Anda di halaman 1dari 16

Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

UJIAN AKHIR SEMESTER


MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKSI

DOSEN
Dr. Ir. H. Kartono Wibowo, MM., MT

DISUSUN OLEH
Muhammad Luqman Hadi
(30201900145)

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2021/2022

1
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
telah dilimpahkan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah “softskill
”MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI”.” yang merupakan tugas mata kuliah Manajemen
Proyek. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
S.A.W dan keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman Aamiin ya rabbal
‘alamiin.

Dalam makalah ini saya membahas mengenai Pengertian Dan Peranan Manajemen
Konstruksi. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sedikit masalah yang
dihadapi, namun berkat kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak, semua masalah tadi bisa
teratasi dengan baik. Oleh karena itu saya banyak mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah khasanah cakrawala pemikiran bagi para pembaca.

Segala hormat saya sampaikan, Terimakasih.

Semarang, 3 Juli 2022

Penulis

2
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak orang yang sangat sulit untuk memahami konsep manajemen secara teoritis,
sehingga merasa tidak memerlukan bahkan mengabaikannya. Padahal, tanpa disadari, mereka
sebenarnya adalah pelaku (manajer) yang menjalankan proses manajemen dalam
kesehariannya, bahkan menjadi pelaku utama. Contohnya saja, banyaknya pelaku bisnis jasa
pelaksana kontruksi di Indonesia tidak memiliki latar belakang pengetahuan di bidang
manajemen. Sebagian mereka memulai usaha bisnis jasa pelaksana kontruksi karena alasan
kesempatan dan peluang usaha semata. Jadi wajar saja bila banyak di antara mereka bukanlah
manajer professional.
Padahal, pengetahuan di bidang manajemen sungguh sangat diperlukan untuk
meningkatkan performa usaha menuju usaha yang memiliki keunggulan bersaing (competitive
advantage) dan mampu bertahan (survive) dalam menghadapi setiap perubahan iklim usaha.
Jika pelaku bisnis mampu menjalankan usaha dan dapat mencapai tujuan dan target usaha tanpa
latar belakang teori manajemen, itu lebih disebabkan factor keberuntungan. Sebagaimana ditulis
oleh Harold Koontz (1988:9): Executives who attempt to manage without such management
science must trust to luck, intuition, or what they did in the past.
Melakukan bisnis tanpa pengetahuan manajemen sama artinya dengan mencoba
melaksanakan manajemen tanpa teori dan tanpa pengetahuan yang dibentuk oleh teori itu,
sehingga hasilnya akan sangat bergantung pada nasib, dan hanya mengandalkan naluri, atau
dengan merujuk kepada apa-apa yang telah mereka lakukan di masa lampau. Praktik bisnis
seperti itu cenderung bersifat coba-coba. Padahal, semakin besar suatu proyek, berarti semakin
banyak pula masalah yang harus dihadapi. Apabila tidak ditangani dengan benar , berbagai
masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa kelambatan penyelesaian proyek,
penyimpangan mutu hasil, pembiayaan membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tak
sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
diinginkan.
Dengan bermula dan bertitik tolak dari permasalah tersebut sebagai masah utama yang
hatus dihadapi pada setiap proyek kontruksi. Maka penulis akan membahas masalah ini agar
pelaksanaan konstruksi dapat berhasil. Dengan memperhatikan tujuan, sasaran dan teknik-
teknik pelaksanaan setiap pekerjaan yang dinyatakan secara jelas dan terinci melalui sistem

3
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

manajemen konstruksi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dimunculkan ialah sebagai

berikut :

1. Apa pengertian dari manajemen konstruksi ?

2. Apa saja yang perlu di manage dalam pelaksaan sebuah proyek ?

3. Bagaimana sistem manajemen konstruksi agar sehingga sebuah proyek dapat dikatakan

berhasil ?

4. Mengapa manajemen konstruksi itu penting bagi pelaku usaha jasa kontruksi dalam

mengemban sebuah proyek ?

