Anda di halaman 1dari 31

Konstruksi Plat Lantai

Razan Ihtifazhuddan Soewiryo


Sebelumnya..
Kesalahan Perencanaan/Pelaksanaan ?
Sebelumnya..
Kesalahan Perencanaan/Pelaksanaan ?
Sebelumnya..
Kesalahan Perencanaan/Pelaksanaan ?
Definisi Plat

Pelat lantai atau pelat beton


bertulang yaitu STRUKTUR
TIPIS yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang
yang ARAHNYA HORIZONTAL
dan beban yang bekerja tegak
lurus pada bidang struktur
tersebut. (Ali Asroni, 2010)
Sifat Plat Lantai
Ketebalan bidang pelat ini relative sangat
kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang / lebar bidangnya

Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan


arahnya horizontal, sehingga pada bangunan
gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma
/ unsur pengaku horizontal yang sangat
bermanfaat untuk mendukung ketegaran
balok portal.
Nilai Slump
Nilai Slump pada konstruksi plat :

Nilai Maksimal : 15 cm
Nilai Minimal : 7,5 cm
Uji Kelecakan (Slump Test)
Standart Agregat Kasar
- Pada konstruksi plat, ukuran Agregat Kasar tidak boleh
lebih dari 1/3 kali tebal plat

- Memiliki butiran yang keras


- Kompak
- Tidak pipih
- Kekal/tidak mudah berubah volume karena perubahan
cuaca

- Memiliki permukaan yang kasar

Kardiyono, 2004
Standart Agregat Halus
a. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat.
b. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu bnayak.
c. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras
d. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, Jika diuji
dengan test ayakan ISO
- Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total
- Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
- Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total
e. Tidak boleh menggunakan pasir laut

Kardiyono, 2004
Standart Pengecoran
• Dilakukan pengecekan terakhir terhadap semua pekerjaan
penulangan,bekisting, pembersihan lokasi.
• Harus ada berita acara pengecoran
• Campuran adukan beton harus sesuai perbandingan yang
ditentukan
• Jika menggunakan ready mix harus di uji nilai slump dan
dibuat benda uji dilokasi.
• Jangan memberikan tambahan air, karena dapat
mempengaruhi mutu beton.
• Perhatikan proses pemadatan beton,agar beton tidak
keropos.
• Pembongkaran bekisting harus sesuai dengan umur beton
yg telah ditentukan
Fungsi Plat Lantai
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil :

Lantai Bangunan Lantai Atap


Fungsi Plat Lantai

Lantai Jembatan Lantai Dermaga


Tumpuan Plat Lantai
A. Plat Monolite (Ditumpu oleh Balok)

B. Plat Dinding (Ditumpu oleh Dinding)

C. Plat Komposit (Ditumpu oleh Balok Baja)

D. Plat Cendawan (Ditumpu oleh Kolom)

Ali Asroni, 2012


Hal-hal yang harus diperhatikan :
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan TIDAK HANYA
PEMBEBANAN SAJA. Tetapi :

Jenis Perletakan
Jenis Penghubung Pada Tumpuan
Momen Lentur
Kekakuan Hubungan Antara Pelat
Jenis perletakan pelat pada balok
1) Terletak bebas
Keadaanini terjadi jika pelat
diletakkan begitu saja di atas balok,
atau antara pelat dan balok tidak
dicor bersama-sama, sehingga pelat
dapat berotasi bebas pada tumpuan
tersebut, (lihat gambar 1). Pelat yang
ditumpu oleh tembok juga termasuk
dalam kategori terletak bebas.
Jenis perletakan pelat pada balok
2) Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan
balok dicor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup
kecil, sehingga balok tidak cukup kuat
untuk mencegah terjadinya rotasi
pelat. (lihat gambar 2)
Jenis perletakan pelat pada balok
3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan
balok dicor bersama-sama secara
monolit, dan ukuran balok cukup
besar, sehingga mampu untuk
mencegah terjadinya rotasi pelat
(lihat gambar 3)
Sistem penulangan pelat

pelat satu arah / one way slab


Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan
beban yang berupa momen lentur pada bentang
satu arah saja.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah


saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di
bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1
arah yang searah bentang L tersebut.
Sistem penulangan pelat

Pelat dua arah / two way slab


Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan
dijumpai jika pelat beton menahan beban yang
berupa momen lentur pada bentang 2 arah.

Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu


searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly),
maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah
yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga
tidak perlu tulangan lagi.
Tipe Plat Lantai

Sistem Flat Slab.


merupakan pelat beton bertulang yang
langsung ditumpu oleh kolom-kolom
tanpa adanya balok-balok. Biasanya
digunakan untuk intensitas beban yang
tidak terlalu besar dan bentang yang
kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom
penumpu, biasanya diberi penebalan
(drop panel) untuk memperkuat pelat
terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat
Slab tanpa diberi kepala kolom (drop
panel) disebut flat plate
Tipe Plat Lantai

Sistem Flat Grid.


Sistem lantai Grid (Waffle system)
mempunyai balok-balok yang saling
bersilangan dengan jarak yang relatif
rapat, dengan pelat atas yang tipis.
Tipe Plat Lantai

Sistem Pelat, dan Balok.


Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai
(slab) menerus yang ditumpu oleh balok-
balok monolit, yang umumnya
ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0
m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan
sering dipakai untuk menunjang sistem
pelat lantai yang tidak beraturan.
Pengujian/Pemeriksaan Pasca Konstruksi

1. METODE HAMMER TEST


Hammer test yaitu suatu alat
pemeriksaan mutu beton tanpa
merusak beton.
Secara umum alat ini bisa digunakan
untuk:
 Memeriksa keseragaman kwalitas
beton pada struktur.
 Mendapatkan perkiraan kuat tekan
beton.
Pengujian/Pemeriksaan Pasca Konstruksi

Metode Core Drill Test


1. Metode core drill test merupakan metode
pengujian yang sifatnya merusak.
2. Tujuannya untuk mengetahui kuat tekan beton
komponen struktur.
3. Uji core drill atau bor inti ialah cara uji beton
keras dengan cara mengambil contoh silinder
beton dari daerah yang kuat tekannya diragukan.
4. Pengambilan contoh dilakukan dengan alat bor
yang mata bornya berupa “pipa” dari intan,
sehingga diperoleh contoh beton berupa silinder.
Pengujian/Pemeriksaan Pasca Konstruksi

1. Pengujian Pembebanan di tempat (In-Situ Load test).


1. Pengujian ini sifatnya tidak merusak.
2. Tujuannya untuk memperhatikan apakah perilaku suatu
struktur pada saat diberi beban kerja (working load)
memenuhi persyaratan bangunan yang ada.
3. Perilaku struktur dinilai berdasarkan pengukuran lendutan
dan penampakan retak-retak yang terjadi selama pengujian
4. Beban yang bisa digunakan diantaranya air, bata/batako,
kantong semen/pasir, pemberat baja .
5. Pemilihan beban yang akan digunakan tergantung dengan
distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya total
beban yang dibutuhkan, dan kemudahan pemindahannya.
Kerusakan Pasca Konstruksi
Retak Rambut
Terjadi retak-retak halus pada
permukaan plat disebabkan akibat
adanya muai susut

Solusi : plester ulang, coating.


Kerusakan Pasca Konstruksi
Retak Struktural
Terjadi retak-retak pada permukaan plat
disebabkan akibat adanya muai susut,
getaran (gempa bumi), dan beban yang
berlebihan.

Solusi : injeksi epoxy.


Injeksi Epoxy
Kerusakan Pasca Konstruksi
Bocor/Rembes
Air dapat meresap pada struktur plat
lantai akibat campurab beton yang tidak
kedap air, sambungan yang kurang baik,
atau proses pengerjaan yang kurang
sempurna

Solusi : plester ulang, water prof.

Anda mungkin juga menyukai