Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

KONSENTRASI PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PLAT LANTAI

A. URAIAN UMUM
Dalam setiap proyek konstruksi, pelaksanaan pekerjaan struktur harus
direncanakan terlebih dahulu dan mengacu pada gambar kerja. Pelaksanaan
pekerjaan dilakukan secara professional dengan mengikuti aturan dan spesifikasi
yang ada, serta menggunakan material dan peralatan yang telah ditetapkan
sehingga menghasilkan konstruksi yang baik sesuai dengan perencanaan.
Pada proyek pembangunan Rumah Susun Sewa MBR Pemkot Surakarta
(JTGMBR20-04), tahap pembangunan saat ini masih berlanjut. Pekerjaan yang
dilakukan selama proses praktek industri antara lain pekerjaan pondasi tiang
pancang, kolom, balok, dan plat.

B. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Definisi Pelat Lantai


Menurut Ervianto (2006), pelat lantai merupakan struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban
yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut sehingga pada
bangunan gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku
horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Pelat lantai tidak terletak di atas tanah langsung melainkan tingkat
pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat lantai
adalah struktur pertama kali yang menerima beban, baik itu beban mati
maupun beban hidup yang kemudian di salurkan ke sistem struktur rangka
yang lain. Ketebalan pelat lantai disesuaikan dengan beberapa hal, diantarnya:
1. Beban yang akan ditumpu.
2. Jarak antar balok penumpu.
3. Bahan material konstruksi dan pelat lantai yang digunakan.
4. Besar lendutan yang di ijinkan.
Pelat lantai merupakan suatu struktur solid tiga dimensi dengan
bidang permukaan yang lurus, datar dan tebalnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan dimensinya yang lain. Struktur pelat bisa saja
dimodelkan dengan elemen 3 dimensi yang mempunyai tebal h, panjang b,
dan lebar a. Adapun fungsi pelat lantai adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
b. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
c. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
d. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
e. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
Perencanaan dan perhitungan pelat lantai beton telah diatur oleh
pemerintah yang tercantum di dalam buku SNI Beton 1991 yang mencakup
beberapa hal, antara lain :
1. Pelat lantai harus mempunyai tebal minimum 12 cm, dan untuk pelat atap
minimum 7 cm
2. Harus di beri tulangan silinder dengan diameter minimum 8 mm yang
terbuat dari baja lunak ataupun baja sedang.
3. Pelat lantai dengan tebal lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap
diatas dan dibawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih
dari 20 cm atau dua kali tebal pelat, dan dipilih yan terkecil.
5. Semua tulangan pelat harus dibungkus dengan lapisan beton dengan tebal
minimum 1 cm, yang berguna untuk melindungi baja dari korosi maupun
kebakaran.
Pelat lantai memiki banyak jenis/tipe, yang setiap tipe memiliki
kelebihan dan kekurangan. Jenis-jebis pelat lantai antara lain :
1. Pelat kayu
Pelat lantai kayu terbuat dari bahan kayu, yang dirangkai dan disatukan
menjadi suatu kesatuan yang kuat, sehingga terbentuklah bidang injak
yang luas. Pelat lantai kayu memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu :
a. Kelebihan
1) Ekonomis, harganya relatif murah
2) Hemat ukuran pondasi, karena beratnya yang ringan
3) Mudah dikerjakan
b. Kekurangan
1) Hanya diperbolehkan untuk struktur konstruksi bangunan yang
sederhana dan ringan.
2) Bukan benda pereda yang baik
3) Mempunyai sifat mudah terbakar
4) Tidak tahan air
5) Mudah terpengaruh oleh cuaca seperti hujan, panas, dll
6) Tidak dapat dipasang kermaik
Dalam proyek pembangunan yang tergolong besar, biasanya menggunakan
tipe pelat lantai beton. Pelat lantai beton mempunyai beberapa keunggulan
antara lain sebagai berikut :
1. Mendukung untuk digunakan pada bangunan dengan beban besar
2. Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai
lantai dapur, dan kamar mandi.
3. Dapat dipasang keramik, tegel,dan granit, sehingga dapat memperindah
lantai.
4. Bahan yang awet dan kuat, perawatan nya mudah dan berumur panjang.
Pada pekerjaan struktur pelat lantai terdapat beberapa metode yang
digunakan, antara lain :
1. Metode konvensional
Menurut Ervianto (2006), sistem konvensional adalah sistem
pengecoran yang dilakukan di tempat proyek/lapangan. Kelebihan sistem
konvensioanl yaitu :
a. Biaya pelaksanaan lebih murah
b. Penggunaan alat berat relatif sedikit
Kekurangan sistem konvensional yaitu :
a. Membutuhkan tenaga kerja yang banyak
b. Waktu perlaksanaan lebih lama
c. Membutuhkan material lebih banyak
d. Mutu pekerjaan tidak sebaik pracetak
Metode konvensional digunakan salah satunya struktur pelat lantai
yang dikerjakan secara langsung ditempat proyek/lapangan, dengan
bekisting yang menggunakan plywood dan scaffolding sebagai perancah.
Metode ini terbilang kuno dan paling banyak digunakan namun dapat
memakan banyak waktu dan biaya.
2. Metode Half slab
Metode ini disebut metode half slab karena sebagian struktur pelat
lantai dikerjakan dengan sistem precast. Bagian tersebut dibuat di pabrik
untuk kemudian dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, yang kemudian
dipasang besi tulangan atas, kemudian di cor sebagain pelat yang
dilakukan di tempat proyek. Kelebihan dari metode half slab ini yaitu
terdapat penghematan waktu dan biaya untuk pekerjaan bekisting. Akan
tetapi, tidak semua bagian pelat gedung bisa dibuat dengan sistem ini,
contohnya area toilet.
3. Metode full precast
Metode ini bisa disebut dengan metode yang paling cepat
pengerjaannya, akan tetapi perlu diperhatikan juga metode ini
memperhatikan kekuatan alat angkat, diaman kuat angkat ujung tower
crane harus lebih besar dari total beton precast.
4. Metode bondek
Yaitu metode dengan mengfanti tulangan bawah diganti oleh pelat
bondek, dengan harapan mampu menghemat besi tulangan dan bekisitng
dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan atau bisa
juga diganti dengan besi wiremesh agar lebih cepat dalam
pemasangannya.