1.3 Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dalam pembuatan makalah ini

adalah :

1. Mengentahui pengertian manajemen konstruksi.

2. Memahami hal-hal yang perlu di manage dalam pelaksaan sebuah proyek .

3. Menjelaskan sistem manajemen konstruksi sehingga proyek tersebut berhasil.

4. Mengetahui pentingnya manajemen konstruksi bagi pelaku usaha jasa kontruksi

dalam menjalankan sebuah proyek.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini, ialah :

1. Dapat menjelaskan sistem manajemen konstruksi.

2. Dapat menjelaskan pentingnya manajemen konstuksi bagi pelaku usaha jasa

konstruksi.

4
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Relevan


Beberapa data yang diperoleh menunjukkan bahwa manajemen konstruksi itu sangat
penting bagi berjalannya sebuah proyek seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli
diantaanya :
Kritik-kritik dari pengamat ilmu manajemen serta praktisi di lapangan yang berurusan
dengan penyelenggaraan proyek berpendapat bahwa penggunanaan manajemen klasik yang
telah berhasil mengelola kegiatan operasional rutin dengan lingkungan yang relative stabil
dirasakan kurang mampu atau tidak cukup efektif untuk mengelola suatu kegiatan proyek yang
penuh dengan dinamika dan perubahan cepat sehingga hasilnya pun tidak akan optimal (Imam
Soeharto, 1999:23-24).
Perpaduan antara konsep manajemen klasik (fungsional) dengan konsep pendekatan
contingency (situasional) menghasilkan sebuah konsep pengolahan yang dianggap dapat
mengakomodasi kepentingan pengolaan kegiatan yang bersifat proyek. Dari sini lahirlah bentuk
pengelolaan kegiatan yang lebih dinamis dan bercorak proyek, sehingga disebut dengan
manajemen proyek. Project Management Institute (PMI) di Amerika membuat definisi berikut
: Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan
mengkoordinasi sumber daya yang terdiri atas manusia dan material dengan menggunakan
teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu,
jadwal, dan biaya serta memenuhi keinginan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Sedangkan menurut H. Kerzner (1982), sebagaimana dikutip Imam Soeharto (1999:28),
manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih
jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan system dan hierarki (arus kegiatan) vertical
dan horizontal.

2.2 Landasan Teori


Memulai praktik manajemen secara konseptual dengan menetapkan terlebih dahulu tujuan
usaha yang akan dicapai (goal setting). Kemudian rencanakan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut, siapa saja yang akan melakukan dan dalam kapasitas sebagai apa, dengan (sumber
daya) apa tujuan itu akan dicapai, dari mana saja sumber daya itu diperoleh, siapa yang
melakukan pengendalian agar apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan,
5
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

dan setelah tujuan dicapai untuk apa hasilnya, dan apa sasaran berikutnya. Pertanyaan-
pertanyaan itu memerlukan jawaban yang tidak bias berdiri sendiri, karena merupakan satu
rangkaian aksi yang saling terkait. Jika semua pertanyaan sederhana itu dapat terjawab dengan
cara jelas, normative dan terukur, maka sesungguhnya itu adalah sebuah rangkaian penugasan
yang sarat dengan fungsi.
Mengurutkan fungsi-fungsi tersebut secara sistematis. Dimulai dari fungsi merencanakan
(planning), membuat program (programming), mengorganisasi (organizing), menempatkan
personel (staffing), memimpin (leading), memerintah (commanding), mengarahkan (directing),
mengumpulkan sumber daya (assembling resources), mengkoordinasikan (coordinating),
melaksanakan (actuating), memotivasi (motivating), menyusun pembiayaan (budgeting),
membuat pelaporan (reporting), mengendalikan (supervising), mengawasi (controlling), dan
fungsi-fungsi yang diurut dalam berbagai format dan hierarki itulah yang menjadi landasan
berbagai teori manajemen yang dibuat oleh para pakar tak ubahnya sebuah proses untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dengan melibatkan rangkaian fungsi-fungsi tersebut. Dari sinilah
lahir pemikiran-pemikiran manajemen dalam berbagai definisi.
Harold Koontz (1982), misalnya, membuat definisi manajemen berbasis fungsi-fungsi;
“manajemen adalah proses merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), menyusun
personel (staffing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling) kegiatan anggota
serta sumber daya lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan”.
Bukankah dalam definisinya Harold Koontz telah merangkai beberapa fungsi seperti yang
dijelaskan tersebut. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut Harold Koontz (1998) menyebutkan
lima fungsi dasar para manajer, yaitu : merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing),
menyusun personel (staffing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling). Manajer
bertanggung jawab untuk mengoordinasikan segala sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Karena sifat tugasnya adalah koordinatif, maka seorang manajer
harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, baik di kalangan internal maupun eksternal
perusahaan. Manajer harus pula memiliki kemampuan untuk member respon cepat dan tepat
terhadap sebuah masalah. Termasuk melakukan analisis dan kemudian membuat keputusan
untuk memecahkan persoalan tersebut.
Pemikiran manajemen kemudian berevolusi sehingga melahirkan berbagai pemikir mulai
dari Henry Fayol (1841-1925) yang disebut juga sebagai “Father of Modern Operational
Management Theory”, menyusul kemudian Frederick Winslow Taylor (1856-1912) disebut
sebagai “Father of Scientific Management”, Henry L. Gantt (1861-1919), George Elton Mayo
(1880-1949), Chester I. Barnard (1886-1961) penulis “The Functions of the Executive”, buku

