Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia Kontruksi merupakan bagian yang tidak akan pernah terpisah dari

kehidupan manusia, dengan semakin bertambah penduduk yang mendiami

bumi ini, maka jasa konstruksi akan semakin dibutuhkan.

Saat ini perkembangan dunia kontruksi semakin pesat, berbagai terobosan

metode dalam hal perencanaan maupun pelaksanaan pekerjaan suatu

kontruksi terus dikembangkan.

Di Indonesia, terdapat ratusan perusahaan – perusahaan yang bergerak

dalam bidang jasa kontruksi , untuk mendapatkan proyek perusahaan di

tuntut untuk dapat besaing dalam segi kualitas , waktu , biaya dan

teknologi yang dimiliki.

Di dunia kontruksi saat ini khususnya kontruksi beton metode

pelaksanaannya di kenal 2 macam, yaitu pekerjaan beton menggunakan

metode konvensional dan pekerjaan beton dengan metode pracetak.

Metode Konvensional merupakan moetode yang saat ini sudah umum di

gunakan sedangkan untuk pembetonan dengan metode beton pracetak saat

ini masih jarang digunakan.

Dengan demikian diperlukan adanya suatu analisa untuk mengetahui

tingkat efesien dan efektifitas antara metode konvensional dengan metode

pracetak bila di tinjau dari segi kekuatan struktur bangunan, waktu , dan

biaya yang dibutuhkan.

1
B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penulangan pada

struktur pracetak telah memenuhi batas minimum yang diijinkan, untuk

mengetahui perbedaan waktu dan biaya yang dibutuhkan antara metode

pelaksanaan konstruksi dengan cara konvensional dan pracetak untuk

suatu bangunan gedung.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapan dapat diambil daari penelitian ini adalah menjadi

bahan pertimbangjkan bagi perencana proyek ketika akan melaksanakan

pekerjaan konstruksi beton apakah akan lebih efesien dan efektif dengan

menggunakan metode konvensional atau dengan metode pracetak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Beton

Beton merupakan sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari

kombinasi aggerat dan pengikat semen, bentuk paling umum dari beton

adalah beton semen portland, yang terdiri dari aggerat mineral (biasanya

kerikil dan pasir), semen dan air.

Kelebihan dan Kekurangan Beton :

1) Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan

kebutuhan konstruksi, selain itu pula beton juga memiliki kekuatan

mumpuni , tahan terhadap temperature yang tinggi dan biaya

pemeliharaan yang murah.

2) Kekurangan beton adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah

tanpa kerusakan, pada struktur beton ini jika ingin dilakukan

penghancuran maka akan mahal karena tidak dapat dipakai lagi.

B. Pengertian Beton Konvensional

Beton Konvensional adalah sistem pembuatan yang cukup banyak dipakai,

beton konvensional diciptakan dan dicor seketika pada daerah konstruksi

sesuai dengan bagian yang diperlukan.

Kelebihan menggunakan sistem elemen konvensional adalah sebagai

berikut :

3
1) Lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan

2) Dapat dibuat ditempat yang sempit

3) Pengawasan lebih mudah dan terkontrol

Kekurangan menggunakan sistem elemen konvensional adalah sebagai

berikut :

1) Waktu pengerjaan lebih lama

2) Membutuhkan banyak tenaga kerja

3) Kualitas dan mutu sulit terukur

Jenis Jenis Beton Konvensional adalah sebagai berikut :

1) Beton normal

2) Beton non-pasir

3) Beton ringan

4) Beton prategang

5) Beton hampa

6) Beton bertulang

4
C. Pengertian Beton Pracetak

Beton pracetak adalah sutau metode percetakan komponen secara

mekanisasi dalam pabrik atau workshop denganmemberi waktu

pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

Beton pracetak untuk elemen structural dapat dibagi menjadi dua macam

berdasarkan sistem penahan tariknya, yaitu beton bertulang biasa dan

beton praktekan (ACI Committee 311, 1984). Pada pembuatan beton

praktekan tulangan diberi beban Tarik dahulu kemudian dicor, sehingga

beton mempunyai kapasitas tekan yang kebih besar dari pada beton

bertulang biasa.

