Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

MANAJEMEN PROYEK KONTRUKSI

DOSEN PENGAMPU :

Dyah Kumala Sari, S.T., M.T.

Dr. Fetty Febriasti Bahar, S.T., M.T

DISUSUN OLEH :

Hasna Naslianti(M1C120001)

Hardiani Nofriza Zarisma Noka(M1C120003)

Yudika Gultom (M1C120006)

Melati Panjaitan(M1C120010)

Ragil Dwi Ponco Buwono(M1C1200016)

Raden Akbar Arobby Denilham(M1C120018)

Alvindra Ramadhani Nugraha(M1C120022)

M. Royhan Tasya Putra(M1C120038)

PRODI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Segala puji akan kehadirat ALLAH SWT atas berkah dan hidayahNya sehingga
kami dapat melaksanakan tugas makalah semester ini mengenai mata kuliah
Teknik Penulisan tentang Manajemen Konstruksi .

Disini tak lupa sampaikan juga banyak – banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan andil dalam tugas ini sehingga tugas ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tak lupa saya sampaikan juga banyak–banyak
terimakasih kepada Ibu Dyah Kumala Sari, S.T., M.T. dan Ibu Dr. Fetty
Febriasti Bahar, S.T., M.T selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah
Pengantar Imu Keteknikan, karena banyak dari penjelasan beliau tugas ini dapat
terselesaikan dan bisa digunakan untuk semestinya dan fungsinya.

Kami mohon maaf atas kesalahan ataupun kekurangan dalam penulisan makalah
ini dan kami tunggu saran sehingga dapat menjadi refrensi pembuatan tugas
berikutnya.

Jambi, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ...................................................................................................... 1


1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
1.3.Tujuan 3
1.4.Manfaat penelitian ................................................................................................. 3
1.5.Sistematika penulisan ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manajemen Konstruksi ....................................................................... 5


2.2. Tujuan dari Manajemen Konstruksi ...................................................................... 7
2.3. Fungsi Manajemen Kontruksi .............................................................................. 8
2.4. Pembentuk Manajemen Konstruksi .................................................................... 10
2.5. Peranan Manajemen ............................................................................................ 11
2.6. Manfaat Manajemen Kontruksi ........................................................................... 13
2.7. Manajemen Proyek Kontruksi ............................................................................ 18

1. Pengertian Manajemen Proyek ................................................................ 14


2. Tujuan Manajemen Proyek ..................................................................... 16
3. Tahapan Proyek Kontruksi ...................................................................... 16
4. Organisasi Manajemen ............................................................................ 24
5. Teknik-Teknik Penjadwalan ................................................................... 26
6. Rencana Anggaran Biaya ........................................................................ 26
7. Komponen Biaya Proyek ....................................................................... 29

iii
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................................................. 32
3.2. Saran ....................................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Suatu pelaksanaan proyek konstruksi terdiri dari serangkaian aktivitas-
aktivitas yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan
suatu manajemen konstruksi yang tepat dan dapat mengendalikan suatu
proyek konstruksi mulai dari tahap perencanaan, tahap perancangan, tahap
pelelangan, tahap pelaksanaan dan tahap sesudah pelaksanaan. Dalam
mengendalikan tahap demi tahap tersebut, dibutuhkan konsultan manajemen
konstruksi.
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola pelaksanaan dari
suatu proyek konstruksi sehingga memperoleh hasil yang optimal sesuai
dengan persyaratan yang diinginkan oleh pemilik proyek, persyaratan yang
diberikan biasanya terkait dengan waktu pelaksanaan, biaya konstruksi, dan
mutu bangunan konstruksi, sehingga harus selalu diusahakan adanya
pengawasan terhadap waktu, biaya, dan mutu bangunan konstruksi,
mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan.
Ada tiga jenis metode pembangunan infrastruktur dalam manajemen
konstruksi yaitu : 1) Metode Tradisional (Metode Konvensional), 2) Metode
Manajemen Konstruksi, 3) Metode Design and Build (Metode Rancang
Bangun). Pada metode konvensional, proses konstruksi dilakukan secara
berurutan yaitu mulai dari persiapan desain dan dokumen kontrak,
dilanjutkan proses tender terbuka atau negosiasi dengan kontraktor, setelah
itu dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan konstruksi. Pada metode
konvensional ini, kontraktor satu-satunya yang bertanggungjawab sampai
selesainya proyek konstruksi. Berbeda halnya dengan metode
manajemen konstruksi, pemilik proyek menyewa konsultan desain dan
konsultan manajemen sebelum konstruksi dimulai yang bertugas sebagai
penanggungjawab konstruksi. Sedangkan pada metode rancang bangun,
pemilik proyek menunjuk langsung perusahaan design and build sebagai

1
penanggungjawab penuh dalam mendesain sampai tahapan pelaksanaan
konstruksi.
Pada proyek swasta, kontraktor selalu menginginkan pekerjaan yang
dikerjakan dapat selesai lebih cepat agar bisa soft opening pada jadwal yang
telah ditentukan. Dari ketiga metode tersebut, proyek swasta umumnya
menggunakan metode design and build, namun terdapat kelemahan yang
perlu diperhatikan pada metode design and build. Pada dasarnya metode
design and build berlandaskan pada pekerjaan konstruksi dapat
dilakukan bersama-sama dengan proses desain. Namun, apabila suatu
pekerjaan
Penggunaan konsultan manajemen konstruksi biasanya digunakan pada
proyek berskala besar, dan merupakan suatu tim kerja yang memiliki
keahlian dalam mengelola manajemen proyek dan bertugas memantau,
mengendalikan serta ikut terlibat pada proses proyek. Tim ini yang berfungsi
sebagai konsultan dari pelaksanan proyek di lapangan, dimana peranan
mereka dimulai sejak tahapan perencanan hingga tahap konstruksi.
Namun demikian hal ini suatu realitas, masih saja sering terjadi
keterlambatan dan penyimpangan kualitas konstuksi pada tahap pelaksanan
proyek bukan hanya disebabkan oleh faktor alam, tetepi juga disebabkan
oleh beberapa hal antara lain koordinasi, komunikasi, administrasi,
pemberdayaan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang optimal.
Manajemen Konstruksi membawahi mutu fisik dari konstruksi, biaya dan
waktu. Dimana manajemen tenaga kerja/sumber daya manusia dan
manjemen material lebih ditekankan dan digunakan. Karena pada
manajemen konstruksi, 20% dari manajemen perencanaan berperan dan
sisanya, yaitu manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian
biaya dan waktu proyek mendapatkan bagian yang lebih besar.
Berdasarkan uraian di atas, kami rasa perlu untuk mengangkat topik
manajemen kontruksi dalam makalah ini.