6
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

yang paling berpengaruh dalam keseluruhan bidang manajemen. Sementara di Indonesia,


pemikir manajemen fungsional seperti Oey Liang Lee, Sondang P. Siagian dan masih banyak
yang lain.
2.3 Metode Analitis
Beberapa pembahasan dan data yang telah terangkum atau tercantum disini berasal

beberapa referensi buku mengenai “ Manajemen Konstruksi ”.

7
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Manajemen Konstruksi


Manejemen memiliki sebuah kata kunci “tujuan”, yaitu sesuatu yang harus dapat dicapai
dalam kualitas, kuantitas, dan jangka waktu tertentu, melalui pemanfaatan, pengelolaan dan
menggerakkan sumber daya. Ada banyak tujuan manusia yang ingin dicapai di dunia ini.
Tujuan-tujuan yang bersifat sederhana mungkin bias diraih secara individual. Akan tetapi, jika
tujuan-tujuan itu sangat kompleks, dalam kapasitas besar, melibatkan banyak sumber daya, dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan banyak orang (masyarakat) maka untuk mencapainya
tentu saja diperlukan suatu organisasi, dengan pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya
yang ada.
Sehingga, manajemen konstruksi secara arti sempit adalah mengatur pengalokasian semua
sumber daya proyek agar bangunan selesai terlaksana dengan cara efisien. Dengan demikian
manajemen konstruksi berkenaan erat dengan gambar bangunan, spesifikasi teknisnya dan
teknik penjadwalan.

3.2 Pengertian Manajemen Konstruksi


Setiap pelaksanaan kegiatan memerlukan Rencana Kerja, Jadwal Waktu Kegiatan, dan
Rencana Anggaran yang realistis. Jadwal harus dapat mengungkapkan secara jelas proses
perencanaan menurut urutan yang logis sehingga dapat menunjukkan pada saat-saat mana harus
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi dalam rangka upaya pengendalian biaya dan nilai proyek.
Maka dari itu hal-hal yang perlu di manage banyak sekali diantaranya :
a. Biaya
b. Jadwal
c. Sumber daya
d. Anggaran
e. Pengalokasian
f. Spesifikasi teknis
g. Dll.