Beton pracetak berdasarkan berat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Ringan, dimana beratnya komponen tidak melebihi 30 kg dan dipasang

oleh satu orang

2) Sedang, dengan berat sampai 500 kg, dan pemasangan menggunakan

peralatan mekanik yang sederhana

3) Berat, dimana beratnya komponen lebih dari 500 kg, dan

pemasangannya menggunakan alat berat

Berdasarkan hasil unitnya digolongkan menjadi dua, yaitu :

1) Kecil, dimana area yang dibutuhkan untuk pembuatan perunitnya tidak

melebihi 2 m2

2) Besar, dengan area lebih 2 m2

Kelebihan menggunakan sistem elemen pracetak dibandingkan dengan

sistem cor di tempat (sistem konvensional) adalah sebagai berikut:

5
1) Bangunan dapat segera dimanfaatkan/dioperasikan, sebab dengan sistem

pracetak tersebut ternyata dapat mempercepat proses waktu penyelesaian

proyek

2) Sistem ini akan sangat bermanfaat jika lokasi proyek (site) sangat sempit

3) Tuntutan terhadap mutu/kualitas pekerjaan proyek dapat ditingkatkan

sebab Sebagian besar QC (Quality Control) sudah dilakukan di prabik

yang ternyata jauh lebih mudah pengawasannya

4) Dapat mengehmat anggaran biaya pelaksanaan proyek

5) Penggunaan tenaga manusia dapat dikurangi secara significant/drastic

sebab metode ini mensyaratkan lebih banyak menggunakan peralatan,

sehingga pelaksanan proyek dapat lebih terkendali tanpa banyak

terpegaruh oleh kebutuhan tenaga manusia

6) Keselamatan dan Kesehatan kerja dapat ditingkatkan karena Sebagian

besar yang bekerja pada proyek ini menggunakan peralatan

7) Penggunaan bekisting sangat sedikit sebab Sebagian besar elemen struktur

beton dibuat pracetak di pabrik

Kekurangan menggunakan sistem elemen pracetak adalah sebagai berikut:

1) Membutuhkan perencanaan yang matang/final sebelum melaksanakan

pembuatan elemen pracetak

2) Perubahan struktur baik saat pelaksanaan mapun di masa yang akan dating

tidak mungkin dilaksanakan

3) Kerusakan pada salah satu elemen pracetak dapat mengacaukan jadwal

pelaksanaan pemasangan di lapangan

6
4) Perencana (arsitek) perlu dibatasi imajinasinya agar tidak diperoleh bentuk

komponen yang sulit dan terlalu bervariasi

5) Untuk mencapai sasaran optimasi diperlukan koordinasi yang baik anatara

perencana, pabrikan beton pracetak, dan kontraktor sejak awal.

6) Berat dan ukuran komponen pracetak di lapangan sangat dibatasi oleh

jumlah dan kapasitas alat angakat (crane)

Metode beton precast atau pracetak ini dapat diterapkan di beberapa bagian

konstruksi, seperti:

1) Tiang pancang

2) Balok pracetak

3) Kolom pracetak

4) Dinding pracetak

5) Pelat lantai pracetak

6) Girder

7) Diafragma jembatan

8) Sheet pile atau sebagai penahan tanah, dll

Untuk mengangkut elemen pracetak yang ingin dipasang maka harus

mempertimbangkan berbagai hal sebagai berikut :

1) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi

2) Jadwal pemasangan elemen pracetak yang sesuai dengan jadwal rencana

3) Alternatif jalan lain yang bisa dilewati jika misalnya jalan utama menjadi

hambatan

7
4) Daya tampung lokasi proyek saat menerima pengiriman elemen pracetak

5) Kemampuan yang dimiliki oleh crane saat mengangkat lemen pracetak

Urutan pelaksanaan beton pracetak adalah sebagai berikut :