2
1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas, maka untuk penelitian ini diambil sebagai
rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah pengertian sebenarnya dari menejemen konstruksi itu
sendiri?
2) Seperti apakah tujuan dari menejemen kontruksi dalam pelaksanaan
menejemen konstruksi?
3) Apa saja komponen pembentuk dari menejemen proyek mengingat
peranaannya sebagai menejemen konstruksi?
4) Seperti apakah peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek?
5) Apa saja manfaat dari manajemen proyek konstruksi?
6) Bagaimana perananan manajemen proyek konstruksi?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peranan konsultan


manajemen konstruksi pada tahap awal proyek (perencanaan dan
perancangan) dan tahap konstruksi (pelaksanaan pembangunan fisik) agar
keberhasilan proyek tercapai.
Adapun tujuan dan sasaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui makna dari manajemen proyek konsrtuksi itu sendiri.
2) Dapat mengetahui tujuan dari menejemen proyek dalam pelaksanaan
menejemen konstruksi.
3) Mengerti akan apa saja komponen pembentuk dari menejemen
proyek mengingat peranaannya sebagai menejemen konstruksi.
4) Mengetahui peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek.
5) Mengetahui manfaat dari manajemen proyek konstruksi.
6) Mengetahui apakah siklus proyek dalam menejemen konstruksi.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi faktor umum


fungsi dan peranan konsultan Manajemen Konstruksi pada proyek
konstruksi,

3
sehingga akan menjadi masukan yang berguna bagi praktisi di dunia
konsultan manajemen konstruksi untuk lebih meningkatkan kualitas
kerjanya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manjemen Konstruksi.

Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam


proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi
dikelompokKan dalam 5M (manpower, material, mechines, money and method).

Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk merealisasikan


pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini mengandung arti bahwa para
manajemen mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan – pekerjaan itu sendiri.

Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi
definisi tersebut memberikan kenyataan bahwa manajemen berutama mengelola
sumber daya manusia, bukan material atau finansial. We are managing human
resources. Selain manajemen mencakup fungsi perencanaan (penetapan apa
yang akan dilakukan), pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok
kerja), penyusun personalia (penarikan, seleksi, pengembangan pemberian
kompensasi dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasai,
kepemimpinan, integritas, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak
ada definisi yang yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Seperti
yang dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut :

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

5
Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses
bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal
itu adalah kemampuan dan keterampilan pribadi. Suatu proses adalah cara
sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses
karena semua manajer, tanpa memperdulikan keahlian atau keterampilan khusus
mereka. Harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Manajemen konstruksi adalah suatu proses pengolaan pekerjaan
pelaksaaan pembangunan fisik yang ditangani secara multi disiplin professional,
dimana tahapan-tahapan perancaan, perancangan,pelelangan pekerjaan,
pelaksanaan pekerjaan, dan penyerahan/pengoperasiannya diperlukan sebagai
suatu sistem yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk mencapai hasil
yang optimal dalam aspek memperkecil biaya, memanfaatkan waktu dan
mempertahankan kualitas proyek, sumber daya dalam proyek konstruksi
dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

1) Manpower
2) Material
3) Machines
4) Money
5) Method
Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni” untuk merealisasikan
pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini mengandung arti bahwa para
manajemen mencapai organisasi melalui pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Manajemen memang mempunyai
pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi tersebut memberikan
kenyataan bahwa manajemen bertugas mengelola sumber daya.

Dari definisi diatas terlihat bahwa stoner telah menggunakan kata proses
bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal

6
itu adalah kemampuan dan keterampilan pribadi. Suatu proses adalah cara
sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses
karena semua manajer, tanpa memperdulikan keahlian atau keterampilan khusus
mereka. Harus melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

2.2 Tujuan dari Manajemen Konstruksi


Tujuan manajemen konstruksi adalah mengelola funsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu
diperhatikan pula dengan mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu
pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini perlu diperhatikan pula
mengenai mutu bangunan, biaya yang dikeluarkan, dan waktu pelaksanaan.
Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan
mutu (quality control), pengawasan biaya (cost control), dan pengawasan waktu
pelaksanaan (time control). Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik
adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap-tahap lain sesuai
dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep manajemen
konstruksi dapat diterapkan pada tahap-tahap proyek sebagai berikut :

a. Manajemen konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.


b. Pengelolaan proyek dengsn system manajemen konstruksi. Disini
mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk
masukan-masukan dan keputusan yang berkaitan dengan teknis
operasional proyek konstruksi yang mencakup seluruh tahapan
proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan
penyerahan proyek.
c. Tim manajemen konstruksi sudah berperan sejak awal desain,
pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai,
d. Manajemen konstruksi berfungsi sebagsi koordinator pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau
pengawasan, apabila manajemen dilaksanakan mulai tahap

7
pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak-kontrak
pelaksanaan untuk kontraktor
Tujuan pokok dari manajemen konsruksi adalah mengelola atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh
hasil sesuai dengan persyaratan. Untuk itu, perlu diperhatikan mutu
bangunan, biaya yang digunakan, dan waktu pelaksanaan.

