Anda di halaman 1dari 38

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton Precast

Beton pracetak ( precast ) dihasilkan dari proses produksi dimana

lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan

dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast – in place, dimana proses

produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan

(Wulfram I. Ervianto, 2006).

Precast concrete ( beton pracetak ) adalah suatu metode percetakan

komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi

waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Karena

proses pengecorannya di tempat khusus ( bengkel pabrikasi ), maka mutunya

dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan,

maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical – nya

mencapai angka minimum tertentu, bentuk typical yang dimaksud adalah

bentuk – bentuk repetitif dalam jumlah besar (Iqbal Batubara, 2012).

Sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif

teknologi dalam perkembangan konstruksi di Indonesia yang mendukung

efisiensi waktu, efisiensi energi, dan mendukung pelestarian lingkungan

(Siti Aisyah Nurjannah, 2011).

5
6

2.1.1 Keuntungan dan Kerugian Beton Precast

Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan

dengan struktur konvensional, antara lain :

a. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.

b. Waktu pelaksanaan yang cepat.

c. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam

pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan

biaya proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik

bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.

d. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.

e. Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis

dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat ( cast in-

situ ) adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan

biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada

umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar – standar

yang baku, pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.

f. Penyelesaian finishing mudah.

g. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak

dapat dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan

elemen tersebut di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang

dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.

h. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan,

lebih bersih dan ramah lingkungan.


7

i. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan,

juga tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan

proyek lebih bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat

dilakukan dipabrik.

j. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.

k. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian

laboratorium di pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi

persyaratan, baik dari segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.

l. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil

produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah

ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO

yang diakui secara internasional.

m. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian

alat – alat penunjang, seperti : scaffolding dan lain – lain.

n. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan

produksi.

Namun demikian, selain memiliki keuntungan, struktur elemen pracetak

juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

a. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.

b. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar

antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak

menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.

c. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan


8

kapasitas alat angkat dan alat angkut.

d. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan

truk adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung

dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak

maksimum transportasi dapat sampai di atas 1000 km.

e. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan

untuk handling dan erection.

f. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan

kekuatan besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama

pada daerah sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan

persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton

pracetak.

g. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan

sambungan pada beton pracetak.

h. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan

( stock yard ).

2.1.2 Perbedaan Analisa Beton Pracetak dengan Beton Konvensional

Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama,

beban – beban yang diperhitungkan juga sama, factor – factor koefisien yang

digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan

adalah :

a. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat

umur beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton


9

yang sangat muda saat diangkat akan terjadi retak ( crack ) atau

tidak. Di sini dibutuhkan analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak

pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa beton secara

konvensional.

b. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan

beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan

pemasangan beton pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak

dibuat di pabrik.

c. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain

sambungan di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.

2.1.3 Jenis Komponen Beton Pracetak ( Precast )

Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur

bangunan gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :

a. Tiang pancang.

b. Sheet pile dan dinding diapragma.

c. Half solid slab ( precast plank ), hollow core slab, single – T, double

– T, triple – T, channel slabs dan lain – lain.

d. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak ( PC I

Girder ).

e. Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai.

f. Panel – panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian

dari single – T atau double – T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi

sebagai pendukung beban ( shear wall ) atau tidak mendukung beban.


10

g. Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet,

panel – panel penutup dan unit – unit beton pracetak lainnya sesuai

keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.

2.2 Plat Beton Bertulang

Yang dimaksud dengan plat beton bertulang yaitu struktur tipis yang

dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, beban

yang bekerja adalah tegak lurus pada bidang tersebut. Plat beton bertulang

banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai

atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban

yang bekerja pada plat umunya diperhitungkan terhadap beban gravitasi

beban mati dan / atau beban hidup (Ir. H. Asroni, M.T., 2017)

2.2.1 Penulangan Plat

Perencanaan tulanagan plat pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam,

yaitu :

1. Plat satu arah / one way slab

Plat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika plat

beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur

pada bentang satu arah saja. Contoh plat satu arah adalah plat

kantilever dan plat yang ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar. Karena

momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang

L, maka tulanagan pokok dipasanag 1 arah yang searah bentang L

tersebut.
11

(Sumber: Ir. H. Ali Asroni, M.T., 2017)

Gambar 2.1 Contoh palt dengan tulangan pokok satu arah

2. Plat dua arah / two way slab

Plat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika plat

beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua

arah. Contoh plat dua arah adalah plat yang ditumpu oleh 4 (empat)

sisi yang saling sejajar. Karena momen lentur bekerja pada 2 arah,

yaitu searah dengan bentang Iх dan batang Iy, maka tulanagan

pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus

( bersilangan ), sehingga tidak perlu tulangan bagi.


