Anda di halaman 1dari 21

BETON PRACETAK

TUGAS FINAL

ZAERI TAHRIZI
1204201010004
KONSTRUKSI PRACETAK DAN TEKNOLOGI PERKUATAN
STRUKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Teknologi beton pracetak adalah struktur beton yang dibuat dengan metode
percetakan sub elemen struktur (sub assemblage) secara mekanisasi dalam pabrik
atau workshop (off-site fabrication) dan dipasang dilokasi (installation) setelah beton
cukup umur. Pada dasarnya prinsip sistem ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi)
untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi).
Menurut Wulfram I. Ervianto, 2006 untuk penggunaan beton precast pada konstruksi
bangunan, efisisiensi penggunaan beton precast dibandingan dengan konvesional dari
segi aspek biaya mampu mereduksi biaya hingga 10%, sedangkan dari segi aspek
waktu mampu mereduksi waktu konstruksi sampai 50% dan kualitas mutu beton yang
lebih baik dibandingkan dengan metode konvesional.
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall
(1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem
Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000). Sistem pracetak telah banyak
diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangan didalam negeri maupun
didatangkan dari luar negeri. (Ikbal Batubara, 2012).
Beton pracetak merupakan suatu inovasi didalam dunia konstruksi yang sebenarnya
tidak berbeda dengan beton konvensional. Berbicara tentang sistem pracetak maka
hal pertama untuk dijadikan pertimbangan memakai sistem ini adalah bentuk yang
tipikal dan jumlah yang banyak sehingga dapat lebih efisien dalam hal penggunaan
waktu dan biaya. Kelebihan sistem ini dalam aspek ekonomi, mutu dan kecepatan
konstruksi dibandingkan dengan sistem konvensional.
Selain memiliki kelebihan sistem ini juga memiliki kekurangan, antara lain system
pracetak memerlukan analisa tambahan yang lebih rumit dibanding dengan system
konvensional. Harus diperhitungkan dengan cermat sistem sambungan yang
digunakan, pertemuan tulangan apakah sudah memenuhi panjang penyaluran serta
saat perencanaan sudah harus memikirkan lokasi pembuatan, peralatan dan perangkat
fabrikasi, sistem pengangkutan dan sistem pemasangan di lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika


dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Ada beberapa aspek yang
dapat menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu
pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan
serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin
mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan
di era sekarang ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi)
untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi).
Sistem pracetak jaman modern berkembang mula-mula di Negara Eropa. Struktur
pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di
Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang
diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan
mulai digunakan tahun 1906. Th 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan
sistem pracetak berbentuk komponenkomponen, seperti dinding, kolom dan lantai
yang diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann. Struktur komponen pracetak beton
bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff &
Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll.
Sistem pracetak tahan gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru.
Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai Negara maju di dunia, ternyata baru
melakukan penelitian intensif tentang sistem pracetak tahan gempa pada tahun 1991.
Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS (Precast
Seismic Structure System).
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall
(1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem
Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).

2.2. Pengertian Beton Precast


Beton precast atau pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan
komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat
khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan
disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi
(installation), dengan demikian sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi
monolit terutama pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh
metoda pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan
pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara penyambungan antar
komponen join (Abduh, 2007).
Pelaksanaan bangunan dengan menggunakan metoda beton pracetak memiliki
kelebihan dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan keuntungan metoda pelaksanaan
dengan mengunakan beton pracetak ini akan mencapai hasil yang maksimal jika pada
proyek konstruksi tersebut tercapai reduksi waktu pekerjaan dan reduksi biaya
konstruksi. Pada beberapa kasus desain propertis dengan metoda beton pracetak
terjadi kenaikkan biaya material beton disebabkan analisa propertis material tersebut
harus didesain juga terhadap aspek instalasi, pengangkatan, dan aspek transportasi
sehingga pemilihan dimensi dan kekuatan yang diperlukan menjadi lebih besar
daripada desain propertis dengan metoda cor ditempat. Selain itu pada proses instalasi
elemen beton pracetak memerlukan peralatan yang lebih banyak dari proses instalasi
elemen beton cor ditempat.
2.3. Perbedaan Analisa Beton Precast Dan Beton Konvensional

Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun precast adalah sama, beban-beban


yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koevisien yang digunakan untuk
perencanaan juga sama, hanya mungkin yang memebedakan adalah:
 Desain pre-cast memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur
beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi yang sangat muda saat
diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak.
 Desain pre-cast memperhitungkan metode pengangkatan, penyipanan di stock
yard, pengiriman, dan pemasangan di proyek. Kebanyakan beton pre-cast
dibuat di pabrik.
 Pada desain pre-cast ditambahkan desain sambungan, desain sambungan
dibuat lebih kuat dari yang disambung.