Segitiga variabel utama dalam Manajemen konstruksi

2.4 Fungsi Manajemen Kontruksi

Secara umum, fungsi-fungsi manajemen adalah :

1) Fungsi perencanaan

Berupa tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data / informasi,


asumsi maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan
pada masa mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara lain :
 Menetapkan tujuan dan sasaran usaha.

 Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.

 Menyumbangkan strategi dan prosedur operasi.

 Menyiapkan pendanaan serta standard kualitas yang diharapkan.

Manfaat dari fungsi perencanaan di atas adalah sebagai alat pengawas maupun
pengendali kegiatan, atau pedoman pelaksana kegiatan, serta sarana

8
untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.

2) Fungsi organisasi

Berupa tindakan-tindakan guna mempersatukan kumpulan kegiatan manusia,


yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama lain
dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka
mendukung tercapainya tujuan. Tindakan berupa antara lain :
 Menetapkan daftar penugasan.

 Menyusun lingkup kegiatan.

 Menyusun struktur kegiatan.

 Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup tugasnya.

Manfaat dari fungsi organisasi adalah merupakan pedoman pelakasanaan


fungsi, dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi
kewenangan terlihat jelas.

3) Fungsi pelaksanaan

Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam


kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh anggota organisasi dapat bekerja sama
dalam pencapaian tujuan bersama. Tindakan tersebut antara lain :
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.

 Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.

 Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi.

Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptakannya keseimbangan tugas,


hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan mendorong
tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerjasama untuk tujuan
bersama.

4) Fungsi pengendalian

Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan, dan penganalisaan serta

9
pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus
diambil terhadap penyimpangan yang terjadi (diluar batas toleransi). Tindakan-
tindakan tersebut meliputi antara lain :
 Mengukur kualitas hasil.

 Membandingkan hasil terhadap standard kualitas.

 Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi.

 Memberikan saran-saran perbaikan.

 Menyusun laporan kegiatan.

Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan


yang terjadi segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu.

2.4 Pembentuk Manajemen Konstuksi


Komponen-komponen sistem yang berupa unsur atau subsistem terkait satu
dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk sistem fungsi dan
efektivitas sistem dalam usaha mencapai tujuannya tergantung dari ketepatan
susunan rangkaian atau struktur terhadap tujuan yang telah ditentukan, yaitu :

a. Bersifat dinamis.
Sistem menunjukkan sifat yang dinamis, dengan prilaku tertentu.
Prilaku sistem umumnya dapat diamati pada caranya
mengkonversikan input menjadi output. Sistem terpadu lebih besar
daripada jumlah komponen-komponennya, bila elemen atau bagian
tersebut tersusun atau teroganisir secara benar, maka akan terjalin
satu sistem terpadu yang lebih besar daripada jumlah bagiannya.
b. Mempunyai arti yang berbeda
Satu sistem yang sama mungkin dipandang atau diartikan berbeda,
tergantung siapa yang mengamatinya dan kepentingannya. Salah satu
tanda keberadaan sistem adalah adanya tujuan atau sasaran yang
jelas. Umumnya identifikasi tujuan merupakan Langkah awal untuk
mengetahui perilaku suatu sistem dan bagiannya

10
c. .Sistem Terpadu Lebih Besar Daripada Jumlah Komponen-
komponennya
Bila elemen atau bagian tersebut tersusun atau terorganisir secara
benar, maka akan terjalin satu sistem terpadu yang lebih besar dari
pada jumlah bagiannya.
d. Mempunyai Sasaran yang Jelas

Salah satu tanda keberadaan sistem adalah adanya tujuan atau sasaran
yang jelas. Umumnya identifikasi tujuan merupakan langkah awal
untuk mengetahui perilaku suatu sistem dan bagiannya.
e. Mempunyai Keterbatasan

Disebabkan oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar berupa hambatan
dari lingkungan, sedangkan faktor dari dalam adalah keterbatasan
sumber daya.

2.5 Peranan Manajemen Konstruksi pada Tahapan Proyek

Agency Construction Manajement (ACM). Pada sistim ini konsultan


manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan
berfungsi sebagai koordinator penghubung antara perancangan dan
pelaksanaan serta antar para kontraktor.Konsultan MK dapat
dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu
penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik
mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor
sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.

Extended Service Construction Manajemen (ESCM). Jasa konsultan


MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor.
Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan
terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses
perancangan tersebutdilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri,
sehingga hal tersebut akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini.
Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen
Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/

11
KONTRAKTOR.

Owner Construction Management (OCM). Dalam hal ini pemilik


mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan.Guaranted Maximum Price Construction Management
(GMPCM). Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum
daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak
melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada
pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat
Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model


bisnis yang dilakukan oleh konsultan-konstruksi dalam memberi
nasihat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan.Construction
Management Association of America (CMAA)menyatakan bahwa
ada 7 kategori utama tanggung jawab seorang manajer konstruksi,
yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen
waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen
keselamatan, dan dan praktek profesional.

 Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi

Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksiadalah


layanan yang sangat baik yang disediakan untuk mengkoordinasikan
dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai manajer
proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek
anda. Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan semua yang
diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang desain
dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan
penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan
oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual
bawah pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen

12
dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. Netralitas
ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak
menyarankan klien pada pilihan konsultan dan kontraktor, yang
memungkinkan klien untuk mendapatkan manfaat maksimal.

2.6 Manfaat Manajemen Kontruksi

Manfaat manajemen konstruksi jika dibandingkan dengan sistem tradisional


dapat dilihat dari beberapa segi.