12

(Sumber: Ir. H. Ali Asroni, M.T., 2017)

Gambar 2.2 Contoh palt dengan tulangan pokok dua arah

2.3 Manajemen Mutu

Manajemen mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Secara konvensional pengertian mutu

adalah menggambarkan karaktersitik langsung dari suatu produk, seperti

performance, reliability ( keandalan ), mudah dalam penggunaaan dan

estetika. Sedangkan secara strategis pengertian mutu adalah segala sesuatu

yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen.


13

SNI 19-8402-1996 mendefinisikan manajemen mutu sebagai seluruh

kegiatan dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan

mutu, sasaran dan tanggung jawab, serta penerapannya dengan cara seperti

perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu dan peningkatan mutu

dalam system mutu.

Sistem manajemen mutu terdiri atas empat tingkatan yaitu :

1. Inspeksi ( Inspection ), adalah mengkaji karekteristik proyek dalam

aspek mutu, dalam hubungannya dengan suatu standart yang

ditentukan. Inspeksi akan menentukan baik atau tidaknya proyek

berdasarkan mutunya.

2. Pengendalian Kualitas ( Quality Control – QC ), terdiri dari kegiatan

pemeriksaan pekerjaan, bersama – sama dengan manajemen dan

pendokumentasian bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan

persyaratan kontrak dan peraturan – peraturanyang berlaku. QC

merupakan suatu unsur atau bagian dari QA.

3. Jaminan Kualitas ( Quality Assurance – QA ) adalah semua

perencanaan, metoda dan langkah sistematis yang diperlukan untuk

memberi keyakinan bahwa semua perencanaan, perancangan dan

pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar – standar

yang berlaku, serta syarat – syarat yang dispesifikasikan dalam

kontrak.

4. Total Quality Management ( TQM ) adalah gabungan dari semua

bentuk manajemen kualitas yang tujuan utamanya adalah memenuhi


14

kepuasan pelanggan dengan menitikberatkan pada peningkatan

berkelanjutan.

2.4 Hubungan Material Proses Produksi dan Mutu Produk

Material konstruksi sangat penting dalam menghasilkan produk

konstruksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan komoditas material jasa

konstruksi yang baik adalah suatu keharusan guna menjamin ketersediaan

material yang cukup untuk pelaksanaan proyek konstruksi.

Seperti telah diterangkan di atas, bahwa mutu barang dipengaruhi

oleh bahan baku yang digunakan. Bila bahan baku yang digunakan bermutu

baik, disertai dengan proses produksi yang baik, hasilnya adalah barang

bermutu baik pula. Walaupun demikian, bahan baku bermutu baik tidak

akan selalu menghasilkan barang jadi yang baik. Sebab proses pembuatan

pun akan memengaruhi mutu barang yang dihasilkan. Hal itu dapat

diterangkan pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1. Hubungan bahan baku, proses produksi dan mutu barang jadi

Bahan Baku Proses Produksi Mutu Barang Jadi

Bermutu baik Baik Baik

Bermutu tidak baik Baik Tidak baik

Bermutu baik Tidak baik Tidak baik

Bermutu tidak baik Tidak baik Tidak baik


(Sumber: Fatah Nurdin, 2010)

Pemeriksaan mutu ( quality inspection ) dan pengendalian mutu ( quality


15

control ) merupakan sebuah upaya untuk menghasilkan mutu yang bekerja

hanya pada pengendalian produk saja. Setelah sebuah proses dilakukan kemudian

akan menghasil sebuah produk. Dari produk tersebut kemudian dilakukan

pemeriksaan.

Pemeriksaan dapat meliputi dua hal yaitu :

1. Pemeriksaan terhadap kesesuaian produk dengan baku mutu produk

2. Pemeriksaan kesesuaian produk dengan persyarat pelanggan. Dari

pemeriksaan tersebut kemudian diketahui apakah suatu produk sudah

dapat dipasarkan atau diserahkan kepada pelanggan, ataukah harus

diproses ulang karena tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Standar mutu barang dapat ditentukan hal – hal sebagai berikut :

1. Standar mutu bahan baku yang akan digunakan

2. Standarmutu proses produksi ( mesin dan tenaga kerja yang

melaksanakan )

3. Standar mutu barang setengah jadi

4. Standar administrasi, pengepakan, dan pengiriman produk akhir

tersebut sampai ke tangan konsumen.