2.4. Metode Pelaksanaan

a. Moulding/membuat cetakan: pabrik beton precast biasanya telah memiliki


workshop/bengkel khusus untuk membuat dan maintenance cetakan, tempat
merakit tulangan (bar-catching) dan sambungan.
b. Reinforcing: tulangan yang telah dirakit ditempatkan kedalam cetakan.
c. Concreting: biasanya di pabrik tersedia concrete batching plant, yang
memiliki kontrol kualitas secara computer.
d. Compaction: memakai external vibrator dengan high-frequency.
e. Curing: pada elemen-elemen beton yang besar diberikan steam curing dengan
cara diselubungi, suhu 60-70°C selama 2-3 jam.
f. Handling: pasca umur beton memenuhi, unit beton precast dipindah ke
storage/gudang, disusun secara vertical dan diberi bantalan antar unit precast.
g. Pengiriman ke lapangan
h. Install/erection: memasang unit pre-cast pada struktur, memasang joint (cast-
in-site).
i. finishing
2.5. Macam – Macam Precast

Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :


 Dicor di tempat disebut Cast In Situ.
 Dicor di pabrik.

Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :


 Beton pracetak biasa.
 Beton prategang pracetak.

Menurut type struktur precast:


 Structural frame: pelat, balok, dan kolom.
 The cross-wall frame: lantai, pelat, dan dinding kaku.

2.6. Kelebihan dan Kekurangan

Struktur utama precast memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan struktur


konvensional, antara lain:

1. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.


2. Waktu pelaksanaan yang cepat.
3. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat rat kaitannya dengan biaya proyek.
Struktur elemen precast dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan
palaksanaan pondasi di lapangan.
4. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
5. Salah satu alasan mengapa struktur elemen precast sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ)
adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa
digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya
sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku,
pengawasan dengan sistem computer yang teliti dan ketat.
6. Penyelesaian finishing mudah.
7. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen precast dapat dengan
mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut di pabrik,
seperti: warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan
rancangan.
8. Tidak dibutuhkan lahan proyek luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan
ramah lingkungan.
9. Lahan proyek lebih bersih karena pelaksanaan elemen precast dilakukan di
pabrik.
10. Perencanaan dan pengujian di pabrik.
11. Elemen precast yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi
kekuatan maupun segi efisiensi.
12. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan internasional. Apabila hasil
produksi dari elemen precast memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan,
maka dapat diajukan untuk mendapat sertifikasi ISO 9002 yang diakui secara
internasional.
13. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat
penunjang seperti scaffolding dan lain-lain.
14. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi.

Namun demikian, selain memiliki keuntungan, struktur elemen precast juga memiliki
beberapa keterbatasan antara lain:

1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.


2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen
yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.
3. Panjang dan bentuk elemen precast yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat
angkat dan alat angkut.
4. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
5. Hanya dapat dilaksanakan di daerah yang sudah tersedia peralatan untuk
handling dan erection.
6. Di Indonesia yang kondisi alamya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton precast cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama dihadapi pada perencanaan beton precast.
7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan
pada beton precast.
8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard).

2.7. Kendala Dan Permasalahan Seputar Beton Pracetak

Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen beton pracetak seperti
pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selain berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi
menyatukan masing-masing komponen beton pracetak tersebut menjadi satu kesatuan
yang monolit sehingga dapat mengupayakan stabilitas struktur bangunannya.

Beberapa kriteria pemilihan jenis sambungan antara komponen beton pracetak


diantaranya meliputi:

a. Kekuatan (strength).
Sambungan harus memilki kekuatan untuk dapat menyalurkan gaya-gaya
yang terjadi ke elemen struktur lainnya selama waktu layan (serviceability),
termasuk adanya pengaruh dari rangkak dan susut beton.
b. Daktalitas (ductility).
Kemampuan dari sambungan untuk dapat mengalami perubahan bentuk tanpa
mengalami keruntuhan. Pada daerah sambungan untuk mendapatkan daktilitas
yang baik dengan merencanakan besi tulangan yang meleleh terlebih dahulu
dibandingkan dengan keruntuhan dari material betonnya.
c. Perubahan volume (volume change accommodation).
Sambungan dapat mengantisipasi adanya retak, susut dan perubahan
temperature yang dapat menyebabkan adanya tambahan tegangan yang cukup
besar.
d. Ketahanan (durability)
Apabila kondisi sambungan dipengaruhi cuaca langsung atau korosi
diperlukan adanya penambahan bahan-bahan pencegah seperti stainless steel
epoxy atau galvanized.
e. Tahan kebakaran (fire resistance)
Perencanaan sambungan harus mengantisipasi kemungkinan adanya kenaikan
temperatur pada sistem sambungan pada saat kebakaran, sehingga kekuatan
dari baja maupun beton dari sambungan tersebut tidak akan mengalami
pengurangan.
f. Mudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan bagian-bagian berikut ini
pada saat merencanakan sambungan :
 Standarisasi produksi jenis sambungan dan kemudahan tersedianya
material lapangan.
 Hindari keruwetan penempatan tulangan pada derah sambungan
 Hindari sedapat mungkin pelubangan pada cetakan
 Perlu diperhatikan batasan panjang dari komponen pracetak dan
toleransinya
 Hindari batasan yang non-standar pada produksi dan pemasangan.
 Gunakan standar hardware seminimal mungkin jenisnya
 Rencanakan sistem pengangkatan komponen beton pracetak semudah
mungkin baik di pabrik maupun dilapangan
 Pergunakan sistem sambungan yang tidak mudah rusak pada saat
pengangkatan
2.8. Aplikasi Beton Precast

Ada beberapa tipe Precast Concrete yang sering digunakan saat ini, yaitu sebagai
berikut :

1. Pelat Lantai Precast (Hollow Core Slab)


Penggunaan produk precast concretes sebagai pelat lantai, relatif sudah
banyak dijumpai disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting
dan perancah akan berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu
pelaksanaan. Salah satu produk precast untuk lantai adalah precast hollow
core slab.
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana
kabel prategang ditarikterlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah
disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan
produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan
dudukan yang dimaksud. Adanya lubang dibagian tengah pelat secara efektif
mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi
precast ini relatif ringan dibanding solid slabbahkan karena digunakannya pre-
stressing maka kapasitas dukungngya lebih besar.
Keberadaan lubang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada
bangunan tinggi karena mengurangi bobot lantai. Bayangkan saja, untuk solid
slab, tebal 120 mm saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir sama
dengan berat beban hidup rencana untuk kantor yaitu300 kg/m2. Padahal
kontribusi kekuatan pelat hanya untukmendukung pembebanan tetap saja (DL
+ LL). Bahkan karena beratnya tersebut akan menjadi penyumbang utama
besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai berkurang maka beban gempa
rencananya juga kurang.Dengan demikian penggunaan lantai precastyang
ringan juga mengurangi resiko bahaya gempa.
Pelat Lantai Precast

2. Balok
Elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam bentuk
penampangnya. Penentuan bentuk penampang dari sebuah balok dipengaruhi
oleh system yang akan digunakan, misalnya system sambungan antara balok
dan plat lantai, sambungan balok dengan kolom Dinding Luar.
Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produkprecast concrete
yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi
struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi
Arsitekturalnya yaitu penampakan luar
Balok Precast

3. Kolom
Jenis kolom beton yang dapat siproduksi secara pracetak tergantung dari
a. ketinggian bangunan/jumlah tingkat:
b. metode erection yang akan digunakan;
c. kemampuan alat bantu/crane.

Kolom pracetak dapat diproduksi tanpa menyambung (kolom setinggi


bangunan yang direncanakan) atau dengan sambungan (dilakukan
penyambungan diantara tinggi bangunan). Untuk bangunan dengan ketinggian
di bawah 30 meter, pengggunaan kolom menerus (tanpa sambungan) masih
dimungkinkan sedangkan yang di atas 30 meter sebaiknya digunakan kolom
dengan sambungan atau tanpa sambungan dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain :

a. kemampuan pabrik untuk memproduksi;


b. kemampuan alat angkut untuk memindahkan elemen pracetak dari pabrik
ke lokasi proyek;
c. kemampuan alat angkat untuk meletakkan elemen pracetak pada
tempatnya;
d. kemampuan alat sambung kolom.

Apabila ingin menggunakan elemen kolom pracetak dengan sambungan


maka pihak perencana harus mendisain kolom menjadi dua bagian atau lebih.