1) Persiapan cetak atau bekisting

Berikut ini adalah beberapa syarat dari cetakan elemen beton pracetak :

a) Volume yang dimiliki oleh cetakan cukup stabil untuk percetakan

berulang

b) Mudah untuk ditangani dan anti bocor

c) Cukup mudah dipindahkan, terutama untuk pelaksanaan

2) Pembuatan tulangan

Dalam hal ini harus memotong berbagai macam bentuk dan ukuran

tulangan sesuai dengan gambar atau softdrawing yang sudah direncanakan

3) Pemasangan tulangan dalam cetakan atau bekisting

Melakukan perakitan atau pemasangan yang sudah dipotong ke dalam

cetakan atau bekisting

4) Membuat campuran beton

Dalam pembuatan campuran beton harus sesuai dengan mutu yang sudah

direncanakan

5) Pengecoran beton pada cetakan elemen

Jika campuran beton sudah selesai dibuat maka pengecoran beton pada

cetakan atau bekisting sudah bisa dilakukan

6) Sampling

Pengambilan sampel beton dengan metode core drill atau coring beton

adalah suatu proses mendapatkan sampel beton berbentuk silinder yang

8
selanjutnya sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji

kuat tekan beton (concrete compresion test)

7) Curing atau quality control

Setelah melakukan pengecoran, pada beton precast bisa dilakukan curing

dengan tujuan agar terhindar dari penguapan air semen secara drastic

sehingga mutu beton yang sudah direncanakan bisa terpenuhi

8) Pembongkaran cetakan atau bekisting

Pembongkaran bekisting bisa dimulai jika kekuatan beton mencapai

sekitar 20%-60% dari kekuatan akhir yang bisa dicapai, sekitar 3-7 hari

pada suhu kamar

9) Finishing

Setelah melakukan pembongkaran bekisting, maka langkah berikutnya

adalah melakukan finishing pada elemen beton pracetak

10) Penyimpanan dan Pengangkatan

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pengangkatan elemen pracetak :

a) Kemampuan maksimum crane yang dibutuhkan

b) Metode pangangkatan

c) Letak beberapa titik angkat yang ada pada elemen pracetak

d) Proses pemasangan elemen beton pracetak

Adapun tahapan-tahapan dalam pemasangan elemen beton pracetak adalah

sebagai berikut :

1) Pekerjaan Elemen Kolom

9
Berikut ini adalah beberapa Langkah penting yang harus dilakukan dalam

pekerjaan elemen kolom :

a) Pekerjaan elemen kolom bisa dilakukan jika pengecoran poer dan sloof

sudah selesai dilakukan

b) Langkah berikutnya adalah penulangan kolom

c) Pekerjaan bekisting kolom baru boleh dipasang jika tulangan geser sudah

dipasang. Kemudian jika semua tulangan sudah terpasang maka

pengecoran sudah bisa dimulai.

2) Pemasangan elemen Balok

Pemasangan balok pracetak bisa dilakukan setelah pengecoran kolom,

sebelum memasang balok anak, balok induk harus dipasang terlebih

dahulu. Dalam hal ini dibutuhkan peralatan crane dan juga scalfoding yang

bisa membantu untuk menunjang balok pracetak. Setelah itu pemasangan

tulang utama pada balok baru bisa dilakukan, yaitu tulangan Tarik pada

tumpuan. Jika tulangan sudah terpasang maka bisa langsung dilakukan

pengecoran.

3) Pemasangan elemen tangga

Sebelum memasang tangga pracetak, maka pengecoran overtopping balok

harus dilakukan terlabih dahulu. Dalam hal ini dibutuhkan peralatan crane

yang bisa digunakan untuk mengangkat tangga pracetak. Kemudian bisa

dilanjutkan dengan melakukan pengecoran di berbagai sambungannya.

1) Pemasangan Tulangan Stud pada Pelat

Berikut ini adalah berbagai Langkah yang harus dilakukan dalam memasang

elemen pelat pracetak :

10
a) Pemasangan elemen pelat pracetak harus bisa dilakukan jika balok

pracetak sudah terpasang

b) Penulangan pelat mencakpu tulangan lentur dan tulangan stud pelat

c) Pengecoran overtopping harus memiliki ketebalan hingga 5 cm

d) Beberapa alat yang dibutuhkan adalah crane untuk dapat mengangkat

elemen pelat pracetak. Selain itu, juga dibutuhkan scalfoding atau tiang

perancah

e) Pengecoran sambungan yang dilakukan anatar elemen pracetak dengan

overtopping

Dalam tahap transportasi ini harus mempertimbangkan factor-faktor utama berikut

ini :