Pengawasan mutu merupakan kegiatan terpadu dalam upaya menjaga dan

mengarahkan agar kualitas dari produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan

standar. Ruang lingkup pengawasan mutu meliputi :

1. Pengawasan mutu bahan baku

Pengawasan mutu pada bahan baku ini sangat penting untuk menjaga

mutu produk perusahaan. Hal – hal yang dapat dilakukan untuk menjaga

kualitas bahan baku yang digunakan yaitu :


16

a. Seleksi sumber bahan.

b. Pemeriksaan dokumen pembelian.

c. Pemeriksaan penerimaan barang.

d. Pemeliharaan fasilitas penyimpanan.

2. Pengawasan proses produksi

Hal ini dilakukan untuk mendeteksi apakah ada penyimpangan yang

terjadi dalam proses produksi dan melakukan perbaikan agar

penyimpangan selanjutnya dapat dicegah. Selain itu agar produk akhir

mempunyai mutu yang baik.

3. Pengawasan produk akhir

Pada dasarnya pengawasan produk akhir merupakan upaya

perusahaan dalam mempertahankan kulitas produk dan jasa yang

dihasilkan . Pengawasan produk akhir bertujuan untuk menjaga agar

produk rusak ( cacat ) tidak sampai ke tangan konsumen. Kemungkinan

terjadinya hasil produk cacat selalu ada, walaupun pengawasan terhadap

bahan baku dan proses produksi telah diperketat.

2.5 Metode Pengendalian

Suatu sistem pemantauan dan pengendalian di samping memperlukan

perencanaan yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian sasaran, juga harus

dilengkapi dengan teknik dan metode yang dapat segera mengungkapkan

tanda – tanda terjadi penyimpanagn. Untuk pengendalian biaya dan jadwal

terdapat dua macam teknik dan metode yang luas pemakaiannya, yaitu
17

identifikasi varians dan konsep nilai hasil. Identifikasi dilakukan dengan

kurun waktu.

Fungsi pengendalian dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Setelah pekerjaan selesai pengendalian dapat dipakai alat ukur.

Proses pengendalian menghasilkan data dan fakta baru yang

terjadi dalam pelaksanaan yang akan berguna bagi

perencanaan selanjutnya.

b. Selama proyek dilaksanakan, pengendalian dipakai sebagai

penjaga dan pengaman yang berguna bagi keperluan koreksi

pelaksanaan oprasional sehingga tidak menyimpang dari

sasaran yang direncanakan.

Biasanya pengendalian ditinjau dari 2 jenis sudut pandang:

a. Siapa yang menjalankan pengendalian atau subjek. Melihat

subjeknya, maka si subjek dapat berada didalam organisasi

atau luar organisasi.

b. Apa dan siapa yang dikendalikan atau disebut objek.

Dari sudut objeknya kita mengenal antara lain:

a. Pengendalian personil.

b. Pengendalian materil.

c. Pengendalian keuangan.

d. Pengendalian administer.

e. Pengendalian waktu dan aktivitas.


18

2.5.1 Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan merupakan pengendalian mutu teknis yang

ditetapkan pada awal pelaksanaan proyek dan tercantum dalam rencana

kerja dan syarat – syarat. Selain melakuakan seleksi terhadap bahan – bahan

yang digunakan, pengendalian mutu bahan juga dilakuakan dengan

mengadakan pengujian – pengujian.

Pengujian mutu beton ( ready mix ) ini dapat dilakauan dengan 2

cara yaitu tes kubus dan slump tes. Hal ini dilaksanakan untuk memastikan

apakah beton yang akan digunakan telah sesuai dengan mutu beton yang

direncanakan. Oleh sebab itu pengawas berhak untuk meminta diadakan

penelitian terhadap slump. Serta dibuat contoh kubus beton pada cetakan

yang telah disediakan.

A. Slump Test

Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, kekentalan bubur beton

harus disesuaikan dengan lokasi pengecoran yang akan dilaksanakan.