8
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

3.3 Sistem Manajemen Konstruksi


Upaya dan kegiatan untuk mendirikan sesuatu bangunan merupakan proses yang panjang,
di mana mekanismenya tersusun terdiri dari banyak sekali kegiatan atau pekerjaan. Kegiatan-
kegiatan dalam menyusun suatu suatu interaksi yang saling kait-mengkait, pengaruh-
memperngaruhi, dan sekaligus juga saling menunjang dalam rangka mencapai tujuan yang
sama. Oleh karena sifat pekerjaan konstruksi yang demikian, manajemen dan organisasi proses
secara keseluruhan harus diberlakukan sebagai suatu sistem. Sistem yang dimaksudkan adalah
sebagai kumpulan komponen-komponen kegiatan yang saling berhubungan dan tergantung,
yang harus dikoordinasikan dan dikendalikan sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan yang
menyeluruh.
a. Tahap Pengembangan Konsep
Terdiri atas :
- Menyusun TOR
- Tanggapan TOR
- Diskusi Pembahasan
Pada tahap awal harus dapat mengungkapkan fakta-fakta keadaan di lokasi
proyek baik berupa factor-faktor yang bersifat mendukung maupun kendalanya.
Upaya untuk mengungkapkan fakta dan informasi awal secara obyektif sebetulnya
sudah harus dimulai sejak dari penuangan gagasan ke dalam Arahan Penugasan atau
TOR dan proses tanggapannya. Kemudian dilanjutkan segera dengan serangkaian
komunikasi dan diskusi di antara pihak-pihak yang terkait. Berpijak pada hasil diskusi
tersebut kemudian baru dapat dibuat dan dikembangkan perencanaannya, yang untuk
selanjutnya akan diterapkan di dalam proses konstruksi. Amat disayangkan bahwa
tahap pelaksanaan pencarian dan penemuan fakta-fakta awal merupakan salah satu
kunci utama dalam upaya mencapai keberhasilan proyek. Biasanya kegagalan untuk
mengungkapkan serta mendapatkan fakta-fakta awal hanya dikarenakan factor
komunikasi dan koordinasi yang tidak lancer semata-mata. Akan tetapi merupakan
keadaan yang lebih parah jika pengabaian akan pentingnya hal tersebut berpangkal
pada wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat suatu perencanaan di bidang
kontruksi.

b. Tahap Perencanaan
Terdiri atas :
- Sketsa Rencana

9
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

- Perancanaan Detail
Keberhasilan proyek konsruksi diawali dan sangat ditentukan dengan berhasil
tidaknya untuk menyusun suatu landasannya, yaitu berupa perencanaan yang lengkap
dan matang. Sehingga dengan sendirinya suatu perencanaan harus dapat
mengakomodasikan seluruh kebutuhan dan kepentingan pelaksanaan konstruksi,
sejak dari hal-hal yang bersifat teknis termasuk metode kerja sampai dengan dampak
yang diakibatkannya. Proses perencanaan keseluruhan secara umum dibagi menjadi
empat tahap pelaksanaan, yaitu tahap tanggapan terhadap Arahan Penugasan (TOR)
atau seringkali disebut tahap pengajuan proposal, kemudian tahap survai dan
investigasi, tahap penyusunan pra-rencana atau dikenal sebagai sketsa rencana, serta
tahap perencanaan final atau perencanaan detail. Pelaksanaan keempat tahap kegiatan
perencanaan tersebut berurutan degan urutan tetap, tidak bias diubah, dan
kelengkapan serta hasil masing-masing tahap sangat ditentukan oleh hasil dari tahap
sebelumnya. Sehingga agar didapat hasil keseluruhan yang optimal, pada selang
antara masing-masing tahap biasanya diadakan pertemuan antara pihak-pihak yang
terkait untuk berdiskusi, membahas, memperjelas, dan menegaskan hasil-hasil
kegiatannya. Diskusi pembahasan pada dasarnya adalah untuk melakukan evaluasi
dan penilaian terhadap hasil yang dicapai pada tahap sebelumnya dan sekaligus
merancang pelaksanaan kegiatan tahap berikutnya. Karena sifat kegiatan konstruksi
yang terurai dan terpisah-pisah, di dalam diskusi-diskusi biasanya masih selalu
muncul masukan-masukan baru yang cukup penting untuk diperhatikan, dan patut
untuk ditampung dikaitkan dengan upaya meraih keberhasilan secara keseluruhan.

c. Tahap Pelelangan
Terdiri atas :
- Persiapan administrasi
- Prakualifikasi
- Pelelangan
- Pelulusan
Sebelum membahas langkah-langkah pada tahap pelelangan ini, ada baiknya
terlabih dahulu meninjau beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
diselenggarakannya pelelangan. Seperti diketaui, pekerjaan pada sector swasta
dibiayai sepenuhnya dengan dana swasta. Sumber dana proyek dikumpulkan dan
dikendalikan sepenuhnya baik oleh perorangan, suatu bentuk kerja sama, atau