1. Segi Biaya Proyek

a. Biaya optimal proyek dapat dicapai karena tim MK sedah


berpartisipasi pada tahap perencanaan.
b. Biaya pembangunan keseluruhan proyek dapat dihemat
dibandingkan dengan sistem tradisionil karena tidak ada
pembebeanan ganda dari keuntungan Kontraktor, dan Sub
kontraktornya.
2. Segi Waktu

a. Dengan sistem Fast Track.

b. Waktu yang dipergunakan untuk perencanaan dan rancangan


bangunan dapat lebih panjang sebingga kualitas desain semakin
sempurna.
c. Pengadaan material/peralatan import dapat diukur secara dini
sebingga kemungkinan terlambat karena proses import dapat
dihindarkan.
3. Segi Kualitas
a. Mutu lebih terjamin karena tim MK ikut membantu kontraktor
dalam hal metode pelaksanaan , kemampuan kontraktor spesialis
lebih terseleksi oleh pemilik proyek dibantu dengan tim MK.
b. Kesempatan untuk penyempurnaan rancangan relative banyak
karena paket yang dilelang dilakukan secara bertahap dan paket per

13
paket.
4. Segi Program Pemerintah

a. Pemerataan kesempatan pekerjaan dengan paket-paket kepada


pengusaha kontraktor yang baru berkembang dapat direalisir.
b. Pemilik proyek tidak perlu menyediakan banyak staf karena praktis
semua keinginannya dapat ditangani dengan baik melalui
pendekatan metode MK.

c. implementsi, dan Quality Control.


d. Mutu dan

2.7 Manajemen Proyek Kontruksi

Dalam suatu kegiatan konstruksi diperlukan suatu manajemen atau


pengelolaan yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan, ketelitian, kecepatan,
keamanan, dan keselamatan kerja yang tinggi untuk dapat memperoleh hasil
yang efektif dan efisien. Manajemen Proyek merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara memimpin sebuah organisasi yang meliputi
kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengendalian
terhadap sumber-sumber yang ada guna mencapai suatu tujuan yang efektif dan
efisien ( Husen, 2009). Manajemen Proyek berhubungan dengan semua sumber
daya yang mendukung proyek tersebut seperti: material, peralatan, serta tenaga
kerjanya.
Rangkaian kegiatan kerja dalam suatu proyek konstruksi sering juga
disebut dengan istilah POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Artinya adalah kegiatan proyek harus direncanakan secara matang mulai dari
bagaimana prosesnya, dan sampai kapan proyek tersebut akan selesai, organisasi
dengan setiap orang yang terkait baik dengan mandor, pekerja maupun tukang.
Agar komunikasi dan koordinasi dapat berjalan dengan baik, proses pelaksanaan
proyek haruslah tepat, teliti, cermat, dan cepat. Setelah itu proses pengontrolan
dari minggu ke minggu bagaimana progressnya, apakah terus mengalami
peningkatan di tiap minggunya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, bahwa setiap proyek memiliki tujuan tertentu, dimana masing-

14
masing dari tujuan tersebut terdapat batasan yang mendasar, yaitu berapa banyak
biaya yang digunakan, penjadwalan waktu dan mutu yang harus dipenuhi oleh
proyek tersebut. Ketiga batasan tersebut lebih dikenal dengan tiga kendala (triple
constraint)
1. Manajemen Proyek

Setelah membahas dan mengetahui tentang pengertian dasar dari manajemen


proyek, dapat dikatakan bahwa manajemen proyek dapat dipengaruhi oleh tiga
konsep dasar manajemen modern. Berikut ini merupakan 3 dasar pemikiran
dalam manajemen modern, yaitu:
 Manajemen Klasik

Manajemen Klasik merupakan tugas dari manajemen berdasarkan


fungsinya, mengatur, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan.

 Pemikiran Sistem

Pemikiran Sistem merupakan pemikiran yang memandang segala sesuatu


berdasarkan dari pengetahuan totalitas yang meliputi: sistem analisis, dan
sistem engineer dalam penyelenggaraan proyek. Menurut Soeharto
(1995), sistem ialah sekelompok komponen yang terdiri atas manusia dan
atau bukan manusia yang diorganisir, yang diatur sehingga komponen-
komponen tersebut menjadi satu kesatuan dalam mencapai sasaran.
 Pendekatan Situasional

Pendekatan Situasional merupakan sebuah pendekatan yang menekankan


tidak ada satupun pendekatan manajemen terbaik/mutlak yang dapat
dipakai untuk mengelola atau mengatur setiap macam kegiatan proyek
(Soeharto, 1995).
Berikut ini merupakan bagan alir masukan dan keterkaitan berbagai
pemikiran manajemen pada manajemen proyek.

MANAJEMEN KLASIK

(Manajemen berdasarkan fungsinya)


PROYEK
PEMIKIRAN SISTEM

(Manajemen berorientasi pada


pengetahuan totalitas) 15 Mengelola
PENDEKATAN SITUASIONAL kegiatan yang
dinamis
(Manajemen berdasarkan
situasinya)
Masukan dan Keterkaitan Berbagai Pemikiran

Masing-masing dari pemikiran tersebut memiliki dasar pemikiran yang


berbeda-beda. Ketiga pemikiran tersebut sangat erat kaitannya dalam
pengelolaan manajemen suatu proyek. Dalam mengatur sebuah proyek haruslah
adanya sistem pengelolaan (manajemen) yang profesional/terpadu sehingga
pengelolaan kegiatan dapat berjalan dengan teratur dan lancar.

2. Tujuan Manajemen Proyek

Suatu proyek harus dikelola dengan baik, tepat, dan secara profesional
agar hasil dari proyek tersebut maksimal. Menurut Larson yang diterjemahkan
oleh Dimyati dan Nurjaman (2014), menjelaskan bahwa tujuan utama dari
manajemen proyek adalah agar proyek tersebut selesai tepat pada waktunya
sesuai dengan harapan pelanggannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sebuah manajemen proyek,
adalah:
1. Menetapkan tujuan dari sebuah proyek.

2. Proses proyek akan berjalan mulai dari awal hingga akhir.


3. Keterlibatan semua pihak dari tenaga kerja (mandor, pekerja, tukang),
biaya, pencapaian mutu, dan materialnya.

3. Tahapan Proyek Konstruksi

Proyek merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang bersifat sementara


yang dikerjakan untuk mencapai sebuah tujuan dengan melibatkan proses
perencanaan, desain, dan pengendalian (Ervianto, 2005). Salah satu dari sebuah
proyek adalah proyek konstruksi. Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan
yang terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, sistem pengadaan,
dan konstruksi. Produk yang dihasilkan dari proyek konstruksi seperti
pembangunan jembatan, jalan raya, gedung, dan lain-lain (Dipohusodo, 1996).