Maka dari itu selalu diadakan pengujian kekentalan atau slump test pada

setiap awal pengecoran, karena beton selalu mempunyai kekentalan yang

berbeda. Beberapa hal mempengaruhi kekentalan bubur beton diantaranya

adalah faktor semen, jumlah dan jenis semen, jenis dan susunan butir

agregat serta bahan tambahan biasanya untuk campuran beton.

Adapun tahap – tahap pengujian kekentalan dapat dijabarkan berikut

ini:
19

- Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut terpancung

yang terbuat dari logam ( Kerucut Amrams ).

- Kerucut ini dibersihkan dari sisa – sisa semen yang melekat serta

diusahakan dalam keadaan atau kondisi kering.

- Kerucut diletakkan diatas bidang datar yang rata dan

permukaannya tidak menyerap air, dalam hal ini digunakan plat

baja.

- Beton dimasukkan kedalam kerucut yang diambil dari mixer, kira

– kira sepertiga bagian bawah bubur beton yang ada dalam

kerucut tadi, ditumbuk 10 kali dengan penumbuk yang terbuat

dari tongkat, yang bagian bawahnya berbentuk bulat dengan

diameter 16 mm, dengan panjang 600 mm.

- Pengisian dua lapisan selanjutnya seperti langka pengisian yang

pertama.

- Kerucut Abram dilepas dan diangkat perlahan – lahan keatas.

- Dilakukan pengukuran puncak kerucut terhadap tinggi bubur

beton yang telah mengalami penurunan. Hasil penurunan ini

dinamakan nilai slump dan merupakan ukuran kekentalan bubur

beton tersebut.

B. Tes Kubus Beton

Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan karakteristik dari

campuran beton yang dipergunakan. Pada umumnya standar kekuatan

beton terhadap umur pengerasannya diambil 28 hari.


20

Sedangkan pelaksanaan test tersebut melalui tahap – tahap berikut:

 Cetakan kubus yang berbuat dari plat baja 15 х 15 х 15 cm³

dibersihkan dan diberi lapisan vaseline atau minyak agar mudah

dalam pengangkatan atau pelepasan beton dari cetakan, kemudian

cetakan ini diletakkan pada alas plat baja dan dapat menyerap

air.

 Adukan dari mixer dimasukkan pada cetakan.

 Untuk adukan encer, adukan dimasukkan dalam cetakan, dalam

tiga lapisan yang kira – kira memiliki tebal lapisan yang sama

kemudian ditumbuk dengan menggunakan tongkat berdiameter 16

mm yang berujung bulat, dengan tumbukan sepuluh kali.

Sedangkan untuk adukan kental, dimasukkan kedalam cetakan

dipadatkan sesuai dengan cara pelaksanaan sesungguhnya.

 Kubus diambil dari cetakan dan diberi tanda untuk diidentifikasi,

dan selanjutnya disimpan ditempat lembab.

 Pada umur yang ditentukan, kubus diuji dilaboratorium yang telah

disetujui, dalam hal ini laboratorium pekerjaan umum.

2.5.2 Pengendalian Terhadap Jadwal Proyek

Pengendalian dilakuakan mulai dari perencanaan dan selama kegiatan

dalam pembangunan bertujuan untuk mengkaji adanya kemungkinan

penyimpangan terhadap peraturan atau prosedur yang diperlukan dan lebih

dikenal sebagai audit, baik yang berasal dari pemerintahan maupun internal

perusahaan.
21

BAB III

URAIAN UMUM PROYEK

3.1 Data Umum Proyek

Pemilik Proyek Pembanguan Embung Universitas Sriwijaya yaitu

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral

Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII. Yang sumber

dana dari APBN pemerintah pusat. Berikut ini adalah data – data umum

pada Proyek Pembangunan Embung Universitas Sriwijaya Kabupaten Ogan

Ilir :

 Nama Proyek : Pembangunan Embung Universitas Sriwijaya

Kabupten Ogan Ilir ( Tahap I )

 Lokasi Proyek : Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir

 Nilai Proyek : Rp. 5.436.255.000,00

 Kontraktor : PT. Bukit Baraja Jaya

 Konsultan Pengawas : PT. Cakra Gatra Utama

 Luas Bangunan : 209 M²

 Luas Embung :100.000 M²

Sebagaimana umumnya dalam pembangunan suatu proyek terhadap

tahapan pekerjaan yang dimulai dari perencanaan, survey lapangan, sampai

dengan pelaksanaan suatu proyek. Dalam tahapan tersebut banyak faktor

yang mempengaruhi diantaranya pihak – pihak yang terlibat dan struktur

organisasi.

