kolam penampungan, suatu
tempat dengan lebar sungai yang cukup lebar, sebuah tempat dengan lebar
sama dengan lebar sungai, sebuah tempat yang mempunyai angin dan
gelombang di sekitar muara sungai dan sebagainya dan pada sungai dengan
aliran yang deras.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat saya sampaikan
adalah kepada pengelola tanggul yang berada dilokasi untuk dapat memahami
detail perencanaan teknis sungai terlebih dahulu sehingga bisa menerapkan
perencanaan teknis sungai secara baik dan bijaksana dan meminimalisir
terjadinya rembesan pada dasar tanggul.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Modul Dasar-dasar


Perencanaan Alur dan Bangunan Sungai. Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan
Konstruksi: Bandung.

Kementerian Pekerjaan Umum, Ditjen. Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan
Pantai, Satker Direktorat Sungai dan Pantai - Perencanaan Teknik Sungai -
Juni 2011.

Siswoko S, Ir. Dipl. HE - Upaya mengatasi Masalah Banjir Secara Menyeluruh -


2010.

Hasrul, C. (2018). Pengertian-Tanggul-dalam-Civil. [Online]. Diakses dari:


https://www.academia.edu/36724335/Makalah_tanggul?auto=download

Anonim. (2019). Tanggul. [Online]. Diakses dari:


https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggul

Anda mungkin juga menyukai