16
Proyek konstruksi semakin berkembang dan maju karena melibatkan
penggunaan sumber daya yang ada seperti: tenaga kerja, material bahan baku,
peralatan, dan penggunaan biaya yang jumlahnya bertambah besar. Dalam
sebuah proyek dapat dikatakan bahwa proyek tersebut merupakan proyek
konstruksi apabila mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki awal dan akhir kegiatan dalam suatu rangkaian kegiatan.
2. Jangka waktu kegiatan terbatas.

3. Rangkaian kegiatan yang terjadi tidak terulang kembali, sehingga


menghasilkan sebuah proyek yang unik.
4. Memiliki tujuan yang spesifik produk akhir dan tujuan akhir.

Dalam pengembangannya, proyek konstruksi akan melalui beberapa


tahapan, diantaranya adalah:
1. Tahapan konsep dan studi kelayakan (feasibility study). Pada tahapan
ini akan dilakukan analisis kelayakan teknis, ekonomi, dan laporan
dampak lingkungan.
2. Tahapan rekayasa dan desain (engineering and design). Pada tahap ini
akan dilakukan proses konsensi arsitektur, evaluasi alternatif teknologi,
ukuran, dan kapasitas.
3. Tahap pengadaan (procurement). Pada tahap ini akan melibatkan sistem
borongan, dan subkontraktor untuk dapat mendapatkan bahan material,
dan peralatan yang diperlukan.
4. Tahap konstruksi (construction). Tahap ini merupakan tahap mendesain
struktur bangunan dan fasilitas fisik yang mendukung.
5. Tahapan pemulaian kerja dan penerapannya (start- up and
implementation). Tahapan ini merupakan proses dimana proyek akan
dikerjakan, dan nantinya akan dievaluasi berdasarkan dengan penerapan
yang telah dikerjakan.
6. Tahap pengoperasian (operational). Tahap ini merupakan proses
dimulainya operasi pada saat struktur bangunan selesai.

17
Tiap-tiap tahapan suatu proyek ditandai dengan penyelesaian satu atau
lebih deliverables. Suatu deliverablesbersifat terukur, misalnya study kelayakan,
detail-detail suatu desain atau pekerjaan suatu prototype. Deliverables. dan
karenanya suatu tahapan merupakan bagian dari urutan-urutan umum dari
desain yang logis untuk menjamin definisi produk atau proyek yang sesuai.
Dapat disimpulkan bahwa tahapan proyek umumnya ditandai dengan tinjauan
ulang (review) terhadap dua kunci utama deliverables dan unjuk kerja proyek
yaitu:

a. Menentukan kapan proyek dilanjutkan ketahap berikutnya

b. Mendeteksi dan membetulkan kesalahan dalam analisis biaya secara


efektif.

Tahap atau tinjauan akhir ini sering disebut fase exist (tahap
pengadaan), stage gates (gerbang langkah) or kill points (titik berbahaya). Setiap
tahap proyek secara umum meliputi seperangkat rencana
definisi deliverables untuk menetapkan tingkat pengawasan manajemen yang
diinginkan. Kebanyakan tahap-tahap ini berhubungan deliverable tahap
pertama, dan tahapan berikutnya seperti analisis kebutuhan (requirwements),
desain (design), membangun (built), uji coba (test), memulai
(startup), penyerahan (turnover), dan sebagainya.

 Karakteristik Siklus Proyek

Siklus proyek menyajikan tentang definisi kegiatan proyek dari awal sampai
akhir. Siklus proyek akan menentukan apakah kegiatan study
kelayakan diperlukan sebagai tahap awal proyek atau bagian yang terpisah dari
proyek. Siklus proyek juga menentukan apakah tindakan transisi pada awal dan
akhir proyek, termasuk kegiatan proyek atau tidak.

Dalam hal ini siklus proyek dapat digunakan sebagai penghubung antara
dengan kegiatan operasional untuk membentuk organisasi proyek. Siklus
Proyek umumnya mendefinisikan tentang hal-hal berikut :

18
1. Kegiatan teknis apakah yang akan dikerjakan (misalnya apakah bagian
arsitek termasuk dalam tahap definisi atau bagian dari tahap
pelaksanaan).Kapan deliverable akan dihasilkan pada setiap phase dan
bagian setiap deliverable direview, diferivikasi dan falidasi.Siapakah
yang akan terlibat dalam setiap tahap proyek.Bagaimana melakukan
pengawasan dan menyetujui kegiatan tiap tahap.
2. Siklus proyek dapat bersifat umum dan bersifat detail. Deskripsi siklus
proyek yang tertalalu detail memiliki berbagai bentuk, bagan dan ceklist
untuk menunjukkan struktur dan konsistensi pelaksanaan proyek. Siklus
proyek yang detail sering disebut dengan metodologi manajemen.
Kebanyakan siklus proyek memiliki sejumlah karakteristik umum
yaitu:
1. Penggunaan biaya dan staf /tenaga kerja pada awal rendah dan
bertambah tinggi kearah akhir, dan langsung rendah/turun pada
tahap akhir.
2. Kemungkinan kesuksesan pelaksanan proyek rendah, dan
risiko ketidakpastian tinggi pada awal proyek. Kemungkinan
kesuksesan pelaksanaan proyek umumnya akan nampak
pada tahap pelaksanaan proyek selanjutnya.
3. Kemampuan stakeholder untuk
mempengaruhi karakteristik final produk dan biaya final
proyek sangat tinggi pada saat awal dan langsung
menurun/rendah pada setelah proyek berjalan. Konstribusi
utama pada penomena ini adalah perubahan biaya dan koreksi
kesalahan umumnya meningkat saat proyek berlangsung.
 Representasi Siklus Proyek