21
22

3.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada proyek pembangunan embung adalah,

sebagai berikut :

a. Project Manager ( Kepala Proyek )

Memberikan petunjuk prihal pokok – pokok kebijakan

penyelenggaraan proyek, menentukan patokan sasaran – sasaran utama

( jadwal peyelsaian proyek, total anggaran, dan mutu ), menentukan

prioritas proyek dan penggunaan sumber daya. Mengevaluasi secara

umum laporan pelaksanaan dan memberikan petunjuk pada masalah yang

amat prinsip, misalnya, perlunya penambahan biaya atau adanya

keterlambatan yang substansial sehingga membahayakan komitmen

perusahaan.

b. Team Leader

Memberikan bimbingan, instruksi, arahan dan kepemimpinan kepada

sekelompok individu lain dengan tujuan dapat mencapai hasil yang baik

dalam sebuah tim.

c. Ahli Geoteknik

Membantu ketua tim dalam mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan

khususnya yang menyangkut pekerjaan tanah dan mengadakan survey

lapangan, mengelompokkan data menganalisis hasil survey berdasarkan

tingkat konstruksi yang terjadi dipermukaan atau didalam tanah.


23

d. Ahli Struktur

Memberikan arahan dan petunjuk teknik pelaksanaan pekerjaan

terkusus serta mengkoordinir untuk pelaksanaan pekerjaan.

e. Inspektor Lapangan

Memeriksa dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dari aspek prosedur

dan kuantitas pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak serta melakukan

pengujian terhadap kuantitas matrial, dan peralatan yang ditempatkan

dilapangan.

f. Surveyor

Memberikan arahan dan petunjuk teknik pelaksanaan pekerjaan

terkusus serta sebagai bagian pengukuran pekerjaan dalam proyek.


24
25

3.3 Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Proyek

Untuk mendukung pekerjaan dalam suatu proyek bukan hanya

pekerja atau staf ahli teknis saja yang diperlukan tetapi juga memerlukan

alat – alat yang sangat penting untuk mempercepat dan mempermudah proses

pekerjaan.

Dikarnakan tinjauan saya hanya sebatas tirai beton maka alat – alat

yang digunakan dalam pelaksanaan pemasanagan suatu tirai beton adalah :

a. Mall kayu pencetak tirai.

b. Excavator.

c. Mesin molen.

d. Cangkul dan sekop.

e. Tali.

f. Alat pengukur / meteran.

g. Centong semen dan palu.

h. Angkong.

i. Mesin air.

j. Theodolite.

3.4 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.1 Pekerjaan Awal

1. Penyediaan lahan kerja, penentuan titik nol sesuai petunjuk tim

teknis.
26

2. Pembuatan barak kerja pengandangan lokasi tempat yang akan

dibangun.

3.4.2 Pekerjaan Kontruksi

1. Penggalian tanah untuk tirai beton dengan kedalaman ± 1 m

( dari permukaan tiang pancang ).

2. Pemasangan tirai beton precast ( pracetak ) dengan ukuran 10

cm х 50 cm L = 3 m sedalam ± 2 m, sebanyak 44 buah

batang di sebelah utara dan selatan.

3. Pengecoran plat beton setebal 50 cm sampai batas perencanaan

marcu bendung.

4. Pabrikasi pembesian untuk plat beton dengan tulangan D13 – 25

cm.

5. Pengecoran plat beton dengan mutu beton K. 175 setebal 50

cm, panjang 19 m, dan lebar 11 m,

6. Apabila umur beton sudah mencapai 28 hari ( disesuaikan

keadaan ), maka tahap pebangunan selajutnya dapat dilakukan.

7. Pembersian lokasi dari bekas pekerjaan.


27

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN TIRAI BETON DAN PLAT BETON

Satu lagi terobosan yang dilakukan Universitas Sriwijaya ( Unsri ).

dan bila selesai, manfaatnya luar biasa bagi kemaslahatan umat, baik

masyarakat Kabupaten Ogan Ilir maupun Sumsel. Unsri membangun embung

di atas lahan seluas 100.000 m² yang bertempat di Desa Tanjung Pering,

namun masuk areal lahan Unsri. Proyek yang dikerjakan salama dua tahun

ini, merupakan bantuan dari Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII

Kementerian PUPR.