10
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

perusahaan swasta. Dengan demikian pembelanjaan dana semacam itu dikendalikan


oleh suatu lembaga public akan tetapi langsung oleh pemiliknya berdasarkan pada
kepentingan terbaiknya. Sehingga pada sector swasta, bisnis dapat diwujudkan
berdasarkan penawaran bersaing (pelelangan) atau cara negoisasi dengan
pelaksanaan kontraknya dapat menggunakan kedua-dua system. Sedangkan pada
sector public, karena pekerjaan umum dibiayai dengan menggunakan dana yang
diperoleh dari perpajakan, dana masyarakat, ataupun penerimaan negara lainnya,
pertanggung jawab pelaksanaannya harus diupayakan secermat mungkin. Upaya-
upaya untuk mengamankan pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan dengan
berdasarkan pada peraturan-peraturan dan hanya dapat diserahkan kepada Kontraktor
yang diyakini benar-benar handal secara objektif. Dalam rangka berupaya
menghindarkan berbagai penyimpangan pelakasanaan, hamper semua pekerjaan
umum selalu diberikan berdasar pelelangan melalui persaingan penawaran. Sudah
tentu cara tersebut tidak diberlakukan untuk semua proyek, karena dalam prakteknya
peraturan juga masih mengijinkan menempuh system penunjukan langsung.
Terutama dalam menghadapi keadaan darurat, penanggulangan bencana alam, atau
keperluan pekerjaan khusus yang sangat membutuhkan spesialisasi.
Tahap persiapan dalam pelaksanaan lelengan dimulai dengan menyiapkan
daftar kontarktor yang akan diseleksi menurut paket kontrak pekerjaan, tata cara serta
prosedur pelelangan, dan estimasi biaya wajar terperinci untuk setiap paket.
Kemudian dilanjutkan dengan prakualifikasi terhadap para kontraktor terpilih
berdasarkan persyaratan dan criteria kualifikasi. Hasil seleksi prakualifikasi segera
diumumkan kepada kontraktor sekaligus mengundangnya sebagai peserta lelangan
menurut paket kontrak pekerjaan. Sementara itu disiapkan pelaksanaan lelang pada
waktu yang telah ditetapkan dengan berpedoman pada tata cara dan prosedurnya,
termasuk syarat-syarat administrative. Pada penyelenggaraan lelang dibuat berita
acara yang mencatat segala sesuatu yang bersangkutan dengan pelaksanaannya,
termasuk mengenai peserta dan jumlahnya, catatan mengenai harga penawaran yang
diajukan, sampai dengan kejanggalan atau bentuk penyimpangan yang ditemukan.
Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap seluruh penawaran yang diajukan, melalui
analisis secara teliti sesuai dengan prosedur berdasarkan pada peraturan yang berlaku.
Selanjutnya diberikan rekomendasi pelulusan pelelangan untuk mendapatkan
persetujuan dari pemilik atau pemberi tugas, dan kemudian diumumkan hasilnya
kepada para seluruh peserta pelelangan.