Sambungan kolom dapat ditempatkan pada beberapa keadaan:

a. Sambungan ditempatkan tepat di pertemuan antara balok dan kolom


b. Sambungan ditempatkan sedikit di atas pertemuan antara balok-kolom.

Kolom Precast
4. Dinding

Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast concrete yang
dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu
kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu
penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pasti
akan memikirkan alternatif pemakaian produk precast untuk bangunan rancangannya.
Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang
seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk
diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa
mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya
produk precast adalah untuk komponen- komponen yang berulang (repetitif)
sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai
contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama.
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya.
Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi
juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk
keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding
produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal- hal yang perlu
dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas
atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti
yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari
takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak
meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan
utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada
gempa tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya.
Dinding Precast

5. Komponen Tangga ( Precast Stair )


Tangga Precast

6. Transportasi Jalan Raya ( Road Transportation)

Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan dengan site yang luas
sangat tergantung pada persyaratan legal Negara setempat khususnya dalam
persyaratan lebar, ketinggian, panjang dan beban objekyang diangkut.Desain yang
dibuat harus mempertimbangkan keadaan ini. Apabila komponen tidak memenuhi
maka ia membutuhkan biaya tambahan dalam kesulitan transportasi disamping
membutuhkan pengawalan khusus petugas jalan raya. Panjang maximum unit precast
yang diisyaratkan dalam satu angkutan tidak melebihi 30m. Transportasi angkutan
yang rendah ( biasanya untuk panel dinding dan lantai memiliki kemampuan angkut
250 ton. Untuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok menggunakan
kendaraan yang dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat mendukung dan
melindungi objek angkut. Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar
dapat menggunakan dua gerobak yang dihubungkan oleh beton precast itu sendiri.
Pavement Precast

7. Saluran

Saluran berfungsi untuk mengalirkan dan atau meresapkan air hujan dari suatu tempat
ke tempat lain. Yang dimaksud beton pracetak adalah proses pembuatan struktur
beton yang dilakukan dengan cara dicetak terlebih dahulu sebelum dipasang.
Persyaratan umum saluran air hujan beton pracetak berlubang menurut SNI adalah
sebagai berikut :
 Saluran beton pracetak tersebut harus mampu mengalirkan serta meresapkan
sebagian air hujan ke dalam tanah dengan kecepatan tertentu.
 Dipasang di atas tanah yang stabil.
 Permukaan beton pracetak halus dan tidak cacat serta kedap air
Bahan yang digunakan untuk membuat saluran beton pracetak adalah sement
Portland, agregat halus (pasir, fly ash), agregat kasar (stenslah/batu pecah), besi
tulangan mutu fy 240 dan fy 400, air. Pada type tertentu perlu ditambahkan aditif
untuk meningkatkan mutu beton atau untuk mempermudah pengerjaannya
(workability). Cetakan (bekisting) dibuat dari plat besi dengan pengaku dari siku, bisa
juga menggunakan tripleks yang diperkuat dengan rangka kayu. Cetakan dari kayu
umumnya bisa dipakai hingga 5 x, setelah itu bentuknya sudah tidak presisi. Cetakan
saluran beton pracetak yang dibuat dari plat besi bisa dipakai berkali-kali tanpa batas.
Hal inilah yang menyebabkan harga beton pracetak bisa lebih murah dibandingkan
dengan beton konvensional(di cor di tempatnya).

Saluran Precast

8. Tiang Pancang
Tiang pancang pracetak dimanfaatkan dalam banguna gedung sebagai komponen
struktur.Bentuk dan dimensinya bevariasi tergantung dari jenis tanah dan kedalaman
lokasi proyek. Tiang pancang ini antara lain berbentuk segitiga dan bulat. Banyak
produsen yang memproduksi komponen ini mengingat kepraktisan dalam
pengaplikasiannya.
Keunggulan tiang pancang pracetak adalah:
 Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan control kualitas
prima
 Waktu pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Beton precast atau pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan
komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu
tempat khusus (off site fabrication)
 Perbedaan Analisa Beton Precast Dan Beton Konvensional adalah
memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton belum
mencapai 24 jam,metode pengangkatan dan desain
 Metode Pelaksanaan : Moulding /membuat cetakan, reinforcing, concreting,
compaction, curing, handling, pengiriman ke lapangan, install/erection dan
finishing.
 Aplikasi beton precast : plat lantai, balok, kolom, dinding, saluran dan tiang
pancang

3.2. Saran

 Penyusunan agar lebih dilengkapi gambar


 Menambah flowchart

Anda mungkin juga menyukai