1) jadwal kegiatan pengangkutan sangat diperlakukan oleh kecepatan

pemasangan di lapangan. Semakin cepat tingkat pemasangan di proyek

maka dibutuhkan pengangkutan yang cepat pula

2) kondisi lahan di site proyek. Jika lahan semakin besar maka pelaksanaan

pengangkutan dapat dipercepat dengan menyetok di lokasi proyek

3) izin pengangkutan/penggunaan jalan, izin ini sangat bergantung pada :

a) jenis dan ukuran alat angkut, semakin besar kapasitas alat angkut maka

jalan yang dapat dilalui juga semakin terbatas sebab hanya jalan-jalan

kelas tertentu yang dapat diperbolehkan dilewati

b) waktu pengangkutan, sangat tergantung pada keadaan lalu lintas antara

pabrik dengan lokasi proyek. Jika kondisi lalu lintas yang akan dilewati

relative sepi maka elemen beton pracetak kapan saja bisa diangkut, namun

11
jika kondisi lalu lintasnya sangat padat maka perlu mengangkut jadwal

pengangkutan agar tidak mengganggu lalu lintas yang ada.

c) Alat angkut (crane) di pabrik. Dalam menentukan pilihan alat angkut

(crane) sangat tergantung dari jenis kebutuhan angkutan dan sistem

penyimpanan di pabrik tersebut.

Dalam pengangkutan beton pracetak harus mempertimbangkan perilaku beton

tersebut akibat beban sendiri saat diangkat. oleh karena itu pada saat mendesain

produksi hendaknya sudah memasukkan pertimbangan ini dengan jalan :

1) Memberikan tempat yang tepat untuk sling pengankutan

2) Jika secara mekanika pengangkutan dapat menimbukan kerusakan, maka

pada saat desain harus memberikan perkuatan tambahan.

a)

12
BAB III

HASIL PENELITIAN

Adapun perbedaan metode pelaksanaan antara sistem konvensional (cor di

tempat) dengan sistem precast (pracetak) dapat dilihat pada table di bawah ini :

Uraian Konvensional Pracetak

Lingkup

1 Perencanaan Lebih sederhana perencanaan lebih

luas

2 Bentuk dan ukuran gedung Lebih bervariasi Typical/repetitive

3 Pelaksanaan

3.1 Waktu Lebih lama Lebih singkat

Relative lebih
Lebih murah jika
3.2 Biaya mahal jika volume
sesuai kondisinya
yang besar

Perlu keahlian
3.3 Teknologi Konvensional
khusus

Lebih sedikit

3.4 Tenaga kerja di lapangan Banyak Sebagian di

pabrik

3.5 Koordinasi Kompleks Sederhana

3.6 Pengawasan/pengendalian Kompleks Sederhana

3.7 Sarana kerja Kompleks Sederhana

3.8 Kondisi lapangan Harus cukup luas Site yang sempit

13
bisa

3.9 Pengaruh cuaca Relative besar Relative kecil

Menunggu lebih
Relative lebih
3.10 Finishing lama dan perlu
sedikit perbaikan
banyak perbaikan

4 Hasil kerja

4.1 Dimensi Kurang presisi Lebih presisi

Lebih terjamin,

quality control
4.2 Mutu Kurang terjamin
dilakukan di

pabrik

Penyempurnaan
Perlu banyak
relative lebih
penyempurnaan,
4.3 Finishing sedikit, risiko
risiko biaya tak
biaya tak terduga
terduga tinggi
rendah

14
BAB IV

KESIMPULAN

Agar diperoleh keuntungan yang optimal dalam penggunaan metode pelaksanaan

sistem pracetak ini harus :

1. Desain struktur tersebut harus sudah finasl, sebab dalam pelaksanaan

dengan menggunakan metode pracetak tidak memungkinkan melakukan

perubahan desain pada saat pelaksanaan atau di masa yang akan datang

2. Harus dapat menganalisa secara ekonomi teknis keuntungan dan kerugian

menggunakan metode pracetak ini

3. Mengetahui urutan-urutan pelaksanaan dan cara penyambungan elemen

pracetak dengan benar

4. Setiap aktivitas harus senantiasa dianalisa perilaku struktur agar tidak

terjadi kegagalan yang dapat mengakibatkan kerugian yang justru akan

lebih besar

5. Senantiasa melakukan korrdinasi anatara pengawas, kontaktor dan

pabrikan terutama berhubungan dengan jadwal/schedule pengiriman dan

produksi elemen pracetak.

15

Anda mungkin juga menyukai