11
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

d. Tahap Pelelangan
Terdiri atas :
- Persiapan Lapangan
- Pelaksanaan
- Pemeliharaan
Tahap konstruksi di lapangan telah dimulai sejak ditetapkannya pemenang
lelang, dan diawali dengan menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) serta penyerahan
lapangan dengan segala keadaannya, yang harus selalu dipelihara, kepada kontraktor.
Kontraktror mengawali kegiatannya dengan mengeluarkan surat pemberitahuan saat
mulai bekerja yang sekaligus memuat informasi mengenai organisasi dan petugas
lapagannya. Kemudian dimulailah pekerjaan-pekerjaan persiapan berupa
pembersihan (site clearing), pemagaran lapangan, membuat saluran drainasi,
mendirikan kantor lapangan, barak-barak kerja, gudang, membangun instalasi air
bersih dan kotor, daya listrik untuk kerja dan penerangan, telepon, merenacanakan
alokasi lahan untuk tempat bekerja, penempatan alat-alat berat, area terbuka untuk
penimbunan bahan baku, membuat jalan-jalan kerja dan lain sebagainya. Perlu
ditetapkan juga laboratorium pengujian material yang diperlukan dan melaksanakan
survai pengukuran atas keadaan awal lapangan pada saat diserahkan, baik
pengukuran contour ataupun penepatan kooordinat, yang kemudian diikuti dengan
program pengukuran rutin lebih lanjut. Disamping itu, perlu juga segera
mengupayakan izin-izin yang diperlukan seperti izin bangunan, pemakaian jalan raya
untuk alat berat, penggalian tanah, penggunaan obat keras untuk pengendalian rayap,
pembuangan bongkaran, dan sebagainya. Sementara itu dipersiapkan pula tata cara
dan prosedur penanganan masalah-masalah administratif, seperti prosedur surat-
menyurat, catatan harian dan pelaporannya, pendaftaran gambar-gambar
perencanaan, pembuatan gambar kerja (shop drawings) dan as built darwings, dan
lain-lainya.
Selama proses konstruksi berjalan dilakukan pengendalian dengan selalu
mengikuti lapaora dan evaluasi pekerjaan, termasuk jadwal rencana kerja yang
disiapkan secara teratur dalam waktu periodik harian, mingguan, dan bulanan.
Kepada Pemberi Tugas secara teratur harus diberikan laporan manajerial yang berupa
informasi rincian kuantatif memngenai keadaan proyek yang mutakhir. Biasanya
setiap laporan dilengkapi dengan foto-foto keadaan dan perkembangan lapangan
yang disertai pula dengan catatan-catatan penting seperlunya. Harus diupayakan agar

12
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

pihak Pemberi Tugas selalu mengetahui permasalahan yang dihadapi maupun


perkiraan yang akan terjadi, sekaligus disertai usulan atau rencana cara
pemecahannya. Penerapan pelaksanaan pekerjaan yang didasarkan pada rencana
kerja dari waktu ke waktu harus selalu dimonitor, termasuk mengeavaluasi segala
kendala dan hambatan yang dihadapi agar segera dapat diberikan cara
penyelesaiannya. Untuk itu, perlu diadakan rapat-rapat koordinasi secara periodic
dilengkapi dengan risalahnya yang akan mengikat segala ketetapan yang dibuat.
Rapat periodik sangat penting karena kecuali berfungsi sebagai alat pengendalian dan
koordinasi, juga merupakan wahana untuk selalu menghimpun semangat
kebersamaan secara professional. Disamping itu, kesempatan diskusi dalam rapat
dapat pula dipakai untuk saling membantu dalam bentuk gagasan, saran-saran,
ataupun tindakan nyata di lapangan apabila tumbuhnya keserasian hubungan kerja
antar fungsi dari berbagai stata manajemen yang terlibat selama proses berlangsung,
yang dengan demikian akan sekaligus mendorong terwjudnya semangat tim proyek.
Setiap proses pelaksanaan kontruksi memerlukan program pengendalian mutu
hasil pekerjaan berdasarkan pada sistem pengendalian yang menyuluruh.
Penerapannya melalui kegiatan-kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengukuran, dan
pengujian laboratorium. Di antara Pemberi Tugas, Perencana, dan pengolola
Manajemen Konstruksi harus menyadari bersama mengenai pelimpahan wewenang
kegiatan pengendalian mutu tersebut. Pengelola Manajemen Konstruksi harus
menyadari akan tugas dan aspirasi dari Konsultan Perencana yang harus diembannya,
sedangkan Perencana juga harus menghormati pelimpahan wewenang Pemberi Tugas
kepada pengelola Manajemen Konstruksi. Pelaksanaan tugas kegiatan pengendalian
mutu pada hakekatnya adalah pemantauan langkah demi langkah terhadap hasil akhir
sesuatu pekerjaan. Pemantauan proses mencangkup penilaian terhadap metode kerja,
keterampilan kerja, pengadaan material, peralatan, dan tenaga kerja, termasuk
keselamatan dan keamanan kerja. Menjelang akhir proyek biasanya merupakan
puncak dari seluruh kegiatan pada umumnya, termasuk kegiatan pendendalian yaitu
mengikuti secara cermat untuk dapat terpenuhinya seluruh kewajiban kontraktor
melalui daftar pemerikasaan (check list) hasil pekerjaan secara teliti. Apabila seluruh
tugas dan pekerjaan sudah dinyatakan untuk dapat diterima, maka barulah dapat
disiapkan dokumen serah terima.