Kawasan tersebut nantinya akan menjadi sebuah danau yang luas

yang memiliki banyak manfaat, biasa menjadi tempat wisata, sumber airnya

juga dapat digunakan bagi masyarakat karena airnya jernih, ketika musim

penghujan juga bisa menampung resapan air sehingga dapat menanggulangi

banjir dan ketika musim kemarau airnya tetap ada dan dapat dimanfaatkan

untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Di proyek pembangunan Embung Unsri ini perlu disiapkan bangunan

– bangunan utama agar apa yang dituju dan diinginkan tercapai. Adapu

bangunan – bangunan tersebut adalah sebagai berikut ini :

 Embung sebagai ekosistem tadah hujan, penaggulangan banjir ketika

musim pasang air laut dan distribusi hujan yang tidak merata,

embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air.

 Turap sebagai struktur dinding penahan tanah pada galian secara

27
28

umum fungsinya melindungi tanah dari erosi dan longsor.

 Bendung sebagai pengendali keluar masuk air dan difungsikan untuk

mengatur air pada embung.

4.1 Teknis Persiapan Pekerjaan

Pada proyek pembangunan Embung pekerjaan struktur bendung

terdapat tirai beton dan plat beton sebagai pelindung bendung itu sendiri

terhadap gerusan air, arus air dan melindungi tanah bagian bawah bangunan

pintu air terhadap longsor agar bangunan bendung tetap kuat dan kokoh.

4.1.1 Lingkup Pekerjaan

1. Mempelajari bagian – bagian dari buku rencana kerja ini maupun

persyaratan yang berhubungan dengan pekerjaan tirai beton dan plat

beton.

2. Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan lain – lain yang

diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tirai beton dan plat beton.

3. Melaksanakan pemasangan tirai beton dan plat beton seperti yang

direncanakan dan sesuai yang tercantum dalam gambar perencanaan.

4. Melakukan koordinasi lapangan dengan pekerjaan lain yang berada

dalam satu proyek, sehingga pekerjaan dapat berlangsung dengan

lancar.

4.1.2 Persyaratan Bahan

1. Tirai dan plat beton yang direncanakan adalah tirai beton dan palat

beton dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar perencanaan.


29

2. Tirai dan palat beton harus mempunyai karakteristik minimal sesuai

yang tercantum dalam gambar perencanaan. Ukuran – ukuran dan

detail tirai dan plat beton juga sesuai yang tercantum dalam gambar

perencanaan.

3. Ukuran tirai dan plat beton ditentukan berdasarkan gambar dan

perencanaan.

4. Persyaratan lain yang dapat diaplikasikan untuk ini dapat dilihat

dalam rencana kerja tentang persyaratan bahan tirai dan plat beton.

4.1.3 Pekerjaan Pembersihan Lapangan

Pembersihan lapangan adalah membersihkan lapangan dan sekitarnya,

tempat bangunan didirikan. Lapangan dibersihkan dari dari humus – humus

dan kotoran yang diatasnya.

Pada kerja praktek lapanagan ini penulis tidak melihat langsung

semua tahapan persiapan pekerjaan, tinjauan yang dilaksanakan oleh penulis

hanyalah terletak pada teknis pengawasan pekerjaan secara umum dan

secara khusus mengenai pekerjaan tirai dan plat beton karena terbatasnya

waktu untuk pengawasan tersebut

4.1.4 Material Tirai dan Plat Beton

 Material tirai beton :

a. Beton precast ( Tirai Beton ) meiliki mutu beton K. 175 masing –

masing tebal 10 cm, lebar 50 cm, panjang 3 m.

b. Tirai beton ini memiliki tulangan Ø12 – 18 cm.


30

Gambar 4.1 Tirai beton pracetak yang sudah jadi.

 Material plat beton :

a. Plat beton meiliki mutu beton K. 175 dan tebal 50 cm, lebar 11 m,

panjang 19 m.

b. Plat beton ini memiliki tulangan D13 – 25 cm.

Gambar 4.2 Material Plat beton.

4.1.5 Peralatan Yang Digunakan Pada Proyek

1. Excavator, berfungsi menggali tanah, pemindah tanah, mengangkat

matrial yang berat, dan memasang tirai beton.


31

Gambar 4.3 Alat berat excavatur.

2. Crane dan hammer, berfungsi untuk memancang turap dan tiang

pancang.

