Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Zainal Abidin Pagaralam No. 9-11 Labuhan Ratu, Bandarlampung

PELAT LANTAI
 PEDAHULUAN
 PEMBAHASAN
 TUMPUAN PELAT
 JENIS PERLETAKAN PELAT
 TIPE PELAT
 KLASIFIKASI PELAT
 METODE PELAKSANAAN PELAT
 PENUTUP
A. Latar Belakang
 Plat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi pada suatu bangunan,
baik itu gedung perkantoran maupun rumah tinggal biasa dan juga menjadi struktur
konstruksi pada jembatan. Umumnya, pelat lantai dibangun dengan konstruksi beton
bertulang sebagai dasar utamanya.
 Plat lantai adalah struktur yang pertama kali menerima beban, baik itu beban mati
maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke sistem struktur rangka yang
lain.
 Plat lantai berdasarkan sistem konstruksi materialnya dapat dibedakan menjadi
 bermacam-macam jenis, antara lain plat lantai kayu, plat lantai beton, plat lantai baja
dan plat lantai yumen.
A. Pengertian Plat Lantai
Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak dipermukaan tanah, atau bisa disebut lantai
tingkat. Pekerjaan plat lantai ini haruslah kokoh, kaku, mempunyai ketinggian yang sama
dan nyaman untuk berpijak. Ketebalan plat lantai ini disesuaikan dengan beberapa hal,
diantaranya:
1. Beban yang akan ditumpu
2. Jarak antar balok penumpu
3. Bahan yang digunakan
4. Besar lendutan yang diijinkan.
B. Fungsi Plat Lantai
Pelat lantai, yang meskipun terbuat dari berbagai macam jenis bahan,
mempunyai fungsi yang sama, yaitu:
1. Memisahkan lantai bawah dan lantai yang diatasnya
2. Tempat berpijak di lantai atas
3. Peredam suara dari lantai bawah ke lantai atas maupun sebaliknya
4. Sebagai tempat untuk penempatan kabel listrik dan lampu di lantai
bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
B. Fungsi Plat Lantai

Plat lantai, yang meskipun terbuat dari berbagai macam jenis bahan, mempunyai
fungsi yang sama, yaitu:
1. Memisahkan lantai bawah dan lantai yang diatasnya
2. Tempat berpijak di lantai atas
3. Peredam suara dari lantai bawah ke lantai atas maupun sebaliknya
4. Sebagai tempat untuk penempatan kabel listrik dan lampu di lantai bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
C. Jenis-jenis Pelat Lantai

Berdasarkan material bahannya, terdapat


bermacam-macam jenis plat lantai.

1. Pelat Lantai Kayu


Plat lantai kayu ini terbuat dari bahan kayu, yang
dirangkai dan disatukan menjadi satu kesatuan
yang kuat, sehingga terbentuklah bidang injak
yang luas.
Plat lantai kayu pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang umum di
pasaran. Ukuran-ukuran tersebut antara lain:
Lebar papan kayu : 20 – 30 cm
Tebal papan kayu : 2 – 3 cm
Jarak antar balok pendukung : 60 – 80 cm
Ukuran balok : 8/12 , 8/14, dan 10/14
Bentangan : 3 – 3,5 m
Berat jenis : 0,6 – 0,8 ( t/m )

Balok-balok kayu ini bisa diletakkan diatas pasangan 1 batu bata ataupun diatas
balok beton.
Kelebihan :
1. Ekonomis, karena harganya relatif murah.
2. Hemat ukuran pondasi, dikarenakan beratnya ringan.
3. Mudah dikerjakan.

Kekurangan :
1. Hanya diperbolehkan untuk struktur konstruksi bangunan yang ringan.
2. Bukan peredam suara yang baik
3. Mudah terbakar
4. Tidak awet
5. Tidak bisa dipasangkan keramik
2. Pelat Lantai Beton
Plat lantai beton ini umumnya bertulang dan
dicor ditempat bersama dengan balok
penumpu dan kolom pendukungnya. Plat
lantai ini dipasang tulangan baja pada kedua
arahnya, dan tulangan silang untuk
menahan momen tarik dan juga lenturan.
3. Plat Lantai Baja

Konstruksi plat lantai baja ini biasanya digunakan


pada bangunan yang komponen-komponen
strukturnya sebagian besar terdiri dari material
baja.