13
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

3.4 Pentingnya Manajemen Konstruksi Bagi Pelaku Usaha Jasa Konstruksi


Bagi sebagian para pelaku bisnis jasa pelakasana konstruksi, apa yang dikemukakan oleh
pakar manajemen itu patut dijadikan bahan untuk berkontemplasi. Tujuan sebuah usaha tentu
berkaitan erat dengan manajemen. Apabila tujuan telah mampu dirumuskan, maka satu dari
rangkaian fungsi manajemen sudah diwujudkan, yaitu penetapan tujuan (goal setting). Itu
berarti visi (vision), misi (mission) dan tujuan (objectives) atau biasa disingkat VMO
perusahaan telah berhasil dirumuskan.
Fungsi-fungsi manajemen konstruksi adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan
mengendailikan seluruh proses kontruksi dengan cermat secara objektif. Tujuan utama
manajemen konstruksi adalah mengelola proses transformasi gambar-gambar dan spesifikasi
menjadi bentuk bangunan fisik sehingga mampu menghasilkan produk dan pelayanan yang
merupakan tujuan fungsional proyek. Upaya transformasi tersebut harus dikerjakan dalam
kerangka waktu dan estimasi biaya yang diperhitungkan dengan mematuhi standar kualitas
tertentu.
Dengan melihat begitu banyak fungsi dan tujuan dari manajemen maka dapat dikatakan
bahwa manajemen konstruksi sangat berperan aktif dan harus berjalan sebaik-baiknya demi
keberhasilan sebuah proyek yang dijalankan.

14
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dipetik dari pembahasan masalah ini, yaitu :
a. Manajemen konstruksi secara arti sempit adalah mengatur pengalokasian semua
sumber daya proyek agar bangunan selesai terlaksana dengan cara efisien. Dengan
demikian manajemen konstruksi berkenaan erat dengan gambar bangunan, spesifikasi
teknisnya dan teknik penjadwalan.
b. Setiap pelaksanaan kegiatan memerlukan Rencana Kerja, Jadwal Waktu Kegiatan,
dan Rencana Anggaran yang realistis.
c. Manajemen secara keseluruhan harus diberlakukan sebagai suatu sistem. Sistem yang
dimaksudkan adalah sebagai kumpulan komponen-komponen kegiatan yang saling
berhubungan dan tergantung, yang harus dikoordinasikan dan dikendalikan
sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan yang menyeluruh.
d. Begitu banyak fungsi dan tujuan dari manajemen maka dapat dikatakan bahwa
manajemen konstruksi sangat berperan aktif dan harus berjalan sebaik-baiknya demi
keberhasilan sebuah proyek yang dijalankan.

4.2 Saran
Sebagai pelaku bisnis jasa pelaksana kontruksi hendaklah mengetahui dan memahami
akan pentingnya sebuah manajemen. Sebab, dengan pengetahuan di bidang menejemen sangat
diperlukan untuk meningkatkan performa usaha yang unggul. Maka dari itu seorang manager
harus mampu memahami pentingnya sebuah manajemen dalam mengerjakan sebuah proyek,
baik proyek swasta maupun pemerintahan. Indonesia butuh seorang manager yang mampu
mengatur segalanya dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Agar sebuah proyek tersebut
memberikan mutu dan kualitas yang akan dirasakan bersama demi terwujudnya tujuan bersama
pula.

15
Ujian Akhir Semester Manajemen Konstruksi (MK)

DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta : Kanisius.


H.A, Rusdi. 2014. Aplikasi TI dalam Manajemen Konstruksi. Yogyakarta : Deepublish.
Malik, Alfian. 2010. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi. Yogyakarta : Andi.

16

Anda mungkin juga menyukai