Contoh berikut dapat dijadikan contoh beberapa model siklus proyek yang
sering digunakan. Proyek depertemen Pertahanan AS (April 2000) tahapan
siklus proyek dilakukan sebagai berikut:

a) Tahap konsep dan pengembangan teknologi (concept and technology


development) meliputi kegiatan: pengkajian terhadap berbagai

19
alternatif yang akan digunakan, pengembangan komponen/subsistem
dan pendemonstrasian teknologi dengan sistem konsep baru, dan
tahap ini diakhiri dengan pemilihan teknologi yang akan digunakan.

b) Tahap pengembangan sistem dan uji coba (system development and


demonstration) meliputi kegiatan: integrasi sistem, meminimalisasi
risiko yang mungkin terjadi, uji coba pengembangan
model, pengembangan dan uji coba awal terhadap pelaksanaan dan
evaluasi. Tahap ini diakhir dengan uji coba pada lingkungan/kontek
yang sebenarnya.

c) Tahap produksi dan penyebaran (production and deployment)


meliputi kegiatan produksi awal dalam volume terbatas, produksi
secara penuh sesuai kapasitas. Tahap ini tumpang tindih dengan
tahap operasi dan pendukung

d) Tahap pendukung (support): tahap ini sebenarnya bagian dari tahap


produksi, tetapi kenyataannya proses pelaksaaan manajemen secara
berkelanjutan. Dalam berbagai proyek, dalam tahap ini dilakukan
proses perbaikan kapasitas, koreksi terhadap kesalahan produk dan
sebagainya.

Siklus proyek konstruksi umumnya sebagai berikut:

1. Tahap studi kelayakan (feasibility)- tahap ini meliputi


kegiatan: perumusan proyek, studi kelayakan, strategi perencanaan dan
persetujuan. Keputusan untuk melajutkan atau tidak proyek yang akan
dibuat dilakukan pada akhir tahap ini.
2. Perencanaan dan disain (planning and design) – tahap ini meliputi
kegiatan: pembuatan desain utama (base design), pembiayaan dan
penjadualan, masalah kontrak dan pembuatan detail perencanaan.
Penyelesaian kontrak dilakukan dalam akhir tahap ini.
3. Tahap konstruksi (constraction) – tahap ini meliputi manufacturing
(penyiapan mesin), penyerahan, pekerjaan sipil, pemasangan mesin-

20
mesin dan uji coba. Semua fasilitas harus sudah lengkap dan sempurna
pada akhir tahap ini.
4. Tahap akhir dan mulai operasi (turnover and startup) – tahap ini meliputi:
uji coba akhir dan perawatan. Pada akhir tahap ini semua fasilitas harus
sudah dapat bekerja secara penuh.

 Tahapan Operasional Di Dalam Distem Manajemen Konstruksi

1. Pengembangan Konsep

Tahap pengembangan konsep ini berupa :

a. Pengembangan sasaran proyek baik dilihat dari aspek biaya dan


waktu.

b. Mengidentifikasikan batasan utama.

c. Membuat TOR dan organizing.

d. Saran-saran prinsip konsep desain kepada konsultan perencana.

e. Tahapan pekerjaan.

f. Master, coordinating schedule.

g. Membuat perkiraan biaya awal berdasarkan konsep awal konsultan


perencana.

h. Cash flow (Proyeksi Arus Dana).

2. Tahap Perencanaan

a. Koordinasi dan pengawasan dalam hal pemetaan dan penyelidikan


tanah.

b. Menyusun jadwal review dan lelang (Master Coordinating Schedule).

c. Melakukan Review (peninjauan kembali)

d. Membuat RKS.

e. Membuat RAB tiap paket pekerjaan.

f. Membuat rekomendasi : aspek mutu, aspek biaya, waktu dan

21
material.

g. Mengurus ijin-ijin yang diperlukan.

Sebelum memasuki tahapan pelelangan beberapa tahapan yang dilalui


antara lain :

a. Sketsa Rencana :

Inti dari sketsa rencana ialah menuangkan konsep-konsep


arsitektur, evaluasi terhadap beberapa alternative proses
teknologi, penetapan dimensi serta kapasitas ruangan-ruangan,
dan mengetengahkan studi banding ekonomi bangunan.
Didalam proyek terdapat etimasi biaya proyek, etimasi biaya
proyek terdiri dari :
o Etimasi biaya kasar untuk pemilik sebagai dasar untuk studi
kelayakan proyek.
o Estimasi pendahuluan oleh konsultan perencana (dasar untuk
RAB Konsultan Perencanaan).
o Estimasi detail oleh kontraktor (dasar untuk RAB Penawaran
Kontraktor).

o Biaya sesungguhnya setelah proyek selesai (Real Cost).

b. Rencana Detail

Tahap rencana detail atau rancangan final mencakup kegiatan


menjabarkan seluruh perncanaan termasuk rancanan elemen
bangunan terkecil secara sistematis dan berurutan. Perancangan
dan analisis yang disajikan meliputi seluruh segi struktur
bangunan.

3. Tahap Pelelangan

a. Mengadakan pra kwalifikasi kontraktor.

b. Free tender meeting.

22
c. Menyusun daftar calon rekanan.

d. Bill of quality (jenis pekerjaan + volume).

e. Aanqijzing (penjelasan)

f. Menyiapkan dokumen lelang.

g. Menyusun RAB pasti untuk evaluasi penawaran.

h. Mengevaluasi setiap paket penawaran untuk direkomendasikan


kepada Pimro.

i. Menyiapkan dokumen kontrak antara Pimpro dengan Kontraktor.