Pada proyek pembangunan Rumah Susun Sewa MBR Pemkot


Surakarta (JTGMBR20-04), struktur pelat lantai menggunakan beton
bertulang dengan metode pengerjaan konvensional atau pengecoran dilakukan
secara langsung di lokasi dengan tebal pelat 0,13 m/ 13 cm dengan panjang
bangunan 61,25 m dan lebar bangunan 14,9 m. Struktur pelat lantai terdapat
beberapa void yang digunakan untuk tangga yang terdiri dari 3 buah, dengan
ukuran void tangga utama 4x4,5 m2 dan 2 buah tangga variasi dengan ukuran
void 2,725x4,2 m2.

Gambar 4.1 Denah Pelat lantai 2 Pembangunan Rumah Susun Sewa MBR
Pemkot Surakarta (JTGMBR20-04)
2. Tahapan Pekerjaan Pelat Lantai
Pekerjaan pelat lantai biasanya dilaksanakan setelah pekerjaan kolom
selesai dan bersamaan dengan pekerjaan balok. Urutan pekerjaan pelat lantai 2
meliputi beberapa kegiatan antara lain :
a. Pemasangan Scafolding
Scaffolding adalah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk
sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan
serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk
pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Scaffolding yang sesuai dan
aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dilakukan
dengan aman oleh seseorang yang berdiri di atas konstruksi yang kuat dan
permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan
aman dan mempergunakan tenaga. Scaffolding harus diberi lantai papan
yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja,
peralatan dan bahan yang dipergunakan. Lantai scaffolding harus diberi
pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari dua meter. (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1980).
Pada dasarnya fungsi perancah adalah sebagai berikut:
a. Landasan untuk pekerja dalam melaksanakan pekerjaan
b. Penopang atau penyangga bekisting
Perancah dapat digunakan pada pekerjaan bangunan gedung maupun
konstruksi lainnya seperti jembatan, tower, maupun konstruksi lainnya.
Pemasangan perancah sebenarnya sederhana dan mudah, namun yang
menjadi permasalahan adalah apabila ketinggian bekisting yang akan kita
pasang tidak sesuai dan spesifikasi ketinggian perancah yang ada. Cara
penyetelan atau pemasangan perancah adalah sebagai berikut :
1. Menentukan letak scaffolding atau mengatur jarak main frame
scaffolding.
2. Memasang base plat atau jack base diatas landasan yang stabil;
3. Menyetel kerangka main frame;
4. Memasang cross brace pada dua sisi agar elemen perancah dapat berdiri
dengan tegak dan tidak goyang;
5. Menyusun frame vertical berikutnya sampai ketinggian perancah
dianggap cukup, gunakan jack dan u-head untuk mengatur
ketinggiannya;
6. Ketinggian perancah diatur sesuai dengan ketinggian bekisting atau
disesuaikan dengan desain dan kondisi yang telah direncanakan.

Gambar 4.2 Pemasangan Scaffolding


b. Pembekistingan pelat
Bekisting merupakan sebuah cetakan yang bersifat sementara, yang
berfungsi sebagai penahan beton hingga beton tersebut mengeras. Dimensi
bekisting pelat harus sesuai dengan konstruksi yang direncanakan
sehingga hasilnya dapat disesuaikan dengan yang ditunjukan oleh gambar
kerja. Tahap pekerjaan pembekistingan pelat yaitu :
1. Setelah perancah scaffolding disusun berjajar, pada U-head dipasang
balok kayu ukuran 6/12 sejajar dengan arah cross brase dan diatas
girder dipasang suri-suri dengan arah melintang.
2. Kemudian dilakukan pemasangan bekisting pelat lantai menggunakan
plywood dengan tebal 18 mm dan dilakukan pemotongan plywood
untuk menyesuaikan ukuran beskisting pelat lantai.