Gambar 4.4 Alat berat crane dan hammer.

3. Molen ( Ready mix ), berfungsi untuk mengolah dan mengaduk beton

pengecoran.

Gambar 4.5 Molen bertenaga diesel.

4. Alat pabrikasi pembesian berfungsi untuk menekuk, membengkokkan

dan memotong tulang pada saat proses perangkaiaan tulanagan.


32

Gambar 4.6 Alat pabrikasi pembesian.

5. Mesin las, berfungsi untuk mengelas.

Gambar 4.7 Mesin las bertenaga diesel.

6. Cangkul dan sekop, berfungsi untuk membantu pekerja membersihkan

areal memenuhi syarat pemasangan tirai dan plat beton.

7. Meteran dan tali nilon, berfungsi memudahkan pengukuran titik tirai

beton setelah pengukuran dengan teodolith dan sesuai dengan gambar

prencanaan.

4.1.6 Sumber Daya Manusia Atau Tenaga Kerja Pada Proyek

Tenaga kerja proyek yang didapat dari data mahasiswa kerja praktek

teknik sipil Univ. PGRI berasal dari luar kota dengan kapasitas keahlian

antara lain :

a. Oprator Crane : 3 Orang


33

b. Oprator Ekskavator : 3 Orang

c. Orator Molen : 1 Orang

d. Pengawas lapangan : 2 Orang

e. Juru gambar : 1 Orang

f. Juru ukur : 2 Orang

g. Pekerja las : 1 Orang

h. Tukang : 12 Orang

i. Penjaga lokasi proyek : 3 Orang

Pengadaan matrial, di rencanakan menggunakan tirai beton pracetak

dengan mutu K. 175 dan memproduksi sendiri.

4.2 Pekerjaan Awal

Tahapan pekerjaan awal sesudah persiapan pekerjaan proyek ini lebih

dahulu dikerjakan pemancangan cerucuk gelam dengan batas titik – titik

yang telah ditentukan, setelah itu dilaksanakan pekerjaan pengecoran lantai

kerja dengan ketebalan ± 10 cm yang berguna untuk mempermudah pekerja

dalam mengerjakan konstruksi selanjutnya.

Gambar 4.8 Pemancangan cerucuk


34

Gamabar 4.9 Pengecoran lantai kerja

4.3 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Tirai Dan Plat Beton

 Pekerjaan pencetakan tirai beton, menggunakan cetakan dengan bahan

kayu masing – masing tebal 10 cm, lebar 50 cm, panjang 3 m dan

pengecoran tirai beton menggunakan mutu beton K. 175 dan

tulangan Ø12 – 18 cm.

Gambar 4.10 Pencetakan tirai beton.

 Pengambilan titik ikat pengukuran selanjutnya merupakan patokan

dari pengukuran koordinat – koordinat titik pemasanagan tirai beton.

 Penentuan titik pemasanagan tirai beton berdasarkan gambar rencana

kemudian diusulkan dan disetujui oleh konsultan pengawas dan


35

pemilik proyek, titik yang sudah ditetapkan di lapangan tersebut

diberi patok kayu dan digaris dengan tali nilon.

 Pemasangan dimulai setelah persiapan telah lengkap dan ada

persetujuan dari pemilik proyek serta konsultan pengawas.

 Untuk mencapai kedalaman rencana 2 m, dilakuakan penggalian

menggunakan alat berat yaitu Excavatur agar memudahkan

pemasanagan tirai beton itu sendiri.

 Pelaksanaan pemasangan tirai beton pada proyek ini dilakuan

menggunakan alat berat yaitu Excavator EX220LC dengan tenaga

diesel pelaksanaan sendiri mengikuti gambar rencana pintu air.

 Selanjutnya pemasangan tirai beton di sebelah seletan dan utara pintu

air yang sedang direncanakan sebanyak masing – masing 22 buah

tirai beton.

Gambar 4.11 Peroses pemasangan tirai beton dibantu dengan

excavatur.

 Setelah pemasangan tirai beton sudah selesai di pasang yaitu sesuai

yang direncanka maka pengecekan kembali dilakuakan apakah


36

pemasangan tirai beton tersebut rapat atau tidak, tujuanya sendiri

agar bangunan pintu air dapat dilindungi oleh tirai beton dari korosit

air dan arus air.

Gambar 4.12 Tirai beton yang sudah selsai dipasang.