4. Tahap Pelaksanaan

a. Membuat rencana induk pelaksanaan.

b. Menyusun prosedur di lapangan.

c. Free construction meeting.

d. Mengkoordinasi membuat prasarana kerja.

e. Mengarahkan rencana kerja masing-masing kontraktor.

f. Mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan pekerjaan kontraktor


dilihat dari aspek waktu, mutu dan kesempatan kerja.
g. Memproses ijin yang diperlukan.

h. Mengkoordinir asuransi masing-masing pekerjaan.

i. Memeriksa gambar detail dan contoh material.

j. Memimpin rapat koordinasi proyek.

k. Laporan kemajuan pekerjaan dan laporan keuangan .

l. Change order : biaya, mutu, waktu.

m. Menghitung pekerjaan tambah kurang.

n. Mengevaluasi RAB secara periodic.

23
o. Memeriksa dan menyiapkan dokumen pembayaran.

p. Evaluasi terhadap klaim kontrak.

q. Dokumen pembangunan proyek berupa gambar dan foto-foto.

r. Pemeriksaan akhir sebelum serah terima pertama.

s. Memeriksa berita acara serah terima pertama.

5. Tahap Pemeliharaan dan Pengoperasian

a. Mengkoordinir, mengarahkan, mengontrol.

b. Mengkoordinir pelaksanaan operasional.

c. Mengarahkan dan memeriksa as build drawing.

d. Mengarahkan dan memeriksa secara manual.

e. Memproses : garansi, jaminan, sertifikat, peralatan, dan training


operator.

4. Organisasi Manajemen Konstruksi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa proyek konstruksi melibatkan


banyak sumber daya seperti tenaga kerja, material bahan baku, peralatan, dan
biaya. Semua sumber daya dalam proyek konstruksi sangatlah dibutuhkan
terutama adanya sumber daya manusia. Ketika sumber daya manusia tidak
tersedia maka sama saja proyek tersebut tidak dapat berjalan, karena semua
pengerjaan dan pengambilan keputusan ada dalam kendali manusia.
Dalam proyek konstruksi, keterlibatan manusia atau sebuah organisasi
manajemen terdiri dari (Syah, 2004):
1. Pemilik Proyek (Owner)

2. Konsultan Perencanaan A/E (A/E Consultant)

3. Konsultan Manajemen Konstruksi (Contruction Management/CM)


4. Kontraktor (Contractor)

24
Pemilik proyek (owner) merupakan faktor penentu tercapainya
suatu proyek. Pada umumnya seorang owner memiliki tujuan yang sama
dalam mengerjakan sebuah proyek yaitu mutu atau kualitas kerja yang
baik, biaya minimum, dan cepat selesainya proyek tersebut. Owner
haruslah berperan aktif dalam mengendalikan dan mengontrol pengerjaan
proyek.
Peran serta konsultan perencanaan dan konsultan manajemen
konstruksi dalam pengerjaan proyek juga sangat diperlukan. Tugas dan
tanggung jawab dari konsultan perencanaan adalah merencanakan proyek
tersebut dari awal hingga akhir, arsitektur, mekanikal dan elektrikal,
pembuatan RAB (Rencana Anggaran Biaya), serta dokumen-dokumen
pelengkap lainnya. Konsultan perencanaan memperoleh sebuah proyek
melalui proses lelang yang diadakan oleh panitia tender konstruksi.
Sedangkan tugas dan tanggung jawab dari konsultan manajemen konstruksi
adalah mengawasi dan mengontrol jalannya peekerjaan yang ada dalam
lapangan, meminta laporan progres proyek dari kontraktor tiap minggunya,
menyampaikan progres pekerjaan kepada owner,
meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor.
Keterlibatan kontraktor dalam proyek konstruksi sangat berperan
penting. Seorang kontraktor dituntut harus mampu menyelesaikan suatu
proyek dengan baik sehingga dapat memuaskan semua pihak yang terkait
mulai owner hingga pelanggannya. Dalam pekerjaanya, kontraktor
haruslah memiliki karakteristik dan tolak ukur seperti tepat waktu, tepat
biaya, tepat mutu, serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman sehingga
pekerjaan lebih mudah diselesaikan’

25
Tujuan dan Motivasi masing-masing pekerja dalam konstruksi proyek

5. Teknik-Teknik Penjadwalan

Penjadwalan lebih terfokus pada proses menentukan dan memperhitungkan


waktu ketimbang proses kegiatan dalam operasional. Pada dasarnya dalam
pelaksanaan proyek harus mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang
ada untuk dapat menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
(Waryanto, 2001).
Teknik-teknik yang berhubungan dengan penjadwalan sebuah proyek
seperti bar chart schedule, vector diagram schedule, dan network diagram
schedule. Meskipun tekniknya berbeda, namun semua teknik memiliki tujuan
yang sama yaitu melakukan proses penjadwalan pada suatu proyek.

6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah suatu rencana anggaran yang


diperoleh dari proses melihat gambar. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
merupakan segala sesuatu yang dihitung berdasarkan perhitungan bahan baku
material, upah tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan
proses pelaksanaan proyek (Firmansyah, 2011;25). Secara umum perhitungan
RAB dapat dirumuskan sebagai berikut:

26
RAB = ∑ (Volume x Harga Satuan Pekerjaan)

Dalam membuat RAB, maka diperlukan tahapan-tahapan yang sesuai agar


pembuatan RAB benar dan tepat. Proses perencanaan anggaran biaya dalam
suatu proyek diperlukan untuk dapat menghitung jumlah volume per satuan
pekerjaan dan harga satuan pekerjaan berdasarkan dari gambar tahapan
pekerjaan dan syarat-syarat dari analisis pembangunan yang berlaku (Setia,
2013;20). Berikut ini merupakan tahapan analisis RAB:

27
Tahap Analisis Perhitungan RAB

Gambar Rencana

Daftar Jenis-Jenis Pekerjaan Daftar Volume Pekerjaan

Daftar Koefisien Daftar Daftar


Bahan Bahan Upah Upah Alat Alat

Harga Bahan Harga Upah Harga Alat

Harga Tetap Jenis Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya per


Kelompok

Rencana Anggaran Biaya


Total

Tujuan pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam sebuah proyek


konstruksi, adalah:
1. Mengetahui total biaya pembangunan sebelum dilaksanakannya
proyek.
2. Sebagai proses antisipasi kemungkinan terjadinya kemacetan dalam
proses pembangunan.
3. Mencegah atau menghindari terjadinya pemborosan dalam
penggunaan sumber daya Cost Estimate (estimasi biaya).
Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek dibuat berdasarkan patokan
rencana anggaran biaya proyek yang harus diikuti oleh setiap unit kerja, dan
dikendalikan oleh seorang manajer proyek.