Pada tahap ini plat lantai baja digunakan pada


bangunan semi permanen seperti bangunan untuk
bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain.
4. Plat Lantai Yumen

Merupakan kependekan dari plat lantai kayu


semen (yumen).

Plat lantai ini terbuat dari potongan kayu kecil


yang dicampur dengan semen dan dibuat
dengan ukuran 90 x 80 cm.

Plat lantai ini termasuk plat lantai yang masih


baru dan masih jarang digunakan.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat
tersebut ditumpu oleh balok-balok dengan
berbagai sistem sebagai berikut:
1. Monolit, yaitu pelat dan balok dicor
bersama-sama sehingga menjadi satu
kesatuan.
2. Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan.
3. Didukung oleh balok-balok baja dengan
sistem komposit.
4. Didukung oleh kolom secara langsung
tanpa balok, dikenal dengan pelat
cendawan.
1. Terletak bebas
Jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor
bersama-sama sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut.

2. Terjepit elastis
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup
kecil shingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi.

3. Terjepit penuh
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup
besar sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
a) Sistem Flat Slab
Pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa
balokbalok disebut Sistem Flat Slab. Sistem ini digunakan bila bentang
tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat, misalnya bangunan
apartemen atau hotel.

Bagian penebalannya disebut Drop Panel, sedangkan penebalan yang


membentuk kepala kolom disebut Column Capital.
Contoh Penggunaan Sistem Flat slab dengan Drop Panel
b) Sistem Lantai Grid
Sistem lantai grid 2 arah (Waffle-system) memiliki balok-balok yang saling
bersilangan dengan jarak yang relatif rapat yang menumpu pelat atas yang
tipis. Ini dimakudkan untuk mengurangi berat sendiri pelat dan dapat didesain
sebagai Flat Slab atau pelat dua arah, tergantung konfigurasinya.
c) Sistem Lajur Balok
Sistem ini hampir sama dengan system balok-pelat tetapi menggunakan
balokbalok dangkal yang lebih lebar. Sistem lajur balok banyak diterapkan
pada bangunan yang mementingkan tinggi antar lantai.
d) Sistem Pelat dan Balok
Sistem ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu balok-balok
monolit yang umumnya ditempatkan pada jarak sumbu 3 m hingga 6 m.
Sistem ini kokoh dan sering dipakai untuk menunjang system pelat lantai
yang tidak beraturan.
Pelat 1 arah :

Perbandingan Sisi Panjang


dengan sisi pendek lebih besar
dari 2, pada pelat yang ditumpu
pada empat sisi, maka pelat ini
dapat dianggap pelat satu arah.

Ly/Lx > 2
Metode Konvensional
Seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan plywood dengan perancah
scaffolding. Ini merupakan cara lama yang paling banyak digunkana namun membutuhkan waktu
lama serta biaya tinggi. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-lomba
melakukan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah.
Metode Half Slab

Disebut half slab karena separuh struktur pelat lantai dikerjakan dengan sistem precast, bagian
tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, selanjutnya
dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh plat
ditempat. Kelebihannya yaitu adanya pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting.
Full Precast

Merupakan sistem paling cepat, namun perlu diperhatikan jika menggunakan metode ini yaitu
segi kekuatan alat angkat, misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total
berat beton precast. Dan metode ini juga dapat dilakukan sejak dini dipabrik lalu tinggal dikirim
ke lokasi proyek untuk dipasang.
Metode Bondek

Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh plat bondek dengan begini
diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat
dalam bentuk batangan atau diganti dengan besi wiremesh agar lebih cepat saat pemasangan.

Anda mungkin juga menyukai