Gambar 4.3 Pembekistingan pelat lantai 2


c. Penulangan pelat lantai
Adapun tahapan penulangan pelat lantai sebagai berikut :
1. Pemasangan pelat lantai dilaksanakan setelah pembesian balok selesai.
Proses pembesian dilakukan secara langsung diatas bekisting pelat.
Perakitan tulangan besi dilakukan dengan memasang tulangan bawah
terlebih dahulu, pembesian berikutnya dilakukan secara menyilang
diatasnya, lalu diikat menggunakan kawat bendrat. Dalam perencanaan
penulangan pelat lantai menggunakan besi ukuran 10-200 mm,
sedangkan dalam pelaksanaan dilapangannya menggunakan 10-150
mm.

Gambar 4.4 Proses penulangan pelat lantai 2


2. Kemudian diletakkan beton decking/ beton tahu antara tulangan bawah
dengan bekisting pelat.

Gambar 4.5 Pemasangan beton decking


3. Pemasangan tulangan kaki ayam diantara tulangan atas serta bagian
bawah pelat, digunakan agar rangkaian tulangan tidak menyatu dan
terkontrol ketebalan pelat lantainya.

Gambar 4.6 Pemasangan tulangan kaki ayam


4. Proses tersebut dilakukan sampai pekerjaan penulangan pelat selesai.

d. Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai


Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal-
hal seperti berikut :
1. Pemeriksaan bekisting meliputi :
- Ukuran bekisting (lebar dan tinggi).
- Pemeriksaan elevasi dan kelurusan bekisting.
- Pemeriksaan sambungan bekisting.
2. Pemeriksaan penulangan meliputi :
- Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.
- Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.
- Pemeriksaan panjang overlapping dan penjangkaran pada tulangan.
- Pemeriksaan kekuatan bendrat.
- Pemeriksaan decking (tebal selimut beton).
Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan bekisting dan
tulangan terpasang sesuai rencana. Setelah semua pemeriksaan dilakukan
dan hasilnya baik, maka pelaksanaan pengecoran dapat dilakukan. Urutan
proses pengecoran pelat lantai sebagai berikut :
1. Beton ready mix dengan mutu yang disyaratkan dituang dari truck
mixer ke dalam angkong/gerobak dorong untuk dilakukan
pengujian slump.

Gambar 4.7 Pengujian slump


2. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan maka beton ready mix
dituang dari truck mixer ke concrete pump truck, dan dilakukan
pengecoran pelat lantai.
Gambar 4.8 Pengecoran pelat lantai
3. Pada sambungan beton lama dan baru, dilakukan penyiraman
bahan perekat/ lem beton bertujuan untuk menyatukan beton lama
dan baru.

Gambar 4.9 Penyiraman bahan perekat/lem beton


4. Beton ready mix yang telah dituangkan dari concrete pump truck
ke struktur pelat lantai di ratakan dengan papan penggaruk dan di
padatkan menggunakan concrete vibrator.
5. Untuk menentukan tinggi pengecoran pelat lantai agar
ketinggiannya sama rata maka dilakukan pengukuran ketinggian/
elevasi dengan cara pembidikan menggunakan alat waterpass dan
pipa peralon sebagai baak ukur pada daerah yang dituang beton
ready mix dan yang telah dipadatkan menggunakan vibrator.

Gambar 4.10 Pengukuran ketinggian pelat lantai


6. Setelah ketinggiannya sesuai, dilakukan pemerataan beton ready
mix menggunakan alat roskam/lepan.

Gambar 4.11 Pemeratan beton ready mix


7. Pengecoran dihentikan pada batas zona pengecoran.

Pengecoran balok dan pelat pada proyek pembangunan Rumah Susun


Sewa MBR Pemkot Surakarta (JTGMBR20-04) dilakukan dengan 3
tahap:
1. Tahap pertama dilakukan pada tanggal 11 Januari 2021 dengan total
volume pengecoran 37 m3.
2. Tahap kedua dilakukan pada tanggal 15 Januari 2021 dengan total
volume pengecoran 78 m3.
3. Tahap ketiga dilakukan pada tanggal 19 Januari 2021 dengan total
volume pengecoran 69 m3.
e. Pembongkaran bekisting
Untuk pelat pembongkaran besting dilakukan setelah beton sudah
mengeras sempurna, sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting
dilakukan 7 hari setelah pengecoran.
f. Perawatan (curing)
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu
beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang
dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama
1 minggu.
Gambar 4.12 Perawatan pada balok dan pelat

3. Peralatan dan Bahan Dalam Pekerjaan Pelat Lantai


Berikut adalah alat-alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
balok dan pelat lantai :
a. Truk Mixer (Truk molen)
b. Concrete pump truck
c. Vibrator
d. Slump test
e. Scaffolding
f. Mesin potong besi
g. Mesin bar bender
h. Dan alat pembantu lainnya
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan balok dan pelat lantai yaitu :
a. Beton ready mix
b. Baja tulangan
c. Kayu 6/12
d. Plywood
e. Kawat bendrat
f. Paku
g. Lem beton cabond
h. Beton tahu

Anda mungkin juga menyukai