28
7. Komponen Biaya Proyek

Pada umumnya, biaya yang dikeluarkan pada suatu proyek konstruksi


dikelompokkan kedalam 2 bagian, yaitu: modal tetap (fixed capital), dan biaya
modal kerja (working capital). Biaya proyek atau investasi merupakan
penjumlahan dari modal tetap (fixed capital) + modal kerja (working capital).
Fungsi dari pengelompokan biaya proyek adalah proses penggunaanya pada

1. Modal Tetap (Fixed Cost)

Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang digunakan


untuk menghasilkan produk proyek atau membangun instalasi
proyek sesuai dengan tujuan proyek, mulai dari pengeluaran studi
kelayakan, desain engineering, pabrikasi, pengadaan, konstruksi
hingga instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Modal tetap
dibagi juga kedalam 2 jenis, yaitu biaya langsung (direct cost), dan
biaya tidak langsung (indirect cost).
a. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk


sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir
proyek tersebut. Biaya langsung (direct cost) terdiri atas:
persiapan lahan (site preparation), pembangunan gedung
perkantoran, pengadaan peralatan utama, biaya merakit dan
memasang peralatan utama, pasang pipa, instalasi listrik, pusat
pengendalian informasi, gudang dan bangunan sipil lainnya,
biaya pembebasan tanah.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan biaya yang


dikeluarkan dalam proyek untuk pembiayaan

seperti: manajemen, supervisor dan pembayaran material serta


jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi
instalasi atau proyek permanen, akan tetapi diperlukan dalam

29
proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung (inderect
cost), meliputi: gaji dan tunjangan, transportasi atau peralatan
konstruksi, pembangunan fasilitas sementara, laba kotijensi,
biaya pengeluaran umum, overhead, dan pajak.

8. Tahapan Penyusunan Biaya Proyek

Dalam pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdapat tahapan


penyusunan untuk melihat biaya kebutuhan proyek yang terdiri dari biaya
pekerja, biaya material bahan baku, dan biaya peralatan. Berikut ini merupakan
tahapan dalam penyusunan biaya proyek:
1. Perhitungan Volume Pekerjaan

Dengan Rumus:

 Volume untuk luasan item pekerjaan (m2)

= panjang x lebar

 Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m3)

= panjang x lebar x tinggi

 Volume panjang item pekerjaan (m)

= panjang / tinggi
 Volume untuk borongan (ls, unit, buah)

= sesuai kesepakatan

2. Analisis Harga Satuan Pekerjaan

Untuk menghitung harga satuan upah dan bahan baku material pada
setiap daerah berbeda. Biasanya upah pekerja disesuaikan dengan UMR
pada tiap kota dan harga bahan material berbeda tiap kota yang satu dengan
yang lainnya. Oleh karena itu, dalam menghitung dan menyusun anggaran
biaya suatu proyek harus berpedoman pada Harga Satuan Pekerjaan.
Dalam menghitung harga satuan pekerjaan dibutuhkan analisis BOW
(Burgerlijke Openbare Werker) adalah suatu ketentuan umum yang

30
ditetapkan oleh Direktorat BOW pada tanggal 28 Februari 2921 Nomor
5372 A yang diberlakukan pada zaman penjajahan Belanda.
Pada analisa BOW ini, hanya dapat digunakan untuk pekerjaan yang
sifatnya tradisional seperti masih menggunakan peralatan konvensional.
Apabila suatu pekerjaan menggunakan peralatan modern/alat berat, analisa
BOW tidak dapat dipergunakan sama sekali, sebab ada beberapa bagian
pada analisa BOW yang tidak relevan dengan kebutuhan pembangunan,
baik dari bahan materialnya maupun upah tenaga kerja. Meskipun
demikian, analisa BOW masih dapat dipergunakan sebagai pedoman
menyusun anggaran proyek.

31
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari sekian banyak pembahasan yang tertera di atas maka dapat kita
simpulkan bahwa manajemen proyek sangat lah penting dalam suatu menejemen
konstruksi dimana dengan proyek konstruksi yang se rumit dan sebesar itu
tentunya di perlukan suatu alat yang berguna dalam pengaturan jalanya proyek
tersebut yang disebut menejemen proyek konstruksi.

Dengan manajemen kontruksi, system kerja atau metode pelaksanaan yang


professional akan memudahkan pelaksanaan di lapangan. Selain itu,
pengendalian mutu, waktu dan biaya secara teratur dapat mengurangi masalah-
masalah yang kemungkinan akan terjadi dalam pelaksanaan proyek.

3.2 Saran

Mengingat begitu pentingnya dan sentralnya menejemen proyek posisinya


dalam menejemen konstruksi maka di sarankan agar melakukan persiapan
sematang-matangnya dalam melakukan perencanaan menejemen karena kalau
adanya kesalahan manajemen maka akan gagal total lah suatu proyek tersebut.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. http://makalahtekniksipil.blogspot.co.id/2012/01/manajemen-
konstruksi.html
2. http://architectaria.com/planning-scheduling-and-project-operation-with-
barchart-and-s-curve-perencanaan-penjadwalan-dan-pengendalian-
proyek-denganbar-chart-dan-s-curve.html
3. https://karniadewi.wordpress.com/2013/03/11/manajemen-konstruksi/
4. http://yooungengineer.blogspot.co.id/2013/08/makalah-menejemen-
konstruksiproyek.html

33

Anda mungkin juga menyukai