 Setelah itu pekerjaan yang dilaksanakan adalah pengecoran lantai

kerja dengan tebal ± 10 cm.

 Pengecoran lantai beton kembali dilaksanakan namun dibatasi hingga

batas marcu bendung sesuai dengan gambar perencanaan setebal ±

50 cm.

Gambar 4.13 Lantai beton sesuai dengan perencanaan.


37

 Selanjutnya pembesian plat beton dengan tulangan D13 – 25 cm dan

memiliki lebar 11 m, panjang 19 m, tebal 10 cm.

Gambar 4.14 Pembesian plat beton.

 Setelah pembesian plat maka selanjutnya yang dilakukan adalah

pengecoran plat beton dengan tulangan D13 – 25 cm dan memiliki

lebar 11 m, panjang 19 m, tebal 50 cm, dengan mutu beton K. 175.

Gambar 4.15 Pengecoran plat beton


38

Gambar 4.16 Pengecoran plat beton 100 %

Catatan :

1. Pemasangan tirai beton tidak diizinkan berlanjut apabila tirai

memiliki jarak atau tidak rapat antara tirai satu dan lainya.

2. Bila tirai beton di desain berdasarkan gambar rencana, maka tirai

harus sama dengan gambar perencanan.

3. Bila hasil pemasangan tirai beton meragukan, maka dapat dicek dan

diperiksa

4. Bila tirai beton rusak / cacat / pecah akibat pemasangan, ini

disebabkan karena alat berat dan mutu tirai beton kurang baik.

5. Karena pemasanagan tirai beton di bawah permukaan tanah maka

alangkah baiknya titik yang di pasanag tirai beton digali terlebih

dahulu.

6. Pada pembesian plat beton tukang harus teliti dalam menyambung

besi dan pembengkokan besi agar pembesian sesuai dengan apa yang
39

diinginkan dan direncanakan.

7. Pengecoran plat beton hendaknya harus selalu diperhatikan apakah

mutu beton sesuai dengan perencanaan.


40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil kerja praktek kami di proyek pembangunan

Pintu Air Unsri Kab. Ogan Ilir adalah :

1. Pelaksanaan pembangunan Pintu Air Unsri Kab. Ogan Ilir

khususnya Pekerjaan tirai beton, menggunakan bahan yang bermutu

dari PT. Bukit Baraja Jaya yang sesuai dengan perencanaan dan

pengawasan yang teliti.

2. Cara pelaksanaan tirai dan plat beton selalu dicatat dan

dilaksanakan dengan baik. Catatan tersebut diberikan pada direksi

lapangan dan perencanaan untuk diperiksa dan dikomfirmasikan.

3. Tirai dan plat beton mempunyai karakteristik sesuai yang tercantum

dalam gambar perencanaan yang diuji pada umur 28 hari dengan

menggunakan benda uji.

40
41

5.2 Saran

Dari uraian analisa mengenai tirai beton penulis menyarankan agar :

1. Kesalamatan dalam bekerja harus di utamakan agar semua karyawan

dan karyawati dapat bekerja dengan baik dan nyaman sehingga

tercipta sesuai suasana kekeluargaan yang nantinya dapat menambah

semangat dalam melakukan suatu pekerjaan.

2. Mahasiswa hendaknya langsung terjun kelapangan sehingga dapat

mengetahui perbedaan antara teori yang ada di bangku kuliah dengan

praktek di lapanagan. Sehingga nantinya apabila bekerja sebagai

pengawas lapangan tidak akan begitu kesulitan dengan mengatasi

hambatan – hambatan yang mungkin terjadi.

3. Kekompakan harus senantiasa di jaga agar dalam melakuakan suatu

pekerjaan dapat dilakukan dengan sebaik mungkin dan hasil dari

pekerjaan itu juga mendapatkan hasil yang baik.


42

DAFTAR PUSTAKA

Asroni Ali, 2017. Tirai dan Desain Balok Plat Beton Bertulang

Berdasarkan SNI 2847 – 2013, Muhammadiyah University Press ;

Surakarta .

I. Ervianto Wulfram, 2006 . Eksplorasi Teknologi Dalam Proyek Konstruksi

Beton Pracetak dan Bekisting, Ed. 1, Andi ; Yokyakarta

Kardisal, 2011, “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pile Cap”,

Jakabaring Palembang.

Hermansyah, 2011, “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang

Pancang”, Jakabaring Palembang.

Anda mungkin juga menyukai